Peranan Mikroba Dibidang Industri
Peranan Mikroba Dibidang Industri
Bakteri digunakan dalam skala industri untuk menghasilkan berbagai macam untuk
zat kimia, enzim, asam amino, vitamin, dan substansi lain (Tiniew, 2012).
Peranan bakteri yang menguntungkan dalam bidang industri dapat dilihat pada tabel
berikut (Intan, 2012):
Di dalam bidang industri juga terdapat bakteri yang menguntungkan dalam bidang ini.
Terutama dalam bidang industri pangan. Terdapat beberapa kelompok bakteri yang mampu
melakukan proses fermentasi dan hal ini telah banyak diterapkan pada pengolahan berbagi
jenis makanan. Bahan pangan yang telah difermentasi pada umumnya akan memiliki masa
simpan yang lebih lama, juga dapat meningkatkan atau bahkan memberikan cita rasa baru
dan unik pada makanan tersebut (Pratiwi, 2012).
Dalam bidang industri kimia peranan mikroorganisme sangat dibutuhkan karena pada
dasarnya mikroorganisme tidak hanya bersifat sebagai parasit akan tetapi ada yang
menguntungkan, sebagai contoh bakteriEscherichia coli yang berperan dalam proses
produksi terutama fermentasi. Selain itu peran lain dari mikroorganisme khususnya bakteri
adalah dalam penguraian minyak bumi yang tertumpah ke laut dan penguraian zat-zat yang
bersifat toksik di sungai atau laut. Selain bakteri juga ada jamur dan khamir yang akan
diuraikan peranannya dalam bidang industri khususnya industri kimia. Cabang ilmu
bioteknologi yang mempelajari industri khususnya mengenai pengembangan dan produksi
senyawa baru ataupun sumber energi yang terbarukan dengan menggunakan mikroorganisme
seperti jamur, khamir, bakteri serta dibantu oleh enzim tertentu untuk memudahkan
pengolahan limbah dan proses produksi industri disebut bioteknologi putih atau abu-abu
(Fadma, 2013)
1. Peragian Alkohol oleh Ragi (Khamir) dan Bakteri
Penggunaan khamir dalam industri seperti pada fermentasi alkohol, industri biomassa
dan bahan baku karbohidrat Fadma, 2013).
Pada kondisi anaerob pada tumbuhan dan beberapa fungi terjadi penimbunan alkohol
khususnya etanol. Penghasil alkohol (etanol) adalah ragi terutama dari Saccharomyces
cerevisiae. Seperti halnya fungi, ragi bernafas aerob dalam lingkungan terisolasi dari
udara, ragi akan meragikan karbohidrat menjadi etanol dan karbondioksida. Pada beberapa
bakteri anaerob termasuk anaerob fakultatif pada peragian heksosa dan pentosa
menghasilkan alkohol sebagai produk utama. Gay-lussac merumuskan proses pengubahan
glukosa menjadi etanol dalam reaksi sebagai berikut Fadma, 2013):
C6H12O6 2 CO2 + 2 C2H5OH
Peragian dari glukosa menjadi etanol dan karbondioksida oleh ragi Saccharomyces
cerevisiae berlangsung melalui alur fruktosa difosfat. Piruvat didekarboksilasi menjadi
asetaldehid oleh piruvat dekarboksilase dengan bantuan tiamin pirofosfat. Asetaldehid
oleh alkohol dehidrogenase direduksi dengan NADH2 menjadi etanol (Fadma, 2013).
2. Pembentukan Etanol Oleh Bakteri
Bakteri Zymomonas mobilis menguraikan glukosa melalui alur 2-keto-3-deoksi-6-
fosfoglukonat dan memecah piruvat dengan bantuan enzim piruvat dekarboksilase menjadi
asetaldehid dan karbondioksida. Asetaldehid kemudian direduksi menjadi etanol. Etanol
dan karbon dioksida dan asam laktat dalam jumlah kecil adalah produk peragian yang
khas. Etanol dalam minuman keras agave berasal dari atom C 2 dan 3 dan juga dari C 5
dan 6 dari glukosa sedangkan etanol ragi berasal dari atom-C 1, 2, 5 dan 6. Pada peragian
daari beberapaEnterobacteriace dan Clostridium, etanol sebagai produk samping peragian.
Prastadium etanol yaitu asetaldehid tidak langsung dibebaskan oleh piruvat dekarboksilase
dari piruvat tetapi direduksi oleh asetil-koA. Alkohol dibentuk melalui alur lain oleh
bakteri asam laktat yang heterofermentatif seperti Leuconostoc mesenteroides. Glukosa
diuraikan melalui tahap pertama dari alur pentosa fosfat menjadi pentosa fosfat
fosfoketolase bekerja terhadap xilulosa-5-fosfat dengan reaksi sebagai berikut (Fadma,
2013):
xilulosa-5-fosfat + Pi asetilfosfat + gliserinaldehid-3-fosfat
Asetilfosfat yang terbentuk kemudian direduksi menjadi etanol oleh asetaldehid
dehidrogenase dan alkohl dehidrogenase. Produk lain yaitu gliserin-aldehid-3-fosfat
direduksi menjadi laktat melalui piruvat (Fadma, 2013).
3. Pelapisan Bijih Logam
Beberapa bakteri asidofil pengoksidasian besi dan belerang memiliki kemampuan
untuk mengubah bijih logam sulfida dan unsur belerang menjadi sulfat logam berat yang
dapat larut dalam air dapat dimanfaatkan untuk melepaskan bijih logam bernilai rendah
dan untuk mendapatkan tembaga, seng, molibden, uranium dan nikel (Fadma, 2013).
Pelepasan bijih logam atau disebut juga leaching processes telah dikerjakan secara
besar-besaran untuk memperoleh bijih logam dari timbunan tanah di atas mineral dan
kemungkinan dapat digunakan pada penambangan dalam tanah. Air dibiarkan merembes
melalui tumpukan tinggi lapisan-lapisan bebatuan yang mengandung bijih logam yang
telah ditumbuk halus sebagai contoh yang mengandung pirit FeS2 dan sulfida-sulfida
logam yang m enyertainya seperti kalkozit (Cu2S), CuS, ZnS, NiS, MoS2, Pb2S3, Sb2S3,
CoS, dan larutan yang mengandung garam sulfat ditampung. Dari larutan ini, logam dapat
diperoleh dengan menguapkan atau dengan cara mengendapkan larutan. Peleburan sulfida
logam berat dapat terjadi melalui beberapa proses oksidasi oleh bakteri dari senyawa-
senyawa belerang tereduksi dengan reaksi kimia (Fadma, 2013):
FeS2 + 3 O2 + H2O FeSO4 + H2SO4
atau belerang unsur menjadi asam sulfat dengan reaksi kimia (Fadma, 2013):
S + 1 O2 + H2O H2SO4
serta dari Fe menjadi Fe3+ dengan reaksi kimia (Fadma, 2013):
2+
Cara pengolahan air limbah ini mencakup 3 cara yaitu (Fadma, 2013):
1.Cara Aerobik
Pengolahan air limbah secara aerobik, bakteri aerob memerlukan udara dalam
proses pengolahan air limbah sehingga diperlukan aerator atau kolam aerob. Adanya
aerator ini agar bakteri tetap hidup pada waktu proses penguraian karena oksigen dapat
disuplai dari lingkungan melalui aerator. Contoh penggunaan cara aerobik ini seperti
pada bending air sungai yang tercemar (Fadma, 2013).
2.Cara Anaerobik
Pada pengolahan air limbah secara aerobik, pada saat proses penguraian bakteri
dapat hidup dengan sedikit oksigen atau tanpa oksigen akan tetapi dalam proses
pengolahannya memakan waktu yang lebih lama dan menimbulkan bau. Contoh
penggunaan cara anaerobik seperti pada septic tank (Fadma, 2013).
3.Cara Fakultatif
Pengolahan air limbah dengan cara fakultatif ini melibatkan dua cara sebelumnya,
yakni sebagian proses dengan cara aerob kemudian dilanjutkan dengan cara anaerob.
Contoh penerapan cara fakultatif misalnya pada IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)
(Fadma, 2013).
Ada 2 macam metode yang dapat digunakan dalam pengolahan limbah yaitu (Fadma,
2013).:
1. Metode Lumpur Aktif
Bakteri yang berperan dalam proses pengolahan air limbah dengan metode lumpur aktif
berasal dari genusPseudomonas, Flavobacterium, Alcaligenes, Bacillus, Achromobacter,
Corynebacterium, Comomonas, Brevibacterium, Acinetobacter, Sphaerotilus,
Beggiatoa dan Vitreoscilla. Dalam lumpur aktif terdapat 108CFU/mg lumpur. Bakteri
yang diisolasi sebagian besar berasal dari spesies Comamonas-
Psudomonas danCaulobacter. Dalam flok lumpur aktif juga terdapat bakteri autotrofik
misalnya bakteri nitrit sepertiNitrosomonas dan Nitrobacter yang berperan mengubah
amonia menjadi nitrat serta bakteri fototrofik seperti Rhodospilrillaceae yang berperan
penting dalam penurunan nilai BOD dalam lumpur aktif (Fadma, 2013).
BAB III
PENUTUP
Simpulan
1.Beberaapa mikroba dalam bidang industri antara lain Clostridium asetobutylicum, Bacillus
polymyxa, Enterobacter aerogenes, Gluconobacter suboxydans, Pseudomonas
sp, Gluconobacter suboxydans, Lactobacillus delbrueckii, Bacillus subtillis, Bacillus
subtilis, Leuconostoc mesenteroides, Gluconobacter
suboxydans,Streptomycesalivaceus, dan Propionibacterium, freudenreichii. Mikroba-
mikroba tersebut adalah kedalam mikroba yang berperan positif.
2. Mikroba-mikroba tersebut di gunakan dalam memodifikasi pati, merekatkan kertas,
melepaskan perekat pada tekstil, memperhalus struktur dan urat kulit binatang,
melepaskan serat, penghilang noda, pengempuk daging, stabilisator dalam produk pangan,
pengganti plasma darah, pembuatan asam askorbat, dan pengobatan anemia pernisiosa,
pelengkap makanan, dan makanan ternak.