Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

MODUL KEPANITRAAN JUNIOR


STASE ANAK
KASUS TB ANAK

Muhammad zumrodin
12101-024

Dokter Pembimbing:

dr. Yuharika pratiwi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2016
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DEPARTEMEN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN ANAK
ILMU KESEHATAN STATUS PASIEN UNTUK UJIAN
UNIVERSITAS ABDURRAB Untuk Mahasiswa
Nama Mahasiswa Muhammad zumrodin Tanda Tangan
NIM 12101-024
Tanggal Ujian
RS. Zainab ibu dan
Rumah sakit
anak
Periode 2016

I. IDENTITAS
Nama : An. M Nama ayah : Tn. K
Usia : 4 tahun 8 bulan Usia : 33 tahun (L)
Jenis kelamin : laki-laki Pendidikan : pegawai swasta
Alamat : Jl. Soekarno Hatta
Gg. Irham No.4 Pekerjaan : pegawai swasta
Tanggal masuk RS : 19/04/2016 Nama Ibu :~
Nomor Rekam Medis : 141100627 Usia :~
Tanggal pemeriksaan : 19/04/2016 Pendidikan :~
Pekerjaan :~
II. ANAMNESIS
(dilakukan aloanamnesis terhadap ibu pasien dilakukan pada tanggal : 19/04/2016
jam : 17.06 WIB)
A. Riwayat Penyakit
1. Keluhan utama : batuk lebih dari 1 minggu yang lalu
2. Riwayat penyakit sekarang :
Batuk dan demam lebih dari 1 minggu yang lalu, dengan penurunan BB.
3. Riwayat penyakit keluarga :
Keluarga pasien ada yang mengalami keluhan yang sama
4. Riwayat pribadi
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
i. Riwayat kehamilan : ~
ii. Riwayat persalinan : ~
iii. Riwayat pasca lahir : ~
5. Riwayat makanan :~
6. Pertumbuhan dan perkembangan anak
i. Pertumbuhan :~
ii. Perkembangan psikomotor
Motorik kasar : ~
Motorik halus : ~
Bicara :~
Sosial :~
iii. Mental /Intelegensia (~)
iv. Emosi dan perilaku (~)
7. Imunisasi
BCG : .hari skar : .. x mm di :
DPT : ..kali umur : di :
Polio : kali umur : . di: .
Hep B : . kali umur : . di : .
Campak : kali umur : . di : ..
Booster :
Simpulan : tidak ada data riwayat imunisasi
8. Riwayat penyakit dahulu
Tidak pernah mengeluhkan keluhan seperti ini sebelumnya
i. Penyakit
a. Diare :
b. Campak : tidak ada riwayat
c. ISPA : tidak ada riwayat
d. Parotitis : tidak ada riwayat
e. Hepatitis : tidak ada riwayat
f. Demam tifoid : tidak ada riwayat
g. Malaria : tidak ada riwayat
h. Demam berdarah : tidak ada riwayat
ii. Riwayat rawat inap (tidak ada riwayat)
iii. Riwayat operasi (tidak ada riwayat)
9. Sosial ekonomi dan lingkungan
i. Sosial ekonomi :~
ii. Lingkungan :~
10. Anamnesis sistem
i. Sistem serebrospinal :
ii. Sistem kardiovaskuler :
iii. Sistem respirasi :
iv. Sistem gastrointestinal :
v. Sistem urogenital :
vi. Sistem integumentum :
vii. Sistem muskuloskeletal :

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan umum dilakukan pada tanggal : 19/04/2016 jam : 17.06 WIB
1. Kesan umum : tidak dilakukan pemeriksaan
2. Tanda utama
i. Nadi : tidak dilakukan pemeriksaan
ii. Pernapasan : tidak dilakukan pemeriksaan
iii. Tekanan darah : tidak dilakukan pemeriksaan
iv. Suhu : 39,10C
3. Status gizi
i. Berat badan : 16 kg
ii. Panjang badan : tidak dilakukan pemeriksaan
iii. Lingkar kepala : tidak dilakukan pemeriksaan
iv. Lingkar lengan atas : tidak dilakukan pemeriksaan
4. Integumentum : tidak dilakukan pemeriksaan
5. Muskuloskeletal : tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan khusus
1. Leher : tidak dilakukan pemeriksaan
2. Thoraks : tidak dilakukan pemeriksaan
Jantung : BJ 1 dan 2 reguler
Paru-paru : vesikuler +/+, rh -/-, wh -/-
Depan : tidak ada rh -/-, wh -/-
Belakang : tidak ada rh -/-, wh -/-
3. Perut
Inspeksi : turgor kulit normal
Auskultasi : bising usus (+)
Palpasi : supel
Hati : tidak ada kelainan
Lien : tidak ada kelainan
Perkusi : tidak ada kelainan
4. Anogenital
a. Anus : tidak ada kelainan
b. Genital : tidak ada kelainan
5. Ekstremitas
Tungkai Lengan
Kanan (tidak ada kelainan) Kanan (tidak ada kelainan)
kiri (tidak ada kelainan) kiri (tidak ada kelainan)
a. Gerakan : tidak dilakukan pemeriksaan
b. Kekuatan : tidak dilakukan pemeriksaan
c. Tonus : tidak dilakukan pemeriksaan
d. Trofi : tidak dilakukan pemeriksaan
e. Refleks fisiologis : tidak dilakukan pemeriksaan
f. Refleks patologis : tidak dilakukan pemeriksaan
g. Klonus : tidak dilakukan pemeriksaan
h. Tanda meningeal : tidak dilakukan pemeriksaan
i. Sensibilitas : tidak dilakukan pemeriksaan
6. Kepala
a. Bentuk : tidak dilakukan pemeriksaan
b. Rambut : tidak dilakukan pemeriksaan
c. Ubun-ubun : tidak dilakukan pemeriksaan
d. Mata : tidak dilakukan pemeriksaan
e. Hidung : tidak dilakukan pemeriksaan
f. Telinga : tidak dilakukan pemeriksaan
g. Mulut : tidak dilakukan pemeriksaan
h. Tenggorokan : tidak dilakukan pemeriksaan
i. Gigi : tidak dilakukan pemeriksaan
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DASAR
Darah :
Hemoglobin : 11,7 gr/dl
Leukosit : 8,1 /uL
Led : 8mm/jam
Eosinofil :1
Basofil :0
Segman : 42
Limfosit : 48
Monosit :6
Eritrosit : 4,46%
Trombosit : 360/mm3
Hematokrit : 34,7 %
MCV : 78
MCH : 26,3 pg
MCHC : 33,8 gr/dl
RDW :13,9
MPV : 8,3
Urin (tidak dilakukan pemeriksaan)
Feses (tidak dilakukan pemeriksaan)
IV. RINGKASAN DASAR
a. Anamnesis
Batuk
Demam kurang lebih 1 minggu yang lalu
Terdapat penrunan BB
Pemeriksaan Fisik
b. Laboratorium
Darah : Trombosit (360/mm3), Hematokrit (34,7 %)
Urin : tidak dilakukan pemeriksaan
Feses : tidak dilakukan pemeriksaan
V. DAFTAR PERMASALAHAN
Masalah aktif :
Demam
Batuk
Masalah pasif :
Tidak ada masalah pasif pada pasien
VI. PENYEBAB MASALAH / DIAGNOSIS BANDING
Bronkopneumonia
Pneumonia
VII. RENCANA PENGELOLAAN
a. Rencana pemeriksaan / penegakan diagnosis
Darah rutin: LED
foto thorax
test mantouk (+) = 20 mm/jam
b. Rencana terapi
Farmakologi selama 6 bulan:
INH 150mg
Rifampisin 225mg
Pirazinamid 375mg
c. Rencana perawatan
tidak ada data
d. Rencana diet
tidak ada data
e. Rencana edukasi
tidak ada data
DIAGNOSIS
Hiperpireksia prolonged fever ec TB paru
VIII. TERAPI
Farmakologi selama 6 bulan:
INH 150mg
Rifampisin 225mg
Pirazinamid 375mg
IX. PROGNOSIS
a. Quo ad vitam : Bonam
b. Quo ad sanam : bonam
c. Quo ad fungsionam : bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah
menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa.1

2. Epidemiologi
Organisasi kesehatan sedunia memperkirakan bahwa sepertiga populasi dunia
terinfeksi dengan M.tuberculosis. Angka infeksi tertinggi di Asia Tenggara, China,
India, Afrika, dan Amerika Latin. Tuberkulosis terutama menonjol di populasi yang
mengalami stress nutrisi jelek, penuh sesak, perawatan kesehatan tidak cukup, dan
perpindahan tempat. Sepuluh sampai dua puluh juta orang yang hidup di Amerika
Serikat mengandung basil tuberkel.2
Frekuensi kasus tuberkulosis turun selama setengah abad pertama jauh
sebelum penemuan obat obat anti tuberkulosis sebagai akibat perbaikan kondisi
kehidupan. Insidensi di Amerika Serikat mulai naik pada tahun 1985. Kebanyakan
orang di Negara maju tetap beresiko rendah untuk tuberkulosis kecuali untuk
kelompok kelompok tertentu yang sangat terbatas. Kota kota yang dengan
populasi lebih besar dari 250.000 merupakan 18 % populasi Amerika Serikat tetapi
ada lebih dari 45 % kasus tuberkulosis.
Pada setiap umur, frekuensi tuberkulosis sangat lebih tinggi pada individu
kulit berwarna. Genetik mungkin memainkan peran kecil, tetapi faktor faktor
lingkungan seperti status sosio ekonomi jelas memainkan peran besar pada insiden.2
Pada orang dewasa, dua pertiga kasus terjadi pada orang laki laki, tetapi ada sedikit
dominasi tuberkulosis pada wanita di masa anak. Frekuensi tuberkulosis tertinggi
pada orang tua populasi kulit putih di Amerika Serikat; individu individu ini
mendapat infeksi beberapa dekade yang lalu. Sebaliknya pada populasi kulit berwarna
tuberculosis paling sering pada orang dewasa muda dan anak anak umur kurang dari
5 tahun Kisaran umur 5 14 tahunsering disebut umur kesayangan karena pada
semua populasi manusia kelompok ini mempunyai frekuensi penyakit tuberkulosis
yang terendah.2 Di Amerika Serikat kebanyakan anak terinfeksi dengan
M.tuberculosis di rumahnya oleh seseorang yang dekat padanya, tetapi wabah
tuberkulosis anak juga terjadi pada sekolah
sekolah dasar dan tinggi, sekolah perawat, pusat perawatan anak, rumah,
gereja, bus sekolah dan tim olahraga. Orang dewasa yang terinfeksi virus defisiensi
imun manusia ( HIV ) dengan tuberkulosis dapat menularkan M.tuberculosis ke anak,
beberapa darinya berkembang penyakit tuberkulosis, dan anak dengan infeksi HIV
bertambah resiko berkembang tuberkulosis sesudah infeksi.2 Insidens tuberkulosis
resisten obat telah bertambah secara dramatis. Di Amerika Serikat, sekitar 14 %
isolate M.tuberculosis resisten terhadap sekurang kurangnya satu obat, sementara 3
% resisten terhadap isoniazid maupun rifampicin. Namun di beberapa Negara
frekuensi resisten obat bekisar dari 20 % sampai 50 %. Alasan utama terjadinya
resisten obat adalah kesetiaan penderita yang buruk pada pengobatan dan peresepan
regimen obat yang tidak adekuat oleh dokter. 2 Tuberkulosis masih merupakan
penyakit yang sangat luas didapatkan di Negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia, baik pada anak maupun pada orang dewasa yang juga dapat menjadi
sumber infeksi. Menurut penyelidikan WHO dan Unicef di daerah Yogyakarta 0.6 %
penduduk menderita tuberkulosis dengan basil tuberkulosis positif dalam dahaknya,
dengan perbedaan prevalensi antara di kota dengan di desa masing masing 0.5
0.85 % dan 0.3 0.4 %. Uji tuberkulin (uji Mantoux ) pada 50 % penduduk
menunjukan hasil positif dengan hasil terbanyak pada usia 15 tahun ke atas.1
Di Indonesia penyakit ini merupakan penyakit infeksi terpenting setelah
eradikasi malaria, merupakan penyakit nomor satu dan sebagai penyebab kematian
nomor tiga.1,2

3. Klasifikasi
TBC Primer adalah peradangan paru yang disebabkan oleh basil tuberkulosis
pada tubuhpenderita yang belum pernah mempunyai kekebalan spesifik tehadap basil
tersebut

Pembagian tuberculosis paru primer


1. Tuberkulosis primer yang potensial ( potential primary tuberculosis ) terjadi
kontak dengan kasus terbuka, tetapi uji tuberculin masih negative.
2. Tuberkulosis primer laten ( latent primary tuberculosis )
o Tanda tanda infeksi sudah kelihatan, tetapi luas dan aktivitas penyakit
tidak diketahui.
o Uji tuberculin masih negative.
o Radiologis tidak tampak kelainan
3. Tuberkulosis primer yang manifest ( manifest primary tuberculosis )
o uji tuberculin positif.
o telihat kelainan radiologis
Tuberkulosis paru post primer5
Adalah peradangan paru yang disebabkan oleh basil tuberkulosis pada tubuh yang telah peka
tehadap tuberkuloprotein.
- Dari luar ( eksogen ) infeksi ulang pada tubuh yang pernah menderita tuberkulosis
- Dari dalam ( endogen ) infeksi berasal dari basil yang sudah berada dalam tubuh,
merupakan proses lama yang pada mulanya tenang dan oleh suatu keadaan
menjadi aktif kembali.
Adapun pembagian primer paru post primer adalah :
a. Tuberculosis minimal
Terdapat sebagian kecil infiltrat non kavitas pada satu paru maupun kedua
paru, tapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.
b. Moderately Advanced Tuberculosis
Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrat bayangan
halus tidak lebih dari satu bagian paru, bila bayangan kasar tidak lebih dari sepertiga
bagian satu paru.
c. Far advanced tuberculosis
Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada Moderately
Advanced Tuberculosis.
4. Patofisiologi
Penularan tuberkulosis dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya
kuman yang terdapat dalam paru-paru penderita, pesebaran kuman tersebut diudara
melalui dahak berupa droplet. Penderita TB-Paru yang mengandung banyak sekali
kuman dapat terlihat lansung dengan mikroskop pada pemeriksaan dahaknya
(penderita bta positif) adalah sangat menular. Penderita TB Paru BTA positif
mengeluarkan kuman-kuman keudara dalam bentuk droplet yang sangat kecil pada
waktu batuk atau bersin. Droplet yang sangat kecil ini mengering dengan cepat dan
menjadi droplet yang mengandung kuman tuberkulosis. Dan dapat bertahan diudara
selama beberapa jam. Droplet yang mengandung kuman ini dapat terhirup oleh orang
lain. Jika kuman tersebut sudah menetap dalam paru dari orang yang menghirupnya,
maka kuman mulai membelah diri (berkembang biak) dan terjadilah infeksi dari satu
orang keorang lain.
Anak umumnya mengidap TBC karena tertular dari orang dewasa.Pada orang
dewasa, bakteri penyebab TB masuk keparu-paru kemudian menyerang dinding
saluran nafas dengan membentuk rongga yang berisi nanah dan bakteri TB yang
setiap kali batuk maka bakteri TB ikut keluar dan menyebar diudara. Namun pada
anak bakteri TB hanya menyerang jaringan paru tidak sampai menyerang dinding
saluran nafas atau bronkus sehingga anak yang menderita TB tidak menularkan
penyakit kepada orang lain karena pada TB anak hampir tidak ada gejala batuk yang
bisa menjadi penyebaran penyakit. Hal ini disebut juga dengan TB tertutup.3

5. Manifestasi Klinis
Sistemik / non spesifik :
- berat badan turun tanpa sebab
- Anoreksia
- demam lama ( 2 minggu) berulang tanpa sebab
- pembesaran kelenjar limfe superfisialis
- batuk lama 3 minggu
- diare persisten
I. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
- Pucat ( conjuntiva) : anemia pada penyakit kronis
- Demam sub febris
- Badan kurus berat
- Badan menurun
Kasus dini : Pemeriksaan fisik paru sulit dideteksi
Kasus lanjut : Bagian Apeks paru
- Perkusi : redup (jika ada infiltrat)
- Auskultasi : suara napas bronkial, ronchi basah, vesikuler melemah
Kasus dengan fibrosis luas : Atrofi dan retraksi otot-otot intercostal

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Darah
Hasil meragukan, kurang sensitive :
- TB mulai aktif : leukositosis ringan, shift to the left, limfopenia, LED meningkat
sedikit
- Perbaikan: leukosit kembali normal, limfosit tinggi, LED kembali turun
- anemia ringan
- Gamma globulin meningkat
- ICT TB : Kadang positif palsu
Tes tuberculin
Masih banyak dipakai terutama pada anak-anak. Tes tuberkulin dilaukan dengan cara
Tes Mantoux: 0,1 cc tuberkulin PPD 5 TU intra cutan. Dinilai setelah 48 72
jam.Didapatkan indurasi kemerahan 10 15 mm.

Pemeriksaan radiologis
Memegang peranan penting dalam menegakkan diagnosis.Khususnya pada anak dan
TB milier.
Gambaran radiologis :
Lokasi lesi : Apeksparu>> : segmen apical lobus atas atau apical lobus bawah
- Awal : Sarang / bercak seperti pneumonia berupa bercak-bercak seperti awan dengan
batas tak tegas
- Bercak / nodul
- Cavitas
- Kalsifikasi
- Fibrosis
- Tb milier
- Pleuritis
The great imitator : pneumonia, mikosisparu, karsinomabronkus, karsinomametastase.

7. Diagnosis
Diagnosis TB pada anak umumnya sulit ditegakkan, sehingga sering terjadi
misdiagnosis baik overdiagnosis maupun underdiagnosis.Oleh karena itu Unit Kerja
Koordinasi Respirologi PP IDAI telah membuat Pedoman Nasional TB Anak dengan
menggunakan sistem skor (scoring system), yaitu system pembobotan terhadap gejala
atau tanda klinis.
Dokter melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,
selanjutnya dilakukan pembobotan dengan sistem skor. Pasien dengan jumlah skor
yang lebih atau sama dengan 6 (>6), harus ditatalaksana sebagai pasien TB dan
mendapat OAT (obat anti TB). Bila skor kurang dari 6 tetapi secara klinis kecurigaan
kearah TB kuat maka perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik lainnya sesuai indikasi,
seperti bilasan lambung, patologi anatomi, pungsi lumbal, pungsi pleura, foto tulang
dan sendi, funduskopi, CTScan, dan lain lainnya.2

Catatan :
- Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter.
- Batuk dimasukkan dalam skor setelah disingkirkan penyebab batuk kronik lainnya
seperti Asma, Sinusitis, dan lain-lain.
- Jika dijumpai skrofuloderma** (TB pada kelenjar dan kulit), pasien dapat langsung
didiagnosis TB.
- Berat badan dinilai saat pasien datang (moment opname).--> lampirkan tabel
badan.
- Foto toraks toraks bukan alat diagnostik utama pada TB anak
- Semua anak dengan reaksi cepat BCG (reaksi lokal timbul < 7 hari setelah
penyuntikan) harus dievaluasi dengan sistem skoring TB anak.
- Anak didiagnosis TB jika jumlah skor > 6, (skor maksimal 13)
- Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dirujuk ke RS untuk evaluasi lebih lanjut.
Batuk dimasukkan dalam skor setelah disingkirkan penyebab batuk kronik
lainnya seperti asma, sinusitis, refluks gastroesofageal dan lainnya.
Skrofuloderma adalah suatu bentuk reaktivasi infeksi TB, diawali oleh suatu
limfadenitis atau osteomielitis yang membentuk abses dingin dan melibatkan kulit di
atasnya, kemudian pecah, dan membentuk sinus di permukaan kulit. Skrofuloderma
ditandai oleh massa yang padat atau fluktuatif, sinus yang mengeluarkan cairan, ulkus
dengan dasar bergranulasi dan tidak beraturan serta tepi bergaung, serta sikatriks yang
menyerupai jembatan. Biasanya ditemukan di daerah leher atau wajah, tetapi dapat
juga dijumpai di ekstremitas atau trunkus. Perlu perhatian khusus jika ditemukan
salah satu keadaan di bawah ini yaitu :
- kejang, kaku kuduk
- penurunan kesadaran
- kegawatan lain, misalnya sesak napas
- Foto toraks menunjukkan gambaran milier, kavitas, efusi pleura
- Gibbus, koksitis

8. Tatalaksana
Apabila kita menemukan seorang anak dengan TB, maka harus dicari sumber
penularan yang menyebabkan anak tersebut tertular TB.Sumber penularan adalah
orang dewasa yang menderita TB aktif dan kontak erat dengan anak tersebut.
Pelacakan sumber infeksi dilakukan dengan cara pemeriksaan radiologis dan BTA
sputum (pelacakan sentripetal). Bila telah ditemukan sumbernya, perlu pula dilakukan
pelacakan sentrifugal, yaitu mencari anak lain di sekitarnya yang mungkin juga
tertular, dengan cara uji tuberkulin. Sebaliknya, jika ditemukan pasien TB dewasa
aktif, maka anak di sekitarnya atau yang kontak erat harus ditelusuri ada atau tidaknya
infeksi TB (pelacakan sentrifugal). Pelacakan tersebut dilakukan dengan cara
anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang yaitu uji tuberkulin.4,5
Gambar 2. Alur tatalaksana pasien TB anak pada unit pelayanan kesehatan dasar

Setelah pemberian obat selama 6 bulan, OAT dihentikan dengan melakukan


evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan penunjang lain. Bila dijumpai perbaikan
klinis yang nyata walaupun gambaran radiologis tidak menunjukkan perubahan yang
berarti, maka pengobatan dihentikan.

OAT Kategori Anak


Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat dan diberikan dalam
waktu 6 bulan.OAT pada anak diberikan setiap hari, baik pada tahap intensif maupun tahap
lanjutan dosis obatharus disesuaikan dengan berat badan anak. Dosis yang digunakan untuk
paduan OAT KDT pada anak : 2(RHZ)/4(RH)

Dosis OAT KDT anak


Diagnosis TB dengan pemeriksaan selengkap mungkin (Skor >6 sebagai entry point)
Beri OAT 2 bulan terapi, Terapi TB diteruskan sambil mencari penyebabnya Ada perbaikan
klinis Tidak ada perbaikan klinis Untuk RS fasilitas terbatas, rujuk ke RS dengan fasilitas
lebih lengkap Terapi TB diteruskan sampai 6 bulan. Dosis yang digunakan untuk paduan
OAT Kombipak pada anak: 2RHZ/4RH
Dosis OAT Kombipak anak

Keterangan:
- Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumah sakit
- Anak dengan BB 33 kg , dirujuk ke rumah sakit.
- Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah
- OAT KDT dapat diberikan dengan cara : ditelan secara utuh atau digerus sesaat
sebelum diminum.
Dosis Harian dan Maksimal Pada Anak
Bila isoniazid dikombinasikan dengan rifampisin, dosisnya tidak boleh melebihi 10
mg/kgBB/hari. Rifampisin tidak boleh diracik dalam satu puyer dengan OAT lain karena
dapat menganggu bioavailabilitas rifampisin. Rifampisin diabsorpsi dengan baik melalui
sistem gastrointestinal pada saat perut kosong (satu jam sebelum makan).

Pengobatan Pencegahan (Profilaksis) untuk Anak


Pada semua anak, terutama balita yang tinggal serumah atau kontak erat dengan
penderita TB dengan BTA positif, perlu dilakukan pemeriksaan menggunakan system
skoring.Bila hasil evaluasi dengan skoring sistem didapat skor < 5, kepada anak tersebut
diberikan Isoniazid (INH) dengan dosis 5-10 mg/kg BB/hari selama 6 bulan.Bila anak
tersebut belum pernah mendapat imunisasi BCG, imunisasi BCG dilakukan setelah
pengobatan pencegahan selesai.
DAFTAR PUSTAKA

1. Alatas, Dr. Husein et al : Ilmu Kesehatan Anak, edisi ke 7, buku 2, Jakarta; Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia 1997.
2. Behrman, Kliegman, Arvin, editor Prof. Dr. dr. A. Samik Wahab, SpA(K) et al
Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15, buku 2, EGC 2000
3. Price, Sylvia A; Wilson, Lorraine M. : Patofisiologi Klinik, edisi ke 5,Tuberkulosis.
4. Tan, Hoan Tjay Drs.; Rahardja, Kirana Drs. : Obat obat Penting, Khasiat,
Penggunaan dan Efek efek Sampingnya, edisi ke 5, cetakan ke 2, Penerbit PT Elex
Media Komputindo, Kelompok Gramedia Jakarta, Bab 9 Tuberkulostatika.
5. Waspadji,Soparman; Waspadji, Sarwono : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai