Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu unsur penting untuk membentuk sebuah karakter dan membangun
peradaban suatu bangsa. Karena bila kita telusuri, majunya sebuah bangsa atau peradaban itu
bukan karena tentaranya yang kuat, tapi karena pendidikan yang mereka miliki. Pun hingga saat
peradaban itu runtuh, kita masih bisa merasakan, melihat puing-puing peninggalannya yang
mungkin tidak hanya berupa museum, monument saja, tapi juga kaidah keilmuwan mereka
digunakan hingga sepanjang masa. Sebut saja filsafat yunani dan romawi kuno. Seperti
Aristoteles, plato, dan yang lain. Atau dalam islam, kita akan mengenal orang-orang hebat
dengan kecerdasan multiply, seperti Avecinna, averoes, Imam Ghazali dan yang lainnya.

  Islam dan barat memiliki pandangan yang berbeda mengenai pendidikan yang mereka terapkan.
Bila islam memiliki al-qur’an, Sunnah dan ijtihad-nya para ulama sebagai konsep
pendidikannya, maka barat akan menerapkan konsep yang jauh berbeda dengan islam. Mereka
akan menerapkan banyak paham dalam bidang pendidikan mereka, seperti rasionlisme,
kapitalisme, feminisme, liberalisme, atheisme, dan masih banyak isme lainnya yang mereka
terapkan, dan berkembang pesat di barat. Tentu saja, hal ini amat sangat bertolak belakang
dengan agama islam. Dan hasil dari keduanya pun juga jauh berbeda.
BAB II

PEMBAHASAN

Setelah Psikologi Humanisme mulai menyentuh kecerdasan spiritual yang sesungguhnya


mempunyai dimensi vertical, muncul gagasan Psikologi Islam. Seperti gagasan bank Islam (bank
syari`ah) yang dulu dimustahilkan tetapi sekarang tumbuh menjamur, gagasan Psikologi Islam
juga masih banyak ditolak oleh kalangan Western Psychology, tetapi pada akhirnya nanti
Psikologi Islam juga akan diterima.

Sejarah keilmuan Islam tidak melahirkan ilmu semacam psikologi, karena berbeda dengan
perkembangan ilmu pengetahuan di Barat yang bermusuhan dengan agama (Gereja),
perkembangan ilmu pengetahuan dalam sejarah keilmuan Islam disamping terinspirasi oleh kitab
suci Al Qur’an, pertumbuhannya juga dilakukan oleh ulama. Al Khawarizmi (ahli matematika) al
Birruni (ahli sain)/ahli kedokteran) adalah juga ulama ahli agama.

Perbedaan Psikologi Barat dengan Psikologi Islam


1. Jika Psikologi Barat merupakan produk pemikiran dan penelitian empiric, Psikologi Islam ,
sumber utamanya adalah wahyu Kitab Suci Al Qur’an, yakni apa kata kitab suci tentang jiwa,
dengan asumsi bahwa Allah SWT sebagai pencipta manusia yang paling mengetahui anatomi
kejiwaan manusia. Selanjutnya penelitian empiric membantu menafsirkan kitab suci.

2. Jika tujuan Psikologi Barat hanya tiga; menguraikan, meramalkan dan mengendalikan tingkah
laku, maka Psikologi Islam menambah dua poin; yaitu membangun perilaku yang baik dan
mendorong orang hingga merasa dekat dengan Allah SWT.

3. Jika konseling dalam Psikologi Barat hanya di sekitar masalah sehat dan tidak sehat secara
psikologis, konseling Psikologi Islam menembus hingga bagaimana orang merasa hidupnya
bermakna, benar dan merasa dekat dengan Allah SWT
Perbedaan Pendidikan Islam dan Barat

  Pendidikan merupakan suatu unsur penting untuk membentuk sebuah karakter dan membangun
peradaban suatu bangsa. Karena bila kita telusuri, majunya sebuah bangsa atau peradaban itu
bukan karena tentaranya yang kuat, tapi karena pendidikan yang mereka miliki. Pun hingga saat
peradaban itu runtuh, kita masih bisa merasakan, melihat puing-puing peninggalannya yang
mungkin tidak hanya berupa museum, monument saja, tapi juga kaidah keilmuwan mereka
digunakan hingga sepanjang masa. Sebut saja filsafat yunani dan romawi kuno. Seperti
Aristoteles, plato, dan yang lain. Atau dalam islam, kita akan mengenal orang-orang hebat
dengan kecerdasan multiply, seperti Avecinna, averoes, Imam Ghazali dan yang lainnya.

  Islam dan barat memiliki pandangan yang berbeda mengenai pendidikan yang mereka terapkan.
Bila islam memiliki al-qur’an, Sunnah dan ijtihad-nya para ulama sebagai konsep
pendidikannya, maka barat akan menerapkan konsep yang jauh berbeda dengan islam. Mereka
akan menerapkan banyak paham dalam bidang pendidikan mereka, seperti rasionlisme,
kapitalisme, feminisme, liberalisme, atheisme, dan masih banyak isme lainnya yang mereka
terapkan, dan berkembang pesat di barat. Tentu saja, hal ini amat sangat bertolak belakang
dengan agama islam. Dan hasil dari keduanya pun juga jauh berbeda.

  Dr. Yusuf Qordhowi memberikan pengertian bahwa pendidikan islam sebagai pendidikan
manusia seutuhnya. Berupa akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, serta akhlak dan
ketrampilannya. Sedang Prof. Dr, Hasan Tanggulung merumuskan bahwa pendidikan islam
sebagai proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan memindakan pengetahuan dan
nilai-nilai islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan
memtiknya saat di akhirat kelak.

  Dari dua pendapat di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa pendidikan dalam islam tidak
hanya mementingkan pembentukan pribadi untuk kebahagiaan dunia semata. Tapi juga untuk
kebahagiaan di akhirat kelak. Selain itu, pendidikan islam juga berusaha membentuk karakter-
karakter yang bernafaskan islam, sehingga pribadi-pribadi yang terbentuk tidak lepas dari agama.
Kemudian, islam juga memiliki marja’ yang sangat mutawatir, yaitu al-qur’an dan as-sunnah
yang dapat menyeimbangkan kehidupan manusia, tanpa timpang sebelah.
  Hal ini tentu sangat berbeda bila dibanding dengan pendidikan barat yang hanya mengandalkan
rasio dan logika saja. Mengabaikan nilai-nilai penting dalam agama, dan bahkan memisahkan
antara kehidupan pribadi dengan agama yang dianutnya. Selain itu, pendidikan hanya terfokus
pada kebahagiaan jasmani semata dan mengabaikan rohani.

  Maka tidak heran, bila kita melihat sebuah Negara maju dengan pendidikan nomer satu di
seluruh dunia, tapi memiliki tingkat bunuh diri paling tinggi di seluruh dunia, mengalahkan para
korban PD 1 dan PD II. Itu tidak lain karena mereka sangat haus akan kebutuhan rohani yang
sudah lama tidak terisi.

   Dalam pendidikan barat, ilmu itu tidak dapat dilahir dari pandangan hidup tertentu dan agam
tertentu. Menurut Naquib Al-Attas, ilmu dalam peradaban barat tidak dibangun atas dasar
kepercayaan wahyu dan agama. Namun dibangun di atas tradisi budaya yang diperkuat dengan
spekulasi filosofi yang terkait dengan kehidupan secular yang memusatkan manusia sebagai
makhluk rasional. Akibatnya, ilmu pengetahuan serta nilai-nilai etika dan moral yang diatur oleh
manusia akan terus berubah-ubah. Hingga akhirnya cara pandang yang seperti inilah yang akan
melahirkan ilmu-ilmu secular.

  Masih menurut Al-Attas, ada lima factor yang sangat berpengaruh dalam pola piker para
ilmuwan barat, sehingga membentuk pola-pola barat. Yaitu:
1.Menggunakan akal untuk membimbing manusia.
2.bersikap dualitas terhadap realitas dan kebenaran.
3.menegaskan aspek eksistensi yang memprosesikan pandangan hidup sekuler.
4. menggunakan doktrin humanism.
5. menjadikan drama dan tragedy sebagai unsur-unsur yang dominan terhadap fitrah dan
eksistensi kemanusiaan.

  Maka dari semua penjelasan singkat yang saya paparkan di atas, kita temukan perbedaan yang
sangat jauh sekali antara pendidikan islam dan barat. Seperti yang sudah dibahas di awal,
pendidikan islam berpusat pada wahyu dari ilahi dan Sunnah dari nabi. Allah adalah pencipta
manusia, Dia Maha Tahu, Maha Teliti atas apa yang diciptakannya. Sudah tentu, bila pendidikan
yang kita miliki ini berpusar pada qur’an dan Sunnah akan menghasilkan manusia-manusia yang
akan semakin merunduk, merasa bodoh dengan bertambahnya ilmu yang dimilikinya.

  Ilmu barat akan bergantung pada empiris, rasional, dan cenderung materialistic, serta
memandang rendah ilmu islam yang yang diperoleh melalui wahyu dan kitab. Terakhir, Bila
pada pondasi yang dimiliki oleh barat dan islam saja sudah berbeda, maka sudah dapat
dipastikan bahwa hasil dari keduanya akan berbeda pula. Jika barat hanya menghasilkan orang-
orang secular yang hanya semakin menjauhkan manusia dari tuhannya, dan agamanya, maka
islam justeru membangunkan pemikiran dan keseimbangan antara aspek rohani dan jasmani
seorang muslim yang akan semakin menambah keimanannya pada Allah.

peran psiikologi dalam pengembangan ilmu  pendidikan islam


    Ilmu pendidikan islam sebagaimana telah di kemukakan di atas, adalah ilmu yang    
membahas tentang sebagai teori dan konsep yang berkaitan dengan komponen dan aspek
pendidikan visi, misi, tujuan,kurikulum,proses belajar mengajar dan komponen pendidkan islam
lainya dapat di rumuskan dengan komponen apabila melibatkan jasa psikologi.
    Menurut Nana Syaodih Sukmadinata,minimal ada dua bidang psikologi perkembangan dan
psikologi belajar. Keduanya sangat di perlukan,baik dalam perumukan tujuan, memilih dan
menyusun bahan ajar, memilih dan menetapkan metode pembelajarn serta teknik-teknik
penilaian.
      Psikologi perkembangan memiliki metode dan teori yang berbeda dengan psikologi belajar.
Dari segi metode psikologi, perkembangan individu yang di peroleh melalui studi yang bersifat
longitudinal, croos sectional, psikoanalitik, sosiologik atau studi kasus.

1.        Studi longitudinal  menghimpun informasi tentang perkembangan induvidu melalui


pengamatan dan pengajian perkembangan sepanjang masa, dari mulai lahir sampai dengan
dewasa.
2.        Metode cross sectional mempelajari, beribu anak dari berbagai tingkat usia, mencacat ciri-
ciri fisik dan mental, pola-pola perkembangan dan kemampuan, serta prilaku mereka.
3.        Studi psikoanalitik mempelajari perkembangan anak pada masa-masa
sebelumnya,terutama pada masa kanak-kanak (balita).
4.        Metode sosiologik  mempelajari perkembangan peserta didik di lihat dari segi tuntutan
akan tugas-tugas yangyang harus di hadapi dan di lakukan dalam masyarakat.
5.        Studi kasus berusaha mempelajari kasus-kasus tertentu untuk menarik kesimpulan-
kesimpulan tentang pola-pola perkembangan peserta didik.

      Individu memiliki banyak aspek seperti jasmani,intelektual, sosial,emosional, moral secara
keseluruhanmembentuk satu kesatuan yang khas. Informasi yang di berikan melalui hasil kajian
psikologi perkembnagan ini sangat membantu dalam merumuskan tujuan pendidikan. Dengan
merumuskan tujuan pendidikan yang di arahkan kepada menggali, memberdayakan,
mengarahkan, dan mengembangkan berbagai potensi yang di miliki peserta didik agar menjadi
aktual yang berdaya guna sehingga dapat menolong dirinya dalam melaksanakan funsi
kehidupannya dengan berbagai peran dan fungsi yang dapat melaksanakan
          Segi teori psikologi perkembangan memperkenalkan ada nya tiga teori atau  pendekatan
tentang perkembangan individu yaitu pendekatan pentahapan (stage approach), pendekatan
diferensial(differential approach), dan pendekatan ipsatif (ipsative approach). Perkembanga
masing-masing memiiki karekteristik tertentu yang berbeda dengan  tahapan lainya. Pendekatan
diferensial melihat,bahwa individu memiliki persamaan dan perbedaan yang selanjutnya di
gunakan sebagai dasr untuk melakukan ketegorisasi dan pengelompokan seperti pengelompokan
berdasarkan jenis kelemain, ras, agama, status sosial ekonomi dan sebagainya.
       Dari ketiga macam pendekatan tersebut, terdapat pula para ahli yang menyederhanakan
pembagian tersebut menjadi dua bagian yaitu:
1.    Pendekatan yang bersifat menyeluruh yang mencakup aspek perkembangan fisik dan
gerakan motorik, sosal, ntelektual, moral, emosonal, religi dan sebagainya. Penahapan yang
bersifat menyeluruh ini di kembangan oleh Jean Jacquen Rousseau,G. Stanley Hall, Havighurst.

2.    Perkembangan yang bersifat khusus yang menyangkut perkembangan  dari salah satu aspek
perkembangan saja. Dalam pendekatan pentahapan perkembangan yang bersifat khusus, terdapat
pula sejumlah tokoh pendukung nya seperti Piaget,Kholberg, Erikson.

Pskologi belajar merupakan suatu studi tentang bagaimana saharusnya seorang individu belajar,
yang secara sederhana dapat di artikan sebaimana perubahan tingkah laku yang terjadi
pengalaman. Segala perubahan tingkah laku baik berbentuk kognitip, efektif maupun
psikomotorik terjadi kerena ada nya proses pengalaman yang selanjutnya di katakan sebagai
prilaku belajar.
Menurut P. Hunt sebagimana di kutif Nana syaodih Sukmadinata ada tiga ada tiga keluraga atau
rumpun teori belajar yatu teori disipln mental, behaviorisme, dan cognitif Gestlat field. Mengenai
ketiga rumpun teori belajr ini dapat di kemukakan sebagai berikut:

1.           Teori Disiplin Mental

  Menurut teori disiplin mental bahwa dari sejak kelahirannya atau secara herediter, seorang anak
telah memliki potensi tertentu. Belajar adalah merupakan upaya untuk mengembangan pontensi-
pontesi tersebut.
 Menurut kajian pera ahli bahwa teori disiplin mental ini dapat di bagi menjadi disiplin mental
theistik, humanistik, dan apersepsi. Penjelasan yaitu:

a.      Teori disiplin mental theistik ini berasal dari psikologi daya yang berpendapat bahwa setiap
amak tau individu mempunyai jumlah daya mental seprti daya untuk mengamati, menanggap,
mengingat, berfikir, memecahkan masalah .
b.      Teori disiplin mental humanistik yang bersumber paada psikologi humanisme klasik karyo
plato dan Aristoteles perbedaan dengan teori theistik ini menekan bagian latihan bagian atau
aspek tertentu ,maka teori humenistik lebih menekan keseluruhan dan keutuhan. Menurut
humanistik ini bahawa pendidik haru menekankan pendidik umum (general educatioan).
c.            Teori mental naturalisme atau natural unfoldment atau self actualization yang
bersumber pada psokologisme romantik denag tokoh utama nya Jean Jecquens Rousseau yakni
menganggap bahawa semua anak mempunyai sejumlah potensi dan kemampuan, namu beda nya
adalah bahwa teori mental naturalisme adalah bahawa anak atau individu bukan saja mempunyai
potensi atau kemampuan untuk berbuat atau melakukan tugas nya, tetapi memiliki kemauan atau
kemampuan untuk belajr dan berkembang sendiri.
d.           Teori mental apersepsi atau di sebut juga dengan herbatisme yang bersumber pada
psikologi strukturalime dengan tokoh utama nya Herbat berpendapat bahwa belajar adalh
membentuk masa apersepsi.  Semakin tinggi perkembangan anak, semakin tinggi pula masa
apersepsinya.
e.             Teori disiplin mental ini erat dengan teori yang di anut aliran progresivisme dsn
pragmatisme sebagaimana yang dijelaskan dalam kajian pendidikan dengan pendekatan filsafat.
Dengan teori disiplin mental dan progresivisme ini mendidik tidak dapat melakukan secara
otoriter, karena pendidik otoriter akan mematikan tunas-tunas para pelajar  untuk hidup sebagi
pribadi-pribadi yang gembira mengahdi pelajaran dan mematikan daya kreasi baik secara fisik
maupun psikis anak didik.

1.                  Teori Behaviorisme

    Teori ini berpijak pada sebuah asumsi bahwa anak atau individu tidak memilki atau membawa
potensi apa-apa dari kelahiran. Perkembangan anak ditentukan oleh faktor yang berasal dari
lingkungan, seperti lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, lingkungan manusia, alam,
budaya , religi. Teori ini selanjutnya di sebut pula teori stimulus dan Respons (RS) yang dari car
kerja nya teori SR ini dapat d bagi menjadi tiga bagian yaitu S.R. Bond,Conditioning dan
Reinforcement, dengan penjelasan sebagai berikut:
1.      Teori S-R Bond (Stimulus-Respons) bersumber dari psikologi koneksionisme atau teori
asosiasi dan merupakan teori pertama dari rumpun behaviorime ,bahwa kehidupan ini tunduk
pada hukum S-R atau aksi-aksi. Edward L. Thorndike mengemukakan bahwa da tiga hukum
belajar yang sangat terkenal yaitu hukum kesiapan (low of readness),hukum latihan (law of
exercise or raptioan) dan hukum akibat(law effect).
2.      Teori conditioning atau stimulus-responce with conditioning. Berpendapat bahwa belajar atau
pembentukan hubungan antara stimulus dan respons perlu di bantu dengan kondisi tertentu.
3.      Teori reinforcemening kondisi di berikan pada stimulus maka pada reinforcemen kondisii yang
di berikan pada renspons.
2.                  Teori Kognitif Gestalt Field

     Teori belajar pertama dari rumpun ini adalah teori insigt yang bersumber pada Gestalt
Field ,belajar adalah preoses pengembangan insigt atau pemahaman baru atau mengubah
pemahaman lama. Pemahaman atau insigt merupakan citra dari atau perasaan tentang pola-pola
atau hubungan.
     Teori belajar goal insight berkembang dari psikologi configurationisme. Perbuataan individu
selalu bertujuan di arahkan pada pembentukan hubungan dengan lingkungan.
     Teori kognitif  memiliki peranan yang sanga penting daalam memehami dirinya dan
lingkungan, serta menggunakan dan pengenalan untuk melanjutkan di gunakan dalam
mengahadapi lingkungannya.
  
C  Peranan Psikologi Islam Dalam Pengembangan   Ilmu    Pendidikan      Islam
  Islam sebagai agama yang di wahyukan tuhan memiliki perhatin yang amat besar terhadap
manusia. Berbagi aspek tentang ajaran islam melalui dari visi, misi, tujuan,ruang lingkup nya,
serta sasarannya adalah manusia. Islam berujuan agar manusia terpelihara segi kehidupan, akal,
agama, harta benda, dan keturunannya dan menajadikannya sebagai hamba allah yang sempurna
iman dan akhlaknya , memiliki kehidupan yang seimbang dunia akhirat, terbina seluruh
potensinya dan berperan sebagai khilfah di muka bumi  Al-qu’ran jug memberikan petunjuk
bahawa manusia adalah makhluk yang unik di alam ini. Unik dalam watak, fungsi,tujuan  dan
wujudnya, seta unik dalam nasib kesudahannya. Di kalangan filosof dan ahli dalam ilmu jiwa
islam telah banyak yang berbicara tentang jiwa manusia dengan berdasarkanpada petunjuk al-
qur’an dan sunah.

Antara Psikologi Islam Dan Psikologi Barat


 Menurut Achmad Mubarok, tidak mudah untuk menyebut psikilogi islam, karena psikologi
adalah produk epistemologi budaya sekuler yang sudah mapan, sedangkan konsep psikologi 
islam baru merupakan gagasan yang belum di pakai sebagai kacamat untuk memecahkan
persoaalan ilmiah, karena para ilmuan pasti akan nenuntut kajian empiris antroposentris atau
penelitian laboratoris untuk bisa memenuhi syarat sebagai ilmuan psikologi.
         Islam sesungguhnya telah memberikan kontribusi bagi pengembangan psikologi barat dan
ketika orang barat menggambil psikologi dari islam merka tidak menjadi muslim. Unsur yang
membedakan antara psikologi islam dan psikologi barat. Psikologi barat semata-mata
menggunakan kemampuan intelektual untuk menemukan dan mengungkapkan asas-asas, unsur,
proses, fungsi, dan hukum seputar  kejiwaan.sementara psikologi islam mendekatinya dengan
pendekatan akal dan keimanan sekaligus.
  Kajian psikologi islam selanjutnya menyebutkan ciri-ciri psikologi islam sebagai berikut:
1)             Psikologi islam merupakan salah satu dari kajian masalah- masalah ke islaman.
2)             Psikologi islam membicarakan aspek-aspek dan prilaku kejiawaan manusia.
3)             Psikologi islam bukan netral etik, malainkan sarat dengan nilai.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Islam dan barat memiliki pandangan yang berbeda mengenai pendidikan yang mereka terapkan.
Bila islam memiliki al-qur’an, Sunnah dan ijtihad-nya para ulama sebagai konsep
pendidikannya, maka barat akan menerapkan konsep yang jauh berbeda dengan islam. Mereka
akan menerapkan banyak paham dalam bidang pendidikan mereka, seperti rasionlisme,
kapitalisme, feminisme, liberalisme, atheisme, dan masih banyak isme lainnya yang mereka
terapkan, dan berkembang pesat di barat. Tentu saja, hal ini amat sangat bertolak belakang
dengan agama islam. Dan hasil dari keduanya pun juga jauh berbeda.

  Islam sebagai agama yang di wahyukan tuhan memiliki perhatin yang amat besar terhadap
manusia. Berbagi aspek tentang ajaran islam melalui dari visi, misi, tujuan,ruang lingkup nya,
serta sasarannya adalah manusia.
PERBEDAAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN ISLAM
DENGAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN BARAT

DISUSUN OLEH :

INTIHAN

STIT PALAPA NUSANTARA

TAHUN AJARAN 2020/2021


DAFTAR PUSTAKA

Isma’il SM. 2008. Strategi Pembelajaran Islam Berbasis PAIKEM: Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Semarang: Rasail.

Muhaimin. 2006. Nuansa Baru Pendidikan Islam: Mengurai benang kusut dunia pendidikan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Al-Ghazali, Muhammad. 1995. Akhlak Seorang Muslim. Bandung: PT. Al Maarif

Anda mungkin juga menyukai