1) Perubahan organisasi dan tata kerja bagi Satker PPK BLU di lingkungan Pemerintah Pusat
dapat dilakukan berdasarkan analisis organisasi sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan.
2) Perubahan tersebut dapat meliputi penyempurnaan tugas, fungsi, struktur organisasi dan tata
kerja, dan atau eselon jabatan.
3) Usulan perubahan harus dilengkapi dengan naskah akademik.
4) Perubahan organisasi dan tata kerja Satker PPK BLU di lingkungan Pemerintah Pusat
ditetapkan oleh Menteri/ Pimpinan Lembaga setelah mendapat persetujuan tertulis dari Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.
2. a. Sesuai dengan ketentuan umum PP 23/2005, PPK BLU tersedia untuk diterapkan oleh
setiap instansi Pemerintah yang menyelenggarakan kegiatan yang bersifat operasional
yang dapat berasal dan berkedudukan pada berbagai jenjang eselon (struktural) atau
non eselon (non struktural).
b. Sebagian besar Satker PPK BLU berbentuk struktural, misal: Universitas Negeri
Jakarta (Eselon I), dan Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo
(Eselon II). Namun demikian terdapat juga Satker PPK BLU berbentuk non struktural,
misal: Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) dan Lembaga Layanan Pemasaran
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (LLP KUKM) dibawah Kementerian Koperasi
dan UKM, Pusat Pengelola Kawasan Gelanggang Olahraga Bung Karno (PPK GBK) dan
Pusat Pengelola Kawasan Kemayoran (PPKK) di bawah Sekretariat Negara.
Apa yang harus dilakukan setelah ditetapkan statusnya menjadi BLU?
Jawaban :
Satker pengguna PNBP yang berubah status menjadi satker BLU harus melakukan
langkah-langkah awal sebagai berikut:
a. Menyetorkan seluruh PNBP yang diterimanya sebelum ditetapkan sebagai satker yang
menerapkan pola pengelolaan keuangan BLU ke kas negara untuk kemudian ditarik
kembali menggunakan mekanisme penggunaan PNBP.
b. Menyusun RBA, karena RBA merupakan pedoman kegiatan satker BLU.
c. Merevisi DIPA, ketika masih sebagai satker pengguna PNBP maka DIPA yang dimilki
satker adalah DIPA sebagaimana satker lainnya. Namun ketika sudah berubah menjadi
satker BLU maka DIPA yang ada harus direvisi menjadi DIPA BLU. Perbedaan
mencolok antara DIPA biasa dan DIPA BLU selain munculnya akun BLU juga pada
halaman pengesahan terdapat saldo awal dan saldo akhir.
d. Dalam masa awal (transisi) tentunya belum ada saldo kas karena seluruh PNBP telah disetor ke kas
negara. Pada periode berikutnya kalau memang pendapatan BLU tidak seluruhnya dibelanjakan,
maka akan ada saldo awal yang dapat digunakan pada tahun anggaran berikutnya.
Satker BLU tetap merupakan bagian dari Kementerian Negara/ Lembaga sehingga RBA satker BLU
adalah bagian yang tak terpisahkan dari RKA K/L. Oleh karena itu, satker BLU pada dasarnya tetap terikat
dengan aturan SBU dalam melakukan pembayaran baik yang bersumber dari rupiah murni maupun
penerimaan BLU. Namun demikian, satker BLU dapat mempergunakan standar biaya lain melalui:
Jawaban :
1. Ketepatan waktu penyampaian :
Disampaikan kepada Menteri Keuangan (DJA dan DJPB) paling lambat 7 hari kerja
setelah tahun sebelumnya berakhir.
2. Kelengkapan :
a. Ditandatangani oleh Pimpinan BLU;
b. Diketahui oleh Dewan Pengawas atau pejabat yang ditunjuk menteri/pimpinan
lembaga jika BLU tidak mempunyai Dewan Pengawas;
c. Disetujui oleh menteri/pimpinan lembaga;
d. Format mengikuti Perdirjen Perbendaharaan nomor : 20/ PB/2012 yang mencakup antara lain
ringkasan eksekutif, masing-masing bab dan subbabnya, serta penyajian tabel-tabel.
(a) angka mana yang digunakan satker untuk melaporkan saldo Kas di BLU di Laporan Keuangan?
(b) apabila kita (KPPN) boleh melakukan koreksi, bagaimana mekanisme/ cara melakukan memo
penyesuaian selisih tersebut ?
(c) Pada seksi manakah memo penyesuaian dilakukan ? apakah dilakukan pada seksi bendum dan
seksi vera ?
(d) apa dasar pelaksanaannya ?
Jawaban :
Apabila setelah ditelusuri penyebab terjadinya selisih adalah adanya akumulasi digit di belakang koma,
sehingga menyebabkan saldo kas BLU pada neraca KPPN (SAU) lebih kecil/kurang dari saldo menurut
rekening satker BLU (SAI) maka:
a. Angka yang dilaporkan sebagai saldo kas BLU di laporan keuangan adalah angka sampai dengan
rupiah terkecil, tidak termasuk angka dibelakang koma.
Untuk itu perlu dilakukan penyesuaian terhadap saldo kas BLU pada neraca KPPN (SAU) dengan
mekanisme Memo Penyesuaian (MP).
Prosedur pengajuan MP adalah petugas akuntansi satker BLU membuat MP dengan format
sesuai Perdirjen nomor: PER-67/PB/2007 yang ditandatangani oleh pemimpin BLU dan diajukan
ke KPPN dengan dilampiri:
1) Surat Pernyataan Tanggung Jawab (SPTJ) saldo awal.
2) Berita Acara Rekonsiliasi Kas
3) Rekening Koran per 31 Desember tahun anggaran yang lalu.
b. aspek layanan yang terdiri dari kualitas layanan, dan mutu dan manfaat kepada
masyarakat.
Bagaimana pencatatan dana bergulir dalam akuntansi
Jawaban :
BLU merupakan satuan kerja dari kementerian negara/lembaga (K/L) induknya. Dalam menyusun
laporan keuangan, satker BLU menggunakan dua standar akuntansi yaitu Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Laporan keuangan BLU berdasar
SAP dikonsolidasikan dengan laporan keuangan kementerian negara/lembaga (K/L) induknya.
Sedangkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) merupakan kompilasi dari laporan
keuangan seluruh kementerian negara/lembaga (K/L). Dari sini terlihat bahwa laporan keuangan
BLU berada pada sisi yang sama dengan laporan keuangan pemerintah.
2. Berkenaan dengan pertanyaan diatas, untuk dana bergulir, baik satker BLU maupun pemerintah
mencatatnya sebagai Investasi Jangka Panjang Non Permanen. Mengingat pencatatan
menggunakan sistem double entry, Ekuitas Dana Investasi (modal) juga bertambah sebesar
investasi yang dilakukan tadi, sehingga secara keseluruhan jumlah aset dan ekuitas dana yang
ada meningkat proporsional. Untuk lebih jelasnya kami sarankan agar Saudari membaca
Peraturan Menteri Keuangan No. 99/PMK.05/2008 jo. PMK No. 218/PMK.05/2009 tentang
Pedoman Pengelolaan Dana Bergulir pada Kementerian Negara/Lembaga dan Buletin Teknis
(Bultek) Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) no. 07 tentang Akuntansi Dana Bergulir yang
disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP).
Selain itu, dalam PMK tersebut juga diatur bahwa kebijakan pembatasan pembayaran honor
dikecualikan untuk honor bagi pejabat perbendaharaan (KPA,PPK,PPSPM, dan Bendahara)
Kami adalah pegawai pns BLU,remunerasi yang diberikan satker kami sangat kecil sekali
, jauh dibawah tunjangan kinerja grade terendah. apakah ini yang dimaksud asas
keadilan dan proposionalitas ?
Jawaban :
Remunerasi dihitung berdasarkan :
a) Asas proporsionalitas yakni dengan memeprtimbangkan ukuran (size) dan jumlah
aset yang dikelola BLU serta dilihat berdasarkan kemampuan di dalam menghasilkan
penerimaan PNBP BLU setiap tahun;
b) Asas kesetaraan yakni dengan membandingkan industri pelayanan sejenis;
c) Asas kepatutan yakni dengan melakukan penilaian antar jabatan yang memenuhi
kriteria kepatutan dari masing-masing personal; dan
d) Asas kinerja operasional Badan Layanan Umum dengan mempertimbangkan
indikator keuangan pelayanan dan mutu bagi masyarakat;
e) Asas keadilan yakni bahwa remunerasi disusun berdasarkan proses analisa dan
evaluasi jabatan, hasil evaluasi jabatan akan mencerminkan tingkat tanggung jawab
dan resiko jabatan, semakin besar dan/atau tinggi resiko yang linier dengan semakin
besar/tinggi nilai jabatan yang dipresentasikan dengan harga jabatan/remunerasi.
Apakah pegawai BLU yang berstatus PNS masih mendapatkan remunerasi dari
pemerintah ?
Jawaban :
Sesuai dengan pasal 36 PP 23 tahun 2005, kepada Pejabat Pengelola (Pemimpin BLU. Pejabat Teknis
dan Pejabat Keuangan), Dewas dan Pegawai BLU (baik PNS maupun non PNS profesional) dapat
dibayarkan remunerasi berdasarkan tingkat tanggung jawab dan tuntutan profesionalismenya.
Remunerasi ini bersumber dari PNBP satker BLU yang bersangkutan.
Remunerasi yang diterima bagi pegawai PNS, adalah selisih dari besaran remunerasi setelah
dikurangi RM (sbg PNS) sebagai contoh: Fulan, pegawai RS BLU A, atas jabatannya di satker BLU
diberikan remunerasi sebesar Rp.7.000.000. Bila sebagai PNS telah dibayarkan gaji (RM)
Rp.2.000.000, maka remunerasi yang dibayarkan dari PNBP adalah sebesar Rp.7.000.000,- (-)
Rp.2.000.000,- = Rp.5.000.000,-
Dalam hal Kementerian Kesehatan telah membayarkan tunjangan kinerja (bersumber dari RM), maka
Fulan tidak boleh menerima double/duplikasi
Bisakah belanja kegiatan tahun kemarin dibayar pada tahun berikutnya dengan memasukkan kegiatan
tersebut dalam POK tahun berikutnya, dasar hukumnya apa ? mohon penjelasannya
Jawaban :
Pada prinsipnya, belanja untuk kegiatan tahun yang lalu harus dibayar pada tahun yang lalu melalui
DIPA tahun berkenaan.
Pertanyaan tidak menyebutkan jenis kegiatan yang akan dibayar pada tahun berikutnya tersebut. Oleh
karena itu, penyelesaiannya harus dilihat dulu jenis kegiatannya dan akan diselesaikan kasus per
kasus.
Apabila belanja tersebut merupakan tunggakan yang sifatnya untuk belanja operasional (misalnya
untuk membayar listrik, membeli obat, dll), dapat dibayar langsung tanpa melalui revisi DIPA sepanjang
kegiatan tersebut juga dialokasikan dalam DIPA tahun berikutnya.
Sedangkan apabila belanja tersebut merupakan tunggakan yang sifatnya untuk belanja modal
(misalnya untuk membangun gedung), saran penyelesaiannya akan dilihat kasus per kasus setelah
satker BLU menyampaikannya melalui surat ke Dit. PPK BLU.
2. Pertanyaan :
Ada kegiatan tahun yang lalu masih belum terbayarkan, bisakah kegiatan ini dibayarkan tahun
berjalan untuk satker BLU?
Jawaban :
Pada prinsipnya pembayaran tunggakan tahun yang lalu dapat dilakukan pada tahun anggaran berjalan
dengan melakukan perubahan atau pergeseran rincian belanja/anggaran. Apabila sumber dana kegiatan
dimaksud berasal dari RM APBN, maka perubahan atau pergeseran rincian belanja agar mengacu pada
Perdirjen Perbendaharaan tentang Tata Cara Revisi DIPA. Sedangkan apabila sumber dana untuk
membiayai tunggakan dimaksud berasal dari PNBP/Pendapatan BLU, maka agar merujuk pada Perdirjen
Perbendaharaan nomor PER-55/PB/2011 tentang Tata Cara Revisi RBA Denitif dan Revisi DIPA BLU.
Untuk lebih jelasnya, kami sarankan Saudara dapat berkonsultasi langsung dengan Kanwil DJPBN
setempat.
Sedangkan apabila sumber dana untuk membiayai tunggakan dimaksud berasal dari PNBP/Pendapatan
BLU, maka agar merujuk pada Perdirjen Perbendaharaan nomor PER-55/PB/2011 tentang Tata Cara
Revisi RBA Denitif dan Revisi DIPA BLU.
Untuk lebih jelasnya, kami sarankan Saudara dapat berkonsultasi langsung dengan Kanwil DJPBN
setempat.
apakah instansi yng menjalankan sistem remunerasi BLU (dana yang digunakan bersumber
dari BLU) boleh membayarkan honor pengelola keuangan? Dan siapa saja yang termasuk
sebagai pengelola keuangan? Mohon tanggapan dari Bpk/Ibu terima kasih sebelumnya
Jawaban :
Setelah ditetapkan Remunerasi berarti tidak ada lagi duplikasi pembayaran dengan uraian
tupoksi yang sama.
Bagi Badan Layanan Umum (BLU) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun
2005 yang telah ditetapkan remunerasi oleh Kementerian Keuangan melalui Keputusan
Menteri Keuangan (KMK), maka :
1. Remunerasi diberikan berdasarkan tingkat tanggung jawab dan tuntutan profesionalisme
yang diperlukan;
2. Terhadap pekerjaan yang tidak melekat pada jabatan tertentu (dapat dialihkan), seyogyanya
tidak dilakukan proses evaluasi/pembobotan jabatan;
3. Proses pembobotan suatu jabatan, apabila belum memasukkan pekerjaan tambahan (yang
tidak melekat pada jabatan) maka dapat dibayarkan honornya sesuai ketentuan;
4. Apabila di dalam melakukan evaluasi/pembobotan jabatan telah memasukkan pekerjaan
tambahan (yang tidak melekat pada jabatan : Pejabat Perbendaharaan/Pengelola Keuangan)
maka, kepada pegawai tersebut tidak diperkenankan untuk dibayarkan honor atas tambahan
Pekerjaan tersebut;
Jika perihal mengenai tupoksi pengelolaan keuangan sudah masuk ke dalam uraian
tanggung jawab kegiatan serta tuntutan profesionalisme yang disebutkan dan
diperhitungkan di dalam evaluasi jabatan remunerasi, maka honor atas pengelolaan
keuangan tidak dapat dibayarkan.
Tetapi jika perihal tupoksi pengelolaan keuangan tersebut tidak diperhitungkan di dalam
perhitungan evaluasi jabatan, maka BLU masih dapat membayarkan honor pengelolaan
keuangan tersebut.
Disarankan pada Pengelola keuangan khusus Pejabat Perbendaharaan, yakni : Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA), PPSPM, PPK, dan Bendahara Keuangan (yang ber-tanggung
Jawab atas Penerimaan dan Pengeluaran atas beban APBN), tidak dapat dilakukan proses
analisa jabatan dan evaluasi jabatan sehingga masih dapat diberikan honor pengelola
keuangan.
Untuk penjelasan mengenai siapa pengelola keuangan tersebut, dilihat kembali pada uraian
dan analisa jabatan yang diperhitungkan sebagai dasar pembayaran remunerasi yang telah
ditetapkan dalam KMK Remunerasi BLU.
1. Dalam suatu kegiatan lomba, terdapat panitia dan tim penilai yang akan melakukan
penilaian ke lapangan yang menggunakan Surat perjalanan dinas. dapatkah jika panitia
ditugaskan merangkap sebagai tim penilai lomba
Jawaban :
Hal tersebut merupakan kewenangan KPA untuk memutuskan, dengan catatan bahwa
tidak dimungkinkan seseorang melakukan dua tugas dalam satu waktu yang bersamaan.
Apabila tugas kepanitiaan dan tim penilai tidak dilakukan dalam waktu bersamaan,
perangkapan tugas dapat dilakukan, namun demikian uang hariannya dibayarkan hanya
sekali setiap harinya.
apakah staf pengelola keuangan yang berstatus pegawai tidak tetap (PTT) bisa menerima honor
sebagai staf pengelola keuangan?
Jawaban :
Pada PMK No. 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka. Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara, yang disebutkan secara eksplisit harus berstatus
PNS adalah KPA, sedangkan pada PMK No. 162/PMK.05/2013 tentang Kedudukan dan
Tanggung Jawab Bendahara pada Satuan Kerja Pengelola APBN, disebutkan bahwa syarat
pengangkatan bendahara salah satunya adalah pegawai negeri. Selain untuk KPA dan
bendahara, tidak ada pembatasan status pegawai negeri sipil bagi pejabat perbendaharaan
lainnya/staf pengelola. Kepada pegawai tidak tetap dapat saja dibayarkan honorariumnya
sepanjang terdapat dasar pelaksanaannya (SK KPA).
pada tahun 2014 kami mendapat tunjangan kinerja selama 6 bulan, namun ada beberapa satker
karena pagunya tidak cukup jadi hanya melakukan pencairan selama 5 bulan, apakah yang 1 bulan
dapat menggunakan anggaran tahun 2015? kalau bisa apa dasar hukumnya?
apakah uang saku rapat dalam kantor dapat menggunakan narasumber dan moderator? berapa
maksimal JPL yang diberikan? terima kasih sebelumnya
Jawaban :
1. Sesuai Perdirjen Perbendaharaan No. PER-53/PB/2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pembayaran Tunjangan Kinerja Pegawai pada 27 K/L, pada pasal 12 ayat 4 disebutkan
bahwa dalam hal terjadi keterlambatan dalam pembayaran Tunjangan Kinerja, SPM-LS
dapat diajukan ke KPPN untuk beberapa bulan sekaligus. Berdasarkan hal tersebut maka
tunjangan kinerja TA 2014 yang belum dibayarkan dapat dibayarkan menggunakan
anggaran TA 2015 dengan syarat dananya mencukupi dan telah dialokasikan pada DIPA
satker yang bersangkutan.
2. Berdasarkan PMK No. 53 Tahun 2014 tentang SBM TA 2015, honorarium dapat diberikan
kepada narasumber dan moderator dengan ketentuan:
Berasal dari luar lingkup unit eselon I penyelenggara;
Berasal dari lingkup unit eselon I penyelenggara sepanjang peserta yang menjadi sasaran
utama kegiatan berasal dari luar lingkup unit eselon I penyelenggara/masyarakat.
Jika pelaksanaan kegiatan rapat dalam kantor memenuhi persyaratan tersebut diatas maka
kegiatan dimaksud dapat menggunakan narasumber dan moderator.
3. Untuk honorarium narasumber, satuan jam yang digunakan sebagai dasar pembayaran
adalah 60 menit dengan maksimal jam sesuai dengan ketentuan dan kebutuhan.
Sedangkan untuk honorarium moderator, satuan biaya yang digunakan adalah sesuai
dengan jumlah pelaksanaan rapat (dibayarkan per kegiatan).
Apa saja fleksibilitas dalam Pola Pengelolaan Keuangan BLUD (PPK-BLUD)?
Jawab:
Fleksibilitas dalam PPK-BLUD meliputi aktivitas seperti: investasi, pendapatan, utang, kerjasama,
pengadaan barang, pengelolaan barang dan pegawai, remunerasi, dewan pengawas, penetapan
tarif.
Untuk remunerasi diharapkan nantinya BLUD harus lebih berhati-hati, karena untuk SKPD
biasanya di daerah-daerah tertentu terdapat peraturan yang dikeluarkan bupati, jika SKPD sudah
menjadi BLUD, maka harus memilih salah satu, dari bupati atau remunerasi dari rumah sakit.
Adanya peraturan fleksibilitas, tidak berarti menjadi benar-benar bebas, masing-masing tetap
membuat rule atau regulasi, karena regulasi itulah yang nantinya memayungi pimpinan. Bedanya
SKPD dengan BLUD ketika dalam hal belanja SKPD adalah tidak boleh melampaui anggaran,
sedangkan BLUD fleksibel, ada ambang batas yang ditetapkan dalam Rencana Bisnis Anggaran
(RBA).
1. Persyaratan Teknis: kinerja pelayanan harus bisa ditingkatkan, dan kinerja keuangan
harus sehat.
2. Persyaratan Subtantif: puskesmas sudah memenuhi karena puskesmas merupakan UPT
dan meberikan pelayanan pada masyarakat. Syarat Substantif merupakan syarat dasar
agar Satker dapat menjadi Satker dengan pola pengelolaan keuangan BLUD.
3. Persyaratan Administratif: ada 6 yang harus disajulan diantaranya (1) Menyusun
Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja layanan, keuangan, dan manfaat
bagi masyarakat, (2) Menyusun Rencana Strategi Bisnis (RSB), (3) Menyusun Pola Tata
Kelola, (4) Menyusun Sistem Pengendalian Manajemen, (5) Laporan Keuangan Pokok, (6)
Membuat surat siap diaudit.
7. Dalam masa transisi Satuan Kerja Perangkat Daerah BLUD (SKPD-BLUD) penyusunan
rencana harus sinkron dengan Rencana Bisnis Anggaran (RBA), bagaimana jika ada
keperluan diluar rencana strategis?
Jawab:
Seharusnya di Rencana Strategi Bisnis (RSB) sudah ada beberapa pasal karet (pasal yang samar-
samar).
11. Memiliki Standar Pelayanan Minimal (SPM) digunakan untuk mengukur kinerja
pelayanan, jika tidak ada, apa tolak ukurnya?
Jawab:
Standar Pelayanan Minimal (SPM) sangat berperan karena proses akan mencapai Standar
Pelayanan Minimal (SPM) di Rencana Strategi Bisnis (RSB) harus muncul, nantinya di Rencana
Bisnis Anggaran (RBA) disiapkan anggaran.
13. Kalau kita sudah membuat target selama 5 tahun, 2 tahun berturut-turut tidak tercapai,
atau 2 tahun ada penurunan, bagaimana?
Jawab:
Dalam BLUD, target 1 tahun akan langsung direview, kalau target tidak tercapai, target diturunkan
tapi harus memberi penjelasan.
15. Perencanaan BLUD adalah Rencana Strategi Bisnis (RSB), yang di daerah namanya
RPJM dimana RPJM perlu adanya review. Kalau BLUD bagaimana?
Jawab:
Setiap satu tahun harus ada review dalam BLUD dalam memenuhi Standar Pelayanan Minimal
(SPM). Setelah akhir tahun anggaran selesai harapannya ada review tentang Rencana Strategi
Bisnis (RSB) karena bagaimanapun juga dari sisi target tertentu. Jika di tahun pertama ternyata
target bisa dipenuhi, maka ditahun kedua bisa dipercepat dan begitu pula sebaliknya maka perlu
direview.
16. Tujuan BLUD dalam rangka peningkatan, kalau di Puskesmas adalah capaian Standar
Pelayanan Minimal (SPM). Bagaimana jika terjadi penurunan, karena terkadang capaian
Standar Pelayanan Minimal (SPM) kesehatan dilingkupi faktor yang luas?
Jawab:
Ketika target tidak tercapai, setelah review nanti akan diketahui penyebabnya dan kemudian ada
analisis sehingga harapannya tidak terulang di periode berikutnya.
17. Bicara tentang Rencana Bisnis Anggaran (RBA), jika dana adalah subsidi PEMDA,
apakah harus disusun Rencana Kerja Anggaran (RKA) lagi atau sudah masuk dalam
Rencana Bisnis Anggaran (RBA)?
Jawab:
Ketika kita menyusun Rencana Bisnis Anggaran (RBA), seluruh kebutuhan biaya belanja,
pendapatan (hibah, kerjasama, jasa layanan) yang digunakan untuk peraturan dicatat termasuk
subsidi PEMDA yang berupa dana transfer. Belanja atau pertanggungjawabannya akan berbeda.
Untuk dana pendapatan, ada bendahara yang ditunjuk sendiri dan ada bank pengelola sendiri.
Berdasarkan pengalaman, masih membutuhkan adanya Rencana Kerja Anggaran (RKA), dana
bantuan pun masih butuh Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).