Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KELOMPOK

PENGENDALIAN MUTU TERPADU

KELOMPOK II

ARIF FEBRIANTO
WAHDANIYAH WAHID
EVI KURNIASARI
INDAH INDRIATI

PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT


PASCASARJANA STIK TAMALATEA
MAKASSAR
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kahadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Mengapa
Pengendalian Mutu Dilaksanakan Secara Terpadu

Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Manajemen
Mutu Terpadu Kesehatan, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan,baik
dari segi isi maupun sistematika. oleh karena itu, kami sngat berterimah kasih apabila ada
saran dan kritik untuk perbaikan makalah ini.

Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya dalam
upaya peningkatan wawasan wacana kesehatan.

Akhir kata saya hanya dapat mengucapkan terimah kasih dan semoga Allah SWT selalu
melimpahkan rahmat serta hidaya-Nya kepada kita semua.

26 september 2017

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
C. RUMUSAN MASALAH

BAB II : PEMBAHASAN

A. SEJARAH PENGENDALIAN MUTU DI JEPANG


B. FALSAFAH WA DALAM MANAJEMEN MUTU
C. KESUNGGUHAN MEMBINA SEMANGAT KERJA
D. PERAN KEPEMIMPINAN MANAJEMEN PUNCAK DAN HUBUNGANNYA DENGAN PARA
KARYAWAN
E. TELAAH BANDING KEGIATAN PENGENDALIAN MUTU TERPADU DI JEPANG DAN NEGARA
BARAT

BAB III : PENUTUP

A. SIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekitar tahun 1953 jepang mulai menyadari arti penting dari kegiatan
pengendalian mutu terpadu, dan sejak saat itu mulailah dilakukan berbagai usaha untuk
merangsang perkembangan kegiatan pengendalian mutu terpadu diseluruh jepang.
Sebelumnya suatu metode yang dikenal dengan istilah pengendalian mutu secara
statistic sudah dilaksanakan dengan tujuan pokok adalah penerapan teknik-teknik
perhitungan statistic didalam usaha pengendalian proses-proses produksi. Dalam
mekanisme pengendalian mutu secara statistic tersebut pada hakikatnya baik para
pimpinan perusahaan ataupun para operator ini tidak terlihat secara langsung. Hanya
beberapa ahli teknik yang memang ditugaskan secara khusus dalam suatu usaha untuk
menyusun program standarisasi secara formal.
Asal-usulnya pola manajemen yang kita kenal dengan istilah bottom up
management merupakan dasar yang ada pada setiap perusahaan di jepang. Namun
kemudian muncul kesadaran bahwa bagaimanapun sebagai pimpinan mereka harus
tetap memegang kendali terutama dalam masalah pengendalian mutu. Kesadaran ini
membuahkan fikiran untuk memperluas lagi pemanfaatan penerapan program
pengendalian mutu yaitu sebagai alat untuk meningkatkan kemampuan perusahaan
dalam segala aspeknya.
Dalam perjalanan sejarah diketahui bahwa perusahaan Teijin, Ltd. Merupakan
perusahaan pertama yang menentukan target perbaikan structural perusahaan
sebagai sasaran dari kegiatan pengendalian mutu terpadu pada perusahaan mereka.
Diluar kenyataan bahwa meskipun usia perusahaan sudah mencapai sejarah
kegiatan selama 80 tahun, pada suatu saat pada perusahaan teijin ini lebih dikenal
sebagai perusahaan Besi tua atau pensiunan. Sama sekali tidak terlihat adanya
benih yang menonjol untuk menyongsong kegiatan dimasa depan, loyo dan kurang
tenaga. Dalam situasi seperti ini Direktur Sinzho Oya mengambil beberapa tindakan
drastis antara lain penyegaran dalam system dan perubahan susunan personalia.
Dengan cara ini ia berhasil membangkitkan kekuatan daya juang perusahaannya. Upaya
ini dicapai dengan menjalankan kegiatan pengendalian mutu terpadu sebagai sarana
utamanya.
B. Tujuan
- Untuk mengetahui Mengapa pengendalian mutu dilaksanakan secara terpadu
C. Rumusan Masalah
1. Sejarah pengendalian mutu terpadu di jepang
2. Falsafah Wa dalam manajemen mutu
3. Kesungguhan membina semangat kerja
4. Peran kepemimpinan manajemen puncak dan hubungannya dengan para karyawan
5. Telaah banding kegiatan pengendalian mutu terpadu di jepang dan Negara barat.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Pengendalian Mutu Terpadu Di Jepang

Sekitar tahun 1953 jepang mulai menyadari arti penting dari kegiatan
pengendalian mutu terpadu, dan sejak saat itu mulailah dilakukan berbagai usaha untuk
merangsang perkembangan kegiatan pengendalian mutu terpadu diseluruh jepang.
Sebelumnya suatu metode yang dikenal dengan istilah pengendalian mutu secara
statistic sudah dilaksanakan dengan tujuan pokok adalah penerapan teknik-teknik
perhitungan statistic didalam usaha pengendalian proses-proses produksi. Dalam
mekanisme pengendalian mutu secara statistic tersebut pada hakikatnya baik para
pimpinan perusahaan ataupun para operator ini tidak terlihat secara langsung. Hanya
beberapa ahli teknik yang memang ditugaskan secara khusus dalam suatu usaha untuk
menyusun program standarisasi secara formal.

Pada tahun 1951, Dr. WE Deming melakukan kunjungan yang kedua ke jepang.
Saat itu ia memberikan kuliah pada seminar tentang pengendalian mutu, dengan pokok
pembicaraan yang menekankan betapa pentingnya usaha- usaha untuk memahami
kejadian dimasa yang lalu sebagai bekal untuk menantang masa depan.

Lebih lanjut lagi pada tahun 1954 Dr. Jm juran diundang juga oleh JUSE sebagai
pembicara pada seminar yang membahas tentang pentingnya peran manajemen puncak
dalam usaha pengendalian mutu seperti juga dengan peran kepala departemen ataupun
kepala seksi. Focus pembicaraan pada saat itu ialah menjelaskan tentang peran para
pimpinan puncak dalam program pengendalian mutu secara terpadu.

Pada tahun 1968, tercatat jumlah 41 perusahaan yang sudah menerima hadiah
deming tersebut, 5 diantaranya diterimakan kepada para pengusaha golongan
menengah dan kecil serta satu lagi diberikan kepada salah satu divisi dari suatu
perusahaan besar atau usaha mereka menerapkan program pengendalian mutu pada
perusahaannya masing-masing.

Pada tahun 1961, aspek pengendalian mutu secara terpadu dijadikan masukan
penting dalam prospectus untuk seleksi hadiah Deming. Nippon Kayaku Co. Ltd.,
pemenang hadiah Deming 1963, mengambil inisiatif untuk membakukan pembuatan
laporan kepada komite: termasuk didalamnya peristilahan pengendalian mutu terpadu
(TQC).
1. Pengertian Usaha Pengendalian Mutu Pada Perusahaan
a. pengendalian mutu tidak akan dapat menghasilkan suatu manfaat yang optimal
sebelum seluruh pihak dan perusahaan bekerja sama untuk melakukan usaha
pengendalian mutu tersebut secara terpadu. Oleh karena itu pengendalian mutu
terpadu lebih merupakan suatu kerangka dimana setiap orang pada setiap
tingkatan dalam perusahaan harus bekerjasama dengan erat untuk
meningkatkan usaha pengendalian mutu dari sudut pandang yang lebih luas
yaitu kepentingan perusahaan secara keseluruhan meskipun secara praktek
tetap terikat kepada tugasnya masing-masing (Nippon Kayaku Co).
b. dalam cakupan pandangan yang lebih luas, usaha tersebut merupakan suatu
kegiatan manajemen ilmiah yang ditujukan kepada sasaran tertentu dengan
mengikuti siklus manajemen(Shido Wire, Co)
c. pengendalian mutu terpadu merupakan usaha pengendalian mutu produk dan
memperbaiki struktur perusahaan (Brid-gestone Tire, Co).
d. merupakan usaha untuk secara tepat mengikuti siklus Deming (siklus
manajemen)dengan mempertimbangkan unsur-unsur 5 M (manusia, mesin,
material, uang dan metode) dalam seluruh departemen di lingkungan
perusahaan dengan cara perumusan manajemen yang lebih ilmiah, dengan
pendekatan ilmiah dan penggunaan data dan fakta (Yanmar Diesel Engine, Co).
2. Cakupan usaha pengendalian mutu terpadu

Secara umum usaha pengendalian mutu terpadu ini memang bertujuan


untuk meningkatkan kualitas produk dan usaha penekanan biaya. Akan tetapi selain
itu ternyata upaya ini juga menghasilkan manfaat lain yang terwujud seperti:

1). Para manajer dapat belajar tentang bagaimana cara memanajemeni suatu
kegiatan dengan baik dan mereka juga lebih mengerti bagaimana cara menilai
kegiatan operasional berdasarkan fakta yang ditemukan ;khususnya dengan
perantaraan metode skala pembiayaan (Toyota Motor Co).

2). Hubungan antar manusia secara moral telah dapat ditingkatkan, serta angka
kehadiran dapat diperbaiki (Electric Components Division, Matsushita Electrical
Industrial, Co).

3). Pengaturan operasional perusahaan harus selalu diselaraskan dengan ide dasar
pengendalian mutu yang terpadu (Electric components Division,Matsushita
Electrical Industrial, Co).
4). Suatu cara pemikiran tentang keselarasan dalam suatu perusahaan telah kita
miliki; hal ini mngakibatkan semakin membaiknya cara kerjasama diantara
departemen dalam perusahaan (Kojima Press Industry, Co).

5). Setiap pengurus perusahaan dapat mengerti seluruh kebijakan perusahaan


dengan lebih baik lagi, sehingga dampaknya terhadap peningkatan moral seluruh
karyawan, dan peningkatan kemampuan masing-masing individu segera
menampakkan hasil (Kojima Press Industry, Co).

6). Peningkatan kesadaran terhadap manajemen (Bridgestone Tire, Co).

3. Arah kegiatan Dalam Usaha Pengendalian Mutu di jepang

Ada dua arah kegiatan yang terkandung dalam usaha pengendalian mutu
terpadu di jepang yang pertama terciptanya suatu iklim kegiatan yang berorientasi
terhadap mutu misalnya saja kegiatan pengendalian mutu produk khususnya dalam
usaha-usaha pemastian mutu. Yang kedua adalah terciptanya kondisi iklim
manajemen yang baik misalnya saja kegiatan peningkatan mutu untuk perbaikan
struktur perusahaan.

Pada waktu-waktu sebelumnya, berbagai macam ide manajemen ataupun teknik


manajemen dari luar negri untuk pengelolaan perusahaan, telah dicoba untuk diserap
dan diterapkan pada banyak perusahaan dijepang. Namun demikian dari kesemuanya
itu ternyata yang telah terbukti paling efektif tidak lain hanyalah usaha penerapan
kegiatan atas dasar pemikiran terhadap pengendalian mutu dan ancangan-ancangan
lain yang berpusat pada usahapengendalian kebijakan perusahaan.

Dapat ditegaskan disini secara pasti bahwa setiap praktek pengelolaan suatu
bisnis dimulai dengan suatu usaha pengenalan terhadap pengendalian mutu. Sejak
diyakininya bahwa usaha-usaha pemastian mutu tersebut juga efektif untuk
menciptakan suatu tatanan perusahaan yang mantap, maka secara simbolis dua
lingkaran yang menggambarkan upaya perbaikan structural dan upaya pemastian
mutu produk digambarkan saling tindih dan bagian yang paling tertindih tersebut
menandakan suatu situasi yang kita kenal dengan kondisi manajemen yang
berorientasi terhadap kualitas.

Pada banyak perusahaan dijepang, kegiatan pengendalian mutu ini selalu


dilaksanakan tidak saja dalam hal yang bersifat teknis ataupun pada bidang
manufaktur saja, akan tetapi juga dilaksanakan dalam bidang bisnis, administrasi,
pengendalian dan bidang-bidang lainnya.
Setiap anggota ataupun karyawan perusahaan, mulai dari pucuk pimpinan
hingga para buruh di pabrik dilibatkan dengan kegiatan-kegiatan pengendalian mutu
tersebut. Para buruh tersebut melaksanakan kegiatan pengendalian mutu tersebut
secara berkelompok yang dikenal dengan nama Gugus Kendali Mutu.

B. Falsafah WA dalam Manajemen Mutu


Dalam bahasa jepang, Wa mengandung arti keselarasan. Penyelidikan tentang
Wa merupakan suatu filsafat kebudayaan nasional. Hal ini kelihatan sekali dalam
hubungan-hubungan pemerintah industry serta majikan-karyawan.pengertian ini ikut
menjelaskan cara para manajer jepang mengambil keputusan dan cara tenaga kerja
bekerja.
1. Ikatan Perburuhan
Sumbangan utama bagi tenaga produksi jepang adalah bentuk hubungan
personalianya yang khas. Bentuk itu ialah sikap kerjasama, kordinasi dan komunikasi
yang didasarkan pada kebudayaan, yang dapat menciptakan suasana yang baik bagi
ketenangan industry. Hubungan majikan karyawan bersifat kolaboratif.
2. Asal-usul Wa
Pada akhir abad ke 19 jepang telah mulai mantap sebagai negra industry yang
modern. Akan tetapi ideology manajemen industry yang masih dalam taraf persiapan
harus dilandaskan pada system nilai tradisional. Sementara bhudisme yang di baur
dengan shintoisme memberikan landasan agama di jepang, konfusianisme
memberikan landasan etika yang mendasari kebudayaan jepang.
Para pengikut konfusius percaya bahwa semua hubungan manusiawi diatur oleh
suatu hukum alam yang ada di kayangan. Inti kebahagiaan adalah sikap yang layak.
Sikap ini di dasarkan pada seperangkat tata hubungan yang telah tetap antara
individu dan masyarakat. Tiada persesuaian membawa suatu masyarakat pada
keadaan yang tidak teratur. Persesuaian tergantung pada pendidikan. Orang yang
terdidik membatasi emosinya dan dapat mengendalikan diri, bermartabat dan sopan.
Dengan demikian tujuan pokok dari suatu masyarakat adalah untuk hidup dalam
keserasian.
Sebuah perusahaan jepang harus dianggap suatu jasad suatu keluarga dimana
setiap orang menjalankan fungsi yang telah ditentukan, dan dengan demikian
membantu kesejahteraan seluruh jasad. Manajer jepang menghadiri tanggung jawab
perorangan . keputusan-keputusan perusahaan merupakan keputusan kelompok
yang diambil atas dasar konsensus sehingga tidak ada yang bertanggung jawab secara
pribadi. Dasar pokok suatu organisasi bukan wewenang, melainkan Wa (keserasian),
yang dicapai melalui suatu keseimbangan yang pelik antara unit-unit yang ditandai
oleh identifikasi dengan keseluruhannya.
Wa merupakan suatu konsep yang sulit dimengerti oleh dunia barat. Wa
merupakan sekaligus suatu filsafat penuntun manajemen perusahaan dan semangat
yang saling mengikat para pekerja. Wa merupakan kondisi keserasian yang selalu
dicari, meskipun tidak selamanya akan tercapai. Wa bukan wewenang. Wa tidak
memerlukan seorang wasit yang akan mengatakan siapa yang menang dan siapa yang
kalah. Wa memerlukan suatu penyaluran suara. Suara wa adalah suara pejabat
pemimpin tingkat atas berikutnya. Dipuncaknya, direkrutlah suara itu.
3. Wa Dalam Manajemen
Dengan mengakui pentingnya Wa, dapatlah dimengerti bahwa keputusan-
keputusan jepang harus diambil melalui suatu proses kelompok yang ingin
melestarikan keserasian. Para pemimpin jepang akan melakukan hampir segala-
galanya untuk mencegah pengambilan keputusan secara perorangan. Keuntungan
dari keputusan berdasarkan consensus ialah bahwa jika semuanya berjalan dengan
baik, semuanya yang mendapat nama baik, dan jika ada yang salah tidak ada yang
dipersalahkan.
4. Wa Dalam Angkatan Kerja
Pelaksanaan Wa dalam angkatan tenaga kerja menjadi latar belakang dari
kebijakan tarikan tenaga kerja seumur hidup dan kesediaan para pekerja untuk
mengikuti Gugus Kendali Mutu. Anggota-anggota keluarga para pekerja dilindungi
dalam masa-masa sulit, seperti juga diharapkan dari mereka untuk memberikan
pengorbanan mereka dengan sukarela dalam masa penderitaan. Jepang berfikir jika
perusahaan berjalan dengan baik, saya juga akan untung.
Struktur perusahaan dan praktek manajemen jepang merupakan perkembangan-
perkembangan logis dari tatanan hubungan keluarga menurut adat istiadat jepang.
Promosi didasarkan pada prestasi, tetapi ukuran prestasi berbeda dari standar barat.
karena seorang pekerja bekerja sebagai anggota dari suatu kelompok, ia tidak dapat
dinilai sebagai perorangan semata-mata.
Angkatan kerja jepang terdiri dari beberapa kelas tugas yang luas. Banyak sekali
persaingan dalam mobilitas dalam kelas-kelas ini tetapi sedikit sekali mobilitas
diantara kelas-kelas itu sendiri. Angkatan pekerja jepang terdiri dari karyawan-
karyawan tetap yang dipekerjakan untuk seumur hidup dan karyawan sementara
yang tidak memiliki jaminan kerja.
C. Kesungguhan Membina Semangat Kerja
Rakyat jepang sejak dahulu kala mempunyai satu sikap hidup yang dinamakan
makoto atau dapat di terjemahkan menjadi kesungguhan atau dalam bahasa inggris
sincerety. Yang dimaksudkan dengan sikap makoto adalah sifat yang menjunjung
tinggi kemurnian dalam batin dan motivasi, dan yang menolak adanya tujuan yang
semata-mata hanya berguna bagi diri sendiri.
Dalam sikap itu dipentingkan bukan sasaran, melainkan cara bertindak seseorang
untuk mencapai sasaran itu ; yaitu apakah dilakukan dengan penuh kejujuran dan
kesungguh-sungguhan. Oleh sebab itu yang menjadi titik pusat perhatian bukanlah hasil
perbuatan, melainkan perbuatannya itu sendiri. Dengan begitu, buat orang jepang
sukses atau gagal dalam usaha tindak merupakan perhatian utama.
ajaran agama budha di jepang. Berdasarkan ajaran ini orang jepang mempunyai
anggapan bahwa untuk menuju kesempurnaan hidup, sebagaimana dikehendaki agama
budha, seseorang tidak hanya dapat memilih hidup bagi seorang pendeta, melainkan
juga dengan cara hidup bersungguh-sungguh dalam pekerjaan apapun yang dihadapi.
D. Peran Kepemimpinan Manajemen Puncak dan Hubungan dengan Para Karyawan
Di jepang para pimpinan puncak tidak saja membina fungsi kepemimpinan
mereka dalam bidang prestasi keuangan perusahaan akan tetapi juga menjalankan
fungsi kepemimpinan tersebut dalam penampilan bidang mutu produksi perusahaan.
Selama decade tahun 1980 an pengaruh semakin besarnya senjang yang terjadi
antara mutu produk jepang dengan mutu produk barat membawa kita pada suatu
kenyataan akan semakin banyaknya para pimpinan puncak perusahaan barat tersebut
yang turut berpartisipasi dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya pada bidang
mutu.
1. Kepemimpinan untuk menjalankan apa?
Kebutuhan akan bimbingan atau pengarahan dari fungsi kepemimpinan para
manajemen puncak ini berasal dari timbulnya suatu desakan kebutuhan untuk
melaksanakan suatu perubahan yang jelas dan terarah.
E. Telaah Banding Kegiatan Pengendalian Mutu Terpadu di Jepang dan Negara Barat
a. Latar belakang Nasional Jepang dan Pengendalian mutu
jepang dalam hal ini telah banyak sekali belajar dari amerika serikat. Akan
tetapi sekarang inipun terlibat adanya perbedaan pemahaman yang jelas antara
jepang dan amerika dalam masalah pengendalian mutu. Ada baiknya kita uraikan
titik-titik perbedaan latar belakang nasional yang ada:
1. Mobilitas atau perpindahan buruh di jepang dapat dikatakan kecil sekali. Hal ini
disebabkan oleh karna pola umum yang ada pada para pekerja dan pengusaha
jepang adalah mengusahakan suatu hubungan kerja seumur hidup. Sedangkan
dibarat jelas sekali merupakan kebalikan dari kenyataan tersebut. Masalah
mobilitas dinegara barat umumnya tinggi sekali.
2. Bagian terbesar penduduk di Negara barat adalah penganut agama Kristen,
sedangkan di jepang adalah penganut agama Buddha atau tidak memiliki
kepercayaan.
3. Profesionalisme merupakan suatu hal yang umum terdapat di Negara-negara
barat, sedangkan di jepang hal tersebut adalah sebaliknya.
4. Serikat-serikat buruh yang terdapat di barat biasanya diadakan atas dasar profesi
masing-masing, sedangkan di jepang organisasi-organisasi tersebut merupakan
kesatuan-kesatuan buruh dalam satu perusahaan.
5. Kebanyakan organisasi manajerial dijepang sangat berbeda dengan yang ada di
negeri-negri barat. umumnya kegiatan-kegiatan ini dirasakan lebih kuat
dibandingkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para staf ataupun para
fungsionaris.
6. Masalah pengendalian biaya belum sepenuhnya dikembangkan di jepang
7. Sangat banyak terdapat perusahaan-perusahaan kecil yang bersifat sebagai sub-
kontraktor dan secara umum produktivitas kerja yang ada pada perusahaan-
perusahaan tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan produktivitas
perusahaan-perusahaan besar.

Perbedaan yang khusus dalam masalah pengendalian mutu antara jepang


dan Negara-negara barat adalah sebagai berikut:

1. Di jepang masalah pendidikan dan pelatihan dalam pengendalian mutu ini,


secara umum tersedia baik untuk tingkat bawah ataupun tingkat atas.
2. Di Negara barat, masalah pengendalian mutu ini memperlihatkan
kecenderungan hanya tersedia untuk para ahli pengendalian mutunya saja (OC
Engineers). Dijepang adalah kebalikannya. Seluruh karyawan mulai dari tingkat
atas hingga yang paling bawah semuanya terlibat dalam usaha pengendalian
mutu (Company wide Quality Control).
3. Metode-metode statistic secara umum sudah dipahami tidak saja oleh bagian-
bagian khusus seperti ahli-ahli bagian pengendalian mutu, akan tetapi betul-
betul menyeluruh melalui pendidikan dan pelatihan yang pernah mereka
dapatkan. Sehingga praktisnya semua orang sudah menerapkan metode statistic
tersebut meskipun mungkin masih dalam taraf penerapan metode-metode
statistic yang sederhana.
4. Gugus kendali mutu di jepang merupakan suatu karakteristik pokok dalam
kegiatan pengendalian mutu secara keseluruhan.
5. Jepang saat ini belum dapat mewujudkan system fungsional yang menyeluruh
untuk suatu kegiatan pemastian mutu tingkat perusahaan.
6. Pada tahun 1949, suatu pengaturan hukum mengenai standar industry sudah
dapat diwujudkan. Salah satu ciri pokok dari hokum tersebut adalah
diresmikannya sertifikat JIS (japan industrial standard). Sesuai dengan peraturan
tersebut, maka kementrian perindustrian dan perdagangan internasional berhak
melakukan pengujian hasil-hasil industry dengan menggunakan pendekatan
perhitungan statistic dan barulah apabila barang-barang tersebut lolos dalam
pengujian dapat diberi sertifikat JIS.
7. Pada tahun 1951, hadiah penghargaan Deming mulai dilaksanakan. Hal ini
sekaligus digunakan untuk menghormati usaha-usaha yang telah dilakukan oleh
Dr. W E Deming dan juga sebagai salah satu cara untuk mempromosikan
kegiatan-kegiatan pengendalian mutu lebih lanjut.
b. Kepemimpinan Manajemen puncak dalam Fungsi pengendalian mutu
Jepang merupakan suatu hal yang sudah menjadi kebiasaan dimana para
pucuk pimpinan seperti para presiden ataupun para general manager suatu
perusahaan mempersiapkan dirinya secara khusus dalam bidang kepemimpinan
yang berorientasi terhadap fungsi pengendalian mutu. Kesadaran para pucuk
pimpinan akan pentingnya fungsi pengendalian mutu ini berkembang pada saat
akhir tahun 1940 an dan awal-awal tahun 1950 an dimana kualitas produk-produk
jepang berada pada tingkatan yang cukup gawat. Pada saat itu dimulailah gerakan-
gerakan program pelatihan yang disponsori oleh para pucuk pimpinan tersebut
secara serentak dan intensif yang dilanjutkan dengan upaya pelestarian perbaikan
mutu tahunan.
c. Perubahan Mendasar Yang Perlukan Oleh Negara Barat
Suatu perubahan mendasar yang paling pokok yang harus dilakukan oleh pihak
Barat sebagaimana usaha-usaha yang telah pernah dilakukan oleh pihak jepang
dahulu dan ternyata berhasil yaitu: mengusahakan program perbaikan mutu
tahunan yang terstruktur, suatu gerakan program pelatihan yang berorientasi pada
usaha-usaha perbaikan mutu yang intensif dan menyeluruh serta penambahan
wawasan kepemimpinan untuk para manajemen puncaknya yang berdasarkan
pendekatan terhadap masalah-masalah pengendalian mutu produk.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Pengendalian mutu terpadu lebih merupakan suatu kerangka dimana setiap
orang pada setiap tingkatan dalam perusahaan harus bekerjasama dengan erat untuk
meningkatkan usaha pengendalian mutu dari sudut pandang yang lebih luas yaitu
kepentingan perusahaan secara keseluruhan meskipun secara praktek tetap terikat
kepada tugasnya masing-masing.
Pelaksanaan Pengendalian mutu terpadu merupakan hal yang sangat penting
bagi setiap Negara barat maupun asia karena dengan cara melakukan pengendalian
mutu dan membentuk gugus kendali mutu maka produktivitas barang akan bisa
meningkat seperti apa yang dilakukan oleh pihak Jepang.
B. SARAN
Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya
dalam upaya peningkatan wawasan mengenai Pelaksanaan Pengendalian Mutu Secara
Terpadu sehingga, nantinya dapat dikaitkan dengan dunia kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

- Henryanto (1985). Pengendalian Mutu Terpadu. Jakarta: PT Pustaka Binaman


Pressindo

Anda mungkin juga menyukai