Anda di halaman 1dari 16

Substitusi ElektrofilikSenyawa Alifatik

A. Mekanisme Reaksi Substitusi Elektrofilik


Perbedaan mekanisme reaksi substitusi elektrofilik dengan mekanisme reaksi substitusi
nukleofilik, terletak pada spesies penyerang dan gugus pergi. Pada reaksi substitusi elektrofilik,
spesies penyerang dan gugus perginya adalah suatu elektrofil (asam menurut konsep Lewis ).
Pada dasarnya perubahan yang terjadi pada reaksi substitusi elektrofilik adalah suatu elektrofil
(asam menurut konsep Lewis) membentuk sebuah ikatan baru dengan atom karbon substrat
dan salah satu substituen pada karbon tersebut lepas tanpa membawa pasangan elektronnya.
Elektrofilnya dapat berupa ion positif, atau ujung positif suatu dipol, atau dipol terinduksi.
Secara umum persamaan reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut:

RX + Y+ RY + X+
Substrat elektrofil hasil substitusi gugus pergi

Mekanisme Reaksi Substitusi Elektrofilik Senyawa Alifatik


Kemampuan melepaskan proton sangat menentukan kereaktifan senyawa alifatik dalam
substitusi elektrofilik. Oleh karena itu gugus pergi yang paling banyak dijumpai dalam
substitusi elektrofilik senyawa alifatik adalah proton. Senyawa yang mudah mengalami reaksi
substitusi elektrofilik, contohnya: atom hidrogen yang terikat pada atom karbon yang berposisi
alpha (C ) terhadap gugus karbonil atau atom hidrogen yang terikat pada atom karbon pada
alkuna terminal ( RC CH) mudah dilepaskan sebagai proton. Sedangkan atom hidrogen pada
alkana sukar dilepaskan sebagai proton, sehingga alkana sukar mengalami reaksi substitusi
elektrofilik.
Pada reaksi substitusi elektrofilik dikenal empat macam mekanisme yaitu: SE1, SE2
(depan), SE2(belakang) dan SEi. SE1 adalah substitusi elektrofilik unimolekuler sedangkan SE2
dan SEi adalah substitusi elektrofilik bimolekuler.

1. Mekanisme substitusi elektrofilik unimolekuler (SE1)


Mekanisme reaksi substitusi elektrofilik unimolekuler (SE1) terdiri dari dua tahap, yaitu
tahap ionisasi yang berlangsung lambat dan merupakan tahap penentu laju reaksi, dan tahap
penggabungan karbanion dengan elektrofil yang berlangsung cepat.
lambat
Tahap 1. R-X R - : + X+
cepat
Tahap 2. R-: + Y+R Y
Elektrofil

Laju reaksi yang mengikuti mekanisme SE1 tidak dipengaruhi oleh konsentrasi elektrofil
karena tahap penentu laju reaksi adalah tahap ionisasi (pembentukankarbanion). Contohnya
adalah reaksi brominasi pada atom karbon yang mengikat gugus penarik elektron yang
dikatalisis oleh basa. Pada reaksi brominasi 2-nitropropana, laju reaksi tidak dipengaruhi oleh
konsentrasi brom tetapi hanya dipengaruhi oleh konsentrasi 2-nitropropana.

Tahap 1:
H
OH-
-
-
-
CH3 C CH3 CH3 C CH3 CH3 C CH3 + H2O:

NO2 N+ N
-
2-nitropropana O O -O O
-
-

Tahap 2:
Br

CH3 C CH3 + Br Br CH3 C CH3 + Br -

NO2 NO2
2-bromo-2-nitropropana

Produk reaksi yang mengikuti mekanisme SE1 dapat menghasilkan produk dengan
mempertahankan konfigurasi semula (retensi), atau rasemisasi, atau pembalikan konfigurasi
(inversi) sebagian, tergantung pada faktor-faktor kestabilan karbanion, konsentrasi elektrofil,
kekuatan elektrofil, dan konfigurasi karbanion.
Reaksi akan menghasilkan produk rasemisasi jika:
1).Karbanion terstabilkan oleh delokalisasi dan konsentrasi elektrofil rendah atau kekuatan
elektrofilnya rendah,
2).Karbanion berstruktur datar dan muatan negatif terdelokalisasi sehingga elektrofil dapat
menyerang karbanion dari kedua sisi,
3). Karbanion berstruktur tetrahedral tetapi membentuk campuran kesetimbangan anion
enantiomerik dengan laju yang lebih cepat daripada laju pembentukan produk.
Karbanion yang berstruktur tetrahedral digambarkan sebagai berikut:

c c

b b
C C
a
a

Contoh reaksi SE1 yang menghasilkan campuran rasemat adalah reaksi antara anion 2-
fenil-2-sianobutanoat dengan metanol:
CN C2 H5
O NC
H5 C2 CH3 OH C- + CO2
C C
lambat
H5 C6 O
C6 H5
karbanion datar
C2H5
NC CN
cepat
C-
+ H-OCH3 C2H5 - C - H + CH3O-

C6H5 C6H5

Reaksi SE1 yang berlangsung dengan mempertahankan konfigurasi semula (retensi)


dapat terjadi dengan dua cara:
1). Karbanion berstruktur datar dan tersolvasi secara tidak simetris oleh elektrofil pada sisi
yang sama dengan kedudukan gugus pergi,
2). Karbanion berstruktur tetrahedral dan elektrofil terikat sebelum karbanion berubah ke
struktur enantiomernya.
Contoh reaksi SE1 yang berlangsung dengan mempertahankan konfigurasi semula adalah:

n-C6 H5 n-C6 H5
n-C6 H5
(CH3 )2 SO H3 C
H3 C - H3 C HOCH3 C H
C D + OCH3 C
25 oC
C6 H5 SO2
C6 H5 SO2 C6H5 SO2
retensi 90 %
enantiomer murni

Reaksi SE1 yang menghasilkan produk dengan pembalikan konfigurasi (inversi) terjadi
pada sistem dengan karbanion berstruktur datar dan tersolvasi secara tidak simetris sebagai zat
antara (intermediate). Anion ini tersolvasi pada sisi yang sama dengan kedudukan gugus pergi
oleh molekul yang terbentuk dari gugus pergi dan elektrofil menyerang dari sisi yang
berlawanan.
Contoh:
Reaksi antara anion 3-fenil-2,3-dimetil-2-pentanol dengan etilena glikol.

C2H5
C2H5 O- H3C O
H3C 210 oC -
C C CH3 + HOCH2CH2OH HOCH2 CH2O-H C C CH3
C6H5 (elektrofil)
CH3 C2H5 CH3
karbanion tersolvasi
tak simetris sebagai zat antara

C2H5
CH3
CH3
H - *C + C=O + CH2OHCH2O-
C6H5
CH3

2. Mekanisme substitusi elektrofilik bimolekuler (SE2 dan SEi)


Mekanisme reksi substitusi elektrofilik bimolekuler pada senyawa alifatik terjadi melalui
pemutusan ikatan antara gugus pergi dengan substrat dan pembentukan ikatan baru antara
elektrofil dengan substrat berlangsung dalam waktu yang bersamaan. Oleh karena itu laju
reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi elektrofil dan substrat. Contohnya adalah reaksi perubahan
alkil merkuri iodida menjadi alkil iodida dengan elektrofil ion triiodida dengan mekanisme
sebagai berikut:

- H2O
CH3CH2CH2 Hg I + I I I CH3CH2CH2 I + HgI2 + I-
dioksan

Pada mekanisme SE2, ada dua kemungkinan arah serangan elektrofil terhadap substrat,
yaitu dari arah depan, yang disebut dengan SE2 (depan) dan dari arah belakang, yang disebut
dengan SE2 (belakang) dapat digambarkan sebagai berikut:

c
c
b
b
C X C Y + X+ (SE2 depan)

a Y+ a

c c
b b
Y+ C X Y C + X+ (SE2, belakang)
a
a

Apabila reaksi terjadi pada substrat kiral maka akan terbentuk hasil reaksi dengan
mempertahankan konfigurasi semula (retensi) pada mekanisme SE2 (depan), dan terjadi
pembalikan konfigurasi (inversi) pada mekanisme SE2 (belakang). Jika elektrofil menyerang
substrat dari arah depan ada kemungkinan mekanisme yang ketiga, yaitu salah satu bagian
elektrofil membantu lepasnya gugus pergi dan dalam waktu yang bersamaan terbentuk ikatan
baru dengan substrat.

Y Z
a a
b b + X-Z
C X C Y
c
c

Mekanisme ini disebut dengan mekanisme SEi dan menghasilkan produk dengan
mempertahankan konfigurasi semula (retensi).
Ketiga mekanisme reaksi subtitusi elektrofilik bimolekuler tersebut [SE2 (depan), SE2
(belakang) dan SEi] sukar dibedakan. Ketiganya hanya dapat dibedakan dengan mengakaji
secara mendalam aspek stereokimianya.
Kebanyakan reaksi substitusi elektrofilik bimolekuler(ordekedua) menghasilkan produk
dengan mempertahankan konfigurasi semula. Hal ini berarti bahwa pada umumnya reaksi
berlangsung dengan mekanisme dimana elektrofil menyerang substrat dari arah depan, SE2
(depan) atau SEi.
C2H5 C2H5

CH3 Br C Br + HgBr2
C Hg Br + Br
CH3
H
H

Kenyataan ini berlawanan dengan mekanisme SN2. Pada mekanisme SN2, nukleofil
menyerang atom karbon yang mengikat gugus pergi, sedangkan pada mekanisme SE2 elektrofil
menyerang elektron yang mengikat atom karbon dan gugus pergi. Oleh karena itu reaksi
berlangsung lebih cepat jika elektrofil menyerang substrat dari sisi yang sama dengan
kedudukan gugus pergi daripada sebaliknya karena adanya halangan sterik.

3. Substitusi elektrofilik yang disertai dengan perpindahan ikatan rangkap


Penataan ulang akan terjadi pada produk reaksi, jika reaksi substitusi elektrofilik terjadi
pada substrat alilik.

| |
C = C C X + Y + C = C C Y + X-
| |

Mekanisme pembentukan produk yang mengalami penataan ulang tersebut dapat terjadi
dengan dua cara yaitu:
1. Reaksi berlangsung seperti pada mekanisme SE1, dimana gugus pergi lepas lebih dahulu
membentuk karbanion yang distabilkan olah resonansi dan diikuti dengan serangan
elektrofil.

| | | -X+ |
C = C C X C = C C Y + X -
| | |

2. Elektrofil Y+menyerang substrat lebih dahulu membentuk karbokation dan diikuti dengan
lepasnya X+ sebagai gugus pergi.

-X+ Y+
C= C C X C=C C C C=C Y C C=C

produk

Pada umumnya penataan ulang elektrofilik alilik melibatkan hidrogen sebagai gugus
pergi, meskipun juga dapat terjadi pada senyawa organologam dengan ion logam sebagai
gugus pergi.

C= C C X C C C X C C = C + X+
+
Y Y
Y+ produk

Hubungan antara struktur substrat dan kereaktifannya dalam subtitusi elektrofilik senyawa
alifatik
Pada mekanisme reaksi SE1, memiliki tahap penentu laju reaksi mirip seperti pelepasan
proton dari suatu asam. Oleh karena itu adanya gugus-gugus pendorong elektron akan
mengurangi laju reaksi dan sebaliknya gugus-gugus penarik elektron akan menambah laju
reaksi. Pada mekanisme reaksi SE2 (belakang) kereaktifan substrat seperti halnya pada
mekanisme SN2, yaitu semakin besar gugus alkil semakin besar pula halangan steriknya
sehingga laju reaksinya akan semakin kecil. Jadi urutan kereaktifannya adalah: Me> Et>Pr>i-
Pr>neopentil.
Pada mekanisme reaksi SE2 (depan) laju reaksi bergantung pada jenis reaksinya.
Contohnya adalah reaksi antara : RHgBr + Br2 RBr + HgBr2 yang dikatalisis oleh basa
diperoleh hasil seperti tercantum pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Laju reaksi relatif RHgBr dengan Br2


R Laju reaksi relatif
Me 1
Et 10,8
Iso-pr 780
t-bu 3370
iso-bu 1,24
neopentil 0,173

Dari tabel tersebut terlihat bahwa adanya cabang pada posisi meningkatkan laju reaksi
sedangkan cabang pada posisi menurunkan laju reaksi. Bertambahnya laju reaksi oleh
bertambahnya cabang pada posisi karena pengaruh sifat pendorong elektron dari gugus alkil
yang menstabilkan keadaan transisi yang bersifat kekurangan elektron.

Contoh-contoh reaksi subtitusi elektrofilik pada senyawa alifatik:


1. Reaksi substitusi hidrogen oleh deuterium atau tritium.

R - H + D+ R - D + H+
R - H + T+ R - T + H+

Substitusi hidrogen yang terikat pada atom C oleh deuterium berlangsung lebih sukar
daripada subtitusi hidrogen yang terikat pada N (trivalen), O atau Halogen. Hal ini disebabkan
molekul-molekul NH3, H2O dan HX (asam halogen) memiliki pasangan elektron bebas
sehingga ion deuterium dengan cepat dapat mengikatkan diri padanya.
+
D+ + :NH3 D - NH3 D - NH2 + H+

+
D+ + :OH2 D - OH2 D - OH + H+

+
D+ + :Cl-H D - Cl-H D - Cl + H+

Pada alkana tidak terdapat pasangan elektron bebas, sehingga agar dapat terjadi
substitusi oleh deuterium harus didahului dengan proses eliminasi.

H H
_ +
R-C-H R-C + H

H H H
R-C-D

Pemutusan ikatan C-H pada alkana memerlukan energi cukup besar, sehingga
pemutusan tersebut hanya mungkin terjadi jika dibantu oleh adanya katalis atau bila ikatan C-
H diperlemah oleh gugus penarik elektron. Jika atom C mengikat gugus penarik elektron
seperti NO2 maka ikatan C-H menjadi lemah sehingga atom H mudah dilepaskan sebagai
proton. Urutan gugus-gugus penarik elektron berdasarkan keefektifannya dalam
mempermudah substitusi adalah:

\ -2
NO2> C=O > CN > C=O > SO 3 > Cl
/ |
O-

2. Reaksi substitusi logam dalam senyawa organologam oleh hidrogen, pola umumnya:

R L + H+ RH + L+ ( L = logam)

Contoh: reaksi senyawa organo-magnesium dengan air atau asam,

RMgBr + HOH R H + Mg(OH)Br


RMgBr + HBr R H + MgBr2

Reaksi metalasi juga termasuk dalam tipe ini.

C6H6 + C2H5Na C6H5Na + C2H6

Reaksi-reaksi berikut ini sering digunakan untuk mengukur keasaman relatif


hidrokarbon.

C6H5 Na + C6H5CH3 C6H5CH2Na + C6H6


C6H5 CH2Na + ( C6H5)2CH3 (C6H5)2CHNa + C6H5CH3

(C6H5) CHNa + ( C6H5)3CH (C6H5)3CNa + ( C6H5)2CH2

Reaksi-reaksi di atas menunjukkan bahwa urutan keasaman hidrokarbon adalah:

Ar3CH > Ar2CH2> ArCH3> ArH > RH

Keasaman toluena terjadi karena adanya stabilisasi resonansi pada anion yang terbentuk oleh
lepasnya proton.Hidrokarbon aromatik lebih asam daripada alkana karena atom karbon
sp2lebih elektronegatif daripada sp3. Umumnya dengan bertambahnya karakter s pada orbital
hibrida akan menambah kestabilan pasangan elektron dalam orbital. Alkuna terminal, yang
mempunyai hidrogen yang terikat pada (atom C) orbital sp sehingga bersifat asam. Oleh karena
itu alkuna terminal mudah mengalami reaksi metalasi oleh pereaksi Grignard.

+ +
CH3CC H + C2H5MgBr CH3CCMgBr + C2H6

3. Reaksi substitusi logam dalam senyawa oraganologam oleh halogen, pola umumnya :

RL + X+ RX + L+
Senyawa organologam

Reaksi yang mengikuti tipe reaksi di atas sering dijumpai pada senyawa organolitium
dan organomerkuri yang direaksikan dengan brom. Pada senyawa organomerkuri, reaksinya
berlangsung lebih cepat jika ada katalis (misalnya piridina) yang membantu pembelahan
heterolitik molekul brom.Senyawaalkil atau arillitium biasanya dibuat dari reaksi antara alkil
litium dengan alkil atau aril halida. Reaksi tersebut memberikan hasil yang sangat baik jika
atom karbon organolitium yang dihasilkan lebih dapat menstabilkan muatan negatif daripada
organolitium semula. Contoh reaksi pembuatan arilitium.

Br Li

CH3CH2CH2Li + CH3CH2CH2Br
+

4. Reaksi karbonasi senyawa orgnologam.


Karbonasi senyawa organologam merupakan reaksi subtitusi elektrofilik pada atom C
yang berikatan langsung dengan atom logam, misalnya pada reaksi:
_
O O

R M gX + C R-C + MgX+

O O
5. Reaksi dekarboksilasi pada asam karboksilat atau garam dari asam karboksilat.
Reaksi dekarboksilasi dapat terjadi pada asam-asam karboksilat yang mengikat gugus
penarik elektron pada atom C yang membebaskan karbondioksida. Reaksi ini melewati
pembentukan zat antara karbanion yang terstabilkan oleh resonansi.
Contohnya adalah reaksi dekarboksilasi pada asam nitroasetat.

O _O
OH - panas O - +
O2NCH2CO2H O2N - CH2 C + N CH2
N CH2
-CO2
asam nitroasetat O_ O_
O_
H2O

CH3NO2
nitrometana

Reaksi dekarboksilasi pada asam malonat dan asam-asam b-ketokarboksilat terjadi


dengan mekanisme yang serupa melalui pembentukan zat-antara enolat. Kedua kelompok
senyawa tersebut dapat mengalami reaksi dekarboksilasi dengan membentuk enol yang segera
berubah menjadi bentuk tautomernya yang lebih stabil.

O O OH O

CH3 C C = O CH3 C = CH2 CH3 C CH3

CH2

Reaksi dekarboksilasi pada garam karboksilat, misalnya terjadi pada garam perak
dengan adanya brom.

R + Br Br R Br + CO2 +
C AgBr
O Ag

6. Reaksi pemutusan ikatan karbon-karbon.


Reaksi ini terjadi dibawah pengaruh zat yang bertindak sebagai donor proton dan
ditandai adanya pemutusan ikatan C-C melalui substitusi elektrofilik.

Rangkuman
Reaksi substitusi elektrofilik pada senyawa alifatik dapat berlangsung denga
mekanisme SE1 (Substitusi Elektrofilik Unimolekuler) SE2 (Substitusi Elektrofilik Bimolekuler).
Reaksi yang berlangsung dengan mekanisme SE1 dapat mengahsilkan produk dengan
pembalikan konfigurasi, retensi konfigurasi atau rasemisasi tergantung pada jenis dan kondisi
reaksi. Pada reaksi yang berlangsung dengan mekanisme SE2/SEi (bimolekuler) umumnya
menghasilkan produk dengan retensi konfigurasi.
Proton merupakan gugus pergi yang paling umum dalam substitusi elektrofilik
senyawa alifatik. Disamping itu juga dikenal gugus pergi berupa ion logam jika reaksi terjadi
pada senyawa organologam.

Contoh-contoh reaksi substitusi elektrofilik pada senyawa alifatik antara lain adalah : a)
substitusi atom hidrogen oleh deuterium atau tritium, b) substitusi logam dalam senyawa
organologam oleh hidrogen, c) substitusi logam oleh halogen, d) karbon senyawa organologam,
e) dekarboksilasi asam karboksilat atau garam dari asam karboksilat, dan f) pemutusan ikatan
karbon-karbon melalui reaksi substitusi elektrofilik.
Substitusi elektrofilik aromatik
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Substitusi elektrofilik aromatik (disebut pula SEA, atau SEAr) adalah suatu reaksi organik di
mana sebuah atom, biasanya hidrogen, yang terikat pada sistem aromatik digantikan dengan
suatu elektrofil. Reaksi terpenting di kelas ini adalah nitrasi aromatik, halogenasi aromatik,
sulfonasi aromatik dan asilasi serta alkilasi Friedel-Crafts.

Reaksi ini, utama dalam kelompok substitusi elektrofilik, sangat penting dalam kimia organik,
baik dalam industri dan di laboratorium. Reaksi ini memungkinkan pembuatan senyawa-senyawa
aromatik tersubstitusi oleh berbagai gugus fungsional dengan reaksi dasar:

ArH + EX ArE + HX

di mana Ar adalah senyawa aromatik dan E adalah suatu elektrofil.

Daftar isi
1 Mekanisme reaksi
2 Prinsip
o 2.1 Nitrasi aromatik
o 2.2 Sulfonasi aromatik
o 2.3 Halogenasi aromatik
o 2.4 Reaksi Friedel-Crafts
3 Efek gugus substituen
o 3.1 Reaktivitas terhadap polisubstitusi
3.1.1 Reaktivitas relatif
o 3.2 Tabel ikhtisar
4 Substitusi yang melibatkan senyawa heterosiklik
5 Lihat pula
6 Referensi
7 Pranala luar

Mekanisme reaksi
Tahap pertama dari mekanisme reaksi ini merupakan adisi suatu elektrofil E+ yang kompleks
bereaksi dengan pasangan elektron dari cincin aromatik. Hal ini biasanya membutuhkan katalis
oleh asam Lewis. Tahap ini mengarah pada pembentukan karbokation sikloheksadienil yang
dikenal sebagai zat antara Wheland[1] (atau kompleks , disebut pula sebagai ion arenium).
Karbokation ini tidak stabil, karena sesuai dengan baik kehadiran muatan pada molekul dan
kehilangan aromatisitas. Namun demikian distabilkan dengan mesomerisme: muatan sebenarnya
terdelokalisasi di beberapa atom dari cincin aromatik.

Selama tahap kedua, atom hidrogen yang terikat pada cincin telah teradisi pada sisi elektrofilik
sebagai ion H+. Pasangan elektron yang digunakan untuk ikatan C-H lalu memungkinkan sistem
untuk memulihkan aromatisitas nya.

Mekanisme umum substitusi elektrofilik aromatik

Prinsip
Bagian ini merinci substitusi elektrofilik aromatik utama yang digunakan dalam industri dan
laboratorium. Untuk setiap reaksi, mekanisme reaksi kimia diberikan dalam kasus tertentu dari
benzena. Mekanisme ini sama untuk jenis lain dari senyawa aromatik, pada kondisi operasi
(suhu, pelarut ...).

Nitrasi aromatik

Nitrasi aromatik yang membentuk senyawa nitro terjadi dengan pembentukan ion nitronium dari
asam nitrat dan asam sulfat.
Sulfonasi aromatik

Sulfonasi aromatik benzena dengan uap asam sulfat yang menghasilkan asam benzenasulfonat.

Halogenasi aromatik

Halogenasi aromatik benzena dengan bromin, klorin atau iodin membentuk senyawa halogen aril
yang dikatalisasi besi trihalida yang sepadan.

Reaksi Friedel-Crafts

Reaksi Friedel-Crafts terdiri dari asilasi dan alkilasi dengan sebuah reaktan asil halida atau alkil
halida. Katalis yang paling sering dipakai adalah aluminium triklorida, tetapi hampir semua asam
lewis kuat dapat dipakai.

Pada asilasi Fridel-Crafts, aluminium triklorida dengan jumlah sepenuhnya dapat dipakai, bukan
jumlah kecil katalis.

Efek gugus substituen


Baik regioselektivitas dan kecepatan dari suatu substitusi elektrofilik aromatik dipengaruhi oleh
substituen yang telah menempel pada cincin benzena. Dalam hal regioselektivitas, beberapa
gugus mengarahkan substitusi pada posisi orto atau para, sementara gugus lainnya
meningkatkan substitusi pada posisi meta. Gugus-gugus tersebut dikenal sebagai pengarah
ortopara atau pengarah meta. Sebagai tambahan, beberapa gugus akan meningkatkan laju
reaksi (pengaktivasi) sementara yang lain akan menurunkan laju tersebut (pendeaktivasi).
Sementara pola regioselecktivitas dapat dijelaskan dengan struktur resonansi, pengaruh pada
kinetika dapat dijelaskan baik menggunakan struktur resonansi serta efek induktif.

Substituen secara umum dapat dibagi menjadi dua kelas bergantung pada substitusi elektrofilik:
mengaktivasi dan mendeaktivasi ke arah cincin aromatik. Substituen pengaktivasi atau gugus
pengaktivasi menstabilkan zat antara kationik yang terbentuk saat substitusi dengan
menyumbangkan elektron ke dalam sistem cincin, baik oleh efek induktif atau efek resonansi.
Contoh cincin aromatik teraktivasi adalah toluena, anilina dan fenol.

Kerapatan elektron tambahan yang diberikan ke dalam cincin oleh substituen tersebut tidak
didistribusikan secara merata di seluruh cincin tapi terkonsentrasi pada atom 2, 4 dan 6 (posisi
orto dan para). Posisi ini karena itu paling reaktif terhadap elektrofil miskin-elektron. Kerapatan
elektron tertinggi terletak baik pada posisi orto dan para, meskipun peningkatan pada reaktivitas
ini mungkin diimbangi dengan halangan sterik antara substituen dan elektrofil. Hasil akhir dari
substitusi aromatik elektrofilik karenanya mungkin akan sulit untuk diprediksi, dan biasanya
hanya ditetapkan dengan melakukan reaksi dan menentukan perbandingan substitusi orto
terhadap para.

Di samping itu, substituen pendeaktivasi mendestabilisasi kation zat antara dan dengan demikian
menurunkan laju reaksi. Mereka melakukannya dengan menarik kerapatan elektron dari cincin
aromatik, meskipun posisi yang paling terpengaruh adalah kembali pada orto dan para. Hal ini
berarti bahwa posisi yang paling reaktif (atau, kurang tidak reaktif) adalah posisi meta (atom 3
dan 5). Contoh cincin aromatik terdeaktivasi adalah nitrobenzena dan benzaldehida.
Deaktivasi sistem aromatik ini juga berarti bahwa kondisi umum yang lebih keras dibutuhkan
untuk menggerakkan reaksi hingga selesai. Contoh dari ini adalah nitrasi dari toluena selama
memproduksi trinitrotoluena (TNT). Pada nitrasi pertama, dalam cincin toluena teraktivasi, dapat
dilakukan pada suhu kamar dan dengan asam encer, yang kedua, pada cincin nitrotoluena
terdeaktivasi, sudah membutuhkan pemanasan berkepanjangan dan asam lebih pekat, dan yang
ketiga, pada dinitrotoluena yang sangat terdeaktivasi, harus dilakukan dalam asam sulfat pekat
mendidih.

Reaktivitas terhadap polisubstitusi

Gugus yang terdapat dalam senyawa awal tersubstitusi secara kuat mempengaruhi reaktivitasnya.
Gugus ini diklasifikasikan ke dalam dua kategori: gugus pengaktivasi dan gugus pendeaktivasi.
Senyawa aromatik tersubstitusi dengan gugus pengaktivasi karenanya "lebih reaktif" dari
senyawa aromatik tak tersubstitusi. Sebaliknya, senyawa aromatik tersubstitusi oleh suatu gugus
pendeaktivasi sangat "kurang reaktif". Aturan-aturan ini dinyatakan oleh kimiawan Holleman
pada tahun 1910, dan aturan ini dikenal sebagai Aturan Holleman.

Reaktivitas relatif

Reaktivitas dari suatu senyawa aromatik tersubstitusi terhadap substitusi elektrofilik aromatik
baru karenanya sangat tergantung pada sifat dari gugus substituen yang sudah ada. Kereaktifan
seluruhnya besar, karena substituen membawa elektron ke sistem dan menstabilkan muatan
positif (efek mesomer donor dan efek induktif donor). Tabel di bawah ini memberikan beberapa
kali lipat reaktivitas (relatif terhadap benzena, ditetapkan pada 1) dari beberapa benzena
tersubstitusi. Fenol karenanya 1000 kali lebih reaktif dari benzena, dan nitrobenzena 10.000 kali
kurang reaktif darinya.

Substituen -N(CH3)2 -OH -CH3 -H -Cl -COOH -NO2


Reaktivitas 9000000 1000 25 1 0,3 4.10-3 1.10-4

Tabel ikhtisar

Kesimpulannya, bahwa gugus pendonor (pendorong) elektron adalah gugus pengaktivasi


(reaktivitas lebih penting) dan pengarah orto-para, serta gugus penarik elektron mendeaktivasi
serta pengarah-meta. Secara umum, efek yang mengaktivasi atau mendeaktivasi seluruhnya
penting ketika gugus substituen lebih bersifat mendorong atau menarik elektron. Tabel berikut
merincikan efek pada reaktivitas dan regioselektivitas dari beberapa gugus yang sering
digunakan.

Pengaktivasi Pendeaktivasi
+
-NO2, -NR3 (di mana R = H atau alkil), -
-O-, -OH
Kuat CCl3, -CF3
pengarah orto-para
pengarah meta
-O-R, -NH-CO-R (dimana R = -CN, -SO3H, -COOR, -CO-R (di mana R = H
Sedang alkil) atau alkil)
pengarah orto-para pengarah meta
alkil, aril halogen
Lemah
pengarah orto-para pengarah orto-para

Substitusi yang melibatkan senyawa heterosiklik


Senyawa aromatik heterosiklik seperti furan, pirol atau piridina, juga dapat bereaksi dengan
substitusi aromatik elektrofilik. Perilaku mereka terhadap polisubstitusi (reaktivitas dan
regioselektivitas) ditentukan oleh pertimbangan energi yang sama seperti pada benzena.

Anda mungkin juga menyukai