LAPORAN AKHIR
UNTUK MENGATASI BANJIR DAN KEKERINGAN
BUKU 1
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
PRAKARSA STRATEGIS
DI PULAU JAWA
STRATEGI PENGELOLAAN
SUMBER DAYA AIR
DI PULAU JAWA
DESEMBER 2006
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1-1
1.2. Tujuan Kegiatan 1-2
1.3. Ruang Lingkup 1-4
1.4. Keluaran 1-4
BAB 6 PENUTUP
6.1 Arahan Sosialisasi Prakarsa Strategis 6-1
6.1.1 Kekeringan dan banjir 6-1
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Secara nasional, total air yang tersedia di Indonesia mencapai 1.957 miliar meter
kubik per tahun. Dengan penduduk sekitar 220 juta jiwa, potensi ini setara
dengan 8.800 meter kubik per kapita per tahun. Nilai ini masih di atas nilai rata-
rata dunia yang hanya 8.000 meter kubik per kapita per tahun. Namun
kenyataannya ketersediaan air ini bervariasi antara wilayah dan waktu. Lebih
dari 83 persen aliran permukaan terkonsentrasi di Sumatera, Kalimantan, dan
Papua, 17 persen lainnya di Jawa-Bali, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Pulau
Jawa yang luasnya sekitar 7 persen dari total wilayah daratan Indonesia hanya
memiliki potensi sekitar 4,5 persen dari total air tawar nasional; di pihak lain
pulau ini dihuni oleh sekitar 65 persen penduduk Indonesia. Kondisi ini
memberikan gambaran bahwa potensi kelangkaan air yang sangat besar akan
terjadi di Pulau Jawa karena daya dukung sumber daya air yang segera
mencapai titik kritis.
Kebutuhan air nasional saat ini terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Bali, dengan
tujuan penggunaannya terutama untuk air minum, rumah tangga, perkotaan,
industri, dan pertanian. Dari data neraca air tahun 2003 dapat dilihat bahwa
kebutuhan air pada musim kemarau di Pulau Jawa dan Bali yang sebesar 38,4
miliar meter kubik, hanya terpenuhi sekitar 25,3 miliar kubik atau hanya sekitar
66 persen. Defisit ini diperkirakan akan semakin tinggi pada tahun 2020 akibat
peningkatan dimana jumlah penduduk dan aktifitas perekonomian secara
signifikan.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA BAB 1 PENDAHULUAN
prioritas kedua untuk irigasi tanaman pangan; dan prioritas ketiga untuk industri 1-2
dan kebutuhan lainnya. Rendahnya daya dukung waduk-waduk tersebut
mengakibatkan terjadinya kekeringan pada areal sawah di daerah produksi
beras. Pada Tahun 2003 kekeringan areal sawah mencapai 430.295 hektar,
termasuk mengalami puso seluas 82.696 hektar . Di samping itu, turunnya
volume air di waduk mengakibatkan beberapa PLTA terpaksa beroperasi di
bawah kapasitas normal. Kekeringan ini telah berdampak pada menurunnya
pendapatan, kekurangan pangan, kesulitan lapangan kerja, serta kesulitan
memperoleh air bersih bagi wilayah perkotaan.
Sebagai upaya mengatasi masalah banjir dan kekeringan di Pulau Jawa pada
masa depan, dilakukanlah kajian Prakarsa Strategis , yang diarahkan untuk
merumuskan konsep pengelolaan SDA yang terintegrasi dan layak
diimplementasikan. Dalam kaitan itu, analisis dilakukan terhadap kondisi
pengelolaan sumber daya air pada saat ini serta faktor eksternal yang memiliki
pengaruh signifikan terhadap pengelolaan sumber daya air di Pulau Jawa.
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan
Kekeringan di Pulau Jawa bertujuan untuk:
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA BAB 1 PENDAHULUAN
Arah dari prakarsa strategis ini adalah untuk melakukan analisis tinjauan dan
formulasi kebijakan untuk wilayah sumber daya air di Pulau Jawa. Terdapat
beberapa tahapan kegiatan yang dilaksanakan pada proses penyusunan
prakarsa strategis ini, antara lain: identifikasi dan inventarisasi permasalahan;
analisis terhadap kajian sumber daya air; inventarisasi alternatif intervensi
infrastruktur; perumusan prakarsa strategis; perumusan kebijakan dan strategi
implementasi makro; perumusan prioritas program pengelolaan sumber daya air;
perumusan strategi implementasi; perumusan kebijakan pembiayaan;
perumusan mekanisme koordinasi; penyusunan perangkat lunak sistem basis
data; perumusan konsep pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan; dan
perumusan pedoman sosialisasi kebijakan.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA BAB 1 PENDAHULUAN
Kepulauan Seribu
1-4
K. Cilegon
#
#
U
%
Tangerang
Serang Y
# Bekasi
# Karawang
# #
K. Bekasi
# #
# ok
K. Dep
Indramayu
1.4 KELUARAN
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA BAB 1 PENDAHULUAN
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 2 KONDISI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
2.1 UMUM
2.1.1 Fisik
Pulau Jawa-Madura adalah salah satu dari lima pulau besar di Indonesia,
dengan luas sekitar 130 ribu km2 atau kurang lebih 7% dari luas daratan seluruh
wilayah Indonesia. Pulau Jawa-Madura memiliki 15 WS (Wilayah Sungai), 14
WS yang tersebar di Pulau Jawa dan 1 WS dalam kawasan Pulau Madura. Saat
ini Pulau Jawa-Madura dihuni oleh sekitar 65 persen dari total penduduk
Indonesia. Kondisi ini memberi gambaran masalah daya dukung sumber daya air
di Pulau Jawa-Madura sangat berpotensi untuk menjadi masalah yang paling
kritis.
105 00'
106 00'
107 00'
108 00'
109 00'
110 00'
111 00'
112 00'
113 00'
114 00'
Kepulauan Seribu
Bawean Is.
it
Jakarta Bay
ra
K. Cilegon
# 6 00'
St
Krakatau
# Tangerang JAKARTA Ja va Sea
Serang Y
# U
% Bekasi
a
TANGERANG #
nd
Karawang
#
K. Bekasi #
Banten Province # #
Su
Wonogiri K. Malang
# Ponorogo Bondowoso
# 8 00'
Gunungkidul # K. Blitar
# Lumajang
Pacitan #
# SWS 0214#
Yogyakarta Special Tulungagung Blitar Malang
# Trenggalek #
Province
St rai
Jember
Banyuwangi
t
9 00'
Legend: G O V E R N M E N T OF R E P U B L I C I N D O N E S I A
U
% National Capital SWS No. SWS Name SWS No. SWS Name
NATIONAL PLANNING DEVELOPMENT AGENCY
(BAPPENAS)
Y
# Provincial Capital 0201 Ciujung-Ciliman 0210 Jratun Seluna
Provincial Boundary 0202 Cisadane-Ciliwung 0211 Progo-Opak-Oyo FORMULATION OF A BLUEPRINT NATIONAL POLICY
District/ Municipality Boundary 0203 Cisadeg-Cikuningan 0212 BengawanSolo ON FLOOD CONTROL AND MANAGEMENT
0204 Citarum 0213 K.Brantas
Watershed (SWS) Boundary 0205 Cimanuk 0214 Pekalen-Sampean Map No : Map Title :
0206 Ciwulan 0215 Madura A5 CORRELATION BETWEEN AMINISTRATION
0207 Citanduy AND WATERSHED (SWS) BOUNDARIES
0208 Pemali-Comal Compiled by : Dr. Karl Peter Kucera Source :
0209 Serayu - Bakosurtanal, 1 : 250 000 Scale (Coastline, River, Lake)
GIS Operator : Sabdo Sumartono
Gambar 2. 1 Peta batas wilayah administrasi dan batas WS Pulau Jawa dan Madura.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 2 KONDISI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Secara geografis, di sebelah utara Pulau Jawa berbatasan dengan Laut Jawa, 2-2
sebelah selatan dengan Samudera Hindia, sebelah barat dibatasi oleh Selat
Sunda dan sebelah timur dibatasi oleh Selat Bali. Sepanjang sisi selatan pulau
ini didominasi bentuk pegunungan dan penampakan fisiografis gunung gamping
yang memanjang hingga ke Pulau Bali. Di sisi utara didominasi bentukan tanah
alluvial dan marine (daerah pantai) dengan kondisi kelerengan dari sedang
hingga landai.
Rata-rata curah hujan pada musim penghujan dan musim kemarau (tergantung
pada bulan dan letak stasiun pengamat), berkisar antara 0 800 mm untuk
masing-masing bulan kering dan bulan basah. Untuk besarnya curah hujan
tahunan di sepanjang Pulau Jawa-Madura bisa dilihat pada Gambar 2.2.
Kecepatan angin berkisar antara 1,6 knot sampai 23,3 knot. Suhu rata-rata pada
siang hari berkisar antara 27,70C sampai 34,60C, sedangkan suhu udara pada
malam hari berkisar antara 15,30C sampai dengan 3080C.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 2 KONDISI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
2-3
105 00'
106 00'
107 00'
108 00'
109 00'
110 00'
111 00'
112 00'
113 00'
114 00'
Bawean Is.
Ciu
Cit
Ci sad
a
jung
Ciliman
ru
Ciliwu
a it
m
ane
6 00'
tr
Cipu
ng
Krakatau
Cim
S
JAKARTA Ja v a Se a
nag
TANGERANG
U
%
a nu
Y
#
a
a
k
nd
Province of Banten
Su
SWS 0201
SWS 0202
Cisan
Jatiluhur Res
Panaitan Is. SWS 0204
Banga
ggarun
a
an
Pema li
Se
Ju
Comal
ra
wan
Cirata Res ng
g
Tun
SWS 0205
Solo
ta
Bo d
ng
Saguling Res Madura I.
ri
BANDUNG
Cib
Y
# SEMARANG
SWS 0210
ali
L. Malahayu
Sapudi Is. 7 00'
SWS 0215
g
iri L. Cacaban Lu
Cimand si
Sa
SWS 0203 Province of West Java ro
ka
SURABAYA
Kedungombo Res
Province of Central Java L. Rawapening
Y
#
S am
SWS 0207
pa
Mrica Res
ng
o
SWS 0209 ol
n
Cikaso
pea
g Ma dura Str ai t
an
uni
Sam
aw
g
g
Cib
de
Segara Anakn an
W el
g
n
sa
Be
Wadaslintang Res
Ci
un
i
uy
Mad
YOGYAKARTA
Seray
and
Y
#
an
Gajahmungkur Res.
ul o
ulan
Cit
s
aing
ng
Sermo Res
ta
Oyo
no
SWS 0213
L uk
an
Cime da
Ciw
Bal i
Cik
edo
Br
to
on
/M
go ak
8 00'
ow
war
ro
og
P Op SWS 0214
B
Wa
Wlingi Res.
Yogyakarta Special Kr. Kates Res.
Province Kesamben Res.
Strai
ng
ad u
ed
n
B
ne
t
Indi an Ocean
Sa
Nusa Barung I.
Bar
u
9 00'
Legend: Rainfall: G O V E R N M E N T OF R E P U B L I C I N D O N E S I A
750 mm
U
% National Capital
1250 mm
NATIONAL PLANNING DEVELOPMENT AGENCY
(BAPPENAS)
Y
# Provincial Capital 1750 mm
Provincial Boundary 2250 mm FORMULATION OF A BLUEPRINT NATIONAL POLICY
Watershed (SWS) Boundary 2750 mm ON FLOOD CONTROL AND MANAGEMENT
3250 mm
River 3750 mm Map No : Map Title :
Lake 4250 mm A23 RAINFALL AND WATERSHED (SWS) AREA
4750 mm
5250 mm
Compiled by : Dr. Karl Peter Kucera Source :
5500 mm
- Bakosurtanal, 1 : 250 000 Scale (Coastline, River, Lake)
6500 mm GIS Operator : Sabdo Sumartono
7500 mm
Date : September 2004
Daftar wilayah sungai di Pulau Jawa-Madura dapat dilihat pada Tabel 2.1.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 2 KONDISI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
pembantuan. Untuk 15 WS yang wilayahnya terletak pada lebih dari satu 2-4
provinsi, kewenangan pengelolaannya masih tetap dilakukan oleh
pemerintah pusat, sedangkan dua WS dikelola bersama antara pemerintah
dan BUMN, yaitu WS Brantas oleh Perum Jasa Tirta I dan WS Citarum oleh
Jasa Tirta II (Jatiluhur).
Hasil kajian global kondisi krisis air dunia yang disampaikan dalam World Water
Forum II di Denhaag bulan Maret tahun 2000 lalu memperingatkan bahwa akan
banyak negara yang mengalami krisis air pada tahun 2025, termasuk
diantaranya Indonesia, khususnya Pulau Jawa-Madura. Krisis air ini lebih banyak
disebabkan oleh kelemahan dalam hal kelembagaan terkait pengelolaan sumber
daya air, peraturan perundang-undangan yang tidak memadai, pencemaran air
yang semakin luas, pemakaian air yang tidak efisien dan fluktuasi debit antar
musim yang semakin tinggi. Masalah-masalah tersebut akan semakin parah dan
masalah-masalah lain akan timbul semakin banyak apabila tidak segera
dilakukan perbaikan kebijakan dalam melaksanakan program strategis untuk
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 2 KONDISI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
mengelola air secara lebih efisien dan adil serta mengutamakan azas 2-5
konservasi.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 2 KONDISI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Nama Wilayah
Nama Sungai yang 2-6
No. Provinsi Kode WS Termasuk Wilayah
Sungai
Sungai
S. Cilaki
S. Cisanggiri
S. Ciwulan
S. Cipungun
7 Jawa Barat 02.07 Citanduy S. Citanduy
Jawa Tengah S. Cibeureum
S. Cimeneng
S. Cihaur
S. Cikonde
8 Jawa Tengah 02.08 Pemali Comal S. Pemali
S. Bebek
S. Cacaban
S. Waluh
S. Comal
S. Sengkang
S. Sambong
9 Jawa Tengah 02.09 Serayu S. Serayu
S. Bengawan
S. Ijo
S. Lukulo
S. Cakrayasan
10 Jawa Tengah 02.10 Jratun Seluna K. Bodri
K. Anyar
K. Klampok
S. Tuntang
S. Serang
S. Jragung
S. Lusi
S. Juana
S. Randuguntini
K. Semarang
K. Garang
11 Jawa Tengah 02.11 Progo-Opak-Oyo K. Progo
DIY K. Code
K. Opak
K. Oyo
S. Bogowonto
12 Jawa Tengah 02.12 Bengawan Solo B. Solo
Jawa Timur S. Grindulu
S. Lorong
S. Lamong
S. Semawon
S. Wungu
S. Semawun
K. Geneng
S. Sondang
13 Jawa Timur 02.13 K. Brantas K. Brantas
K. Santun
K. Punyu
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 2 KONDISI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Nama Wilayah
Nama Sungai yang 2-7
No. Provinsi Kode WS Termasuk Wilayah
Sungai
Sungai
K. Barigo
K. Putih
K. Widas
K. Konto
14 Jawa Timur 02.14 Pekalen Sampean K. Gembong
K. Rejoso
K. Tangkil
K Deluwang
K. Banyuputih
K. Baru
K. Jatiroto
K. Pekalen
K. Sampean
K. Bondoyudo
15 Jawa Timur 02.15 Madura K. Rangko
K. Balega
K. Sampang
K. Saropa
K. Larus
K. Pacung
K. Rajak
K. Benca
Saat ini pengelolaan sumber daya air di Pulau Jawa-Madura dilakukan oleh
beberapa Balai PSDA yang dibentuk melalui Surat Keputusan Menteri Dalam
Negeri No.176/1996 tentang Pedoman Pembentukan UPTD/Balai PSDA.
Kegiatan Balai PSDA ini merupakan kelanjutan dari kegiatan yang dilaksanakan
oleh Satuan Tugas (SATGAS) PSDA yang dibentuk dibawah pekerjaan Basin
Water Resources Management (BWRM), sebagai salah satu komponen dari
Java Irrigation and Water Management Project (JIWMP) yang didanai oleh Bank
Dunia (Loan 3762-Ind.) sejak Tahun Anggaran1994/1995.
Tugas pokok dan fungsi Balai PSDA adalah melaksanakan sebagian fungsi
Dinas di bidang pengelolaan sumberdaya air. Urusan-urusan yang menjadi
lingkup tugas dan tanggung jawab Balai PSDA adalah:
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 2 KONDISI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Pada awalnya di Pulau Jawa Balai PSDA yang berupakan ex Satgas PSDA
berjumlah 5 buah yakni : Balai Ciujung Ciliman, Balai Cimanuk Cisanggarung,
Balai Jratunseluna, Balai Progo-Opak-Oyo dan Balai Sampean Baru. Kelima
Balai tersebut umumnya telah melakukan sebagian besar tugas-tugas
pengelolaan sumberdaya air seperti yang telah diuraikan diatas. Dalam
perkembangannya, jumlah Balai PSDA di Pulau Jawa bertambah 19 buah
menjadi 24 buah pada tahun 2001. Namun demikian kegiatan yang dilakukan
oleh 19 balai tersebut sedikit berbeda. Pada 19 Balai lainnya di Pulau Jawa
kegiatan yang telah dilakukan antara lain :
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 2 KONDISI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Balai PSDA sebagai unit yang diserahi tugas pelayanan di bidang sumber daya
air dan konservasi sumber daya air, diharapkan ke masa yang akan datang
mampu melakukan pengelolaan unit yang mandiri. Mandiri yang dimaksud disini
diartikan merupakan unit yang mampu melakukan pengelolaan sumber daya air
secara profesional baik secara administratif, teknik maupun keuangan.
2.2 BANTEN
Provinsi Banten merupakan provinsi paling muda di Pulau Jawa yang baru
terbentuk pada bulan Oktober 2000. Dahulu Banten merupakan bagian dari
Provinsi Jawa Barat. Provinsi Banten mempunyai luas 8.651 km2, luas wilayah
administrasi Banten hanya sekitar 0,46% dari luas total daratan Indonesia.
Menurut data BPS, jumlah penduduk di Provinsi Banten pada tahun 2003 adalah
8.956.229 jiwa. Penduduk terbanyak di Provinsi Banten ada di Kabupaten
Tangerang, (3.185.944 jiwa). Sedangkan jumlah penduduk terkecil (326.324
jiwa) berada di Kota Cilegon. Laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2000-2003
adalah sebesar 3,48 %. Sex ratio penduduk di Banten pada tahun 2003 adalah
103.89 (data BPS Provinsi Banten). Seperti halnya dengan provinsi lain yang
berada di Pulau Jawa, masalah yang dihadapi adalah kepadatan penduduk, di
provinsi ini kepadatan penduduk mencapai 1.018 jiwa per km2 tersebar dalam 4
kabupaten, 2 kota, 124 kecamatan dan 1.481 desa.
Jumlah rumah tangga dan penduduk menurut jenis kelamin di Banten tahun
2003 adalah sebagai berikut: Rumah tangga : 1.987.422 KK; Penduduk laki-laki :
4.563.563 jiwa; dan Penduduk perempuan : 4.392.666 jiwa. Dari angkatan kerja
yang berjumlah 3.858.831 jiwa terdapat penduduk bekerja sebanyak 3.185.642
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 2 KONDISI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
jiwa orang dan yang mencari pekerjaan sebanyak 673.189 jiwa sedangkan yang 2-10
bukan angkatan kerja berjumlah 3.148.367 orang.
Provinsi Banten berada di ujung barat Pulau Jawa, menghadap Laut Jawa dan
Samudera Hindia sehingga sangat dipengaruhi oleh angin laut. Hal tersebut
mengakibatkan hampir sepanjang tahun wilayah Banten mengalami udara
lembab dan memiliki curah hujan yang cenderung lebih tinggi daripada provinsi-
provinsi lain di Pulau Jawa.
Pengelolaan sumber daya air di Banten dilakukan oleh Balai PSDA Ciujung-
Ciliman, yang dibentuk melalui Keputusan Mendagri No. 176 tahun 1996 tentang
Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Balai PSDA sudah ditindaklanjuti dengan
terbitnya peraturan-peraturan daerah Provinsi Banten. Balai PSDA Ciujung-
Ciliman adalah satu-satunya balai di Banten, berlokasi di Serang, dengan
wilayah kerja meliputi Kabupaten Serang, Lebak, Pendeglang, Tangerang dan
Kota Cilegon.
Pengelolaan sumber daya air di provinsi Banten juga dilakukan melalui Proyek
Pengelolaan Sumber Air Dan Pengendalian Banjir (PSAPB) Ciujung-Ciliman
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 2 KONDISI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Kota Jakarta, kota paling padat di Indonesia, merupakan dataran rendah dengan
ketinggian rata-rata 7 m diatas permukaan laut, terletak pada 612 LS dan
10648 BT. Berdasarkan SK Gubernur Nomor 1227 Tahun 1989, Luas wilayah
Provinsi DKI Jakarta yang berupa daratan seluas 661,52 km2 dan yang berupa
lautan seluas 6.977,5 km2. Wilayah DKI memiliki sekitar 27 buah sungai dan
110 buah pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu.
DKI Jakarta memiliki pantai di sebelah utara yang membentang dari barat
sampai ke timur sepanjang 35 km yang menjadi tempat bermuaranya 9 buah
sungai dan 2 buah kanal. Sementara di sebelah selatan dan timur DKI Jakarta
berbatasan dengan wilayah Provinsi Jawa Barat, sebelah barat dengan Provinsi
Banten, sedangkan di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa.
Kota Jakarta secara umum beriklim panas dengan suhu udara maksimum
berkisar 28,70C pada siang hari dan suhu udara minimum berkisar 260C pada
malam hari. Sementara itu curah hujan mencapai 2.288,9 mm, tingkat
kelembaban udara mencapai 76,4%, dan kecepatan angin rata-rata mencapai
3,5 m/det.
Daerah di bagian selatan dan timur Jakarta terdapat rawa/situ dengan total luas
mencapai 96,5 Ha. Kedua bagian wilayah ini cocok digunakan sebagai daerah
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 2 KONDISI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
resapan air. Dengan iklimnya yang lebih sejuk bagian wilayah ini juga ideal 2-12
dikembangkan sebagai wilayah pemukiman penduduk.
Keseluruhan sumber daya air dalam wilayah administrasi DKI Jakarta termasuk
dalam wilayah kerja Balai PSDA Ciliwung-Cisadane (di bawah Provinsi Jawa
Barat). Akan tetapi dalam memenuhi kebutuhan sumber daya air, terutama untuk
air baku, DKI Jakarta lebih mengandalkan pada Kanal Tarum Barat yang
menyediakan air baku dari sungai Citarum melalui Bendung Curug.
Pada tahun 2003 jumlah penduduk DKI Jakarta, tercatat sebanyak 7,46 juta jiwa.
Dengan luas wilayah hanya 661,5 km2, kepadatan penduduknya mencapai 11,3
ribu jiwa per km2, sehingga menjadikan provinsi ini sebagai provinsi dengan
wilayah terpadat penduduknya di Indonesia.
Dari jumlah tersebut penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan,
seperti yang tampak dari sex ratio yang lebih besar dari 100. Sedangkan status
kewarganegaraanya terdiri dari WNI sebanyak 7,45 juta jiwa dan WNA sebanyak
4,71 ribu jiwa. Kepadatan penduduk Provinsi DKI Jakarta Tahun 2003 dapat
dilihat pada Tabel 2.2.
Jumlah pencari kerja berdasarkan data Sakernas BPS DKI Jakarta tahun 2003
tercatat sebanyak 589,7 ribu orang. Sedangkan yang terdaftar di Dinas Tenaga
Kerja 342,2 ribu orang, dimana 319,7 ribu orang pencari kerja yang masih belum
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 2 KONDISI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
ditempatkan, sedangkan pencari kerja yang berhasil ditempatkan sebanyak 14,6 2-13
ribu orang.
Tabel 2. 2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk DKI Jakarta 2003
Luas Kepadatan
No Kotamadya Penduduk
(km2) Penduduk/(km2)
1 Jakarta Selatan 145,73 1.701.555 11.676
2 Jakarta Timur 187,73 2.094.586 11.157
3 Jakarta Pusat 47,90 897.941 18.746
4 Jakarta Barat 126,15 1.567.571 12.426
5 Jakarta Utara 142,30 1.176.355 8.267
6 Kepulauan Seribu 11,71 18.923 1.616
Provinsi Jawa Barat mempunyai luas wilayah 34.597 km2, sekitar 1,83% dari luas
Indonesia. Kawasan utara Jawa Barat merupakan daerah dataran rendah,
sedangkan kawasan selatan berbukit-bukit dengan sedikit pantai, serta dataran
tinggi bergunung-gunung ada di kawasan tengah.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 2 KONDISI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
dengan jumlah hari hujan rata-rata tiap bulannya sekitar 15 hari. Suhu udara 2-14
berkisar antara 18,80C sampai 29,20C dengan tingkat kelembaban udara rata-
rata sebesar 76%, serta tekanan udara rata-rata sebesar 922,3 mb.
Selain itu, Jawa Barat memiliki lahan subur yang berasal dari endapan vulkanis
serta banyak aliran sungai. Hal ini menyebabkan sebagian besar dari luas
tanahnya cocok digunakan untuk pertanian, sehingga Provinsi Jawa Barat
ditetapkan sebagai lumbung pangan nasional.
Sumber daya air di Provinsi Jawa Barat dibagi dalam 7 (tujuh) satuan wilayah
sungai, yaitu:
1. WS Ciujung-Ciliman. 5. WS Cimanuk-Cisanggarung.
2. WS Cisadane-Ciliwung. 6. WS Citanduy.
3. WS Cisadea-Cikuningan. 7. WS Ciwulan.
4. WS Citarum.
Wilayah-wilayah sungai tersebut dikelola oleh 5 Balai PSDA yang ada di Provinsi
Jawa Barat Tabel 2.3 menggambarkan pembagian wilayah kerja yang dicakup
oleh kelima Balai PSDA.
Kebijakan pemerintah provinsi Jawa Barat dalam pengelolaan sumber daya air,
dituangkan dalam Perda No. 2 Tahun 2003 tentang RTRW Propinsi Jawa Barat
2010. Perda tersebut berisi kebijakan untuk meningkatkan fungsi dan kualitas
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 2 KONDISI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
kawasan lindung di Jawa Barat, termasuk kawasan lindung di Kawasan Bodebek 2-15
dan Bopunjur. Kebijakan dijabarkan dalam beberapa program, yaitu:
Secara administratif Provinsi Jawa Barat terdiri dari 16 Kabupaten, 9 Kota, 561
kecamatan, 1.794 kelurahan dan 3.978 desa. Jumlah penduduk Jawa Barat
pada tahun 2003 mencapai 37,98 juta orang. Wilayah kabupaten dengan
penduduk terbanyak di Jawa Barat ada pada Kabupaten Bandung, (4,5 juta
orang) dan Kabupaten Bogor (3,7 juta orang). Sedangkan yang jumlah
penduduknya terkecil adalah Kota Sukabumi (26 ribu orang).
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 2 KONDISI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
2-16
2.5 JAWA TENGAH
Posisi provinsi Jawa Tengah sebagai diapit oleh dua Provinsi besar lainnya, yaitu
Jawa Barat dan Jawa Timur. Secara geografis Provinsi Jawa Tengah terletak
antara 50 40 dan 80 30 LS dan antara 1080 30 dan 1110 30 BT (termasuk
kepulauan Karimunjawa). Jarak terjauh dari batas barat ke timur adalah 263 km
dan dari batas utara ke selatan 226 km (tidak termasuk kepulauan Karimunjawa).
Luas wilayah Provinsi Jawa Tengah adalah sebesar 3,25 juta hektar, sekitar
25,04% dari luas Pulau Jawa atau sekitar 1,70% dari luas Indonesia. Secara
administratif Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 kabupaten dan 6 kota.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 2 KONDISI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Sumber daya air di Provinsi Jawa Tengah dibagi dalam 7 (tujuh) satuan wilayah 2-17
sungai, yaitu:
1. WS Cimanuk. 5. WS Serayu.
2. WS Pemali-Comal. 6. WS Progo-Opak-Oyo.
4. WS Citanduy.
Wilayah-wilayah sungai tersebut dikelola oleh 6 Balai PSDA yang ada di Provinsi
Jawa Tengah dengan pembagian wilayah kerja sebagaimana tercantum pada
Tabel 2.4 berikut ini.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 2 KONDISI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Berdasarkan Data BPS, jumlah penduduk Jawa Tengah tahun 2002 tercatat
sebesar 31,69 juta jiwa atau sekitar 15% dari jumlah penduduk Indonesia. Ini
menempatkan Jawa Tengah sebagai provinsi ketiga di Indonesia dengan jumlah
penduduk terbanyak di samping Jawa Timur dan Jawa Barat. Pada tahun 2003,
jumlah penduduk Jawa Tengah diperkirakan meningkat mejadi sebanyak 32,42
juta jiwa.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 2 KONDISI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
kerja penduduk di Jawa Tengah tercatat sebesar 60,60%. Sedangkan angka 2-19
pengganguran terbuka di Jawa Tengah relatif kecil, yaitu sebesar 6,52%.
Sebanyak 67% angkatan kerja adalah berpendidikan tidak/belum tamat Sekolah
Dasar.
Sektor pertanian memiliki porsi 42% pekerja dan merupakan sektor terbanyak
yang menyerap tenaga kerja. Sektor lain yang cukup banyak menyerap pekerja
adalah sektor perdagangan dan sektor industri, masing-masing tercatat sebesar
19,35% dan 17,36%.
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi dari enam provinsi di
wilayah Indonesia dan terletak di Pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa
Yogyakarta di bagian selatan dibatasi Samudra Hindia, sedangkan dibagian
timur laut, tenggara barat dan barat laut dibatasi oleh wilayah Provinsi Jawa
Tengah yang meliputi :
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 2 KONDISI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
DIY tercatat memiliki luas 3.185,80 km2 atau 0.17% dari luas Indonesia
(1.8790.754 km2), merupakan provinsi terkecil di Indonesia setelah Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta, yang terdiri dari:
Berdasarkan informasi dan BPN, dari 3.185,80 km2 luas D.I Yogyakarta, 35,94%
merupakan jenis tanah Lithosol, 27,42% jenis tanah Regosol, 11,94% jenis tanah
Lathosol, 10,45% jenis tanah Grumusol, 10,27% jenis tanah Mediteran, 2,24%
jenis tanah Alluvial, dan 1,74% adalah jenis tanah Rensina.
Sebagian besar wilayah D.I Yogyakarta terletak pada ketinggian antara 100 -
499 m dari permukaan laut. Daerah Istimewa Yogyakarta beriklim tropis dengan
curah hujan berkisar antara 7 - 380 mm yang dipengaruhi oleh musim kemarau
dan musim hujan. Menurut catatan Stasiun Metereologi Bandara Adisucipto,
suhu udara rata-rata di Yogyakarta tahun 2003 adalah 26,340C, lebih rendah
dibandingkan rata-rata suhu udara pada tahun 2002 sebesar 27,640C, dengan
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 2 KONDISI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
suhu maksimum 34,600C dan suhu minimum 180C. Kelembaban udara berkisar 2-21
antara 34-95%, tekanan udara berkisar antara 1.005,9-1.015,7 mb, dengan arah
angin antara 195-205 derajat, dan kecepatan angin antara 0,1 knot sampai
dengan 20 knot.
Sungai besar yang menjadi potensi sumber daya air di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta berjumlah 3 buah, yaitu:
1. Sungai Progo
2. Sungai Opak-Oyo
3. Sungai Serang
Sungai-sungai tersebut dikelola oleh 2 Balai PSDA yang ada di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta sebagaimana dijelaskan pada Tabel 2.5 berikut ini.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 2 KONDISI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Dengan luas wilayah sekitar 3.185,80 km2, kepadatan penduduk di Daerah 2-22
Istimewa Yogyakarta sekitar 1.007 jiwa per km2. Kepadatan penduduk tertinggi
terjadi di Kota Yogyakarta yakni 12.029 jiwa per km2, sedangkan wilayah yang
tingkat kepadatan penduduknya terendah adalah Kabupaten Gunung Kidul yang
dihuni rata-rata 462 jiwa per km2.
Gambaran tenaga kerja di sektor swasta berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi, adalah sebagai berikut. Jumlah pendaftar pencari kerja pada
tahun 2003 sebanyak 94.881 orang, menurun sekitar 11,26 % dibanding tahun
sebelumnya yang sebesar 106.923 orang. Mereka terdiri dari 52,17% laki-laki
dan 47,83% perempuan. Dari jumlah tersebut 58,42% berpendidikan setingkat
SLTA, 34,95% setingkat Diploma, Sarjana Muda dan Sarjana, serta 5,46%
adalah SLTP dan sisanya 1,17% berpendidikan SD.
Persentase angkatan kerja penduduk DIY adalah 63,84%, terdiri dari 58,63%
sudah bekerja dan sebesar 5,21% sedang mencari pekerjaan. Sisanya sebesar
36,16% merupakan bukan angkatan kerja, teriri dari mereka yang masih
sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya dengan proporsi masing-masing
sebesar 20,20%; 11,27%; dan 4,69%. Berdasarkan lapangan usaha utama,
jumlah penduduk yang pekerjaannya bergerak pada sektor pertanian memiliki
persentase 37,44%, pada sektor perdagangan sebesar 19,75%, pada sektor jasa
sebesar 17,15%, pada sektor industri sebesar 12,18% dan sisanya sebesar
13,48% bekerja di sektor-sektor lainnya.
Secara geografis Provinsi Jawa Timur terletak pada posisi 1110 0 BT hingga
1140 4 BT dan 70 12 LS hingga 80 48 LS. Batas-batas daerah pada provinsi ini
adalah sebagai berikut:
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 2 KONDISI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Secara umum, wilayah Jawa Timur dapat dibagi dalam 2 bagian besar, yaitu 2-23
Jawa Timur Daratan dan Kepulauan Madura. Luas wilayah Jawa Timur Daratan
hampir mencakup 90% dari luas Provinsi Jawa Timur, sedangkan luas
Kepulauan Madura hanya sekitar 10%. Wilayah provinsi Jawa Timur yang
luasnya 46.428,57 km2 secara administrasi terbagi ke dalam 29 Kabupaten dan 9
Kota.
Suhu udara tertinggi di Jawa Timur pada tahun 2003 terjadi pada bulan
November (35,60C) dan terendah pada bulan Juli (18,10C), dengan kelembaban
berkisar antara 32% sampai 98%. Mendung paling banyak terjadi di bulan
Februari dan Desember, dengan rata-rata lama penyinaran matahari 52% dan
41,6%. Sedangkan curah hujan yang cukup tinggi terjadi pada bulan Januari
sampai dengan April.
Provinsi Jawa Timur memiliki 11 (sebelas) gunung berapi yang aktif, disamping
sungai yang cukup besar, dengan anak-anaknya sebanyak 36 sungai. Sungai
besar di Jawa Timur antara lain Kali Brantas yang panjangnya 98 km dan
Bengawan Solo dengan panjang 273 km.
Sumber daya air di Provinsi Jawa Timur terbagi dalam 4 (empat) satuan wilayah
sungai, yaitu:
1. WS Bengawan Solo.
2. WS Brantas.
3. WS Pekalen-Sampean.
4. WS Madura.
Wilayah-wilayah sungai tersebut dikelola oleh 9 Balai PSDA yang ada di Provinsi
Jawa Timur sebagaimana dijelaskan pada Tabel 2.6 berikut ini.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 2 KONDISI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk Provinsi Jawa Timur tahun 2003
sebesar 36,206 juta jiwa dengan pertumbuhan sebesar 1,07% per tahun. Kota
Surabaya mempunyai jumlah penduduk yang paling besar, yaitu 2,66 juta jiwa,
diikuti Kabupaten Malang dengan jumlah penduduk sebesar 2,33 juta jiwa dan
Kabupaten Jember dengan jumlah penduduk sebesar 2.23 juta jiwa. Kepadatan
penduduk Jawa Timur tahun 2003 adalah 780 sebesar jiwa per km2. Kepadatan
penduduk di kota, umumnya lebih tinggi dibanding dengan kepadatan penduduk
di kabupaten. Kota Surabaya mempunyai kepadatan penduduk tertinggi yaitu
sebesar 8.152 jiwa per km2.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 2 KONDISI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Jumlah pencari kerja pada tahun 2003 sebesar 379.435 orang, meningkat 2-25
16,32% dibanding tahun 2002. Tenaga kerja yang sudah ditempatkan sebanyak
40.621 orang, sedangkan rasio pencari kerja dengan lowongan pekerjaan adalah
0,16 persen.
Banjir di Pulau Jawa sebagian besar terjadi di wilayah pantai utara dan pantai
selatan, wilayah cekungan, serta kota-kota besar. Pada tahun 2002, terjadi 72
kejadian banjir yang menggenangi sekitar 81,9 ribu hektar wilayah permukiman
dan pertanian. Jumlah ini meningkat menjadi 104 kejadian pada tahun 2003
yang menggenangi sekitar 91,1 ribu hektar1. Sebaran wilayah rawan banjir di
Pulau Jawa dapat dilihat pada Gambar 2.3.
1 Laporan kejadian banjir dan tanah longsor musim hujan 2001/2002 dan 2002/2003, Departemen Permukiman dan Prasarana
Wilayah
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 2 KONDISI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Project dan South Java Flood Control Project. Upaya pengendalian banjir juga 2-26
dilakukan di Bandung Selatan melalui proyek Upper Citarum Flood Control
Project. Untuk pengendalian banjir wilayah Jakarta diupayakan melalui Ciliwung
Cisadane River Flood Control Project dan pembangunan Banjir Kanal Timur
(BKT) yang saat ini sedang berlangsung. Selain itu, untuk mengatasi banjir di
wilayah perkotaan lainnya, khususnya kota-kota besar di Pulau Jawa,
diupayakan melalui proyek-proyek pengembangan perkotaan antara lain
Bandung Urban Development Project (BUDP) dan Surabaya Urban Development
Project (SUDP). Namun demikian, laju pembangunan infrastruktur pengendali
banjir yang membutuhkan biaya besar tersebut tidak mampu mengatasi
peningkatan magnitude dan frekuensi banjir.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 2 KONDISI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
d) Efek Backwater
Efek backwater terjadi di bagian hulu karena perubahan arus di hilir yang
menyebabkan muka air di hulu meningkat, sehingga terjadi banjir di bagian hulu.
Hal ini disebabkan oleh penyempitan badan sungai, terbendungnya alur sungai,
dan penyempitan pada jembatan dan bangunan-bangunan struktur lainnya.
Backwater juga terjadi pada pertemuan antara anak sungai dan sungai
utamanya.
Masalah kekeringan dapat diidentifikasi dengan analsisi kondisi neraca air. Via
analisis kondisi neraca air, ada 4 klasifikasi: Normal (N), Defisit Rendah (DR),
Defisit Sedang (DS), dan Defisit Tinggi (DT).
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 2 KONDISI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
45
40
Persentase Jumlah Kabupaten/Kota (%)
35
30
25
20
15
10
-
2003 2005 2010 2015 2020 2025
Hasil analisis neraca air menunjukkan bahwa, pada tahun 2003 sebagian besar
(sekitar 77 persen) wilayah kabupaten di luar Jabodetabek telah memiliki satu
hingga delapan bulan defisit air dalam setahun. Dari wilayah yang mengalami
defisit tersebut, terdapat 38 kabupaten/kota atau sekitar 35 persen telah
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 2 KONDISI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
mengalami defisit tinggi. Pada tahun 2025 jumlah kabupaten defisit air meningkat 2-29
hingga mencapai sekitar 78,4 persen dengan defisit berkisar mulai dari satu
hingga dua belas bulan, atau defisit sepanjang tahun.
Jika tidak dilakukan intervensi infrastruktur maka kondisi neraca air akan
mengalami defisit yang semakin tinggi pada tahun-tahun berikutnya. Beberapa
kabupaten/kota pada tahun 2010 diperkirakan akan mengalami defisit yang
semakin membesar, antara lain Kabupaten Ngawi di WS Bengawan Solo dan
Kota Surabaya di WS Brantas. Pada tahun-tahun berikutnya, defisit air di wilayah
tersebut cenderung semakin tinggi, dan kabupaten/kota yang mengalami defisit
akan semakin meluas sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.5 pada tahun-
tahun 2015, 2020, dan 2025.
Dari proyeksi neraca air kabupaten/kota di Pulau Jawa di atas, defisit air tinggi
akan terjadi pada tahun 2005 di beberapa kabupaten/kota di wilayah sungai
Cimanuk-Cisanggarung, Pemali-Comal, Progo-Opak-Oyo, Bengawan Solo,
Brantas hilir, dan Madura. Di samping itu, defisit tinggi juga terjadi pada kota
besar seperti Bandung, Semarang, dan Yogyakarta. Sementara itu,
kabupaten/kota di wilayah-wilayah sungai Cisadea-Cikuningan, Citanduy-
Ciwulan, Citarum, Serayu bagian hulu, Jratun Seluna bagian hulu, Brantas, dan
sebagian Pekalen-Sampean belum mengalami defisit air.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 2 KONDISI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Wilayah analisis neraca air untuk daerah Jabodetabek dan sekitarnya meliputi 2-30
DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi serta Serang, Karawang,
dan Purwakarta2.
DKI Jakarta sebagai ibukota negara memerlukan daya dukung sumber daya air
untuk menunjang segala kegiatan di wilayah tersebut. Pasokan air baku utama
ke DKI Jakarta bersumber dari Sungai Citarum yang dialirkan dari Waduk
Jatiluhur, meskipun sungai utama yang melalui wilayah ini adalah Sungai
Ciliwung.
2 Serang, Karawang, dan Purwakarta dikelompokkan dalam satuan wilayah analisis, sejalan dengan rencana pengembangan
inter basin management dengan menambahkan WS Ciujung-Ciliman dan WS Citarum menjadi satuan wilayah analisis WS
Ciliwung-Cisadane.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 2 KONDISI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
2-31
2005
L d
2010
L d
2015
Legenda :
2020
Legenda :
2025
Legenda :
Legenda :
B a ta s P r o p in s i
J u m l a h B u l a n D e f is i t t a h u n 2 0 2 5
0 b u la n
1 - 2 b u la n
3 - 4 b u la n
5 - 6 b u la n
7 - 8 b u la n
Sumber :
9 - 1 0 b u la n
1 1 - 1 2 b u la n
B a ta s K a b u p a t e n
Hasil Analisis
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 2 KONDISI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
2-32
Sementara itu, sumber utama pasokan air untuk Kota Bogor, Depok dan
Kabupaten Bogor berasal dari Sungai Ciliwung-Cisadane. Pada tahun 2003
terjadi defisit sebesar 2,0 m3/det. Defisit ini semakin membesar di masa yang
akan datang, jika tidak dilakukan upaya intervensi infrastruktur dengan
membangun waduk-waduk sumber air baku yang baru. Defisit tersebut
diperkirakan mencapai 15,0 m3/det di tahun 2025.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 3 KEBIJAKAN PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Dari hasil analisis, secara umum dapat diambil kesimpulan bahwa kebutuhan air
untuk rumah tangga, perkotaan, industri, dan pertanian mengalami peningkatan
yang signifikan. Hasil analisis secara lengkap disajikan pada Buku 2 Identifikasi
Masalah Pengelolaan Sumber Daya Air di Pulau Jawa. Pertambahan penduduk
dan aktifitas perekonomian di satu sisi berdampak pada peningkatan kebutuhan
air, namun disisi lain juga berdampak pada perubahan tata guna lahan yang
mengakibatkan perubahan perilaku hidrologis. Adanya perubahan perilaku
hidrologis tersebut menyebabkan perubahan pola ketersediaan air. Kondisi ini
semakin diperparah oleh menurunnya daya dukung lingkungan akibat kerusakan
catchment area. Hal tersebut juga meningkatkan potensi banjir yang akan
mengancam keberlanjutan infrastruktur di Pulau Jawa yang dibangun dengan
investasi yang sangat besar.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 3 KEBIJAKAN PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
air; (3) Eksploitasi air tanah yang berlebihan mengakibatkan penurunan muka air 3-2
tanah, land subsidence, dan intrusi air laut; (4) Kualitas air yang rendah karena
daya dukung sungai lebih rendah dibanding beban pencemaran; (5)
Kecenderungan bahwa sungai dan badan air lainnya sebagai tempat
pembuangan limbah cair yang tidak terolah dan sampah menjadikan air
permukaan yang terbatas tidak layak dipergunakan untuk air minum; sehingga
mengurangi secara signifikan ketersediaan air untuk kebutuhan air minum, (6)
Banjir akibat perubahan tata lingkungan, penurunan kapasitas pengaliran sungai,
dan penurunan kinerja prasarana pengendali banjir; (7) Meningkatnya
kesenjangan antara ketersediaan dan kebutuhan air; (8) Kekeringan/defisit air di
musim kemarau; (9) Rendahnya kualitas pengelolaan hidrologi; (10) Belum
semua wilayah sungai memiliki masterplan atau perlu diperbaharui; (11) Masih
lemahnya pengelolaan database sumber daya air; (12) Lemahnya koordinasi,
kelembagaan, dan ketatalaksanaan, keperluan adanya institusi untuk menjawab
permasalahan yang berkembang; dan (13) Meningkatnya potensi konflik
pemanfaatan air.
Dengan adanya defisit air di sebagian besar kabupaten/kota dan bahkan tidak
dapat memenuhi kebutuhan air minum, maka perlu dilakukan prakarsa strategis
terkait dengan: (i) Penanganan kabupaten/kota yang telah mengalami krisis
penyediaan air minum melalui intervensi infrastruktur dan kegiatan terkait; dan
(ii) Penyesuaian kembali alokasi air antar jenis kebutuhan atau realokasi air,
khususnya untuk irigasi di Pulau Jawa.
Prakarsa strategis ini membutuhkan kajian mendalam dan spesifik lokasi untuk
menemukan sumber-sumber penyediaan air baru maupun mengoptimalkan
penggunaan sumber air yang ada bagi kabupaten/kota yang defisit air tinggi,
baik melalui demand management maupun supply management serta peluang
dilaksanakannya inter basin transfer. Dengan kondisi defisit seperti ini maka
diperlukan juga kajian mendalam tentang kemungkinan dilaksanakannya
perubahan dan penyesuaian alokasi antar kebutuhan atau realokasi, terutama
realokasi atau perubahan alokasi untuk pemenuhan kebutuhan irigasi.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 3 KEBIJAKAN PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Konsekuensi logis perubahan alokasi tersebut adalah berkurangnya pasokan air 3-3
untuk pemenuhan irigasi sehingga tanpa adanya perubahan teknologi maka
akan mengurangi luas areal layanan (command area) dan produktifitas tanaman.
Perubahan atau inovasi teknologi yang diharapkan adalah ditemukannya
varietas padi unggul yang hanya memerlukan lebih sedikit air, berumur lebih
pendek, produktivitas lebih tinggi serta tetap mempunyai rasa yang enak.
Disamping itu diperlukan diperlukan cara olah tanah dan tata tanam yang lebih
hemat air. Dengan adanya penghematan air untuk irigasi (sebagai pengguna air
yang terbesar) maka kelebihan air tersebut dapat direalokasikan untuk
memenuhi kebutuhan lain misalnya untuk air minum dan air perkotaan yang
permitaannya semakin meningkat. Untuk itu diperlukan strategi kebijakan baru
dalam pengembangan irigasi di Pulau Jawa yang mempertimbangkan fenomena
defisit air dan kebutuhan bahan pangan serta infrastruktur irigasi yang telah
dibangun.
Prinsip dan proses Pengelolaan Terpadu Sumber Daya Air (Integrated Water
Resources Management) yang mencakup aspek kebijakan dan peraturan
perundang-undangan, kelembagaan dan perangkat manajemen telah
direkomendasikan para ahli SDA dalam World Water Forum (WWF) II dan WWF
III sebagai pendekatan yang tepat dalam menghadapi tantangan dalam
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 3 KEBIJAKAN PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Program jangka pendek pengelolaan sumber daya air di Pulau Jawa ditetapkan
sebagai berikut:
1. Sinkronisasi Kebijakan dan Program antara RPJM, Renstra, RKP dan RKA-
KL Bidang Sumber Daya Air untuk Pemerintah Pusat dan Propinsi di Pulau
Jawa.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 3 KEBIJAKAN PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
dan Daerah berlandaskan pada UU No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya 3-5
Air.
1. Sinkronisasi Kebijakan dan Program antara RPJM, Renstra, RKP dan RKA-
KL Bidang Sum ber Daya Air untuk Pemerintah Pusat dan Propinsi di Pulau
Jawa.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 3 KEBIJAKAN PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
6. Melanjutkan upaya penertiban kawasan hulu dan wilayah bantaran sungai 3-6
sesuai ketentuan penataan ruang oleh Pemerintah Daerah dengan dukungan
dari Pemerintah.
8. Penerapan teknologi olah tanah dan tanam yang lebih hemat air mengingat
irigasi khususnya untuk tanaman padi masih menjadi pengguna air terbesar.
11. Pengembangan teknologi tepat guna pengelolaan sumber daya air melalui
dukungan lembaga penelitian dan pengembangan teknologi di Pusat dan
Daerah
12. Pencegahan alih fungsi lahan beririgasi di Pulau Jawa melalui sistem insentif
dan disinsentif bagi masyarakat pemilik dan pengelola lahan.
13. Fasilitasi pembentukan lembaga pengelola air oleh masyarakat seperti P3A,
Lembaga Pengelolaan Sumber Air, Posko Swadaya Banjir, Lembaga
Pengelolaan Air Baku dan Air Minum, dan lainnya.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 3 KEBIJAKAN PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
15. Pengutamaan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan sumber daya 3-7
air melalui pelibatan dari proses perencanaan, pengambilan keputusan,
pengawasan, dan pelaksanaan kegiatan di lapangan.
17. Penataan ruang di kawasan hulu dan hilir berdasarkan pola pengelolaan
sumber daya air yang mengacu kepada kelestarian fungsi ekosistem.
18. Penataan kembali eksploitasi bahan galian di badan air dan hulu sungai oleh
Pemerintah Daerah bersama masyarakat.
19. Penerapan sistem insentif dan disinsentif bagi badan usaha dan industri
dalam penggunaan dan pengusahaan sumber daya air, serta pengendalian
pencemaran air.
Program jangka panjang pengelolaan sumber daya air di Pulau Jawa ditetapkan
sebagai berikut:
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 3 KEBIJAKAN PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
11. Pengembangan konservasi air di wilayah hulu dan gerakan hemat air di hilir
bersama masyarakat dalam meningkatkan efisiensi pemanfaatan air.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 3 KEBIJAKAN PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
13. Penataan ekstraksi air tanah oleh intansi yang berwenang dan masyarakat 3-9
sesuai kemampuan pemulihan cadangan air tanah di wilayah rawan
kekeringan.
15. Pelibatan badan usaha dalam pola kemitraan antara pemerintah dan swasta
(public private partnership) dalam pengusahaan sumber daya air dan
pengembangan investasi baru infrastruktur sumber daya air.
16. Penataan dataran banjir, sempadan sungai, dan kawasan green belt dalam
rangka mencegah kerusakan dan penurunan kinerja infrastruktur sumber
daya air.
17. Pengaturan kembali pemanfaatan kawasan hulu Daerah Aliran Sungai untuk
hutan produksi dan perkebunan berdasarkan pola konservasi sumber daya
air.
18. Pemulihan catchment area Daerah Aliran Sungai melalui reboisasi dan
rehabilitasi lahan kritis bersama masyarakat.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
1. Strategi implementasi
2. Strategi non-struktural
3. Strategi struktur
4. Strategi pembiayaan, serta
5. Strategi kelembagaan dan koordinasi.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Pulau Jawa. Kebijakan ini akan ditetapkan dalam Rencana Pembangunan 4-2
Jangka Menengah 2010 2015 serta peraturan perundangan terkait lainnya.
6. Pengendalian pencemaran dan pengelolaan kualitas air pada sumber air dan
badan air, terutama pada kawasan industri dan perkotaan, melalui sistem
insentif dan disinsentif oleh Pemerintah Daerah, serta dengan melibatkan
para pelaku pencemaran dan masyarakat yang terkena dampaknya.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
terkait yang didukung oleh peraturan perundangan serta sistem pengawasan 4-3
bersama masyarakat.
2. Konservasi dilakukan sesuai dengan pola pengelolaan sumber daya air yang
ditetapkan pada setiap wilayah sungai.
3. Ketentuan konservasi sumber daya air dijadikan sebagai salah satu acuan
penting dalam perencanaan tata ruang wilayah.
4. Tujuan perlindungan dan pelestarian sumber air adalah untuk melindungi dan
melestarikan sumber air beserta lingkungan keberadaannya.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
i. pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian 4-4
alam.
11. Konservasi sumber daya air dilaksanakan pada sungai, danau, waduk, rawa,
cekungan air tanah, sistem irigasi, daerah tangkapan air, kawasan suaka
alam, kawasan pelestarian alam, kawasan hutan, dan kawasan pantai.
Mengacu pada kebijakan yang telah digariskan di atas, maka kebijakan non-
struktural di bidang pengelolaan sumber daya air perlu diintegrasikan ke dalam
peraturan-peraturan yang bersifat lebih operasional dan rencana strategis yang
didasarkan pada kebijakan masing-masing daerah. Muatan yang mendukung
pengelolaan sumber daya air secara otomatis harus menjadi salah satu acuan
dalam menyusun program dan kebijakan yang akan diterapkan.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
adalah small and medium pond, sumur resapan, check dam, ground sill, 4-6
teras bangku, teknik pemanenan hujan, dll.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
f. Memperbaiki kualitas air pada sumber air dengan cara antara lain: aerasi,
pengenceran, secara biologi.
g. Membangun sistem pemantauan kualitas air pada sumber air dan kualitas
limbah cair secara berkelanjutan.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
0'
0'
0'
0'
0'
0'
0'
0'
0'
0'
Kepulauan Seribu
Bawean Is.
it
K. Cilegon Jakarta Bay
ra
# 6
Krakatau
St
# Tangerang JAKARTA Ja va Se a
Serang Bekasi
a
Y
# U
%
TANGERANG # Karawang
nd
#
K. Bekasi #
Banten Province # #
SWS 0204 Indramayu
Su
#
SWS 0201 K. Depok
Panaitan Is. Pandeglang SWS 0202 Purwakarta Subang
#
Jepara
Lebak Bogor #
# #
Cirebon Pati
West Java Province # #
SWS 0205 Kudus #
# Sumedang K. Tegal K. Pekalongan # Rembang
BANDUNG # # Madura Is.
K. Sukabumi Majalengka # # SEMARANG # #
# Y
# SWS 0208 # # Tuban Sumenep
Brebes Batang Y
# Demak SWS 0210 # Bangkalan
K. Bandung Kuningan Tegal SWS 0215 # 7
Pekalongan Kendal K. Semarang # Sampang Sapudi Is.
Pelabuhan # Blora
Ratu Bay Sukabumi Cianjur Bandung Pemalang # # Pamekasan
Grobogan # Lamongan Gresik #
Central Java Province # #
SWS 0203 # Semarang
SWS 0207 Temanggung Bojonegoro Y SURABAYA
#
# #
Purbalingga # #
Garut # # K. Salatiga
Tasikmalaya # WonosoboSWS 0211 # Sidoarjo
#SWS 0209 K. Magelang Boyolali
Sragen#
Ngawi K. Mojokerto
Banyumas Banjarnegara # # Ma du r a St r ai t
#
SWS 0206 Magelang # K. Surakarta # Mojokerto
Ciamis # SWS 0212 Madiun Jombang
Cilacap # # K. Pasuruan
Karanganyar # #
Kebumen
# Sleman Klaten # # K. Madiun Nganjuk
# # # Magetan East Java Province # Situbondo
# Purworejo K. Yogyakarta Sukoharjo Pasuruan K. Probolinggo
Kediri #
Nusakambangan Is. #
YYOGYAKARTA # #
# # K. Kediri
Kulonprogo #Bantul SWS 0213 Probolinggo
Wonogiri #
# Ponorogo K. Malang Bondowoso
# 8
Gunungkidul
Ba l i
# # K. Blitar
Pacitan # Lumajang
# SWS 0214#
Yogyakarta Special #
Malang
Trenggalek Tulungagung Blitar #
Province Jember
Banyuwangi
St r a i
t
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA
Legend: G O V E R N M E N T OF R E P U B L I C I N D O N E SI A
NATIONAL PLANNING DEVELOPMENT AGENCY
(BAPPENAS)
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
4-9
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
SDA DI PULAU JAWA
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Diantara DAS tersebut di atas yang menjadi prioritas adalah DAS Ciujung dan
DAS Cidanau. Keutuhan dan kemantapan fungsi cathment area DAS Ciujung
sangat penting sebagai sumber air bagi daerah-daerah seperti Kabupaten
Lebak, Kabupaten Serang dan Kabupaten/Kota Tangerang. Selain itu DAS
Ciujung berfungsi sebagai daerah tangkapan air yang akan diarahkan untuk
mensuplai air bagi Waduk Karian. DAS Cidanau merupakan salah satu sumber
air yang vital bagi masyarakat Kabupaten dan Kota Cilegon dan diarahkan untuk
mensuplai keberlangsungan Waduk Krenceng.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
4-11
Tabel 4. 1 Identifikasi Alternatif Intervensi Struktural WS Ciujung Ciliman
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Saat ini banjir sering terjadi pada DAS Ciliwung, khususnya di wilayah Jakarta 4-12
bagian hulu. Hal ini merupakan permasalahan yang cukup pelik di beberapa
tahun terakhir ini. Kondisi ini merupakan kombinasi dari berbagai akibat yang
ditimbulkan oleh :
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Sungai Citarum berhulu dari mata air Gunung Wayang, Kecamatan Kertasari
Kabupaten Bandung dan bermuara di Laut Jawa wilayah Kabupaten Karawang.
Panjang sungai Citarum sekitar 315 km, dan memiliki tiga anak sungai utama
yaitu S.Cisangkuy, S.Cikapundung dan S.Cisokan. Wilayah sungai Citarum
meliputi 9 wilayah administrative, yaitu: Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten
Bandung, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Purwakarta,
Kabupaten Karawang, Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Bekasi.
Berdasarkan data Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Propinsi Jawa Barat
luas wilayah sungai Citarum adalah 11,410.87 Km, dengan panjang sungai
mencapai 315 Km DAS yang termasuk didalam Satuan Wilayah Sungai Citarum
adalah : DAS Citarum, DAS Pagadungan, DAS Cinerang, DAS Cilamaya, DAS
Ciasem, DAS Cipunagara, dan DAS Kalisewo.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
4-15
Tabel 4. 4 Identifikasi Alternatif Intervensi Struktural WS Citarum
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
1 Waduk Bantar hulu K. Pemali Kabupaten pengendalian banjir ( 4.000 ha), untuk peningkatan intensitas
Kawung Brebes tanam bagi lahan irigasi seluas 27.482 ha dan untuk
penyediaan air baku bagi RKI 867,35 lt/dt. potensi waduk 150
juta m3. Nilai EIRR 12,6%
2 Waduk Ki Gede hulu K. Gung Kabupaten pengendalian banjir ( 5.000 ha), untuk peningkatan intensitas
Sebayu Tegal tanam bagi lahan irigasi (teknis, semi teknis dan sederhana)
seluas 38.534 ha dan untuk penyediaan air baku bagi RKI.
3 Waduk Sipring hulu sungai K. Genteng Peningkatan intensitas tanam bagi lahan irigasi seluas 7.770
dan K. Keruh Kabupaten Ha. volume tampungan 30 juta m3, tinggi bendung 40 m. Selain
Pemalang itu untuk penyediaan air baku dengan suplai 2.300 lt/dt.
4 Waduk Krandegan hulu sungai K. penyediaan air baku bagi RKI dengan suplai 2.905 lt/dt dan
Sengkarang Kabupaten untuk peningkatan intensitas tanam bagi lahan irigasi seluas
Pekalongan 8.718 Ha. volume tampungan 45,93 juta m3, dengan tinggi
bendung 95 m.
5 Waduk desa Karanganyar Penyediaan air baku bagi RKI dengan suplai 965,4 lt/dt dan
Karanganyar Kabupaten Pemalang untuk peningkatan intensitas tanam bagi lahan irigasi seluas
26.717 Ha. Informasi kelayakan proyek tidak tersedia, analisa
kelayakan ekonomi menunjukkan nilai EIRR sebesar 17,9%.
6 Pengendalian Banjir Sungai Tanjung pembangunan/perbaikan tanggul, perkuatan tebing dan
Sungai Tanjung, normalisasi alur sungai., untuk mereduksi daerah rawan banjir
Babakan dan seluas 1.730 ha.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
2 Perkuatan tebing lokasi S Telomoyo, S.Lukulo & Pengamanan pemukiman , persawahan dan
kritis dan anak-anak sungainya, transportasi. Target 15 - 20 lokasi kritis
penanggulangan banjir Kab.Kebumen
nopember 2004.
3 Peninggian jembatan S Telomoyo & anak-anak Mengatasi adanya halangan sungai yang dapat
melintang sungai-sungai di sungainya, Kab.Kebumen mengakibatkan banjir dan memperlancar transportasi
DAS Telomoyo antar pedesaan di 10 lokasi
4 Pembangunan pelimpah S Telomoyo & anak-anak Mengatasi adanya kejadian banjir melebihi rencana,
banjir DAS Telomoyo sungainya, Kab.Kebumen sehingga dapat mengurangi dampak yang lebih buruk
7 Rehabilitasi Jembatan KA DAS Wawar, Telomoyo Pengamanan jalur transportasi KA Yogya -Jakarta,
melintang sungai di 7 dan Tipar. Kab. Kebumen, dari bahaya banjir.
lokasi. Banyumas dan Cilacap
8 Normalisasi Kali Pantai DAS Bogowonto dan DAS Normalisasi sungai dan bangunan pengatur air untuk
antara S.Bogowonto dan Cokroyasan mengatasi banjir daerah pemukiman dan budi daya
S.Cokroyasan Kab.Purworejo perikanan.
9 Operasi dan Pemeliharaan DAS Bogowonto, Serayu, Mempertahankan kapasitas dan fungsi prasarana
Sungai Wawar dan Telomoyo. pengendalian banjir
Kab. Purworejo,
Kebumen, Banjarnegara
dan Purbalingga,
10 Pembangunan bangunan Muara-muara DAS Menahan pengaruh akibat intrusi air laut di 5 lokasi
Bogowonto, Cokroyasan,
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
13 Pembangunan BPS DAS Bogowonto, Serayu, Mengurangi sedimentasi waduk dan pemanfaatan
(Bangunan Penahan Wawar dan Telomoyo. untuk air baku. Target 15 lokasi
Sedimen) Kab. Purworejo,
Kebumen, Banjarnegara
dan Purbalingga,
14 Pembangunan Groundsill DAS Serayu, Lukulo dan Mengatasi degradasi sungai. Target 10 lokasi
(Bangunan Penstabil Bogowonto. Kab.
dasar sungai). Banyumas, Purbalingga,
Kebumen dan Purworejo
15 Penyediaan air baku Kab. Banyumas, Mengatasi kekurangan air pada musim kering
pedesaan dari mata air & Purbalingga, Cilacap,
sumber air Banjarnegara, Wonosobo,
Kebumen dan Purworejo
(200 lokasi)
16 Penyediaan air baku Kab. Banyumas, Cilacap, Mengatasi kekurangan air pada musim kering
pedesaan dari bangunan Kebumen dan Purworejo
konservasi (groundsill). (15 lokasi).
17 Penyediaan air baku dari Kab.Kebumen Mengatasi kekurangan air kota Kebumen dan
bendungan Wadaslintang pedesaan Kab.kebumen
18 Pembangunan bangunan DAS Serayu, Telomoyo , Mengurangi sedimentasi sungai
konservasi terpadu di hulu Lukulo, Wawar dan
sungai Cokroyasan. Kab.
Banyumas, Wonosobo,
Purbalingga,
Banjarnegara, Kebumen
dan Purworejo.
19 Penataan kawasan DAS Serayu, Telomoyo, Konservasi lahan dan penelitian
arboretum Lukulo, Wawar dan
Bogowonto.
20 Pembangunan Waduk DAS Bogowonto, Multi purpose ( Irigasi, Air Baku dan PLTA)
Bener Di S,Bogowonto Kab.Purworejo
21 Pembangunan Waduk DAS Serayu Multi purpose ( Irigasi, Air Baku dan PLTA)
Wanadadi di Kab.Banjarnegara
S.Pekacangan
22 Pembangunan Waduk DAS Serayu Multi purpose ( Irigasi dan Air Baku )
Kesegeran di Kab.Banyumas
S.Trenggulun
23 Pembangunan Waduk DAS Serayu Multi purpose ( Irigasi dan Air Baku )
Gintung di S.Gintung Kab.Banjarnegara
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
1 Waduk Jatibarang Kab. Semarang Pengembangan suplai untuk RKI 920 l/detik dan konservasi
air tanah. Konstruksi dam Jatibarang dimulai tahun 2002
(kegiatan yang masuk dalam jadwal biaya rendah). Nilai
EIRR 18,5% (layak)
2 Waduk Mundingan Kab. Semarang pengembangan suplai untuk RKI 1.020 l/detik dan
konservasi air tanah. Nilai EIRR 16,1% (layak )
3 Waduk Kedung Kaliwungu, Brangsong dan Pengembangan suplai untuk RKI 1.700 l/detik
Suren Kendal (direncanakan memberikan 900 l/dt ke Semarang dan 800
l/detik ke Kendal) dan konservasi air tanah. Nilai EIRR 9,5
% (layak)
4 Jragung Barrage + Semarang dan Demak pengembangan suplai untuk RKI 1.750 l/detik dan
Tunnel konservasi air tanah. nilai EIRR 10,7 % (layak)
5 Waduk Dolok Semarang dan Demak pengembangan suplai untuk RKI 750 l/detik dan konservasi
air tanah. Nilai EIRR 13.6% (layak)
6 Waduk Bandung Kab. Grobogan pengembangan suplai untuk RKI dan konservasi air tanah.
Harjo Nilai EIRR 11,8% (layak)
7 Waduk Ngemplak Kab. Grobogan Pengembangan suplai untuk RKI dan konservasi air tanah.
Nilai EIRR 14% (layak)
8 Waduk Coyo Kab. Grobogan Pengembangan suplai untuk RKI dan konservasi air tanah.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
4-27
Tabel 4. 10 Identifikasi Alternatif Intervensi Struktural WS Progo-Opak-Oyo
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
DAS Lorog, Sub-DAS Ngrowo Ngasnan, Sub-DAS Wadas, Sub-DAS Marmoyo, 4-30
Sub-DAS Brantas Hilar, dan Sub-DAS Lekso.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
1 Penyediaan air seluruh WS sumber daya air yang terbatas berupa sungai-sungai kecil,
baku industri sehingga harus ada solusi sumber daya air bila Madura hendak
difungsikan
2 Pembangunan Pamekasan pemenuhan air baku untuk irigasi dan permukiman dengan
Waduk Nipah kapasitas tampungan sebesar 30 juta m3
3 Pembangunan Bangkalan pemenuhan air baku untuk irigasi dan permukiman dengan
Waduk Blega kapasitas tampungan sebesar 100 juta m3
4 Pembangunan Pamekasan pemenuhan air baku untuk irigasi dan permukiman dengan
Waduk Samiran kapasitas tampungan sebesar 50 juta m3
5 Pembangunan Wa Sumenep pemenuhan air baku untuk irigasi dan permukiman dengan
duk Tambak kapasitas tampungan sebesar 30 juta m3
Agung
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
4-32
4.3.2 Pengaturan Induk Wilayah Sungai Baru
Dari daftar usulan proyek-proyek infrastruktur sumber daya air pada wilayah-
wilayah sungai di P. Jawa yang diuraikan pada bagian terdahulu (Sub Bab 4.3.1)
tidak satupun yang secara lengkap mengikuti urutan dan proses pembangunan
infrastruktur SDA dalam suatu kerangka pengelolaan Wilayah Sungai
sebagaimana diatur dalam UU Sumber Daya Air No.7 tahun 2004; karena
Semua rencana induk pengelolaan wilayah sungai yang mendasari
pengembangan SDA Wilayah Sungai tersebut dibuat sebelum diterbitkannya UU
No. 7 tahun 2004. Hal ini berarti pembuatan rencana induk tidak diawali dengan
Pola Pengelolaan SDA Wilayah Sungai, dan belum banyak melibatkan pihak
pemangku kepentingan (stakeholders) bidang SDA dalam penyusunannya.
Alasan lain perlunya penyesuaian terhadap rencana induk yang adalah bahwa
belum seluruh infrastruktur SDA yang diusulkan disetiap wilayah sungai telah
lolos Studi kelayakan yang mencakup 3 (tiga) aspek analisis, yaitu teknis,
ekonomi dan sosial-lingkungan. Disamping itu infrastruktur yang diusulkan masih
bersifat satu pilhan; sebaiknya usulan terdiri dari lebih dari satu opsi yang
merupakan alternatif-alternatif sehingga dapat dipilih alternatif yang paling layak
untuk memenuhi kebutuhan prasarana SDA dengan investasi yang paling kecil
atau hanya bersifat merehabilitasi prasarana yang sudah ada atau bahkan yang
bersifat pendekatan non-fisik/non-struktural. Oleh sebab itu perlu dilaksanakan
quick assessment untuk mengidentifikasi alternatif-alternatif prasarana yang
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
diusulkan pada setiap lokasi yang memerlukan intervensi serta mengkaji 4-33
kelayakan alternatif-alternatif tadi dari aspek teknis, ekonomi serta sosial dan
lingkungan.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Sejalan dengan itu, pemerintah telah menyiapkan suatu rancangan peraturan 4-34
baru yang menetapkan perubahan susunan wilayah sungai ke dalam suatu
komposisi bentuk wilayah yang baru. Gambar 4.x menunjukkan secara spatial
bentuk dari wilayah sungai yang baru. Perubahan ini secara konsekwen harus
ditanggapi dengan perubahan dalam strategi pengelolaan dan kebijakan untuk
masing-masing wilayah sungai. Oleh karena itu, perlu suatu tindakan untuk
menyusun kembali (regrouping) kebijakan yang ada pada masing-masing balai
penanggungjawab wilayah sungai terdahulu untuk menjadi kebijakan baru
mengikuti wilayah sungai yang akan ditetapkan dalam waktu dekat.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
KODE
WILAYAH
KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN ASAL WS/ 4-35
SUNGAI PROGRAM
Waduk Genteng Sungai Cisadane penyedia air baku ke daerah Bogor Ciliwung-
dengan cara gravitasi Cisadane
Waduk Parung tengah Sungai penyedia air baku untuk daerah Ciliwung-
Badak Cisadane Bogor-Jakarta Cisadane
Waduk Sodong hilir Sungai Cikaniki penyedia air baku untuk daerah Ciliwung-
Bogor-Jakarta Cisadane
Salak Contour sekeliling Gunung memenuhi kebutuhan air di Kota dan Ciliwung-
Canal Salak Kabupaten Bogor Cisadane
Ciliwung Kota Bogor mengalihkan debit banjir dari Sungai Ciliwung-
Floodway Tunnel Ciliwung ke Sungai Cisadane guna Cisadane
pengendalian banjir di DKI Jakarta
Peningkatan Karawang - Bekasi memenuhi kebutuhan air Jabotabek Ciliwung-
Kanal Tarum Cisadane
Barat
Pengembangan Cengkareng pencegahan banjir dan meningkatkan Ciliwung-
Cengkareng urban drainage. Peningkatan fungsi Cisadane
Floodway System sungai ke hilir dari daerah Angke dan
Sungai Pesanggrahan dan
Mookervaart Canal, serta konstruksi
Angke Floodway
Sungai Cidurian Kab. Tangerang Pengendalian banjir. Normalisasi alur Ciliwung-
sungai 32 km, Master Plan 1997 Cisadane
Sungai Kab. Tangerang Pengendalian banjir. Normalisasi alur Ciliwung-
Cimanceuri sungai 22 km, Master Plan 1997 Cisadane
Sungai Cirarab Kab. Tangerang Pengendalian banjir. Normalisasi alur Ciliwung-
sungai 17 km, Master Plan 1997 Cisadane
Sungai Cisadane Kota/Kab. Tangerang Pengendalian banjir. Normalisasi alur Ciliwung-
sungai 38 km, Master Plan 1997 Cisadane
Cengkareng drain, DKI Jakarta Pengendalian banjir. Normalisasi alur Ciliwung-
Kali Angke, sungai 22 km, Master Plan 1997 Cisadane
Mookervaart
Banjir Kanal Kota Bogor, DKI Pengendalian banjir. Terowongan 1 Ciliwung-
Barat/ Ciliwung Jakarta km, 2 bh. Normalisasi alur sungai 29 Cisadane
km. Master Plan 1997
Banjir Kanal DKI Jakarta Pengendalian banjir. Pembuatan Sal. Ciliwung-
Timur, Cipinang, Banjir. Normalisasi alur sungai 57 km. Cisadane
Sunter, Buaran, Master Plan 1997
Cakung
Banjir Kanal CBL, Kab. Bekasi pengendalian banjir. Normalisasi alur Ciliwung-
Cikarang, Bekasi sungai 50 km, Master Plan 1997 Cisadane
Waduk Karian Hulu Sungai Ciujung Penyedia air rumah tangga, WS Ciujung
perkotaan dan industri untuk wilayah Ciliman
Serang dan Jabotabek dengan
menggunakan saluran Karian-
Tanjung-Serpong (KTS).
Waduk Cilawang Sungai Ciujung menambah persediaan air rumah WS Ciujung
tangga, perkotaan dan industri untuk Ciliman
kebutuhan Tangerang lewat KSCS
Waduk Pasirkopo Sungai Ciujung mengambil alih fungsi Waduk Karian WS Ciujung
untuk mensuplai air irigasi ke daerah Ciliman
irigasi Ciujung
Long Storage - - WS Ciujung
Sungai Ciujung Ciliman
Waduk Sungai Cisemeut pemenuhan kebutuhan air baku WS Ciujung
Bojongmanik Jabotabek Ciliman
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
KODE
WILAYAH
KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN ASAL WS/ 4-36
SUNGAI PROGRAM
Waduk Tanjung Sungai Cidurian penyedia air baku untuk daerah WS Ciujung
Tangerang dan DKI Jakarta dengan Ciliman
menggunakan saluran irigasi Cidurian
atau dengan saluran lternative
Karian-Tanjung-Serpong (KTS)
Bendung Anyer - - WS Ciujung
Ciliman
Waduk Naragong Anak Sungai penyedia air baku ke daerah Bogor Citarum
Cileungsi (DAS dengan menggunakan pompa
Bekasi)
Waduk Nameng Sungai Cibeet penyedia air untuk areal tambak Citarum
Waduk Pasiranji Cipamingkis menampung air dari Sungai Citarum
Cipamingkis atau dari saluran
pembawa
Waduk Pangkalan Sungai Cibeet penyedia air utama untuk daerah hilir Citarum
Kanal Tarum Barat secara gravitasi
Peninggian Dam Dam Cirata Penyediaan air baku dan tenaga Citarum
Cirata listrik
Peningkatan Karawang Bekasi memindahkan air dari wilayah sungai Citarum
Kanal Tarum DKI Jakarta Citarum ke Jakarta
Barat atau
Pembangunan
Kanal Tarum Jaya
Waduk Hulu Jatiluhur mengairi sawah Citarum
Talagaherang
Waduk Maya Hulu Jatiluhur mengairi sawah Citarum
Waduk Bodas Hulu Jatiluhur mengairi sawah Citarum
Dam Sungai Hulu Jatiluhur mengairi sawah Citarum
Cilame
Dam Sungai Hulu Jatiluhur mengairi sawah Citarum
Cipunagara
Waduk Hulu Jatiluhur mengairi sawah Citarum
Cipunagara dan
bendungan
pengatur di
Sadawarna
Waduk Cibeber Hulu Jatiluhur mengairi sawah Citarum
Waduk Kandung Hulu Jatiluhur mengairi sawah Citarum
Pengembangan Sungai Cisangkuy mencukupi kebutuhan air rumah Citarum
Sungai Cisangkuy tangga, perkotaan dan industri
Bandung
Waduk sungai Sungai Cikapundung mencukupi kebutuhan air rumah Citarum
Cikapundung tangga, perkotaan dan industri
Bandung
Waduk Sukawana Cimahi mencukupi kebutuhan air baku Citarum
Bandung
Sudetan sungai Kab. Bandung mencukupi kebutuhan air baku Citarum
Cibeureum Bandung
Waduk Bojong Kab. Bandung mencukupi kebutuhan air baku Citarum
Jambu Bandung
Waduk Jatigede Kab. Garut pengairan irigasi seluas 68.280 ha, Citarum
potensi listrik sebesar 2.102.400
MWh dan penyediaan air baku untuk
79.683 jiwa.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
KODE
WILAYAH
KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN ASAL WS/ 4-37
SUNGAI PROGRAM
Waduk Cipasang Kab. Garut pengairan irigasi seluas 18.960 ha, Citarum
potensi listrik sebesar 1.639.872
MWh dan penyediaan air baku untuk
22.126 jiwa. Potensi paling baik untuk
dikembangkan karena memiliki nilai
EIRR lebih tinggi (17,65 %).
Waduk Cipanas Kab. Garut pengairan irigasi seluas 12.000 ha Citarum
dan penyediaan air baku untuk
14.004 jiwa. Volume tampungan
sebesar 395 juta m3. Nilai ekonomi
proyek IRR 7,63%
Waduk Ujungjaya Kadipaten pengairan irigasi seluas 5.000 ha dan Citarum
penyediaan air baku untuk 5.835 jiwa.
Volume tampungan sebesar 71 juta
m3. Nilai ekonomi proyek IRR 2,67%
Waduk Kadumalik Majalengka Mengairi 20.000 Ha lahan irigasi. Jika Citarum
pembuatan Waduk Jatigede di tunda,
maka Waduk Kadumalik dengan EL +
294 dapat menjadi lternative
cadangan utama
Waduk Pasirkuda Majalengka Potensi listrik sebesar 86.000 MWh. Citarum
Volume tampungan sebesar 2,4 juta
m3. nilai ekonomi proyek IRR 6,07%
Waduk Ciniru Kuningan pengairan irigasi seluas 9.148 ha, Citarum
potensi listrik 6,9 GWh dan potensi
air baku 915 ha. Volume tampungan
sebesar 50 juta m3. Nilai ekonomi
proyek IRR 12%
Waduk Cimulya Kuningan pengairan irigasi seluas 9.145 ha, Citarum
potensi listrik 5,40 GWh dan potensi
air baku 915 ha. Volume tampungan
sebesar 35 juta m3. Nilai ekonomi
proyek IRR 12,16%
Waduk Kuningan pengairan irigasi seluas 9.145 ha dan Citarum
Gunungkarung potensi listrik 17,20 GWh.
Waduk Kuningan pengairan irigasi seluas 9.000 ha, Citarum
Manenteng potensi listrik 11,70 GWh dan potensi
air baku.
Waduk Pecang Kuningan pengairan irigasi seluas 8.275 ha dan Citarum
potensi air baku 828 ha.
Waduk Garut pengairan irigasi seluas 8.700 ha dan Citarum
Balekambang penyediaan air baku untuk 10.153
jiwa.
Waduk Cipeles Garut pengairan irigasi seluas 12.000 ha Citarum
dan penyediaan air baku untuk
14.004 jiwa.
Waduk Cirebon pengairan irigasi seluas 4.439 ha, Citarum
Seuseupan potensi listrik 3,4 GWh dan potensi
air baku 444 ha.
Waduk Cihirup Sumedang pengairan irigasi seluas 4.439 ha, Citarum
potensi listrik 0,2 GWh dan potensi
air baku 444 ha.
Waduk Mangit Kuningan pengairan irigasi seluas 2.982 ha, Citarum
potensi listrik 1,6 GWh dan potensi
air baku 298 ha.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
KODE
WILAYAH
KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN ASAL WS/ 4-38
SUNGAI PROGRAM
Waduk Ciwaru Kuningan pengairan irigasi seluas 10.173 ha, Citarum
potensi listrik 10,7 GWh dan potensi
air baku 1.017 ha.
Waduk Cihowe Cirebon pengairan irigasi seluas 600 ha, Citarum
potensi listrik 0,1 GWh dan potensi
air baku 60 ha.
Waduk Dukuh Cirebon pengairan irigasi seluas 8.275 ha, Citarum
Badag potensi listrik 8,3 GWh dan potensi
air baku 828 ha.
Waduk Cirebon pengairan irigasi seluas 8.275 ha, Citarum
Cileuweung potensi listrik 1,7 GWh dan potensi
air baku.
Long Storage Cirebon memenuhi kebutuhan air untuk Citarum
Kumpul Kuista- mengairi areal sawah dan tambak di
Jamblang sebelah utara ruas jalan Indramayu-
Cirebon ( 4.468 Ha sawah dan
750 Ha tambak). Nilai ekonomi
proyek IRR sebesar 22,56 %,
Long Storage Indramayu pemenuhan kebutuhan air baku dan Citarum
Indramayu keperluan irigasi dan perikanan
tambak
Pengembangan 6 Cirebon mendukung Long Storage Kumpul Citarum
Embung Kuista-Jamblang
Rehabilitasi Irigasi Kab. Bekasi Penyediaan irigasi seluas 6.405 ha, Citarum
Kab. Bekasi
Rehabilitasi Irigasi Kab. Karawang Penyediaan irigasi seluas 24.530 ha, Citarum
Kab. Karawang
Rehabilitasi Irigasi Kab. Subang Penyediaan irigasi seluas 12.210 ha, Citarum
Kab. Subang
Rehabilitasi Irigasi Kab. Indramayu Penyediaan irigasi seluas 19.355 ha, Citarum
Kab. Indramayu
S. Citarik Hulu Pengendalian banjir dan Citarum
pengamanan pantai. Sampai dengan
Jalan Raya Bandung-Tasik 5 km.
Pekerjaan pengendalian banjir dan pengamanan Citarum
Penyempurnaan pantai
Flood Warning
System
Peningkatan Pengendalian banjir dan Citarum
Kapasitas Sungai pengamanan pantai. Peningkatan
Kapasitas System Sungai Citarum
Hulu Q5 menjadi Q20.
Pekerjaan Pengendalian banjir dan Citarum
Konstruksi S. pengamanan pantai. Normalisasi
Citarik Hulu sungai 5 km.
Pekerjaan Pengendalian banjir dan Citarum
Konstruksi S. pengamanan pantai. Normalisasi
Cimande sungai 5 km.
Pekerjaan - Pengendalian banjir dan Citarum
Konstruksi S. pengamanan pantai. Normalisasi
Cikeruh sungai 10 km.
02.05.B Cisadea - Bendung Sungai Pasir Bungur, mengairi sawah seluas 2.800 ha Cisadea -
Cibareno Cibareno Cilograng, Cikuningan
Cikatomas, Cibareno
dan Sawarna
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
KODE
WILAYAH
KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN ASAL WS/ 4-39
SUNGAI PROGRAM
02.06.B Ciwulan - Penyusunan pola Wilayah sungai Sebagai kerangka dasar pedoman Citanduy
Cilaki pengelolaan SDA Citanduy Ciwulan dalam pengelolaan SDA Wilayah Ciwulan
Wilayah Sungai (Propinsi Jabar & Sungai Citanduy Ciwulan
Citanduy Ciwulan Jateng)
Rencana induk Wilayah sungai Sebagai kerangka dasar pedoman Citanduy -
(Master Plan) Citanduy Ciwulan dalam pengelolaan SDA Wilayah Ciwulan
pengelolaan SDA (Propinsi Jabar & Sungai Citanduy Ciwulan
Wilayah Sungai Jateng)
Citanduy Ciwulan
Perbaikan tebing Kabupaten Ciamis, Mengamankan daerah permukiman, Citanduy -
kritis 25 lokasi Kabupaten pertanian dan prasarana umum. Ciwulan
Tasikmalaya,
Kabupaten Garut
Konservasi - - Citanduy -
prasarana air Ciwulan
baku :
Embung 11 lokasi Kabupaten Cilacap, Penyediaan air baku/mengatasi Citanduy -
Ciamis dan Garut kekeringan Ciwulan
Bangunan Kabupaten Ciamis Penyediaan air baku/mengatasi Citanduy -
konservasi mata kekeringan Ciwulan
air 3 lokasi
Bangunan Kabupaten Ciamis, Konservasi/Pengendalian Citanduy -
chekdam 15 lokasi Tasikmalaya, Cilacap sedimentasi Ciwulan
Rehabilitasi Situ 8 Kota Banjar, Penyediaan air baku/mengatasi Citanduy -
lokasi Tasikmalaya, kekeringan Ciwulan
Kabupaten Ciamis
dan Garut
Konservasi - - Citanduy -
prasarana air Ciwulan
baku :
Embung 11 lokasi Kabupaten Cilacap, Penyediaan air baku/mengatasi Citanduy -
Ciamis dan Garut kekeringan Ciwulan
Bangunan Kabupaten Ciamis Penyediaan air baku/mengatasi Citanduy -
konservasi mata kekeringan Ciwulan
air 3 lokasi
Bangunan Kabupaten Ciamis, Konservasi/Pengendalian Citanduy -
chekdam 15 lokasi Tasikmalaya, Cilacap sedimentasi Ciwulan
Rehabilitasi Situ 8 Kota Banjar, Penyediaan air baku/mengatasi Citanduy -
lokasi Tasikmalaya, kekeringan Ciwulan
Kabupaten Ciamis
dan Garut
Pengamanan - - Citanduy -
Pantai Ciwulan
Pantai Kabupaten Ciamis Mengamankan daerah permukiman Citanduy -
Pangandaran 3 dan prasarana umum/obyek wisata Ciwulan
km
Pantai Kabupaten Ciamis Mengamankan daerah permukiman, Citanduy -
Bojongsalawe 3 dan prasarana umum/TPI Ciwulan
km
Pantai Cilaut Kabupaten Mengamankan daerah permukiman, Citanduy -
Eureun 2 km Tasikmalaya dan prasarana Ciwulan
umum/TPI/LAPAN/objek wisata
Pantai Ranca Kabupaten Garut Mengamankan daerah permukiman, Citanduy -
Buaya 1 km dan prasarana umum/TPI Ciwulan
Pantai Bagolo 1 Kabupaten Ciamis Mengamankan daerah permukiman, Citanduy -
km dan prasarana umum Ciwulan
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
KODE
WILAYAH
KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN ASAL WS/ 4-40
SUNGAI PROGRAM
Pantai Cipatujah 2 Kabupaten Garut Mengamankan daerah permukiman, Citanduy -
km dan prasarana umum Ciwulan
Waduk Pasirangin Kabupaten Pemenuhan kebutuhan rumah Citanduy -
Tasikmalaya tangga, perkotaan dan industri Ciwulan
Tasikmalaya 800 ltr/det. Irigasi 3.229
ha dan dapat mereduksi sedimentasi
Segara Anakan, panjang bendung
180 m, Tampung total 14 juta m3.
Waduk Manonjaya Kabupaten Meningkatkan kebutuhan air baku Citanduy -
Tasikmalaya dan pengendali banjir serta Ciwulan
sedimentasi. Meskipun potensi listrik
yang dihasilkan kecil. Diharapkan
dapat mereduksi sedimentasi Segara
Anakan Elevasi puncak terhadap
MSL 265 m, tinggi mercu bendung 80
m, luas areal 470 ha, Tampungan
total 120 juta m3 dan tampungan aktif
55 juta m3.
Waduk Banjar Kabupaten Banjar Pemenuhan kebutuhan rumah Citanduy -
tangga, perkotaan dan industri serta Ciwulan
irigasi. Dapat menimbulkan dapak
sosial ekonomi rakyat. Elevasi
puncak terhadap MSL adalah 80 m.
Tinggi mercu bendung 60 m, luas
arealnya 1.620 ha. Tampungan total
460 juta m3 dan tampungan aktif 250
juta m3.
02.07.A2 Citanduy Penyusunan pola Wilayah sungai Sebagai kerangka dasar pedoman Citanduy -
pengelolaan SDA Citanduy Ciwulan dalam pengelolaan SDA Wilayah Ciwulan
Wilayah Sungai (Propinsi Jabar & Sungai Citanduy Ciwulan
Citanduy Ciwulan Jateng)
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
KODE
WILAYAH
KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN ASAL WS/ 4-41
SUNGAI PROGRAM
15 lokasi
Perbaikan dan Kabupaten Cilacap Mengamankan daerah permukiman Citanduy -
peningkatan dan pertanian dari bahaya banjir Ciwulan
bangunan tanggul
pengendali banjir
30 km
Perbaikan tebing Kabupaten Cilacap Mengamankan tanggul pengendali Citanduy -
kritis, 20 lokasi banjir Ciwulan
Normalisasi Kabupaten Ciamis Mengembalikan fungsi dan kapasitas Citanduy -
sungai-sungai aliran sungai Ciseel, Ciputrahaji, Ciwulan
DAS Citanduy Hilir Citalahab dan Cikaso
Normalisasi Kabupaten Ciamis Mengembalikan fungsi dan kapasitas Citanduy -
sistem drainase drainase Daerah Irigasi Lakbok Utara Ciwulan
Daerah Irigasi dan Lakbok Selatan
Lakbok Utara dan
Lakbok Selatan
Perbaikan dan Kabupaten Ciamis Mengembalikan dan meningkatkan Citanduy -
peningkatan fungsi bangunan Klep Ciwulan
bangunan klep
pengendali banjir,
15 lokasi
Perbaikan dan Kabupaten Ciamis Mengamankan daerah permukiman Citanduy -
peningkatan dan pertanian dari bahaya banjir Ciwulan
bangunan tanggul
pengendali banjir
30 km
Perbaikan tebing Kabupaten Ciamis Mengamankan tanggul pengendali Citanduy -
kritis, 10 lokasi banjir Ciwulan
Perbaikan tebing Kabupaten Ciamis, Mengamankan daerah permukiman, Citanduy -
kritis 25 lokasi Kabupaten pertanian dan prasarana umum. Ciwulan
Tasikmalaya,
Kabupaten Garut
Rehabilitasi Kabupaten Ciamis Penyediaan air Irigasi 27.000 ha, air Citanduy -
Bendung minum kota sidareja dan Ciwulan
Manganti Tahap II pengendalian banjir
Sudetan Citanduy Sungai Citanduy Penanggulangan sedimentasi di Citanduy -
Segara nakan dari sungai Citanduy. Ciwulan
Mengalihkan muara sungai Citanduy
langsung ke Laut (teluk Nusaware)
Waduk Kabupaten Ciamis Pemenuhan kebutuhan rumah Citanduy -
Matenggang dan Kabupaten tangga, perkotaan dan industri dan Ciwulan
Cilacap tenaga listrik sebesar 50 lt/det. Tinggi
mercu bendung 7 m, panjang 40 m,
bak tampung 3 m dan bahan tubuh
bendung adalah urugan tanah
dengan inti clay tampungan aktif
27,08 juta m3
Waduk Binangun I Kabupaten Ciamis Pemenuhan kebutuhan rumah Citanduy -
tangga, perkotaan dan Industri serta Ciwulan
irigasi. Dapat menimbulkan dampak
sosial ekonomi rakyat. Elevasi
puncak terhadap MSL adalah 48 M.
Tinggi mercu bendung 28 m, luas
arealnya 3.050 ha. Tampungan total
485 juta m3 dan tampungan aktif 220
juta m3.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
KODE
WILAYAH
KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN ASAL WS/ 4-42
SUNGAI PROGRAM
Waduk Binangun Kabupaten Ciamis Elevasi puncak MSL : 55 ; Tinggi Citanduy -
II Mercu Bendung : 33 ; Area (ha) : Ciwulan
1.330 ; Tampungan Total (juta m3) :
270 ; Tampungan aktif (juta m3) : 154
Waduk Ciamis / Kabupaten Ciamis Pemenuhan kebutuhan rumah
Leuwi Keris tangga, perkotaan dan industri serta
irigasi. Potensi listrik yang dihasilkan
kecil. Elevasi terhadap MSL 180 m,
tinggi mercu bendung 100 m, luas
areal 440 ha, Tampungan total 180
juta m3 dan tampungan aktif 78 juta
m3
Waduk Kabupaten Ciamis Pemenuhan kebutuhan rumah Citanduy -
Cikembang tangga, perkotaan dan industri serta Ciwulan
irigasi Potensi listrik yang dihasilkan
kecil. Elevasi puncak terhadap MSL
180 m, tinggi mercu bendung 70 m,
luas areal 440 ha, Tampungan total
150 juta m3 dan tampungan aktif 18
juta m3
02.08.A2 Cimanuk - Waduk Jatigede Sumedang Irigasi seluas 90.000 ha, potensi Cimanuk
Cisanggaru listrik terpasang 110 MW dan
ng penyediaan air baku untuk 79.683
jiwa. Harga tampungan per m3
rendah (Rp 650/m3) Volume
tampungan netto 796,1 juta m3
Waduk Kuningan Irigasi seluas 4.439 ha, potensi listrik Cimanuk
Cipanundan 0.2 GWh dan potensi air baku 444
ha, volume tampungan 2,7 jt m3.
Waduk Cilutung Majalengka Irigasi seluas 20.000 ha, jika Waduk Cimanuk
Jatigede ditunda, maka Waduk
Cilutung dengan El + 294 dapat
menjadi alternatif cadangan utama
Waduk Cipanas Indramayu Irigasi seluas 12.000 ha dan Cimanuk
penyediaan air baku untuk 14.004
jiwa, volume tampungan sebesar 395
juta m3.
Waduk Sarwadadi Cirebon Irigasi seluas 500 ha dan penyediaan Cimanuk
air baku 300 kk
Long Storage Indramayu Pemenuhan kebutuhan air irigasi dan Cimanuk
Indramayu perikanan tambak
Waduk Cimulya Kuningan Irigasi seluas 9.145 ha, potensi listrik Cimanuk
4,5 GWh dan potensi air baku 915 ha
dengan volume tampungan sebesar
35 juta m3.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
KODE
WILAYAH
KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN ASAL WS/ 4-43
SUNGAI PROGRAM
Waduk Cipasang Garut Irigasi seluas 18.960 ha, potensi Cimanuk
listrik terpasang187 MW dan
penyediaan air baku untuk 22.126
jiwa. Volume tampungan sebesar 395
jiwa.
Waduk Cihowe Cirebon Irigasi seluas 600 ha, potensi listrik Cimanuk
0.1 GWh dan air baku 60 ha, volume
tampungan 1.3 jt m3.
Waduk Kuningan Irigasi seluas 8.275 ha, potensi listrik Cimanuk
Cileuweung 1,7 GWh dan air baku 828 ha,
volume tampungan 20 jt m3.
Waduk Ujungjaya Sumedang Irigasi seluas 5.000 ha dan Cimanuk
penyediaan air baku untuk 5,835 jiwa
dengan volume tampungan 71 juta
m3.
Waduk Pasirkuda Majalengka Potensi listrik sebesar 86.000 MWh Cimanuk
dengan volume tampungan 2,4 juta
m3 .
Waduk Garut Irigasi seluas 8.700 ha dan Cimanuk
Balekambang penyediaan air baku untuk 10,153
jiwa , volume tampungan 50 juta m3.
Waduk Cipeles Garut Irigasi seluas 12.000 ha dan Cimanuk
penyediaan air baku 175 juta m3.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
KODE
WILAYAH
KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN ASAL WS/ 4-44
SUNGAI PROGRAM
dan untuk penyediaan air baku bagi
RKI.
Waduk Sipring hulu sungai K. Peningkatan intensitas tanam bagi Pemali -
Genteng dan K. lahan irigasi seluas 7.770 Ha. volume Comal
Keruh Kabupaten tampungan 30 juta m3, tinggi
Pemalang bendung 40 m. Selain itu untuk
penyediaan air baku dengan suplai
2.300 lt/dt.
Waduk Krandegan hulu sungai K. penyediaan air baku bagi RKI dengan Pemali -
Sengkarang suplai 2.905 lt/dt dan untuk Comal
Kabupaten peningkatan intensitas tanam bagi
Pekalongan lahan irigasi seluas 8.718 Ha. volume
tampungan 45,93 juta m3, dengan
tinggi bendung 95 m.
Waduk desa Karanganyar Penyediaan air baku bagi RKI Pemali -
Karanganyar Kabupaten dengan suplai 965,4 lt/dt dan untuk Comal
Pemalang peningkatan intensitas tanam bagi
lahan irigasi seluas 26.717 Ha.
Informasi kelayakan proyek tidak
tersedia, analisa kelayakan ekonomi
menunjukkan nilai EIRR sebesar
17,9%.
Pengendalian Sungai Tanjung pembangunan/perbaikan tanggul, Pemali -
Banjir Sungai perkuatan tebing dan normalisasi alur Comal
Tanjung, Babakan sungai., untuk mereduksi daerah
dan Kabuyutan rawan banjir seluas 1.730 ha.
Pengendalian Sungai Sragi pembangunan/perbaikan tanggul, Pemali -
Banjir Sungai perkuatan tebing dan normalisasi alur Comal
Sragi sungai, diharapkan dapat mereduksi
daerah rawan banjir seluas 6.130 ha
Pengendalian Sungai Kupang Pelindung tebing pasangan batu kali Pemali -
Banjir Sungai 5.667 m, normalisasi alur sungai 7,1 Comal
Kupang km, pembangunan inlet drainase 11
buah, pembangunan jalan dan
jembatan baru, pembangunan
jembatan kereta api baru 1 buah,
pembangunan bangunan pengukur
debit sungai 1 buah.
Pengendalian Kabupaten Brebes pembangunan/perbaikan tanggul, Pemali -
Banjir Sungai perkuatan tebing dan normalisasi alur Comal
Kluwut sungai.Perkiraan manfaat ekonomi
dari adanya program tersebut adalah
Rp. 287,5 juta/tahun pada harga
dasar tahun 1998, dengan nilai EIRR
adalah sebesar 26,9%
Pengendalian kabupaten Batang Pembangunan/perbaikan tanggul, Pemali -
Banjir Sungai dan kabupaten perkuatan tebing dan normalisasi alur Comal
Sambong Pekalongan sungai. Perkiraan manfaat ekonomi
dari adanya program tersebut adalah
Rp. 10.699,3 juta/tahun pada harga
dasar tahun 1998, dengan nilai EIRR
adalah sebesar 42,5%
Pengendalian kabupaten Pemalang Pembangunan/perbaikan tanggul, Pemali -
Banjir Sungai perkuatan tebing dan normalisasi alur Comal
Comal sungai. Perkiraan manfaat ekonomi
dari adanya program tersebut adalah
Rp. 20.352,5 juta/tahun pada harga
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
KODE
WILAYAH
KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN ASAL WS/ 4-45
SUNGAI PROGRAM
dasar tahun 1998, dengan nilai EIRR
adalah sebesar 15,4%
Pengendalian Sungai Waluh Pembangunan/perbaikan tanggul, Pemali -
Banjir Sungai perkuatan tebing dan normalisasi alur Comal
Waluh sungai. Perkiraan manfaat ekonomi
dari adanya program tersebut adalah
Rp. 822,2 juta/tahun pada harga
dasar tahun 1998, dengan nilai EIRR
adalah sebesar 12,1%
Pengendalian Sungai Rambut Pembangunan/perbaikan tanggul, Pemali -
Banjir Sungai perkuatan tebing dan normalisasi alur Comal
Rambut sungai. Perkiraan manfaat ekonomi
dari adanya program tersebut adalah
Rp. 231 juta/tahun pada harga dasar
tahun 1998, dengan nilai EIRR
adalah sebesar 12,1%.
Waduk Jatinegara Kec. Jatinegara Meningkatkan intensitas tanam pada Pemali
Jateng daerah irigasi Cipero seluas 8.010 ha Comal
dan untuk mensupli waduk Cacaban
dengan luas irigasi 1.529 ha. Usulan
baru dan belum pernah dilakukan
studi.
02.10.A3 Jratun- Waduk Jatibarang Kab. Semarang Pengembangan suplai untuk RKI 920 Jratun
seluna l/detik dan konservasi air tanah. Seluna
Konstruksi dam Jatibarang dimulai
tahun 2002 (kegiatan yang masuk
dalam jadwal biaya rendah). Nilai
EIRR 18,5% (layak)
Waduk Kab. Semarang pengembangan suplai untuk RKI Jratun
Mundingan 1.020 l/detik dan konservasi air Seluna
tanah. Nilai EIRR 16,1% (layak )
Jragung Barrage Semarang dan pengembangan suplai untuk RKI Jratun
+ Tunnel Demak 1.750 l/detik dan konservasi air Seluna
tanah. nilai EIRR 10,7 % (layak)
Waduk Dolok Semarang dan pengembangan suplai untuk RKI 750 Jratun
Demak l/detik dan konservasi air tanah. Nilai Seluna
EIRR 13.6% (layak)
Waduk Bandung Kab. Grobogan pengembangan suplai untuk RKI dan Jratun
Harjo konservasi air tanah. Nilai EIRR Seluna
11,8% (layak)
Waduk Ngemplak Kab. Grobogan Pengembangan suplai untuk RKI dan Jratun
konservasi air tanah. Nilai EIRR 14% Seluna
(layak)
Waduk Coyo Kab. Grobogan Pengembangan suplai untuk RKI dan Jratun
konservasi air tanah. Nilai EIRR Seluna
18,9% (layak)
Waduk Tirto Kab. Grobogan Pengembangan suplai untuk RKI dan Jratun
konservasi air tanah. Nilai EIRR Seluna
22,9% (layak)
Embung Kedung Kab. Blora Pengembangan suplai untuk RKI dan Jratun
Waru konservasi air tanah. Nilai EIRR 8% Seluna
(layak)
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
KODE
WILAYAH
KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN ASAL WS/ 4-46
SUNGAI PROGRAM
Embung Balong Kab. Blora Pengembangan suplai untuk RKI dan Jratun
konservasi air tanah Seluna
Pengendalian Kota Semarang Pengendalian banjir seluas 1.670 ha. Jratun
Banjir Sungai Layak secara ekonomi, nilai EIRR Seluna
Garang 15,9%
Drainase Kota Kota Semarang pengendalian banjir seluas 10.337 Jratun
Semarang ha. Layak secara ekonomi, nilai EIRR Seluna
15,13%
Tenggang + Kota Semarang Pengendalian banjir Jratun
Sringin Drain Seluna
Dombo-Sayung Kota Semarang Pengendalian banjir seluas 21 ha. Jratun
Floodway Nilai EIRR 13,6% Seluna
Kebon Batur Kab. Demak Pengendalian banjir seluas 6.028 ha. Jratun
Floodway Layak secara ekonomi, nilai EIRR Seluna
18,1%
Pengendalian Kab. Demak pengendalian banjir seluas 12.957 Jratun
Banjir ha. Layak secara ekonomi, nilai EIRR Seluna
Jragung/Tuntang 20,4%
Pengendalian Kab. Kudus dan Kab. pengendalian banjir seluas 13.650 Jratun
Banjir Serang- Pati ha. Layak secara ekonomi, nilai EIRR Seluna
Wulan-Juana 17,8%
02.11.B Bodri - Kuto Waduk Kedung Kaliwungu, Pengembangan suplai untuk RKI Jratun
Suren Brangsong dan 1.700 l/detik (direncanakan Seluna
Kendal memberikan 900 l/dt ke Semarang
dan 800 l/detik ke Kendal) dan
konservasi air tanah. Nilai EIRR 9,5
% (layak)
Pengendalian Kab. Kendal Pengendalian banjir seluas 590 ha. Jratun
Banjir Sungai Layak secara ekonomi, nilai EIRR Seluna
Blorong 24%
02.12.C Wiso - Gelis - - - -
02.13.C Kepulauan - - - -
Karimun-
jawa
02.14.A3 Serayu Pengedalian banjir Anak S.Serayu, Pengamanan pemukiman dan Serayu -
Bogowon-to S.Klawing lanjutan Kab.Purbalingga dan persawahan Target 30km Bogowonto
Banyumas
Perkuatan tebing S Telomoyo, Pengamanan pemukiman , Serayu -
lokasi kritis dan S.Lukulo & anak- persawahan dan transportasi. Target Bogowonto
penanggulangan anak sungainya, 15 - 20 lokasi kritis
banjir nopember Kab.Kebumen
2004.
Peninggian S Telomoyo & anak- Mengatasi adanya halangan sungai Serayu -
jembatan anak sungainya, yang dapat mengakibatkan banjir dan Bogowonto
melintang sungai- Kab.Kebumen memperlancar transportasi antar
sungai di DAS pedesaan di 10 lokasi
Telomoyo
Pembangunan S Telomoyo & anak- Mengatasi adanya kejadian banjir Serayu -
pelimpah banjir anak sungainya, melebihi rencana, sehingga dapat Bogowonto
DAS Telomoyo Kab.Kebumen mengurangi dampak yang lebih buruk
Penyempurnaan DAS Tipar dan Ijo, Pengamanan pemukiman , Serayu -
Pengendalian Kab.Cilacap, persawahan dan transportasi. Target Bogowonto
Banjir dan Banyumas dan 16 km
Drainase Kebumen.
Penyempurnaan DAS Wawar, Pengamanan pemukiman , Serayu -
Pengendalian Cokroyasan dan persawahan dan transportasi. Target Bogowonto
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
KODE
WILAYAH
KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN ASAL WS/ 4-47
SUNGAI PROGRAM
Banjir dan Bogowonto. Kab. 6 km
Drainase Kebumen dan
Purworejo
Rehabilitasi DAS Wawar, Pengamanan jalur transportasi KA Serayu -
Jembatan KA Telomoyo dan Tipar. Yogya -Jakarta, dari bahaya banjir. Bogowonto
melintang sungai Kab. Kebumen,
di 7 lokasi. Banyumas dan
Cilacap
Normalisasi Kali DAS Bogowonto dan Normalisasi sungai dan bangunan Serayu -
Pantai antara DAS Cokroyasan pengatur air untuk mengatasi banjir Bogowonto
S.Bogowonto dan Kab.Purworejo daerah pemukiman dan budi daya
S.Cokroyasan perikanan.
Operasi dan DAS Bogowonto, Mempertahankan kapasitas dan Serayu -
Pemeliharaan Serayu, Wawar dan fungsi prasarana pengendalian banjir Bogowonto
Sungai Telomoyo. Kab.
Purworejo,
Kebumen,
Banjarnegara dan
Purbalingga,
Pembangunan Muara-muara DAS Menahan pengaruh akibat intrusi air Serayu -
bangunan Bogowonto, laut di 5 lokasi Bogowonto
penahan intrusi air Cokroyasan,
laut Telomoyo, Ijo dan
Tipar
Pembangunan DAS Telomoyo, Mendaya gunakan lahan depressi Serayu -
bangunan Wawar dan Ijo Bogowonto
pemanfaatan
daerah genangan
banjir
Pembangunan DAS Telomoyo Mengurangi sedimentasi di S.Jladri, Serayu -
BPS (Bangunan S.Jatinegara dan S.Telomoyo hilir Bogowonto
Penahan
Sedimen) dan
Pengerukan hilir
sungai Jladri
Pembangunan DAS Bogowonto, Mengurangi sedimentasi waduk dan Serayu -
BPS (Bangunan Serayu, Wawar dan pemanfaatan untuk air baku. Target Bogowonto
Penahan Telomoyo. Kab. 15 lokasi
Sedimen) Purworejo,
Kebumen,
Banjarnegara dan
Purbalingga,
Pembangunan DAS Serayu, Lukulo Mengatasi degradasi sungai. Target Serayu -
Groundsill dan Bogowonto. 10 lokasi Bogowonto
(Bangunan Kab. Banyumas,
Penstabil dasar Purbalingga,
sungai). Kebumen dan
Purworejo
Penyediaan air Kab. Banyumas, Mengatasi kekurangan air pada Serayu -
baku pedesaan Purbalingga, Cilacap, musim kering Bogowonto
dari mata air & Banjarnegara,
sumber air Wonosobo,
Kebumen dan
Purworejo (200
lokasi)
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
KODE
WILAYAH
KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN ASAL WS/ 4-48
SUNGAI PROGRAM
Penyediaan air Kab. Banyumas, Mengatasi kekurangan air pada Serayu -
baku pedesaan Cilacap, Kebumen musim kering Bogowonto
dari bangunan dan Purworejo (15
konservasi lokasi).
(groundsill).
Penyediaan air Kab.Kebumen Mengatasi kekurangan air kota Serayu -
baku dari Kebumen dan pedesaan Bogowonto
bendungan Kab.kebumen
Wadaslintang
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
KODE
WILAYAH
KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN ASAL WS/ 4-49
SUNGAI PROGRAM
Embung Dawetan Kab. Kulon Progo Penyediaan air baku dan irigasi dan Progo-Opak-
potensi pengendalian banjir. Dalam Oyo
tahap pengukuran dan pra desain
tahun 2003
Embung Kab. Kulon Progo Penyediaan air baku dan irigasi dan Progo-Opak-
Penggung potensi pengendalian banjir. Dalam Oyo
tahap pengukuran dan pra desain
tahun 2003
Embung Girinyono Kab. Kulon Progo Penyediaan air baku dan irigasi dan Progo-Opak-
potensi pengendalian banjir. Dalam Oyo
tahap pengukuran dan pra desain
tahun 2003
Embung Weden Kab. Kulon Progo Penyediaan air baku dan irigasi dan Progo-Opak-
potensi pengendalian banjir. Dalam Oyo
tahap pengukuran dan pra desain
tahun 2003
Embung Kab. Kulon Progo Penyediaan air baku dan irigasi dan Progo-Opak-
Kebonromo potensi pengendalian banjir. Dalam Oyo
tahap pengukuran dan pra desain
tahun 2003
Embung Kab. Sleman Penyediaan air baku dan irigasi dan Progo-Opak-
Kronggahan potensi pengendalian banjir. Dalam Oyo
tahap pengukuran dan pra desain
tahun 2003
Embung Kab. Gunung Kidul Penyediaan air baku 73 lt/detik dan Progo-Opak-
Kedungranti potensi pengendalian banjir. Tinggi Oyo
embung adalah 5 m dengan volume
tampungan 250.000 m3
Embung Karang Kab. Gunung Kidul Berpotensi untuk mengendalikan Progo-Opak-
Sari banjir, mengairi irigasi 450 ha dan Oyo
penyedia air minum 75 lt/detik. Tinggi
embung adalah 11 m dengan volume
tampungan 105.000 m3
Embung Ngalang Kab. Gunung Kidul Penyediaan air baku dan irigasi dan Progo-Opak-
potensi pengendalian banjir. Dalam Oyo
tahap pengukuran dan pra desain
tahun 2003
Embung Kab. Gunung Kidul Penyediaan air baku dan irigasi dan Progo-Opak-
Kedunggedeng potensi pengendalian banjir. Volume Oyo
tampungan embung adalah
1.000.000 m3
Waduk Tinalah Kali Progo Penyediaan air baku dan irigasi dan Progo-Opak-
potensi pengendalian banjir. Untuk Oyo
DAS Serang, dengan tetap
memanfaatkan air dari Kali Progo
melalui intake Kalibawang, dengan
pembatasan pengambilan air sebesar
2,5 m3/dt
Waduk Progo Kali Progo penyediaan air baku dan irigasi dan Progo-Opak-
Magelang potensi pengendalian banjir Oyo
Waduk Elo Hilir Kali Elo Penyediaan air baku dan irigasi dan Progo-Opak-
potensi pengendalian banjir. Belum Oyo
tersedia data detail
Waduk Kaloran Kaloran Penyediaan air baku dan irigasi dan Progo-Opak-
potensi pengendalian banjir Oyo
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
KODE
WILAYAH
KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN ASAL WS/ 4-50
SUNGAI PROGRAM
Waduk Elo Kali Elo Penyediaan air baku dan irigasi dan Progo-Opak-
potensi pengendalian banjir Oyo
Waduk Sambiroto Progo Hulu K. Penyediaan air baku dan irigasi dan Progo-Opak-
Serang potensi pengendalian banjir Oyo
Waduk Nanggulan Sungai Progo Penyediaan air baku dan irigasi dan Progo-Opak-
I potensi pengendalian banjir Oyo
02.16.A2 Bengawan Sedimentasi Wonogiri - Bengawan
Solo Waduk Wonogiri Solo
Penanganan seluruh WS Bengawan
Pengelolaan Solo
Kualitas Air
Perbaikan Sungai hilir WS pengendalian banjir Bengawan
Bengawan Solo Solo
Hilir, Fase II
Perbaikan Sungai hulu WS pengendalian banjir Bengawan
Bengawan Solo Solo
Hulu, Fase II
Perbaikan Sungai Kali Madiun pengendalian banjir Bengawan
Kali Madiun, Fase Solo
II dan III
Pembangunan Hulu Sungai Bengawan
check dam dan Bengawan Solo dan Solo
ground sill Kali Madiun
Pengembangan pengendalian banjir Bengawan
Bengawan Jero Solo
Bengawan Solo pengendalian banjir Bengawan
FFWS Solo
Long-channel penyediaan air baku Bengawan
Storage Solo
Bengawan Solo
Hilir
Penyediaan Air penyediaan air baku Bengawan
PDAM di Wilayah Solo
Surakarta
Penyediaan Air penyediaan air baku Bengawan
untuk Sstem Solo
Pengembangan
PDAM
Penyediaan Air penyediaan air baku Bengawan
untuk Daerah Solo
Rembang
Solo Vallei penyediaan air baku Bengawan
Werken Solo
9 Waduk Irigasi penyediaan air baku Bengawan
pada Anak Sungai Solo
Bengawan Solo
Hulu
3 Waduk Irigasi penyediaan air baku Bengawan
pada Anak Sungai Solo
Kali Madiun
16 Waduk Irigasi penyediaan air baku Bengawan
pada Anak Sungai Solo
Bengawan Solo
Hilir
Waduk Irigasi penyediaan air baku Bengawan
Kedung Bendo Solo
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
KODE
WILAYAH
KEGIATAN LOKASI MANFAAT&PENJELASAN ASAL WS/ 4-51
SUNGAI PROGRAM
Rehabilitasi dan penyediaan air baku Bengawan
Peningkatan Solo
Sistem Irigasi
Waduk Serbaguna penyediaan air baku Bengawan
Bendo Solo
02.17.A3 Brantas Sabo Gunung Kali Konto Brantas
Kelud
Sabo Brantas Brantas Hulu dan mengurangi transport sediment ke Brantas
Hulu dan Sungai Sungai Lesti reservoir Dam Sengguruh dan Dam
Lesti Sutami. Sebanyak 17 Sabo Dam
telah direncanakan untuk daerah hulu
DAS Sengguruh Dam.
Pengendalian Sungai Widas Pengembangan terhadap masalah Brantas
Banjir Sungai pengendalian banjir di Sungai Widas
Widas sesuai dengan yang direncanakan
dalam Master Plan tahun 1985
Lodoyo Diversion Ludoyo Pencegahan terhadap bencana yang Brantas
Tunnel dapat ditimbulkan oleh Gunung Kelud
Beng Dam Irigasi, water supply dan hydropower. Brantas
Data teknis yang direncanakan untuk
volume tampungan efektif 147 milyar
m3
02.18.B Welang - - - -
Rejoso
02.19.B Pekalen - Genteng I Dam Sungai Genteng, Irigasi, water supply dan hydropower Pekalen
Sampean Lesti dan untuk sediment control. Data Sampean
teknis yang direncanakan adalah
untuk volume tampungan efektifnya
sebesar 54 milyar m3
02.20.B Baru - - - -
Bajulmati
02.21.B Bondoyudo - - - -
- Bedadung
02.22.B Kepulauan Penyediaan air seluruh WS sumber daya air yang terbatas Madura
Madura baku industri berupa sungai-sungai kecil, sehingga
harus ada solusi sumber daya air bila
Madura hendak difungsikan
Pembangunan Pamekasan pemenuhan air baku untuk irigasi dan Madura
Waduk Nipah permukiman dengan kapasitas
tampungan sebesar 30 juta m3
Pembangunan Bangkalan pemenuhan air baku untuk irigasi dan Madura
Waduk Blega permukiman dengan kapasitas
tampungan sebesar 100 juta m3
Pembangunan Pamekasan pemenuhan air baku untuk irigasi dan Madura
Waduk Samiran permukiman dengan kapasitas
tampungan sebesar 50 juta m3
Pembangunan Wa Sumenep pemenuhan air baku untuk irigasi dan Madura
duk Tambak permukiman dengan kapasitas
Agung tampungan sebesar 30 juta m3
Adapun beberapa balai baru yang dibentuk menurut Peraturan Menteri PU No.
12 tahun 2006 yang akan mengurus pengelolaan wilayah sungai baru ini
disajikan pada bagian 4.6.2 (Organiasasi dalam pengelolaan SDA).
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
4-52
4.3.3 Penyusunan Pola Pengelolaan SDA
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
perkotaan (termasuk kawasan jasa & perdagangan) dan perdesaan, industri, 4-53
pertanian, perikanan, lingkungan, pertambangan dan sebagainya yang telah
mengantisipasi pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi dalam
kurun waktu planning horizon minimal 30 tahun kedepan. Demikian pula dalam
Rencana Induk harus telah diidentifikasi jenis-jenis alternatif prasarana dan
sarana yang mampu memenuhi kebutuhan air untuk berbagai sektor termasuk
lingkungan yang telah memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan ekonomi
dalam kurun waktu 30 tahun kedepan serta mampu mengantisipasi dampak
iklim yang berubah (terjadinya kejadian ekstrim kekeringan dan banjir). Proses
pembuatan Rencana Induk juga harus melibatkan pemangku kepentingan
(stakeholders) bidang sumber daya air pada wilayah sungai tersebut. Selain itu
Rencana Induk juga harus mendapat persetujuan dari Dewan Sumber Daya Air
Nasional untuk Wilayah Sungai Nasional, Dewan SDA Propinsi untuk Wilayah
Sungai Propinsi dan Dewan SDA Kabupaten untuk Wilayah Sungai Kabupaten.
Berdasarkan pasal 14, UU No. 7/2004 tentang Sumber Daya Air, wewenang dan
tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaan SDA meliputi:
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Dari uraian wewenang dan tanggung jawab diatas dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut:
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
4-55
4.4.2 Kebijakan Pembiayaan
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Dalam sektor sumber daya air ciri pemerintah sebagai pemberdaya ditunjukan
dengan beralihnya pendekatan pembangunan yang prescriptive dan terpusat
menjadi kerangka sistem dan pendekatan partisipatif, dan memenuhi prinsip-
prinsip pembangunan berkelanjutan.Dengan mengadopsi peran sebagai
fasilitator dan arbitrase, beban dari pemerintah dapat dikurangi dan kinerja dalam
fungsi publik dapat dicapai. Pemerintah perlu menciptakan kondisi dimana
semua aktor/pelaku yang mempunyai kepentingan dalam permasalahan sumber
daya air dapat terlibat dan dapat bernegosiasi diantara mereka untuk mencapai
solusi yang dapat diterima semua pihak. Meskipun partisipasi masyarakat cukup
tinggi tidak berarti pemerintah lepas dari tanggung jawab.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Yang dimaksud dengan sektor swasta disini adalah sektor perusahaan swasta
dan orgnisasi-organisasi yang berbasis masyarakat. Pemikiran kotemporer
menunjukkan bahwa keterlibatan swasta dalam layanan air, yaitu dalam layanan
air minum dan sanitasi, akan berkontribusi dalam mengurangi peran dan beban
pemerintah didalam pengelolaan sumber daya air. Tetapi hal ini tidak selalu
demikian: yang terjadi adalah perubahan fungsi. Tugas akan berubah setelah
fungsi operasional/pelaksanaan dialihkan ke aktor swasta, namun tetap
diperlukan suatu entitas publik dalam hal ini pemerintah yang mempunyai
kapasitas dan kemampuan untuk memantau dan mengatur penyediaan layanan
yang memadai dan dalam harga yang terjangkau. Dapat disimpulkan bahwa
dalam keterlibatan swasta peran pemrintah dalam pengaturan justru semakin
bertambah dan tidak berkurang. Demikian juga, keterlibatan masyarakat yang
miskin dalam layanan air akan memerlukan katalist berupa dukungan dana dari
pemerintah dan sumber dana dari luar lainnya.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Sebagaimana diatur dalam UU Sumber Daya Air No. 7/2004 salah satu sumber
pendanaan untuk pembangunan, operasi, dan pemeliharaan prasarana dan
sarana sumber daya air adalah anggaran pemerintah, termasuk yang bersumber
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
dari pinjaman dan atau hibah luar negeri. Penggunaan dana pinjaman luar negeri 4-60
untuk prasarana dan sarana publik khususnya sumber daya air hendaknya dipilih
dari scheme yang lunak (berbunga rendah dan tenggang waktu pembayaran
yang panjang) dipakai secara selektif penuh dengan ke-hati-hatian, dan
diutamakan untuk membiayai proyek-proyek yang mempunyai kelayakan eknomi
yang tinggi termasuk peluang untuk pengembalian biaya (cost recovery).
Sedangkan dana hibah luar negeri bagi negara-negara berkembang, peluang
untuk mendapatkannya semakin tinggi semenjak dicanangkannya
Johannesburg Plan of Implementation (2002) dana ini sebaiknya ditujukan
untuk pencapaian sasaran Millenium Development Goals (MDGs) diantaranya
untuk pengentasan kemiskinan, penyediaan akses kepada air minum yang sehat
dan parasarana sanitasi bagi penduduk miskin dan pelestarian ekosistem
penunjang kehidupan. Selain itu dana hibah luar negeri juga tepat digunakan
untuk peningkatan kapasitas (capacity building) dalam hal implementasi
Integrated Water Resources Management (Pengelolaan Terpadu Sumber Daya
Air) yang juga merupakan salah satu sasaran MDGs.
Selain dana pinjaman dan atau hibah luar negeri melalui mekanisme biasa baik
secara bi-lateral maupun multi-lateral, terdapat peluang untuk mendapatkan
dana hibah melalui mekanisme khusus, diantaranya: a) debt swap yaitu
penghapusan pinjaman luar negeri senilai biaya kegiatan yang kita laksanakan
dengan persetujuan negara/institusi donor, b) program Clean Development
Mechanism (CDM) yaitu imbalan pembiayaan kegiatan senilai pengurangan
karbondioksida, dan c) pendanaan program-program adaptasi dan mitigasi
perubahan iklim untuk negara-negara berkembang.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
kelayakan hendaknya memuat pernyataan tentang tujuan, manfaat dan ruang 4-61
lingkup proyek serta mencakup aspek-aspek, teknis, ekonomi serta sosial dan
lingkungan. Dari aspek teknis studi kelayakan mencakup antara lain kajian
tentang alternatif-alternatif konstruksi (yang mencakup ruang lingkup konstruksi
dan taksiran biayanya) untuk mencapai tujuan dan manfaat yang akan dicapai,
misalnya untuk meningkatkan produksi padi disuatu wilayah alternative-nya
adalah: a) pembuatan bendung untuk mengairi areal baru seluas 3000 Ha, b)
intensifikasi pertanian dengan rehabilitasi dan upgrading jaringan irigasi yang
ada serta pembuatan beberapa sumur air tanah dangkal dimana peningkatan
produksinya setara dengan pembangunan jaringan irigasi baru seluas 3000ha,
dan c) pembuatan beberapa pompa pengambilan air sungai dengan jaringan
irigasinya dengan luas total 3000 Ha. Dalam membuat altenatif-alternatif
konstruksi hendaknya mendengarkan pendapat dari pihak pemangku
kepentingan baik memerima manfaat maupun dampaknya. Pendapat-
pendapatyang mendukung/menyetujui mapun yang menolak/keberatan
hendaknya dicatat untuk menjadi bahan pertimbnagan dalam pengmbilan
keputusan. Dari aspek ekonomi, dihitung biaya (temasuk biaya sosial dan
lingkungan) serta manfaatnya/keuntungannya (termasuk manfaat langsung
maupun tidak langsung). Kemudian masing-masing alternative konstruksi
dimaksud dievaluasi kelayakan ekonominya dengan parameter-parameter Net
Present Value of Benefit, Internal Rate of Return dan Benefi-Cost Ratio. Dari
aspek sosial-lingkungan dievaluasi dampaknya serta tingkat penerimaan
masyarakat yang menerima manfaat maupun dampaknya. Selanjutnya, masing-
masing alternatif konstruksi dievaluasi kelayakannya dari aspek teknis, ekonomi,
dan sosial-lingkungan. Alternatif yang dipilih adalah alternatif yang layak dari
aspek teknis, memberikan nilai ekonomi yang paling baik, dan yang dampak
sosial dan lingkungannya paling kecil. Untuk proyek-proyek skala besar studi
kelayakan selain 3 (tiga) kriteria dimaksud juga dapat mencakup: a) rencana
pembiayaan pelaksanaan konstruksi, b) manajemen konstruksi dan operasi
proyek, c) penjadwalan dan pembiayaan proyek, c) kriteria perencanaan, dan d)
keperluan institusi dan aspek hukum pengelola proyek setelah proyek selesai.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Tujuan utama dari studi kelayakan proyek prasarana dan sarana sumber daya 4-62
air adalah:
d. untuk mengevaluasi tingkat resiko pokok dan kendala serta memberi saran
tentang jalan/langkah untuk mengurangi resiko dan meringankan kendala.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
3. Dampak proyek terhadap anggaran pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari 4-63
Cost Recovery Index (CRI)
4. Tingkat resiko proyek
Kriteria evaluasi:
75% probability level untuk Economic Internal Rate of Return (EIRR)
75% probability level untuk Net Present Value of Benefit (NPVB)
75% probability level untuk Benefit-Cost Ratio
5. Dampak proyek terhadap foreign exchange
Kriteria evaluasi:
Net foreign exchange savings
Domestic Resources Cost
6. Tujuan evaluasi: menentukan dampak proyek terhadap penciptaan lapangan
kerja
Kriteria evaluasi: Biaya untuk menciptakan 1000 oranghari (mandays)
lapangan kerja
7. Dampak proyek terhadap distribusi pendapatan kepada penduduk tertinggal
Kriteria evaluasi:
% (presentase) perubahan pada Gini Coefficient
% (presentase) perubahan pada Poverty Ratio
% (presentase) dari project incremantal benefits yang mengalir kepada
keluarga miskin
Pembangunan prasarana dan sarana sumber daya air khususnya jaringan irigasi
di Indonesia bersifat ganda-tujuan (multi-objective), yaitu yang berorientasi pada
efisiensi ekonomi nasional maupun yang berorientasi non-ekonomis, misalnya
mempertahankan kondisi swa-sembada produksi beras dengan intensifikasi
sistem produksi melalui peningkatan jaringan irigasi yang ada maupun perluasan
jaringan irigasi melalui perluasan areal sawah beririgasi di luar Jawa; mendorong
program pembangunan daerah; dan menunjang program transmigrasi. Selain
itu, kriteria-kriteria pemilihan proyek dengan mana tujuan-tujuan tesebut
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Dapat dipakai sebagai perangkat untuk koordinasi antar sektor dengan 4-66
diketahuinya jadwal dan kondisi faktor-faktor teknis, sosio-teknis, sosio-politis,
sosio-ekonomi dari daerah sasaran Misalnya, kapan jaringan irigasi dimulai
dan diselesaikan pembangunannya, dan kapan dukungan sarana produksi
padi dan pelatihan untuk petani harus dimulai dan kapan pula transmigran
mulai didatangkan ke daerah sasaran.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
definisi batas wilayah sungai dan pembentukan Satuan Pengelola Teknis 4-67
Wilayah Sungai, yang bertanggung jawab kepada Pemerintah Provinsi. Untuk
merumuskan suatu perencanaan termasuk menyusun dokumentasi sumber daya
air, harus dilakukan analisis kebutuhan air baik untuk saat ini maupun
proyeksinya dimasa mendatang, juga dibutuhkan evaluasi terhadap alternatif
kegiatan untuk memanfaatkan sumber daya air tersebut secara lebih baik, dan
mengidentifikasi berbagai kegiatan untuk menghasilkan suatu pedoman
pengelolaan sumber daya air di Indonesia. Dengan demikian perencanaan
pengelolaan sumber daya air akan menjadi suatu program komprehensif
pengembangan untuk jangka pendek dan jangka panjang.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Integrasi keperluan yang terkait dengan air didaerah hulu dan didaerah 4-68
hilir
Masalah-masalah yang terkait dengan koordinasi dan legislasi sumber
daya air.
6. Menghindarkan terjadinya overlapping dan gaps dalam pengaturan
tanggung jawab dan kawasan kerja pada lembaga-lembaga yang terkait
dengan pengelolaan air yang ada maka diperlukan pemetaan wilayah kerja
berdasarkan pembagian wilayah sungai. Untuk keperluan ini, perlu
dipersiapkan peta Indonesia skala 1: 1.000.000 yang menggambarkan
kondisi batas Wilayah Sungai yang terbaru berdasarkan Permen PU
No:11/M/2006, propinsi, kabupaten dan kecamatan serta batas kawasan
kerja pihak-pihak yang terkait.
7. Mengklarifikasi pembagian tugas, fungsi dan yurisdiksi untuk koordinasi
sektor-sektor yang terlibat dalam pengelolaan sumber daya air pada tingkat
nasional. Pembuatan prinsip dan konsep peran institusi dan tanggung jawab
mengenai: manajemen integrasi DAS dan daerah pantai, integrasi
kepentingan daerah hulu dan hilir, integrasi manajemen lahan dan air, maka
daerah aliran sungai (DAS) perlu dibagi berdasarkan area sebagai berikut:
Daerah aliran air bagian hulu.
Daerah aliran air bagian tengah.
Daerah aliran air bagian hilir.
Daerah pantai.
Alur sungai.
Dataran banjir yang diatur.
Daerah banjir.
Daerah tangkapan air (catchment area).
Daerah pinggiran dataran banjir yang diatur (regulatory floodway fringe).
8. Pembagian institusi yang bertanggung jawab adalah sebagai berikut:
perencanaan,
manajemen,
kontrol/pengendalian akses,
penggunaan,
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
14. Menyiapkan kerangka kerja tugas dan fungsi koordinasi institusi yang terkait 4-70
dengan pengelolaan sumber daya air pada lembaga pemerintah dan pihak
non-pemerintah yang terkait.
15. Mengidentifikasi pilihan alternatif pemecahan masalah dengan pernyataan
yang jelas tentang kelebihan dan kekurangannnya dari alternatif yang
disiapkan.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Dalam UU SDA Pasal 5 dan Pasal 6 Tentang Pengelolaan Sumber daya air,
disebutkan bahwa:
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Pengelolaan sumber daya air memerlukan dukungan penuh dan terus-menerus 4-72
dari institusi jajaran pemerintah propinsi/kabupaten/kota dan stakeholders. Untuk
itu diperlukan suatu terobosan berupa suatu kesepakatan operasional pelayanan
sumber daya air yang mengikutsertakan para penanggung jawab operasional di
lapangan, baik dari unsur pemerintah kabupaten/kota maupun pemerintah
propinsi, termasuk para kelompok pengguna air di dalam pengelolaan sumber
daya air.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
mengatur koordinasi antar anggota stakeholders pada tingkat yang sama 4-73
pada berbagi tingkatan yaitu tingkat nasional, provinsi dan wilayah sungai.
e. Saat ini masih terdapat lembaga pemerintah yang mempunyai tugas yang
sama pada perencanaan manajemen sumber daya air dan kawasan kerja-
nya. Terdapat juga definisi kawasan kerja yang tidak konsisten pada
departemen pemerintah, lembaga, dan tingkat administrasi. Bappenas
seharusnya memulai untuk mengatur koordinasi batasan kawasan kerja.
f. Perencanaan dan koordinasi manajemen sumber daya air dan daerah aliran
sungai pada wilayah sungai nasional dan wilayah sungai strategis
dikoordinasikan oleh badan pemerintah pusat dengan partisipasi langsung
pihak-pihak yang terkait (pengguna sumber daya air, baik swasta maupun
publik) pada setiap WS.
g. Kerangka kerja institusi yang terkait harus terdiri dari 5 tahap, yakni:
1) nasional (prioritas pada Wilayah Sungai nasional dan wilayah sungai
strategis),
2) propinsi (prioritas pada wilayah sungai propinsi atau lintas kabupaten
dalam satu propinsi),
3) kabupaten,
4) kecamatan/daerah tangkapan dan
5) desa/sub DAS yang kecil.
h. Definisi pihak yang terkait atau pemangku kepentingan/stakeholders adalah:
Lembaga pemerintah pusat yang terkait.
Departemen pemerintah.
Organisasi non pemerintahan.
Organisasi pengelola wilayah sungai yaitu Balai Besar Wilayah
Sungai/BBWS, Bali Wilayah Sungai/BWS, PJT I, PJT II, Balai
Pengelolaan SDA Propinsi
Sektor industri swasta.
Sektor pengembang swasta.
Asosiasi perusahaan air minum
Asosiasi pengguna air.
Asosiasi profesional.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
p. Dewan Sumber Daya Air Nasional bertanggung jawab dalam implementasi 4-75
dan manajemen kebijakan pengelolaan sumber daya air nasional.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
pada prinsipnya di satu sisi dapat memberikan dampak yang baik dan 4-76
bermanfaat, namun di sisi lain juga tidak menutup kemungkinan akan dapat
menimbulkan konflik yang sebelumnya mungkin tidak pernah terjadi.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
3) Dengan menguasai dan mengelola sumber daya air akan mengurangi 4-77
ketergantungan pada daerah lain.
Konflik pemanfaatan air bersih dapat terjadi apabila tidak ada kesepakatan
yang baik pada pemanfaatan langsung maupun tidak langsung yang terkait
dengan:
1) Daerah aliran sungai bagian atas (hulu), daerah ini berfungsi sebagai
daerah konservasi tanah dan air, kawasan lindung dan resapan air serta
pengendalian terhadap erosi.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
2) Daerah aliran sungai bagian tengah, daerah ini berfungsi sebagai 4-78
daerah untuk pengumpulan, penyimpanan, pengalokasian,
pendistribusian serta pengendalian banjir.
3) Daerah aliran sungai bagian bawah (hilir), daerah ini berfungsi sebagai
daerah pengendalian banjir dan drainase serta pencegahan intrusi air
laut.
Selain sangat dipengaruhi oleh curah hujan, masalah banjir juga terkait
dengan ada tidaknya tindakan konservasi di daerah hulu dan untuk
mengkoordinasikannya sangat sulit karena berhubungan dengan masalah
tataguna lahan pada masing-masing daerah kabupaten/kota. Untuk itu
diperlukan upaya-upaya khusus diantaranya dengan mengintegrasikan
kepentingan hulu dan hilir serta diterapkannya prinsip hydrosolidarity.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
memitigasi bencana yang terkait dengan air seperti kekeringan, banjir, 4-79
tanah longsor dan pencemaran.
Guna memenuhi kebutuhan pangan, pemanfaatan air untuk irigasi saat ini
masih sangat diperlukan dan masih dominan. Berkaitan dengan hal tersebut,
peningkatan kebutuhan air non irigasi akan menyebabkan alokasi
pemenuhan kebutuhan air irigasi menjadi berkurang, disisi lain, kebutuhan
air irigasi juga cenderung berkurang seiring dengan pengurangan lahan
irigasi karena adanya perubahan pemanfaatan lahan. Mengingat air yang
terbatas, tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan konflik antar
pengguna air. Oleh karena itu, perlu adanya kesepakatan dalam hal alokasi
air dan pola tanam yang diterapkan.
Berbagai instuisi selama ini telah melakukan pengelolaan sumber daya air.
Pada waktu sumber daya air masih berupa uap air/embun, BMG merupakan
instuisi yang berwenang dan bertanggung jawab dalam melakukan
pengelolaan dan pencatatan. Sedangkan sumber daya air yang sudah
berada pada badan air, yang berupa sungai atau danau sebagai air
permukaan dikelola oleh Departemen Pekerjaan Umum/cq. Ditjen Sumber
Daya Air. Selanjutnya, sumber daya air yang berupa air tanah yang berada
di bawah permukaan tanah dikelola oleh Departemen Pertambangan dan
Energi. Sementara itu, untuk air di laut instuisi pengelolanya adalah
Departemen Kelautan dan Perikanan. Mengingat sifat kontinuitas sumber
daya air, sementara institusi pengelolanya relatif terpisah, oleh karenanya
diperlukan suatu koordinasi yang baik diantara para unsur pengelolaannya.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
bahwa salah satu sumber pendapatan daerah berasal dari Pendapatan Asli 4-81
Daerah, yang meliputi:
Akibat dari pengelolaan sumber daya air menyangkut multi sektor, maka
pengelolaan sumber daya air akan melibatkan banyak stakeholders yang
tidak mudah untuk mengkoordinasikannya sehingga ada kecenderungan
terjadinya egoisme sektoral dengan implikasi mengutamakan pada
kepentingan masing-masing sektor. Dari ego sektor tadi kemudian berubah
menjadi ego daerah dengan implikasi merencanakan dan melaksanakan
pengelolaan sumber daya air sesuai kebutuhan daerahnya sendiri tanpa
memikirkan daerah lain yang terkadang air sungai tersebut juga mengalir
atau melewati daerah lain.
c. Masalah Pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai tidak mengenal
batas administratif
Pembinaan maupun pengelolaan atas air dan atau sumber air pada suatu
wilayah sungai batasannya adalah wilayah sungai (batasan hidrologis)
bukan batasan administrasi. Sering terjadi permasalahan suatu sumber air
terletak pada wilayah administrasi yang berbeda dengan pengguna sumber
air tersebut. Permasalahan tersebut biasanya dapat diselesaikan antar
instansi pemerintah namun sulit untuk level masyarakat. Sehingga
diperlukan adanya koordinasi dan pengaturan atas sumber daya air yang
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
adil dan merata secara jelas dan tegas serta memberikan informasi yang 4-82
transparan bagi masyarakat setempat, karena bagaimanapun juga
masyarakat merupakan pihak yang terlibat langsung dalam pemanfaatan
dan penggunaan air tersebut.
1) Perubahan paradigma.
Tujuan pengelolaan dari Adhoc (khusus) menjadi need driven,
Pola pengelolaan dari reaktif menjadi proaktif,
Sistem pengelolaan dari rigid menjadi fleksibel,
Lingkup pengelolaan dari orientasi proyek menjadi program terpadu,
Filosofi pengelolaan dari menghindari hukum menjadi melakukan
sesuai hukum.
2) Pengembangan kerjasama antar lembaga dan daerah.
Penanganan wilayah perbatasan, kawasan konservasi dan
pengendalian pencemaran,
Kerjasama dalam pemberian perijinan untuk kegiatan-kegiatan
pemanfaatan SDA dan pemanfaatan ruang,
Kerjasama berbasis proyek untuk penanganan masalah sejenis yang
dihadapi bersama.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
air dan pengendalian daya rusak air pada wilayah sungai, yang berada di bawah 4-83
dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Sumber Daya Air.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Tabel 4. 17 Balai Besar Wilayah Sungai & Balai Wilayah Sungai di Pulau Jawa
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Untuk membantu dinas tingkat propinsi dalam pengelolaan sumber daya air pada
wilayah sungai yang bersifat lintas kabupaten/kota masih dalam satu propinsi
(wilayah sungai propinsi) diperlukan Balai Pengelolaan Sumber daya air
Propinsi (Balai PSDA Propinsi) yang dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri
Dalam Negeri Nomor 179/1997 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja
Balai PSDA. Tugas utama Balai PSDA Propinsi adalah melaksanakan sebagian
fungsi dinas di bidang pengelolaan sumber daya air, yang meliputi 9 (sembilan)
urusan yaitu:
1. Urusan irigasi lintas kabupaten/kota.
2. Penyediaan air baku untuk berbagai keperluan.
3. Sungai.
4. Danau, waduk, situ dan embung.
5. Pengendalian banjir dan penanggulangan kekeringan.
6. Rawa.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 5 PEMANTAUAN DAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA EVALUASI
5.1.1 Pemantauan
5.1.2 Evaluasi
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 5 PEMANTAUAN DAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA EVALUASI
rencana pembangunan di masa yang akan datang. Fokus utama evaluasi 5-2
pelaksanaan rencana pembangunan diarahkan kepada hasil, manfaat, dan
dampak dari rencana pembangunan. Pada prinsipnya, untuk menciptakan
proses dan kegiatan perencanaan yang efisien, efektif, dan transparan, serta
akuntabel, dibuat perangkat evaluasi yang dapat diukur melalui penyusunan
indikator dan sasaran kinerja pelaksanaan rencana yang meliputi; (i) indikator
masukan, (ii) indikator keluaran, dan (iii) indikator hasil/manfaat.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 5 PEMANTAUAN DAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA EVALUASI
baik Pusat maupun Daerah, mengikuti pedoman dan petunjuk pelaksanaan 5-3
evaluasi kinerja untuk menjamin keseragaman metode, materi, dan ukuran yang
sesuai untuk masing-masing jangka waktu sebuah rencana.
Sejalan dengan pengelolaan sumber daya air terpadu yang dikenal dengan
Integrated Water Resources Management (IWRM), arah pemantauan dan
evaluasi yang dilakukan juga terkait dengan visi dan rencana yang ditetapkan.
Untuk itu diperlukan indikator sebagai perangkat dalam memantau proses
pengelolaan yang dilakukan.
Visi
Pemantauan Assessment
Lingkungan yang
Menunjang
Kerangka Institusi
Implementasi Instrumen Managemen Strategi
Rencana IWRM
Adapun tahapan yang dimaksud sesuai dengan siklus tersebut adalah sebagai
berikut:
1
Olsen, et al., 2006
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 5 PEMANTAUAN DAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA EVALUASI
Kondisi tersebut adalah landasan-landasan untuk kemajuan yang lebih lanjut dan
reformasi dalam Pengelolaan Terpadu SDA, tetapi dapat, dalam hal terburuk,
tetap merupakan dokumen-dokumen statis dan kehendak baik saja. Indikator-
indikator pada Tahap Pertama dapat berupa, misalnya Kebijakan Pengelolaan
SDA yang telah disepakati, Peraturan-perundangan yang telah ditetapkan:, dan
sebagainya. Pada tahap ini kita membahas kondisi-kondisi dasar untuk
reformasi perubahan-perubahan telah ditetapkan.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 5 PEMANTAUAN DAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA EVALUASI
Prinsip dan proses IWRM dilaksanakan dengan tujuan langsung menangani akar
penyebab isu/ permasalahan kunci sumber daya air yang relevan kepada dan
diidentifikasi sendiri oleh stakeholders sumber daya air setempat. Hal ini dapat
berupa misalnya, degradasi fungsi hidrologi daerah tangkapan air Daerah Aliran
Sungai, bencana banjir dan kekeringan yang menimbulkan kerugian besar,
konflik kebutuhan air, aliran sungai yang tercemar, penyedotan air tanah yang
berlebihan, sedimentasi pada waduk-waduk yang mengurangi kapasitas
tampung dan umur waduk, dsb-nya. Indikator Tahap Ketiga ini akan mengukur
kemajuan menuju diselesaikannya penyebab-penyebab isu/permasalahan kunci
dan pengurangan dampak negatif-nya. Efisiensi dalam menangani
isu/permasalahan kunci perlu mendapat perhatian. Beberapa diantaranya
adalah; proses harus beoperasi dalam system tata penyelenggaraan yang baik
(good governance) diataranya transparan, akuntabel, terbuka, komunikatif,
inklusif, dan sebagainya, dan kerangka IWRM harus konsisten, koheren dan
diharmoniskan dengan konteks/kondisi hidrologis, social, ekonomi, geographis
setempat. Pada tahap ini kita membahas tentang perubahan pada system
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 5 PEMANTAUAN DAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA EVALUASI
pengelolaan dan perilaku telah menghasilkan perubahan positif pada alam dan 5-6
masyarakat.
Dalam UU Sumber Daya Air No. 7 Tahun 2004 lingkup kegiatan pengawasan
yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air diatur sebagai berikut:
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 5 PEMANTAUAN DAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA EVALUASI
Lebih rinci lagi tentang kewenangan atas kegiatan pengawasan dalam 5-7
pengelolaan sumber daya air dan pelibatan masyarakat diatur sebagai berikut:
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 5 PEMANTAUAN DAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA EVALUASI
Perlindungan dan pelestarian sumber air terdiri dari beberapa komponen, salah
satu bagiannya adalah kegiatan pengawasan yang melibatkan instansi yang
berwenang dan juga partisipasi masyarakat yang dapat didefinisikan sebagai
berikut:
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 5 PEMANTAUAN DAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA EVALUASI
5. Perlindungan dan pelestarian sumber air dilakukan oleh Pemerintah atau 5-9
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.
b. biaya perencanaan;
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 5 PEMANTAUAN DAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA EVALUASI
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 5 PEMANTAUAN DAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA EVALUASI
Dalam konteks sumber daya air, untuk menjamin tercapainya tujuan pengelolaan
sumber daya air, diselenggarakan kegiatan pengawasan terhadap seluruh
proses dan hasil pelaksanaan pengelolaan sumber daya air pada setiap wilayah
sungai. Kegiatan ini dilakukan oleh pemerintah bersama pemerintah daerah
sesuai wewenang dan tanggung jawabnya dengan melibatkan masyarakat.
Masyarakat akan berperan untuk menyampaikan laporan dan pengaduan
kepada pihak yang berwenang dimana cara penyampaian laporan dan
pengaduan ini ditetapkan oleh pemerintah melalui suatu pedoman.
Pengelolaan sumber daya air mencakup kepentingan lintas sektoral dan lintas
wilayah yang memerlukan keterpaduan tindak untuk menjaga kelangsungan
fungsi dan manfaat air dan sumber air. Pengelolaan ini dilakukan melalui
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 5 PEMANTAUAN DAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA EVALUASI
Koordinasi pada tingkat nasional dilakukan oleh Dewan SDA Nasional yang
dibentuk pemerintah, pada tingkat propinsi oleh Dewan SDA Provinsi yang
dibentuk oleh pemerintah provinsi, sementara untuk tingkat kabupaten/kota
dapat dilakukan oleh Dewan SDA kabupaten/kota oleh pemerintah
kabupaten/kota, dan untuk wadah koordinasi pada wilayah dapat dibentuk sesuai
kebutuhan pengelolaan di wilayah sungai bersangkutan. Hubungan antar wadah
yang disebutkan di atas bersifat konsultatif dan koordinatif. Pembentukan wadah
di atas semua diatur melalui surat keputusan menteri yang membidangi sumber
daya air.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 5 PEMANTAUAN DAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA EVALUASI
Apabila hasil pengamatan dan penyelidikan terdapat atau diduga terdapat unsur-
unsur pidana yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku,
pengusutannya diserahkan kepada pejabat penyidik yang berwenang.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 5 PEMANTAUAN DAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA EVALUASI
Indikator dan sasaran kinerja adalah ukuran kuantitatif atau kualitatif yang 5-14
menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan, yang mencakup indikator masukan (inputs), keluaran (outputs), hasil
(results/outcomes), dan indikator manfaat (benefits) serta dampak (impacts).
Indikator dan sasaran kinerja diklasifikasikan dalam enam kategori, yaitu: teknis
atau operasional, institusional, ekonomi, budaya, lingkungan, atau kombinasi dua
kategori atau lebih. Indikator tersebut dijabarkan dalam: waktu yang diperlukan,
dana yang diperlukan, jumlah unit yang dihasilkan, tingkat kualitas, productivitas
dan lain-lain.
Studi evaluasi kinerja adalah suatu upaya yang sistematis untuk mengumpulkan
data dan informasi yang bersifat obyektif terhadap hasil, manfaat, dan dampak
dari proyek tertentu yang telah selesai dilaksanakan atau pun telah beberapa
tahun berfungsi, untuk dijadikan bahan pertimbangan dan masukan bagi
pengambil keputusan dalam merencanakan proyek pembangunan selanjutnya.
INDIKATOR SASARAN/
KINERJA
Sumber Dana
Kesimpulan Evaluasi
Rekomendasi
Tindak Lanjut
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 5 PEMANTAUAN DAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA EVALUASI
Hal penting dari studi evaluasi kinerja adalah mengenai informasi yang 5-15
dihasilkan dan bagaimana informasi itu diperoleh, dianalisis, dan dilaporkan.
Informasi studi evaluasi kinerja bersifat independen, obyektif, relevan, dapat
diverifikasi, dapat diandalkan, dapat dipercaya, tepat waktu, serta memakai
metode pengumpulan dan analisis data yang tepat dan transparan.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA BAB 6 PENUTUP
Prakarsa strategis yang diuraikan dalam buku ini dapat diberdayakan secara
efektif bila dilakukan tindak sosialisasi yang bersifat komprehensif. Pemahaman
masyarakat dan daya tangkap masyarakat degan latar belakang yang berbeda-
beda akan sangat bervariasi terhadap apa yang dijelaskan dalam kebijakan yang
tertuang dalam buku prakarsa ini. Oleh karena itu dipandang perlu adanya suatu
arahan untuk membangun persepsi yang benar sesuai dengan harapan yang
terkandung dalam butir-butir strategi yang telah disusun.
Ide awal dari dilaksanakannya prakarsa strategis ini adalah karena adanya suatu
kesadaran akan potensi terjadinya dua hal ekstrim yaitu kekeringan dan banjir.
Latar belakang ini menjadi suatu gagasan untuk membentuk suatu pemikiran
yang dapat dilakukan untuk saat ini dengan visi ke masa depan untuk menjaga
kesinambungan sumber daya air di Pulau Jawa.
Persepsi yang benar mengenai potensi terjadinya kekeringan di satu sisi dan
banjir di sisi yang lain perlu mendapat perhatian dalam menyusun sosialisasi
kepada masyarakat luas. Secara umum perlu dijelaskan siklus hidrologi yang
terjadi yang dapat membantu pemahaman bagaimana air dapat tersimpan
dengan baik di dalam tanah dan syarat-syarat agar mekanisme penyimpanan air
ini dapat bekerja secara alamiah. Hal ini patut diperkenalkan sebagai kondisi
natural yang ideal dan sangat diperlukan untuk menjaga kesinambungan sumber
daya air guna menunjang kehidupan masyarakat dan negara. Sebagai
kontradiktif perlu dijelaskan pula bagaimana mekanisme sehingga dapat terjadi
banjir dan mengapa semakin banyak kejadian banjir yang terlansir belakangan
ini di Indonesia.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA BAB 6 PENUTUP
Dampak kekeringan sangat nyata bagi kehidupan dimana kebutuhan akan air 6-2
tidak dapat digantikan dengan material lain karena air merupakan substansi
dasar bagi kehidupan manusia. Kekeringan yang terjadi karena fenomena alam
yang sudah ada sejak dahulu tidak terhindarkan dan perlu disikapi secara
bijaksana. Namun lain halnya dengan kekeringan kesalahan dalam mengelola
sumber daya alam ataupun pemanfaatan sumber daya yang tidak
memperhatikan keseimbangan dan daya dukung alam itu sendiri. Kesalahan
yang disebut terakhir ini akan sangat disesalkan karena akan berdampak pada
masyarakat luas dan pada tingkat nasional dapat mengganggu stabilitas
nasional karena kurangnya bahan pangan, meningkatnya angka kasus
kesehatan karena sanitasi yang buruk, hilangnya sumber pencarian bagi
sebagian masyarakat dan hal lain yang menjadi dampak lanjutan dari
kekeringan.
Secara khusus banjir memiliki tingkat fatalitas yang lebih tinggi sebagai suatu
bencana karena diakibatkan oleh daya rusak air yang besarannya tidak terduga.
Perlu diperjelas bahwa kerusakan dan kerugian yang diakibatkan oleh banjir
umumnya lebih besar dibandingkan kerugian yang disebabkan oleh kekeringan.
Banjir yang terjadi secara cepat dan genangan air yang meluas menyebabkan
kehilangan nyawa juga kerusakan infrastruktur jalan dan jembatan serta
bangunan lainnya karena besarnya daya rusak air yang mengalir, terlebih lagi
bila masa air terkumpul dan menjadi besar. Genangan yang terjadi membawa
dampak rusaknya bangunan dan harta benda termasuk didalamnya adalah
tanaman pangan dan ini semua adalah kerugian yang harus ditanggung. Oleh
karenanya banjir harus dapat disikapi secara bijaksana.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA BAB 6 PENUTUP
1. Lembaga
2. Koordinasi
3. Pembiayaan
Koordinasi merupakan komponen lain yang tidak kalah penting untuk diatur
secara lugas dalam strategi untuk pengelolaan sumber daya air. Perlu
ditanamkan pemahaman yang baik bahwa pengelolaan yang dilakukan
mengharuskan pelaksanaan yang terpadu antar sektor (multi sektoral) dan
menyeluruh. Bagian ini merupakan sisi yang jarang sekali dapat dilakukan
dengan baik karena terikat pada kebijakan-kebijakan yang dibuat pada masing-
masing sektor dan terkait dengan kepentingan rumah tangganya. Jelas hal ini
merupakan suatu kendala yang harus dijembatani dengan membuat suatu
mekanisme koordinasi dengan tugas dan tanggung jawab yang jelas. Upaya
yang dilakukan dapat dimulai dengan pembuatan matriks koordinasi antar
lembaga yang menjadi model awal untuk dibicarakan lebih lanjut. Beberapa
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA BAB 6 PENUTUP
contoh dari negara-negara lain yang dikemukakan dalam seminar-seminar terkait 6-4
kegiatan ini dapat pula diungkapkan untuk menjadi sumber inspirasi dan
pemahaman akan pentingnya koordinasi.
Selain konsep dan aturan perundang-undangan yang telah kita miliki didalam
negeri, pengalaman-pengalaman negara lain dalam mengelola sumber daya
airnya juga menjadi suatu informasi yang berharga. Proses belajar yang efisien
adalah dengan melihat bagaimana permasalahan serupa dapat diselesaikan di
negara-negara lain dengan memperhatikan potensi, kendalanya, serta solusi
yang dipilih.
Mempelajari bagaimana suatu masalah yang sama diselesaikan oleh negera lain
akan memberikan inspirasi bagi peserta dan juga keyakinan bahwa masalah
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA BAB 6 PENUTUP
tersebut memang dapat diatasi. Dengan mempelajari strategi yang diterapkan 6-5
diharapkan akan ada suatu dorongan pemikiran dan semangat berdasarkan
keyakinan bahwa dengan konsekwensi yang terukur hal serupa dapat pula
diterapkan dengan peluang keberhasilan yang menjanjikan.
6.2 SARAN
Beberapa saran terkait pada strategi yang diulas dalam buku ini :
1. Pengelolaan sumber daya air melibatkan tidak saja penanganan secara
struktural tapi juga penanganan dengan cara non-struktural. Kebijakan
strategis pengelolaan perlu kiranya menempatkan kebijakan non-struktural
sebagai strategi utama untuk diwujudkan dalam kegiataan riil mengingat saat
ini yang paling dibutuhkan untuk menjamin perlindungan potensi sumber
daya air utamanya adalah adalah terkait dengan konservasi lingkungan.
Perangkat perencanaan tata guna lahan dan perlindungan hukum yang
berwibawa hingga kini masih jauh tertinggal dibanding pembangunan
infrastruktur karena penilaian terhadap pertanggungjawaban pekerjaan fisik
infrastruktur lebih jelas.
2. Pelaksanaan kebijakan perlu dimulai dengan pendekatan non-struktural dan
disusul kemudian dengan pendekatan struktural. Program dimulai dengan
pendekatan awal terhadap masyarakat, pemeliharaan lingkungan dan
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA BAB 6 PENUTUP
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA DAFTAR PUSTAKA
DP-1
DAFTAR PUSTAKA
9. Keputusan Mendagri No. 176 tahun 1996 tentang Pedoman Organisasi dan
Tata Kerja Balai PSDA.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA DAFTAR PUSTAKA
12. Instruksi Presiden Nomor 7/1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi DP-2
Pemerintah.
14. Bureau Icim, 1992. DUFLOW: A micro-computer package for the simulation
of one-dimensional unsteady flow and water quality in open channel system.
Bureau Icim, The Netherlands.
15. Chow, Ven Te, Maidment, David R., and Mays, Larry W., 1988. Applied
Hydrology. McGraw-Hill.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA DAFTAR PUSTAKA
30. Directorate Of Rivers And Swamps, 1975. The Citanduy River Basin
Development Project. Directorate General of Water Resources Development
Ministry Of Public Works And Electric Power, Jakarta.
35. Mock, F.J., 1973. Water Availability Appraisal. Basic study prepared for
FAO/UNDP Land Capability Appraisal Project. Bogor.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA DAFTAR PUSTAKA
41. Proyek Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai di Pulau
Jawa, 2004. Penyusunan Neraca Air Nasional (Tahap - 1). Direktorat
Jenderal Sumberdaya Air Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah,
Jakarta.
44. Proyek PPSA Citanduy-Ciwulan, 2003. Studi Identifikasi Potensi Air Baku Di
Wilayah Sungai Citanduy Ciwulan. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Banjar.
45. Proyek Studi Potensi dan Pengembangan Sumberdaya Air, 2002. Studi
Potensi dan Pengembangan Sumberdaya Air Tersebar di Propinsi Banten.
Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Propinsi Banten, Serang.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA DAFTAR PUSTAKA
46. Sudirman, Diding, 1999. Penerapan Metoda Mock untuk Menghitung Debit DP-6
Andalan di Sub Daerah Pengaliran Sungai Citarum Hulu. Tugas Akhir
Sarjana, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung.
47. Wanielista, M.P., Kersten, R., and Eaglin, R., 1997. Hydrology: Water
Quantity and Quality Control. John Wiley and Sons, New York.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
ANNEX A-1
PEMBELAJARAN ANTARA PRAKTEK PRIVATISASI DAN
PERKUATAN PERUSAHAAN UMUM LAYANAN AIR
Sementara privatisasi adalah bukan solusi, di sisi lain perusahaan publik yang
status quo dan sering bertindak birokratis dan tidak efektif yang ada pada
sebagian besar negara-negara berkembang juga gagal untuk memberi layanan
1 Reclaiming Public Water-Achievements, Struggles and Visions from Around the World
(2005)
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
air bersih pada mereka yang membutuhkan. Pelajaran penting dapat digali dari A-2
model-model yang mengedepankan pendekatan yang berfokus pada manusia
(people centered) dan partisipasi publik, sebagai contoh adalah yang tengah
dilaksanakan di Porto Alegre dan Recife (Brazil) dan kini dalam tahap
pengembangan1. Di kota-kota ini, layanan air umum sedang ditingkatkan melalui
peningkatan partisipasi masyarakat dan pengguna serta reformasi-reformasi
demokratis lainnya. Dikota lain seperti Penang, Malaysia, penemuan kembali
ethos layanan umum telah membawa pada peningkatan yang signifikan atas
kinerja layanan utilitas umum. Mulai dari Asosiasi Pekerja Air sampai koperasi
pekerja kini telah mempunyai peran kunci dalam pelayanan air di kota-kota di
Argentina dan Bangladesh. Di Olavanna (Kerala, India) dan Savelugu (Ghana),
masyarakat setempat telah mengambil kendali dalam perbaikan layanan air,
memobilisasi kapasitas sendiri dan sumber daya setempat.
Tahun 1990-an adalah dekade privatisasi air dimana telah terbukti dalam
pelaksanaannya konsep ini mengalami kegagalan. Privatisasi pada mulanya
diharapkan akan membawa efisiensi yang lebih besar dan tarif yang lebih
rendah, menarik dan meningkatkan volume investasi (khususnya di negara-
negara berkembang) dan memperluas sambungan layanan jaringan air minum
dan sanitasi kepada keluarga miskin. Namun seperti yang kita alami,
pengalaman menunjukkan fakta yang berlainan.
Perluasan perusahaan air dalam dasawarsa 1990-an didukung oleh the World
Bank dan institusi international lainnya sebagai bagian dari kebijakan untuk
transformasi negara berkembang dan negara dalam proses transisi, menjadi
negara dengan ekonomi yang berorientasikan kepada pasar yang terbuka.
Privatisasi memasuki negara-negara dalam proses transisi seperti Eropa Timur
dengan gelombang konsesi-nya; dalam republik Czech dan Hungary; di Amerika
latin, khususnya Argentina, dimana beberapa seri kota-kota besar telah
diprivatisasi, termasuk flagship: konsesi di Aguas Argentinas di Buenos Aires;
di Asia, termasuk privatisasi di 2 kota besar, Manila dan Jakarta; dan di Afrika,
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
dimana konsensi didapat dari sistem koloni Perancis, misalnya Cote dIvore, dan A-3
juga beberapa kota kecil di Afrika Selatan.
Privatisasi dari layanan pasokan air dan sanitasi telah mengambil berbagai
bentuk, tetapi ada elemen yang bersifat konstan, yaitu memindahkan
pengendalian dan manajemen operasi kepada perusahaan swasta, sedemikian
hingga membuat mereka sumber keuntungan untuk modal/kapital swasta.
Penjualan secara lengkap/ tuntas sistem air kepada perusahaan swasta telah
diperkenalkan di Inggris, namun dibanyak tempat bentuk privatisasi
dipromosikan berdasarkan bentuk konsesi, penyewaan, dan kontrak manajemen
(atau bentuk khusus dari konsesi untuk pembangunan water treatment atau
waduk, dan dikenal sebagai BOTs (build,operate and transfer) schemes.
Bentuk-bentuk yang lebih tepat telah dipilih oleh perusahaan-perusahaan
swasta pada awal tahun 1990-an , konsesi adalah bentuk privatisasi yang paling
favorit, tetapi sejak tahun 2000, perusahaan-perusahaan lebih memilih pilihan-
pilihan yang kurang berisiko yaitu penyewaan atau kontrak manajemen. Variasi
dari bentuk ini termasuk kerjasama/joint venture dengan pemerintah atau
perusahaan pemerintah, dimana bentuk kerjasama tersebut harus distrukturkan
untuk memberikan keleluasaan bagi mitra swasta untuk memperoleh
return/keuntungan, dan beberapa bentuk kontrol yang perlu dikendalikan oleh
partner swasta. Kalimat-kalimat lain yang biasa dipakai adalah-termasuk public-
private partnership (PPPs) dan private sector participation (PSP) dimana
penggunaan kata privatisasi saja yang merupakan konsep yang menjadi
kurang populer dicoba untuk tidak digunakan. Meskipun demikian, mereka
masih mengacu kepada bentuk yang sama dari konsep hubungan kontraktual
dengan sektor swasta.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
pengembalian modal yang diperlukan oleh banyak perusahaan. Bila target-target A-4
yang dispesifikasikan dalam kontrak tidak dapat dipenuhi, justru kontraknya-lah
yang dirubah dibanding harus memenuhi apa yang disyaratkan sebelumnya.
Regulator telah menjadi kekurangan kekuasaan dan kompetensinya untuk
mengendalikan perilaku kontraktor-kontraktor. Kontradiksi-kontradiksi dimaksud
diperparah oleh pergerakan nilai tukar mata uang dan krisis-krisis ekonomi;
operasi pelayanan air yang diswastakan di Argentina sekarang mengalami
kebangkrutan. Meski seluruh perhatian dan dukungan telah diberikan kepada
konsesi privatisasi air di Amerika Latin, kinerja mereka ternyata tidak menjadi
lebih baik dari pada operator yang perusahaan umum dalam hal perluasan
layanan kepada kaum miskin. Manila dan Jakarta, dua kota besar di Asia yang
menggunakan jasa operator swasta, mempunyai tingkat kehilangan air yang
lebih tinggi dari mayoritas kota besar dimana pelayanan air dilaksanakan oleh
perusahaan umum. Akhirnya, dapat disaksikan bahwa terdapat perlawanan
keras yang sedang berkembang atas privatisasi air di negara-negara
berkembang, dari konsumen, pekerja, pencinta lingkungan, civil society groups
(masyarakat madani) dan dari kalangan partai-partai politik.
Bank Dunia telah mengakui kegagalan privatisasi yang dulu diharapkan dapat
membawa investasi-investasi dalam perluasan layanan air. Telah ditetapkan
instrumen baru untuk memberikan jaminan yang lebih kuat kepada perusahaan
swasta dan sedang dicari bentuk-bentuk lain dari kesempatan berusaha
(business) di sektor ini, seperti franchising vendor-vendor air di daerah-daerah
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
peri-urban. Tetapi Bank Dunia, bank-bank pembangunan lain dan organisasi- A-5
organisasi donor tetap menolak untuk menyediakan dukungan bagi perusahaan
publik di sektor air, meskipun hal ini menjadi tanggung jawab dari lebih 90%
badan layanan air dan sanitasi dunia. Hal-hal ini adalah respon dari perusahaan-
perusahaan dan Bank Dunia dalam menangani masalah-masalah mereka,
mereka hanya mengerjakan hal-hal yang kecil untuk orang-orang yang
membutuhkan tingkat layanan yang terjangkau dalam layanan air dan sanitasi.
Pengembangan dari pendekatanpendekatan baru dalam pengelolaan layanan
air datang dari mereka-mereka yang berkampanye menentang privatisasi.
Isu bersama dari kampanye-kampanye adalah kritik atas privatisasi itu sendiri,
masalah-masalah ekonomi dan politisnya serta kegagalan dalam mengadakan
perluasan layanan kepada masyarakat miskin. Tetapi kampanye-kampanye juga
harus mengakui kegagalan dan keterbatasan praktek-praktek dari operator
perusahaan umum, khususnya dinegara-negara berkembang pada tahun-tahun
sebelumnya. Selama tahun 1980-an khususnya, struktur tersebut telah
mengalami kegagalan dalam menyediakan perluasan layanan air bahkan
ketika bank-bank pembangunan menyediakan pinjaman-pinjaman yang
dibutuhkan dan kegagalan-kegagalan ini dijadikan alasan untuk men-justifikasi
kebijakan privatisasi diawal tahun 1990-an.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
oleh tender kompetitif yang dilaksanakan oleh dewan kota. Kontrak-kontrak yang A-6
mereka dapatkan dipegang dengan rahasia bahkan terhadap anggota dewan
kotakhususnya dikota yang ironis seperti Gdansk (Polandia) dan Budapest
(Hongaria) dimana mereka sedang mengalami proses transisi dari regim tidak
demokratis komunis menjadi regim yang diharapkan lebih akuntabel, dan sistem
yang demokratis.
Masalah pada tahun 1980-an dimana sektor publik mengalami kegagalan dapat
dilihat sebagai kurangnya proses demokratis dalam sektor publik, dari pada
sebagai masalah dalam sektor publik itu sendiri. Pengalaman negara Brasil
setelah berakhirnya diktator militer mendukung hal-hal ini; kesempatan untuk
mempraktekkan prinsip baru demokrasi ditangkap dalam berbagai bentuk,
termasuk pengembangan pendekatan baru untuk memperluas layanan
penyediaan air bersih dan sanitasi ke daerah baru. Inisiatif-inisiatif ini, dibanding
privatisasi yang dipilih oleh regim diktator, menunjukkan adanya kebutuhan
tentang pendekatan baru yang berdasar kepada proses demokrasi dan tingkat
partisipasi masyarakat yang menjamin akuntabilitas.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
kampanye publik untuk pembangunan instalasi pengolah air limbah meski masih A-7
dibawah Uni Soviet pada waktu itu. Di permukiman peri-urban dimana
pemerintah gagal menyediakan layanan pokok, seperti di Orangi di Pakistan,
masyarakat telah mendemonstrasikan kemauannya dengan menggunakan
tenaga kerja mereka sendiri dan dana tabungannya untuk membuat sistem air
bersih dan sanitasi.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
menjadi oligopoli swasta, yang menjadi alasan bagi Perancis untuk A-8
mempromosikan ideologi privatisasi air dan utilitas lainnya oleh pemerintahan
Perdana Menteri Thatcher di Inggris.
Diketaui ada dua pilihan yang layak dalam merencanakan pelayanan air, baik
menggunakan privatisasi layanan air maupun menggunakan layanan air yang
pernah diselenggarakan oleh pemerintah dan kenyataannya tidak mencukupi.
Keberadaaan pilihan ini tidak menjadi masalah bila layanan air dari pemerintah
dapat dilakukan secara efektif, namun pertanyaannya adalah bagaimana
membuat layanan air dari sektor publik ini menjadi efisien dan efektif. Obsesi
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
ideologi yang baru dibarengi dengan promosi sektor swasta dalam sepuluh tahun A-9
terakhir ini telah mengakibatkan pertanyaan di atas belum mendapatkan
perhatian yang semestinya dalam penyusunan kebijakan dan proses
pengambilan keputusan. Dari uraian pada bagian sebelumnya dijelaskan bahwa
sekarang ini mulai muncul situasi baru yang bersifat fundamental akibat adanya
beberapa kegagalan privatisasi yang besar, penarikan diri oleh sektor swasta
multinasional bidang air dari negara-negara sedang berkembang, dan kenyataan
yang dihadapi oleh para pembela privatisasi meski jelas bahwa inestasi sektor
swasta tidak akan sampai ke kaum miskin. Oleh karena itu upaya untuk
memfokuskan kembali pada perbaikan kinerja dan cakupan utilitas umum sangat
dibutuhkan.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
negara di kawasan utara. Hambatan-hambatan yang bersifat politis dan finansial A-10
dan hambatan lainnya yang mencegah manajemen air publik mencapai potensi
penuhnya tidak dapat diatasi. Pada prinsipnya apa yang diperlukan adalah sikap
politis untuk menciptakan lingkungan yang lebih kondusif. Hal ini menggaris-
besari kisaran yang luas dari pilihan-pilihan kebijakan yang progresif. Dapat juga
disimpulkan bahwa perkuatan demokratis, karakter publik dari layanan air pada
prinsipnya tidak sejalan dengan model globalisasi neoliberal yang sedang
dominan diwaktu kini, yang mana telah mempengaruhi beberapa aspek
kehidupan kedalam kerasnya pemikiran dari pasar global.
Menarik beberapa pengalaman dari seluruh dunia beberapa isu kunci yang perlu
diwacanakan (debat) secara lebih intensif diwaktu mendatang adalah:
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Di beberapa kota yang diulas dalam tulisan ini, partisipasi warga masyarakat dan
pengguna air dalam berbagai bentuk adalah faktor penting dibelakang
peningkatan-peningkatan dalam efektivitas, respon dan pencapaian tujuan sosial
dari layanan air yang dikelola publik.
Partisipasi dan demokratisasi yang efektif dimaksud dapat tampil dalam berbagai
bentuk. Koperasi air di Bolivia dan Argentina memperbolehkan para pengguna
(yang semuanya adalah anggota dengan hak suara/voting) berpengaruh
langsung dalam pengambilan keputusan, misalnya melalui pemilihan badan
pengarah perusahaan utilitas (dalam hal ini layanan air dan sanitasi). Hal ini
memberi kewenangan bagi para pengguna untuk memegang kendali atas
akuntabilitas perusahaan dalam menjalankan pelayanannya dengan misinya
yang bersifat not-for-profit.
Di Porto Alegre dan beberapa kota lainnya yang sedang tumbuh di Brasil,
penggabungan keterlibatan masyarakat madani (civil society) dengan upaya
reformasi demokratis yang inovatif seperti participatory budgeting/Anggaran
Partisipatif, telah menjadi suatu model yang sering dideskripsikan sebagai
social control (kontrol sosial). Seperti halnya pada beberapa wilayah kehidupan
publik lainnya di Porto Alegre, masyarakat langsung menetapkan prioritas
anggaran dari perusahaan-layanan-airnya. Melalui suatu proses pertemuan-
pertemuan publik, setiap warga dapat menyuarakan pendapatnya misalnya
menyatakan dimana suatu investasi dapat pertama-tama dapat dilaksanakan. Di
Porto Alegre, anggaran partisipatif telah memainkan peran penting yang
menjamin bahwa 99.5% dari penduduk termasuk yang tinggal dikawasan kumuh
dan miskin di penggiran, sekarang ini mempunyai akses terhadap air bersih.
Untuk perusahaan utilitas, mendapatkan masukan berdasar pengetahuan yang
unik dari masyarakat dengan sendirinya merupakan suatu aset. Bertambahnya
rasa memiliki berkontribusi terhadap bertambahnya kemauan untuk membayar
dan dengan demikian memungkinkan untuk membuat investasi baru serta
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Porto Alegre adalah salah satu kota yang makmur di Brasil. Tingkat kemakmuran
kota ini sebenarnya merupakan salah satu faktor yang menguntungkan dalam
menyiapkan upaya peningkatan akses air bersih. Tetapi hal ini tidak akan
mengurangi nilai dari pencapaian yang bisa didapatkan melalui proses partisipasi
demokrasi. Seperti ditemui di tempat lainnya di Brasil, kota ini mempunyai
kesenjangan yang besar antara kaum yang kaya dan kaum yang miskin, dan
sebelum memulai reformasi demokratis sebagian besar penduduk mengalami
kekurangan akses pada air bersih. Recife, bagian tenggara kota yang
mempunyai jumlah penduduk berpenghasilan rendah yang sangat besar, telah
melaksanakan pengelolaan air yang demokratis dan partisipatif serta bertujuan
untuk lebih banyak meningkatkan akses air bersih dalam jumlah besar
didasawarsa mendatang. Hal ini telah dicanangkan di tahun 2001 dengan proses
konsultasi partisipatif selama tujuh bulan, dimulai dengan pertemuan-pertemuan
seri tingkat lingkungan. Lebih dari 400 orang wakil terpilih pada pertemuan-
pertemuan (tingkat lingkungan) tersebut telah berpastisipasi dalam suatu
konferensi dimana tidak kurang dari 160 keputusan telah diambil berkenaan
dengan masalah air dan sanitasi di Recife untuk masa depan. Konferensi ini
menentang privatisasi dan menetapkan tujuan institusi untuk meningkatkan dan
memperluas layanan penyaluran air, dengan prioritas untuk bagian-bagian kota
yang miskin. Contoh lain dari Porto Alegre-style pengelolaan air yang partisipatif
di Brasil dapat ditemukan di kota-kota seperti Caxias do Sul di negara bagian Rio
Grade de Sul, dan Santo Andre, Jacarel and Piracicaba, dan semua negara
bagian dari Sao Paulo.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Model pengelolaan air yang partisipatif yang sedang dalam proses A-13
pengembangan di Caracas, Venezuela, melibatkan penduduk secara sangat
intensif pada bidang-bidang yang memerlukan perbaikan dan peningkatan dalam
layanan air, baik pada proses pengambilan keputusan maupun pekerjaan
konstruksi dan pemeliharaan. Masyarakat setempat, perusahaan air dan
petugas-petugas yang dipilih bekerja sama dalam dewan air komunal untuk
mengidentifikasi kebutuhan dan prioritas untuk perbaikan-perbaikan, alokasi
dana-dana yang tersedia dan penyusunan rencana kerja bersama. Pengguna-
pengguna melaksanakan pengendalian demokratis atas pengelola utilitas,
misalnya dengan mengendalikan akuntabilitas untuk pelaksanaan rencana-
rencana kerja. Peningkatan-peningkatan yang pokok atas akses terhadap
penyediaan air sistem perpipaan telah dicapai dalam lima tahun terakhir melalui
pelibatan dan pemberdayaan masyarakat.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Bentuk lain dari pengelolaan partisipatif adalah pada pengelola utilitas air di
propinsi Buenos Aires, Argentina, yang sejak tahun 2002 telah dikelola oleh
pekerja-pekerja air dan trade-unionnya, menyediakan air untuk lebih dari 3 juta
penduduk. Serikat pekerja mengambil alih dalam situasi darurat yang timbul dari
sektor swasta pemegang konsesi, yaitu Azurix (anah perusahaan Enron), yang
menarik diri setelah pemerintah propinsi menolak pertambahan harga dari
layanan yang memuaskan yang dijalankan perusahaan dari Amerika Serikat.
Pilihan untuk meninggalkannya, ini perlu dicatat, adalah karena perbedaan
prinsip antara sektor swasta pemegang konsesi dan pengelola utilitas air
setempat. Dengan bekerja sama dengan wakil-wakil pengguna yang
berpartisipasi dalam dan mengawasi pengelola, para pekerja telah berhasil
membawa kembali perusahaan utiltas kembali ke track-nya setelah bertahun-
tahun dikelola secara buruk oleh Azurix. Koperasi para pekerja yang sejenis
juga telah dengan sukses mengelola suatu konsesi air di dua bagian kota Dhaka,
ibukota negara Bangladesh.
Ada juga kasus-kasus dimana pengelolaan air publik yang efektif dan setara
dapat dicapai tanpa partisipasi pengguna memainkan peran yang penting,
seperti utilitas air PBA di Penang, Malaysia. Faktor kunci dibelakang pencapaian
PBA adalah komitmen yang kuat diantara manajemen dan para pekerja atas
layanan publik dan pelayanan masyarakat yang prima. Perusahaan utilitas
dioperasikan bebas dari pengaruh pemerintah negara bagian, untuk mencegah
interferensi/ pengaruh-pengaruh yang tidak diperlukan. Efisiensi, transparansi,
dan akuntabilitas dari pengelola utilitas, pada sisi yang lain, akan didorong
dengan cepat oleh aktivitas politik di negara bagian, termasuk pemeriksaan kritis
yang menerus dari pihak partai-partai politik yang sedang berkompetisi.
Disamping contoh-contoh diatas, ada beberapa kasus keberhasilan dari belahan
bumi selatan yang cukup menarik untuk dikaji, yaitu Phnom Phen, Cambodia
dimana jumlah dari rumah tangga yang dilayani dan memdapat air telah
meningkat dengan cepat dari 25% menjadi hampir 80% dalam 10 tahun terakhir.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Sementara itu, hal ini jangan dianggap sebagai panacea yang dapat A-16
dilaksanakan di setiap situasi dan pada lingkungan/kondisi tertentu mungkin juga
tidak layak, partisipasi dan demokratisasi dalam berbagai bentuknya dapat
digunakan sebagai piranti yang kuat untuk perubahan positif pada berbagai
kondisi lingkungan. Ada potensi umum untuk meningkatkan kualitas
pengambilan keputusan dan manajemen, efektivitas dan responsif dan dengan
sendirinya akan berkontribusi pada penyediaan jasa layanan yang lebih baik.
Pengambilan keputusan pada pelayanan air di daerah kota-kota di belahan
Selatan kadang-kadang dapat menjadi medan perang politis yang sangat
intensif atas kepentingan-kepentingan politis dan ekonomi para elite yang
bertentangan dengan kepentingan masyarakat miskin.
Sejak tahun 1990-an di Argentina, pemerintah pusat dan daerah telah, untuk
alasan ideologis, secara aktif menghambat pengembangan lebih lanjut dari
koperasi dan pengelolaan umum utilitas publik, meski badan usaha ini sering
berkinerja sangat baik. Sementara itu terdapat alasan yang baik untuk
mengharapkan bahwa koperasi dapat memberikan layanan air di beberapa kota
besar secara lebih efektif dan lebih betanggung jawab dari aspek sosial
dibandingkan perusahaan air swasta, tetapi elite politik neo-liberal tidak
berkeinginan untuk mengijinkan pilihan ini dikembangkan lebih lanjut. Hal yang
sama, reformasi perusahaan publik utilitas tidak dipertimbangkan sebagai
alternatif atas program privatisasi yang diusung oleh Bank Dunia dan
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
International Monetary Fund (IMF). Malangnya, hal ini adalah pola umum di A-17
beberapa negara di seluruh dunia.
Santa Cruz, dan yang lebih akhir, Cochabamba sedang menghadapi kelangkaan
air. Suatu masalah yang sedang tumbuh di berbagai belahan bumi. Sejalan
dengan meningkatnya kebutuhan karena industrialisasi, urbanisasi, pertumbuhan
yang cepat dari pertanian intensif (kadang untuk tujuan ekspor), dan
kecenderungan lain terkait dengan globalisasi ekonomi, konflik atas sumber daya
air semakin meningkat. Peningkatan pengelolaan sumber daya air untuk
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
untuk masyarakat. Krisis yang semakin mendalam GWC sebagaian besar A-20
disebabkan oleh kurangnya pembiayaan dan hal-hal yang terkait dengan upaya
bersama pemerintah pusat dan Bank Dunia yang sedang menyiapkan suatu
perusahaan yang akan menangani privatisasi. Hal ini menggaris bawahi
pentingnya kebijakan nasional dan internasional yang lebih bersifat memfasilitasi
dari pada mengahalangi partisipasi dan solusi lainnya atas layanan air untuk
publik.
Di kota-kota di Brasilia seperti Porto Alegre dan Recife, dan juga di Kerala, India
dan Caracas di Venezuela, peningkatan-peningkatan yang telah terjadi
disebabkan oleh peran fasilitasi dan pemberdayaan dari pemerintah-pemerintah
pusat dan daerah, dan juga oleh partai-partai politik. Di Kerala, penganggaran
yang bersifat partisipatif dan di-desentralisasikan dimulai dan dikonsolidasikan
oleh pemerintah negara bagian , yang dikendalikan oleh Front Demokratis Kiri.
Di Brasilia, kota-kota seperti Recife dan Porto Alegre, peningkatan-peningkatan
dicapai karena komitmen yang sangat kuat dari walikota dan anggota dewan
kota yang berasal dari partai Pekerja. Penganggaran partisipatif diperkenalkan
dan di-institusionalkan setelah partai Pekerja memenangi pemilu dan
memperoleh kendali politik.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
lebih luas, termasuk demokrasi, keberlanjutan sosial, dan keamanan masyarakat A-21
(human security).
Pengalaman yang diperoleh dari reformasi di bidang utilitas air umum adalah
pengembangan ethos baru di bidang pelayanan umum. Ke-umum-
an/publicness di redefinisikan sebagai sesuatu yang jauh diluar sekadar
kepemilikan oleh umum atau pengelolaan oleh pegawai (negeri/badan usaha
milik negara/daerah). Dalam banyak kasus, internalisasi dan konsolidasi dari
philopi dari melayani kebutuhan umum adalah fasilitasi dengan partisipasi warga
secara langsung dan bentuk-bentuk lain dari interaksi dengan pengguna-
pengguna. Pengertian ke-umum-an yang progresif ini faktor yang sangat
penting untuk memenuhi tantangan-tantangan seperti penyediaan air bersih
untuk warga miskin yang ter-marginal-kan di pinggiran kota dan, pada umumnya,
dicapainya manajemen sumber daya yang berkelanjutan untuk kota-kota yang
selalu berkembang.
Ethos baru pelayanan umum yang sedang muncul dengan berbagai bentuk
pengelolaan air yang tidak mencari keuntungan, dapat mengambil bentuk mulai
dari koperasi sampai ke pelayanan utilitas yang dikelola pemerintah kota, tetapi
juga perusahaan utilitas yang dikendalikan oleh umum. Utilitas air di Penang,
Malaysia, dimana sahamnya, sebagian, dimiliki oleh kelompok pekerja dan
kelompok pengguna-pengguna, telah mengembangkan ethos layanan umum
yang berkualitas tinggi yang memungkinkan menyediakan air berkualitas tinggi
untuk semua pada harga yang masih dapat dijangkau.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Kedua, kecenderungan yang terkait dengan utilitas publik seperti EAAB, dan
juga Rand Water di Afrika Selatan dan PBA di Malaysia, sedang berekspansi
untuk beroperasi keluar negeri. Sementara mereka berpedoman pada ethos
pelayanan umum jika beroperasi di dalam negeri, perusahaan-perusahaan ini
bermaksud untuk beroperasi sebagai penyedia layanan air komersial di luar
negeri.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Di Afrika Selatan dan beberapa kota lainnya diseluruh dunia, kebijakan neo-
liberal cost recovery (tanpa subsidi silang) telah menyebabkan problem
afordabilitas dan beberapa juta penduduk mengalami pemutusan layanan air.
Meteran air pra-bayar yang telah dipasang di beberapa komunitas miskin di
Afrika Selatan secara nyata merupakan pelanggaran atas hak azasi manusia
atas air. Sementara undang-undang di Afrika Selatan menjamin pemberian 6,000
liter bebas biaya untuk setiap keluarga, hak atas air tidak secara efektif
dilaksanakan, dan 6,000 liter air gratis per keluarga terbukti ternyata tidak
mencukupi untuk satu keluarga besar penduduk miskin. Untuk menjamin
keterjangkauan air untuk semua, paling tidak diperlukan untuk men-duakali-kan
jumlah air gratis yang dijamin konstitusi dan ditambah dengan subsidi silang
untuk tarif rendah bagi penduduk berpenghasilan rendah.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
air. Dengan jelas, hal ini juga merupakan upaya keberlanjutan sumber daya air: A-24
pengurangan kebocoran dapat juga membantu mengatasi ancaman atas
kekurangan air dan bahkan membuat investasi pokok pembangunan bendungan
baru tidak diperlukan lagi.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Pada waktu yang sama, konteks kini dari globalisasi neo-liberal adalah sangat
berlawanan dengan kondisi lingkungan yang diinginkan untuk meningkatkan dan
memperluas sistem air publik yang berfokus pelayanan penduduk. Untuk
sebagian besar penduduk di belahan selatan, juga bagi negara-negara di Eropa
Tengah dan Timur, perdagangan bebas dan reformasi neo-liberal lainnya telah
menghasilkan meningkatnya angka pengangguran dan marginalisasi ekonomi.
Pemerintah-pemerintah mengalami penurunan anggaran disebabkan karena
penurunan pajak pendapatan, hal ini sering digabungkan dengan tingginya
angka pembayaran pinjaman luar negeri. Hal ini masih ditambah dengan
kenyataan adanya tekanan untuk me-liberalisasi dan privatisasi dari IFIs, institusi
bantuan untuk pembangunan dan team negosiasi perdagangan. Kumulatif
dampak/impacts dari kebijakan neo-liberal adalah hambatan dasar bagi
pengembangan penyediaan oleh publik untuk layanan-layanan penting. Solusi
jangka panjang, kelihatannya layak jika model pembangunan diganti dengan
model globaliasi yang lain, yaitu yang mem-fasilitasi solusi publik yang progresif
dari pada menyembunyikannya.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
dapat dikumpulkan melalui pajak Tobin yang dapat dikenakan pada transaksi A-27
keuangan internasional.
Hal ini terjadi pada kasus Urugay dimana, dalam referendum nasional di bulan
Oktober 2004, mayoritas yang besar mendukung perubahan konstitusi yang
akan menetapkan air sebagai hak azasi manusia dan melarang privatisasi.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Pergulatan untuk transparansi dan akses publik atas informasi adalah tema yang
diulang-ulang di banyak kampanye. Disamping itu, transparansi adalah
karakteristik dasar yang perlu dimiliki hampir untuk semua utilitas publik yang
berfokus pada pelayanan masyarakat. Potensi transparansi adalah keuntungan
yang esential dari utilitas publik atas privatisasi penyediaan air, dimana informasi
kunci adalah ditetapkan sebagai diluar jangkauan karena alasan kerahasiaan
komersial dari privatisasi. Di negara pasca komunis seperti Slovakia,
transparansi dan partisipasi warga adalah pergulatan yang pokok. Para manajer
utilitas publik dan karyawan pemerintah kota sering menganggap pelibatan
masyarakat sebagai hal yang mengganggu. Kampanye anti privatisasi
menghadapi tantangan untuk meyakinkan operator air publik bahwa partisipasi
masyarakat dan pengendalian/kontrol yang demokratis dapat membantu
memperbaiki efektivitas pelayanan publik.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa
BAB 4 STRATEGI PENGELOLAAN
BUKU 1 STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PULAU JAWA SDA DI PULAU JAWA
Strategi kampanye dibentuk oleh konteks lokal dan nasional termasuk A-29
diantaranya intensitas masalah dan kesempatan politis. Kampanye melawan
privatisasi dan perbaikan layanan publik di negara seperti Jerman, dimana air
yang murah, aman dan banyak, tentu akan berbeda dari pada untuk tempat-
tempat seperti Ghana atau Afrika Selatan dimana akses terhadap air adalah
perjuangan sehari-hari bagi sebagian besar penduduknya. Perjuangan untuk air,
untuk seterusnya, akan selalu tergantung kepada keluasan lingkungan politis.
Sebagai contoh di Urugay, gerakan air berhasil pada saat terjadinya perubahan-
perubahan politis yang besar dan dalam hal ini politis bergeser kekiri. Pelajaran
yang dapat kita petik dari pengalaman-pengalaman dari kampanye untuk air
publik diseluruh dunia, nilai-nilai universalnya telah melewati batas negara dan
bahkan benua.
LAPORAN AKHIR
Prakarsa Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa