Anda di halaman 1dari 3

Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol total dengan menggunakan
metode enzimatik. Kelebihan kolesterol akan menyebabkan zat tersebut bereaksi dengan zat-zat
lain dalam tubuh dan akan mengendap dalam pembuluh darah arteri. Hal yang akan terjadi
selanjutnya adalah penyempitan dan pengerasan pembuluh darah (lazim dikenal sebagai
atherosklerosis) hingga penyumbatan dan pemblokiran aliran darah (atherosklerosis). Akibatnya,
jumlah suplai darah ke jantung berkurang, terjadi sakit atau nyeri dada yang disebut angina, bahkan
dapat menjurus ke serangan jantung (Nilawati, 2008). Oleh karena itu, perlu dilakukakan
pemeriksaan kadar kolesterol dalam sampel yang nantinya akan berguna sebagai pemantauan
kesehatan.

Metode yang digunakan adalah metode enzimatik dengan prinsip dasarnya adalah
kolesterol ditentukan setelah hidrolisa dan oksidase H2O2 bereaksi dengan 4-aminoantipyrin dan
phenol dengan katalisator peroksida membentuk quinoneimine yang berwarna. Absorbansi warna
ini sebanding dengan kolesterol dalam sampel. Kelebihan metode enzimatik yaitu pengukuran
menjadi lebih spesifik karena tidak terdapat zat pengganggu seperti bilirubin dan asam askorbat.

Sampel yang digunakan yaitu serum 10L dan larutan kerja 1,0mL. Serum merupakan
darah yang telah dipisahkan dari sel-sel darah merah dan zat-zat koagulan. Penggunaan serum
dibandingkan plasma dikarenakan serum tidak memiliki fungsi dalam pembekuan darah. Hal ini
membuat serum tidak akan menggumpal saat direaksikan. Kemudian larutan kerja atau reagen
yang digunakan merupakan campuran dari beberapa enzim yang dapat mengubah kolesterol
menjadi suatu senyawa berwarna sehingga dapat dideteksi oleh spektrofotometri UV-Vis.

Sampel yang telah dibuat kemudian di inkubasi pada suhu 37C selama 10menit. Proses
inkubasi ini bertujuan memberikan waktu untuk terjadinya reaksi pada larutan sampel. Suhu yang
digunakan 37C adalah sebagai penyesuaian dengan suhu tubuh agar enzim bekerja dengan baik.
Apabila suhu dinaikkan lebih dari 37C makan enzim akan rusak dan tidak dapat bekerja, dan
apabila menggunakan suhu dibawah 37C reaksi akan bekerja sangat lambat. Untuk itu harus
digunakan suhu optimum pada tubuh. Saat proses inkubasi, terjadi reaksi antara reagen dengan
kolesterol yang terdapat pada sampel. Setelah diinkubasi, terjadi perubahan warna dari bening
menjadi merah muda. Warna tersebut menandakan terjadinya reaksi antara enzim dengan
kolesterol. Warna merah muda tersebut berasal dari senyawa quinoneimine, yang merupakan hasil
reaksi antara reagen dan kolesterol. Reaksi yang terjadi yaitu sebagai berikut :

Perubahan warna tersebut (menjadi berwarna merah muda) bertujuan agar campuran
larutan dapat diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan
panjang gelombang maksimum. Quinoeimine akan terukur absorbansinya pada panjang
gelombang 546nm dan nilai absorbansi tersebut sebanding dengan kadar kolesterol dalam darah.
Untuk itu dilakukan pengukuran pada panjang gelombang 546nm yang merupakan panjang
gelombang maksimum untuk quinoeimine agar hasil pengukuran yang diperoleh akurat.
Pengukuran menggunakan spektrofotometer UV-Vis ini dikarenakan kolesterol mempunyai gugus
kromofor yang mana kromofor adalah gugus fungsi yang menyerap atau mengabsorbsi radiasi
elektromagnetik di daerah panjang gelombang maksimum. Berdasarkan hasil pengamatan, nilai
absorbansi yang diperoleh kemudian digunakan dalam penetapan kadar kolesterol dalam sampel.

Menurut literature, nilai kolesterol dalam darah yang dianjurkan adalah < 200
mg/dL, untuk resiko sedang sebesar 200-239 mg/dL, dan untuk resiko tinggi 240 mg/dL.

Table 1. Nilai rujukan untuk kolesterol


USIA (Tahun) NILAI RUJUKAN (mg/dL)
< 29 < 200
30 39 < 225
40 49 < 245
> 50 < 265
(Suryaatmaja,M ,2004).

Kemudian didapat kadar kolesterol dalam sampel adalah 173,58mg/dL. Kadar tersebut
menunjukan bahwa kadar kolesterol masih dalam batas normal, yang artinya kolesterol dalam
sampel masih dapat ditoleransi oleh tubuh.
Pustaka

Nilawati, S. 2008. Care Yourself Kolesterol. Penerbit Penebar Plus. Jakarta.

Suryaatmaja,M.dkk. 2004. Tabel Konversi satuan SI konvensional dan nilai rujukan dewasa
anak parameter laboratorium klinik. Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik Indonesia.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai