Tugas Pembuatan Abon Daging Autosaved
Tugas Pembuatan Abon Daging Autosaved
A. Latar Belakang
teknologi dalam hal pengolahan daging. Banyak cara yang dikembangkan untuk
meningkatkan nilai guna dan daya simpan dari dari daging segar seperti diolah menjadi
untuk mengubah bahan mentah menjadi makanan atau mengubah makanan menjadi
bentuk lain untuk konsumsi oleh manusia atau hewan di rumah atau oleh industri
dalam bentuk segar. Sebagian besar makanan di konsumsi setelah terlebih dahulu
diolah menjadi berbagai makanan siap saji/setengah siap saji dalam berbagai jenis.
memperpajang masa simpan bahan pangan. Pengolahan bahan pangan identik dengan
proses pengawetan. Baik pengawetan secara kimia, fisik ataupun mikrobiologi. Salah
satu cara pengolahan tersebut adalah pengolahan buah dengan penambahan gula
Abon adalah makanan yang terbuat dari daging yang disuwir atau telah
dipisahkan seratnya, kemudian ditambah bumbu dan digoreng. Daging sapi dan daging
kerbau adalah daging yang umum digunakan dalam pembuatan abon. Menurut
Sumarsono et al., 2008, penggunaan kantong plastik yang ditutup rapat untuk
dapat disimpan beberapa bulan dalam suhu kamar. Umur simpan abon sapi dapat
mencapai lebih dari 60 hari dan memiliki rasa yang khas sehingga disukai konsumen
(Perdana, 2009).
Daging sapi merupakan bahan makanan yang tidak bisa dikonsumsi secara
langsung tetapi harus melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Pangan ini
mengandung protein yang tinggi sehingga sangat cepat mengalami kebusukan dan
tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Agar dapat disimpan dalam waktu
yang panjang maka daging sapi harus melalui proses pengolahan dengan kandungan
B. Tujuan
PENGOLAHAN PANGAN
Pengolahan pangan adalah kumpulan metode dan teknik yang digunakan untuk
mengubah bahan mentah menjadi makanan atau mengubah makanan menjadi bentuk
lain untuk konsumsi oleh manusia atau hewan di rumah atau oleh industri pengolahan
makanan. Pengolahan makanan membutuhkan ladang bersih dan telah panen atau
produk hewan yang disembelih dan penjual daging dan menggunakannya untuk
memproduksi produk makanan menarik, dapat dipasarkan dan tahan lama. Proses
yang sama digunakan untuk membuat pakan hewan. Contoh ekstrem pengolahan
makanan meliputi penyiapan ikan fugu mati atau konsumsi dibawah gravitasi nol.
(Wikipedia, 2013)
(Palupi, 2007)
PENGGORENGAN
Penggorengan adalah salah satu cara pengolahan pangan yang mudah serta
banyak diminati. Penggorengan dengan minyak atau lemak banyak dipilih sebagai cara
pengolahan karena mampu meningkatkan citarasa dan tekstur bahan pangan yang
spesifik, sehingga bahan pangan menjadi kenyal dan renyah (Winarno 1999). Menurut
secara simultan, yaitu transfer panas, transfer massa air, dan transfer (serapan) massa
kebahan pangan, penguapan massa air, dan penyerapan minyak oleh bahan pangan.
Suhu penggorengan yang dianjurkan adalah 177201oC, atau tergantung jenis bahan
(Muchtadi, 2008). Secara umum tujuan dari proses penggorengan adalah untuk
melakukan pemanasan pada bahan pangan, pemasakan, dan pengeringan pada bahan
yang digoreng. Menggoreng dengan minyak atau lemak mampu meningkatkan cita rasa
dan tekstur makanan yang spesifik sehingga makanan menjadi kenyal dan renyah,
jumlah kalori makanan meningkat setelah digoreng. Jenis makanan yang digoreng tidak
mudah dicerna karena adanya lemak yang terserap dalam makanan (Winarno, 1999).
Muchtadi (2008) menyatakan bahwa berdasarkan metode pindah panas yang terjadi
secara komersial yaitu shallow/pan frying atau penggorengan dangkal dan deep-fat
frying.
sedikit minyak goreng, sehingga proses penggorengan terjadi pada minyak yang
dangkal (shallow). Pada metode penggorengan seperti ini, bahan yang digoreng
B. Deep-Fat Frying
minyak goreng yang banyak sehingga bahan pangan yang digoreng terendam
bahan pangan yang digoreng matang secara merata, serta warnanya cenderung
dilakukan pada kondisi tekanan atmosferik, bertekanan lebih tinggi dari tekanan
mempengaruhi suhu proses penggorengan yang terjadi, dan juga mutu produk
ABON SAPI
Abon adalah makanan yang terbuat dari daging yang disuwir atau telah
dipisahkan seratnya, kemudian ditambah bumbu dan digoreng. Daging sapi dan daging
kerbau adalah daging yang umum digunakan dalam pembuatan abon. Menurut
Sumarsono et al., 2008, penggunaan kantong plastik yang ditutup rapat untuk
dapat disimpan beberapa bulan dalam suhu kamar. Umur simpan abon sapi dapat
mencapai lebih dari 60 hari dan memiliki rasa yang khas sehingga disukai konsumen
(Perdana, 2009)
pada suhu normal (168-1960C) maka akan menyebabkan degradasi minyak goreng
yang berlangsung dengan cepat (antara lain penurunan titik asap). Proses
penggorengan pada suhu tinggi dapat mempercepat proses oksidasi. Lemak pada
daging dan pada abon sapi dapat menyebabkan terjadinya oksidasi. Hasil pemecahan
ikatan rangkap dari asam lemak tidak jenuh adalah asam lemak bebas yang merupakan
sumber bau tengik. Adanya antioksidan dalam lemak seperti vitamin E (tokoferol) dapat
mengurangi kecepatan proses oksidasi lemak, tetapi dengan adanya prooksidan seperti
logam-logam berat (tembaga, besi, kobalt dan mangan) serta logam porfirin seperti
pada mioglobin, klorofil, dan enzim lipoksidasi lemak akan dipercepat (Nazieb, 2009).
Untuk meningkatkan mutu organoleptik dan cita rasa dalam pengolahan abon
pengawet alami. Beberapa rempah yang sering digunakan dalam pembuatan abon
yakni bawang merah dan bawang putih, garam, gula merah, ketumbar serta lengkuas.
Bawang
Bawang berfungsi sebagai pemberi aroma dan rasa pada makanan. Senyawa
yang menimbulkan aroma pada bawang adalah senyawa sulfur yang akan
menimbulkan bau jika sel bawang merah mengalami kerusakan (Purnomo, 1997).
Selain pemberi aroma bawang merah juga berfungsi sebagai pengawet alami karena
mengandung efek anti bakteri dari senyawa alliin atau alisin yang akan diubah menjadi
asam piruvat, ammonia dan allisin anti mikroba yang bersifat bakterisidia.
Garam
g/100 g daging. Garam berfungsi untuk meningkatkan daya simpan, karena dapat
kering sebaiknya tidak kurang dari 2%, karena konsentrasi garam yang kurang dari
1,8% akan menyebabkan rendahnya protein yang terlarut (Usmiati dan Priyanti, 2008).
keamanan pangan secara mikrobiologi, selain itu garam merupakan bahan penting
dalam pengolahan daging, memiliki kontribusi dalam daya ikat air, warna, ikatan lemak
dan rasa.
ketengikan yang terbentuk akan bereaksi dengan asam amino. Reaksi antara
ketengikan dan asam amino disebabkan karena adanya ion-ion logam dalam Kristal
garam yang dapat membentuk pirazin yang membentuk reaksi lanjutan antara asam
Gula Merah
Fungsi gula dalam pembuatan abon adalah sebagai penambah cita rasa serta
salah satu komponen pembentuk warna coklat yang diinginkan pada hasil akhir produk
abon sapi (Sianturi, 2000). Kandungan gula yang tinggi dapat berperan sebagai
penghambat proses oksidasi dan ketengikan, salain itu penambahan gula kedalam
bahan pangan dalam konsentrasi yang tinggi akan menurunkan kadar air yang tersedia
1994).
Ketumbar
menimbulkan bau sedap dan rasa gurih, komponen lain dari ketumbar adalah 26%
lemak, 17% protein, 10% pati, dan 20% gula (Purnomo, 1997). Dalam penggunaan
Lengkuas
pembuatan makanan kering. Minyak atsiri pada rimpang lengkuas dengan konsentrasi
100 ppm dan 1000 ppm aktif menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dengan
mm.
jika terlihat tekstur yang bubuk dan tidak terlihat serat, maka terdapat sebagian
b. Lihatlah warnanya. Dengan hanya melihat sekilas saja, akan dapat diketahui
apakah abon sapi tersebut diproses dengan cara yang benar atau tidak. Warna
dari abon sapi berkualitas baik adalah coklat keemasan mengkilat dan tidak
kusam
c. Cermati apakah ada banyak terlihat cairan atau minyak di dinding atau di dasar
kemasan. Jika ya, maka artinya proses pengeringannya tidak menyeluruh. Hal ini
dapat mengakibatkan abon lekas basi atau tengik dan selain itu pun, timbangan
1. Pengolahan pangan adalah kumpulan metode dan teknik yang digunakan untuk
bentuk lain untuk konsumsi oleh manusia atau hewan di rumah atau oleh industri
pengolahan makanan.
2. Tujuan dari pengolahan pangan yaitu memperpanjang masa simpan dari produk
hasil peternakan
4. Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging (sapi,
kerbau, ikan laut) yang disuwir-suwir dengan berbentuk serabut atau dipisahkan
digoreng
Arianto. 2010. Pengendalian Mutu Proses Pembuatan Abon Lele Di Irt Karmina.
http://konsultansolokselatan.blogspot.com/ (diakses pada tanggal 1 Desember
2013)
Muchtadi TR. 2008. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Bogor : Institut Pertanian
Bogor
Nazieb, A. 2009. Food Science and Technology. Surakarta : Universitas Negeri
Surakarta
Nursiam, Intan. 2010. Uji Hedonik Dan Mutu Hedonik Abon Daging Sapi.
http://intannursiam.wordpress.com/2010/11/11/laporan-pembuatan-abon-sapi/
(diakses pada tanggal 1 Desember 2013)
Palupi, NS, FR Zakaria dan E Prangdimurti. 2007. Pengaruh Pengolahan Terhadap
Nilai Gizi Pangan. Bogor : Departemen Ilmu & Teknologi Pangan-Fateta-IPB
Perdana, A. 2009. Proses Pembuatan Abon Sapi.
http://perdanaangga.wordpress.com/2009/06/04proses-pembutan-abon-dan-
nugget/ (diakses pada tanggal 1 Desember 2013)
Poulane, E. J., M.H. Rusunen and J. I. Vainionpaa.2001. Combined effects of NaCl and
raw meat pH on water-holding in cooked sausage with and without added
phosphate. Jurnal of Meat Science 58: 1-7
Purnomo. 1997. Studi tentang stabilitas protein daging kering dan dendeng selam
penyimpanan. Laporan Penelitian. Fakultas peternakan. Universitas Brawijaya,
Malang.
Rais, Harfina. 2012. Laporan Abon dan Dendeng.
http://harfinad24090112.wordpress.com/2012/09/30/lap-8-abon-dan-dendeng/
(diakses pada tanggal 1 Desember 2013)
Sumarsono, J, dan H.A Sirajudin. 2008. Penentuan Lama Sentrifuge Minyak Abon
Daging Sapi. Makalah Penunjang Seminar Nasional. Mataram : Fakultas
Pertanian Universitas Mataram
Supriyanto, Raharjo B, Marsono Y, Supranto. 2006. Pemodelan Matematik Transfer
Panas Dan Massa Pada Proses Penggorengan Bahan Makanan Berpati. Jurnal
Teknologi dan Industri Pangan
Sianturi, R. 2000. Kandungan gizi dan palatabilitas abon daging sapi dengan kacang
tanah (Arachis hypogeal linn) sebagai bahan pencampur. Skripsi. Fakultas
Peternakan.Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Usmiati , S, dan A. priyanti. 2008. Sifat fisikokimia dan palatabilitas bakso daging
kerbau. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor.
DAGING DIKUKUS
Bawang merah
Bawang putih
Garam DISUIR-SUIR dan DICAMPUR DENGAN
Gula merah BUMBU YANG TELAH DIHALUSKAN
Ketumbar
Lengkuas
santan
DIMASAK DENGAN SANTAN SAMPAI
JADI BUBUR
PENGGORENGAN
PENGEPRESAN
PENGOVENAN
SIAP
DISAJIKAN