Anda di halaman 1dari 7

Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar

Posted by Rizkq Aeni

Postingan saya kali ini adalah perihal karakteristik anak usia Sekolah dasar. Kenapa
tema ini yang saya pilih?? Alasan yang utama mengapa saya memilih tema ini adalah
karena saya adalah seorang guru sekolah dasar, selain karena anak-anak adalah pripadi
yang unik dan lucu.... :D
Kita semuanya juga tidak bisa lepas dari dunia anak-anak. Kita semua pernah
menjadi anak-anak. Anak-anak adalah kepolosan. Anak-anak adalah keceriaan. Anak-anak
adalah dunia bermain.

Manusia selalu mengalami proses perkembangan yang cukup panjang.


Perkembangan manusia bahkan sudah dimulai saat masa prakelahiran, menuju
ke masa bayi, masa anak-anak, masa remaja, hingga masa dewasa.
Pada usia anak-anak hingga menuju usia remaja, manusia mengalami
perkembangan kognitif yang begitu penting. Menurut Piaget dalam Isjoni
(2010:36), perkembangan kognitif anak melalui empat tahap yaitu: (1) tahap
sensorimotor, berlangsung pada umur 0-2 tahun; (2) tahap praoperasional,
yaitu umur 2-7 tahun; (3) tahap operasional konkret, yaitu umur 7-11 tahun;
dan (4) tahap operasional formal yang berlangsung mulai umur 11 tahun ke
atas.
Berdasarkan tahap-tahap perkembangan yang diungkapkan oleh Piaget,
anak sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap ini,
kemampuan anak untuk berpikir secara logis semakin berkembang. Asalkan
obyek yang menjadi sumber berpikirnya adalah obyek nyata atau konkret.
Karakteristik anak usia sekolah dasar tidak hanya itu. Menurut Sumantri
dan Sukmadinata dalam Wardani (2012), karakteristik anak usia sekolah dasar
yaitu: (1) senang bermain; (2) senang bergerak; (3) senang bekerja dalam
kelompok; dan (4) senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung.
Karakteristik yang pertama yaitu senang bermain. Siswa-siswa sekolah
dasar terutama yang masih berada di kelas-kelas rendah pada umumnya masih
suka bermain. Oleh karena itu, guru sekolah dasar dituntut untuk
mengembangkan model-model pembelajaran yang bermuatan permainan,
lebih-lebih untuk siswa kelas rendah.
Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak. Siswa sekolah dasar
berbeda dengan orang dewasa yang bisa duduk dan diam mendengarkan
ceramah selama berjam-jam. Mereka sangat aktif bergerak dan hanya bisa
duduk dengan tenang sekitar 30 menit saja. Oleh karena itu, guru harusnya
merancang model pembelajaran yang menyebabkan anak aktif bergerak atau
berpindah.
Karakteristik yang ketiga adalah senang bekerja dalam kelompok. Oleh
karena itu, guru perlu membentuk siswa menjadi beberapa kelompok kecil yang
terdiri dari 3 sampai 5 siswa untuk mneyelesaikan tugas secara berkelompok.
Dengan bergaul dalam kelompoknya, siswa dapat belajar bersosialisasi, belajar
bagaimana bekerja dalam kelompok, belajar setia kawan dan belajar mematuhi
aturan-aturan dalam kelompok.
Karakteristik siswa sekolah dasar yang terakhir adalah senang merasakan
atau melakukan sesuatu secara langsung. Berdasarkan tahap perkembangan
kognitif Piaget seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, siswa sekolah dasar
berada pada tahap operasional konkret. Mereka berusaha menghubungkan
konsep-konsep yang sebelumnya telah dikuasai dengan konsep-konsep yang
baru dipelajari. Suatu konsep juga akan cepat dikuasai anak apabila mereka
dilibatkan langsung melalui praktik dari apa yang diajarkan guru. Oleh sebab itu,
guru seharusnya merancang model pembelajaran yang melibatkan anak secara
langsung dalam proses pembelajaran.

Menyangkut perbedaannya, Piaget nampaknya menekankan bahwa penciptaan


lingkungan belajar menjadi sorotan penting lingkungan yang akan menarik si anak; membuat
mereka bekerja melakukan eksplorasi dengannya. Dengan cara demikian si anak mengkonstruksi
pengetahuanya sendiri; bukan guru yang mengkonstruksi pengetahuan si anak itu. Bagi
Vygotsky, yang ditekankan adalah interaksi guru dengan si anak. Dalam hal ini guru sepatutnya
memahami dunia anak. Suatu interaksi baru dikatakan bermakna bagi anak, jika guru itu benar-
benar ia mampu menjembatani arti dari symbol=symbol atau lambang-lambang yang digunakan.
Bagi Bruner yang disoroti adalah gambaran proses ikiran si anak dalam mengkonstruksi suatu
pengetahuan. Tampilanya berbentuk spiral, mulai, dari format, peranan, dan hal-hal yang rutin
(bentuk yang sederhana / pre-speech) sehingga terlibat dalam penggunaan bahasa yang lebih
kompleks sebagaimana tersaji dalam suatu realitas kehidupan.
Hal penting yang menjadi elajaran bagi kita adalah anak SD merupakan seorang yang
aktif. Seorang guru yang konstruktivis yang baik adalah mereka yang suka menyediakan
lingkungan atau bahan belajar (learning materials) yang cukup bagi anak didiknya, sebab guru
tahu bahwa anak senang mengeksplorasi lingkungan belajar. Guru akan berusaha menciptakan
sistem interaksi pengajaran dengan siapa saja anak itu berinteraksi ( guru dan temanya sendiri)
yang menjembatani arti yang diperlukan. Selanjutnya, akan diyakini guru kontruktivis itu bahwa
eksplorasi lingkungan dan interaksi yang terjadi merefleksikan pengalaman belajarsi anak
sehingga pemilihan materi atau bahan pengajaran, kegiatan guru dan peserta didik, pemilihan
sumber belajar yang akan dipakai, serta penyusunan tes, akan bertokak dari tujuan belajar yang
hendak dicapai peserta didik dalam proses pengajaran. Karena itu, kesadaran tentang tujuan-
tujuan belajar di atas, semestinya direfleksikan guru-guru sekolah dasar dalam kerangka
membantu peserta didik meletakkan dasar-dasar kehidupan kearah perkembangan sikap,
pengetahuan, ketrampilan dan daya ciptanya.
Pentingnya rumusan tujuan belajar dinyatakan secara spesifik dan eksplisit adalah:

Untuk Peserta Didik ;


1. Dapat mengarahkan proses belajar peserta didik
2. Dapat mengukur sejauh mana mereka telah mencapai tujuan yang diinginkan
3. Dapat meningkatkan motivasi dengan mengetahui tingkat keberhasilannya dalam proses belajar.

Untuk Guru ;
1. Data memilih materi, strategi instruksional, dan sumber belajar yang sesuai untuk dipakai dalam
usaha membantu peserta didik dalam usaha belajarnya .
2. Dapat mengukur keberhasilan guru sendiri dalam pengajarannya.

Sejumlah tujuan belajar yang sewajarnya dapat diwujudkan guru dalam kegiatan belajar
anak didiknya di sekolah dasar itu yakni;
1. Menjadikan anak-anak senang, bergembira dan riang dalam belajar;
2. Memperbaiki berpikir kreatif anak-anak, sifat keingintahuan, kerja sama harga diri dan raasa
percaya diri sendiri, khususnya dalam menghadapi kehidupan akademik;
3. Mengembangkan sikap positif anak-anak dalam belajar,
4. Mengembangkan afeksi dan kepekaan terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi dilingkungannya,
khususnya perubahan yang terjadi dalam lingkungan social dan teknologi.
HAKEKAT MENGAJAR DI SEKOLAH DASAR
Salah satu pengertian mengajar bisa merupakan kegiatan menyampaikan pesan berupa
pengetahuan, ketrampilan dan penanaman sikap-sikap tertentu dari guru kepada peserta didik.
Misalnya seorang guru SD kelas 6 sedang menjelaskan pokok bahasan rotasi bumi dengan
menggunakan metode tanggung jawab dan, peserta didik memperhatikan dengan seksama.
Kegiatan guru tersebut dikatakan mengajar.
Kegiatan mengajar sebenarnya bukan sekedar menyangkut persoalan penyampaian
pesan-pesan dari seorang guru kepada para peserta didik. Hal itu sebenarnya menyangkut
persoalan bagaimana guru membimbing dan melatih peserta didik untuk belajar. Kegiatan
membimbing dan melatih peserta didik untuk belajar diperlukan kemampuan professional dari
guru.
Beberapa pandangan tentang mengajar dapat dikemukakan sebagai berikut;
a. Mengajar dipandang sebagai ilmu (teaching as a science), artinya terdapat landasan yang
mendasari kegiatan mengajar baik dari filsafat ilmu maupun dari teori-teori belajar mengajar,
sifatnya metodologis dan procedural.
b. Mengajar sebagai teknologi (teaching as a tecnology), yaitu penggunaan perangkat alat yang
dapat dan harus diuji secara empiris;
c. Mengajarkan sebagai suatu seni (teaching is an art), yang mengutamakan
performance/penampilan guru secara khas dan unik yang berasal dari sifat-sifat guru dan
perasaan serta nalurinya;
d. Mengejar sebagai pilihan nilai( wawasan kependidikan guru), bersumber pada pilihan nilai atau
wawasan kependidikan yang dianut guru. Wawasan tersebut terpulang pada tujuan umum
pendidikan nasional yang dapat ditelusuri kepada rumusan-rumusan yang formal maupun
kepada asumsi-asumsi konseptual pada tujuan umum pendidikn nasional yang dapat ditelusuri
kepada rumusan-rumusanyang formal maupun kepada asumsi-asumsi konseptual atau filosofinya
yang mendasar.
e. Mengajar sebagai ketrampilan (teaching is as a skill), yaitu suatu proses penggunaan
seperangkat ketrampilan secara terpadu.
Selanjutnya, T. Raka Joni (1985:3) merumuskan pengertian mengajar sebagai pencita dan
suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini
terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi yaitu tujuan instruksional yang ingi
dicapai, guru dan peserta didik yang memainkan peranan senada dalam hubungan social tertentu,
materi yang diajarkan, bentuk kegiatan yang dilakukan serta sarana dan prasarana belajar
mengajar yang tersedia.
Perbuatan mengajar merupakan perbuatan yang kompleks. Davis (1971) mengungkapkan
bahwa pengertian mengajar sebagai suatu aktivitas professional yang memerlukan ketrampilan
tingkat tinggi dan mencakup pengambilan keputusan. Sebagaimana keunikan dan karakteristik
kegiatan belajar anak usia sekolah dasar, Piaget, Vygotsky, dan Bruner mengetengahkan cara-
cara yang khas bagi seorang guru dalam mendorong terjadinya proses belajar bagi mereka.
Carol (1995) menuntut penciptaanlingkungan belajar sesuai dengan tiga dimensi
perkembangan anak sekolah dasar, yaitu dimensi perkembangan fisik, dimensi perkembangan
sosial-emosional, dan dimensi perkembangan bahasa atau kognisi
1. Dilihat dari dimensi perkembangan fisik
Perkembangan fisik usia SD memang tidak sepesat pertumbuhan yang terjadi pada usia lima
tahun sebelumnya. Akan tetapi kemampuan anak dalam mengendalikan tubuhnya dan
kemampuan duduk serta merta berada dalam suatu periode waktu yang relatif lebih lama
merupakan cirri perkembangan fisik anak usia SD. Misalnya pada saat anak menghadapi sesuatu
konsep yang abstrak, aktivitas fisik akan sangat dibutuhkan. Aktivitas fisik itu akan memberikan
pengalaman nyata bagi anak untuk memahami arti suatu konsep yang abstrak.
2. Dilihat dari dimensi perkembangan sosial-emosional / moral
Perkembangan hubungan sosial-emosional dan adanya kesadaran etis normatif merupakan cirri
yang kuat nampak pada usia sekolah dasar. Kompetensi-kompetensi sosial yang positif dan
produktif akan berkembang pada usia ini, seperti kemampuan bekerja sama, kesadaran
berkompetisi, menghargai karya orang lain, toleran, kekeluargaan, dan aspek budaya lainya.
3. Dilihat dari dimensi perkembangan bahasa atau kognisi
Perkembangan kognisi pada anak usia sekolah dasar menurut Piaget berada dalam dua tahapan
dua masa transisi, yaitu masa transisi dari tahap praoperasional ke masa operasional konkrit dan
masa transisi dari tahap operasional konkrit ke tahap operasional formal.
TEORI-TEORI BELAJAR
1. Teori Gestalt
Teori ini dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari Jerman, yang sekarang menjadi tenar
diseluruh dunia. Hukum yang berlaku pada pengamatan adalah sama dengan hukum dalam
belajar yaitu ;
a) Gestalt mempunyai sesuatu yang melebihi jumlah unsure-unsurnya.
b) Gestalt timbul lebih dahulu dari pada bagian-bagianya.
Jadi dalam belajar yang penting adalah adanya penyesuaian pertama yaitu memperoleh response
yang tepat untuk memecahkan problem yang dihadapi.
2. Teori J.Bruner
Kata Bruner belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah
kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan
mudah. Sebab itu Bruner mempunyai pendapat, alangkah baiknya sekolah dapat menyediakan
kesempatan bagi siswa untuk maju cepat sesuai dengan kemampuan siswa dalam mata pelajaran
tertentu.
3. Teori Piaget
Pendapat Piaget mengenai perkembangan proses belajar pada anak-anak adalah sebagai berikut:
a) Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang dewasa.
b) Perkembangan mental pada anak melalui tahap-tahap tertentu, menurut suatu urutanyang sama
bagi semua anak.
c) Walaupun berlangsungnya tahap-tahap perkembangan itu melalui suatu urutan tertentu tetapi
jangka waktuuntuk berlatih dari satu tahap yang lain tidaklah selalu sama pada setiap anak.
d) Perkembangan mental anak dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu;
Kemasakan
Pengalaman
Interaksi sosial
Equiliberation (proses dari ketiga faktor diatas bersama-sama untuk
membangun dan memperbaiki srtuktur mental).

e) Ada 3tahap perkembangan, yaitu;


Berpikirsecara intuitif 4 tahun
Beroperasi secara konkret 7 tahun
Beroperasi secara formal 11 tahun
4. Teori R. Gagne
Terhadap masalah belajar, gagne memberikan dua definisi, yaitu;
a) Belajar ialah suatu proses untuk memeroleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan,
kebiasaan, dan tingkah laku;
b) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh dari intruksi.
Belajar Mengajar adalah pola-pola umum kegiatan guru anak didik perwujudan
kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan mempelajari Strategi Belajar Mengajar berarti setiap guru mulai memasuki
suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara
guru dengan anak didik.
Interaksi yg bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran
dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajaran secara sistematis dgn
memanfaatkan segala sesuatu guna kepentingan pembelajaran.Sehingga bahan pelajaran yg
disampaikan guru dapat difahami dan diaplikasikan siswa dengan tuntas.
Misalnya pengalaman belajar di SMA pada pelajaran matematika,
Beberapa strategi yang diajarkan pada semua siswa mulai dari :
1. Menjelaskan materi yang disampaikan
Guru menjelaskan materi yang akan disampaikan ke siswa, agar siswa mudah memahami materi
tersebut.
2. Mencoba pada soal yang lebih sederhana dan cara menghitung dengan benar.
Setelah dijelaskan materi yang diberikan oleh guru, siswa dianjurkan untuk mengerjakan soal-
soal dengan cara menghitung yang mudah atau sederhana.
3. Membuat tabel dan diagram
Ini digunakan untuk membantu menganalisis permasalahan dan mempermudah mendapatkan
gambaran penyelesaian.
4. Menemukan rumus dengan cara sendiri
Siswa diberikan lembar kerja siswa untuk dikerjakan secara berkelompok untuk memecahkan
persoalan dengan rumus sendiri.
5. Guru memberikan penguatan
Ini dilakukan untuk memotivasi siswa agar lebih semangat dalam pembelajaran.
Guru membuat strategi pembelajaran ini digunakan untuk mempermudah dalam
melakukan kegiatan pembelajaran, memecahkan suatu persoalan masalah dan mengembangkan
proses belajar siswa. Strategi belajar ini sangat baik dilakukan oleh guru saat memberikan
pelajaran pada siswa di kelas. Dalam pembuatan strategi pembelajaran ini guru harus tahu
karakteristik masing-masing siswa, agar mempermudah dalam mengembangkan materi yang
akan diberikan.

Anda mungkin juga menyukai