Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANGULAR CHEILITIS

2.1.1 Definisi Angular Cheilitis

Angular cheilitis atau perleche ialah reaksi inflamasi pada sudut bibir

mulut yang sering dimulai dengan penyimpangan mukokutaneus dan berlanjut

hingga ke kulit. Angular cheilitis ini dikarakteristik oleh kemerahan yang

menyebar, bentuknya seperti fisur- fisur, kulit yang nampak terkikis, ulser yang

permukaannya berlapis dan disertai dengan gejala yang subjektif seperti rasa sakit,

rasa terbakar, dan nyeri. 7

Gambar 1. Angular Cheilitis

(Sumber : Journal of Humanitarian Affairs Network, 2012)

7
2.1.2 Etiologi Angular Cheilitis

Ada beberapa yang dapat menyebabkan terjadinya Angular Cheilitis, yaitu:

infection

Deficiency Anatomy
Angular Cheilitis
states altered

Gambar 2. Causes of angular cheilitis (angular stomatitis).

(Sumber : Textbook Oral medicine and Pathology at a glance)

Angular cheilitis merupakan suatu kondisi multifaktorial dengan beberapa

faktor predisposisi lokal dan sistemik.8

Sistemik Lokal

Angiodema (Alergi/ non-Alergi) Mucocoele


Oedema (Trauma atau Infeksi) Abscess
Orofacial granulomatosis (OFG) Haematoma
Chrons Disease Salivary adenoma
Haemangioma Basal cell carcinoma
Lymphangioma Squamous cell carcinoma

8
Banyak pendapat yang mengemukakan tentang etiologi dari Angular

cheilitis, Angular Cheilitis dapat disebabkan oleh beberapa faktor

A. Agen Infeksi

Agen infeksi merupakan penyebab utama dari lesi, dimana sebagian besar

adalah candida albican dan staphylococcus aureus.9 Candida diperkirakan

sebagai factor utama terjadinya angular cheilitis yang disebabkan oleh oral

candidiasis. Selain candida ada pula staphylococcus, streptococcus dan

mikroorganisme lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya angular

cheilitis.10

B. Faktor mekanik.

Pada pasien yang menggunakan gigi tiruan yang tidak pas. Biasanya sering

terjadi pada orang tua.11 Dapat pula terjadi pada pasien yang edentulous

yang tidak memakai gigi tiruan atau yang menggunakan gigi tiruan tapi

tidak pas sehingga overhang pada bibir atas bawah pada sudut mulut

sehingga menghasilkan lipat lengkung miring pada sudut mulut, lipatan

yang dalam ini menyebabkan saliva mengalir keluar sehingga tercipta suatu

lingkungan yang basah terus menerus. Keadaan ini yang memungkinkan

lingkungan yang ideal bagi mikroorganisme untuk tumbuh berkembang. 10

Selain pada orang tua, anak-anak pun sering terjadi angular cheilitis

9
disebabkan karena kebiasaan buruk seperti menjilat sudut bibir, menghisap
12
ibu jari dan menggunakan dot. Refrensi lain mengatakan penyebab

angular cheilitis yang terjadi pada anak adalah kebiasaan bernafas melalui

mulut, membasahi bibir dengan air ludah, menjilati samping mulut dan

sering mengeluarkan air liur hal ini menyebabkan jaringan pada sudut mulut

akan terlumasi oleh ludah dan terbentuklah lingkungan yang sesuai untuk

poliferasi organisme. Keadaan ini dapat menjadi lebih parah dengan

membiarkan bibir basah dikeringkan oleh angin dan sinar matahari.

Biasanya pada anak angular cheilitis sering diikuti dengan demam. 3

C. Defisiensi Nutrisi

Kekurangan gizi merupakan penyebab terjadinya angular cheilitis.

Kekurangan vitamin B-2 (riboflavin), vitamin B-3 (niacin), Vitamin B-6

(pyridoxine), atau vitamin B-12 (cyanocobalamin) dan kekurangan zat besi

dapat menyebabkan seorang anak mengalami angular cheilitis.12 Penyebab

angular cheilitis yang menonjol pada anak-anak adalah defisiensi nutrisi. Defisiensi

nutrisi yang dimaksud biasanya disebabkan kurangnya asupan vitamin B

kompleks (riboflavin), zat besi dan asam folat. Dalam menimbulkan angular

cheilitis, setiap faktor etiologi terutama defisiensi nutrisi berkorelasi dengan

kondisi lingkungan, pada anak sekolah yang paling berpengaruh adalah

kondisi lingkungan dalam keluarga dan di sekolah. Kondisi lingkungan

10
yang dimaksud dapat berupa tingkat sosial ekonomi keluarga, pengaruh adat

dalam keluarga, kebiasaan atau pola makan anak dan pengetahuan gizi.4

Kekurangan gizi paska masa anak- anak selalu dihubungkan dengan vitamin

dan mineral yang spesifik, yang berhubungan dengan mikronutrien tertentu.

Konsekuensi defisiensi mikronutrien selama masa anak- anak sangat

berbahaya.

Gigi Tiruan yang tidak adekuat


dengan dimensi vertikal yang kurang

Lipatan kulit dengan genangan saliva dan

maserasi pada sudut mulut

Penyakit Sistemik Trauma

Atau kekurangan vitamin

Daya tahan tubuh kurang/


Pertahanan host yang kurang

Candida spp (mulut) S.Aureus

Angular Cheilitis
(hidung/mulut)
Gambar 3. Faktor yang berperan dalam pathogenesis Angular cheilitis
(Sumber : Field A.Longman L.Tyldesley WR Tyldesleys oral
Medicine. 5th ed. Oxford University Press; 2003. p.65)

11
2.1.3 Gambaran Klinis

Secara umum angular cheilitis mempunyai simtom utama bibir kering, rasa

tidak nyaman, adanya sisik-sisik dan pembentukan fisur (celah) yang diikuti

dengan rasa terbakar pada sudut mulut. Yang paling sering sebagai daerah eritema

dan udema yang berbentuk segitiga pada kedua komisura atau dapat berupa atropi,

eritema, ulser, krusta dan pelepasan kulit sampai terjadi eksudasi yang berulang.

Reaksi jangka panjang, terjadi supurasi dan jaringan granulasi.14

Menurut Stannus, lesi ini ditandai dengan adanya fisur-fisur dan eritema

pada sudut mulut yang menyebar sampai ke bawah bibir dan kemungkinan meluas

ke mukosa pipi. Angular cheilitis memiliki nama lain perleche, angular cheilosis

dan angular stomatitis. Gejala awal Angular cheilitis ialah rasa gatal pada sudut

mulut dan terlihat tampak kulit meradang dan bintik merah. Pada awalnya, hal ini

tidak berbahaya, tetapi akan terasa nyeri di sudut mulut dan mudah berdarah yang

dikarenakan oleh gerakan mulut seperti tertawa ataupun berbicara. Tingkat

keparahan inflamasi ini ditandai dengan retakan sudut mulut danbeberapa

pendarahan saat mulut dibuka.14

Pada angular cheilitis yang berhubungan dengan defisiensi nutrisi, dapat

terlihat penipisan papilla lidah (depapillated tongue) dikarenakan defisiensi besi.

Lidah yang merah dan berkilat (depapillated glossy red tongue) pada pasien

dengan defisiensi asam folat, atau lidah ungu kemerahan (reddish-purple

12
depapillated tounge) pada defisiensi vitamin B. Angular cheilitis yang disertai

alopesia, diare dan ulserasi oral non-spesifik yang biasanya terdapat di lidah dan

mukosa bukal, dapat diduga dikarenakan defisiensi seng. Lesi terjadi bilateral yang

biasanya meluas beberapa mm dari sudut mulut pada mukosa pipi dan ke lateral

pada kulit sirkum oral 1-10 mm. Dasar lesi lembab, adanya fissure yang tajam,

vertical dari tepi vermilion bibir dan area kulit yang berdekatan. Secara klinis,

epitel pada komisura terlihat mengerut dan sedikit luka. Pada waktu mengerut,

menjadi lebih jelas terlihat, membentuk satu atau beberapa fissure yang dalam,

berulserasi tetapi tidak cenderung berdarah .Walaupun dapat berbentuk krusta

yang bernanah pada permukaan, fisur ini tidak melibatkan permukaan mukosa

pada komisura di dalam mulut , tetapi berhenti pada mucocutan junctional. 15

2.1.4 Pathogenesis

Proses terjadinya angular cheilitis pada awalnya jaringan mucocutan di

sudut- sudut mulut menjadi merah, lunak dan berulserasi. Selanjutnya fisura-fisura

eritematosa menjadi dalam dan melebar beberapa cm dari sudut mulut ke kulit

sekitar bibi atau berulserasi dan mengenai mukosa bibir dan pipi dalam bentuk

abrasi linear. Infeksi keadaan kronis ditandai dengan adanya nanah dan jaringan

granulasi. Ulkus seringkali menimbulkan keropeng yang terbelah dan berulserasi

kembali selama fungsi mulut yang normal. Akhirnya dapat timbul nodula-nodula

granulomatosa kecil berwarna kuning coklat. 1

13
2.2 FAKTOR PREDISPOSISI DOMINAN TERJADINYA ANGULAR

CHEILITIS PADA ANAK-ANAK

Menurut penelitian yang dilakukan Almeida MG, Leite MM, dan Carvalho

IMM di RS Rehabilitas Craniofacial, USP, Bauru pada 219 pasien yang

dibagi menjadi dua grup. Grup 1-100 adalah pasien dewasa dan grup 2-119

pada anak-anak dengan usia 7-12 tahun. Pada pasien dewasa, angular

cheilitis terjadi pada 12 pasien, dengan 4 bilateral dan 8 unilateral. Dan

pada anak-anak, angular cheilitis terjadi pada 5 pasien, 3 bilateral dan 2

unilateral, dan hanya ditemukan satu pada pasien wanita. Hal ini berati

angular cheilitis pada pasien dewasa adalah 12% dan 4,2% pada pasien

anak-anak umur 7-12 tahun.17

Banyak pendapat mengemukakan beberapa faktor predisposisi terjadinya

Angular Cheilitis pada anak-anak 10;

1. Agen Infeksi (Candida Albican, Staphylococcus Aureus)

2. Faktor Mekanik (menjilati samping mulut dan sering mengeluarkan air

liur hal ini menyebabkan jaringan pada sudut mulut akan terlumasi oleh

ludah dan terbentuklah lingkungan yang sesuai untuk poliferasi

organisme)

14
3. Defisiensi nutrisi. (B-2 (riboflavin), vitamin B-3 (niacin), vitamin B-6

(pyridoxine), atau vitamin B-12 (cyanocobalamin) dan kekurangan zat

besi).

Menurut Data dari WHO dan Dapertemen Kesehatan, Indonesia

merupakan salah satu Negara yang kekurangan gizi pada anak-anak. Tingginya

tingkat konsumsi makanan yang tidak seimbang gizinya oleh anak-anak usia

sekolah menyebabkan sering terjadinya angular cheilitis pada anak-anak. Menurut

Brown ada 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya defisiensi nutrisi pada anak

yaitu faktor individu dan faktor lingkungan. Yang termasuk faktor lingkungan

adalah teman sebaya dan orang tua.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pipes pada anak SD di peroleh

bahwa 40% anak tidak makan sayur, 20% anak tidak makan buah, dan 36%

makan snack. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan menurunnya system imun

anak, sehingga berbagai virus dan bakteri dengan mudah menyerang pertahanan

tubuh anak. Salah satunya ialah menyebabkan angular cheilitis pada sudut bibir

anak secara bilateral.

15
Tabel 1. Peran dari beberapa vitamin dan mineral dalam jaringan oral

(sumber: Textbook Nutrition and Oral Medicine)

Nutrient Sumber makanan Fungsi Tanda defisiensi


pada oral

Riboflavin Susu dan telur, Memetabolisme energy Angular cheilitis;


(B2) sarapan pagi glossitis; recurrent
dengan sereal, hati, aphthae
dan biji-bijian
koenzim nukleotida yang Muccosal atrhopy,
Niacin Susu, telur, hati, terlibat dalam metabolisme stomatitis, glossitis,
(B3) daging, ekstrak energy angular cheilitis
ragi, dan kacang-
kacangan.

Hati, daging, ikan, koenzim yang terlibat Glossitis; stomatitis;


Vitamin biji-bijian, susu dalam metabolisme asam Recurent Apthae,
(B6) dan kacang- amino Angular cheilitis,
kacangan Candidosis

Vitamin Daging, ikan, telur,


(B12) susu, sarapan pagi purine and pyrimidine Atrophic glossitis;
dengan sereal synthesis stomatitis; recurrent
apthae; Dysplasia;
Angular Cheilitis;
Candidosis
Iron Daging, ikan,
sayur-sayuran, Hemoglobin Dan Glossitis; Angular
kakao, perbanyak mioglobin pembentukan cheilitis; Mucosal
minum susu enzim komponen atrophy; candidosis

16
Tabel 2. Tanda defisiensi nutrisi

(Sumber : Jurnal Penilaian status gizi)

Defisiensi Temuan-temuan obyektif


Tanda Klinis
Mikronutrien yang mendukung

Vitamin A Kulit kering, pecahpecah, dan Rasio Triene/tetraene >0.4


bersisik Penurunan retinol plasma
Hiperkeratosis folikuler (kulit
kering, kasar)
Bitots spots (plak berbusa pada
mata)
Xerophthalmia (mata kering)
Keratomalacia (kornea
melunak)
Rabun senja

Piridoksin (B6) Nasolabial seborrhea, Ruam Penurunan piridoksal


pada kening seperti jerawat, fosfat plasma
Angular stomatitis (pecahan
berwarnamerah pada sisi
mulut),
Peripheral neuropathy,
Convulsive seizures, Depresi
Anemia mikrostik

Penurunan RBC
Nasolabial seborrhea
glutathione reductase
Red conjunctivae
Riboflavin (B2) Cheilosis (pecahan vertikal
pada bibir), Angular stomatitis
Fotofobia, penurunan
penglihatan, Penyembuhan luka
yang memburuk, Anemia
normositik

17
Niacin (B3) Glossitis
Pecahpecah pada kulit Penurunan triptofan
Lesi pada tangan, kaki, wajah, plasma
atau leher Penurunan urinary
Pellagrous dermatosis Nmethyl
(hiperpigmentasi kulit karena Nicotinamide
terpapar sinar matahari)
Pellagra
Peripheral neuropathy
Myelopathy
Encephalopathy
Cheilosis
Angular stomatitis
Atrophic papillae

Sianokobalamin Sianokobalamin
(B12) (B12) Penurunan B12 plasma
anemia makrositik Makrositosis dalam
Peripheral paresthesias apusan RBC
Glossitis
Gejalagejala saraf tulang
belakang
Besi Konjungtiva pucat sekunder
terhadap anemia makrositik, Penurunan besi dalam
anemia hipokromik serum; peningkatan
Koilonychia (kuku yang rapuh, kapasitas
runcing, atau berbentuk sendok) pengikatan besi total
Takikardia sekunder terhadap
anemia, Kelelahan, Kelemahan
Pucat, Glossitis, Sakit kepala
Disfagia, Atropi gastrik
Paresthesias

18
2.2.1 Faktor Penyebab Terjadinya Defisiensi Nutrisi Pada Anak-Anak

Dampak
KURANG GIZI
penyebab
langsung
Makanan tidak seimbang Penyakit Infeksi

Penyebab tidak
langsung

Tidak cukup Pola asuh anak Sanitasi dan air


persediaan pangan tidak memadai bersih/pelayanan
kesehatan dasar
tidak memadai

Kurang Pendidikan, pengetahuan, dan ketrampilan

Masalah pokok Kurang pemberdayaan wanita dan keluarga,


Di masyarakat kurang pemanfaatan sumber daya masyarakat

Pengangguran, inflasi, kurang pangan dan kemiskinan

Akar masalah
nasional Krisis ekonomi, politik
dan sosial

Gambar.4 Penyebab kurang gizi balita


(sumber : UNICEF. 1998. The State of The Worlds Children 1998. Oxford:
Oxford University Press).

19
1. Pola Makan Anak

Anak usia sekolah membutuhkan konsumsi makanan yang

seimbang baik jenis maupun jumlahnya. Menurut Suhardjo (2003)

kenaikan kebutuhan zat gizi diperlukan untuk pertumbuhan dan untuk

kegiatan fisik dan mental yang meningkat pada anak usia sekolah.

Perilaku konsumsi makan seorang anak berhubungan erat dengan

system nilai dan perilaku yang dilakukan oleh orang tua dan keluarga.

Hal tersebut sangat dipengaruhi antara lain oleh latar belakang

pendidikan dan pekerjaan orang tua. Selain itu karakteristik anak juga

diduga mempengaruhi perilaku konsumsi makan anak baik di rumah

maupun di sekolah, diantaranya adalah umur, berat badan, tinggi

badan, jenis kelamin, uang jajan, serta pengetahuan gizi dan

kesehatan.20

Konsumsi makanan anak usia sekolah dasar (SD), pada umumnya

diperoleh dari yang dikonsumsi saat berada di rumah dan atau di

lingkungan sekolah. Makanan yang dimakan ketika berada di rumah

dapat berupa makanan yang dimasak dan disediakan di rumah maupun

makanan jajanan. Makanan yang dimakan ketika berada di lingkungan

sekolah dapat berasal dari bekal sekolah, catering (school feeding /

20
penyelenggaraan makan), dan atau makanan jajanan yang di beli di

kantin sekolah, warung atau penjual kaki lima (PKL).20

Pada permulaan usia 6 tahun anak mulai masuk sekolah, dengan

demikian anak-anak mulai masuk kedalam dunia baru, dimana mulai

banyak berhubungan dengan orang-orang diluar keluarganya. Hal ini

dapat mempengaruhi kebiasaan makan mereka. Pengalaman baru

menyebabkan anak-anak menyimpang dari kebiasaan waktu makan

yang sudah diberikan orang tua kepada mereka. 21

Pada usia 7-9 tahun anak pandai menetukan makanan yang disukai

karena mereka sudah mengenal lingkungan. Untuk itu perlu

pengawasan dari orang tua supaya tidak salah memilih makanan karena

pengaruh lingkungan. Disini anak masih dalam tahap pertumbuhan

sehingga kebutuhan gizinya harus tetap seimbang. Banyak makanan

yang dijual dipinggir jalan atau tempat umum hanya mengandung

karbohidrat dan garam yang hanya akan membuat cepat kenyang dan

banyak disukai anak, sayangnya hal ini bisa mengganggu nafsu makan

anak dan jika hal ini dibiarkan berlarut-larut akan dapat mengganggu

atau menghambat pertumbuhan tubuhnya. 21

21
2. Keadaan Sosial Ekonomi

a. Tingkat Pendidikan

Pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan pengetahuan.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka sangat

diharapkan semakin tinggi pula pengetahuan orang tersebut

mengenai gizi dan kesehatan. Pendidikan yang tingggi dapat

membuat seseorang lebih memperhatikan makanan untuk

memenuhi asupan zat-zat gizi yang seimbang. Adanya pola makan

yang baik dapat mengurangi bahkan mencegah dari timbulnya

masalah yang tidak diinginkan mengenai gizi dan kesehatan.

Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, akan mudah

dalam menyerap dan menerapkan informasi gizi, sehingga

diharapkan dapat menimbulkan perilaku dan gaya hidup yang

sesuai dengan informasi yang didapatkan mengenai gizi dan

kesehatan. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap derajat

kesehatan (WKNPG, 2004). Pendidikan juga berperan penting

dalam meningkatkan status gizi seseorang. Pada umumnya tingkat

pendidikan pembantu rumah tangga masih rendah (tamat SD dan

tamat SMP). Pendidikan yang rendah sejalan dengan pengetahuan

yang rendah, karena dengan pendidikan rendah akan membuat

22
seseorang sulit dalam menerima informasi mengenai hal-hal baru di

lingkungan sekitar, misalnya pengetahuan gizi. Pendidikan dan

pengetahuan mengenai gizi sangat diperlukan oleh pembantu rumah

tangga. Selain untuk diri sendiri, pendidikan dan pengetahuan gizi

yang diperoleh dapat dipraktekkan dalam pekerjaan yang mereka

lakukan.22

b. Pendapatan Orang Tua

Pendapatan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi status

gizi. Pendapatan seseorang akan menentukan kemampuan orang

tersebut dalam memenuhi kebutuhan makanan sesuai dengan

jumlah yang diperlukan oleh tubuh. Apabila makanan yang

dikonsumsi tidak memenuhi jumlah zat-zat gizi dibutuhkan oleh

tubuh, maka dapat mengakibatkan perubahan pada status gizi

seseorang. Ada dua aspek kunci yang berhubungan antara

pendapatan dengan pola konsumsi makan, yaitu pengeluaran

makanan dan tipe makanan yang dikonsumsi. Apabila seseorang

memiliki pendapatan yang tinggi maka dia dapat memenuhi

kebutuhan akan makanannya. Meningkatnya pendapatan

perorangan juga dapat menyebabkan perubahan dalam susunan

makanan. Kebiasaan makan seseorang berubah sejalan dengan

23
berubahnya pendapatan seseorang. Meningkatnya pendapatan

seseorang merupakan cerminan dari suatu kemakmuran. Orang

yang sudah meningkat pendapatannya, cenderung untuk

berkehidupan serba mewah. Kehidupan mewah dapat

mempengaruhi seseorang dalam hal memilih dan membeli jenis

makanan. Orang akan mudah membeli makanan yang tinggi kalori.

Semakin banyak mengonsumsi makanan berkalori tinggi dapat

menimbulkan kelebihan energi yang disimpan tubuh dalam bentuk

lemak. 22

3. Pengetahuan Gizi Anak

Anak-anak sering tidak memahami tentang gizi yang dikandung dalam

makananan dan fungsi gizi dalam tubuh. Seseorang yang tidak

mengerti tentang gizi dan tidak memahami tentang gizi yang dikandung

dalam makanan akan mengakibatkan kesulitan dalam memilih

makanan yang dibutuhkan oleh tubuh. Kemudian hal tersebut akan

menimbulkan defisiensi nutrisi yang akan berpengaruh terhadap status

gizi. Menurut Soekirman menambahkan bahwa anak-anak sebaiknya

mengetahui jenis makanan apa yang di makan. 23

24
4. Kebiasaan Jajan anak

Pada usia anak sekolah dasar, anak-anak gemar sekali jajan. Hal ini

merupakan kebiasaan yang terdapat pada keluarga atau akibat dari

teman Terkadang anak menolak untuk sarapan pagi dirumah, dan

sebagai gantinya meminta uang jajan pada orang tua.23

5. Kebiasaan makan keluarga

Kebiasaan makan yang baik dimulai dirumah dengan bimbingan orang

tua. Peran ibu biasanya lebih berpengaruh terhadap pembentukan

kebiasaan makan anak. Pengetahuan ibu terhadap jenis-jenis makanan

sangat berpengaruh terhadap hidangan yang disajikan. Kesukaan ayah

terhadap suatu jenis makanan juga sangat berpengaruh terhadap

hidangan yang nantinya disajikan. Apabila seorang ibu kurang

bijaksana dapat mengakibatkan anak-anak mengalami defisiensi

nutrisi.23

25
Pengetahuan gizi
Pendidikan
rendah
rendah

Produksi Konsumsi makanan


makanan tidak memadai
Kemiskinan rendah
Penyakit Kurang
gizi (Angular
Daya Beli cheilitis)
rendah

Daya Tahan
Fasilitas
tubuh dan
kesehatan Kesehatan
penyerapan
kurang kurang
zat gizi
terganggu

Gambar. 4 Faktor Penyebab terjadinya defisiensi nutrisi pada penduduk miskin.


(sumber: Jurnal Analisis situasi gizi dan kesehatan masyarakat.Jakarta 2006)

2.2.2 Kebutuhan nutrisi pada anak usia sekolah 21

Anak usia sekolah mempunyai lingkungan sosial yang lebih luas selain

keluarganya, yaitu lingkungan sekolah tempat anak belajar mengembangkan

kemampuan kognitif, interaksi social, nilai moral dan budaya dari lingkungan

kelompok teman sekolah dan guru. Bahkan bermain dengan teman sekolah

dirasakan anak sebagai sesuatu yang lebih menyenangkan dari pada bermain di

26
lingkungan rumah. Pertumbuhan anak tidak banyak mengalami perubahan yang

berarti, sehingga kebutuhan kalori anak usia sekolah adalah 85 kkal/kgBB.

Beberapa karakteristik yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang

perlu diperhatikan pada anak usia sekolah adalah sebagai berikut :

1. Anak dapat mengatur pola makannya sendiri.

2. Adanya pengaruh teman atau jajanan di lingkungan sekolah dan di

lingkungan luar rumah serta adanya reklame atau iklan makanan tertentu

di televisi yang dapat mempengaruhi pola makan atau keinginannya untuk

mencoba makanan yang belum dikenalnya.

3. Kebiasaan menyukai satu makanan tertentu berangsur angsur hilang.

4. Pengaruh aktivitas beramain dapat menyeababkan keinginan yang lebih

besar pada aktivitas bermain dari pada makan.

Anjuran untuk orang tua dalam kaitannya dengan karakteristik tersebut :

a. Motivasi orang tua untuk membiasakan anak dengan pola makan yang

baik.

b. Motivasi anak untuk tetap menyukai jenis makanan yang baru.

c. Jelasakan pada anak bahwa waktu makan bersama keluarga adalah lebih

baik dari pada bermain karena saat itu dapat menjadi kesempatan bagi anak

27
untuk berkonsultasi dengan orang tua dan bagi orang tua untuk mengetahui

pengalaman yang diperoleh anak di sekolah dan di lingkungannya.

d. Fasilitasi orang tua untuk tidak membiasakan anak mendapat jajanan di

sekolah ataupun di lingkungan luar rumah karena belum tentu sehat dan hal

itu bukan pola kebiasaan yang baik bagi anak.

2.2.3 Status Gizi Anak Usia Sekolah 21, 23, 24

Menurut Almatsier status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh

seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-

zat gizi didalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi

kurang, gizi normal, dan gizi lebih.

Status gizi normal merupakan sutau ukuran status gizi dimana terdapat

keseimbangan antara jumlah energy yang masuk kedalam tubuh dan energy yang

dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan kebutuhan individu. Energi yang masuk

ke dalam tubuh dapat berasal dari karbohidrat, protein, lemak, dan zat gizi

lainnya.

Status gizi kurang atau undernutrition merupakan keadaan gizi seseorang

dimana jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari energy yang dikeluarkan. Hal

ini terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari anjuran kebutuhan

individu.

28
Status gizi lebih atau overnutrition merupakan keadaan gizi seseorag

dimana jumlah energi yang masuk kedalam tubuh lebih besar dari jumlah energi

yang dikeluarkan. Pada anak-anak yang mengalami angular cheilitis status gizi

adalah kurang.

Kecukupan gizi dari makanan merupakan faktor utama yang

mempengaruhi keadaan gizi seseorang. Zat gizi yang masuk ke dalam tubuh harus

mencukupi. Hal ini di pengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas. Zat gizi yang

di berikan pada anak usia sekolah sebaiknya seimbang, dalam arti sesuai dengan

umur dan jenis bahan makanan (karbohidrat, protein dan lemak).

Anak usia sekolah membutuhkan asupan gizi lebih banyak untuk

pertumbuhan dan aktivitasnya, dimana pertumbuhan fisik, intelektual, mental dan

sosial terjadi secara cepat, sehingga golongan umur ini perlu mendapat perhatian

khusus. Faktor kecukupan gizi ditentukan oleh kecukupan konsumsi pangan,

sedangkan pada saat tersebut anak cenderung lebih aktif untuk memilih makanan

yang disukainya. Sebagai akibat makin meluasnya pergaulan anak disekolah, anak

sering salah dalam memilih makanan. Hal ini perlu diperhatikan, karena kebiasaan

makanan yang biasa dikonsumsi sejak masa anak-anak akan membentuk pola

makan selanjutnya.

Dalam menetukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering

disebut reference. Baku antropometri yang sering digunakan di Indonesia adalah

29
World Health Organization National Centre for Health Statistic (WHO-NCHS).

Berdasarkan baku WHO - NCHS status gizi dibagi menjadi empat : Pertama, gizi

lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas. Kedua, Gizi baik

untuk well nourished. Ketiga, Gizi kurang untuk under weight yang mencakup

mild dan moderat, PCM (Protein Calori Malnutrition). Keempat, Gizi buruk

untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor dan kwasiorkor.

Status gizi ditentukan oleh ketersediaan semua zat gizi dalam jumlah dan

kombinasi yang cukup serta waktu yang tepat. Dua hal yang penting adalah

terpenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh dan faktor-faktor yang

menentukan kebutuhan, penyerapan dan penggunaan zat gizi tersebut.

Status gizi diukur dengan indeks BB/U dan TB/U dengan cara persen

median. Penentuan status gizi dengan menggunakan rujukan baku WHO/NCHS.

Kemudian dikategorikan seperti pada tabel di bawah ini. 21

Tabel.3 Kategori Status Gizi BB/U dan TB/U


Sumber : Jurnal Media Gizi dan Keluarga, Desember 2003
Kriteria BB/U TB/U

Baik >80% >95%

Sedang 70-80% 90-95%

Kurang 60-70% 85-90%

Buruk <60% <85%

30
2.2.4 Penilaian Status gizi Secara Atropometri 24

Ada beberapa cara mengukur status gizi anak, yaitu dengan pengukuran

antropometrik, klinik, laboratorik. Diantara ketiganya, pengukuran antropometrik

adalah yang paling relatif sederhana dan banyak dilakukan.Kata antropometri

berasal dari bahasa latin antropos dan metros. Antropos artinya tubuh dan

metros artinnya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh. Pengertian

dari sudut pandang gizi, antropometri adalah berhubungan dengan berbagai

macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat

umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain : beratt badan,

tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit.

Dari beberapa pengukuran tersebut berat badan, tinggi badan dan lingkar

lengan sesuai dengan usia adalah yang paling sering dilakukan dalam survei gizi.

Untuk keperluan perorangan dan keluarga, pengukuran Berat Badan (BB) dan

kadang-kadang Tinggi Badan (TB) atau Panjang Badan (PB) adalah pengukuran

yang paling banyak dilakukan.

Indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter. Indeks

antropometri bisa merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih

pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur. Ada beberapa indeks

antropometri yang umum dikenal yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U),

31
Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), Berat Badan menurut Tinggi Badan

(BB/TB).Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat

diukur) karena mudah berubah. Namun indikator BB/U tidak spesifik karena berat

badan selain dipengaruhi oleh U juga dipengaruhi oleh TB. Indikator TB/U

menggambarkan status gizi masa lalu, dan indikator BB/TB menggambarkan

secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini.

Untuk mengetahui apakah berat badan dan tinggi badan normal, lebih

rendah atau lebih tinggi dari yang seharusnya, dilakukan perbandingan dengan

suatu standar internasional yang ditetapkan oleh WHO. Pada dasarnya perhitungan

BB/U, TB/U seorang anak didasari pada nilai Z-nya (relatif deviasinya). Cut off

point (nilai ambang batas) untuk tiap indikator status gizi baik adalah +2 SD dan

status gizi < - 3SD dikategorikan sebagai kurang gizi berat.

32

Anda mungkin juga menyukai