Anda di halaman 1dari 3

Nama : MOH.

FAJRUL FALAH
NIM : 14640049
Kelompok : PLANETARIUM

INTEGRASI ISLAM DAN SAINS

Pada hakekatnya ilmu pengetahuan berasal dari Tuhan pencipta Alam, yang berupa
wahyu, alam semesta beserta hukum yang ada di dalamnya, manusia dengan perilakunya
dalam kehidupannya, pemikiran dan pemahamannya serta seluruh ciptaan dan anugrah Allah
yang diturunkan ke Bumi demi menghormati manusia yang ada di dalamnya. Dengan
demikian pencipta ilmu pengetahuan adalah Tuhan dan yang menemukan ilmu pengetahuan
tersebut adalah manusia. Atas dasar pandangan ini kita memahami bahwa dari sekian banyak
ilmu yang kita pahami (Ilmu hadits, Ilmu al-quran, matematika, fisika, biologi, geologi,
antropologi, seni, kedokteran, politik, hukum dan lain sebagainya) secara substansial
merupakan rangkaiyan ilmu pengetahuan yang satu yaitu berasal dari Tuhan.

Maka sebenarnya tidak ada pandangan yang membedakan antara ilmu yang satu dengan
ilmu yang lain karena kita ketahui bahwa ilmu itu tetap ilmu tidak ada dikotomis ilmu
pengetahuan melainkan ilmu itu berasal dari yang satu yaitu Tuhan semesta Alam. Seluruh
ilmu hanya dapat dibedakan dalam nama dan istilahnya baik dalam ilmu agama islam,
maupun ilmu umum. Kita sering temukan aliran atau mazhab yang beragam dari berbagai
cabang ilmu yang cukup berpengaruh terhadap pola pikir, pola sikap dan cara pandang umat.
Dimana dari satu sisi sangat besar pengaruhnya terhadap khazanah pemikiran manusia,
namun disisi lain umat dapat berpecah belah bahkan bermusuhan dan konflik yang
berkepanjangan.

Salah satu pengebab kemunduran peradaban umat, khususnya umat islam pada saat ini
adalah adanya pemisah (dikotomi) antara ilmu agama dengan ilmu umum, padahal jika kita
telaah secara historis dari sejarah peradaban islam, ilmuwan-ilmuwan muslim pada saat itu
misalnya Ibnu Sina, disamping dia ahli pada bidang kedokteran, dia juga ahli Agama yang
sampai pada hari ini dia dikenal di dunia sebagai bapak kedokteran Dunia begitu juga dengan
ilmuwan-ilmuwan muslim lainya seperti Abu Musa Al-Khawarizmi, Ibnu Rusd, Abu Al-
Haitham, Al-Biruni dan lain sebagainya. Pemisah kedua ilmu tersebut pada awalnya hanya
sekedar spesifikasi, agar terjadi penggalian ilmu secara mendalam yang professional dan
mampu mengaktualisasikan untuk kemajuan peradaban, hanya saja belakangan ini telah
terjadi stigma (anggapan) yang sangat jauh, sehingga timbul kesan ilmu agama hanya
mengarah pada pembentukan spiritual saja dan tidak menganggap menyentuh pergaulan
sosial sehingga menjadi pemicu kemunduran peradaban islam.

Sebaliknya dengan pemahaman yang berbeda di tengah masyarakat yang sudah terlena
dan terlarut pada pandangan skeptis dimana ilmu dunia banyak mengiring kepada sikap
liberalisasi umat, mendekati umat pada kesesatan bahkan dipandangnya ilmu itu hanya
sebatas di dunia yang dapat menyesatkan dan menjauhkan diri dari hukum-hukum tuhan yang
telah diwahyukan kepadanya. Oleh karena itu agar tidak terlena dengan berlarutnya kedua
pandangan tersebut maka perlu menjadi perhatia serius supaya tidak menimbulkan stigma
negatif bagi kelangsungan hidup dan kemajuan peradaban umat. Sehingga hubungan antara
sains dengan agama itu perlu. Muh. Didiharyono,integrasi sains dan
islam(http//kompasiana.com)

Ilmu Pengetahuan tanpa Agama buta, Agama tanpa Ilmu pengetahuan Pincang.
Science without religion is lame Religion without science is blind

Tidak ada seorang ilmuwan muslim yang menuntut ilmu hanya karena rasa ingin
tahu, tetapi mereka menuntut ilmu dalam rangka mencari jejak ilahi (Syed Hossein Nasr)

PEMBAHASAN

Dalam Kamus Pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, kata integrasi memiliki
pengertian penyatuan hingga menjadi kesatuan yg utuh atau bulat. Pengertian pendidikan
Islam menurut Hasbullah merupakan pewarisan dan perkembangan budaya manusia yang
bersumber dan berpedoman ajaran Islam sebagai yang termaktub dalam AL-Quran dan
Sunnah Rasul, yang dimaksudkan adalah dalam rangka terbentuknya kepribadian utama
menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan demikian ciri yang membedakan antara pendidikan
Islam dengan yang lain adalah pada penggunaan ajaran Islam sebagai pedoman dalam proses
pewarisan dan pengembangan budaya umat manusia tersebut. Sedangkan Haidar Putra
Daulay menyatakan bahwa hakikat pendidikan Islam adalah pembentukan manusia yang
dicita-citakan, sehingga dengan demikian pendidikan Islam adalah proses pembentukan
manusia ke arah yang dicita-citakan Islam.
Pengertian Sains (science) menurut Agus S. diambil dari kata latin scientia yang arti
harfiahnya adalah pengetahuan. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan
kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains
adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan
pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan.
Integrasi sains dan teknologi dengan Islam dalam konteks sains modern bisa dikatakan
sebagai profesionalisme atau kompetensi dalam satu keilmuan yang bersifat duniawi di
bidang tertentu dibarengi atau dibangun dengan pondasi kesadaran ketuhanan. Kesadaran
ketuhanan tersebut akan muncul dengan adanya pengetahuan dasar tentang ilmu-ilmu Islam.
Oleh sebab itu, ilmu-ilmu Islam dan kepribadian merupakan dua aspek yang saling menopang
satu sama lain dan secara bersama-sama menjadi sebuah fondasi bagi pengembangan sains
dan teknologi. Bisa disimpulkan, integrasi pendidikan agama dengan sains dan teknologi
berarti adanya penguasaan sains dan teknologi dipadukan dengan ilmu-ilmu Islam dan
kepribadian Islam.

Dengan demikian kita dapat mengkaji ulang bahwasannya lahirnya pengetahuan itu
bukan sekedar dari penemuan manusia, akan tetapi erat hubungannya pengetahuan itu dengan
ajaran islam yang terdapat pada Al-Quran. Selayaknya pada saat zaman dahulu sumber
inspirasi para ilmuan adalah al-quran dan sunnah sehingga banyak ilmu (saqofah islam) yang
didapatkan, contoh, dalam sistem ekonomi kita kenal dengan ekonomi Islam yang
mengharam riba (berlipat ganda), dalam ilmu pemerintahan kita kenal dengan pemerintahan
islam (Khilafah Islam) yang menuntut pemimpinnya supaya jujur, adil dan tidak korupsi,
pendidikan yang tidak materialistik, budaya yang tidak hedonistik, politik yang jujur,
berdagang yang tidak menipu orang lain dan lain sebagainya. Nah inilah nilai-nilai ilahiah
yang harus tertanam dalam diri individu-individu, kelompok-kelompok bahkan Negara, jika
nilai ilahiah ini sudah tertanam dalam jiwa bangsa dan diaplikasikan dalam kehidupan
bernegara kita maka yakin dan percaya peradaban islam modern akan bisa diwujudkan dalam
waktu yang dekat. Oleh karena itu, peradaban islam modern bisa terwujud jika kita menggali
semua inspirasi kita berdasarkan instruksi Al-Quran dan Sunnah sebagai landasan kita
sehingga terwujudlah insan yang berintelektual tinggi yang berjiwa islami dengan spiritual
yang kuat. Purwanto, Agus. 2008. (Ayat-Ayat Semesta: Sisi-Sisi Al-Quran yang Terlupakan.
Bandung: PT Mizan Pustaka).

Anda mungkin juga menyukai