Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Tes lain yang duanggap dapat menilai keparahan dari eksaserbasi : 1,5
- Pulse oximetry dan analisa gas darah. Penilaian status asam basa diperlukan
sebelum memulai ventilasi mekanik.
- Foto toraks untuk menyingkirkan diagnosis alternatif lainnya.
- EKG dapat membantu mendiagnosis dari penyakit jantung yang timbul
bersamaan dengan PPOK.
- Darah lengkap, untuk melihat polisitemia (hematokrit > 55%), anemia atau
leukositosis.
- Adanya sputum purulen saat eksaserbasi dapat dianggap sebagai indikasi
untuk memulai terapi antibiotik empiris. Haemophilus influenza,
Streptococcus pneumonia, dan Moraxella catarrhalis merupakan bakteri
pathogen yang paling sering terlibat pada eksaserbasi pada pasien GOLD3 dan
GOLD 4. Pseudomonas aeroginosa juga dianggap penting. Apabila infeksius
KLASIFIKASI
Berdasarkan health-care utilization, eksaserbasi dapat diklasifikasikan: (i)
ringan, apabila pasien membutuhkan penambahan jumlah obat, apabila seseorang
masih dapat melakukan pekerjaan untuk diri sendiri secara normal; (ii) sedang,
apabila membutuhkan penambahan jumlah obat, dan merasa membutuhkan
bantuan asisten medis; (iii) berat, apabila kondisi pasien memburuk dengan cepat
dan membutuhkan perawatan rumah sakit. 9
Penilaian tingkat keparahan PPOK eksaserbasi akut
PENATALAKSANAAN
Tujuan dari penatalaksanaan PPOK eksaserbasi adalah untuk
meminimalkan pengaruh eksaserbasi yang sedang berlangsung dan mencegah
terjadinya ekseserbasi berikutnya. Berdasarkan dari tingkat keparahan eksaserbasi
dan/atau keparahan penyakit penyerta, eksaserbasi dapat ditatalaksana pada rawat
jalan maupun rawat inap. Lebih dari 80% eksaserbasi dapat ditatalaksana pada
rawat jalan dengan terapi farmakologis yang meliputi bronkodilator,
kortikosteroid dan antibiotik. 1
Dikutip dari: Validation of Novel Risk Score for Severity of Illness in Acute
Exacerbations of COPD 8
Skor BAP-65 dibuat berdasarkan dari informasi yang didapatkan pada
awal pasien masuk ke rumah sakit. Skor BAP-65 ini diabagi menjadi 5 kelas: 8
1) Kelas I : Usia 65 tahun, tidak memiliki 3 faktor risiko (kadar BUN 25
mg/dL, perubahan status mental, nadi 109 x/ menit).
2) Kelas II : Usia > 65 tahun, tanpa faktor risiko.
3) Kelas III : Memiliki satu faktor risiko
4) Kelas IV : Memilikki dua faktor risiko
5) Kelas V : Memiliki tiga faktor risiko
Jika BAP-65 kelas I disebut risiko rendah, kelas II-III disebut risiko sedang, kelas
IV disebut risiko tinggi.