Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU PENYAKIT TUMBUHAN


PENULARAN VIRUS

Oleh :
Nama : Isna Ummul Marifah
NIM : 13504020111194
Kelompok : B2
Asisten : Luthfiyyah Khairunnisa

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Produktivitas tanaman cabai (Capsicum annum L.) di Indonesia masih
sangat rendah, karena banyak faktor yang mempengaruhi. Salah satu
pembatas produktivitas cabai adalah infeksi oleh virus. Jenis virus yang
dilaporkan dapat menginfeksi tanaman cabai di Indonesia, diantaranya
adalah Cucumbar Mozaic Virus (CMV) (Semanagun, 1991).
Hasil Survei lapang yang dilakukan oleh Taufik et al. (2005a)
membuktikan bahwa CMV dan ChiVMV memiliki daerah penyebaran yang
cukup luas di Indonesia. Kedua virus tersebut selalu ditemukan pada setiap
pertanaman cabai yang diamati walaupun proporsi kejadian penyakitnya
berbeda untuk setiap tempat. Adanya infeksi ganda oleh CMV dan ChiVMV
juga ditemukan dalam pengamatan. Selanjutnya dilaporkan bahwa infeksi
CMV secara tunggal maupun secraa bersama-sama pada tanaman dan
perkembangan cabang tanaman.
Penularan virus dapat dilakukan secara mekanis. Inokulasi virus secara
mekanis adalah pengolesan cairan yang mengandung virus pada permukaan
daun demikian rupa sehingga virus dapat masuk ke dalam sel. Karena virus
hanya dapat masuk ke sel tanaman melalui luka, maka digunakan
carborundum untuk menimbulkan luka pada permukaan daun. Penusukan
dengan jarus dapat menimbulkan kerusakan pada tempat masuk virus tetapi
kadang- kadang hanya berguna untuk identifikasi jenis jenis virus tertentu.
Pada tanaman yang rentan, lesion local dapat terlihat pada daun yang
diinokulasi, sedangkan gejala sistemik dapat terjadi pada bagian tumbuhan
lain. Pada tanaman, jika terjadi infeksi laten maka tidak ada gejala yang
tampak.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui proses penularan virus secara mekanis
Untuk mengatahui gejala Cucumbar Mosaic Virus (CMW) pada tanaman
cabai
Untuk mengetahui jenis tanaman inang CMV
1.3 Manfaat
Dapat mengetahui proses penularan virus secara mekanis
Dapat mengatahui gejala Cucumbar Mosaic Virus (CMW) pada tanaman
cabai
Dapat mengetahui jenis tanaman inang CMV
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Macam- macam Teknik Penularan Virus


1) Penularan melalui cantuman (sambung)
Terjadi karena virus bersifat sistemik, sehingga persatuan pembuluh
antara batang bawah dan batang atas memberikan kesempatan bagi
virus untuk berpindah melalui aliran asimilat yang mengalir dalam
pembuluh.
2) Penularan dengan tali putri (Cuscuta)
Beberapa jenis tali putri khususnya C. campetris dan C. subinclosa
mampu menularkan virus. Cuscuta adalah tumbuhan parasite yang tidak
memiliki klorofil dengan batang yang memiliki haustoria yang masuk
kedalam berkas pembuluh inang.
3) Penularan melalui alat perkembangbiakan vegetatif
Seperti umbi lapis, umbi sisik, akar, tunas okulasi, dan kayu
berkuncup. Hal ini juga didasari oleh sifat penyakit yang disebbakan oleh
virus yang sistemik.
4) Penularan melalui biji dan serbuk sari
Awalnya biji dianggap sebagai bagian yang bebas dari virus
walaupun tanaman tersebut sakit karena virus. Namun perkembangan
teknologi mematahkan hal tersebut. Penularan ini melalui perantara
serangga atau tungau, penularan ini dipengaruhi oleh jenis mulut
serangga. Pencucuk penghisap lebih efektif dalam menularkan virus.
5) Penularan melalui organisme tanah
Seperti nematode ekoparasit yang hidup bebas. Penularan oleh
nematode hampir memiliki kesamaan dengan penularan melalui
serangga. Tahun 1960 penularan oleh jamur diketahui dapat terjadi.
Penularan oleh Phycomycetes melalui zoospore.
6) Penularan mekanik
Penularan mekanik merupakan pemindahan virus dari cairan
tumbuhan sakit ke tumbuhan sehat.
7) Penularan melalui vektor
Vektor merupakan penyebar virus tumbuhan yang penting
dilapangan. Sebagian besar virus tumbuhan menyebar dari tanaman satu
ke tanaman lain melalui vektor
(Semangun, 2006)

2.2 Penularan Virus secara Mekanik


Plasma sel yang telah mengandung virus dapat ditransfer ke tanaman
yang sehat melalui pisau atau gunting, pemangkasan, pisau okulasi maupun
melalui jari- jari manusia yang telah kontak dengan daun tanaman yang sakit,
kemudian memegang bagian tanaman yang sehat (Ismunandar, 2005)

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan dan Kegagalan


Penularan Virus secara Mekanik
Penyakit yang disebabkan oleh virus banyak terjadi pada musim
kemarau atau pertanaman dimusim hujan tetapi pembibitan dilakukan pada
musim kemarau, karena populasi vektor berpeluang berkembang dengan
baik dan suhunya sesuai dengan perkembangan virus. Untuk virus yang
ditularkan oleh kutu kebul, populasi serangga dewasa yang tidak terlalu tinggi
sudah cukup untuk menularkan, karena sangat aktif geraknya. Selain itu,
faktor konsentrasi virus, ada tidaknya antiviral dalam SAP (Sari Air Perasan),
perlakuan inokulum, pemakaian abrasive, dan kepekaan sel terhadap infeksi
virus (Martosudiro, 2013).

2.4 Deskripsi Cucumbar Mozaik Virus (CMV)


CMV termasuk dalam kelompok Cucumovirus, bersama-sama dengan
Peanut stunt virus (PStV) dan Cabaio aspermy virus (CAV) (Palukaitis et al.,
1997). CMV mempunyai tiga RNA genom beruntai tunggal (RNA 1, 2, 3), satu
RNA subgenom (RNA 4). Masing-masing RNA ini mempunyai fungsi genomik
yang berbeda (Kaper dan Waterwoth 2001). Virus ini mempunyai kisaran
inang terluas di antara virus tanaman yang diketahui saat ini, dilaporkan
dapat menginfeksi lebih dari 800 spesies tumbuhan, dapat menyebabkan
kerugian besar pada berbagai jenis tanaman (Palukaitis et al., 1997). Lebih
dari 60 isolat CMV sudah diketahui sifat-sifatnya (Kaper dan Waterwoth
2001). Berdasarkan beberapa kriteria, isolat CMV dibagi menjadi subgroup I
dan II. Wang et al., (1998) membaginya berdasarkan bobot RNA 1 dan RNA
2, Edward dan Gonsalves (1999) berdasarkan peptide mapping dari protein
mantel (coat protein), dan Piazolla et al. (2000) dengan menggunakan
hibridisasi RNA. cDNA probe yang dikembangkan oleh Owen dan Palukaitis
(1998), Wahyuni dan Francki, (1996) juga berhasil membedakan isolat CMV
subgroup I dari isolat subgroup II.
Serangan CMV pada cabai dapat menyebabkan berbagai perubahan
pada daun seperti perubahan warna (mosaik/mosaic atau belang/mottle);
perubahan bentuk (menggulung, deformasi, menyempit, mengkerut atau
berubah seperti tali sepatu/shoestring, berukuran lebih kecil); dan mengalami
nekrosis (membentuk cincin-cincin nekrotik). Gejala pada batang adalah
batang mengalami stunt (kerdil). Sedangkan pada buah adalah buah akan
mengalami distorsi, diskolorasi, deformasi, sunken areas, black spot, bercak
dan cincin-cincin nekrotik, serta buah bengkok. Pada tanaman cabai, CMV
dapat menyebabkan gejala mosaik yang parah pada daun. Pada daun yang
lebih tua akan tampak gejala nekrotik cincin, buah akan mengalami
malformasi, serta terdapat bercak atau cincin berwarna kuning di tengah,
pada buah dari tanaman yang terserang CMV (Gallitelli, 1998).
Penyebaran CMV dapat dilakukan oleh lebih dari 60 spesies aphid,
khususnya oleh Aphis gossypii dan Myzus persicae secara non-persisten.
Virus ini bisa ditularkan hanya dalam waktu 5-10 detik dan ditranslokasikan
dalam waktu kurang dari satu menit. Kemampuan CMV untuk
ditranslokasikan menurun kirakira setelah 2 menit dan biasanya hilang dalam
2 jam. Selain itu, beberapa isolat dapat kehilangan kemampuannya untuk
ditularkan oleh spesies kutudaun tertentu tapi tetap dapat ditularkan oleh
spesies kutudaun yang lain. Berbagai spesies gulma dapat menjadi inang
CMV, oleh karenanya dapat menjadi sumber virus bagi tanaman budidaya
lain (Khetarpal et al., 1998). Pada daerah subtropis CMV dapat melewati
musim dingin dan bertahan pada gulma-gulma tahunan (Agrios, 2005).

2.5 Jenis Tanaman Inang CMV


CMV dapat menyerang pada tanaman sayuran, ornamental dan
buahbuahan dan mempunyai lebih dari 800 spesies tanaman inang seperti
tanaman ketimun, melon, labu, cabai, bayam, tomat, seledri, bit, polong-
polongan, pisang, tanaman family crucifereae, delphinium, gladiol, lili,
petunia, tulip, zinnia, termasuk beberapa gulma yang tumbuh di sekitar
pertanaman inang utama (Palukaitis et al., 1992 dalam Ong, 1995). Beberapa
jenis gulma yang dapat menjadi inang CMV antara lain Datura stramonium,
Datura metal, Triathema pentandra, Portulaca oleracea, serta Cyperus
rotundus (Iqbal et al, 2011).
Menurut Harris dan Maramorosch (1982), tidak setiap tanaman inang
berpotensi menjadi sumber inokulum bagi tanaman lain. Faktor yang
mempengaruhi adalah hubungan antara vektor dengan tanaman dan ada
tidaknya antiviral pada tanaman yang berperan sebagai sumber inokulum
(Smith, 1972). CMV mempunyai kisaran inang yang sangat luas, terdapat
pada tanaman sayuran, ornamental, dan buah buahan (Agrios, 1978)
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


a. Alat
Kain kassa steril : Untuk menyaring sari air perasan
Mortar dan penumbuknya: Untuk menumbuk daun
Kapas atau tissue : Untuk menyaring sari air perasan
Gunting atau pisau : Untuk menggunting daun

b. Bahan
Tanaman cabai yang terserang Cucumber Mosaic Virus
Tanaman cabai dalam pot yang berumur 2-3 minggu untuk diinokulasi

Buffer fosfat 0,01 M pH 7,0 untuk melindungi sel agar tidak terlisis dan
penyangga pH
Karborundum 600 mesh untuk melukai jaringan tanaman

Alkohol 95% untuk sterilisasi tangan

3.2 Cara Kerja


Menyiapkan alat dan bahan

Buat SAP (Sari Air Perasan) tanaman sakit sebagai inokulum dengan cara :
Mengambil daun tanaman cabai sakit kurang lebih 5 g dengan
meninggalkan tulang daunnya dan dibersihkan
Memasukkan dalam mortar dan tumbuk sampai halus
Menambahkan 10 ml buffer fosfat 0,01 M pH 7,0
Melumatkan lagi dengan menggunakan penumbuk
Setelah halus, saring sap yang diperoleh dengan menggunakan kain
kassa steril

Menyiapkan tanaman cabai dalam pot yang berumur 2-3 minggu


Menaburi permukaan atas daun (2-3 daun tiap tanaman) dengan menggunakan
sedikit karborundum 600 mesh

Mengusap permukaan daun yang telah diberi karborundum

Memasukkan jari telunjuk ke dalam inokulum virus dan mengusapkan kembali ke


permukaan daun yang telah dilukai

Membiarkan sejenak, sebelum daun kering bilas permukaan daun dengan


tetesan air. Tetesan air dapat digunakan kapas yang dicelupkan dalam air

Meletakkan tanaman cabai yang telah diinokulasi pada tempat yang terdedah
sinar matahari. Amati gejala yang muncul tiap hari sampai 3 minggu

Mengamati gejala yang muncul dan penyimpangan-penyimpangan lainnya

3.3 Analisis Perlakuan


Langkah pertama menyiapkan alat dan bahan lalu membuat SAP (Sari
Air Perasan) tanaman sakit sebagai inokulum dengan cara sebagai berikut:
Membersihkan tangan dengan alkohol 96%
Mengambil daun tanaman cabai sakit kurang lebih 5 g dengan
meninggalkan tulang daunnya.
Membersihkan dari kotoran yang mungkin melekat dengan kapas atau
tissu
Memasukkan dalam mortar dan tumbuk sampai halus
Menambahkan 10 ml buffer fosfat 0,01 M pH 7,0 (apabila sumber
inokulum dari inokulum dari tanaman yang mengandung inhibitor atau
antiviral, bisa ditambahkan karbonaktif)
Melumatkan lagi dengan menggunakan penumbuk
Setelah halus, saring sap yang diperoleh dengan menggunakan kain
kassa steril
Kemudian menyiapkan tanaman cabai dalam pot yang berumur 2-3
minggu (min terdapat 4 helai daun). Menaburi permukaan atas daun (2-3
daun tiap tanaman) dengan menggunakan sedikit karborundum 600 mesh
untuk melukai jaringan tanaman. Mengusap permukaan daun yang telah
diberi karborundum, dengan perlahan-lahan dengan menggunakan jari-jari
tangan kanan menahan lembaran daun dari permukaan bawah. Perkiraan
epidermis daun telah terkelupas atau trichoma daun telah patah. Ini penting
untuk infeksi, usapan yang terlalu keras akan membuat luka terlalu besar
sehingga menyebabkan sel mati (nekrotik). Memasukkan jari telunjuk ke
dalam inokulum virus dan mengusapkan kembali ke permukaan daun yang
telah dilukai.
Kemudian membiarkan sejenak, sebelum daun kering bilas permukaan
daun dengan tetesan air. Tetesan air dapat digunakan kapas atau tissu basah
yang dicelupkan dalam air. Selanjutnya meletakkan tanaman cabai yang
telah diinokulasi pada tempat yang terdedah sinar matahari. Amati gejala
yang muncul tiap hari sampai 3 minggu. Mengamati gejala yang muncul
dan penyimpangan-penyimpangan lainnya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Jenis Tanaman Inang sebagai Sumber Inokulum CMV


Tanaman inang yang digunakan sebagai sumber inokulum virus
Cucumbar mosaic virus adalah daun tanaman cabai yang masih segar, dan
terdeteksi terinfeksi virus Cucumbar mosaic virus. Gejala awal serangan
ditandai dengan adanya warna mozaik kuning atau hijau muda mencolok
pada daun. Kelanjutannya pucuk menumpuk keriting diikuti dengan bentuk
helaian daun menyempit atau cekung., buah kecil, bengkok dan ringan.
Secara keseluruhan tanaman tumbuh tidak normal, menjadi lebih kerdil
dibandingkan dengan tanaman sehat. Digunakan tanaman cabai karena
CMV pada umumnya dapat menyerang hampir banyak tanaman. Tanaman
yang digunakan sebelumnya dilihat terlebih dahulu gejala infeksi dari CMV,
apabila gejala yang ditimbulkan sama seperti yang ditimbulkan CMV,
tanaman cabai dipastikang terserang CMV dan dapat digunakan sebagai
sumber inokulum CMV (Noordam, 1973).

4.2 Deskripsi Jenis Tanaman Uji


Tanaman uji yang digunakan adalah tanaman cabai yang sehat dengan
umur 2-3 minggu. Tanaman cabai yang sehat ini untuk selanjutnya diinokulasi
dengan CMV. Tanaman cabai dapat digunakan sebagai tanaman uji untuk
diinokulasikan CMV. Tentunya tanaman cabai yang digunakan sebagai
tanaman uji harus sehat dan belum terserang virus lainnya. Tanaman cabai
dipilih karena merupakan salah satu tanaman inang untuk penyakit CMV.
Tanaman yang sering menjadi inang dari CMV adalah tembakau, tomat,
cabai, mentimun, terong, buncis, kacang tunggak, dan kacang panjang
(Suhara dan Supriyono, 2006)

4.3 Masa Inkubasi CMV pada Tanaman Cabai yang Diinokusi


Dalam praktikum yang dilakukan, inkubasi CMV selama 7 hari setelah
inokulasi. Setelah itu sudah terlihat gejala yang ditimbulkan. Hal ini sesuai
dengan literature, Nurhayati (1996) dimana masa inkubasi CMV pada
tanaman cabai merah besar berkisar 7 hari setelah inokulasi.

4.4 Deskripsi Gejala CMV pada Tanaman Cabai


4.5 Keberhasilan dan Kegagalan Penularan secara Mekanik CMV pada
Tanaman Cabai

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
Agrios, G. N., 1978. Plant Patholgy. Second Editoin. Academic Press. New York.
Pp. 466-470.
Iqbal, S., M. Ashfaq, and H. Shah. 2011. Biological Characterization of Pakistani
Isolates of Cucumber Mosaic Cucumovirus (CMV). Department of Plant
Pathology, PMAS- Arid Agriculture University, Rawalpindi, Pakistan.
Smith, K.M. 1972. A Textbook of Plant Virus Disease Third Edition. Longman
Group Limited. London. Hlm 230-252.
Harrys, K.F., Maramorosch, L. 1982. Pathogens, Vectors, and Plant Diseases,
Approaches to Control. Academic Press. New York. London. 310 hlm.
Ong C.A. 1995. Symptomatic variants of CVMV in Malaysia. Proceeding of the
AVNET II Midterm Workshop 21-25 Februari 1995. Philippines.
Gallitelli. D. 1998. Present status of controlling Cucumber mosaic virus (CMV). In:
Hadidi A, Khetarpal RK, Koganezawa H (eds.) Plant Virus Disease
Control. APS Press. pp: 507-523.
Kaper, J. M., H. E. Waterworth. 2001. Cucumoviruses. In: E. Kurstak (ed.)
Handbook of Plant Virus Infections: Comparative Diagnosis.
Elsevier/North Holland Biomedical Press. pp: 257-332.
Palukaitis, P., M. J. Roossinck, R. G. Dietzgen, R. I. B. Francki. 1997. Cucumber
mosaic virus. Adv. Virus Res. 41: 281-348.
Piazolla, P., J. R. Diaz-Ruiz, J. M. Kaper. 2000. Nucleic acid homologies of
eighteen Cucumber mosaic virus isolates determined by competition
hybridization. J. Gen. Virol. 45: 361-369.
Owen, J., P. Palukaitis. 1998. Characterization of Cucumber mosaic virus. I.
Molecular heterogeneity mapping of RNA 3 in eight CMV strains. Virology
166: 495-502
Edwards, M. C., D. Gonsalves. 1999. Gouping seven biologically defined isolates
of Cucumber mosaic virus (CMV) by peptide mapping. Phytopathology
73: 1117-1120.
Khetarpal, R. K., B. Maisonneuve, Y. Maury, B. Chalhouh, Dinant, H. Lecoq, A.
Varma. 1998. Breeding for resistance to plant viruses. In: Hadidi A,
Khetarpal RK, Koganezawa H (eds.) Plant Virus Disease Control. APS
Press. pp: 14-32.

Anda mungkin juga menyukai