Postingan saya kali ini adalah perihal karakteristik anak usia Sekolah dasar. Kenapa
tema ini yang saya pilih?? Alasan yang utama mengapa saya memilih tema ini adalah
karena saya adalah seorang guru sekolah dasar, selain karena anak-anak adalah pripadi
yang unik dan lucu.... :D
Kita semuanya juga tidak bisa lepas dari dunia anak-anak. Kita semua pernah
menjadi anak-anak. Anak-anak adalah kepolosan. Anak-anak adalah keceriaan. Anak-anak
adalah dunia bermain.
Untuk Guru ;
1. Data memilih materi, strategi instruksional, dan sumber belajar yang sesuai untuk dipakai dalam
usaha membantu peserta didik dalam usaha belajarnya .
2. Dapat mengukur keberhasilan guru sendiri dalam pengajarannya.
Sejumlah tujuan belajar yang sewajarnya dapat diwujudkan guru dalam kegiatan belajar
anak didiknya di sekolah dasar itu yakni;
1. Menjadikan anak-anak senang, bergembira dan riang dalam belajar;
2. Memperbaiki berpikir kreatif anak-anak, sifat keingintahuan, kerja sama harga diri dan raasa
percaya diri sendiri, khususnya dalam menghadapi kehidupan akademik;
3. Mengembangkan sikap positif anak-anak dalam belajar,
4. Mengembangkan afeksi dan kepekaan terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi dilingkungannya,
khususnya perubahan yang terjadi dalam lingkungan social dan teknologi.
HAKEKAT MENGAJAR DI SEKOLAH DASAR
Salah satu pengertian mengajar bisa merupakan kegiatan menyampaikan pesan berupa
pengetahuan, ketrampilan dan penanaman sikap-sikap tertentu dari guru kepada peserta didik.
Misalnya seorang guru SD kelas 6 sedang menjelaskan pokok bahasan rotasi bumi dengan
menggunakan metode tanggung jawab dan, peserta didik memperhatikan dengan seksama.
Kegiatan guru tersebut dikatakan mengajar.
Kegiatan mengajar sebenarnya bukan sekedar menyangkut persoalan penyampaian
pesan-pesan dari seorang guru kepada para peserta didik. Hal itu sebenarnya menyangkut
persoalan bagaimana guru membimbing dan melatih peserta didik untuk belajar. Kegiatan
membimbing dan melatih peserta didik untuk belajar diperlukan kemampuan professional dari
guru.
Beberapa pandangan tentang mengajar dapat dikemukakan sebagai berikut;
a. Mengajar dipandang sebagai ilmu (teaching as a science), artinya terdapat landasan yang
mendasari kegiatan mengajar baik dari filsafat ilmu maupun dari teori-teori belajar mengajar,
sifatnya metodologis dan procedural.
b. Mengajar sebagai teknologi (teaching as a tecnology), yaitu penggunaan perangkat alat yang
dapat dan harus diuji secara empiris;
c. Mengajarkan sebagai suatu seni (teaching is an art), yang mengutamakan
performance/penampilan guru secara khas dan unik yang berasal dari sifat-sifat guru dan
perasaan serta nalurinya;
d. Mengejar sebagai pilihan nilai( wawasan kependidikan guru), bersumber pada pilihan nilai atau
wawasan kependidikan yang dianut guru. Wawasan tersebut terpulang pada tujuan umum
pendidikan nasional yang dapat ditelusuri kepada rumusan-rumusan yang formal maupun
kepada asumsi-asumsi konseptual pada tujuan umum pendidikn nasional yang dapat ditelusuri
kepada rumusan-rumusanyang formal maupun kepada asumsi-asumsi konseptual atau filosofinya
yang mendasar.
e. Mengajar sebagai ketrampilan (teaching is as a skill), yaitu suatu proses penggunaan
seperangkat ketrampilan secara terpadu.
Selanjutnya, T. Raka Joni (1985:3) merumuskan pengertian mengajar sebagai pencita dan
suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini
terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi yaitu tujuan instruksional yang ingi
dicapai, guru dan peserta didik yang memainkan peranan senada dalam hubungan social tertentu,
materi yang diajarkan, bentuk kegiatan yang dilakukan serta sarana dan prasarana belajar
mengajar yang tersedia.
Perbuatan mengajar merupakan perbuatan yang kompleks. Davis (1971) mengungkapkan
bahwa pengertian mengajar sebagai suatu aktivitas professional yang memerlukan ketrampilan
tingkat tinggi dan mencakup pengambilan keputusan. Sebagaimana keunikan dan karakteristik
kegiatan belajar anak usia sekolah dasar, Piaget, Vygotsky, dan Bruner mengetengahkan cara-
cara yang khas bagi seorang guru dalam mendorong terjadinya proses belajar bagi mereka.
Carol (1995) menuntut penciptaanlingkungan belajar sesuai dengan tiga dimensi
perkembangan anak sekolah dasar, yaitu dimensi perkembangan fisik, dimensi perkembangan
sosial-emosional, dan dimensi perkembangan bahasa atau kognisi
1. Dilihat dari dimensi perkembangan fisik
Perkembangan fisik usia SD memang tidak sepesat pertumbuhan yang terjadi pada usia lima
tahun sebelumnya. Akan tetapi kemampuan anak dalam mengendalikan tubuhnya dan
kemampuan duduk serta merta berada dalam suatu periode waktu yang relatif lebih lama
merupakan cirri perkembangan fisik anak usia SD. Misalnya pada saat anak menghadapi sesuatu
konsep yang abstrak, aktivitas fisik akan sangat dibutuhkan. Aktivitas fisik itu akan memberikan
pengalaman nyata bagi anak untuk memahami arti suatu konsep yang abstrak.
2. Dilihat dari dimensi perkembangan sosial-emosional / moral
Perkembangan hubungan sosial-emosional dan adanya kesadaran etis normatif merupakan cirri
yang kuat nampak pada usia sekolah dasar. Kompetensi-kompetensi sosial yang positif dan
produktif akan berkembang pada usia ini, seperti kemampuan bekerja sama, kesadaran
berkompetisi, menghargai karya orang lain, toleran, kekeluargaan, dan aspek budaya lainya.
3. Dilihat dari dimensi perkembangan bahasa atau kognisi
Perkembangan kognisi pada anak usia sekolah dasar menurut Piaget berada dalam dua tahapan
dua masa transisi, yaitu masa transisi dari tahap praoperasional ke masa operasional konkrit dan
masa transisi dari tahap operasional konkrit ke tahap operasional formal.
TEORI-TEORI BELAJAR
1. Teori Gestalt
Teori ini dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari Jerman, yang sekarang menjadi tenar
diseluruh dunia. Hukum yang berlaku pada pengamatan adalah sama dengan hukum dalam
belajar yaitu ;
a) Gestalt mempunyai sesuatu yang melebihi jumlah unsure-unsurnya.
b) Gestalt timbul lebih dahulu dari pada bagian-bagianya.
Jadi dalam belajar yang penting adalah adanya penyesuaian pertama yaitu memperoleh response
yang tepat untuk memecahkan problem yang dihadapi.
2. Teori J.Bruner
Kata Bruner belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah
kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan
mudah. Sebab itu Bruner mempunyai pendapat, alangkah baiknya sekolah dapat menyediakan
kesempatan bagi siswa untuk maju cepat sesuai dengan kemampuan siswa dalam mata pelajaran
tertentu.
3. Teori Piaget
Pendapat Piaget mengenai perkembangan proses belajar pada anak-anak adalah sebagai berikut:
a) Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang dewasa.
b) Perkembangan mental pada anak melalui tahap-tahap tertentu, menurut suatu urutanyang sama
bagi semua anak.
c) Walaupun berlangsungnya tahap-tahap perkembangan itu melalui suatu urutan tertentu tetapi
jangka waktuuntuk berlatih dari satu tahap yang lain tidaklah selalu sama pada setiap anak.
d) Perkembangan mental anak dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu;
Kemasakan
Pengalaman
Interaksi sosial
Equiliberation (proses dari ketiga faktor diatas bersama-sama untuk
membangun dan memperbaiki srtuktur mental).