Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

FIQIH
Tentang
KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
Guru Mata Pelajaran : Sri Mahdayati, S.Ag.

DISUSUN OLEH KELOMPOK IV:


ALIF FADILAH
QURROTA AYUN
NUHRATUN
NOVI SAFITRI
JUNAIDIN
DEDEN AFRIADIN

MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN)


2 KOTA BIMA
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah fiqih tentang Kepemilikan Dalam Islam.
Makalah fiqih ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah fiqih tentang Kepemilikan
Dalam Islam. ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Kota Bima, Januari 2016


Penyusun,
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemilik sesungguhnya dari sumber daya yang ada adalah Allah SWT,
manusia dalam hal ini hanya penerima titipan untuk sementara saja. Sehingga
sewaktu-waktu dapat di ambil kembali oleh Allah SWT. Oleh sebab itu
kepemilikan mutlak atas harta tidak di akui dalam Islam. Untuk menjaga
keperluan masing-masing perlu ada aturan-aturan yang mengatur kebutuhan
manusia danagar manusia itu tidak melanggar hak orang lain. Maka, timbullah
hak dan kewajiban diantara sesama manusia.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Apa pengertian Hak dan Milik ?
2. Bagaimana Pembagian Hak Milik ?
3. Apa Sebab-sebab dan Hikmah Kepemilikan ?
4. Bagaimana Ketentuan Islam tentang Akad ?

C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas bertujuan untuk mengetahui Apa pengertian
Pembagian, Sebab-sebab dan Hikmah Kepemilikan dan Ketentuan Islam Tentang
Akad
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hak dan Milik


Kata hak berasal dari bahasa Arab al-haqq, yang secara etimologi mempunyai
beberapa pengertian yang berbeda, di antaranya berarti: milik, ketetapan dan
kepastian, menetapkan dan menjelaskan, bagian (kewajiban), dan kebenaran.
Contoh al-haqq diartikan dengan ketetapan dan kepastian terdapat dalam surat
Yasin ayat 7 :



Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan (ketentuian Allah) terhadap
kebanyakan mereka, karena tidak beriman.

Contoh al-haqq diartikan dengan bagian (kewajiban) yang terbatas tercantum


pada surat al-Baqarah ayat 241 :



Kepada wanita-wanita yang diceraikan (hendaklah diberikan mutah oleh
suaminya) menurut yang makhruf sebagai suatu kewajiban bagi orang-orang
tertawa.

Dalam terminologi fikih terdapat beberapa pengertian al-haqq yang


dikemukakan oleh para ulama fiqh, di antaranya menurut Wahbah al-Zuhaily
yaitu suatu hukum yang telah ditetapkan secara syara. Sedangkan menurut
Mustofa Ahmad al-Zarqa mendefinisikan dengan kekhususan yang ditetapkan
syara atas suatu kekuasaan. Dan menuiruit Ibn Nujaim yaitu, suatu kekhususan
yang terlindung.
Kata milik berasal dari bahasa Arab al-milk, yang secara etimologi berarti
penguasaan terhadap sesuatu. Al milk juga berarti sesuatu yang dimiliki (harta).
Milk juga merupakan hubungan seseorang dengan suatu harta yang diakui oleh
syara, yang menjadikannya mempunyai kekuasaan khusus terhadap harta itu,
sehingga ia dapat melakukan tindakan hukum terhadap harta tersebut, kecuali
adanya kalangan syara. Secara terminologi, al-milk adalah pengkhususan
seseorang terhadap pemilik sesuatu benda menurut syara untuk bertindak secara
bebas dan bertujuan mengambil manfaatnya selama tidak ada penghalang yang
bersifat syara.
Apabila seseorang telah memiliki suatu benda yang sah menurut syara, orang
tersebut bebas bertindak terhadap benda tersebut, baik akan dijual maupun akan
digadaikan, baik dia sendiri maupun dengan perantara orang lain. Berdasarkan
definisi tersebut dapat dibedakan antara hak dan milik, untuk lebih jelas
dicontohkan sebagai berikut; seorang pengapu berhak menggunakan harta orang
yang berada di bawah ampunannya, pengampu punya hak untuk membelanjakan
harta itu dan pemiliknya adalah orang yang berada dibawah ampunannya. Dengan
kata lain dapat dikatakan tidak semua yang memiliki berhak menggunakan dan
tidak semua yang punya hak penggunaan dapat memiliki.

B. Pembagian Hak Milik


Hak milik terbagi kedalam dua bagian yaitu: hak milik yang sempurna dan hak
milik yang tidak sempurna.
a. Hak Milik yang Sempurna (Al-Milk At-Tam)
Hak milik yang sempurna adalah hak milik terhadap zat sesuatu
(bendanya) dan manfaatnya bersama-sama, sehingga dengan demikian semua
hak-hak yang diakui oleh syara tetap ada ditangan pemilik. Hak milik yang
sempurna merupakan hak penuh yang memberikan kesempatan dan
kewenangan kepada si pemilik untuk melakukan berbagai jenis tasarruf yang
dibenarkan oleh syari. Ada beberapa keistimewaan dari hak milik yang
sempurna ini sebagai berikut :
1. Milik yang sempurna memberikan hak kepada si pemilik untuk
melakukan tasarruf terhadap barang dan manfaatnya dengan berbagai
macam cara yang telah dibenarkan oleh syara seperti jual beli, hibah,
ijarah (sewa menyewa), iarah, wasiat, wakaf, dan tasarruf- tasarruf
lainnya yang dibenarkan oleh syara dan tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip dan kaidah-kaidahnya.
2. Milik yang sempurna juga memberikan hak manfaat penuh kepada si
pemilik tanpa dibatasi dengan aspek pemanfaatannya, masanya, kondisi
dan tempatnya, karena yang menguasainya hanya satu orang, yaitu
sipemilik. Satu-satunya pembatasan ialah bahwa pemanfaatan atas
barang tersebut tidak diharamkan oleh syara.
3. Milik yang sempurna tidak di batasi dengan masa dan waktu tertentu. Ia
hak mutlak tanpa dibatasi dengan waktu, tempat, dan syarat. Setiap syarat
yang bertentangan dengan tujuan akad tidak berlaku. Hak milik tersebut
tidak berakhir kecuali dengan perpindahan hak kepada orang lain dengan
cara-cara tasarruf yang memindahkan hak milik sah, atau dengan
warisan atau benda di mana hak milik tersebut ada telah hancur atau
rusak.
b. Hak Milik yang Tidak Sempurna (Al-Milk An-Naqish)
Hak milik Naqish (tidak sempurna) adalah memiliki manfaatnya saja
karena barangnya milik orang lain, atau memiliki barangnya tanpa manfaat.
Adapun macam-macam hak milik naqish yaitu:
1. Milk al-ain atau milk al-raqabah
Milk al-ain atau milk al-raqabah yaitu hak milik atas bendanya
saja, sedangkan manfaatnya dimiliki oleh orang lain. Contohnya
seseorang mewasiatkan kepada orang lain untuk menempati sebuah
rumah atau menggarap sebidang tanah selama hidupnya atau selama tiga
tahun. Apabila orang yang berwasiat meninggal dan orang yang diwasiati
menerimanya, maka wujud rumahnya atau tanahnya menjadi hak milik
ahli waris orang yang berwasiat sebagai warisan, sedangkan orang yang
diberi wasiat memiliki manfaat sepanjang hidupnya atau selama tiga
tahun. Apabila masa tersebut sudah lewat, maka manfaat rumah atau
tanah tersebut menjadi hak milik waris orang yang berwasiat, dan dengan
demikian hak milik atas rumah atau tanah tersebut menjadi hak milik
yang sempurna.
Dalam keadaan di mana manfaat suatu benda dimiliki oleh orang
lain, pemilik benda tidak bisa mengambil manfaat atas benda yang
dimilikinya, dan ia tidak boleh melakukan tasarruf atas benda dan
manfaatnya. Ia wajib menyerahkan benda tersebut kepada pemilik
manfaat, agar ia bisa memanfaatkannya. Apabila pemilik benda menolak
menyerahkan bendanya, maka ia bisa dipaksa.
2. Milk al-manfaat asy-syakhshi atau hak intifa
Ada lima hal yang menyebabkan timbulnya milk al-manfaat,
yaitu: iarah (pinjaman); ij,arah (sewa menyewa); wakaf; wasiat dan
ibrahah. Adapun beberapa ciri khas dari Milk al-manfaat asy-syakhshi
antara lain.
a) Hak milk manfaat dapat dibatasi dengan waktu, tempat dan sifat
pada saat menentukannya
b) Menurut Hanafiyah, hak milik manfaat asy-syakhshui tidak bisa
diwaris.
c) Pemilik hak manfaat menerima benda yang diambil manfaatnya itu
walaupun secara paksa dari pemiliknya.
d) Pemilik manfaat harus menyediakan biaya yang dibutuhkan oleh
benda yang diambil manfaatnya.
e) Pemilik manfaat harus mengembalikan barang kepada pemiliknya
setelah ia selesai menggunakannya, apabila pemilik barang tersebut
memintanya, kecuali apabila pemilik manfaat mintanya kecuali
apabila pemilik manfaat merasa dirugikan muisalnya tanamannya
belum dapat dipetik (dipanen).

Berakhirnya hak manfaat, ada beberapa yang menyebabkan


berakhirnya hak manfaat asy-syakhshi, yaitu dikarenakan:
1. Selesainya masa pengambilan manfaat yang dibatasi waktunya.
2. Rusaknya benda yang diambil manfaatnya atau terd.apat cacat yang
tidak memungkinkan dimanfaatkannnya benda tersebut, seperti
robohnya rumah yang ditempati. Meninggalnya pemilik manfaat
menurut Hanafiyah, karena manfaat menurut mereka tidak bisa
diwaris.
3. Wafatnya pemilik barang, apabila manfaat tersebut diperoleh dengan
jalan iarah ataui ijarah.
3. Milk al-manfaat al-aini atau hak irtifaq
Hak Irtifaq adalah suatu hak yang ditetapkan atas benda tetap
untuk manfaat benda tetap yang lain, yang pemiliknya bukan pemilik
benda tetap yang pertama. Macam-macam Hak Syurb yaitu. Hak syurb
1. Hak Syurb (Haq Asy-Surb)
Adalah hak untuk minum dan menyirami, yakni untuk minum
manusia dan binatang dan menyirami tanaman dan pepohonan.
2. Hak Majra (Haq al-Majra)
Adalah hak pemilik tanah yang jauh dari tempat aliran air untuk
mengalirkan air melalui tanah milik tetangganya ke tanahnya guna
menyirami tanaman yang ada di atas tanahnya itu.
3. Hak Masil (Haq Al-Masil)
Adalah hak untuk membuang air kelebihan dari tanah atau rumah
melalui tanah milik orang lain.
4. Hak Murur (Haq Al-Murur)
Adalah hak pemilik benda tetap yang terletak di bagian dalam untuk
sampai ke benda tetapnya melalui jalan yang dilewatinya, baik itu
jalan umum ataupun tidak dimiliki oleh seseorang, maupun jalan
khusus yang dimiliki oleh orang lain.
5. Hak Jiwar (Haq Al-Jiwar)
Hak bertetangga (Haq Al-Jiwar) terbagi menjadi dua yaitu. Pertama,
Hak Taalli (hak bertetangga ke atas dan ke bawah), yaitu suatu hak
bagi pemilik bangunan yang disebelah atas terhadap pemilik
bangunan yang ada di sebelah bawah. Kedua, hak jiwar Al-Janibi
(hak bertetangga ke samping), yaitu suatu hak yang ditetapkan
kepada masing-masing orang yang bertetangga atau sama lain yang
ada di samping rumahnya.

C. Sebab-sebab dan Hikmah Kepemilikan


1. Sebab-sebab Kepemilikan
Sebab-sebab tamalluk (memiliki) yang ditetapkan syarak, terdiri atas
empat sebab sebagai berikut:
a. Ihrazul Mubahat
Ihrazul Mubahat merupakan sebab timbul atau sifat memiliki atas
benda oleh seseorang. Yang dimaksud dengan mubah dalam ihrazul
mubahat adalah harta yang tidak masuk ke dalam milik yang dihormati
(milik seorang yang sah) dan tidak ada pula suatu penghalang yang
dibenarkan syarak dari memilikinya.
Untuk memeiliki benda mubahat diperluikan dua syarat, yaitu:
1. Benda mubahat belum di ikhrazkan oleh orang lain. Seseorang
mengumpulkan air dalam satu wadah, kemudian air tersebut
dibiarkan, maka orang lain tidak berhak mengambil air tersebut,
sebab telah di ikhrazkan orang lain.
2. Adanya niat (maksud) memiliki. Maka seseorang memperoleh harta
mubahat tanpa adanya niat, tidak termasuk ikhraz, umpamanya
seorang pemburu meletakkan jaringnya di sawah, kemudian
terjeratlah burung-burung, bila pemburu meletakkan jaringnya
sekedar untuk mengeringkan jaringnya, ia tidak berhak memiliki
burung-burung tersebut.
b. Khalafiyah
Yaitu bertempatnya seseorang atau sesuatu yang baru bertempat di
tempat yang lama, yang telah hilang sebagai macam haknya. Khalafiyah
ada dua macam, yaitu:
1. Khalafiyah syakhsyan syakhsy, yaitu si waris menempati tempat si
muwaris dalam memiliki harta yang ditinggalkan oleh muwaris,
harta yang ditinggalkan oleh muwaris disebut tirkah.
2. Khalafiyah syaian syaiin, yaitu apabila seseorang merugikan milik
orang lain atau menyerobot barang orang lain, kemudian rusak di
tangannya atau hilang, maka wajiblah dibayar harganya dan diganti
kerugian-kerugian pemilik harta. Maka Khalafiyah syaian syaiin
ini disebut tadlmin atau tawidl (menjamin kerugian).
c. Al-Uqud
Al-Uqud (akad) merupakan sebab terjadi kepemilikan. Akad ini
lazim disebut dengan transaksi pemindahan hak. Maksud akad dalam
sistem kepemilikan, ada dua hal penting yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Uqud jabariah
Akad-akad yang harus dilakukan berdasarkan pada keputusan hakim,
seperti menjual harta orang yang berutang secara paksa.
2. Istimlak untuk muslahat umum
Misalnya, tanah-tanah disamping masjid apabila diperlukan untuk
masjid harus dimiliki oleh masjid dan pemilik harus menjualnya.
d. At-Tawallud mim Mamluk
At-Tawallud mim mamluk adalah segala yang terjadi dari benda yang
telah dimiliki menjadi hak bagi pemilik benda tersebut. Misalnya,
seseorang memiliki pohon yang menghasilkan buah, buah ini otomatis
menjadi milik bagi pemilik pohon; seseorang memiliki ternak kambing
lalu mengambil susunya, susu yang diperoleh dari kambing tersebut
menjadi milik pemilik kambing.
2. Hikmah Kepemilikan
Dengan mengetahui cara-cara pemilikan harta menurut syariat Islam
banyak hikmah yang dapat digali untuk kemaslahatan hidup manusia, antara
lain :
a. Manusia tidak boleh sembarangan memiliki harta, tanpa mengetahui
aturan-aturan yang berlaku yang telah disyariatkan Islam.
b. Manusia akan mempunyai prinsip bahwa mencari harta itu harus dengan
cara-cara yang baik, benar, dan halal.
c. Memiliki harta bukan hak mutlak bagi manusia, tetapi merupakan suatu
amanah (titipan) dari Allah swt. yang harus digunakan dan dimanfaatkan
sebesar-besarnya untuk kepentingan hidup manusia dan disalurkan
dijalan Allah untuk memperoleh ridha-Nya.
d. Menjaga diri untuk tidak terjerumus kepada hal-hal yang diharamkan
oleh syara dalam memiliki harta.
e. Manusia akan hidup tenang dan tentram apabila dalam mencari dan
memiliki harta itu dilakukan dengan cara-cara yang baik, benar, dan
halal, kemudian digunakan dan dimanfaatkan sesuai dengan panduan
(aturan-aturan) Allah swt.

D. Ketentuan Islam tentang Akad


Akad dalam Islam sangat mudah dan tidak akan pernah memberatkan
kepada orang yang sedang melakukan akad, yakni cukup adanya rasa ridha antara
satu dengan pihak akad yang lain, kecuali dalam urusan perkawinan yang
menghendaki adanya saksi.
1. Pengertian Akad
Secara etimologi akad adalah ikatan antara dua perkara, baik ikatan
secara nyata maupun maknawi, dari satu segi maupun dua segi. Secara
terminologi ulama fikih membaginya pada dua ketentuan, yaitu akad secara
umum, adalah segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang berdasarkan
keinginannya membutuhkan keinginan dua orang, seperti jual beli,
perwakilan dan gadai. Sedangkan akad secara khusus adalah pengaitan
ucapan salah seorang yang akad dengan yang lainnya secara syarak pada segi
yang tampak dan berdampak pada objeknya.
Ketentuan dasar dari akad berdasarkan pada firman Allah SWT. Berikut :








Wahai orang-orang yang beriman Penuhilah janji-janji .... (QS. Al-
Maidah/5: 1).

2. Rukun dan Syarat-syarat Akad


Rukun-rukun akad antara lain.
a. Aqid (orang yang berakad)
b. Maqud alaih (benda-benda yang diakadkan)
c. Maudhu al-aqd (tujuan atau maksud pokok mengadakan akad)
d. Shighat al-aqd (ijab kabul).
Dan Syarat-syarat Akad antara lain.
a. Kedua orang yang melakukan akad cakap bertindak (ahli).
b. Yang dijadikan objek akad dapat menerima hukumnya.
c. Akad itu diijinkan oleh syara
d. Janganlah akad itu akad yang dilarang oleh syara, seperti jual beli
mulasamah (saling merasakan).
e. Akad dapat memberikan faedah.
f. Ijab itu berjalan terus.
g. Ijab dan kabul mesti bersambung.
3. Macam-macam Akad
Ada beberapa jenis macam akad baik yang telah berlaku dalam istilah agama,
maupun kebiasaan dalam masyarakat. Oleh karena itu akad dibagi dua, yaitu:
a) Uqudun musamma, yaitu berbagai macam akad yang jenis dan aturannya
telah ditentukan oleh syarak.
b) Uqudun ghairu musamma, yaitu berbagai macam akad yang jenis dan
istilah aturannya belum ditetapkan oleh syarak.
4. Hikmah Akad
Hikmah akad yaitu.
a. Mempermudah dan memperjelas status hak seseorang dalam menguasai
barang.
b. Menciptakan kesejahteraan, ketentraman, dan keamanan dalam
kehidupan manusia.
c. Memberikan kebebasan manusia sebagai khalifah di bumi untuk
menentukan dirinya dalam memperoleh pahala atau menanggung dosa.
d. Status kepemilikan terhadap harta menjadi jelas.
e. Adanya ikatan yang kuat di antara dua orang atau lebih di dalam
bertransaksi atau memilih sesuatu.
f. Tidak bisa sembarangan dalam membatalkan sesuatu ikatan perjanjian,
karena telah diatur oleh syari.
g. Aqad merupakan payung hukum di dalam kepemilikan sesuatu,
sehingga pihak lain tidak bisa menggugat atau memilikinya.
BAB III
PENUTUP

Simpulan
Pemilik sesungguhnya dari sumber daya yang ada adalah Allah SWT,
manusia dalam hal ini hanya penerima titipan untuk sementara saja. Sehingga
sewaktu-waktu dapat di ambil kembali oleh Allah SWT. Oleh sebab itu
kepemilikan mutlak atas harta tidak di akui dalam Islam. Hak milik terbagi
kedalam dua bagian yaitu: hak milik yang sempurna dan hak milik yang tidak
sempurna. Sebab-sebab tamalluk (memiliki) yang ditetapkan syarak, terdiri atas
empat sebab sebagai berikut: Ihrazul Mubahat, Khalafiyah, Al-Uqud (akad)
merupakan sebab terjadi kepemilikan. Akad ini lazim disebut dengan transaksi
pemindahan hak. At-Tawallud mim mamluk adalah segala yang terjadi dari benda
yang telah dimiliki menjadi hak bagi pemilik benda tersebut.
Hikmah yang dapat digali untuk kemaslahatan hidup manusia, antara lain:
Manusia tidak boleh sembarangan memiliki harta, tanpa mengetahui aturan-aturan
yang berlaku yang telah disyariatkan Islam., Manusia akan mempunyai prinsip
bahwa mencari harta itu harus dengan cara-cara yang baik, benar, dan halal. c.
Memiliki harta bukan hak mutlak bagi manusia, tetapi merupakan suatu amanah
(titipan) dari Allah swt. yang harus digunakan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya
untuk kepentingan hidup manusia dan disalurkan dijalan Allah untuk memperoleh
ridha-Nya.Secara etimologi akad adalah ikatan antara dua perkara, baik ikatan
secara nyata maupun maknawi, dari satu segi maupun dua segi. Secara
terminologi ulama fikih membaginya pada dua ketentuan, yaitu umum dan
khusus. Macam-macam Akad Uqudun musamma, dan Uqudun ghairu
musamma. Hikmah akad yaitu. Mempermudah dan memperjelas status hak
seseorang dalam menguasai barang. Dan Menciptakan kesejahteraan,
ketentraman, dan keamanan dalam kehidupan manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Hadna, Mustofa. 2011. Mengkaji Fikih untuk MA. Pemalang : Erlangga.


Qosim, Rizal. 2014. Pengamalan Fikih 1. Solo : Pustaka Mandiri.
Wardi, Ahmad. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta : Amzah.
Suhendi, Hendi. 2005. Fiqh Muamalah. Jakarta : Raja Grafindo.
Rahman, Abdul. 2010. Fikih Muamalat. Jakarta : Prenada Media Group.
http://jajaka-aja.blogspot.com/2011/02/materi-fiqih-tentang-akad.html

Anda mungkin juga menyukai