Anda di halaman 1dari 392

Telaah Kurikulum i

NUR INSANA
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah ya Allah atas segala berkah dan rahmat


yang telah engkau anugerahkan, yang telah membuat
imajinasi mengalir deras, berkembang luas dan akhirnya
penulis mampu mengemas sebuah cerita. Keselamatan
semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga
dan para sahabatnya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. M..
Agus Martawijaya, M.Pd selaku dosen pengampu mata
kuliah Telaah Kurikulum Sekolah Menengah, tanpa
bimbingan beliau, penulis tidak mampu menyelesaikan
buku yang berjudul “Perantara” ini dengan baik.
Perjalanan panjang penulis mengarungi perkuliahan
semester lima ini, dalam kesenangan dan kebahagiaan,
dalam kesusahan dan kesedihan, telah menjadikan sebuah
motivasi untuk membuat sebuah buku berkenaan dengan
materi sma yang diberkan ketika mengikuti perkuliahan
Telaah Kurikulum Sekolah Menengah.
Sebuah buku yang ditulis atas dasar kompetensi dasar
dari materi sma yang diberikan kepada penulis pada saat

Telaah Kurikulum ii
mengikuti perkulihan Telaah Kurikulum Sekolah
Menengah, penulis mencoba mengungkapkan dan
memaparkan segala sesuatu yang berkaitan dengan materi
yang saya dapat.
Buku ini ditulis untuk memenuhi tugas matakuliah
Telaah Kurikulum Sekolah Menengah dan juga membagi
pengetahuan mengenai teknologi digital selaku materi
penulis kepada seluruh masyarakat khususnya untuk peserta
didik sma.
Segala koreksi, saran, dan juga kritikan adalah penulis
harapkan, karena penulis menyadari bahwa masih banyak
terdapat kekeliruan dalam buku ini.
Harapan penulis, semoga dengan adanya buku ini bisa
mendatangkan banyak manfaat bagi pembaca.

Makassar, 16 Desember 2017

Penulis

Telaah Kurikulum iii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Makna kompetensi inti 2
A. Makna Kompetensi Inti Spiritual 4
B. Makna Kompetensi Inti Sosial 5
C. Makna Kompetetnsi Inti Pengetahuan 7
D. Makna Kompetensi Inti Keterampilan 10
1.2 Pembelajaran Fisika Kearifan Lokal 11
BAB II PENGUKURAN 16
2.1 Pengertian Pengukuran 17
2.2 Besaran Fisika dan Satuan 19
A. PengertianBesaran dan Satuan 19
B. Mengonversi Satuan Panjang, Massa, dan Waktu 36
C. Sistem Satuan di Luar Sistem Metrik 37
D. Mengonversi Satuan Besaran dan Satuan 39
2.3 Aturan Angka Penting dan Notasi Ilmiah 40
A. Aturan Angka Penting 41
B. Aturan Pembulatan Angka 42
C. Operasi – operasi dalam angka Penting 42
D. Notasi Ilmiah 44
2.4 Ketepatan dan Ketelitian 46

Telaah Kurikulum iv
A. Istilah yang Digunakan dalam Pengukuran 47
BAB 3 DIMENSI KETERAMPILAN 64
3.1 Makna Dimensi Keterampilan 65
3.2 Penerapan Dimensi Keterampilan 67
3.3 Merancang Alat Pengukuran Modern 79
BAB 4 DIMENSI SPIRITUAL 90
4.1 Makna Pengukura dalam Dimensi Spiritual 91
A. Besaran Fisis 92
B. Ketelitian 93
C. Dimensi Ruang dan Waktu 94
BAB 5 DIMENSI SOSIAL 96
5.1 Makna Penfukuran dalam Dimensi Sosial 97
BAB 6 SISTEM SOSIAL 103
6.1 Pengertian Sistem Sosial 104
A. Sistem Sosial 104
B. Sistem Sosial Menurut Ahli 105
6.2 Fungsi Sistem Sosial 111
6.3 Tindakan Sosial 118
BAB 7 PRINSIP REAKSI 129
7.1 Sistem Pembelajaran 130
7.2 Pengertian Prinsip Reaksi 133
7.3 Karakteristik Peserta Didik 134
7.4 Prinsip Belajaran Terkait Proses Belajar 142
7.5 Prinsip Harus Dipegang Teguh Guru 157
7.6 Teori Belajar Piaget 159
Telaah Kurikulum v
7.7 Interaksi Sosial dalam Kelas 161
BAB 8 SINTAKS PEMBELAJARAN 166
8.1 Model Pembelajaran 167
8.2 Jenis – Jenis Sintaks Biasa Digunakan 172
8.3 Sintaks Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal 179
BAB 9 SISTEM PENDUKUNG 201
9.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 202
A. Definisi RPP 202
B. Prinsip, Tujuan, Fungsi, Komponen RPP 202
C. Kegiatan Pembelajaran 208
D. Sumber Belajar 209
E. Penilaian Hasil Belajar 20
9.2 Lembar Kerja Peserta Didik 209
A. Kriteria Penyusunan dan Penulisan LKPD 210
B. Langkah-langkah Penulisan LKPD 213
9.3 Buku GURU 215
A. Kedudukan dan Fungsi Buku Guru 215
B. Struktur Buku Guru 217
9.4 Buku Siswa 220
A. Kedudukan dan Fungsi Buku Siswa 220
BAB 10 SISTEM PENILAIAN 228
10.1 Pengertian sistem Penilaian 229
10.2 Perlunya Standar Penilaian 232
A. Peran Guru 233
B. Peran siswa 238
Telaah Kurikulum vi
C. Peran Sekolah 240
10.3 Siswa menjadi Pembelajaran Lebih Biak 241
10.4 Penilaian dan Motivasi Belajar Siswa 242
A. Penilaian Autentik 242
B. Penilaian Sikap 246
C. Penilaian Keterampilan 175
D. Penilaian Portofolio 250
10.5 Reformasi dalam Penilaian 252
10.6 Alat Penilaian 253
10.7 Menyusun Alat Penilaian Pembelajaran 259
10.8 Tujuan Penilaian Belajar 260
10.9 Jenis – jenis Penilaian Tes Tertulis 268
BAB 11 LAMPIRAN 271
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 172
Lembar Kerja Peserta Didik 320
Buku Guru 329
Buku Siswa 330
Lembar Evaluasi 350
Lembar Penilaian 370
DAFTAR PUSTAKA 385

Telaah Kurikulum vii


BAB 1
PENDAHULUAN

Telaah Kurikulum 8
1.1 MAKNA KOMPETENSI INTI
1

Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan


Nasional Indonesia) menjelaskan tentang pengertian pendidikan
yaitu: Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-
anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah
mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Pendidikan dapat pula diartikan usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan
datang.
Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang
berkwalitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang
luas ke depan untuk mencapai suatu cita-cita yang di harapkan
dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai
lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita
untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan.
Dari beberapa pengertian pendidikan menurut ahli
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan adalah
Bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa
kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya

Telaah Kurikulum 9
dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas
hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.
Kompetensi adalah seperangkat kemampuan yang
menyangkut sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus
dimiliki oleh peserta didik setelah mempelajari suatu muatan
pembelajaran (kompetensi dasar). Perolehan kompetensi dalam
pembelajaran pada umumnya berlangsung secara berurutan.
Namun proses belajar untuk mencapai kompetensi sikap tidak
berlangsung secara eksplisit, tetapi terintegrasi dalam belajar
pengetahuan dan keterampilan yang difasilitasi guru. Bila guru
menghendaki siswa bersikap kritis, maka bahan ajar ketika
mempelajari pengetahun dan keterampilan hendaknya memuat
tugas atau pertanyaan yang melatih siswa agar kritis.
Fenomena yang terjadi pada masa lalu pada
kenyataannya terdapat dikotomi antar mata pelajaran yang saling
lepas dalam tanggungjawab dalam membentuk sikap,
pengetahuan, dan keterampilan peserta didik, akibatnya banyak
lulusan pendidikan dasar dan menengah tidak memiliki standar
kompetensi lulusan yang sesuai dengan amanat tujuan pendidikan
nasional. Kondisi ini disebabkan oleh karena tidak adanya
pengaturan kompetensi yang mengikat (kompetensi inti)
antarjenjang pendidikan pada masing-masing satuan pendidikan.
Dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan suatu
hal dijadikan patokan bagi pendidik maupun lembaga pendidikan
agar tujuan dari pendidikan dapat tercapai.
Telaah Kurikulum 10
A. Makna kompetensi inti spiritual
“Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya”.
Kurikulum 2013 membagi kompetensi sikap
menjadi dua, yaitu sikap spiritual yang terkait dengan
pembentukan peserta didik yang beriman dan bertakwa, dan
sikap sosial yang terkait dengan pembentukan peserta didik
yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung
jawab. Sikap spiritual sebagai perwujudan dari menguatnya
interaksi vertikal dengan Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan
sikap sosial sebagai perwujudan eksistensi kesadaran dalam
upaya mewujudkan harmoni kehidupan.
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang
menyangkut moral yang mampu memberikan pemahaman
yang menyatu untuk membedakan sesuatu yang benar
dengan yang salah (Danah Zohar dalamTaufik Baharuddin,
hal 189).
Materi yang dibahas dalam buku ini yaitu mengenai
pengukuran, jika dikaitkan dengan ayat – ayat suci al-qur’an
maka pengukuran tersebut berkaitan dengan surah al-qomar
ayat 49, al an’am 181-183 yang membahas mengenai
takaran menggunakan alat pengukuran massa, al-araf, serta
surah yunus yang membahas salah satu dari besaran fisis
kecepatan.
B. Makna Kompetensi Sosial
Telaah Kurikulum 11
“Mengembangkan dan mengamalkan perilaku (jujur,
disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan,
gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsive dan pro-
aktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia”.
Dalam kehidupan sehari-hari tentu saja kita tidak
dapat hidup dengan sendiri. Hal ini sesuai dengan
pernyataan bahwa manusia merupakan makhluk sosial.
Saat kita berinteraksi dengan orang lain, secara tidak
sadar hal tersebut menunjukkan bahwa kita memiliki sebuah
kemampuan sosial. Kemampuan sosial juga bermanfaat
sebagai sarana penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitar.
Kemampuan sosial yang dijelaskan di atas lebih
dikenal dengan komptensi sosial. Namun, sayang sekali
banyak pihak yang beranggapan bahwa kemampuan sosial
hanya sekedar digunakan untuk media interaksi saja.
Hal tersebut bisa dikarenakan kurang pahamnya
terhadap pengertian dari kompetensi sosial. Secara umum
kompetensi sosial ialah kemampuan individu untuk
berinteraksi dengan individu lain yang nantinya akan
menghasilkan suatu hubungan komunikasi. Dari pengertian

Telaah Kurikulum 12
di atas, mengundang para ahli untuk memaparkan
pendapatnya mengenai kompetensi sosial, meliputi:
1. Adam berpendapat bahwa kompetensi sosial merupakan
kemampuan yang memiliki hubungan serta dengan tata
cara seseorang untuk memampu menyesuaikan diri dari
lingkungannya.
2. Leahly berpendapat kompetensi sosial merupakan suatu
jenis kemampuan yang dimiliki oleh anak-anak sejak
lahir.
3. Waters mengungkapkan bahwa kompetensi sosial
merupakan ajakan yang ada dalam lingkungan sehari-hari
untuk berinteraksi merespon teman-teman serta
memberikan perhatiannya dengan cara yang khusus.
Berkaitan dengan tujuan yang ada pada perilaku
seorang guru tentu saja kompetensi sosial yang ada pada
kepribadiannya haruslah seimbang. Ia harus mampu
memikul tanggung jawab serta kewenangan yang ada pada
anak didiknya.
Oleh karena itu, ada beberapa kompetensi sosial
yang harus dimiliki oleh guru agar dapat berkomunikasi dan
bergaul secara efektif.
Dalam kehidupan sehari–hari kita sering menemui
berbagai penggunaan pengukuran, besaran fisis, ketelitian
serta kerapatan. Kita sering melihat dibidang ekonomi
dimana penjual akan menentukan ukuran dari benda tersebut
Telaah Kurikulum 13
kemudian menentukan harga pada penjual, serta penggunaan
alat – alat ukur yang sesuai dalam kehidupan sehari – hari
misalnya pengukuran luas tanah, maka orang – orang akan
menggunakan meteran karena tidak bisa mengggunakan
mistar, jangka sorong, serta micrometer secrup.
C. Kompentensi Pengetahuan
“Peserta didik mampu menerapkan prinsip prinsip
pengukuran besaran fisis, menggunakan alat – alat ukur yang
sesuai terhadap objek yang akan diukur, serta mengetahui
cara penulisan angka penting dan mengubah angka yang
memiliki bilangan yang sangat tinggi, banyak menjadi
bilangan notasi ilmiah.
Penilaian pencapaian kompetensi pengetahuan
merupakan bagian dari penilaian pendidikan. Dalam
lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Permendikbud) Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar
Penilaian Pendidikan dijelaskan bahwa penilaian pendidikan
merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik yang
mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian
berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi,
ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian
sekolah/madrasah..

Telaah Kurikulum 14
Adapun penilaian pengetahuan dapat diartikan
sebagai penilain potensi intelektual yang terdiri dari tahapan
mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis,
mensintesis, dan mengevaluasi (Anderson & Krathwohl,
2001). Seorang pendidik perlu melakukan penilaian untuk
mengetahui pencapaian kompetensi pengetahuan peserta
didik.
Penilaian terhadap pengetahuan peserta didik dapat
dilakukan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan.
Kegiatan penilaian terhadap pengetahuan tersebut dapat juga
digunakan sebagai pemetaan kesulitan belajar peserta didik
dan perbaikan proses pembelajaran. Pedoman penilaian
kompetensi pengetahuan ini dikembangkan sebagai rujukan
teknis bagi pendidik untuk melakukan penilaian
sebagaimana dikehendaki dalam Permendikbud Nomor 66
Tahun 2013.
1. Cakupan Penilaian Pengetahuan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian
Pendidikan dalam lampirannya menuliskan bahwa untuk
semua mata pelajaran di SMP, Kompetensi Inti yang
harus dimiliki oleh peserta didik pada ranah pengetahuan
adalah memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang

Telaah Kurikulum 15
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
a. Pengetahuan Faktual
Pengetahuan faktual berisi konvensi
(kesepakatan) dari elemen-elemen dasar berupa istilah
atau simbol (notasi) dalam rangka memperlancar
pembicaraan dalam suatu bidang disiplin ilmu atau
mata pelajaran (Anderson, L. & Krathwohl,D. 2001).
Pengetahuan faktual meliputi aspek-aspek
pengetahuan istilah, pengetahuan khusus dan elemen-
elemennya berkenaan dengan pengetahuan tentang
peristiwa, lokasi, orang, tanggal, sumber informasi,
dan sebagainya. Pengetahuan Konseptual
b. Pengetahuan konseptual memuat ide (gagasan) dalam
suatu disiplin ilmuyang memungkinkan orang untuk
mengklasifikasikan sesuatu objek itu contoh atau
bukan contoh, juga mengelompokkan
(mengkategorikan) berbagai objek. Pengetahuan
konseptual meliputi prinsip (kaidah), hukum, teorema,
atau rumusyang saling berkaitan dan terstruktur
dengan baik (Anderson, L. & Krathwohl, D.2001).
c. Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan
tentang bagaimana urutan langkah-langkah dalam
melakukan sesuatu. Pengetahuan prosedural
Telaah Kurikulum 16
meliputi pengetahuan dari umum ke khusus dan
algoritma, pengetahuan metode dan teknik khusus dan
pengetahuan kriteria untuk menentukan penggunaan
prosedur yangtepat (Anderson, L. & Krathwohl, D.
2001).
D. Makna Kompetensi Keterampilan
Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis serta
ketelitiannya dengan menggunakan peralatan dan teknik
yang tepat serta mengikuti kaidah angka penting untuk suatu
penyelidikan ilmiah.
Penilaian pencapaian kompetensi keterampilan
merupakan penilaian yangdilakukan terhadap peserta didik
untuk menilaisejauh mana pencapaian SKL, KI, dan KD
khusus dalam dimensi keterampilan. SKL dimensi
keterampilan untuk satuan pendidikan tingkat
SMP/MTs/SMPLB/Paket B adalah lulusan memiliki
kualifikasi kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan
kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang
dipelajari disekolah dan sumber lain sejenis (Permendikbud
54 tahun 2013 tentang SKL).
SKL ini merupakan tagihan kompetensi minimal
setelah peserta didik menempuh pendidikan
Cakupan penilaian dimensi keterampilan meliputi
keterampilan peserta didik yang dipelajari di sekolah dan
sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
Telaah Kurikulum 17
Keterampilan ini meliputi: keterampilan mencoba,
mengolah, menyaji, dan menalar. Dalam ranah konkret
keterampilan ini mencakup aktivitas menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat.
Sedangkan dalam ranah abstrak, keterampilan ini
mencakup aktivitas menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang . Pada setiap akhir tahun
pelajaran, sesuai dengan Permendikbud Nomor 68 Tahun
2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMP-
MTS, kompetensi inti keterampilan (KI-4), yang menjadi
tagihan di masing-masing kelas.
Meyajikan hasil pengukuran besaran fisis berikut
ketelitiannya dengan menggunakan peralatan dan teknik
yang tepat serta mengikuti kaidah angka penting untuk suatu
penyelidikan ilmiah.

Telaah Kurikulum 18
BAB 2
PENGUKURAN

Telaah Kurikulum 19
2.1 PENGERTIAN PENGUKURAN

Pengukuran adalah membandingkan suatu benda dengan


besaran lain yang sejenis yang dipergunakan sebagai satuannya,
alat pembanding itulah yang dinamakan dengan alat ukur.
Pengukuran supaya memiliki ketelitian pengukuran dan
ketepatan dalam pengukuran, harus digunakan alat yang sudah
diakui secara internasional juga sudah ditera ketepatan (akurasi)
serta ketelitian (presisi). Misalnya bila kita akan mengukur
panjang meja maka harus digunakan mistar jangan menggunakan
jari tangan apabila akan mengukur suhu air harus menggunakan
termometer tidak boleh dengan ujung jari yang menunjukkan
panas dingin atau hangat.
Fisika merupakan ilmu yang mempelajari segala sesuatu
tentang gejala alam melalui pengamatan atau observasi dan
memperoleh kebenaran secara empiris melalui panca indera.
karena itu pengukuran merupakan bagian yang sangat penting
dalam proses membangun konsep-konsep fisika. Pengukuran
dilakukan langsung untuk mengetahui kuantitas besaran-besaran
fisika seperti yang sudah dibahas dalam besaran dan pengukuran
Salah satu alat ukur yakni:

Telaah Kurikulum 20
Gambar 1. Jangka sorong
Pengukuran juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
sederhana dan penting dalam kehidupan kita, bukan hanya dalam
pelajaran fisika tapi dalam kehidupan sehari-hari. Pengukuran
sangat diperlukan oleh pedagang sayur ketika akan menjual
bawang harus menimbang bawang yang akan dijualnya atau
pedagang kain harus mengukur kain yang akan dijualnya.
Demi ketelitian (presisi) dan ketepatan (akurasi)
maka diperlukan alat ukur yang sudah diakui secara Internasional
karena kalau pengukuran dengan menggunakan anggota tubuh
(kualitatif) misalnya jari seperti contoh di atas tentu tidak akurat
dan berubah-ubah.
Presisi adalah derajat kepastian hasil suatu pengukuran
sedangkan akurasi menunjukan seberapa tepat hasil pengukuran
mendekati nilai yang sebenarnya. Presisi bergantung pada alat
yang digunakan untuk melakukan pengukuran. Umumnya
semakin kecil pembagian skala suatu alat semakin teliti (pesisi)
hasil pengukuran alat tersebut.

Telaah Kurikulum 21
Dari penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa pengukuran merupakan suatu proses ilmiah yang
dilakukan sehingga dapat memperoleh data berupa kuantitatif dan
kualitatif.

2.2 BESARAN FISIKA DAN SATUAN


1

1. Pengertian Besaran Fisika, Besaran Pokok, dan Besaran


Turunan
Di dalam pembahasan sehari-hari yang
dimaksud dengan berat badan adalah massa, sedangkan
dalam fisika pengertian berat dan massa berbeda. Berat
badan dapat di tentukan dengan menggunakan
alat timbangan berat badan. Misalnya, setelah ditimbang
berat badan sebesar 50 kg atau dalam fisika bermassa 50 kg.
Tinggi atau panjang dan massa adalah sesuatu yang dapat di
ukur dan dapat dinyatakan dengan angka dan satuan.
Panjang dan massa merupakan besaran fisika. Jadi, besaran
fisika adalah ukuran fisis suatu benda yang dinyatakan
secara kuantitas.
Selain besaran fisika juga terdapat besaran-besaran
yang bukan besaran fisika, misalnya perasaan sedih,
gembira, dan lelah. Karena perasaan tidak dapat diukur dan
tidak dapat dinyatakan dengan angka dan satuan, maka
perasaan bukan besaran fisika. Besaran fisika
Telaah Kurikulum 22
dikelompokkan menjadi dua, yaitu besaran pokok dan
besaran turunan. Besaran pokok adalah besaran yang
sudah ditetapkan terlebih dahulu. Adapun, besaran turunan
merupakan besaran yang dijabarkan dari besaran-besaran
pokok.
Sistem satuan besaran fisika pada prinsipnya bersifat
standar atau baku, yaitu bersifat tetap, berlaku universal, dan
mudah digunakan setiap saat dengan tepat. Sistem satuan
standar ditetapkan pada tahun 1960 melalui pertemuan para
ilmuwan di Sevres, Paris. Sistem satuan yang digunakan
dalam dunia pendidikan dan pengetahuan dinamakan sistem
metrik, yang dikelompokkan menjadi sistem metrik besar
atau MKS (Meter Kilogram Second) yang disebut sistem
internasional atau disingkat SI dan sistem metrik kecil atau
CGS (Centimeter Gram Second).
Besaran pokok dan besaran turunan beserta dengan
satuannya dapat dilihat dalam Tabel berikut:
Tabel 1. Satuan Besaran Pokok dalam Sistem Metrik

Satuan
Besaran Satuan
N0 Singkatan Sistem Singkatan
Pokok SI/MKKS
CGS
1 Panjang meter m centimeter cm
2 Massa kilogram kg gram g
3 Waktu detik s detik s
4 Suhu kelvin K Kelvin k

Telaah Kurikulum 23
Kuat arus
5 ampere A stat ampere statA
listrik
Intensitas
6 candela Cd candela Cd
cahaya
7 Jumlah zat kilo mol kmol mol mol
Selain tujuh besaran pokok di atas, terdapat dua
besaran pokok tambahan, yaitu sudut bidang datar dengan
satuan radian (rad) dan sudut ruang dengan satuan steradian
(sr).
Tabel 2. Beberapa Besaran Turunan beserta Satuannya

Besaran Penjabaran dari Satuan dalam


N0
Turunan Besaran Pokok MKKS
1 Luas Panjang × Lebar m2
Panjang × Lebar ×
2 Volume m3
Tinggi
3 Massa Jenis Massa : Volume kg/m3
4 Kecepatan Perpindahan : Waktu m/s
5 Percepatan Kecepatan : Waktu m/s2
newton (N) =
6 Gaya Massa × Percepatan
kg.m/s2
7 Usaha Gaya × Perpindahan joule (J) = kg.m2/s2
8 Daya Usaha : Waktu watt = kg.m2/s3
9 Tekanan Gaya : Luas pascal (Pa) = N/m2
10 Momentum Massa × Kecepatan kg.m/s

Telaah Kurikulum 24
Satuan Sistem Internasional (SI) digunakan di
seluruh negara dan berguna untuk perkembangan ilmu
pengetahuan dan perdagangan antarnegara. Dapat
membayangkan betapa kacaunya perdagangan apabila tidak
ada satuan standar, misalnya satu kilogram dan satu meter
kubik.
a. Satuan Internasional untuk Panjang
Hasil pengukuran besaran panjang biasanya
dinyatakan dalam satuan meter, centimeter, milimeter,
atau kilometer. Satuan besaran panjang dalam SI adalah
meter. Pada mulanya satu meter ditetapkan sama
dengan panjang sepersepuluh juta (1/10000000) dari
jarak kutub utara ke khatulistiwa melalui Paris.
Kemudian dibuatlah batang meter standar dari
campuran Platina-Iridium. Satu meter didefinisikan
sebagai jarak dua goresan pada batang ketika bersuhu
0ºC. Meter standar ini disimpan di International Bureau
of Weights and Measure di Sevres, dekat Paris.
Batang meter standar dapat berubah dan rusak
karena dipengaruhi suhu, serta menimbulkan kesulitan
dalam menentukan ketelitian pengukuran. Oleh karena
itu, pada tahun 1960 definisi satu meter diubah. Satu
meter didefinisikan sebagai jarak 1650763,72 kali
panjang gelombang sinar jingga yang dipancarkan oleh

Telaah Kurikulum 25
atom gas krypton-86 dalam ruang hampa pada suatu
lucutan listrik.
Pada tahun 1983, Konferensi Internasional
tentang timbangan dan ukuran memutuskan bahwa satu
meter merupakan jarak yang ditempuh cahaya pada
selang waktu 1/299792458 sekon. Kecepatan cahaya ini
digunakan karena nilainya dianggap selalu konstan.
b. Satuan Internasional untuk Massa
Besaran massa dalam SI dinyatakan dalam
satuan kilogram (kg). Pada mulanya para ahli
mendefinisikan satu kilogram sebagai massa sebuah
silinder yang terbuat dari bahan campuran Platina dan
Iridium yang disimpan di Sevres, dekat Paris. Untuk
mendapatkan ketelitian yang lebih baik, massa standar
satu kilogram didefinisikan sebagai massa satu liter air
murni pada suhu 4ºC.
c. Satuan Internasional untuk Waktu
Besaran waktu dinyatakan dalam satuan detik
atau sekon dalam SI. Pada awalnya satuan waktu
dinyatakan atas dasar waktu rotasi bumi pada porosnya,
yaitu 1 hari. Satu detik didefinisikan sebagai 1/26400
kali satu hari rata-rata. Satu hari rata-rata sama dengan
24 jam = 24 x 60 x 60 = 86400 detik. Karena satu hari
matahari tidak selalu tetap dari waktu ke waktu, maka
pada tahun 1956 para ahli menetapkan definisi baru.
Telaah Kurikulum 26
Satu detik adalah selang waktu yang diperlukan oleh
atom cesium-133 untuk melakukan getaran sebanyak
9192631770 kali.
2. Mengonversi Satuan Panjang, Massa, dan Waktu
Setiap besaran memiliki satuan yang sesuai.
Penggunaan satuan suatu besaran harus tepat, sebab apabila
tidak sesuai akan berkesan janggal. Misalnya seseorang
mengatakan tinggi badannya 150ºC, orang lain yang
mendengar mungkin akan tersenyum karena hal itu salah.
Demikian pula dengan pernyataan bahwa suhu badan orang
yang sehat biasanya 36 meter, terdengar janggal.
Hasil suatu pengukuran belum tentu dinyatakan
dalam satuan yang sesuai dengan keinginan atau yang
perlukan. Contohnya panjang meja 1,5 m, sedangkan
memerlukan dalam satuan cm, satuan gram dinyatakan
dalam kilogram, dari satuan milisekon menjadi sekon. Untuk
mengonversi atau mengubah dari suatu satuan ke satuan
yang lainnya diperlukan tangga konversi. Gambar di bawah
menunjukkan tangga konversi panjang, massa, dan waktu,
beserta dengan langkah-langkah penggunaannya.

Telaah Kurikulum 27
Gambar 2. Tangga konversi panjang, massa, dan waktu
3. Awalan Satuan dan Sistem Satuan di Luar Sistem Metrik
Di samping satuan sistem metrik, juga dikenal
satuan lainnya yang sering dipakai dalam kehidupan sehari-
hari, misalnya liter, inci, yard, feet, mil, ton, dan ons.
Satuan-satuan tersebut dapat dikonversi atau diubah ke
dalam satuan sistem metrik dengan patokan yang ditentukan.
Konversi besaran panjang menggunakan acuan sebagai
berikut:
a. 1 mil = 1760 yard (1 yard adalah jarak pundak sampai
ujung jari tangan orang dewasa).
b. 1 yard = 3 feet (1 feet adalah jarak tumit sampai ujung
jari kaki orang dewasa).
c. 1 feet = 12 inci (1 inci adalah lebar maksimal ibu jari
tangan orang dewasa).
d. 1 inci = 2,54 cm
Telaah Kurikulum 28
e. 1 cm = 0,01 m
Satuan mil, yard, feet, inci tersebut dinamakan
satuan sistem Inggris. Untuk besaran massa berlaku juga
sistem konversi dari satuan sehari-hari maupun sistem
Inggris ke dalam sistem SI. Contohnya sebagai berikut.
a. 1 ton = 1000 kg
b. 1 kuintal = 100 kg
c. 1 slug = 14,59 kg
d. 1 ons (oz) = 0,02835 kg
e. 1 pon (lb) = 0,4536 kg
Satuan waktu dalam kehidupan sehari-hari dapat
dikonversi ke dalam sistem SI yaitu detik atau sekon.
Contohnya sebagai berikut.
a. 1 tahun = 3,156 x 10pangkat 7 detik
b. 1 hari = 8,640 x 10 pangkat4 detik
c. 1 jam = 3600 deti
d. 1 menit = 60 detik
Di dalam sistem metrik juga dikenal sistem awalan
dari sistem MKS baik ke sistem makro maupun ke sistem
mikro. Perhatikan Tabel berikut ini.

Telaah Kurikulum 29
Tabel 3. Awalan Satuan Sistem Metrik Besaran Panjang

Penelitian jagad mikro dengan konversi sistem


mikro banyak berkembang dalam bidang teknolgi dewasa
ini, contohnya teknologi nano yang menyelidiki jagad renik
seperti sel, virus, bakteriofage, dan DNA. Adapun penelitian
jagad makro menggunakan konversi sistem makro karena
objek penelitiannya mencakup wilayah lain dari jagad raya,
yaitu objek alam semesta di luar bumi.
4. Mengonversi Satuan Besaran Turunan
Besaran turunan memiliki satuan yang dijabarkan
dari satuan besaran besaran pokok yang mendefinisikan
besaran turunan tersebut. Oleh karena itu, seringkali
dijumpai satuan besaran turunan dapat berkembang lebih

Telaah Kurikulum 30
dari satu macam karena penjabarannya dari definisi yang
berbeda. Sebagai contoh, satuan percepatan dapat ditulis
dengan m/s2 dapat juga ditulis dengan N/kg. Satuan besaran
turunan dapat juga dikonversi. Perhatikan beberapa contoh
di bawah ini.
a. 1 dyne = 10pangkat-5 newton
b. 1 erg = 10pangkat-7 joule
c. 1 kalori = 0,24 joule
d. 1 kWh = 3,6 x 10pangkat6 joule
e. 1 liter = 10pangkat-3 m3 = 1 dm3
f. 1 ml = 1 cm3 = 1 cc
g. 1 atm = 1,013 x 10pangkat5 pascal
h. 1 gauss = 10pangkat-4 tesla
5. Pengukuran Besaran Fisika
Peranan pengukuran dalam kehidupan sehari-hari
sangat penting. Seorang tukang jahit pakaian mengukur
panjang kain untuk dipotong sesuai dengan pola pakaian
yang akan dibuat dengan menggunakan meteran pita.
Penjual daging menimbang massa daging sesuai kebutuhan
pembelinya dengan menggunakan timbangan duduk.
Seorang petani tradisional mungkin melakukan
pengukuran panjang dan lebar sawahnya menggunakan
satuan bata, dan tentunya alat ukur yang digunakan adalah
sebuah batu bata. Tetapi seorang insinyur sipil mengukur

Telaah Kurikulum 31
lebar jalan menggunakan alat meteran kelos untuk
mendapatkan satuan meter.
Ketika kita mengukur panjang meja dengan
penggaris, misalnya didapat panjang meja 100 cm, maka
panjang meja merupakan besaran, 100 merupakan hasil dari
pengukuran sedangkan cm adalah satuannya. Beberapa
aspek pengukuran yang harus diperhatikan yaitu ketepatan
(akurasi), kalibrasi alat, ketelitian (presisi), dan kepekaan
(sensitivitas). Dengan aspek-aspek pengukuran tersebut
diharapkan mendapatkan hasil pengukuran yang akurat dan
benar.
Berikut ini akan kita bahas pengukuran besaran-
besaran fisika, meliputi panjang, massa, dan waktu.
1. Pengukuran Panjang
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur
panjang benda haruslah sesuai dengan ukuran benda.
Sebagai contoh, untuk mengukur lebar buku kita gunakan
pengaris, sedangkan untuk mengukur lebar jalan raya
lebih mudah menggunakan meteran kelos.
a. Mistar
Penggaris atau mistar berbagai macam
jenisnya, seperti penggaris yang berbentuk lurus,
berbentuk segitiga yang terbuat dari plastik atau
logam, mistar tukang kayu, dan penggaris berbentuk
pita (meteran pita). Mistar mempunyai batas ukur
Telaah Kurikulum 32
sampai 1 meter, sedangkan meteran pita dapat
mengukur panjang sampai 3 meter. Mistar memiliki
ketelitian 1 mm atau 0,1 cm.
Posisi mata harus melihat tegak lurus
terhadap skala ketika membaca skala mistar. Hal ini
untuk menghindari kesalahan pembacaan hasil
pengukuran akibat beda sudut kemiringan dalam
melihat atau disebut dengan kesalahan paralaks.

Gambar 3. Mistar
b. Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan alat ukur panjang
yang mempunyai batas ukur sampai 10 cm dengan
ketelitiannya 0,1 mm atau 0,01 cm. Jangka sorong
juga dapat digunakan untuk mengukur diameter
cincin dan diameter bagian dalam sebuah pipa.
Bagian-bagian penting jangka sorong yaitu:
1. rahang tetap dengan skala tetap terkecil 0,1 cm
2. rahang geser yang dilengkapi skala nonius. Skala
tetap dan nonius mempunyai selisih 1 mm.

Telaah Kurikulum 33
Gambar 4. Jangka sorong
c. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup memiliki ketelitian 0,01
mm atau 0,001 cm. Mikrometer sekrup dapat
digunakan untuk mengukur benda yang mempunyai
ukuran kecil dan tipis, seperti mengukur ketebalan
plat, diameter kawat, dan onderdil kendaraan yang
berukuran kecil.
Bagian-bagian dari mikrometer adalah rahang
putar, skala utama, skala putar, dan silinder bergerigi.
Skala terkecil dari skala utama bernilai 0,1 mm,
sedangkan skala terkecil untuk skala putar sebesar
0,01 mm. Berikut ini gambar bagian-bagian dari
mikrometer.

Gambar 5. Micrometer sekrup

Telaah Kurikulum 34
2. Pengukuran Massa Benda
Timbangan digunakan untuk mengukur massa
benda. Prinsip kerjanya adalah keseimbangan kedua
lengan, yaitu keseimbangan antara massa benda yang
diukur dengan anak timbangan yang digunakan. Dalam
dunia pendidikan sering digunakan neraca O’Hauss tiga
lengan atau dua lengan. Perhatikan beberapa alat ukur
berat berikut ini.

Gambar 6. Pengukuran massa


a. Bagian-bagian dari neraca O’Hauss tiga lengan
adalah sebagai berikut:
b. Lengan depan memiliki skala 0—10 g, dengan tiap
skala bernilai 1 g.
c. Lengan tengah berskala mulai 0—500 g, tiap skala
sebesar 100 g.
d. Lengan belakang dengan skala bernilai 10 sampai
100 g, tiap skala 10 g.
3. Pengukuran Besaran Waktu

Telaah Kurikulum 35
Berbagai jenis alat ukur waktu misalnya: jam
analog, jam digital, jam dinding, jam atom, jam matahari,
dan stopwatch. Dari alat-alat tersebut, stopwatch
termasuk alat ukur yang memiliki ketelitian cukup baik,
yaitu sampai 0,1 s.

Gambar 7. Pengukuran waktu


4. Suhu dan Pengukurannya
a. Pengertian Suhu
Ukuran derajat panas dan dingin suatu benda
tersebut dinyatakan dengan besaran suhu. Jadi, suhu
adalah suatu besaran untuk menyatakan ukuran derajat
panas atau dinginnya suatu benda.
b. Termometer sebagai Alat Ukur Suhu
Suhu termasuk besaran pokok. Alat untuk
untuk mengukur besarnya suhu suatu benda adalah
termometer. Termometer yang umum digunakan
adalah termometer zat cair dengan pengisi pipa
kapilernya adalah raksa atau alkohol. Pertimbangan

Telaah Kurikulum 36
dipilihnya raksa sebagai pengisi pipa kapiler
termometer adalah sebagai berikut:
a) raksa tidak membasahi dinding kaca,
b) raksa merupakan penghantar panas yang baik,
c) kalor jenis raksa rendah akibatnya dengan
perubahan panas yang kecil cukup dapat
mengubah suhunya,
d) jangkauan ukur raksa lebar karena titik bekunya -
39 ºC dan titik didihnya 357ºC.
Pengukuran suhu yang sangat rendah biasanya
menggunakan termometer alkohol. Alkohol memiliki
titik beku yang sangat rendah, yaitu -114ºC. Namun
demikian, termometer alkohol tidak dapat digunakan
untuk mengukur suhu benda yang tinggi sebab titik
didihnya hanya 78ºC.
Pada pembuatan termometer terlebih dahulu
ditetapkan titik tetap atas dan titik tetap bawah. Titik
tetap termometer tersebut diukur pada tekanan 1
atmosfer. Di antara kedua titik tetap tersebut dibuat
skala suhu. Penetapan titik tetap bawah adalah suhu
ketika es melebur dan penetapan titik tetap atas adalah
suhu saat air mendidih.

Telaah Kurikulum 37
Gambar 8. termometer
Berikut ini adalah penetapan titik tetap pada skala
termometer.
a. Termometer Celcius
Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik
tetap atas diberi angka 100. Diantara titik tetap
bawah dan titik tetap atas dibagi 100 skala.
b. Termometer Reaumur
Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik
tetap atas diberi angka 80. Di antara titik tetap
bawah dan titik tetap atas dibagi menjadi 80
skala.
c. Termometer Fahrenheit
Titik tetap bawah diberi angka 32 dan
titik tetap atas diberi angka 212. Suhu es yang
dicampur dengan garam ditetapkan sebagai 0ºF.
Di antara titik tetap bawah dan titik tetap atas
dibagi 180 skala.
d. Termometer Kelvin
Pada termometer Kelvin, titik terbawah
diberi angka nol. Titik ini disebut suhu mutlak,

Telaah Kurikulum 38
yaitu suhu terkecil yang dimiliki benda ketika
energi total partikel benda tersebut nol. Kelvin
menetapkan suhu es melebur dengan angka 273
dan suhu air mendidih dengan angka 373.
Rentang titik tetap bawah dan titik tetap atas
termometer Kelvin dibagi 100 skala.

Gambar 9. Perbandingan skala termometer


Perbandingan skala antara temometer
Celcius, termometer Reaumur, dan termometer
Fahrenheit adalah
C : R : F
100 : 80 : 180
5 : 4 : 9
Dengan memperhatikan titik tetap bawah 0ºC
= 0ºR = 32ºF, maka hubungan skala C, R, dan F dapat
ditulis sebagai berikut:
tº C =5/4 tºR
tº C =5/9 (tºF – 32)
tº R =4/9 (tºF – 32)
Hubungan skala Celcius dan Kelvin adalah
t K = tºC + 273 K

Telaah Kurikulum 39
Kita dapat menentukan sendiri skala suatu
termometer. Skala termometer yang kita buat dapat
dikonversikan ke skala termometer yang lain apabila
pada saat menentukan titik tetap kedua termometer
berada dalam keadaan yang sama.
Misalnya, kita akan menentukan skala
termometer X dan Y. Termometer X dengan titik tetap
bawah Xb dan titik tetap atas Xa. Termometer Y
dengan titik tetap bawah Yb dan titik tetap atas Ya.
Titik tetap bawah dan titik tetap atas kedua
termometer di atas adalah suhu saat es melebur dan
suhu saat air mendidih pada tekanan 1 atmosfer.

Gambar 10. Penunjukan skala termometer


Dengan membandingkan perubahan suhu dan
interval kedua titik tetap masing-masing termometer,
diperoleh hubungan sebagai berikut.
(Tx -Xb) / (Xa- Xb) = (Ty- Yb ) / ( Ya- Yb)
Keterangan:
Xa = titik tetap atas termometer X
Xb = titik tetap bawah termometer X
Telaah Kurikulum 40
Tx = suhu pada termometer X
Ya = titik tetap atas termometer Y
Yb = titik tetap bawah termometer Y
Ty = suhu pada termometer Y

2.2 Aturan Angka Penting Dan Notasi Ilmiah


1
Angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari
hasil pengukuran. Angka penting terdiri dari atas angka pasti dan
angka taksiran (angka yang diragukan) sesuai dengan alat ukur
yang digunakan.

Gambar 11. Pengukuran yang membutuhkan angka


taksiran
Misalnya panjang benda yang diukur ditunjukan seperti
gambar 12. Pada gambar tersebut, tampak bahwa ujung benda
terletak diantara angka 11,44 cm dan 11,45 cm. Sehingga, kita
akan menyatakan bahwa panjang benda yang mendekati
kebenaran adalah 15,45 cm. angka terakhir, yakni angka 6 adalah
angka perkiraan (taksiran), karena angka ini tidak terbaca pada
skala mistar.
Telaah Kurikulum 41
A. Aturan angka penting
1. Semua angka bukan nol adalah angka penting.
Contoh: 836,5 gr memiliki empat angka penting.
2. Angka nol yang terletak di antara dua angka bukan nol
termasuk angka penting.
Contoh: 75,006 Kg memiliki lima angka penting
3. Untuk bilangan desimal yang lebih kecil dari satu, maka
angka nol setelah angka bukan nol termasuk angka
penting.
Contoh: 0,0060 m memiliki dua angka penting
4. Untuk bilangan desimal yang lebih kecil dari satu, maka
angka nol sebelum angka bukan nol tidak termasuk
angka penting.
Contoh: 0,006 m memiliki satu angka penting
5. Bilangan-bilangan puluhan, ratusan, ribuan dan
seterusnya yang memiliki angka nol harus ditulis dalam
notasi ilmiah. Angka-angka pada notasi ilmiah
merupakan angka penting.
Contoh: 8900 gr ditulis menjadi 8,9 x 103 gr memiliki
dua angka penting
B. Aturan Pembulatan Angka
Ketika angka-angka ditiadakan dari suatu bilangan,
nilai dari angka terakhir yang dipertahankan ditentukan
dengan suatu proses yang disebut pembulatan bilangan.
Aturan pembulatan bilangan tersebut, antara lain:
Telaah Kurikulum 42
a. Angka-angka yang lebih kecil daripada 5 dibulatkan ke
bawah
b. Angka-angka yang lebih besar daripada 5 dibulatkan ke
atas
c. Angka 5 dibulatkan ke atas jika sebelum angka 5 adalah
ganjil dan dibulatkan ke bawah jika angka sebelum angka
5 adalah angka genap.
C. Operasi-operasi dalam angka penting
a. Operasi penjumlahan dan pengurangan
Dalam melakukan operasi penjumlahan atau
pengurangan, maka hasilnya hanya boleh mengandung
satu angka taksiran (angka terakhir dari suatu bilangan
penting).
Contoh 1:
35,572 2 angka taksiran
2,2626 + 8 angka taksiran
37,8346
4 dan 6 merupakan angka taksiran, sehingga
hasil penjumlahan ditulis 37,835 disesuaikan dengan
atuan pembulatan.
Contoh 2:
385,617 7 angka taksiran
13,2 – 2 angka taksiran
372,417

Telaah Kurikulum 43
4 dan 7 merupakan angka taksiran, sehingga
hasil penjumlahan ditulis 372,42 disesuaikan dengan
atuan pembulatan.
b. Operasi perkalian dan pembagian
Dalam operasi perkalian atau pembagian,
maka hasilnya hanya boleh memiliki angka penting
sebanyak bilangan yang jumlah angka pentingnya
paling sedikit.
Contoh 1:
34,231 mengandung lima angka penting
0,250 x mengandung tiga angka penting
8,557750
Penulisan hasil perkalian hanya boleh
mengandung tiga angka penting, sehingga hasil
perkalian 8,557750 ditulis 8,56 (tiga angka penting).
Contoh 2:
46,532 mengandung 5 angka penting
200 : mengandung 1 angka penting
0,2326
Hasil pembagian hanya boleh mengandung
satu angka penting, sehingga hasil perkalian 0,2326
ditulis 0,2
C. Notasi Ilmiah

Telaah Kurikulum 44
Notasi Ilmiah adalah cara untuk menuliskan sebuah bilangan
dalam bentuk pangkat dari sepuluh. Dengan kata lain,
bilangan dituliskan dalam bentuk
a × 10n
dimana a adalah sebuah bilangan riil yang
memenuhi syarat 1 ≤ |a| < 10 dan n adalah sebuah bilangan
bulat. a disebut sebagai signifikan dan n disebut sebagai
eksponen.
Notasi Ilmiah atau bentuk baku ini digunakan untuk
menuliskan bilangan yang sangat besar. atau bilangan yang
sangat dekat dengan nol. Tepatnya yaitu diantara 0 dan 1
atau diantara 0 dan –1. Tujuannya yaitu agar penulisan
angka tersebut lebih ringkas. Bagaimana kita mau
menuliskan angka yang sangat panjang. misalnya
1230000000000 dan 0.0000000827.
Perhatikan bahwa nilai absolut dari a harus paling
kecil adalah 1 dan kurang dari 10, sehingga 0,34 × 102 dan -
11,23 × 104 bukan merupakan notasi ilmiah.
Contoh penulisan bilangan dengan notasi ilmiah
a. 1234 dituliskan sebagai 1,234 × 103
b. -0,000023 dituliskan sebagai -2,3 × 10-5
c. 50000000 dituliskan sebagai 5 × 107
10
d. 87120000000 dituliskan sebagai 8,712 x 10 .
16
e. 90000000000000000 dituliskan sebagai 9 x 10 .
14
f. 453000000000000 dituliskan sebagai 4,53 x 10 .

Telaah Kurikulum 45
14
g. 536500000000000 dituliskan sebagai 5,365 x 10 .
13
h. 10230000000000 dituliskan sebagai 1,023 x 10 .
Jika bilangan tersebut sangat kecil (diantara 0 dan
1 atau diantara -1 dan 0), maka yang harus lakukan adalah
menggeser tanda koma ke kanan sampai pada bilangan
bukan nol yang terdekat. Banyaknya pergeseran adalah
sama dengan n dikalikan dengan negativ 1.
Langsung saja perhatikan contoh berikut ini :
0,0000025 dituliskan sebagai a x 10n
Pertama, menggeser tanda koma tersebut kea rah
kanan sampai bertemu dengan angka tak nol yang terdekat.
a. 0,0000025 (angka semula)
b. 00,000025 (pergeseran pertama)
c. 000,00025 (pergeseran kedua)
d. 0000,0025 (pergeseran ketiga)
e. 00000,025 (pergeseran keempat)
f. 000000,25 (pergeseran kelima)
g. 0000002,5 (pergeseran keenam)
Sehingga didapatkan n = -6. Dan a = 2,5. Dalam
bentuk baku dapat dituliskan 2,5 x 10-6.
Contoh yang lain :
a. 0,0301 dituliskan sebagai 3,01 x 10-2
b. 0,000000102 dituliskan sebagai 1,02 x 10-7
c. 0,009279 dituliskan sebagai 9,279x 10-3
d. 0,0000000000012 dituliskan sebagai 1,2 x 10-12
Telaah Kurikulum 46
Notasi pangkat ini biasanya digunakan untuk
mengukur jarak-jarak pada ruang angkasa yang jaraknya
sangat jauh. Atau juga digunakan dalam sebuah ukuran
mikroba yang sangat kecil.

2.4 KETEPATAN DAN KETELITIAN


1
Di dalam pengukuran umumnya dibutuhkan suatu
instrumen dan diperlukan:
a. Untuk menentukan suatu besaran (kuantitas) atau variabel.
b. Membantu peningkatan ketErampilan manusia dan dalam
banyak hal memungkinkan seseorang untuk menentukan
nilai dari suatu besaran yang tidak diketahui, karena tanpa
bantuan instrumen manusia tidak dapat menentukannya.
Untuk menggunakan instrumen–instrumen secara cermat:
a. Diperlukan pemahaman untuk memahami prinsip-prinsip
kerjanya.
b. Mampu memperkirakan apakah instrumen tersebut sesuai
untuk pemakaian yang sudah ditentukan
A. Istilah-Istilah Yang Digunakan Dalam Pengukuran
a. Instrumen: sebuah alat untuk menentukan nilai atau
kebesa- ran suatu kuantitas atau variabel.
b. Ketelitian/accuracy: harga terdekat dengan mana suatu
pembacaan instrumen mendekati sebenarnya dari
variabel yang diukur.
Telaah Kurikulum 47
c. Ketepatan/precision: suatu ukuran kemampuan untuk
mendapatkan hasil pengukuran yang sama. Dengan
memberikan suatu presisi merupa- kan suatu ukuran
tingkatan yang menunjukkan perbedaan hasil
pengukuran pada pengukuran-pengukuran yang
dilakukan secara berurutan harga tertentu untuk sebuah
variabel.
d. Sensitivitas/sensitivity: perbandingan antara sinyal
keluaran atau respons instrumen terhadap perubahan
masukan atau varia-bel yang diukur.
Sensitivitas/kepekaan merupakan rasio atau
perbandingan antara keluaran dan masukan.
e. Resolusi/resolution: perubahan terkecil dalam nilai
yang diukur kepada mana instrumen akan memberi
respons.
f. Kesalahan/error: penyimpangan variabel yang diukur
dari harga/nilai yang sebenarnya
Untuk mengukur suatu besaran fisika, Anda dapat
menggunakan satu instrumen atau lebih. Dalam
menggunakan instrumen, Anda harus dapat memilih dan
merangkai alat ukur atau instrumen tersebut dengan benar.
Selain itu, Anda juga dituntut untuk dapat membaca nilai
atau skala yang ditunjukkan oleh instrumen dengan benar.
Dengan memilih alat yang sesuai, merangkai alat dengan

Telaah Kurikulum 48
benar dan cara membaca skala dengan benar, Anda
dapat meminimalkan kesalahan dalam pengukuran.
Selain faktor dari orang yang mengukur, ketelitian
alat ukur atau instrumen juga mempengaruhi hasil
pengukuran. Ketelitian alat ukur atau instrumen dijamin
sampai pada persentase tertentu dari skala penuh. Ketelitian
alat ukur terkadang menyebabkan hasil pengukuran
mengalami penyimpangan dari yang sebenarnya. Batas-batas
dari penyimpangan ini disebut dengan kesalahan batas.
a. Ketelitian/accuracy adalah menyatakan tingkat
kesesuaian atau dekatnya suatu hasil pengukuran
terhadap harga yang sebenarnya.
b. Ketepatan/precision adalah menyatakan tingkat
kesamaan didalam sekelompok pengukuran atau
sejumlah instrumen.
Tidak ada pengukuran yang menghasilkan ketelitian
yang sempurna, tetapi penting untuk diketahui: ketelitian
yang sebenarnya & bagaimana kesalahan yang berbeda
digunakan dalam pengukuran.
Kesalahan-Kesalahan Pada Pengukuran, Umumnya
Dibagi Dalam 3 Jenis Utama
1. Kesalahan-Kesalahan umum (gross errors)
Kebanyakan disebabkan kesalahan manusia,
antara lain:
a. Kesalahan pembacaan alat ukur.

Telaah Kurikulum 49
b. Pemakaian instrumen yang tidak atau kurang sesuai.
c. Penyetelan yang tidak tepat.
d. kesalahan penaksiran.
2. Kesalahan kesalahan sistematis (systematic errors)
Disebabkan kekurangan-kekurangan pada
instrumen sendiri, seperti :
a. Kerusakan atau adanya bagian-bagian yang aus dan,
b. Pengaruh lingkungan terhadap peralatan dan pemakai
3. Kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja (random
errors)
Disebabkan oleh penyebab-penyebab yang tidak
dapat secara langsung diketahui, karena perubahan-
perubahan parameter atau sistem pengukuran terjadi
secara acak
4. Kesalahan Sistem Matematis, Umumnya
Dikelompokkan Kedalam 2 Bagian
1. Kesalahan-kesalahan instrumental, yaitu kekurangan-
kekurangan dari instrumen itu sendiri.
2. Kesalahan-kesalahan lingkungan, yaitu ada yang
disebabkan oleh keadaan-keadaan luar yang
mempengaruhi pengukuran
1. Kesalahan Instrumental
Kesalahan - kesalahan dalam instrumental
(instrumental errors), kesalahan-kesalahan yang tidak

Telaah Kurikulum 50
dapat dihindarkan dari instrumen, karena struktur
mekanisnya. Misalnya :
a. Gesekan komponen yang bergerak terhadap
bantalan, dapat menimbulkan pembacaan yang
tidak tepat (contoh pada alat ukur kumparan putar
d’Arsonval, prinsip kerja d’arsonval, ketika sebuah
kumparan dialiri arus listrik, maka akan terjadi
perubahan fluks magnetik disisi-sisi kumparan
(induksi elektromagnetik), sehingga akan
memnunculkan gaya tolak dari kutub yang sama
dari magnet permanen yang berada pada sisi
kumparan, sehingga menggerakan jarum penunjuk,
besarnya skala tergantung pada besarnya arus yang
masuk).
b. Tarikan pegas yang tidak teratur, perpendekan
pegas.
c. Berkurangnya tarikan karena penanganan yang
tidak tepat atau pembebanan instrumen secara
berlebihan.

Gambar 13. Alat ukur kumparan putar d’Arsonval

Telaah Kurikulum 51
2. Jenis Kesalahan Instrumen Lainnya
a. Kalibrasi yang menyebabkan pembacaan
instrumen yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
sepanjang seluruh skala.
b. Kegagalan mengembalikan jarum penunjuk ke
angka nol sebelum melakukan pengukuran
Kesalahan-kesalahan instrumen terdiri dari
beberapa jenis, tergantung pada jenis instrumen yang
digunakan, dan yang selalu harus diperhatikan adalah
memastikan instrumen yang digunakan bekerja
dengan baik dan tidak menambah kesalahan-kesalahan
lainnya.
Kesalahan-kesalahan pada instrumen, dapat
diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap:
a. Tingkah laku yang tidak umum terjadi
b. Kestabilan
c. Kemampuan instrumen untuk memberikan hasil
pengukuran yang sama
Suatu cara yang mudah dan cepat untuk
pemeriksaan instrumen, dengan cara
membandingkannya terhadap instrumen lainnya yang
memiliki karakteristik yang sama atau instrumen/alat
ukur yang lebih akurat
Kesalahan-kesalahan instrumen dapat
dihindari dengan cara :
Telaah Kurikulum 52
a. Pemilihan instrumen yang tepat untuk pemakaian
tertentu
b. Penggunaan faktor-faktor koreksi, jika mengetahui
banyaknya kesalahan instrumental.
c. Mengkalibrasi instrumen tersebut terhadap
instrumen standar
3. Kesalahan Lingkungan
Kesalahan-kesalahan yang biasa disebebkan
lingkungan ( environmental errors ), disebabkan oleh
keadaan luar, dan termasuk keadaan disekitar
instrumen yang mempengaruhi alat ukur, seperti:
a. Pengaruh perubahan temperatur.
b. Tekanan udara luar atau medan maknetik atau
medan elektrostat.
Contoh Pengukuran Kesalahan Perhitungan Pada
Kalkulasi
Ada beberapa cara untuk membuat wajar
pengukuran kesalahan perhitungan seperti
memperkirakan kesalahan acak dan memperkirakan
kesalahan sistematis.
a. Memperkirakan Kesalahan Acak
Ada sejumlah cara untuk membuat perkiraan
yang wajar dari kesalahan acak dalam pengukuran
tertentu. Cara terbaik adalah untuk membuat
rangkaian pengukuran kuantitas tertentu (katakanlah,
Telaah Kurikulum 53
x) dan menghitung rata-rata dan standar deviasi (x &
σ_x ) dari data ini.
Nilai rata-rata x didefinisikan sebagai:

Dimana, Xi adalah hasil dari pengukuran i


‘N’ adalah jumlah pengukuran Variasi standar yang
diberikan oleh:

Jika pengukuran diulang berkali-kali, maka


68% dari katup diukur akan turun di kisaran x ± σ_x
Kita menjadi lebih pasti, bahwa hasil akurat
dari nilai sebenarnya dari kuantitas x. Standar deviasi
dari σ_x rata didefinisikan sebagai:
σ_ (x) = σ_x / √n

Telaah Kurikulum 54
BAB 3
DIMENSI KETERAMPILAN

Telaah Kurikulum 55
3.1 Makna Dimensi Keterampilan
1
Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa
pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta
didik. Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif
mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan.
Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang
diberikan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam
proses kognitifnya. (Kemendikbud: 2013)
Pembelajaran sains dewasa ini masih kurang memberi
wawasan berpikir dan kurang mengembangkan kemampuan kerja
ilmiah. Padahal pembelajaran sains semestinya dapat
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah-masalah
lingkungan dan wawasan berpikir untuk kehidupan masa depan
yang baik (Rustaman, 2006). Dalam belajar peserta didik
diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi peserta didik
dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan metode
ilmiah. Pendidikan di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana
bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di kehidupan sehari-hari, yang didasarkan pada
metode ilmiah. Pembelajaran menekankan pada pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik
mampu memahami alam sekitar melalui proses, hal ini akan

Telaah Kurikulum 56
membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang
lebih mendalam.
(Januar: 2012) Seperti diketahui selama ini kegiatan
praktikum dapat memberikan pengalaman belajar secara nyata
kepada peserta didik dengan mengembangkan keterampilan dasar
bekerja di laboratorium
Keterampilan mengukur menurut Esler dan Esler dapat
dikembangkan melalui kegiatan- kegiatan yang berkaitan dengan
pengembangan satuan- satuan yang cocok dari ukuran panjang,
luas, isi, waktu, berat, dan sebagainya. Abruscato menyatakan
bahwa mengukur adalah suatu cara yang kita lakukan untuk
mengukur observasi. Sedangkan menurut Carin, mengukur adalah
membuat observasi bersifat kuantitatif dengan
membandingkannya terhadap standar yang kovensional atau
standar non konvensional. (Nasution, 2007 : 1.20)
Keterampilan dalam mengukur memerlukan kemampuan
untuk menggunakan alat ukur secara benar dan kemampuan
untuk menerapkan cara perhitungan dengan menggunakan alat-
alat ukur. Langkah pertama proses mengukur lebih menekankan
pada pertimbangan dan pemilihan instrumen (alat) ukur yang
tepat untuk digunakan dan menentukan perkiraan sautu objek
tertentu sebelum melakukan pengukuran dengan suatu alat ukur
untuk mendapatkan ukuran yang tepat.

Telaah Kurikulum 57
3.2 Penerapan Dimensi Keterampilan
1
Untuk melakukan latihan pengukuran, bisa menggunakan
alat ukur yang dibuat sendiri atau dikembangkan dari benda-
benda yang ada disekitar. Sedangkan pada tahap selanjutnya,
menggunakan alat ukur yang telah baku digunakan sebagai alat
ukur.
Sebagai contoh, dalam pengukuran jarak, bisa
menggunakan potongan kayu, benang, ukuran tangan, atau kaki
sebagai satuan ukurnya. Sedangkan dalam pengukuran isi, bisa
menggunakan biji-bijian atau kancing yang akan dimasukkan
untuk mengisi benda yang akan diukur. Contoh kegiatan
mengukur dengan alat ukur standar/baku adalah siswa
memperkirakan dimensi linear dari benda-benda (misalnya yang
ada di dalam kelas) dengan menggunkan satuan centi meter (cm),
dekameter (dm), atau meter (m). Kemudian siswa dapat
menggunakan meteran (alat ukur, mistar atau penggaris) untuk
pengukuran benda sebenarnya.
Dalam dunia pendidikan peserta didik akan dilatih
bagaimana caranya hingga dia dapat mengetahui teknik
keterampilan mengukur dengan alat-alat yang berbeda, yaitu
dengan menggunakan mistar, jangka sorong, micrometer sekrup.
Jika seseorang disuruh mengukur meja yang memiliki panjang 1
meter, namun alat ukur yang dimiliki adalah mistar sehingga
untuk mengukur meja tersebut harus memindah-mindahkan posisi
Telaah Kurikulum 58
mistar dengan catatan dihasil pengukuran harus menuliskannya
dengan menyertakan ketidakpastian pengukuran dengan cara
menjumlah ketidakpastian pengukuran tersebut berdasarkan
berapa kali mistar dipindahkan.
Sedangkan dalam proses pengukuran suhu termometer
tidak digunakan untuk mengaduk cairan yang akan diukur
suhunya. (USAID: 2013) untuk mendeskripsikan keterampilan
dalam melakukan praktikum pengukuran suhu berbagai cairan.
Adapun yang harus dilakukan dalam teknik pengukuran suhu
sebagai berikut:
b. Mengetahui nama alat Mengetahui fungsi termometer Cara
memegang termometer Pengaturan suhu (suhu awal tidak
perlu diatur terlebih dahulu) Mengukur suhu suatu zat
(ujung bawah termometer berada ditengah-tengah cairan
tidak menyentuh dasar atau dinding bejana) Pembacaan
skala termometer.
c. (dilakukan ketika termometer masih berada di dalam cairan)
Pembacaan skala termometer (posisi mata berada pada garis
tegak lurus terhadap posisi skala termometer) Posisi tangan
terhadap termometer (tangan tidak boleh bersentuhan
langsung dengan termometer) Termometer tidak digunakan
untuk mengaduk cairan.
Berikut adalah data yang diperoleh berdasarkan hasil
pengukuran berulang panjang, massa, dan suhu.
1. Pengukuran Panjang
Telaah Kurikulum 59
NST Mistar : = 0,1

NST Jangka Sorong :


20 skala nonius = 39 skala utama
1 skala nonius = 1,95 skala utama
1 skala nonius = 1,95 × 0,1 cm
1 skala nonius = 0,195 cm
NST Alat = 0,200 cm – 0,195cm
NST Mikrometer Sekrup :

= 0,001
Tabel 4. Hasil Pengukuran Panjang

Benda Besaran Hasil Pengukuran (cm)


No yang yang
diukur diukur Mistar Jangka Sorong Mikrometer Sekrup

Panjang

1 Kubus Lebar

Tinggi

2 Bola Diameter

Telaah Kurikulum 60
2. Pengukuran Massa
Neraca Ohauss 2610 gram
Nilai Skala Lengan 1 = 100 mm
Nilai Skala Lengan 2 = 10 mm
Nilai Skala Lengan 3 = 0,1 mm
Massa Beban Gantung = 0
Tabel 5. Hasil Pengukuran Massa dengan Neraca Ohauss 2610
gram

Penunjuka
Penunjukan Penunjukan Beban
Benda n Lengan
Lengan 2 Lengan 3 Gantung
Massa Benda (g)
1

0 5 12 0

Kubus 0 5 13 0

0 5 14 0

0 1 98 0

Bola 0 1 97 0

0 2 0 0

Dalam menentukan angka penting beberapa hal yang


harus dilakukan sebagai berikut:
Apabila KR suatu hasil pengukuran 0,1% sama dengan 4 angka
penting, 1 % maka memiliki 4 angka penting, 10 % 2 angka
penting. Conto dari hasil pengukuran berikut ini:
Telaah Kurikulum 61
p1 = |1,80 ± 0,5| cm
p2 = |1,80 ± 0,5| cm
p3 = |1,80 ± 0,5| cm

δ1 = |p1 - | = |1,80 – 1,80| cm = 0 cm


δ2 = |p2 - | = |1,80 – 1,80| cm = 0 cm
δ3 = |p3- p3| = |1,80 – 1,80| cm = 0 cm
δmax. = p = 0,05 cm

KR = = × 100 % = 2,77 % (3

AB)
p = |1,80 ± 0,05| cm
1. Ketidakpastian Bersistem
Ketidakpastian bersistem akan menyebabkan hasil yang
diperoleh menyimpang dari hasil sebenarnya. Sumber-sumber
ketidakpastian ini adalah :
a. Kesalahan kalibrasi alat
b. Kesalahn titik nol
c. Kerusakan komponen alat
d. Gesekan

Telaah Kurikulum 62
e. Kesalahan paralaks
f. Kesalahan saat bekerja
1. Ketidakpastian rambang (acak)
Kesalahan ini bersumber dari gejala yang tidak
mungkin dikendalikan atau diatasi berupa perubahan yang
berlangsung sangat cepat sehingga pengontrolan dan
pengaturan diluar kemampuan. Ketidakastian ini
menyebabkan pengukuran jatuh agak ke kiri dan ke kanan dari
nilai yang sebenarnya. Sumber-sumber ketidakpastian acak ini
antara lain:
a. Kesalahan menaksir bagian skala
b. Keadaan yang berfluktuasi artinya keadaan yang berubah
cepat terhadap waktu
c. Gerak acak molekul-molekul udara
d. Landasan yang bergetar
e. Bising yaitu gangguan pada alat elektronik yang berupa
fluktuasi yang cepat pada tegangan karena komponen alat
yang meningkat temperatur kerjnya.
f. Radiasi latar belakang seperti radiasi kosmos dari
angkasa ruang
Menurut Herman (2015: 4-6), untuk memperoleh hasil
pengukuran seteliti mungkin serta melaporkan ketidakpastian
yang menyertainya dapat dilakukan dengan cara :
1. Ketidakpastian pengukuran tunggal

Telaah Kurikulum 63
Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang
dilakukan satu kali saja. Nilai x sampai goresan terakhir
dapat diketahui dengan pasti, namu bacaan selebihnya
adalah terkaan atau dugaan belaka sehingga patut diragukan.
Inilah ketidakpastian yang dimaksud yang diberi simbol .
Lambang merupakan ketidakpastian mutlak. Untuk
mengukur tunggal diambi kebijaksanaan :
……………..……………. (1.1)

Sehingga penulisan hasil pengukuran dapat di


laporkan dengan cara yang sudah dibakukan sperti berikut :
………………………........…… (1.2)
Dimana :
X = simbol besaran yang diukur
= hasil pengukuran besaran ketidakpastian
= satuan besaran x (dalam satuan SI)
atau ketidakpastian mutlak memberi gambaran
tentang mutu alat ukur yang digunakan. Semakin tinggi
mutu alat ukur, semakin kecil yang diperoleh dan
semakin kecil ketidak pastian mutlak semakin tepat hasil
pengukuran.
Perbandingan antara ketidakpastian mutlak dengan

hasil pengukuran disebut ketidakpastian

relatif. Ketidakpastian relatif menyatakan tingkat ketelitian

Telaah Kurikulum 64
hasil pengukuran. Makin kecil ketidakpastian realtif, makin
tinggi ketelitian yang dicapai pada pengukuran.
2. Ketidakpastian pengukuran berulang
Dengan menggandakan pengulangan, pengetahuan
kita tentang nilai sebenarnya menjadi semakin baik.
Pengulangan seharusnya dilakukan sesering mungkin.
Namun perlu dibedakan antara pengulangan beberapa kali (2
atau 3 kali saja) dan pengulangan yang cukup sering (10
kali atau lebih). Penulisan pelaporan hasil pengukuran dapat
di tuliskan dengan ( = rata-rata pengukuran,
dan = deviasi maksimum atau deviasi rata-rata).
dengan :
………………………………...… (1.3)

dan deviasi
, dan .
adalah yang terbesar di antara , atau dapat juga di
ambil dari:

………………………………. (1.4)

3.3 Merancang Alat Pengukuran Modern


1
Setelah peserta didik memahami materi mengenai
pengukuran dan besaran maka diharapkan kepada peserta didik
mampu membuat sebuah keterampilan mengenai pembuatan alat
alat pengukuran bebrbasis modern seperti berikut:

Telaah Kurikulum 65
1. Microlite Pengukur Suhu Praktis & Canggih

Gambar 13. Microlite suhu


Untuk perindustrian makanan adalah hal yang wajib
untuk menjaga kualitas produk baik selama proses
pembuatan, pengemasan, penyimpanan di gudang bahkan
sampai pendistribusian. Banyak hal yang harus diperhatikan
dalam menjaga kualitas produk tersebut, salah satunya
adalah dengan menjaga suhu ruangan tempat penyimpanan.
Berbagai macam peralatan untuk mengukur suhu ruangan
telah banyak beredar di sektor industri makanan dari mulai
alat yang manual sampai dengan alat yang paling canggih.
Microlite adalah salah satu alat pengukur suhu dengan
teknologi canggih namun berbentuk portable sehingga
mudah dibawa kemana saja.
Alat ini biasanya digunakan untuk memonitoring
suhu pada suatu ruang lingkup,dimana ruangan lingkup
tesebut dibutuhkan penyesuaian suhunya untuk memantau
danmenjaga mutu dan kualitas.Wujud dari microlite atau
data logger itu sendiri adalah alat yang berukuran
miniseperti USB yang digunakan untuk memonitor dan
Telaah Kurikulum 66
merekam tingkat temperature yang ada pada suatu ruang
lingkup,yang selanjutnya akan menghasilkan result data
pada device displayatau layar berupa perubahan angka-
angka.Alat ini juga memiliki banyak kelebihan selain dia
bersifat portable dapat dibawakemana saja. alat ini juga
dapat di-download atau dikonversikan kedalam system
komputerisasi tentunya dengan dukungan system
komputerisasi yang menggunakan softwaremicrolab.
Penggunaan Software Datasute ini dapat memberikan result
data berupa grafik berdasarkan pengujian suhu dan
kelembaban dari waktu ke waktu dengan didukung
Microlite ini juga sangat baik digunakan dengan
berbagai kualitas yang dimilikisebagai pertimbangan bagi
para pengguna alat uji, ini dia kualitas yang dimiliki alat uji
ini :dust resistance (Tahan Debu), water resistance (Anti
Air), dan baterai yang mudah untukdiganti jadi tidak
mempersulit pengguna untuk menggunakan alat ini.
Microlite banyak digunakan pada perindustian
besar,seperti perindustrian daging dan ikan, sayursayuran, bu
ah-buahan, produksi kalengan, ice cream, dan industri kayu
serta industri lainnya yang menggunakan monitoring suhu
sebagaikegiatan produksi mereka.Data yang disimpan oleh
Microlite dapat dengan mudah didownload ke komputer
manapun untuk melihat dan menganalisis lebih lanjut

Telaah Kurikulum 67
menggunakan software Data suite yang sudah terinstall, dan
juga dapat diekspor ke Spreadsheet Excel
2. Pengukur Jarak Cerdas Berbasis Probe Ultrasonik
Pengukuran merupakan sesuatu yang sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari. Kemudahan dalam
pengukuran sangat tergantung dari alat ukur yang
digunakan. Kebutuhan akan alat ukur yang modern
semakin meningkat. Hal tersebut dikarenakan proses
pengukuran banyak digunakan di berbagai bidang terutama
di bidang penelitian, bidang ekonomi dan bidang rekayasa.
Kebutuhan pengukuran terdiri dari pengukuran yang
bersifat sederhana hingga yang kompleks. Inovasi di dalam
bidang pengukuran sangat diperlukan yaitu untuk proses
pengembangan alat ukur masa depan terutama agar lebih
mudah digunakan dan lebih efisien waktu namun tetap
sesuai dengan kebutuhan pengukuran.
PDM (Probe Distance Meter) adalah solusi praktis
alat pengukur jarak elektronis dengan memanfaatkan
sepasang probe berbasis mikrokontroler dan sensor
ultrasonik. Alat ukur ini dapat mengatasi permasalahan
dalam pengukuran yang biasanya dialami oleh alat ukur
konvensional seperti meteran, mikrometer sekrup atau
jangka sorong yaitu rentan kesalahan paralaks, kurang
fleksibel dan pencatatan masih manual.

Telaah Kurikulum 68
Komponen utama dari PDM adalah modul
mikrokontroler, sensor ultrasonik dan sepasang probe.
Cara kerjanya adalah dengan menekan tombol daya
kemudian secara otomatis probe 1 akan mengirimkan
gelombang kepada probe 2, kemudian waktu tempuh
gelombang dihitung oleh mikrokontroler dan hasilnya akan
ditampilkan secara realtime pada layar alat ukur. Pengukuran
menggunakan PDM dapat dilakukan dengan cepat dan
tepat. PDM diharapkan dapat menjadi inovasi baru yang
dapat melakukan pengukuran secara praktis, ergonomis,
cepat, dan dapat digunakan oleh tuna netra namun tetap
akurat.
Pengukuran adalah kegiatan membandingkan suatu
besaran yang diukur dengan alat ukur yang digunakan
sebagai satuan. Dalam fisika, pengukuran merupakan
aktivitas yang membandingkan kuantitas fisik dari objek
dan kejadian dunia nyata. Alat pengukur adalah alat yang
digunakan untuk mengukur benda atau kejadian tersebut.
Pengukuran jarak yaitu pengukuran yang menjadikan jarak
sebagai besaran, pengukuran jarak mempunyai satuan
meter sebagai satuan baku. Pengukuran jarak dapat berupa
menghitung jarak dari suatu titik ke titik lain menggunakan
alat ukur.
1. Mikrokontroler Arduino

Telaah Kurikulum 69
Arduino yaitu sebuah platform dari physical
computing yang bersifat open source. Arduino tidak
hanya sekedar sebuah alat prototyping (pengembangan),
tetapi juga kombinasi dari hardware, bahasa
pemrograman dan Integrated Development
Environment (IDE) yang canggih. IDE adalah sebuah
software yang sangat berperan untuk menulis program,
meng-compile menjadi kode biner dan meng- upload ke
dalam memori mikrokontroller.
Arduino Uno adalah board berbasis
mikrokontroler ATMega328. Board ini memiliki input
digital sebanyak 14 pin input-output. Sebanyak 6 pin
diantaranya dapat digunakan sebagai output PWM), 6
input analog, 16 MHz osilator kristal, koneksi USB,
dan tombol reset. Pin tersebut berguna untuk
mendukung kerja mikrokontroler.

Gambar 14. Mikrokontroler Arduino Uno


Gelombang ultrasonik yaitu gelombang bunyi
yang memiliki getaran dengan frekuensi lebih tinggi dari

Telaah Kurikulum 70
gelombang bunyi yang bisa didengar oleh telinga
manusia, yaitu dalam rentang frekuensi antara 20 kHz -
20 MHz[4]. Gelombang ultrasonik termasuk kedalam
jenis gelombang mekanik yang membutuhkan medium
untuk merambat. Cepat rambat gelombang ultrasonik
bergantung pada mediumnya
Sensor Ultrasonik adalah sensor yang bekerja
berdasarkan prinsip kerja gelombang ultrasonik. Sensor
ultrasonik menghasilkan gelombang frekuensi tinggi dan
menerima kembali gelombang echo (pantulan), sehingga
sensor dapat menghitung interval waktu antara
pengiriman gelombang dan penerimaan gelombang untuk
dapat menentukan jarak ke obyek.

Gambar 15. Sensor Ultrasonik


2. Prinsip Kerja PDM
PDM terdiri dari 3 komponen utama yaitu
mikrokontroler Arduino, probe (sensor ultrasonik), dan
LCD (liquid cristal display). Mikrokontroler Arduino

Telaah Kurikulum 71
Uno pada alat ini memiliki 4 fungsi yaitu sebagai
ultrasonic generator, timer, kontrol, dan display LCD.
Sebagai ultrasonic generator, modul Arduino akan
menghasilkan sinyal yang kemudian diubah menjadi
gelombang ultrasonik oleh sebuah transducer.
Gelombang inilah yang akan ditransmisikan dari probe 1
ke probe 2.

Gambar 16. Diagram blok mekanisme cara kerja PDM


Modul Arduino juga digunakan sebagai timer
digital yaitu melakukan perhitungan waktu perambatan
gelombang dari probe 1 ke probe 2. Mikrokontroler
Arduino melakukan perhitungan jarak berdasarkan
persamaan jarak berikut ini:
S=vxt
Dimana, S= Jarak
v= cepat rambat ultrasonik (347.45 m/s)

Telaah Kurikulum 72
t = waktu rambat
3. Rancangan Pembuatan PDM
1. Perancangan Desain Sistem PDM
Langkah pertama dalam pembuatan PDM adalah
membuat gambaran sistem secara garis besar dalam
bentuk diagram blok yang merepresentasikan sistem
keseluruhan. Setiap blok mempunyai fungsi masing-
masing.

Gambar 17. Diagram komponen cara kerja sistem


2. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan membaca
artikel ilmiah dan jurnal tentang penelitian terkait.
Selain itu membuka data sheet komponen juga
dilakukan untuk mengetahui spesifikasi yang sesuai
tentangkomponen yang dipakai. Setelah dilakukan
studi literatur, maka didapatkan kesimpulan bahwa

Telaah Kurikulum 73
mikrokontroler yang dipakai adalah Arduino uno dan
sensor yang dipakai adalah SRF05.
3. Persiapan Komponen
Pada tahap ini dipersiapkan komponen yang
diperlukan antara lain:

4. Perancangan Piranti Keras Sistem


Setelah komponen sudah sesuai dengan
spesifikasi telah tersedia, setelah itu implementasi
desain yang telah dilakukan dalam bentuk hardware.

Gambar 18. Implentasi hardware dalam rangkaian


sederhana
5. Perancangan Algoritma Pemrograman
Setelah komponen sudah dirangkai sesuai
rancangan maka tahap selanjutnya adalah perancangan
Telaah Kurikulum 74
algoritma program. menghitung selang waktu
gelombang dari probe 1 menuju probe 2. Berikut ini
adalah diagram alir dari sistem PDM.

Gambar19. Diagram alir algoritma prog


1. Menentukan ketelitian alat ukur mistar, meteran, jangka
sorong, micrometer, dan neraca ohaus
2. Menggunakan prinsip angka penting
3. Menyesuaikan penulisan hasil pengukuran dengan prinsip
angka penting
keterampilan
1. Melakukan pengukuran besaran fisis menggunakan alat ukur
dengan mempertimbangkan aspek ketepatan, kesalahan
matematis yang memerhatikan ketelitian dan ketepatan.
2. Menyaji dan mengolah data pengukuran massa, panjang, dan
waktu

Telaah Kurikulum 75
3. Mempresentasikan pengetahuan dan keterampilan
pengukuran massa jenis kelereng besar dan kecil
4. Membuat laporan tertulis hasil praktikum

Telaah Kurikulum 76
BAB 4
SPIRITUAL

Telaah Kurikulum 77
4.1 Makna Pengukuran Dalam Dimensi Spiritual

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan


silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal‖. (Al Imran :190)
Dalam ayat diatas kita diberi petunjuk, setidaknya
tersirat beberapa makna antara lain adalah: alam semesta yang
senantiasa berproses tanpa henti dan menyajikan banyak sekali
gejala dalam seluruh dimensi ruang dan waktu yang terus
berkembang.
Hanya kepada Allah lah tunduk/patuh segala apa yang
ada di langit dan di bumi baik ataskesadarannya sendiri ataupun
karena terpaksa, (dan sujud pula) bayang-bayangnya diwaktu
pagi dan petang‖ (ar Raad :15). Dalam ayat ini Allah SWT
mengingatkan kita bahwa apapun nama dan bentuk gejala
yangditunjukan-Nya selalu mengikuti suatu sistem dengan
hukum-hukum yang telah ditetapkan- Nya.
Maka sesungguhnya Aku bersumpah dengan cahaya
merah diwaktu senja, dan denganmalam dan apa yang
diselubunginya. Dan dengan bulan apabila jadi purnama,
sesungguhnyakamu melalui tingkat-
demi tingkat‖. (Al Insyiqaaq 16-19)Allah SWT menampilkan
gejala fisis untuk diartikan sebagai perumpamaan antara
lain behwa terdapat 3 tahap yang harus dilalui manusia yaitu :
Telaah Kurikulum 78
pertama, adanya ketidaktahuan kitaseperti kita melihat dalam
kegelapan malam. Kedua, adanya keragu-raguan kita
sepertihalnya kepekaan kita melihat cahaya merah di waktu senja
dan ketiga, ditunjukan-Nya gejalafisis serta penjelasan secara
nyata dan membawa isyarat keindahan dan keagungan-Nya.
Model dan Perumusan Fisika

Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam


Al Qur‘an ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat
memetik pelajaran (az Zumar :27).
Kepunyaan Allah lah segala apa yang dilangit dan
dibumi, Sesungguhnya Allah, DialahMaha kaya lagi Maha
Terpuji. (Luqman :26) Untuk memenuhi keingintahuan terhadap
rahasia-rahasia alam ini penjelasan-penjelasannyaselalu dipakai
pendekatan-pendekatan dalam bentuk atau keadaan yang
sederhana ataukeadaan-keadaan ideal. Keadaan ideal ini
dinyatakan dalam bentuk perumusan matematikayang selanjutnya
kita sebut sebagai hukum-hukum fisika.
A. Besaran Fisis

Telaah Kurikulum 79
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu
menurut ukuran. (Al Qamar: 49) dari ayat tersebut telah
menjelaskan bahwa Alaah menciptakan langit dan bumi ini
sesuai dengan ukurannya tidak pernah lebih dan tidak pula
kurang.

﴿25:2
Dia telah menciptakan segala sesuatu dan Dia
menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya. (Al
Furqan :2). Allah SWT menciptakan sesuatu dengan rapid an
indah tidak pernah ada kesalahan di dalam penciptaannya.
Kedua ayat diatas mengisyaratkanbahwa kata
ukuran adalah apa yang ada di alam ini dapat dinyatakan
dalam dengan dua peran, yang pertama sebagai bilangan
dengan sifat danketelitian yang terkandung didalamnya dan
yang keduanya sebagai hukum atau aturan.
B. Dimensi dan Ruang

Telah diperlihatkan kepada mereka tanda-tanda


(kekuasaan) Allah disegenap ufuk dan pada diri
merekasendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al
Quran itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup
(bagikamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan
segalasesuatu ?(Al Fushshilat :53) Dalam kata kata tanda-

Telaah Kurikulum 80
tanda (kekuasaan) Allah tersirat sifat dan perilaku seluruh
ciptaan Nya dengan berbagaiproses dan gejalanya.
Adapun yang terkandung dalam pengertian ufuk,
selain yang berlaku sebagai dimensi ruang juga termasuk
dalam makna dimensi-dimensi. Dinamika

Tidak ada balasan kebaikan kecuali dengan


kebaikan pula.‖ (Ar Rahman: 60) Secara harfiah dapat
diartikan bahwa munculnya balasan kebaikan merupakan
buah dari interaksi. Dalam ayat ini tersirat pula makna
dari pemberian dan balasan berupa potensi yang dimiliki
suatu benda.

Telaah Kurikulum 81
BAB 5
DIMENSI SOSIAL

Telaah Kurikulum 82
5.1 Makna Pengukuran Dalam Dimensi Sosial

Dalam kehidupan sehari – hari kehidupan manusia


tidak lepas dari berbagi fenomena fisika salah satunya materi
pengukuran yang kerap digunakan baik itu dibidang ekonomi,
industri dan sebagainya.
Materi pengukuran dibidang ekonomi dapat dilihat dari
penggunaan neraca atau timbangan duduk yang digunakan oleh
para penjual buah. Sebelum menjual atau menetapkan harga dari
buah yang dijualnya kepada pembeli maka penjual terlebih
dahulu menakar buah yang ingin dibeli dengan cara
mnimbangnya menggunakan sebuah timbangan.
Sama halnya yang dilakukan oleh penjual tepung terigu yang
terlebih dahulu harus menakar tepung terigu menggunakan
timbangan baru menentukan harga yang disepakati kepada
pembeli.
Dalam jual beli emas, untuk mengetahui harga atau
takaran dari emas tersebut juga diperlukan neraca oleh penjual
untuk mengetahu massa yang dimiliki emas tersebut. Oleh karena
itupenggunaan neraca dalam bidang ekonomi sangat dibutuhkan
karena dapat mempermudah bagi penjual untuk menentukan
harga yang sesuai.
Penggunaan alat alat ukur dalam bidang industri pabrik
dapat dilihat dari pnggunaan jangka sorong untuk mengukur
Telaah Kurikulum 83
suatu diameter atau panjang benda yang berukuran kecil yang
membutuhkan ketelitian yang cukup besar. Dalam bidang
teknik, jangka sorong sering digunakan untuk mengukur diameter
baut ataupun mur. secara umum, jangka sorong ini juga biasa
digunakan untuk mengukur diameter dalam pipa ataupun
diameter luarnya, serta mengukur kedalaman suatu tabung.
Sedangkan alat ukur mistar merupakan alat ukur yang
memiliki skala terkecil 1mm. Mistar ini memiliki ketelitian 0,5
mm yaitu setengah skala terkecil. Ketelitian adalah nilai terkecil
yang masih dapat diukur oleh alat ukur. Mistar biasa digunakan
oleh para tukang kayu mengukur kayu yang akan dirancang untuk
membangun rumah sesuai yang dibutuhkan, karena tanpa mistar
maka tukang kayu sulit untuk menyesuaikan panjang kayu yang
dibutuhkan hanya dengan mengira ngira saja. Mistar juga bisa
digunakan untuk mengukur panjang suatu meja, dan buku.
Untuk mengukur besaran yang nilainya lebih besar lagi
digunakan rol meteran. Meteran juga dapat digunakan oleh
penduduk setempat untuk mengukur panjang suatu bidang tanah
yang akan diperjual belikan sehingga ada kesesuain harga dengan
luas tanah yang telah disepakati. Meteran juga biasa digunakan
untuk mengukur panjang suatu jalan. Panjang terkecil dari rol
meter adalah centimeter (cm). meteran ini gunakan untuk
mengukur suatu objek yang tidak bisa dilakukan dengan mistar,
misalnya karena ukurannya terlalu panjang atau bentuknya tidak
lurus.
Telaah Kurikulum 84
Spidometer biasa kita lihat pada motor, mobil, bus dan
lain –lain. Dimana spidometer ini berfungsi untuk mengukur
kelajuan motor, mobil,dan bus sehingga pengendara dapat
mengetahui besarnya kelajuan yang digunakan.
Termometer merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur suhu yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari
hari :
3. Termometer Klinis
Kita biasa menyebutnya sebagai termometer demam,
karena kegunaannya dibidang kedokteran sebagai pengukur
suhu tubuh. Termometer klinis mempunyai dua skala yaitu
35 derajat celcius dan 42 derajat celcius. Untuk mengukur
suhu tubuh biasanya thermometer klinis diletakkan diketiak
atau dimulut sekitar dua menit. Biasanya tubuh manusia
normal mempunyai suhu 37 derajat celcius.
4. Termometer Dinding
Dinamakan termometer dinding karena letaknya
biasanya ada di dinding untuk mengukur suhu dalam
ruangan yang berskala sekitar -50 derajat sampai 50 derajat
yang dinyatakan dengan celcius atau Fahrenheit.
5. Termometer Six-Bellani
Dinamakan six-bellani karena ditemukan oleh James
Six dan Bellani yang biasanya untuk para pengamat cuaca
sebagai mengukur suhu tinggi dan suhu rendah pada jangka
waktu yang sudah ditetapkan. Selain itu juga digunakan
Telaah Kurikulum 85
untuk mengukur suhu di rumah kaca, rumah yang biasa
digunakan untuk penelitian. termometer ini juga mempunyai
keunikan yang tidak dimiliki termometer lainnya, yaitu
mempuyai dua skala yaitu skala maksimum di pipa kanan,
sehingga suhu bisa di baca pada setiap pipa.
6. Termometer Platina
Termometer ini biasa digunakan oleh industri karena
jangkauannya mampu mengukur suhu sampai 10000 derajat
celcius. Ketika suhu naik, biasanya tekanan di platina juga
naik karena bahan antar listriknya terbuat dari platina yang
mampu menahan panas.
7. Termometer Gas
Termometer ini bisa mengukur suhu paling rendah
sekitar -250 derajat sampai suhu tertinggi sekitar 1500
derajat. Dinamakan termometer gas karena bekerja sesuai
dengan pemuaian gas hidrogen dan helium
8. Termometer pyrometer
Biasa disebut dengan termometer optik, yang bisa
bekerja sesuai dengan perubahan warna logam yang terjadi
karena perubahan suhu bisa sampai 100 derajat celcius.
9. Termometer Bimetal
Bentuk termometer ini bulat, dan perputarannya pun
seperti arah jam dinding. Makin tinggi suhu maka putaran
keeping bimetal semakin ke kanan.
10. Termometer Termokopel
Telaah Kurikulum 86
Mampu mengukur suhu sekitar -100 derajat sampai
1500 derajat celcius. Termometer ini memiliki dua kawat
yang mempunyai fungsi berbeda jika dihubungkan dengan
amperemeter, yang biasa untuk mengukur kuat arus listrik.
11. Termometer Pirometer
Ini adalah termometer optis yang biasa di gunakan
untuk mengukur jumlah pancaran radiasi per detik yang
dipancarkan oleh benda yang mempunyai suhu tinggi hingga
3000 derajat celcius dan paling rendah sampai 500 derajat
celcius.
12. Termomter Inframerah
Sama dengan termometer pirometer, termometer ini
juga digunakan dalam bidang optis. Cara kerjanya dengan
mengarahkan thermometer ini kea rah sinar inframerah
sambil menekan tombol sampai menunjukkan angka
tertinggi.
13. Termometer Resistansi
Mampu mengukur suhu sekitar -250 derajat sampai
700 derajat. Termometer ini digunakan untuk mencatat
perubahan resistansi cairan yang ada di kawat platinum.
14. Termometer Termistor
Merupakan thermometer non gelas yang mampu
mengukur suhu sekitar -25 derajat celcius hingga 18 derajat
celcius.
15. Termometer Sensor Ganda
Telaah Kurikulum 87
Termometer ini dibuat untuk suatu kebutuhan tertentu,
karena alatnya mampu mengukur suhu ganda lingkungan
yang dapat konstan dalam jangka waktu yang cukup lama.
16. Termometer Jenis K
Termometer jenis ini di buat untuk mengukur suhu
paling tinggi di udara, bukan untuk sembarang lingkungan.
17. Termometer Data Logging
Sesuai namanya data logging berarti perekam data,
yang dapat digunakan untuk menyediakan data akurat untuk
grafis yang cocok.
18. Termometer Laboratorium
Termometer yang biasa digunakan di laboratorium
sekolah, menggunakan bahan utama air raksa, jika cairan
raksa semakin panas maka cairan itu akan berubah sepanjang
pipa skala celcius.

Telaah Kurikulum 88
BAB 6
SISTEM SOSIAL

Telaah Kurikulum 89
6.1 Pengertian Sistem Sosial

A. Sistem sosial
Secara etimologis berasal dari bahasa Yunani
“systema” artinya sehimpunan dari bagian-bagian atau
komponen-komponen yang saling berhubungan satu sama
lain secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan.
Sistem merupakan suatu istilah yang artinya ialah
menggabungkan, untuk mendirikan, ataupun untuk
menempatkan bersama. Sistem merupakan suatu kumpulan
elemen berhubungan yang menjadi kesatuan/kebulatan yang
kompleks. Sistem adalah suatu jaringan kerja dari suatu
prosedur yang saling berinteraksi/berhubungan, untuk dapat
menjalankan fungsi dari masing-masing untuk menghasilkan
maupun menyelesaikan sesuatu yang menjadi tujuan
bersama.
Secara umum sistem sosial dapat di artikan sebagai
suatu sistem yang terdiri sekumpulan tindakan yang dibentuk
dari berbagai interaksi sosial antara satu individu dengan
individu yang lainnya yang dimana akan selalu tumbuh dan
berkembang di masyarakat.
Sistem sosial adalah semua unsur sosial yang saling
berhubungan antara satu sama lain dan dimana hubungan
tersebut saling mempengaruhi dalam kesatuan sosial. Dalam

Telaah Kurikulum 90
sistem sosial setidaknya harus ada dua orang atau lebih, yang
saling berinteraksi satu sama lain, memiliki tujuan dari
interaksi tersebut, memiliki struktur, simbol dan tujuan
bersama. Atau sistem sosial bisa di artikan sebagai bagian-
bagian yang saling berhubungan, masing-masing bekerja
sendiri dan saling mendukung dan bertujuan untuk mencapai
tujuan bersama.
Sistem sosial ini dapat terbentuk dengan sendirinya
yaitu karena adanya satu penilaian umum yang telah menjadi
sebuah kesepakatan diantara kelompok masyarakat. Penilaian
umum ini biasanya memiliki standar-standar tertentu yang di
sebut juga dengan norma sosial.
Pada umumnya masyarakat mengartikan sistem
adalah suatu cara atau rangkaian kegiatan yang menyangkut
teknis melakukan sesuatu. Namun tidak demikian halnya di
dalam kajian sosiologis. Sosiologis melihat sistem merupakan
suatu rangkaian berbagai unsur yang satu sama lain
berhubungan secara utuh tanpa dapat dipecah-pecahkan.
B. Sistem Sosial Menurut Ahli
Adapun pengertian sistem sosial juga banyak di
kemukakan oleh para ahli yang diantaranya adalah:
- Talcott Persons, sistem sosial dapat di definisikan sebagai
suatu proses interaksi yang terjadi di dalam masyarakat
diantara para pelaku sosial. Interaksi yang terjadi diantara
para pelaku sosial ini tentunya akan melibatkan sebuah
Telaah Kurikulum 91
struktur relasi yang menurut Talcott Persons di sebut
sebagai sebuah sistem.
Dengan adanya pendapat dari Talcott Person ini, banyak
orang yang mengambil kesimpulan yang di dapat dari
hasil pemikiran Talcott Persons yaitu sistem sosial juga
terdiri dari sebuah dari kolektivitas dan juga peran.
Oleh Karena itu, interaksi yang terjadi antara satu
individu dan individu lainnya menurut Talcott Person
akan mampu melahirkan sebuah sistem sosial. Sebagai
salah satu contohnya adalah sistem sosial di dalam
penjara dimana individu-individu yang ada di dalamnya
lebih dari satu orang yang tentunya melibatkan interaksi
di dalamnya.
- Tatang (Abdulsyani, 1994) istilah sistem berasal dari
bahasa Yunani yaitu systema yang mempunyai
pengertian sebagai berikut:
1) Suatu keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak
bagian.
2) Hubungan yang berlangsung di antara satuan-satuan
atau komponen secara teratur.
- Abdulsyani (1994) mengatakan sistem adalah himpunan
dari bagian-bagian yang saling berkaitan, masing-masing
bagian bekerja sendiri dan bersama-sama saling
mendukung; semuanya dimaksudkan untuk mencapai

Telaah Kurikulum 92
tujuan bersama, dan terjadi pada lingkungan yang
kompleks.
- Abdulsyani (1994), sistem sosial merupakan konsep yang
paling umum dipakai dalam menjelaskan dan
mempelajari hubungan manusia di dalam kelompok atau
dalam organisasi sosial. Dalam hal ini manusia sebagai
anggota masyarakat merupakan individu-individu yang
saling bergantungan. lnteraksi antar individu yang
berkembang menurut standar penilaian dan kesepakatan
bersama yaitu berpedoman pada norma-norma sosial
merupakan dasar dari terbentuknya sistem sosial.
- Jhonson (1986) sistem sosial hanya salah satu dari
sistem-sistem yang termasuk dalam kenyataan sosial.
Sistemsistem sosial tersebut merupakan bentukan dari
tindakan-tindakan sosial individu.
- Nasikun (1993) tidak lain adalah suatu sistem daripada
tindakan-tindakan. la terbentuk dari interaksi sosial yang
terjadi di antara berbagai individu, tumbuh dan
berkembang tidak secara kebetulan, melainkan tumbuh
dan berkembang di atas standar penilaiaan umum
masyarakat. Sistem Sosial adalah sistem bermasyarakat
itu sendiri.
Dari beberapa pendapat di atas mengenai sistem
sosial, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa sistem
sosial adalah sebuah kumpulan bagian-bagian yang saling
Telaah Kurikulum 93
berkaitan satu sama lain dan terbentuk dari interaksi sosial
yang terjadi dalam kehidupan maupun lingkungan sehari-
hari.
Menurut pandangan ilmu sosial, struktur sosial
merupakan suatu sistem pengharapan-pengharapan yang
berpola dari prilaku individu-individu yang menempati
status-status tertentu dalam sistem sosial. Selama sekelompok
peran tersebut penting secara strategi bagi sistem sosial,
kompleks pola-pola yang mendefenisikan perilaku yang
diharapkan di dalam peran-peran itu bisa disebut sebagai
suatu lembaga. Struktur-struktur kelembagaan dalam
pengertian ini merupakan unsur fundamental dari stuktur
sistem sosial.
Contoh sistem sosial misalnya seperti yang dapat kita
ambil dari masyarakat pada lingkungan sekitar kita, misalnya
seperti pada sistem yang ada di suatu Universitas atau
Sekolah, lalu bisa juga di dalam masyarakat seperti adanya
kecamatan, kelurahan, Rukun Warga, dan Rukun Tetangga.
Lalu contoh lain dari sistem sosial yaitu adanya
seorang individu yang hidup bersama dengan individu
lainnya, minimal ada dua orang individu. Individu tersebut
saling berinteraksi antara satu sama lain sehingga terjadi
adaptasi dan terbentuk pengorganisasian, lalu muncul-lah
pada setiap individu rasa persatuan, dan mereka juga sadar
bahwa mereka merupakan satu kesatuan.
Telaah Kurikulum 94
Suatu kelompok dapat dikatakan sebagai sistem
sosial, dan yang paling penting dalam kelompok tersebut
terdapat interaksi. Interaksi tersebut misalnya seperti
kerjasama, persaingan, persahabatan, dan sebagainya. Hal
seperti itu merupakan beberapa contoh dari sistem sosial
yang dapat kita temui dilingkungan sekitar kita.
Kita ketahui bahwa masyarakat merupakan himpunan
manusia yang di dalamnya saling berinteraksi atau saling
berhubungan antara satu sama lain dan terikat oleh aturan
serta memiliki kebiasaan bersama. Tentunya kehidupan yang
ada dalam masyarakat merupakan salah suatu sistem sosial,
karena pada masyarakat terdapat unsur-unsur sistem sosial.
Karena dalam masyarakat orang-orang akan saling
berhubungan, saling berinteraksi antara satu sama lain dalam
suatu keseluruhan serta memiliki tujuan bersama. Selama
setiap individu yang ada dalam masyarakat saling memiliki
ketergantungan satu sama lain dan masih mempunyai
kesamaan perilaku maupun tujuan maka fungsi unsur-unsur
sosial masih dijalankan. Dengan memiliki ketergantungan
antara satu sama lain, maka setiap individu akan memiliki arti
yang sangat penting terhadap kehadiran individu yang
lainnya.
Selain itu kerjasama antara pemerintah dan
masyarakat maka dapat menghasilkan kinerja yang baik
terutama untuk mengatasi berbagai masalah sosial yang ada
Telaah Kurikulum 95
di dalam masyarakat, karena sangat sulit jika pemerintah
menyelesaikan persoalan sosial tanpa bantuan dan dukungan
dari masyarakat, maupun sebaliknya. Unsur-unsur sistem
sosial pada masyarakat misalnya seperti: status, peranan,
keyakinan, perbedaan, dan lain-lain Proses-proses didalam
sistem sosial , antara lain ialah sebagai berikut:
a. Komunikasi
b. Memelihara tapal batas
c. Penjalinan sistem
d. Sosialisasi
e. Pengawasan sosial
f. Pelembagaan
g. Perubahan social
Kehidupan bermasyarakat dipandang ialah sebagai
suatu sistem /sistem sosial, yakni suatu keseluruhan bagian
maupun unsur-unsur yang saling berinteraksi / berhubungan
didalam suatu kesatuan.
Alvin L. Bertrand, suatu sistem sosial terdapat:
a. 2 orang atau lebih
b. Terjadi interaksi antara mereka
c. Bertujuan
d. mempunyai struktur, harapan-harapan bersama yang
didomaninya.
Dalam suatu sistem sosial pada dasarnya terdapat
suatu proses yang saling mempengaruhi. Hal tersebut
Telaah Kurikulum 96
disebabkan oleh adanya saling keterkaitan diantara satu unsur
dengan unsur yang lainnya.
Margono Slamet, sistem sosial tersebut dipengaruhi
oleh adanya ekologi, demografi, kebudayaan, kepribadian,
waktu, sejarah, dan juga latar belakang. Ciri utama sistem
sosial ialah menerima unsur-unsur yang dari luar (terbuka).
Namun juga akan menimbulkan terjalinnya suatu
ikatan diantara unsur-unsur dengan unsur yang lainnya
(internal) serta terjadi saling pertukaran diantara sistem
sosial itu sendiri dengan lingkungannya (eksternal).

6.2 Fungsi Sistem Sosial

Fungsi dari setiap sistem sosial menurut Halminton


(1990) ada empat yaitu:
1. Fungsi Pemeliharaan Pola. Fungsi Pemeliharaan Pola
mengacu pada keharusan mempertahankan stabilitas pola-
pola budaya terlembaga yang mendefenisikan struktur dari
sistem tersebut. Dalam hal ini fungsi esensial adalah
pemeliharaan, pada tingkat kultural, dan stabilitas nilai-nilai
terlembaga melalui proses-proses yang mengartikulasikan
nilai-nilai dengan sistem kepercayaan, yaitu keyakinan-
keyakinan agama, idiologi, dan semacamnya. Selain itu
adanya fungsi kendali yang menyangkut motivasi komitmen
individual.
Telaah Kurikulum 97
2. Fungsi Pencapaian Tujuan. Fokus dari orientasi tujuannya
terletak dalam hubungannya sebagai suatu sistem terhadap
kepribadian-kepribadian dari individu-individu peserta.
Karena itu ia menyangkut bukannya komitmen kepada nilai-
nilai masyarakat, tetapi motivasi untuk menyumbang apa
yang perlu bagi berfungsinya sistem : "Sumbangan-
sumbangan" ini berbeda menurut kedaruratannya.
3. Fungsi Adaptasi Fungsi. Adaptasi ini merupakan suatu
tindakan penyesuaiaan dari sistem terhadap "tuntutan
kenyataan" yang keras yang tidak dapat diubah 'yang datang
dari lingkungan'.
4. Fungsi Integrasi. Dari keseluruhan fungsi integrasi adalah
fokus dari sifat-sifat dan prosesproses yang paling menonjol.
Pentingnya integrasi mengisyaratkan bahwa semua sistem,
kecuali dalam kasus tertentu, ituPengertia didefenisikan dan
dipecahpecah menjadi unit-unit yang relatif independen,
yaitu harus diperlakukan sebagai sistem- sistem lain, yang
dalam hal ini subsistem-subsistem lain dari sistem sama
yang lebih luas. Dalam suatu masyarakat yang sangat
terdeferensial, fokus primer dari fungsi integrasi didapati
dalam sistem norma-norma legalnya dan pelaku-pelaku yang
berhubungan dengan manajemennya, terutama pengadilan
dan profesi hukum.

Telaah Kurikulum 98
Dalam dunia pendidikan, pendidikan dimanapun tidak
akan pernah berdiri secara terpisah dari kegiatan kelas yang
memberikan kesempatan kepada seorang pendidik untuk
memberikan pemahaman kepada peserta didiknya. Oleh karena
itu wajarlah bila pelaksanaan pendidikan selalu menuntut sarana
kelas sebagai tempat yang mampu menghubungkan antara guru
dan siswa dalam sebuah proses interaksi
Hubungan yang terjalin melalui kegiatan kelas mampu
menempatkan seorang guru dan para murid dalam konteks
dialogis, serta membangun persepsi secara horisontal, berupa
hubungan emosional antar individu sebagai subjek yang sama,
dan secara bersama-sama dalam mengamati objek pengetahuan.
Sehingga, tanpa disadari, sesungguhnya aktivitas yang
berlangsung tersebut merupakan kenyataan terhadap eksistensi
sistem sosial dalam kegiatan pendidikan.
Meskipun demikian, jangkauan sistem sosial tersebut
sangatlah terbatas. Sebab yang nampak hanya berupa
kompleksitas interaksi yang berlangsung melalui aktivitas
pembelajaran kelas. Sebagai upaya untuk memaparkan realitas
tersebut, maka melalui makalah ini penulis berupaya untuk
merunut pemahaman kita ke dalam sebuah perspektif tentang
kegiatan kelas sebagai suatu sistem sosial, melalui penelusuran
tentang pengertian kelas beserta ruang lingkup interaksi yang
berlangsung di dalamnya sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dalam wawasan sosiologi pendidikan.
Telaah Kurikulum 99
Dalam kegiatan yang berlangsung di dalam kelas,
interaksi antara guru dengan para murid, dan antar sesama murid
adalah bagian dari proses pembelajaran yang sangat kompleks.
Mengenai hal ini, jika ingin mengetahui bagaimana interaksi
tersebut dikatakan sangat kompleks, maka terlebih dahulu mesti
diketahui pengertian dari interaksi sosial tersebut.
Pengertian interaksi sosial menurut beberapa pakar (Ary
H. Gunawan, 2000:30-31) adalah:
1. Menurut Bonner, interaksi sosial ialah suatu hubungan
antara dua orang atau lebih, sehingga kelakuan individu
yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki
kelakuan individu yang lain, dan sebaliknya.
2. Menurut Young, interaksi sosial ialah kontak timbal balik
antara dua orang atau lebih.Menurut Psikologi Tingkah Laku
(Behavioristic Psychology), interaksi sosial berisikan saling
perangsangan dan pereaksian antara kedua belah pihak
individu.
Berdasarkan pernyataan di atas, jelaslah bahwa interaksi
sosial adalah polarisasi hubungan antar individu yang saling
mempengaruhi. Dari interaksi sosial inilah kemudian terjadi
interaksi personal sosial, yaitu interaksi dengan “orang” (person)
dalam situasi (lingkungan) sosial, serta interaksi kultural, berupa
hubungan seseorang dengan kebudayaan kelompoknya.
Mengenai hal tersebut terdapat pembagian dalam
interaksi sosial. Pembagian interaksi sosial tersebut dapat disimak
Telaah Kurikulum 100
melalui pernyataan di bawah ini mengenai beberapa macam
interaksi sosial (Ary H. Gunawan, 2000:32-33), yakni: Pertama,
dilihat dari sudut subjeknya, ada tiga macam interaksi sosial,
yaitu: Interaksi antar orang perorangan, Interaksi antar orang
dengan kelompoknya, dan sebaliknya, Interaksi antar kelompok;
Kedua, dilihat dari segi caranya, ada dua macam interaksi sosial,
yaitu: Interaksi langsung (direct interaction), yaitu interaksi fisik,
seperti berkelahi, hubungan seks/kelamin, dan sebagainya; serta
Interaksi simbolik (symbolic interaction), dengan
mempergunakan bahasa (lisan/tertulis) dan simbol simbol lain
(isyarat), dan lain sebagainya; dan, Ketiga, menurut bentuknya,
Selo Soemardjan membagi interaksi menjadi empat, yaitu:
Kerjasama (cooperation), Persaingan (competition), Pertikaian
(conflict), dan Akomodasi (accommodation), yakni bentuk
penyelesaian dari pertikaian.
Kompleksitas interaksi sosial yang terjadi dalam kegiatan
kelas antara guru dan siswa serta antar sesama siswa telah
terpolarisasi sedemikian rupa dalam kegiatan didalam kelas. Hal
ini merupakan gambaran dalam proses riil pembelajaran. Oleh
karenanya , dalam interaksi edukatif yang terjalin tersebut guru
merupakan komponen utama yang (semestinya) mampu
mengarahkan berlangsungnya proses interaksi edukatif ke arah
yang positif. Sebab, guru merupakan pengelola sekaligus
pengatur jalannya interaksi pembelajaran tersebut.

Telaah Kurikulum 101


Kita semua mengetahui, bahkan pernah merasakan,
ketika proses pembelajaran tengah berlangsung, ada murid yang
merasa terganggu saat mengikuti pelajaran di kelas karena ulah
teman sekelasnya, atau ada pula yang merasa terganggu ketika
salah seorang murid mengajak temannya berbicara, atau ada yang
bertingkah usil dengan menyembunyikan alat tulis, atau kita
sendiri selaku pendidik merasa dilecehkan oleh siswa ketika salah
seorang di antaranya selalu mendominasi pembicaraan saat
diskusi kelompok, mendebat kita selaku guru secara tidak wajar,
dan sebagainya.
Tentu ada juga yang pernah merasa terganggu karena
ruang kelas sangat panas dan pengap, penerangan kurang jelas,
tempat duduk tidak nyaman, barang-barang dalam kelas tidak
teratur, dan sejenisnya. Demikian pula tentu ada yang pernah
merasa kecewa, tersinggung, marah, malu, dan sebagainya,
karena perlakuan tertentu dari guru meskipun sebenarnya apa
yang diajarkan olen guru tersebut menarik untuk disimak.
Kondisi sebagaimana yang digambarkan di atas
menunjukkan bahwa dalam kegiatan kelas semua orang berhu-
bungan langsung dengan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar.
Dan secara kompleks, interaksi pembelajaran yang terjadi telah
membentuk sistem sosial, baik disadari secara langsung, maupun
tidak. Dalam situasi seperti ini terdapat seorang individu dalam
kegiatan kelas yang dihormati, disegani, dipatuhi perkataannya,
dan ada pula yang sebaliknya, diejek, dimarahi,
Telaah Kurikulum 102
dikucilkan,direndahkan kedudukannya di antara rekan-rekannya
yang lain.
Kondisi tersebut pada akhirnya membentuk klasifikasi
sosial dalam interaksi kelas, baik yang berpretensi material,
seperi antara kaya dan miskin, atau immaterial, seperti terhormat,
kurang terhormat dan tidak terhormat. Atau, yang bersifat formil,
seperti pandai dan bodoh, yang bersifat informil, seperti cantik,
tampan dan sebaliknya.
Kondisi seperti dipaparkan di atas membutuhkan
penanganan dalam bentuk kerjasama (cooperation) dan
akomodasi (accommodation), yakni bentuk penyelesaian dari
pertentangan. Seorang guru diharuskan menjadi mediator
pembelajaran kelas dengan sistem sosial yang telah terbentuk
sedemikian rupa ke arah bentuk pembelajaran kelompok yang
antara satu dengan lainnya dapat bekerjasama dengan baik serta
saling memahami kedudukan atau posisi antar individu yang
terdapat di dalam kelompok.
Seorang guru, dalam kondisi seperti itu juga mesti
mempersempit jarak perbedaan di atara individu satu dengan
yang lainnya, menyamaratakan sikap dan perlakuan kepada
seluruh personil kelompok, dan memberikan penghargaan yang
tidak berlebihan atas prestasi yang dicapai oleh individu maupun
kelompok.
Saat melakukan kegiatan siswa, ada beberapa yang
memfasilitasi Anda untuk bekerja secara kelompok. Hal ini
Telaah Kurikulum 103
diharapkan agar Anda dapat bekerja sama dan dapat menghargai
peran serta pekerjaan teman kelompok Anda saat melakukan
kegiatan. Misalnya pada kegiatan pembelajaran Anda diminta
untuk membuat kelompok dan melakukan diskusi mengenai
hubungan polusi udara dengan efek rumah kaca.
Pada kegiatan praktikum tersebut Anda dituntut untuk
melakukan secara berkelompok meskipun praktikum tersebut
dapat dilakukan secara individu. Hal ini sengaja dibentuk untuk
membangun rasa saling menghargai dan saling mempercayai
pekerjaan antarsesama. Selain itu, Anda dapat merasakan suatu
pekerjaan akan terasa ringan jika dilakukan secara bersama-sama
dan saling bekerja sama.

6.3 Tindakan Sosial

Sebagai makhluk sosial, tentu saja manusia dituntut


untuk selalu berhubungan dengan orang lain. Oleh karena
hubungan inilah, maka tingkah laku mseseorangpun sangat rentan
untuk dipengaruhi oleh orang lain. Pengaruh itu bisa berasal dari
keluarga, teman, dan masyarakat di lingkungan kita. Oleh karena
itu tingkah laku atau tindakan manusia tersebut disebut tindakan
sosial.
Menurut para ahli pengertian tindakan sosial adalah
perbuatan atau perilaku manusia untuk mencapai tujuan subjekif
dirinya. Misalnya: sejak kecil manusia sudah melakukan tindakan
Telaah Kurikulum 104
sosial, antara lain membagi makanan dengan temannya, dan
memberi sesuatu kepada pengemis. Tindakan sosial manusia
diperoleh melalui proses belajar dan proses pengalaman dari
orang lain. Jika tindakan sosial itu dianggap baik, maka manusia
akan melakukan tindakan yang sama. Jika tindakan sosial itu baik
dan bermanfaat bagi orang lain, makin lama tindakan sosial
tersebut dapat dianggap sebagai suatu kebisaaan yang harus
dilakukan oleh seluruh anggota kelompok sosial
Tindakan sosial adalah tindakan individu yang diarahkan
pada orang lain dan memiliki arti, baik bagi diri si pelaku maupun
bagi orang lain. Dalam tindakan sosial mengandung tiga konsep,
yaitu tindakan, tujuan dan pemahaman. Ciri-ciri dari tindakan
sosial adalah: tindakan memiliki makna subjektif, tindakan nyata
yang bersifat membatin dan bersifat subjektif, tindakan
berpengaruh positif, tindakan diarahkan pada orang lain dan
tindakan merupakan respons terhadap tindakan orang lain.
Berdasarkan tingkat pemahamannya, terdapat rasionalitas
instrumen, rasionalitas berorientasi nilai dan tindakan afektif serta
tindakan tradisional.
1) Seluruh perilaku manusia yang dilakukan dengan sadar
ataupun tidak sadar untuk mencapai tujuan tertentu.
2) Tidak semua perilaku dapat dimengerti sebagai suatu
manifestasi rasionalitas. Misal: ada orang yang bersedia
membeli lukisan abstrak –seperti lukisan Affandi atau
Picasso, atau perangko kuno dengan harga jutaan  ada
Telaah Kurikulum 105
orang yang mengatakan bahwa tindakan orang yang
membeli lukisan itu adalah tidak rasional.
3) tetapi kalau kita mau berpikir lebih mendalam maka tahu
alasan subyektif mereka hingga bersedia mengeluarkan
uang begitu banyak untuk sebuah lukisan,
4) Menurut Max Weber, metode yang bisa dipergunakan untuk
memahami arti-arti subyektif tindakan sosial seseorang
adalah dengan verstehen.
5) Kemampuan untuk berempati atau kemampuan untuk
menempatkan diri dalam kerangka berpikir orang lain yang
perilakunya mau dijelaskan dan situasi serta tujuan-
tujuannya mau dilihat menurut perspektif orang itu
Max Weber dalam memperkenalkan konsep
pendekatan verstehen untuk memahami makna tindakan
seseorang, berasumsi bahwa seseorang dalam bertindak tidak
haya sekedar melaksanakannya tetapi juga menempatkan diri
dalam lingkungan berfikir dan perilaku orang lain. Konsep
pendekatan ini lebih mengarah pada suatu tindakan bermotif pada
tujuan yang hendak dicapai atau in order to motive.interaksi
sosial merupakan perilaku yang bisa dikategorikan sebagai
tindakan sosial. Dimana tindakan sosial merupakan proses aktor
terlibat dalam pengambilan-pengambilan keputusan subjektif
tentang sarana dan cara untuk mencapai tujuan tertentu yang telah
dipilih, tindakan tersebut mengenai semua jenis perilaku manusia,
yang di tujukan kepada perilaku orang lain, yang telah lewat,
Telaah Kurikulum 106
yang sekarang dan yang diharapkan diwaktu yang akan datang.
tindakan sosial (social action)adalah tindakan yang memiliki
makna subjektif (a subjective meaning)bagi dan dari aktor
pelakunya.Tindakan sosial seluruh perilaku manusia yang
memiliki arti subjektif dari yang melakukannya. Baik yang
terbuka maupun yang tertutup, yang diutarakan secara lahir
maupun diam-diam, yang oleh pelakunya diarahkan pada
tujuannya. Sehingga tindakan sosial itu bukanlah perilaku yang
kebetulan tetapi yang memiliki pola dan struktur tertentudan
makna tertentu.
Weber secara khusus mengklasifikasikan tindakan sosial
yang memiliki arti-arti subjektif tersebut kedalam empat tipe.Atas
dasar rasionalitas tindakan sosial, Weber membedakan tindakan
sosial manusia ke dalam empat tipe, semakin rasional tindakan
sosial itu semakin mudah dipahami:
1) Tindakan Rasionalitas Instrumental(Zwerk Rational)
Tindakan ini merupakan suatu tindakan sosial yang
dilakukan seseorang didasarkan atas pertimbangan dan
pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu
dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk
mencapainya. Contohnya : Seorang siswa yang sering
terlambat dikarenakan tidak memiliki alat transportasi,
akhirnya ia membeli sepeda motor agar ia datang kesekolah
lebih awal dan tidak terlambat. Tindakan ini telah
dipertimbangkan dengan matang agar ia mencapai tujuan
Telaah Kurikulum 107
tertentu. Dengan perkataan lain menilai dan menentukan
tujuan itu dan bisa saja tindakan itu dijadikan sebagai cara
untuk mencapai tujuan lain.
2) Tindakan Rasional Nilai (Werk Rational)
Sedangkan tindakan rasional nilai memiliki sifat
bahwa alat-alat yang ada hanya merupakan pertimbangan
dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan-tujuannya
sudah ada di dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu
yang bersifat absolut. Contoh: perilaku beribadah atau
seseorang mendahulukan orang yang lebih tua ketika antri
sembako. Artinya, tindakan sosial ini telah dipertimbangkan
terlebih dahulu karena mendahulukan nilai-nilai sosial
maupun nilai agama yang ia miliki.
3) Tindakan Afektif(Affectual Action)
Tipe tindakan sosial ini lebih didominasi perasaan
atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan sadar.
Tindakan afektif sifatnya spontan, tidak rasional, dan
merupakan ekspresi emosional dari individu. Contohnya:
hubungan kasih sayang antara dua remaja yang sedang jatuh
cinta atau sedang dimabuk asmara.Tindakan ini biasanya
terjadi atas rangsangan dari luar yang bersifat otomatis
sehingga bias berarti.

Telaah Kurikulum 108


4) Tindakan Tradisional(Traditional Action)
Dalam tindakan jenis ini, seseorang memperlihatkan
perilaku tertentu karena kebiasaan yang diperoleh dari nenek
moyang, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan.
Kedua tipe tindakan yang terakhir sering hanya
menggunakan tanggapan secara otomatis terhadap
rangsangan dari luar. Karena itu tidak termasuk kedalam
jenis tindakan yang penuh arti yang menjadi sasaran
penelitian sosiologi. Namun demikian pada waktu tertentu
kedua tipe tindakan tersebut dapat berubah menjadi tindakan
yang penuh arti sehingga dapat dipertanggungjawabkan
untuk dipahami.
Tindakan sosial menurut Max Weber adalah suatu
tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna
atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepada
tindakan orang lain. Suatu tindakan individu yang diarahkan
kepada benda mati tidak masuk dalam kategori tindakan
sosial, suatu tindakan akan dikatakan sebagai tindakan sosial
ketika tindakan tersebut benar-benar diarahkan kepada orang
lain (individu liannya).
Meski tak jarang tindakan sosial dapat berupa
tindakan yang bersifat membatin atau bersifat subyektif yang
mungkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu.
Bahkan terkadang tindakan dapat berulang kembali
dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang
Telaah Kurikulum 109
serupa atau berupa persetujuan secara pasif dalam situasi
tertentu.
Bertolak dari konsep dasar tentang tindakan sosial
dan antar hubungan sosial itu Weber mengemukakan lima
ciri pokok yang menjadi sasaran penelitian sosiologi yaitu:
1) Jika tindakan manusia itu menurut aktornya
mengandung makna subjektif dan hal ini bisa meliputi
berbagai tindakan nyata.
2) Tindakan nyata itu bisa bersifat membatin sepenuhnya.
3) Tindakan itu bisa berasal dari akibat pengaruh positif
atas suatu situasi, tindakan yang sengaja diulang, atau
tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam
dari pihak mana pun.
4) Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada
beberapa individu.
5) Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan
terarah kepada orang lain itu.
Selain dari pada ciri-ciri tersebut diatas tindakan
sosial masih mempunyai ciri-ciri lain. Tindakan sosial dapat
pula dibedakan dari sudut waktu sehingga ada tindakan yang
diarahkan pada waktu sekarang, waktu lalu, atau waktu yang
akan datang. Di liat dari segi sasaranya, maka “pihak sana”
yang menjadi sasaran tindakan sosial si aktor dapat berupa
seorang individu atau sekelompok orang.

Telaah Kurikulum 110


Dengan membatasi suatu perbuatan sebagai suatu
tindakan sosial, maka perbuatan-perbuatan lainnya tidak
termasuk kedalam obyek penyelidikan sosiologi. Tindakan
nyata tidak termasuk tindakan sosial kalu secara khusus
diarahkan kepada obyek mati. Karena itu pula Weber
mengeluarkan beberapa jenis interaksi sosial dari teori
aksinya.
Beberapa asumsi fundamental teori aksi (action
theory) antara lain:
1) Tindakan manusia muncul dari kesadaran sendiri
sebagai subjek dan dari situasi eksternal dalam
posisinya sebagai objek.
2) Sebagai subjek manusia bertindak atau berperilaku
untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
3) Dalam bertindakmanusia menggunakan cara teknik
prosedur, metode serta perangkat yang diperkirakan
cocok untuk mencapai tujuan tersebut.
4) Kelangsungan tindakan manusia hanya di batasi oleh
kondisi yang tak dapat di ubah dengan sendirinya.
5) Manusia memilih, menilai, dan mengevaluasi terhadap
tindakan yang sedang terjadi dan yang akan dilakukan.
6) Ukuran-ukuran, aturan-aturan atau prinsip-prinsip
moral diharapkan timbul pada saat pengambilan
keputusan.

Telaah Kurikulum 111


7) Studi mengenai antar hubungan sosial memerlukan
pemakaian teknik penemuan yang bersifat subyektif.
Pelaku individual mengarahkan kelakuannya kepada
penetapan atau harapan-harapan tertentu yang berupa kebiasaan
umum atau dituntut dengan tegas atau bahkan dibekukan dengan
undang-undang. Menurut Weber, tidak semua tindakan yang
dilakukan merupakan tindakan sosial. Tindakan sosial adalah
tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku
orang lain dan berorientasi pada orang lain. Contohnya adalah
seseorang yang bernyanyi-nyanyi kecil untuk menghibur dirinya
sendiri bukan merupakan tindakan sosial. Namun jika tujuannya
untuk menarik perhatian orang lain, maka itu merupakan tindakan
sosial. Contoh lain adalah orang yang dimotivasi untuk membalas
atas suatu penghinaan di masa lampau, mengorientasikan
tindakannya kepada orang lain,Itu perilaku sosial.
Menurut Weber perilaku sosial juga berakar dalam
kesadaran individual dan bertolak dari situ. Tingkah laku individu
merupakan kesatuan analisis sosiologis, bukan keluarga, negara,
partai, dll. Weber berpendapat bahwa studi kehidupan sosial yang
mempelajari pranata dan struktur sosial dari luar saja, seakan-
akan tidak ada inside-story, dan karena itu mengesampingkan
pengarahan diri oleh individu, tidak menjangkau unsur utama dan
pokok dari kehidupan sosial itu. Sosiologi sendiri haruslah
berusaha menjelaskan dan menerangkan kelakuan manusia
dengan menyelami dan memahami seluruh arti sistem subyektif.
Telaah Kurikulum 112
Dalam kontek penelitian yang kami lakukan peneliti
ingin mengetahui kategori atau klasifikasi tipe tindakan warga
pondok mulai dari pengurus, ustad santri dan lain-lain bersama
dengan masyarakat sekitar dalam perspektif tindakan Weber.
Seperti di uraikan di dalam latar belakang masalah bahwa
ada tindakan sosial warga pondok pesantren modren Al-Amanah
yang dilakukan bersama warga masyarakat seperti, kegiatan
pengajian eleng-eleng, kemudian bazar ramadhan, kemudian
gotong royong, pengajian rutinan untuk wali santri, pengajian
rutinan alumni. Dalam hal ini beberapa tindakan sosial yang
dilakukan oleh pihak pesantren terhadap masyarakat nantinya
akan dianalisis pada empat tipe tindakan sosial yang
dikemukakan oleh Max Weber.
Ada empat tipe tindakan sosial yang dikemukakan
Weber, yaitu tipe tindakan rasional instrumental (zwerk rational),
kemudian yang ke dua tindakan rasional nilai (werktrational
action), yang ketiga tindakan afektif (affectual action), dan yang
terakhir tindakan tradisional (traditional action).
Dari beberapa contoh kegiatan yang diadakan oleh
pesantren untuk masyarakat diatas, kemudian tindakan sosial
tersebut termasuk kedalam tipe tindakan sosial yang mana,
apakah termasuk dalam tipe tindakan sosial yang pertama, yaitu
tindakan rasional instrumental,tindakan ini merupakan tindakan
yang tidak hanya sekedar menilai cara baik untuk mencapai
tujuannya tapi juga menentukkan nilai dari tujuannya tapi juga
Telaah Kurikulum 113
menentukan nilai dari tujuan itu sendiri, atau masuk juga kedalam
tipe tindakan rasional nilai, tindakan tipe ini aktor tidak dapat
menilai apakah cara-cara yang dipilihnya itu merupakan yang
paling tepat ataukah lebih cepat untuk mencapai tujuan yang
lainnya, atau juga bisa masuk dalam tipe tindakan yang ke tiga
yakni tindakan afektif, tindakan afektif merupaka tindakan yang
dibuat-buat, dan kemungkinan juga masuk pada tindakan sosial
yang ke empat ini tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-
kebiasaan yaitu tindakan tradisional. Dan beberapa tindakan
sosial yang dilakukan oleh pihak pesantren untuk masyarakat
tidak hanya bisa masuk dalam satu tipe saja namun tindakan
sosial tersebut juga bisa masuk dalam ke empat-empatnya tipe
tindakan sosial yang dikemukakan oleh Weber.

Telaah Kurikulum 114


ABAB 7
PRINSIP REAKSI

Telaah Kurikulum 115


7.1 Sistem Pembelajaran

Banyak definisi yang digunakan untuk menjelaskan arti


kata “Sistem”, diantaranya sebagai berikut :
a. Sistem adalah suatu kebulatan keseluruhan yang kompleks/
terorganisir : suatu himpunan / perpaduan hal-hal / bagian-
bagian yang membentuk suatu kebulatan / keseluruhan yang
kompleks/utuh.
b. Sistem merupakan himpunan komponen yang saling berkaitan
yangg bersam-sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan.
c. Sistem merupakan sehimpunan komponen / subsistem yang
terorganisasikan dan berkaitan sesuai dengan rencana untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
Definisi-definisi diatas, yang pertama (a) menekankan soal
wujud sistem, yang kedua (b) menaruh perhatian pada fungsi
komponen yang saling berkaitan dan tujuan sistem, dan yang
ketiga (c) menampilkan unsur rencana disamping saling
berkaitannya antar komponen dan tujuan dari sistem itu sendiri.
Meskipun definisi-definisi diatas itu berbeda-beda tetapi
mengandung unsur persamaan yang dapat dipandang sebagai ciri
umum dari sistem yaitu yang mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Sistem merupakan suatu kesatuan yang terstruktur
2. Kesatuan tersebut terdiri dari sejumlah komponen yang saling
berpengaruh

Telaah Kurikulum 116


3. Dan masing-masing komponen tersebut mempunyai fungsi
tertentu dan secara bersama-sama melaksanakan fungsi
struktur, yaitu mencapai tujuan sistem.
Dengan demikian sistem dapat diartikan sebagai suatu
kesatuan integral dari sejumlah komponen. Komponen-komponen
tersebut satusama lain saling berpengaruh dengan fungsinya
masing-masing, tetapi secara fungsi komponen itu, terarah pada
pencapaian satu tujuan (yaitu tujuan dari sistem itu sendiri)
sebagai gambaran ilustrasi berikut ini mungkin dapat
memperjelas arti batasan tersebut : Lalu lintas jalan raya adalah
sebuah sistem, tujuannya adalah memperlancar hubungan
transportasi antara tempat yang satu dengan tempat yang lain.
Tujuan tersebut dapat dicapai jika ditunjang oleh sejumlah
komponen, antara lain : jaringan jalanan yang dapat dilalui
berbagai jenis kendaraan, macam-macam jenis kendaraan dan
pemakai jalanan yang berbeda watak dan sifatnya. Juga
peraturan-peraturan / ketentuan-ketentuan lalu lintas yang harus
ditaati oleh pengemudi dan pemakai jalan, misalnya berjalan
harus di sebelah kiri, ambulans harus didahulukan dan seterusnya.
Tanda jalan / rambu jalan termasuk lampu pengatur lalu lintas.
Oleh sebab itu sistem merupakan proses untuk mencapai
tujuan melalui pemberdayaan komponen-komponen yang
membentuknya, maka sistem erat kaitannya dengan perencanaan.
Perencanaan itu sendiri adalah pengambilan keputusan

Telaah Kurikulum 117


bagaimana memberdayakan komponen agar tujuan berhasil
dengan sempurna.
Oleh sebab itu proses berpikir dengan pendekatan sistem
memiliki daya ramal akan keberhasilan suatu proses, artinya
apabila seluruh komponen yang membentuk sistem bekerja sesuai
dengan fungsinya , maka dapat dipastikan tujuan yang telah
ditentukan akan tercapai secara optimal sebaliknya, jika
komponen-komponen yang membentuk sistem tidak dapat
bekerja sesuai dengan fungsinya, maka pergerakan sistem akan
terganggu, yang berarti akan menghambat pencapaian tujuan.
Suatu sistem memiliki ukuran dan batas yang sifatnya
relatif. Bisa terjadi sesuatu sistem tertentu pada dasarnya
merupakan subsistem dari suatu sistem yang lebih luas, misalnya,
sistem pembelajaran yang memiliki komponen-komponen
tertentu pada dasarnya merupakan subsistem dari suatu sistem
pendidikan, dan sistem pendidikan merupakan subsistem dari
sistem sosial masyarakat. Dalam sistem itu pun memiliki
subsistem yang lebih kecil misalnya subsistem media, subsistem
strategi dan lain-lain.
Kemudian, mengapa pembelajaran dikatakan sebagau
suatu sistem ?. karena pembelajaran adalah kegiatan yang
bertujuan yakni membelajarkan siswa. Proses pembelajaran itu
merupakan rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai
komponen sehingga setiap pendidik harus memahami sistem
pembelajaran melalui pemahaman tersebut, minimal setiap guru
Telaah Kurikulum 118
akan memahami tentang tujuan pembelajaran dan hasil yang
diharapkan.
Menurut (Ely :1979) sistem bermanfaat untuk merancang /
merencanakan suatu proses pembelajaran. Perencanaan adalah
proses dan cara berpikir yang dapat membantu menciptakan hasil
yang diharapkan[2]. Oleh sebab itu proses perencanaan yang
sistematis dalam proses pembelajaran mempunyai beberapa
keuntungan diantaranya sebagai berikut :
1. Melalui sistem perencanaan yang matang guru akan terhindar
dari keberhasilan secara untung-untungan. Sistem memiliki
peran yang kuat dalam keberhasilan suatu proses
pembelajaran karena memang perencanaan disusun untuk
mencapai hasil yang optimal.
2. Melalui sistem perencanaan yang sistematis, setiap guru dapat
menggambarkan berbagai hambatan yang mungkin akan
dihadapi. Sehingga dapat menentukan berbagai strategi yang
bisa dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
3. Melalui sistem perencanaan, guru dapat menentukan berbagai
langkah dalam memanfaatkan berbagai sumber dan fasilitas
yang ada untuk ketercapaian tujuan.

7.2 Pengertian Prinsip Reaksi

Prinsip reaksi adalah pola kegiatan yang menggambarkan


respon guru yang wajar terhadap siswa, baik secara individu dan
kelompok, maupun secara keseluruhan. Prinsip reaksi berkaitan
Telaah Kurikulum 119
dengan teknik yang diharapkan oleh guru dalam memberi reaksi
terhadap perilaku siswa selama kegiatan pembelajaran, seperti
bertanya, menjawab, menanggapi, mengkritik, melamun,
mengganggu teman, kurang serius dan sebagainya. Peranan
respon dalam model pembelajaran ini sangat penting. Karena
metode yang digunakan adalah diskusi tentang
kasus/persoalan/informasi dapat pula melalui percobaan terkait
dengan potensi daerah yang ada. Sebagai contoh, dalam suatu
situasi belajar, guru memberi penghargaan atas kegiatan yang
dilakukan peserta didik atau mengambil sikap netral.
Pinsip reaksi menceritakan bagaimana guru menyikapi
siswa dan bagaimana siswa merespon tugas yang diberikan guru.
Dalam model pembelajaran VAK guru berperan sebagai
fasilitator dan motivator. Guru menyediakan sumber-sumber
belajar, mendorong siswa untuk belajar, membimbing dan
memberikan bantuan bagi siswa serta memberi kesempatan
kepada siswa untuk menemukan sendiri konsep-konsep yang
terkait dengan materi yang sedang dibahas bersama anggota
kelompoknya.

7.3 Karakteristik Peserta Didik

1. Fisik
Aspek Fisik merupakan bagaimana mengenal
karakteristik (mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan
Telaah Kurikulum 120
tertentu) peserta didik, dengan Potensi fisik tidak hanya
mengacu pada kondisi kesehatan fisik (kondisi kesehatan
tubuh) dan keberfungsian anggota tubuh (cacat fisik, atau
kemampuan alat indrawi, seperti penglihatan dan kemampuan
pendengaran. tetapi juga berhubungan dengan proporsi
pertumbuhan dan perkembangan fisik postur tubuh yang
dipengaruhi asupan gizi yang dikonsumsi, perkembangan dan
keterampilan psikomotorik (kemampuan dalam menggunakan
skil aktifitas organ tubuh,) yang berhubungan dengan menurut
Howard Gardner (1983) kecerdasan kinestetis.

2. Moral
Moral merupakan aspek perilaku atau sikap yang sering
ditunjukkan peserta didik dari ajaran tentang baik, buruk yang
diterima umum mengenai sebuah respon tindakan atau
perbuatan yang dalam perspektif agama sering kita kenal
dengan istilah akhlak, budi pekerti, susila. sebagai contoh
prilaku buruk atau mereka sudah bejat, mereka suka minum-
minuman keras dan mabuk-mabukan (obat-obatan, zat
adiktif), bermain judi, dan bermain perempuan. sedangkan
untuk bermoral baik, ditunjukkan perilaku sopan, jujur, patuh,
taat, yang untuk budaya timur seperti hormat pada yang tua
lewat tutur bahasa yang lembut, menghargai nilai adat istiadat
sehingga seseorang bisa dinilai bermoral sudah mulai
menunjukkan atau bahkan sudah menjalankan dengan
Telaah Kurikulum 121
mempunyai pertimbangan baik buruk dalam perbuatannya
baik bagi alam, dirinya, dan orang lain.
3. Spiritual
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonsia, aspek
spiritual adalah berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan
(rohani, batin). Kecerdasan spiritual (spiritual quotient;SQ)
adalah kecerdasan jiwa yang membantu seseorang untuk
mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptaan
kemungkinan untuk menerapkan nilai-nilai positif. Ciri utama
dari Kecerdasan Spiritual ini ditunjukkan dengan kesadaran
seseorang untuk menggunakan pengalamannya sebagai bentuk
penerapan nilai dan makna.
Kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik
akan ditandai dengan kemampuan seseorang untuk bersikap
fleksibel dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan,
memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, mampu menghadapi
penderitaan dan rasa sakit, mampu mengambil pelajaran yang
berharga dari suatu kegagalan, mampu mewujudkan hidup
sesuai dengan visi dan misi, mampu melihat keterkaitan antara
berbagai hal, mandiri, serta pada akhirnya membuat seseorang
mengerti akan mengenai makna hidupnya serta mengaitkan
hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha pencipta,
tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh peserta didik
Menurut Burkhardt (1993) spiritualitas meliputi aspek-aspek :
(1)Berhubungan dengan sesuatau yang tidak diketahui atau
Telaah Kurikulum 122
ketidakpastian dalam kehidupan, (2) Menemukan arti dan
tujuan hidup, (3)Menyadari kemampuan untuk menggunakan
sumber dan kekuatan dalam diri sendiri, (4) Mempunyai
perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan yang
maha tinggi. Mempunyai kepercayaan atau keyakinan berarti
mempercayai atau mempunyai komitmen terhadap sesuatu,
Konsep kepercayaan mempunyai dua pengertian.
Pertama kepercayaan didefinisikan sebagai kultur atau
budaya dan lembaga keagamaan seperti Islam, Kristen,
Budha, dan lain-lain. Kedua, kepercayaan didefinisikan
sebagai sesuatu yang berhubungan dengan Ketuhanan,
Kekuatan tertinggi, orang yang mempunyai wewenang atau
kuasa, sesuatu perasaan yang memberikan alasan tentang
keyakinan (belief) dan keyakinan sepenuhnya (action),
harapan (hope), Harapan merupakan energi yang bisa
memberikan motivasi kepada individu untuk mencapai suatu
prestasi dan berorientasi kedepan. Agama adalah sebagai
sistem organisasi kepercayaan dan peribadatan dimana
seseorang bisa mengungkapkan dengan jelas secara lahiriah
mengenai spiritualitasnya. Agama adalah suatu sistem ibadah
yang terorganisir atau teratur sehingga dengan aspek spiritual
ini baik dalam pengertian sebagai kultur ataupun kekuatan
tertinggi, inilah tentunya memberikan perbedaan cara pandang
bagaimana kebiasaan dan keyakinan akan dipertahankan
sebagai amalan terhadap agama yang dianut peserta didik.
Telaah Kurikulum 123
4. Intelektual
Aspek Intelektual disebut juga tingkat kecerdasan
peserta didik yang diukur dari kemampuan kognitif dalam
menyelesaikan masalah, menalar dan berfikir logika
berdasarkan faktual dan empirisnya dengan berpikiran jernih
berdasarkan ilmu pengetahuan, tingakat pengertian atau
kesadaran, terutama yang menyangkut pemikiran dan
pemahaman. potensi intelektual sudah pasti berhubungan
dengan kecerdasan yaitu prestasi akademik, kecerdasan
umum, kemampuan khusus (bakat), dan kreativitas.
pengkategorian ini dapat mengacu pada beberapa kecerdasan
menurut Howard Gardner (1983) yang dominan pada ruang
lingkup kognitif (logika abstrak), seperti Kecerdasan Logika
Matematik, visual spasial, linguistik, dan musikal. untuk
kecerdasan lainnya seperti interpersonal, intrapersonal,
spiritual, dalam bahasan ini menurut hemat penulis di
kelompokkan kepada aspek emosional, sosial, spritual telah
dan akan diuraikan.
5. Sosial
Pada aspek sosial adalah berkenaan dengan
kemasyarakatan yang terbentuk melalui proses interaksi dan
komunikasi antara peserta didik dengan lingkungan sosialnya,
positifnya perilaku aspek sosial ini dapat diamati bagaimana
sifat dan sikap peserta didik adanya kecendrungan peserta
didik suka memperhatikan kepentingan umum (suka
Telaah Kurikulum 124
menolong, menderma, dan sebagainya). atau mungkin bisa
saja peserta didik justru cendrung menghindar dari lingkungan
sosialnya (seperti senang menyendiri, menyelesaikan
pekerjaannya secara individual, tidak banyak komunikasi).
kecendrungan Sifat-sifat kemasyarakatan yang positiflah
yang harus dibtumbuhkembangkan dalam diri peserta didik
sehingga tertanam kepedulian sosial yang baik. ini akan
membuat peserta didik selalu disukai orang dalam
pergaulannya.
6. Emosional
Untuk Aspek emosional penulis mengacu pada
pendapat menurut Skinner (1977), seorang psikolog Amerika
Serikat yang terkenal dengan aliran behaviorisme pandangan,
bahwa esensi kematangan emosi melibatkan kontrol emosi
yang berarti bahwa seseorang mampu memelihara
perasaannya, dapat meredam emosinya, meredam balas
dendam dalam kegelisahannya, tidak dapat mengubah
moodnya, tidak mudah berubah pendirian. Kematangan emosi
juga dapat dikatakan sebagai proses belajar untuk
mengembangkan cinta secara sempurna dan luas dimana hal
itu menjadikan reaksi pilihan individu sehingga secara
otomatis dapat mengubah emosi-emosi yang ada dalam diri
manusia (Hwarmstrong, 2005).
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan
bahwa mengenal karakteristik peserta didik melalui
Telaah Kurikulum 125
kematangan tingkat reaksi dan pengendalian emosional
peserta didik dalam merespon keadaan atau peristiwa yang
dialaminya. untuk mengenal beberapa contoh emosi yang
sering kita rasakan menurut Daniel goleman dalam bukunya
yang berjudul kecerdasan emosional, emosi terbagi menjadi:
a. Amarah, seperti mengamuk, bengis, benci, jengkel, kesal
hati rasa. terganggu, seperti rasa pahit tersinggung merasa
hebat dsb.
b. Kesedihan, seperti pedih, sedih, asa, kalau, depresi berat.
c. Rasa takut , seperti cemas, takut, gugup, khawatir,
waspada, tidak senang,tidak tenang, was was, fobia, dan
panik.
d. Kenikmatan, sepertibahagia, gembira, riangan , puas,
terhibur, bangga, takjub, senang sekali, dsb.
e. Cinta, seperti penerimaan, persahabatan, kepercayaan,
kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasih.
f. Terkejut, takjub terpana dsb.
g. Jengkel hina, jijik, mual, benci, tidak suka, mau muntah
dsb,
h. Malu, rasa salah, malu hati, kesal hati hina, aib, hancur
lebur
7. Kultural
Aspek kultural merupakan yang berhubungan dengan
kebudayaan, suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari
Telaah Kurikulum 126
generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Unsur budaya tersebutlah menjadikan karakterisik
peserta didik bisa berbeda satu sama yang lainnya. sehingga
ketika peserta didik berinteraksi dan berkomunikasi dengan
warga di lingkungan sekolahnya perlu menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, sebab mereka memyakini nilai-nilai
yang di tanamkan oleh lingkungan keluarga dan masyarakat
dimana peserta didik hidup. pengetahuan guru tentang kultur
peserta didik bawaan lingkungan keluarga dan masyarakat,
apalagi jika peserta didik di sekolah terdiri dari kelomopok
masyarakat yang heterogen. maka guru dituntut untuk mampu
menyesuaikan atau membawa kedalam kultur belajar kondusif
agar kultur bawaannya sehingga membuat peserta didik secara
nyaman dan sadar akan mendapatkan kesempatan belajar yang
sama terhindar dari diskriminatif.
Dari penjelasan 7 aspek karakteristik yang dijelaskan di
atas, apabila dapat di pahami bagi para guru, melalui proses
dan tahapan memperoleh data dan fakta dari observasi yang
komprehensif terhadap peserta didik, tentunya dapat
memberikan masukan bagi guru dalam memetakan; perbedaan
potensi, mengoptimalkan potensi, serta menentukan cara
mengatasi kesulitan belajar peserta didik dalam setiap
rancangan pelaksanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan
Telaah Kurikulum 127
sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai
dengan kondisi yang melibatkan semua peserta didik, tidak
diskriminatif, nyaman dan menyenangkan.

7.4 Prinsip Belajar Terkait Proses Belajar

Prinsip-prinsip belajar yang diintisarikan oleh Rothwal


(1961) sebagai berikut.
1. Prinsip Kesiapan (Readiness
Proses belajar dipengaruhi kesiapan murid, yang
dimaksud dengan kesiapan atau readiness ialah kondisi
individu yang memungkinkan ia dapat belajar. Berkenaan
dengan hal itu terdapat berbagai macam taraf kesiapan
belajar untuk suatu tugas khusus. Seseorang siswa yang
belum siap untuk melaksanakan suatu tugas dalam belajar
akan mengalami kesulitan atau malah putus asa. Yang
termasuk kesiapan ini ialah kematangan dan pertumbuhan
fisik, intelegensi latar belakang pengalaman, hasil belajar
yang baku, motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain yang
memungkinkan seseorang dapat belajar.
Berdasarkan dengan prinsip kesiapan ini dapat
dikemukakan hal-hal sebagai berikut:
a. Seorang individu akan dapat belajar dengan sebaik-
baiknya bila tugas-tugas yang diberikan kepadanya erat

Telaah Kurikulum 128


hubungannya dengan kemampuan, minat dan latar
belakangnya.
b. Kesiapan untuk belajar harus dikaji bahkan diduga. Hal
ini mengandung arti bila seseorang guru ingin mendapat
gambaran kesiapan muridnya untuk mempelajari sesuatu,
ia harus melakukan pengetesan kesiapan.
c. Jika seseorang individu kurang memiliki kesiapan untuk
sesuatu tugas, kemudian tugas itu seyogianya ditunda
sampai dapat dikembangkannya kesiapan itu atau guru
sengaja menata tugas itu sesuai dengan kesiapan siswa.
d. Kesiapan untuk belajar mencerminkan jenis dan taraf
kesiapan, misalnya dua orang siswa yang memiliki
kecerdasan yang sama mungkin amat berbeda dalam pola
kemampuan mentalnya.
e. Bahan-bahan, kegiatan dan tugas seyogianya divariasikan
sesuai dengan faktor kesiapan kognitif, afektif dan
psikomotor dari berbagai individu.
2. Prinsip Motivasi (Motivation)
Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses
yang terarah. Motivasi adalah suatu kondisi dari pelajar
untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu
dan memelihara kesungguhan. Secara alami anak-anak
selalu ingin tahu dan melakukan kegiatan penjajagan dalam
lingkungannya. Rasa ingin tahu ini seyogianya didorong dan

Telaah Kurikulum 129


bukan dihambat dengan memberikan aturan yang sama
untuk semua anak.
Berkenaan dengan motivasi ini ada beberapa prinsip
yang seyogianya kita perhatikan.
a. Individu bukan hanya didorong oleh kebutuhan untuk
memenuhi kebutuhan biologi, soaial dan emosional.
Tetapi disamping itu ia dapat diberi dorongan untuk
mencapai sesuatu yang lebih dari yang dimiliki saat ini.
b. Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam
memenuhi tujuan mendorong terjadinya peningkatan
usaha. Pengalaman tentang kegagalan yang tidak
merusak citra diri siswa dapat memperkuat kemampuan
memelihara kesungguhannya dalam belajar.
c. Dorongan yang mengatur perilaku tidak selalu jelas bagi
para siswa. Contohnya seorang murid yang
mengharapkan bantuan dari gurunya bisa berubah lebih
dari itu, karena kebutuhan emosi terpenuhi daripada
karena keinginan untuk mencapai seauatu.
d. Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian
seperti rasa rendah diri, atau keyakinan diri. Seorang anak
yang temasuk pandai atau kurang juga bisa menghadapi
masalah.
e. Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan
cenderung meningkatkan motivasi belajar. Kegagalan
dapat meningkatkan atau menurunkan motivasi
Telaah Kurikulum 130
tergantung pada berbagai faktor. Tidak bisa setiap siswa
diberi dorongan yang sama untuk melakukan sesuatu.
f. Motivasi bertambah bila para pelajar memiliki alasan
untuk percaya bahwa sebagian besar dari kebutuhannya
dapat dipenuhi.
g. Kajian dan penguatan guru, orang tua dan teman seusia
berpengaruh terhadap motivasi dan perilaku.
h. Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna
dalam situasi kelas, memang ada bahayanya bila anak
bekerja karena ingin mendapat hadiah dan bukan karena
ingin belajar.
i. Kompetisi dan insentif bisa efektif dalam memberi
motivasi, tapi bila kesempatan untuk menang begitu kecil
kompetisi dapat mengurangi motivasi dalam mencapai
tujuan.
j. Sikap yang baik untuk belajar dapat dicapai oleh
kebanyakan individu dalam suasana belajar yang
memuaskan.
k. Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat
pelajar saat itu dapat mempertinggi motivasi.
3. Prinsip Persepsi
“ Seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan
bagaimana ia memahami situasi”. Persepsi adalah
interpretasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu
melihat dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari
Telaah Kurikulum 131
yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu.
Seseorang guru akan dapat memahami murid-muridnya lebih
baik bila ia peka terhadap bagaimana cara seseorang melihat
suatu situasi tertentu.
Berkenaan dengan persepsi ini ada beberapa hal-hal
penting yang harus kita perhatikan:
a. Setiap pelajar melihat dunia berbeda satu dari yang
lainnya karena setiap pelajar memiliki lingkungan yang
berbeda. Semua siswa tidak dapat melihat lingkungan
yang sama dengan cara yang sama.
b. Seseorang menafsirkan lingkungan sesuai dengan tujuan,
sikap, alasan, pengalaman, kesehatan, perasaan dan
kemampuannya.
c. Cara bagaimana seseorang melihat dirinya berpengaruh
terhadap perilakunya. Dalam sesuatu situais seorang
pelajar cenderung bertindak sesuai dengan cara ia melihat
dirinya sendiri.
d. Para pelajar dapat dibantu dengan cara memberi
kesempatan menilai dirinya sendiri. Guru dapat menjadi
contoh hidup. Perilaku yang baik bergantung pada
persepsi yang cermat dan nyata mengenai suatu situasi.
Guru dan pihak lain dapat membantu pelajar menilai
persepsinya.
e. Persepsi dapat berlanjut dengan memberi para pelajar
pandangan bagaimana hal itu dapat dilihat.
Telaah Kurikulum 132
f. Kecermatan persepsi harus sering dicek. Diskusi
kelompok dapat dijadikan sarana untuk mengklasifikasi
persepsi mereka.
g. Tingkat perkembangan dan pertumbuhan para pelajar
akan mempengaruhi pandangannya terhadap dirinya.
4. Prinsip Tujuan
“ Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan
diterima oleh para pelajar pada saat proses belajar terjadi”.
Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh
seseorang dan mengenai tujuan ini ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan.
a. Tujuan seyogianya mewadahi kemampuan yang harus
dicapai.
b. Dalam menetapkan tujuan seyogianya
mempertimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat
c. Pelajar akan dapat menerima tujuan yang dirasakan akan
dapat memenuhi kebutuhannya.
d. Tujuan guru dan murid seyogianya sesuai
e. Aturan-aturan atau ukuran-ukuran yang ditetapkan oleh
masyarakat dan pemerintah biasanya akan mempengaruhi
perilaku.
f. Tingkat keterlibatan pelajar secara aktif mempengaruhi
tujuan yang dicanangkannya dan yang dapat ia capai.
g. Perasaan pelajar mengenai manfaat dan kemampuannya
dapat mempengaruhi perilaku. Jika ia gagal mencapai
Telaah Kurikulum 133
tujuan ia akan merasa rendah diri atau prestasinya
menurun.
h. Tujuan harus ditetapkan dalam rangka memenuhi tujuan
yang nampak untuk para pelajar. Karena guru harus
dapat merumuskan tujuan dengan jelas dan dapat
diterima para pelajar.
5. Prinsip Perbedaan Individual
“Proses belajar bercorak ragam bagi setiap orang”
Proses pengajaran seyogianya memperhatikan
perbedaan indiviadual dalam kelas sehingga dapat
memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar yang
setinggi-tingginya. Pengajaran yang hanya memperhatikan
satu tingkatan sasaran akan gagal memenuhi kebutuhan
seluruh siswa. Karena itu seorang guru perlu
memperhatikan latar belakang, emosi, dorongan dan
kemampuan individu dan menyesuaikan materi pelajaran
dan tugas-tugas belajar kepada aspek-aspek tersebut.
Berkenaan dengan perbedaan individual ada
beberapa hal yang perlu diingat sebagai berikut.
a. Para pelajar harus dapat dibantu dalam memahami
kekuatan dan kelemahan dirinya dan selanjutnya
mendapat perlakuan dan pelayanan kegiatan, tugas
belajar dan pemenuhan kebutuhan yang berbeda-beda.

Telaah Kurikulum 134


b. Para pelajar perlu mengenal potensinya dan seyogianya
dibantu untuk merenncanakan dan melaksanakan
kegiatannya sendiri.
c. Para pelajar membutuhkan variasi tugas, bahan dan
metode yang sesuai dengan tujuan , minat dan
latarbelakangnya.
d. Pelajar cenderung memilih pengalaman belajar yang
sesuai dengan pengalamannya masa lampau yang ia
rasakan bermakna untuknya. Setiap pelajar biasanya
memberi respon yang berbeda-beda karena memang
setiap orang memiliki persepsi yang berbeda mengenai
pengalamannya.
e. Kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk belajar
lebih diperkuat bila individu tidak merasa terancam
lingkungannya, sehingga ia merasa merdeka untuk turut
ambil bagian secara aktif dalam kegiatan belajar.
Manakala para pelajar memiliki kemerdekaan untuk
berpikir dan berbuat sebagai individu, upaya untuk
memecahkan masalah motivasi dan kreativitas akan
lebih meningkat.
f. Pelajar yang didorong untuk mengembangkan
kekuatannya akan mau belajar lebih giat dan sungguh-
sungguh. Tetapi sebaliknya bila kelemahannya yang
lebih ditekankan maka ia akan menunjukkan
ketidakpuasannya terhadap belajar.
Telaah Kurikulum 135
6. Prinsip Transfer dan Retensi
“Belajar dianggap bermanfaat bila seseorang dapat
menyimpan dan menerapkan hasil belajar dalam situasi
baru”.
Apa pun yang dipelajari dalam suatu situasi pada
akhirnya akan digunakan dalam situasi yang lain. Prosesa
tersebut dikenal dengan proses transfer, kemampuan
seseorang untuk menggunakan lagi hasil belajar disebut
retensi. Bahan-bahan yang dipelajari dan diserap dapat
digunakan oleh para pelajar dalam situasi baru.
Berkenaan dengan proses transfer dan retensi ada
beberapa prinsip yang harus kita ingat yaitu sebagai berikut.
a. Tujuan belajar dan daya ingat dapat memperkuat retensi.
Usaha yang aktif untuk mengingat atau menugaskan
sesuatu latuhan untuk dipelajari dapat meningkatkan
retensi.
b. Bahan yang bermakna bagi pelajar dapat diserap lebih
baik.
c. Retensi seseorang dipengaruhi oleh kondisi fisik dan
psikis dimana proses belajar itu terjadi. Karena itu latihan
seyogianya dilakukan dalam suasana yang nyata.
d. Latihan yang terbagi-bagi memungkinkan retensi yang
baik. Suasana belajar yang dibagi ke dalam unit-unit kecil
waktu dapat menghasilkan proses belajar dengan retensi
yang lebih baik daripada proses belajar yang
Telaah Kurikulum 136
berkepanjangan. Waktu belajar dapat ditentukan oleh
struktur-struktur logis dari materi dan kebutuhan para
pelajar.
e. Penelaahan bahan-bahan yang faktual, keterampilan dan
konsep dapat meningkatkan retensi dan nilai transfer.
f. Proses belajar cenderung terjadi bila kegiatan-kegiatan
yang dilakukan dapat memberikan hasil yang
memuaskan.
g. Sikap pribadi, perasaan atau suasana emosi para pelajar
dapat menghasilkan proses pelupaan hal-hal tertentu.
Karena itu bahan-bahan yang tidak disepakati tidak akan
dapat diserap sebaik bahan-bahan yang menyenangkan.
h. Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi
bila bahan baru yang sama dipelajari mengikuti bahan
yang lalu. Kemungkinan lupa terhadap bahan yang lama
dapat terjadi bila bahan baru yang sama yang dituntut.
i. Pengetahuan tentang konsep, prinsip dan generalisasi
dapat diserap dengan baik dan dapat diterapkan lebih
berhasil dengan cara menghubung-hubungkan penerapan
prinsip yang dipelajari dan dengan memberikan illustrasi
unsur-unsur yang serupa.
j. Transfer hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih
mendapat kemudahan bila hubungan-hubungan yang
bermanfaat dalam situasi yang khas dan dalam situasi
yang agak sama dibuat.
Telaah Kurikulum 137
k. Tahap akhir proses seyogyanya memasukkan usaha untuk
menarik generalisasi, yang pada gilirannya nanti dapat
lebih memperkuat retensi dan transfer.
7. Prinsip Belajar Kognitif
“Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan
atau penemuan”.
Belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur,
pembentukan konsep, penemuan masalah, dan keterampilan
memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk perilaku
baru, berpikir, menalar, menilai dan berimajinasi merupakan
aktivitas mental yang berkaitan dengan proses belajar
kognitif. Proses belajar itu dapat terjadi pada berbagai
tingkat kesukaran dan menuntut berbagai aktivitas mental.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
belajar kognitif yaitu sebagai berikut.
a. Perhatian harus dipusatkan kepada aspek-aspek
lingkungan yang relevan sebelum proses-proses belajar
kognitif terjadi. Dalam hubungan ini pelajar perlu
mengarahkan perhatian yang penuh agar proses belajar
kognitif benar-benar terjadi.
b. Hasil belajar kognitif akan bercariasi sesuai dengan taraf
dan jenis perbedaan individual yang ada.
c. Bentuk-bentuk kesiapan perbendaharaan kata,
kemampuan membaca, kecakapan dan pengalaman
berpengaruh langsung terhadap proses belajar kognitif.
Telaah Kurikulum 138
d. Pengalaman belajar harus diorganisasikan ke dalam
satuan-satauan atau unit-unit yang sesuai.
e. Bila menyajikan konsep, kebermaknaan dari konsep
amatlah penting . Perilaku mencari, penerapan,
pendefinisian resmi dan penilaian sangat diperlukan
untuk menguji bahwa suatu konsep benar-benar
bermakna.
f. Dalam pemecahan masalah para pelajar harus dibantu
untuk mendefinisikan dan membatasi lingkup masalah,
menemukan informasi yang sesuai, menafsirkan dan
menganalisis masalah dan memungkinkan berpikir
menyebar (divergent thinking).
g. Perhatian terhadap proses mental yang lebih daripada
terhadap hasil kognitif dan afektif akan lebih
memungkinkan terjadimya proses pemecahan masalah,
analisis, sintesis dan penalaran.
8. Prinsip Belajar Afektif
“ Proses belajar afektif seseorang menentukn
bagaimana ia menghubungkan dirinya dengan pengalaman
baru”.
Belajar afektif mencakup nilai emosi, dorongan, minat
dan sikap. Dalam banyak hal pelajar mungkin tidak
menyadari belajar afektif. Sesungguhnya proses belajar
afektif meliputi dasar yang asli untuk dan merupakan bentuk
dari sikap, emosi dorongan, minat dan sikap individu.
Telaah Kurikulum 139
Berkenaan dengan hal-hal tersebut diatas, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses belajar
afektif yaitu sebagai berikut.
a. Hampir semua aspek kehidupan mengandung aspek
afektif.
b. Hal bagaimana para pelajar menyesuaikan diri dan
memberi reaksi terhadap situasi akan memberi dampak
dan pengaruh terhadap proses belajar afektif.
c. Suatu waktu, nilai-nilai yang penting yang diperoleh pada
masa kanak-kanak akan melekat sepanjang hayat. Nilai,
sikap dan perasaan yang tidak berubah akan tetap melekat
pada keseluruhan proses perkembangan.
d. Sikap dan nilai sering diperoleh melalui proses
identifikasi dari orang lain dan bukan hasil dari belajar
langsung.
e. Sikap lebih mudah dibentuk karena pengalaman yang
menyenangkan.
f. Nilai-nilai yang ada pada diri individu dipengaruhi oleh
standar perilaku kelompok.
g. Proses belajar di sekolah dan kesehatan mental memiliki
hubungan yang erat. Pelajar yang memiliki kesehatan
mental yang baik akan dapat belajar lebih mudah
daripada yang memiliki masalah.
h. Belajar afektif dapat dikembangkan atau diubah melalui
interaksi guru dengan kelas.
Telaah Kurikulum 140
i. Pelajar dapat dibantu agar lebih matang dengan cara
membantu mereka mengenal dan memahami sikap,
peranan dan emosi. Penghargaan terhadap sikap, perasaan
dan frustasi sangat perlu untuk membantu pelajar
memperoleh pengertian diri dan kematangannya.
9. Proses Belajar Psikomotor
Proses belajar psikomotor individu menentukan
bagaimana ia mampu mengendalikan aktivitas ragawinya.
Belajar psikomotor mengandung aspek mental dan
fisik. Berkenaan dengan hal itu ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan.
a. Didalam tugas suatu kelompok akan menunjukkan variasi
dalam kemampuan dasar psikomotor.
b. Perkembangan psikomotor anak tertentu terjadi tidak
beraturan.
c. Struktur ragawi dan sistem syaraf individu membantu
menentukan taraf penampilan psikomotor.
d. Melalui bermain dan aktivitas nonformal para pelajar
akan memperoleh kemampuan mengontrol gerakannya
lebih baik.
e. Dengan kematangan fisik dan mental kemampuan pelajar
untuk memadukan dan memperhalus gerakannya akan
lebih dapat diperkuat.
f. Faktor lingkungan memberi pengaruh terhadap bentuk
dan cdakupan penampilan psikomotor individu.
Telaah Kurikulum 141
g. Penjelasan yang baik, demonstrasi dan partisipasi aktif
pelajar dapat menambah efisiensi belajar psikomotor.
h. Latihan yang cukup yang diberi dalam rentan waktu
tertentu dapat membantu proses belajar psikomotor.
Latihan yang bermakna seyogianya mencakup semua
urutan lengkap aktivitas psikomotor dan tempo tidak bisa
hanya didasarkan pada faktor waktu semata-mata.
i. Tugas-tugas psikomotor yang terlalu sukar bagi pelajar
dapat menimbulkan frustasi (keputusasaan) dan kelelahan
yang lebih cepat.
10. Prinsip Evaluasi
Jenis cakupan dan validitas evaluasi dapat
mempengaruhi proses belajar saat ini dan selanjutnya.
Pelaksanaan latihan evaluasi memungkinkan bagi
individu untuk menguji kemajuan dalam pencapaian tujuan.
Penilaian individu terhadap proses belajarnya dipengaruhi
oleh kebebasan untuk menilai. Evaluasi mencakup kesadaran
individu mengenai penampilan, motivasi belajar dan
kesiapan untuk belajar. Individu yang berinteraksi dengan
yang lain pada dasarnya ia mengkaji pengalaman belajarnya
dan hal ini pada gilirannya akan dapat meningkatkan
kemampuannya untuk menilai pengalamannya.
Berkenaan dengan evaluasi ini ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan.

Telaah Kurikulum 142


a. Evaluasi memberi arti pada proses belajar dan memberi
arah baru pada pelajar.
b. Bila tujuan dikaitkan dengan evaluasi maka peran
evaluasi begitu penting bagi pelajar.
c. Latihan penilaian guru dapat mempengaruhi bagaimana
pelajar terlibat dalam evaluasi dan belajar.
d. Evaluasi terhadap kemajuan pencapaian tujuan akan lebih
mantap bila guru dan murid saling bertukar dan
menerima pikiran, perasaan dan pengamatan.
e. Kekurangan atau ketidaklengkapan evaluasi dapat
mengurangi kemampuan guru dalam melayani muridnya.
Sebaliknya evaluasi yang menyeluruh dapat memperkuat
kemampuan pelajar untuk menilai dirinya.
f. Jika tekanan evaluasi guru diberikan terus menerus
terhadap penampilan siswa, pola ketergantungan
penghindaran dan kekerasan akan berkembang.
g. Kelompok teman sebaya berguna dalam evaluasi.

7.5 Prinsip Harus Dipegang Teguh Guru

Menurut Slameto (2010) ada 10 prinsip yang harus


dipegang teguh oleh guru dalam mengajar sebagai berikut.
1. Perhatian, di dalam mengajar guru harus dapat
membangkitkan perhatian siswa di dalam pelajaran yang di
berikan oleh guru
Telaah Kurikulum 143
2. Aktivitas, dalam proses belajar mengajar guru peru
menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir dan berbuat
3. Appersepsi, Setiap guru yang mengajar perlu
menghubungkan pelajaran yang akan di berikan dengan
pengetahuan yang telah dimilki siswa, ataupun
pengalamannya.
4. Peragaan, harus berusaha menunjukkan benda-benda yang
asli. Bila mengalami kesukaran boleh mununjukkan model,
gambar, bendaa tiruan, atau menggunakan media lainnya.
5. Repetisi, bila guru menjelaskan suau unit pelajaran, itu perlu
di ulang-ulang.
6. Korelasi, guru wajib memerhatikan dan memikirkan
hubungan antara setiap mata pelajaran
7. Konsentrasi, hubungan antar mata pelajaran perlu diperluas,
mungkin dapat dipusatkan kepada salah satu pusat minat
siswa
8. Sosialisasi, dalam perkembangannya siswa perlu bergaul
dengan teman-teman lainnya
9. Individualisasi, siswa merupakan individu yang unik. Hal
mana masing-masing mempunyai perbedaan yang khas, guru
harus memahami setiap aspek perbedaan ini sehingga dapat
melayani pendidikan sesuai dengan perbedaanya itu
10. Evaluasi, Semua kegiatan pembelajaran perlu evaluasi.
Evaluasi dapat memberikan motivasi kepada guru maupun

Telaah Kurikulum 144


siswa untuk lebih giat belajar dan mengkatkan proses
berpikirnya.

7.5 Teori Belajar Piaget

Piaget mengembangkan teori perkembangan kognitif yang


cukup dominan selama beberapa dekade. Dalam teorinya Piaget
membahas pandangannya tentang bagaimana anak belajar.
Menurut Jean Piaget, dasar dari belajar adalah aktivitas
anak bila ia berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan
fisiknya. Pertumbuhan anak merupakan suatu proses sosial. Anak
tidak berinteraksi dengan lingkungan fisiknya sebagai suatu
individu terikat, tetapi sebagai bagian dari kelompok sosial.
Akibatnya lingkungan sosialnya berada diantara anak dengan
lingkungan fisiknya.
Interaksi anak dengan orang lain memainkan peranan
penting dalam mengembangkan pandangannya terhadap alam.
Melalui pertukaran ide-ide dengan orang lain, seorang anak yang
tadinya memiliki pandangan subyektif terhadap sesuatu yang
diamatinya akan berubah pandangannya menjadi obyektif.
Aktivitas mental anak terorganisasi dalam suatu struktur kegiatan
mental yang disebut ”skema” atau pola tingkah laku.
Dalam perkembangan intelektual ada tiga hal penting yang
menjadi perhatian Piaget yaitu struktur, isi dan fungsi

Telaah Kurikulum 145


1. Struktur, Piaget memandang ada hubungan fungsional
antara tindakan fisik, tindakan mental dan perkembangan
logis anak-anak. Tindakan (action) menuju pada operasi-
operasi dan operasi-operasi menuju pada perkembangan
struktur-struktur.
2. Isi, merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin
pada respon yang diberikannya terhadap berbagai masalah
atau situasi yang dihadapinya.
3. Fungsi, adalah cara yang digunakan organisme untuk
membuat kemajuan intelektual.
Menurut Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada
dua fungsi yaitu organisasi dan adaptasi.
1. Organisasi memberikan setiap organisme kemampuan untuk
mengestimasikan atau mengorganisasi proses-proses fisik
atau psikologis menjadi sistem-sistem yang teratur dan
berhubungan.
2. Adaptasi, terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses
yaitu asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang
mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke
dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya.
Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang
menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan
baru dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan
terus. Asimilasi tidak akan menyebabkan perubahan/pergantian
Telaah Kurikulum 146
skemata melainkan perkembangan skemata. Asimilasi adalah
salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan
mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru pengertian orang
itu berkembang.
Akomodasi. Dalam menghadapi rangsangan atau
pengalaman baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan
pengalaman yang baru dengan skema yang telah dipunyai.
Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok
dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang
akan mengadakan akomodasi. Akomodasi tejadi untuk
membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang
baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok
dengan rangsangan itu.\
Bagi Piaget adaptasi merupakan suatu kesetimbangan
antara asimilasi dan akomodasi. Bila dalam proses asimilasi
seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi terhadap
lingkungannya maka terjadilah ketidakseimbangan
(disequilibrium). Akibat ketidakseimbangan itu maka terjadilah
akomodasi dan struktur kognitif yang ada akan mengalami
perubahan atau munculnya struktur yang baru.

Telaah Kurikulum 147


BAB 8
SINTAKS PEMBELAJARAN

Telaah Kurikulum 148


8.1 Model Pembelajaran

1. Model STAD (Student Teams Achievment Division)


a. Mengarahkan siswa untuk bergabung ke dalam
kelompok;
b. Membuat kelompok heterogen (4-5 orang);
c. Mendiskusikan bahan belajar atau LKS secara
kolaboratif;
d. Mempresentasikan hasil kerja kelompok;
e. Mengadakan kuis individual dan membuat skor
perkembangan tiap siswa atau kelompok;
f. Mengumumkan rekor tim dan individual;
g. Memberikan penghargaan.
2. Model NHT (Numbered Head Together)
a. Mengarahkan siswa;
b. Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki
nomor tertentu;
c. Memberikan persoalan materi bahan ajar yang akan
dikerjakan secara kolaboratif kepada kelompok siswa.
Tiap kelompok mendapat tugas sama tetapi tiap siswa
tidak sama dalam jenis tugas yang diterimanya.
Penugasan atau persoalan yang diberikan kepada siswa
disesuaikan dengan nomor siswa. Setiap siswa dengan
nomor sama mendapat tugas yang sama;
Telaah Kurikulum 149
d. Mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan nomor
siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga
terjadi diskusi kelas;
e. Mengadakan kuis individual dan membuat skor
perkembangan siswa;
f. Mengumumkan hasil kuis dan memberikan penghargaan.
3. Model JIGSAW
a. Pengarahan dan informasi bahan ajar yang akan
dipelajari;
b. Membentuk kelompok pangkalan yang heterogen,
beranggotakan 4-6 siswa;
c. Memberikan tugas atau LKS yang terdiri atas beberapa
bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok;
d. Tiap anggota kelompok bertugas membahas bagian
tertentu, bahan belajar tiap kelompok adalah sama;
e. Membentuk kelompok ahli yang berasal dari anggota
kelompok pangkalan sesuai bagian bahan belajar tiap
kelompok sehingga terjadi kerja sama dan diskusi;
f. Anggota kelompok ahli kembali ke kelompok pangkalan
dan melakukan pertukaran informasi kepada anggota
kelompok lainnya.
g. Penyimpulan, evaluasi, dan refleksi.
4. Model TPS (Think Pairs Share)
a. Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan
memberikan tugas kepada semua kelompok.
Telaah Kurikulum 150
b. Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut
sendiri (Think).
c. Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam
kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya (Pairs).
d. Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok
berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk
membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat.
e. Perwakilan kelompok berempat berbagi hasil pekerjaan
dengan kelompok lainnya, dengan cara menyajikannya di
depan kelas (Share).
f. Guru memberikan reward atas hasil kerja siswa
5. Model GI (Group Investigation)
a. Pengarahan guru tentang topik pembelajaran;
b. Pembentukan kelompok heterogen dengan orientasi
tugas;
c. Perencanaan pelaksanaan investigasi;
d. Tiap kelompok menginvestigasi proyek tertentu (
kegiatan investigasi sebaiknya dilakukan di luar kelas,
misalnya mengukur tinggi pohon, mendata jumlah dan
jenis kendaraan di sekolah, mendata jenis dagangan dan
keuntungan di warung sekolah, jenis ekstrakurikuler dan
kesertaan siswa dalam ekstrakurikuler di sekolah);
e. Pengolahan data, penyajian data hasil investigasi;
f. Presentasi hasil akhir investigasi kelompok;
g. Evaluasi dan refleksi.
Telaah Kurikulum 151
6. Model CTL (Contextual Teaching and Learning)
a. Modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian
kompetensi – tujuan, pengarahan – petunjuk, rambu-
rambu, contoh);
b. Questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun,
mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri,
generalisasi);
c. Learning community (seluruh siswa berpartisipati dalam
belajar kelompok dan individual, otok berpikir dan
tangan bekerja, mengerjakan berbagai kegiatan dan
percobaan);
d. Inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, generalisasi,
menemukan);
e. Constructivism (membangun pemahaman sendiri,
mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis);
f. Reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut);
g. Authentic assessment (penilaian selama proses dan seusai
pembelajaran harus dilakukan secara objektif dan
dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan hasil
yang benar-benar mewakili kompetensi siswa).
7. Model TAI (Team Assisted Individualy) = Bidak (Bantuan
individual dalam kelompok)
a. Buat kelompok heterogen;
b. Berikan bahan ajar berupa modul;

Telaah Kurikulum 152


c. Siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa
pandai anggota kelompok , saling tukar jawaban, saling
berbagi sehingga terjadi diskusi;
d. Penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif.
8. Model PBI (Problem Based instruction)
a. Guru mempresentasikan permasalahan yang akan
dihadapi siswa.
b. Siswa terstimulasi untuk berusaha menyelesaikan
permasalahan di lapangan.
c. Siswa mengorganisasikan apa yang telah mereka pahami
tentang permasalahan dan mencoba mengidentifikasi hal-
hal terkait.
d. Siswa berdiskusi dengan mengajukan pertanyaan tentang
hal-hal yang tidak mereka pahami.
e. Guru mendampingi siswa untuk fokus terhadap
pertanyaan yang dianggap penting.
f. Siswa membagi pengetahuan baru yang mereka peroleh
dan mendiskusikannya.
g. Siswa memperbaiki data, fakta, dan teori berkaitan
dengan permasalahan yang dipelajari.
h. Siswa mentransfer pengetahuan dalam konteks nyata ke
dalam pelaporan di kelas.

Telaah Kurikulum 153


8.2 Jenis jenais Sintaks Biasa Digunakan

Adapun juga beberapa sintaks yang harus dipahami dan


diperhatikan dalam pembelajaran:
1. Sintaks Pembelajarn Kooperatif
Fase Perilaku Guru
Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan
Menyampaikan pembelajaran yang ingin dicapai pada
tujuan dan pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
memotivasi siwa belajar.
Fase 2 Guru menyajikan informasi kepada siswa
Menyajikan dengan jalan demonstrasi atau lewat
informasi bahan bacaan.
Fase 3 Guru menjelaskan kepada siswa
Mengorganisasi bagaimana cara membentuk kelompok
siswa ke dalam belajar dan membantu setiap agar
kelompok-kelompok melakukan transisi secara efisien.
belajar
Fase 4 Guru membimbing kelompok-kelompok
Membimbing belajar pada saat mereka mengerjakan
kelompok belajar tugas mereka.
dan bekerja
Fase 5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
Evaluasi materi yang telah dipelajari atau masing-

Telaah Kurikulum 154


masing kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya.
Fase 6 Guru mencari cara-cara untuk menghargai
Memberikan baik upaya maupun hasil belajar individu
penghargaan dan kelompok.

2. Sintaks Perbandingan dari Empat Pendekatan dalam


Pembelajaran Kooperatif
Aspek Tipe STAD Tipe Jigsaw Investigasi Pendekatan
Kelompok Struktural
Tujuan Informasi Informasi Informasi Informasi
Kognitif akademik akademik akademik tingkat akademik
sederhana sederhana tinggi dan sederhana
keterampilan
inkuiri
Tujuan Kerja Kerja Kerjasama dalam Keterampilan
Sosial kelompok kelompok dan kelompok kelompok
dan kerja kerja sama kompleks dan
sama keterampilan
social
Struktur Kelompok Kelompok Kelompok belajar Bervariasi,
tim heterogen belajar dengan 5-6 berdua,
dengan 4-5 heterogen anggota heterogen bertiga,
anggota dengan 5-6 berkelompok

Telaah Kurikulum 155


anggota dengan 4-6
menggunakan anggota
pola kelompok
asal dan
kelompok ahli
Pemilih Biasanya Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya
an topic guru guru
pelajara
n
Tugas Siswa dapat Siswa Siswa Siswa
utama menggunak mempelajari menyelesaikan mengerjakan
an lembar materi dalam inkuiri kompleks tugas-tugas
kegiatan kelompok ahli yang
dan saling kemudian diberikan
membantu membantu social dan
untuk kelompok asal kognitif
menutaskan mempelajari
materi materi itu
belajarnya
Penilaia Tes Bervariasi Menyelesaikan Bervariasi
n mingguan dapat berupa proyek dan
tes mingguan menulis laporan,
dapat
menggunakan tes

Telaah Kurikulum 156


esai
Pengaku Lembar Publikasi lain Lembar Bervariasi
an pengetahua pengetahuan dan
n dan publikasi lain
publikasi
lain

3. Sintaks Model Pembelajaran Inkuiri (Penemuan)


Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1 Guru menyajikan kejadian-
Observasi untuk menemukan kejadian atau fenomena yang
masalah memungkinkan siswa
menemukan masalah
Tahap 2 Guru membimbing siswa
Merumuskan masalah merumuskan masalah penelitian
berdasarkan kejadian dan
fenomena yang disajikannya
Tahap 3 Guru membimbing siswa untuk
Mengajukan hipotesis mengajukan hipotesis terhadap
masalah yang telah
dirumuskannya
Tahap 4 Guru membimbing siswa untuk
Merencanakan pemecahan merencanakan pemecahan
masalah (melalui eksperimen masalh, membantu menyiapkan

Telaah Kurikulum 157


atau cara lain) alat dan bahan yang diperlukan
dan menyusun prosedur kerja
yang tepat
Tahap 5 Selama siswa bekerja, guru
Melaksanakan eksperimen membimbing dan memfasilitasi
(atau cara pemecahan masalh
yang lain)
Tahap 6 Guru membantu siswa
Melakukan pengamatan dan melakukan pengamatan tentang
pengumpulan data hal-hal yang penting dan
membantu mengumpilkan dan
mengorganisasi data
Tahap 7 Guru membantu siswa
Analisis data menganalisis data supaya
menemukan suatu konsep
Tahap 8 Guru membimbing siswa
Penarikan kesimpulan dan mengambil kesimpulan
penemuan berdasarkan data dan
menemukan sendiri konsep yang
ingin ditanamkan.

4. Sintaks Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah


Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1 Guru menjelaskan tujuan

Telaah Kurikulum 158


Orientasi siswa kepada pembelajaran, menjelaskan
masalah logistic yang dibutuhkan,
memotivasi siswa untuk terlibat
pada aktivitas pemecahan
masalah yang dipilihnya
Tahap 2 Guru membantu siswa
Mengorganisasi siwa untuk mendefinisikan dan
belajar mengorganisasi tugas belajar
tugas belajar yang berhubungan
dengan masalh tersebut
Tahap 3 Guru mendorong siswa untuk
Membimbing penyelidikan mengumpulkan informasi yang
individual maupun kelompok sesuai, melaksanakan
eksperimen, untuk mendapat
penjelasan dan
pemecahanmasalah
Tahap 4 Guru membantu siswa dalam
Mengembangkan dan merencanakan dan menyiapkan
menyajikan hasil karya karya yang sesuai seperti
laporan, video, dan model dan
membantu mereka untuk berbagi
tugas dengan temannya
Tahap 5 Guru membantu siswa untuk
Menganalisis dan melakukan refleksi atau evaluasi

Telaah Kurikulum 159


mengevaluasi proses terhadap penyelidikan mereka
pemecahan masalah atau proses-proses yang mereka
gunakan

5. Sintak Model Pembelajaran Langsung


Tahap Peran Guru
Menyampaikan tujuan dan Guru menjelaskan tujuan
mempersiapkan siswa pembelajaran, informasi latar
belakang pelajaran, pentingnya
pelajaran, mempersiapkan siswa
untuk belajar
Mendemonstrasikan Guru mendemonstrasikan
keterampilann (pengetahuan keterampilan dengan benar, atau
procedural) atau menyajikan informasi tahap
mempresentasikan demi tahap
pengetahuan (deklaratif)
Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan
member bimbingan pelatihan
Mengecek pemahaman dan Guru mengecek apakah siswa
memberikan umpan balik telah berhasil melakukan tugas
dengan baik, memberi umpan
balik
Memberukan kesempatan Guru mempersiapkan
untuk pelatihan lanjutan dan kesempatan untuk melakukan

Telaah Kurikulum 160


penerapan pelatihan lanjutan, dengan
perhatian khusus pada
penerapan kepada situasi lebih
kompleks dan kehidupan sehari-
hari

8.3 Sintaks Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal

Tiap-tiap model pembelajaran membutuhkan sistem


pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Model
pembelajaran berbasis kearifan lokal ini memiliki Sintaks (Pola
urutan / Fase) yang telah dikembangkan pada penelitian
Martawijaya yang dirancang sesuai dengan kebudayaan
masyarakat Bugis-Makassar diantaranya :
1. Minasa (Niat)
Minasa berasal dari bahasa Bugis/Makassar yang jika
diterjemahkan ke bahasa Indonesia berarti Niat. Adapun niat
merupakan adopsi kata yang berasal dari bahasa arab. Secara
bahasa, orang Arab menggunakan kata-kata niat dalam arti
‘sengaja’. Sedangkan secara istilah, tidak terdapat definisi
khusus untuk niat. Maka dari itu, barangsiapa yang
menetapkan suatu definisi khusus yang berbeda dengan makna
niat secara bahasa, maka orang tersebut sebenarnya tidak
memiliki alasan kuat yang bisa dipertanggung jawabkan.
Karena itu banyak ulama yang memberikan makna niat secara
Telaah Kurikulum 161
bahasa, semisal Nawawi, ia mengatakan niat adalah
bermaksud untuk melakukan sesuatu dan bertekad bulat untuk
mengerjakannya. Pendapat lain mengatakan “Niat adalah
maksud yang terdapat dalam hati seseorang untuk melakukan
sesuatu yang ingin dilakukan.
Niat merupakan syarat layak/diterima atau tidaknya
amal perbuatan, dan amal ibadah tidak akan mendatangkan
pahala kecuali berdasarkan niat (karena Allah ta’ala). Waktu
pelaksanaan niat dilakukan pada awal ibadah dan tempatnya
di hati. Ikhlas dan membebaskan niat semata-mata karena
Allah ta’ala dituntut pada semua amal shalih dan ibadah.
Seorang mu’min akan diberi ganjaran pahala berdasarkan
kadar niatnya. Semua perbuatan yang bermanfaat dan mubah
(boleh) jika diiringi niat karena mencari keridhoan Allah maka
dia akan bernilai ibadah,yang membedakan antara ibadah dan
kebiasaan rutinitas adalah niat.
Dan pada salah satu sabda nabi Muhammad SAW
yang berbunyi "Semua perbuatan tergantung niatnya, dan
(balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan;
Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin
digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin
dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan"
(Bukhari, muslim, ahmad, abu daud, ibnu majah, tirmidzi)
Dalam belajar seorang penuntut ilmu harus memiliki
niat yang bersih, karena berkahnya suatu ilmu tergantung
Telaah Kurikulum 162
pada niat si penuntut ilmu. Dalam menuntut ilmu kita harus
memiliki niat yang bersih karena segala sesuatu tergantung
dari niat sebagaimana penjelasan dari hadist riwayat muslim
yang mengatakan bahwa segala sesuatu tergantung dari
niatnya. Seorang penuntut ilmu harus benar-benar
memperbaiki niatnya dalam menuntut ilmu, agar ilmu yang
dimiliki dapat berguna baik dunia maupun akhirat, baik untuk
penuntut ilmu maupun orang lain.
2. Ada (Ungkapan/perkataan)
Ada berasal dari bahasa Bugis/Makassar yang jika
diterjemahkan ke bahasa Indonesia berarti Ungkapan/berkata,
berbicara, bercakap, berbahasa. Perkataan berarti sesuatu yang
dikatakan.
Model pembelajaran ini menumbuhkan keterampilan
berbicara peserta didik, dalam hal ini peserta didik harus
mampu mengungkapkan pendapat, menanggapi selama proses
pembelajaran, sehingga peserta didik tidak hanya duduk,
diam, mendengarkan pendidik saat proses pembelajaran.
Akan tetapi, masalah yang terjadi di lapangan adalah
tidak semua siswa mempunyai kemampuan berbicara yang
baik.Oleh sebab itu, pembinaan keterampilan berbicara harus
dilakukan sedini mungkin. Pentingnya keterampilan berbicara
atau bercerita dalam komunikasi juga diungkapkan oleh
Supriyadi (2005:178) bahwa apabila seseorang memiliki
keterampilan berbicara yang baik, dia akan memperoleh
Telaah Kurikulum 163
keuntungan sosial maupun profesional. Keuntungan sosial
berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial antarindividu.
Sedangkan, keuntungan profesional diperoleh sewaktu
menggunakan bahasa untuk membuat pertanyaa-pertanyaan,
menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan
mendeskripsikan. Keterampilan berbahasa lisan tersebut
memudahkan siswa berkomunikasi dan mengungkapkan ide
atau gagasan kepada orang lain.Pentingnya penguasaan
keterampilan berbicara untuk siswa Sekolah Dasar juga
dinyatakan oleh Farris (Supriyadi, 2005:179) bahwa
pembelajaran keterampilan berbicara penting dikuasai siswa
agar mampu mengembangkan kemampuan berpikir,
membaca, menulis, dan menyimak. Kemampuan berpikir
mereka akan terlatih ketika mereka mengorganisasikan,
mengonsepkan, mengklarifikasikan, dan menyederhanakan
pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain secara lisan.
Dalam model ini penulis berusaha menumbuhkan
keterampilan berbicara melalui diskusi dalam pemblajaran.
Diskusi yang dimaksud yakni diskusi kelompok simellereng,
dimana pembagian kelompoknya terdiri dari 3-4 orang.
Metode diskusi mendorong siswa untuk berdialog dan
bertukar pendapat, dengan tujuan agar siswa dapat terdorong
untuk berpartisipasi secara optimal, tanpa ada aturan-aturan
yang terlalu keras, namun tetap harus mengikuti etika yang
disepakati bersama. Metode diskusi adalah cara memecahkan
Telaah Kurikulum 164
masalah yang dipelajari melalui urun pendapat dalam diskusi
kelompok.
Diskusi dapat dilaksanakan dalam dua bentuk yaitu:
diskusi kelompok kecil simellereng (small group discussion)
dengan kegiatan kelompok kecil dan diskusi kelas, yang
melibatkan semua siswa di dalam kelas, baik dipimpin
langsung oleh gurunya atau dilaksanakan oleh seorang atau
beberapa pemimpin diskusi yang dipilih langsung oleh siswa
dengan tujuan untuk memberikan motivasi kepada siswa agar
dapat berkomunikasi secara lisan, memberikan kesempatan
kepada peserta dididk untuk menggunakan pengetahuan dan
informasi yang telah dimiliki dan mengembangkan sikap
saling hormat menghormati dan tenggang rasa terhadap
keragaman pendapat orang lain, dalam rangka
mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa.
3. Gau (Kerja/Tindakan)
Gau berasal dari bahasa Bugis/Makassar yang jika
diterjemahkan ke bahasa Indonesia berarti Kerja atau tindakan
yang baik.
Apabila dibahas dalam model pembelajaran ini maka
gau/kerja yang dimaksud adalah peserta didik melakukan
percobaan atau dengan kata lain peserta didik melakukan
praktikum untuk mengamati secara langsung gejala-gejala
yang mereka pelajari pada materi kalor ini. Misalnya peserta

Telaah Kurikulum 165


didik melakukan percobaan yang tertuliskan pada bab
sebelumnya.
Partnership for 21st Century Skills (2013) sebagai
salah satu acuan pendidikan menyebutkan bahwa kompetensi
yang perlu ditingkatkan pada peserta didik di abad-21 meliputi
materi inti, keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan
teknologi informasi dan media, dan keterampilan hidup dan
karier (life skill). Dalam pemenuhan keterampilan tersebut,
pembelajaran di sekolah lebih ditekankan pada proses
penemuan. Hal ini dilakukan agar peserta didik mengasah
kemampuan berpikir seiring dengan melatih keterampilan.
Salah satu metode yag dapat digunakan untuk
mengintegrasikan kemampuan berpikir dan keterampilan
tersebut adalah metode praktikum.
Kata praktikum berasal dari kata pratique (Prancis),
practicus (Latin), atau praktikos (Yunani) yang secara harfiah
berarti “aktif” atau prattein / prassein (Yunani) yang berarti “
mengerjakan”. Pengertian praktikum menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia yaitu bagian dari pengajaran yang bertujuan
agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan
melaksanakan dari keadaan nyata apa yang diperoleh dari
teori.
Manfaat Praktikum Kegiatan praktikum dapat
dimanfaatkan untuk beberapa kegiatan yang mengasah

Telaah Kurikulum 166


keterampilan peserta didik. Menurut Zaenuddin (1996) secara
rinci praktikum dapat dimanfaatkan untuk :
1. melatih keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan
mahasiswa
2. memberi kesempatan pada peserta untuk menerapkan dan
ingintegrasikan pengetahuan dan keterampilan yang
dimilikinya secara nyata dalam praktek untuk
membuktikan sesuatu secara ilmiah atau melakukan
scientific inquiry untuk menghargai ilmu dan
keterampilan dimiliki.
Khusus untuk fisika, menurut Woolnough & Allsop
(Rustaman, 1995) sedikitnya terdapat empat alasan yang
dikemukakan para pakar pendidikan sains mengenai
pentingnya kegiatan praktikum. Pertama, praktikum
membangkitkan motivasi belajar sains. Kedua, praktikum
mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar
melaksanakan eksperimen. Ketiga, praktikum menjadi wahana
belajar pendekatan ilmiah. Keempat, praktikum menunjang
pemahaman materi pelajaran. Integrasi Pengetahuan,
Keterampilan, dan Sikap dalam Praktikum Kegiatan
praktikum memungkinkan peserta didik untuk
mempraktekkan secara empiris dalam belajar
mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
menggunakan sarana laboratorium.

Telaah Kurikulum 167


Pada ranah pengetahuan, peserta didik mendalami
teori, menggabungkan teori yang ada, dan menerapkan teori.
Ranah pengetahuan dapat dapat dinilai menggunakan rubrik
penskoran. Ranah keterampilan Pada ranah keterampilan,
peserta didik memilih alat dan bahan, mempersiapkan alat dan
bahan, dan menggunakan alat dan bahan. Ranah keterampilan
dapat dinilai dengan teknik observasi (ceklist atau rating
scale) Ranah Sikap Pada ranah sikap, peserta didik
menunjukkan beberapa sikap, contohnya: bekerjasama,
disiplin; dan tanggungjawab.
Ranah sikap dapat dinilai menggunakan teknik
observasi (ceklist, bagan partisipasi (participation chart), skala
lajuan (rating scale)). Langkah Kerja Dalam Praktikum
Menurut Sund & Trowbridge, dalam Sumaji, (2003:43) kerja
laboratorium atau praktikum meliputi : merencanakan
eksperimen dan menyusun hipotesis-hipotesis, merakit
peralatan, menyusun bahan dan peralatan, melakukan
pengamatan terhadap gejala-gejala alamiah, melakukan
pengamatan terhadap suatu proses, mengumpulkan dan
mencatat data, melakukan modifikasi peralatan, melakukan
pembacaan pada alat pengukur , kalibrasi peralatan,
menggambar bahan dan grafik, menganalisis data, menarik
kesimpulan dari data, membuat laporan eksperimen, memberi
penjelasan tentang eksperimen yang dilakukan,

Telaah Kurikulum 168


mengidentifikasi permasalahan untuk studi lanjutan, melepas,
membersihkan, menyimpan, dan memperbaiki peralatan.
Langkah- Langkah Dalam Melaksanakan Metode
Praktikum:
1. Guru mendesain praktikum agar dapat mencapai tujuan
instruksional yang diharapkan
2. Guru merumuskan tujuan yang jelas, terukur dan relevan
dengan tuntutan profesional lulusan
3. Guru berusaha agar praktikum merupakan pengalaman
belajar yang menarik dan menyenangkan bagi mahasiswa
4. Guru mendesain metode evaluasi hasil dan proses
praktikum yang valid dan reliable.
4. Uki (Tulisan)
Uki berasal dari bahasa Bugis/Makassar yang jika
diterjemahkan ke bahasa Indonesia berarti Tulisan/menulis.
Menulis merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan
suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan
menggunakan aksara. (Ahmad dan Alek. 2009: 66). Pada
awal sejarahnya, menulis dilakukan dengan menggunakan
gambar. Sejarah mengenai tulisan dapat ditelusuri ke tahun
3001 SM pada bangsa Sumeria yang hidup di Mesopotamia
purba di antara sungai Tigris dan Euphrates. Pada saat itu
orang belum memakai tanda atau huruf seperti yang dipakai
sekarang. Mereka memakai apa yang dinamakan cuneiform,
yakni gambar-gambar yang melambangkan benda atau
Telaah Kurikulum 169
konsep. Piktograf (Pictograph) ini digoreskan pada tanah liat
dan kalau dirasakan perlu kalau disimpan, tanah liat ini lalu
dibakar sehingga goresan-goresan tadi menjadi permanen.
(Green dalam Dardjowidjojo, 2005: 292).
Menulis seperti halnya kegiatan berbahasa lainnya,
merupakan keterampilan. Setiap keterampilan hanya akan
diperoleh melalui berlatih. Berlatih secara sistematis, terus
menerus, dan penuh disipilin merupakan resep yang selalu
disarankan oleh praktisi untuk dapat atau terampil menulis.
Tentu saja bekal untuk berlatih bukan hanya sekedar kemauan,
melainkan juga ada bekal lain yang perlu dimiliki. Bekal lain
itu adalah pengetahuan, konsep, prinsip, dan prosedur yang
harus ditempuh dalam kegiatan menulis. Jadi, ada dua hal
yang diperlukan untuk mencapai ketrampilan menulis yakni
pengetahuan tentang tulis-menulis dan berlatih untuk menulis
karena menulis merupakan sebuah keterampilan berbahasa
yang terpadu, yang ditujukan untuk menghasilkan sesuatu
yang disebut tulisan.
Heart dan Reinking berpendapat, tujuan umum
menulis hanya ada dua yaitu menginformasikan (to inform)
dan meyakinkan (to persuaea). Akan tetapi mereka
berpendapat, setiap tulisan tentu mempunyai sebuah tujuan
yang lebih spesifik. Mereka menyatakan , “ ... each written
work must have a more specific purpose,” (Heart dan
Reinking, 1986: 3). The Liang Gie juga berpendapat bahwa
Telaah Kurikulum 170
tujuan orang mengarang pada dasarnya ada dua tipe, akan
tetapi pendapat The Liang Gie berbeda dengan pendapat Heart
dan Reinking tersebut, karena menurutnya dua tipe tujuan
mengarang itu adalah (1) memberi informasi, memberikan
sesuatu, dan (2) memberi hiburan , menggerakkan hati (The
Liang Gie, 1992: 24).
Tulisan bermanfaat untuk mempengaruhi orang,
sebagai sarana berbagi pengalaman, mampu membebaskan
dari penderitaan, dapat menggulingkan sebuah rezim,
mencegah perang, membangkitkan semangat hidup,
menyelamatkan nyawa, dapat mengasah otak, dan dapat
mendatangkan rezeki. Dari pendapat-pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa pengertian menulis adalah kegiatan
mengungkapkan ide atau gagasan dengan bahasa tulis.
Sedangkan pengertian keterampilan menulis, yaitu
kemampuan menyusun atau mengorganisasikan gagasan serta
mengkomunikasikan gagasan tersebut kepada pembaca
sehingga terjalin interaksi antara keduanya demi tercapainya
suatu tujuan. c. Jenis-Jenis Tulisan 201 Menurut Gie (2002:
25-30) dalam Pangesti Wiedarti (2005: 20) tulisan dapat
digolongkan menjadi beberapa jenis berdasarkan kriteria
tertentu. Berdasarkan bentuknya, tulisan dapat digolongkan
menjadi: cerita (narasi), lukisan (deskripsi), paparan
(eksposisi) dan bincangan (argumentasi). Menurut ragamnya,

Telaah Kurikulum 171


tulisan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tulisan faktawi
(faktual) dan tulisan khayali.
Fase Uki pada model pembelajarn berbasis kearifan
lokal ini melatih keterampilan menulis peserta didik. Pada fase
ini pendidik mengarahkan peserta didik untuk menuliskan
sebuah karya berdasarkan pokok bahasan yang telah mereka
bahas dan mereka lakukan pada fase yang sebelumnya. Karya
yang dimaksudkan yaitu sebuah laporan.
5. Sabbi (Mempersaksikan)
Sabbi berasal dari bahasa Bugis/Makassar yang jika
diterjemahkan kebahasa Indonesia berarti saksi. Apabila
dibahas dalam model pembelajaran ini maka sabbi/ saksi yang
dimaksud adalah peserta didik mempersaksikan/
mempresentasikan hasil kerja nya. Hasil kerja disini yakni
peserta didik mempresentasikan kegiatan yang telah mereka
lakukan mulai dari fase ada hingga fase uki.
Mempersaksikan sama saja dengan mempublikasikan
ataupun melaporkan kegiatan-kegiatan mereka, data-data yang
diperolehnya, dan kendala yang mereka hadapi pada saat
proses tersebut.
Presentasi merupakan suatu kegiatan penyampaian
informasi dihadapan banyak orang (audience) atau salah satu
bentuk komunikasi. Presentasi biasa dilakukan dalam
perkantoran dan perkuliahan, mahasiswa biasanya sering
mendapatkan tugas untuk mempresentasikan materi kepada
Telaah Kurikulum 172
teman kelasnya. Hal ini bertujuan agar kelas menjadi hidup
dan mahasiswa pun menjadi aktif terhadap materi yang
disampaikan. Pada kegiatan tersebut nantinya akan terjadi
sebuah diskusi karena presentasi akan memancing sebuah
tanya jawab antara audience dengan yang presenter.
Merujuk pada pendapat Titik Triwidodo dan Djoko
Kristanto (2004:157) pengertian presentasi yaitu suatu bentuk
laporan lisan mengenai suatu fakta tertentu kepada
komunikan”. Hal ini berarti bahwa presentasimerupakan salah
satu bentuk komunikasi verbal yaitu salah satu bentuk
komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan
kepada pihak lain melalui tulisan atau lisan. Dengan
penyampaian pesan secara tulisan atau lisan ini diharapkan
orang dapat memahami apa yang disampaikan oleh pengirim
pesan dengan baik.
Sutrisna Dewi (2007:207) mengemukakan bahwa
“Mereka melakukan presentasi untuk menyampaikan
informasi baik kepada pihak intern maupun ekstern
perusahaan”. Dari kutipan tersebut menerangkan bahwa
sasaran penyampaian informasi dalam presentasi bisa berasal
dari pihak intern maupun ekstern perusahaan. Pembicara harus
dapat menyesuaikan gaya bicara atau cara penyampaian
informasi sesuai dengan latar belakang audiens,
Tujuan dilakukan presentasi yakni:
a. Menyampaikan informasi
Telaah Kurikulum 173
Banyak pendidik dan peserta didik yang melakukan
presentasi hanya bertujuan menyampaikan informasi saja.
Informasi/pesan yang disampaikan bisa bersifat biasa,
penting atau bahkan rahasia. Melalui informasi maka
diharapkan tujuan dari proses pembelajaran dapat tercapai.
Oleh karena itu seorang baik secara individu maupun
mewakili kelompoknya harus memiliki keahlian sesuai
dengan tujuan presentasi. Dalam proses pembelajaran,
informasi dari seorang presentasi sangat penting bagi
warga kelas
b. Meyakinkan pendengar
Presentasi yang dilakukan berisikan informasi-
informasi, data-data dan bukti-bukti yang disusun secara
logis sehingga informasi yang disampaikan dapat membuat
seseorang atau kelompok orang merasa yakin. Semula
yang asalnya memiliki unsur ketidakjelasan dan
ketidakpastian sehingga ketika diadakan presentasi oleh
pembicara, seseorang/kelompok orang tersebut menjadi
yakin atas informasi yang diberikan. Misal ketika seorang
guru atau sekelompok siswa melakukan presentasi
kelompok, maka siswa yang lain menjadi lebih yakin
dengan materi yag sedang dipelajari.
c. Menghibur pendengar
Pada era globalisasi ini banyak acara-acara hiburan
pada penayangan televisi. Acara hiburan tersebut dipimpin
Telaah Kurikulum 174
oleh presenter yang handal, tujuannya untuk menghibur
para penonton. Prensenter dituntut untuk melakukan
pembicaraan yang sifatnya menghibur tetapi relevan dan
profesional sehingga para penonton televisi dapat
menikmati acara tersebut. Selain acara televisi, acara
hiburan yang lainnya dapat kita temukan pada pesta
perayaan-perayaan. Contoh: pesta perayaan pernikahan,
ulang tahun dan lain-lain.
Presenter ditugaskan untuk berbicara dan
menyelipkan kata-kata yang dapat menghibur para tamu
yang hadir pada pesta perayaan tersebut. Sedikit berbeda
dengan presentasi yang dilakukan di dalam kelas, seorang
presenter tidak harus menggunakan kata-kata yang bersifat
menghibur aka tetapi bisa cukup dengan kata-kata yang
komunikatif. Untuk lebih menghibur penonton agar tidak
mudah jenuh, maka jika presentasi dilengkapi dengan
media gambar maka suasananya akan lebih tertolong
d. Memotivasi dan menginspirasi pendengar untuk
melakukan suatu tindakan
Demi tercapainya suatu tujuan pembelajaran,
seorang guru dituntut untuk mengarahkan dan
membimbing para siswanya agar dapat belajar secara
maksimal dan tidak lupa untuk memperhatikan kualitas
belajarnya. Selain diberi arahan dan bimbingan, seorang
guru juga dapat melakukan motivasi agar para siswa dapat
Telaah Kurikulum 175
belajar dengan semangat yang tinggi. Kegiatan memotivasi
tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan suatu forum.
Forum tersebut terdiri dari para siswa yang bertindak
sebagai pendengar, sedangkan yang bertindak sebagai
pembicara yaitu pihak guru atau siswa maupun
sekelompok siswa yag sudah diberi arahan oleh guru.
e. Menyampaikan pesan
Tujuan presentasi yang keempat yaitu
menyampaikan pesan. Hal ini dilakukan karena proses
pembelajaran bukan sekedar transfer ilmu pengetahua dari
seorang guru atau sekelompok siswa kepada warga kelas,
kan tetapi juga sarana untuk menyampaikan pesan moral.
Guru atau siswa yang melakukan presentasi dibantu
dengan alat bantu peraga ataupun media untuk
memudahkan penyampaian pesan.
f. Membuat suatu ide atau gagasan
Presentasi yang dilakukan hanya bertujuan untuk
memunculkan suatu ide/gagasan dari para peserta
pendengar. Tipe tujuan ini biasanya diterapkan pada materi
pelajaran yang memerlukan pemecahan atau solusi dari
orang lain. Forum yang dilakukan sering dikenal dengan
istilah diskusi.
g. Menyentuh emosi pendengar
Tujuan yang keenam yaitu untuk menyentuh emosi
para siswa. Dalam hal ini pembicara atau presenter
Telaah Kurikulum 176
bertugas untuk melakukan pembicaraannya yang dapat
menyentuh perasaaan/emosi seseorang. Sebagai contoh
pembicara melakukan presentasi kepada para pendengar
mengenai korban bencana, demonstrasi, kelaparan,
gelndangan, tuna pendidikan dan lain-lain. resentasi yang
dilakukan pembicara membuat pendengar merasa tersentuh
untuk membantu para korban bencana dengan cara
menyumbangkan sebagian hartanya.
h. Memperkenalkan diri
Presentasi juga dapat ditujukan hanya sekedar untuk
memperkenalkan jati diri bagi yang melakukan presentasi,
baik secara individual maupun kelompok.
6. Mabbarakka (Berberkah)
mabbarakka berasal dari bahasa Bugis/Makassar
yang jika diterjemahkan kebahasa Indonesia berarti berkah.
Apabila dibahas dalam model pembelajaran ini maka
mabbarakka/ berkah yang dimaksud adalah peserta didik
memperoleh berkah dari proses pembelajaran.
Menurut bahasa, berkah --berasal dari bahasa
Arab: barokah (‫)ال برك ة‬, artinya nikmat (Kamus Al-
Munawwir, 1997:78). Istilah lain berkah dalam bahasa Arab
adalah mubarak dan tabaruk.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2008:179), berkah adalah “karunia Tuhan yang
mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia”.
Telaah Kurikulum 177
Menurut istilah, berkah (barokah) artinya ziyadatul
khair, yakni “bertambahnya kebaikan” (Imam Al-
Ghazali, Ensiklopedia Tasawuf, hlm. 79).
Para ulama juga menjelaskan makna berkah sebagai segala
sesuatu yang banyak dan melimpah, mencakup berkah-berkah
material dan spiritual, seperti keamanan, ketenangan,
kesehatan, harta, anak, dan usia.
Dalam Syarah Shahih Muslim karya Imam Nawawi
disebutkan, berkah memiliki dua arti: (1) tumbuh,
berkembang, atau bertambah; dan (2) kebaikan yang
berkesinambungan. Menurut Imam Nawawi, asal makna
berkah ialah “kebaikan yang banyak dan abadi”.
Dalam keseharian kita sering mendengar kata
"mencari berkah", bermaksud mencari kebaikan atau
tambahan kebaikan, baik kebaikan berupa bertambahnya
harta, rezeki, maupun berupa kesehatan, ilmu, dan amal
kebaikan (pahala).
Dalam Al-Qur`an kata berkah (barakah) hadir
dengan beberapa makna, di antaranya: kelanggengan
kebaikan, banyak, dan bertambahnya kebaikan. Al-Quran
sendiri merupakan berkah bagi manusia sebagaimana firman-
Nya:
"Ini (Al-Quran) adalah sebuah kitab yang Kami turunkan
kepadamu, penuh dengan berkah supaya mereka
memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya orang-orang yang
Telaah Kurikulum 178
mempunyai pikiran mendapatkan pelajaran.” (QS. Shaad:
29).
Berkah dalam arti kebaikan, keselamatan, dan kesejahteraan
tercantum dalam ayat berikut ini:
"Jika sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan
bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka
berkah dari langit dan bumi." (QS. Al-A'raf: 96).
Dari penjelasan-penjelasan berkah tersebut kita bisa
kaitkan dengan pembelajaran terutama pada fase terakhir
sintaks ini. Berkah yang dimaksud adalah peserta didik
mampu memahami dengan baik materinya sesuai dengan yang
mereka niatkan pada fase awal.
Model pembelajaran A’bulo Sibatang berbasis proyek
atau Project Based Learning (PjBL) dilakukan untuk
memperdalam pengetahuan dan keterampilan dengan penanaman
nilai-nilai A’bulo Sibatang yang saling melengkapi dan saling
bekerja sama dengan cara membuat karya atau proyek yang
terkait dengan materi ajar dan kompetensi yang diharapkan
dimiliki oleh peserta didik.
PjBL memungkinkan siswa untuk melakukan aktivitas
belajar aintifik berupa kegiatan: 1) bertanya; 2) melakukan
pengamatan; 3) melakukan penyelidikan atau percobaab; 4)
menalar; 5) menjalin hubungan dengan orang lain dalam upaya
memperoleh informasi atau data. Misalnya proyek belajar yang
dilakukan adalah menyelidiki bagaimana cara mengatasi
Telaah Kurikulum 179
permasalahan sampah di sekitar sekolah, siswa harus mengamati
kondisi di lingkungan sekolah, melakukan penyelidikan tentang
sumber sampah dan jenis sampah yang ada.
Model Pembelajaran A’bulo Sibatang adalah suatu
model yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama
dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam
struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri
atas dua orang atau lebih.
Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh
ketkerlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.Model
Pembelajaran A’bulo Sibatang ini juga memandang bahwa
keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh
dari guru, melainkan bisa juga dari pihak lain yang terlibat
dalam pembelajaran itu, yaitu teman sebaya. Jadi keberhasilan
belajar dalam pendekatan ini bukan hanya ditentukan oleh
kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan itu akan
baik bila dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok kecil
yang terstruktur dengan baik.

Telaah Kurikulum 180


BAB 9
SISTEM PENDUKUNG

Telaah Kurikulum 181


9.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

A. Definisi RPP
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah
rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu
kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan
dijabarkan dalam silabus. Lingkup RPP paling luas
mencakup satu kompetensi dasar yang terdiri atas satu
indicator atau beberapa indicator untuk satu kali pertemuan
atau lebih.
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) harus
berupa kegiatan konkrit yang dilakukan oleh guru di kelas
dalam mendampingi peserta didik. Satu hal yang sangat
penting yaitu kegiatan pembelajaran harus diarahkan agar
berfokus pada peserta didik, sedangkan guru berperan
sebagai pendamping. Artinya ketika guru memilih metode
atau pendekatan harus memungkinkan siswa berperan aktif
dan berinteraksi dalam pembelajaran.
B. Prinsip, Tujuan, Fungsi, Komponen RPP
1) Tujuan
Tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran adalah
untuk:

Telaah Kurikulum 182


a. mempermudah, memperlancar dan meningkatkan
hasil proses belajar mengajar,
b. dengan menyusun rencana pembelajaran secara
profesional, sistematis, dan berdaya guna, maka
guru akan mampu melihat, mengamati,
menganalisis, dan memprediksi program
pembelajaran sebagai kerangka kerja yang logis
dan terencana.
2) Fungsi
Fungsi rencana pembelajaran adalah sebagai
acuan bagi guru untuk melaksanakan kegiatan belajar
mengajar (kegiatan pembelajaran) agar lebih terarah
dan berjalan secara efektif dan efisien. Dengan kata lain
rencana pelaksanaan pembelajaran berperan sebagai
skenario proses pembelajaran. Oleh karena itu, rencana
pelaksanaan pembelajaran hendaknya bersifat fleksibel
dan memberi kemungkinan bagi guru untuk
menyesuaikannya dengan respons siswa dalam proses
pembelajaran sesungguhnya.
Sedikitnya terdapat dua fungsi RPP dalam
KTSP:
a. Fungsi Perencanaan
Fungsi Perencanaan RPP dalam KTSP adalah
bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran
hendaknya dapat mendorong guru lebih bersikap
Telaah Kurikulum 183
melakukan kegiatan pembelajaran dengan
perencanaan yang matang.
b. Fungsi Pelaksanaan
Dalam pengembangan KTSP adalah bahwa
rencana pelaksanaan pembelajaran harus disusun
secara sistematik dan sistemis, utuh dan
menyeluruh dalam beberapa kemungkinan
penyesuaian dalam situasi pembelajaran yang
actual.

3) Prinsip Pengembangan RPP


Pengembangan rencana pelaksanann
pembelajaran harus memperhatikan perhatian dan
karakteristik peserta didik terhadap materi standar yang
dijadikan bahan kajian. Untuk kepentingan tersebut,
terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan
dalam pengembangan rencana pelaksanaan
pembelajaran dalam menyukseskan implementasi
KTSP, sebagai berikut:
a. Kompetisi yang dirumuskan dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran harus jelas.
b. Rencana pelaksanaan pembelajaran harus
sederhana dan fleksibel, serta dapat dilaksanakan
dalam kegiatan pembelajaran, dan pembentukan
kompetisi peserta didik.

Telaah Kurikulum 184


c. Kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam
rencana pelaksanaan pembelajran harus
menunjang, dan sesuai dengan kompetisi standar
yang akan diwujudkan.
d. Rencana pelaksanaan perencanaan yang
dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta
jelas pencapaiannya.
e. Harus jelas koordinasi antar komponen pelaksana
program disekolah, terutama apabila pelajaran
dilaksanakan diluar kelas, agar tidak mengganggu
jam-jam pelajaran lain.
f. Perbedaan individu peserta didik.
RPP disusun dengan memperhatiakan
perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat
intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi,
kemampuan social, emosi, gaya belajar, kebutuhan
khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya,
norma, nilai, dan atau lingkungan peserta didik.
g. Mendorong partisipasi aktif peserta didik.
Proses pembelajaran dirancang dengan
berpusat pada peserta didik untuk mendorong
motivasi, minat, kreatifitas, inisiatif, inspirasi,
kemandirian, dan semangat belajar.
h. Mengembangkan budaya membaca dan menulis.

Telaah Kurikulum 185


Proses pembelajaran dirancang untuk
mengembangkan kegemaran membaca,
pemahaman baragam bacaan, dan berekspresi
dalam berbagai bentuk tulisan.
i. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut.
RPP memuat rancangan program pemberian
umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan
remidi.
j. Keterkaitan dan keterpaduan.
RPP disusun dengan memperhatikan
keterkaitan dan keterpaduan Antara SK, KD,
materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
indicator pencapaian kompetensi, penilaian, dan
sumber belajar dalam satu kebutuhan pengalaman
belajar. RPP disusun dengan mangakomodasikan
pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata
pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman
budaya.
k. Menerapakan teknologi informasi dan komunikasi.
RPP disusun dengan mempertimbangkan
penerapan teknologi informasi dan komunikasi
secara terintegritas, sistematis, dan efektif sesuai
dengan situasi dan kondisi.

Telaah Kurikulum 186


4) Susunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
a. Mencantumkan Identitas
Identitas RPP meliputi, Nama sekolah, Mata
Pelajaran, Kelas/Semester,dan Alokasi Waktu/
Jumlah Pertemuan.
b. Standar Kompetensi
Standar kompetensi merupakan kualifikasi
peserta didik dalam menguasai pengetahuan, sikap,
dan ketrampilan. Diharapkan dapat dicapai oleh
setiap kelas materi dan/ atau semester pada suatu
mata pelajaran
c. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah
kemempuan yang harus dikuasai peserta didik,
dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan
penyusunan indicator kompetensi dalam suatu
pelajaran.
d. Indikator
Indikator adalah perilaku yang dapat diukur
atau diobservasi untuk menunjukan pencapaian
kompetensi tertentu yang menjadi acuan penilaian
mata pelajaran.
e. Tujuan Pembelajaran

Telaah Kurikulum 187


Tujuan pembelajaran menggambarkan proses
dan hasil belajar yang akan dicapai peserta didik
sesuai kompetensi dasar.

f. Materi pembelajaran
Materi pembelajaran memuat fakta, konsep,
prinsip, prosedur yang relevan dan ditulis dalam
bentuk butir‐butir uraian sesuai dengan rumusan
indicator pencapaian kompetensi.
g. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan
hendaknya dapat menciptakan suasana belajar yang
komunikatif agar peserta didik dapat mencapai
kompetensi dasar atau indikator yang telah
ditetapkan.
h. Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang digunakan
hendaknya disesuaikan dengan metode
pembelajaran yang digunakan sehingga akan
mempermudah siswa dalam mencapai KD yang
telah ditetapkan.
C. Kegiatan pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran harus memuat
langkah – langkah sebagai berikut :

Telaah Kurikulum 188


a. Pendahuluan merupakan kegiatan awal yang dapat
dilakukan untuk memotivasi peserta didik atau
merangsang peserta didik agar turut aktif dalam
pembelajaran
b. Inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai
kompetensi dasar. Proses pembelajaran harus
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, dan memotivasi siswa agar berperan aktif
dalam kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung.
c. Penutup merupakan kegiatan untuk mengakhiri
aktivitas pembelajaranyang dapat dilakukan dengan
menyimpulkan apa yang telah dipelajari, penilaian dan
refleksi, umpan balik dan/ atau tindaklanjut.
D. Sumber Belajar
Sumber belajar yang digunakan harus berdasarkan
standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi.
E. Penilaian Hasil Belajar
Prosedur penilaian proses dan hasil belajar mengacu
pada indicator pencapaian kompetensi dan mengacu pada
Standar Penilaian

9.2 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

LKPD merupakan kumpulan dari lembaran yang


berisikan kegiatan peserta didik yang memungkinkan peserta
Telaah Kurikulum 189
didik melakukan aktivitas nyata dengan objek dan persoalan yang
dipelajari. LKPD berfungsi sebagai panduan belajar peserta didik
dan juga memudahkan peserta didik dan guru melakukan
kegiatan belajar mengajar. LKPD juga dapat didefenisikan
sebagai bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi
materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas yang
harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada
kompetensi dasar yang dicapai. Tugas-tugas yang diberikan
kepada peserta didik dapat berupa teori dan atau praktik.
A. Kriteria Penyusunan dan Penulisan LKPD
Berikut ini merupakan kriteria penyusunan dan
penulisan LKPD yang dapat dikembangkan oleh guru secara
mandiri dalam pembelajaran IPA di sekolah.
1) Tujuan penyusunan LKPD
Tujuan penyusunan LKPD untuk pembelajaran
adalah sebagi berikut:
a. Memperkuat dan menunjang tujuan pembelajaran
dan ketercapaian
b. indikator serta kompetensi dasar dan kompetensi
inti yang sesuai dengan
c. kurikulum yang berlaku.
d. Membantu peserta didik untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
2) Bahan

Telaah Kurikulum 190


Bahan ajar yang digunakan untuk membantu
guru dalam mempermudah proses pembelajaran harus
sesui dengan kriteria sebagai berikut:
a. Tersusun logis dan sistematis. Penyusunan bahan
perlu menyeleksi konsep
b. yang akan dibelajarkan dan urutan rantai
kognitifnya harus diperhatikan.
c. Sesuai dengan kemampuan dan tahap
perkembangan peserta didik. Dalam
d. hal ini peserta didik SMP berada dalam tahap
perkembangan kognitif
e. peralihan antara operasional konkrit ke operasional
formal, sehingga
f. mereka masih mudah untuk berfikir konkrit dan
sudah mulai dapat diajak
g. berfikir abstrak.
h. Bahan ajar dapat merangsangdan memotivasi
keingintahuan peserta didik.
i. Bahan ajar mitahir dan memiliki kontekstualitas
yang tinggi.
3) Metode
Metode dalam menyusun LKPD adalah sebagai
berikut:

Telaah Kurikulum 191


a. Memperkaya kegiatan di dalam kelas, contohnya
dapat berupa kegiatandiluar kelas atau kegiatan
laboratorium.
b. Memotivasi peserta didik.
c. Mengembangkan keterampilan proses peserta
didik.
d. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk
memecahkan masalah.
e. Menanamkan sikap ilmiah melalui proses
pembelajaran.
4) Pertimbangan dilihat dari kepentingan peserta didik
Pertimbangan dalam menyusun LKPD dilihat
dari kepentingan peserta didik, yaitu sebagai berikut:
a. Menarik minat peserta didik.
b. Atraktif dan impulsif.
c. Menambah keyakinan dan rasa “berhasil” bagi
peserta didik.
d. Memotivasi peserta didik untuk mengetahui lebih
lanjut.
e. Pemilihan kosa kata dan istilah sains yang sesuai
dengan tingkat
f. perkembangan dan usia peserta didik.
5) Prinsip penggunaan LKPD
Adapun prinsip penggunaan LKPD adalah
sebagai berikut:
Telaah Kurikulum 192
a. Penggunaan LKPD bukan untuk menggantikan
tanggung jawab guru
b. dalam pembelajaran, melainkan sebagai sarana
untuk mempercepat
c. pencapaian tujuan pembelajaran.
d. Penggunaan LKPD sebaiknya dapat menumbuhkan
minat peserta didik
e. terhadap pembelajaran IPA melalui diskusi dan
pelaksanaan langkah kerja.
f. Guru sebaiknya memiliki kesiapan dalam
pengelolaan kelas.
B. Langkah-langkah Penulisan LKPD
Berikut ini merupakan langkah-langkah penulisan
LKPD yang dapat dikembangkan oleh guru secara mandiri
dalam pembelajaran IPA di sekolah.
a) Melakukan analisis kurikulum; KI, KD, indikator dan
materi pembelajaran.
b) Menyusun peta kebutuhan LKPD.
c) Menentukan judul LKPD.
d) Menulis LKPD.
e) Menentukan alat penilaian.
C. Struktur LKPD Secara Umum
Berikut ini merupakan struktur LKPD secara umum
yaitu:

Telaah Kurikulum 193


1) Judul kegiatan, Tema, Sub Tema, Kelas, dan Semester,
berisi topik kegiatan
2) sesui dengan KD dan identitas kelas. Untuk LKPD
dengan pendekatan inkuiri
3) maka judul dapat berupa rumusan masalah.
4) Tujuan, tujuan belajar sesuai dengan KD.
5) Alat dan bahan, jika kegiatan belajar memerlukan alat
dan bahan, maka
6) dituliskan alat dan bahan yang diperlukan.
7) Prosedur Kerja, berisi petunjuk kerja untuk peserta
didik yang berfungsi
8) mempermudah peserta didik melakukan kegiatan
belajar.
9) Tabel Data, berisi tabel di mana peserta didik dapat
mencatat hasil
10) pengamatan atau pengukuran. Untuk kegiatan yang
tidak memerlukan data
11) bisa diganti dengan tabel/kotak kosong yang dapat
digunakan peserta didik
12) untuk menulis, menggambar atau berhitung.
13) Bahan diskusi, berisi pertanyaan-pertanyaan yang
menuntun peserta didik
14) melakukan analisis data dan melakukan konseptualisasi.

Telaah Kurikulum 194


9.4 Buku Guru

A. Kedudukan dan Fungsi Buku Guru


Buku Guru adalah panduan bagi guru dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas. Berikut penjelasan
tentang fungsi buku guru.
1) Sebagai Petunjuk Penggunaan Buku Siswa
Guru harus mempelajari terlebih dahulu Buku
Guru. Guru harus menemukan informasi sebagai
berikut.
a. Urutan acuan materi pelajaran yang dikembangkan
dari Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti,
dan Kompetensi Dasar dari masing-masing muatan
pelajaran, yang kemudian dipadukan dalam satu
tema tertentu.
b. Jaringan tema dari masing-masing tema yang berisi
kompetensi dasar dan indikator dari masing-
masing muatan pelajaran yang harus dicapai.
c. Pemilahan pembelajaran yang dikembangkan dari
subtema dengan tujuan agar guru secara bertahap
dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang
sesuai dengan kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa.
2) Sebagai Acuan Kegiatan Pembelajaran di Kelas

Telaah Kurikulum 195


Buku Guru menyajikan hal-hal sebagai berikut.
a. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus
dicapai pada setiap pilahan pembelajaran dari
masing-masing subtema.
b. Menjelaskan media pembelajaran yang dapat
digunakan dalam menyelenggarakan proses
pembelajaran agar guru sudah menyiapkan media-
media pembelajaran yang diperlukan.
c. Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang
dilakukan dalam menyelenggarakan proses
pembelajaran agar dapat membantu guru dalam
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran,
dengan sistematis mengikuti langkah-langkah
pembelajaran tersubut.
d. Menjelaskan tentang teknik dan instrumen
penilaian yang dapat digunakan dalam setiap
pilihan pembelajaran yang mungkin memiliki
karakteristik tertentu.
e. Menjelaskan jenis lembar kerja yang sesuai dengan
pilahan pembelajaran yang ada dalam Buku Siswa.
3) Penjelasan tentang Metode dan Teknik Pembelajaran
yang Digunakan dalam Proses Pembelajaran.
Buku Guru memuat informasi tentang metode
dan teknik pembelajaran yang digunakan sebagai acuan
penyelenggaran proses pembelajaran.
Telaah Kurikulum 196
B. Struktur Buku Guru
Uraian berikut dimaksudkan agar guru dapat
mengenal dan memahami struktur isi Buku Guru dengan
baik. Struktur Buku Guru adalah sebagai berikut.
1) Kata pengantar, Bagian ini perlu dibaca guru agar guru
memahami latar belakang penyusunan buku dan tujuan
yang ingin dicapai dari penyusunan buku tersebut.
2) Tentang Buku Guru, Memuat informasi cakupan buku
guru dan cakupan aktivitas pembelajaran yang tertuang
dalam buku guru.
3) Bagaimana Menggunakan Buku Guru, Halaman ini
merupakan bagian penting yang harus dibaca dan
dipahami oleh guru, karena memberikan informasi hal-
hal penting yang harus diperhatikan oleh guru dalam
menggunakan Buku Guru sebagai persiapan
menggunakan Buku Siswa.
4) Standar Kompetensi Lulusan dan Kompetensi Inti,
Halaman ini mengingatkan kepada guru mengenai
standar kompetensi lulusan baik ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuan serta kompetensi inti
setiap kelas, yang akan dicapai selama proses
pembelajaran.
5) Pemetaan Kompetensi Dasar KI 1 dan KI 2, Pemetaan
Kompetensi Dasar KI 1 dan KI 2 merupakan Pemetaan
Kompetensi Dasar yang berasal dari KI 1 dan KI 2
Telaah Kurikulum 197
yang terdapat dalam setiap subtema. Artinya,
Kompetensi Dasar itulah yang akan dicapai dalam
proses pembelajaran selama satu minggu. Pemetaan
kompetensi dasar yang berasal dari Kompetensi Inti 1
dan 2 bukan untuk diajarkan secara eksplisit sebagai
materi pembelajaran (pembelajaran tidak langsung),
namun memandu guru untuk melakukan pembiasaan-
pembiasaan kompetensi tersebut selama proses
pembelajaran berlangsung. Harapannya, melalui
pengetahuan, keterampilan akan terasah dan sikap
spiritual dan sosialnya akan tumbuh pada diri siswa.
6) Pemetaan Kompetensi Dasar KI 3 dan KI 4, Pemetaan
Kompetensi Dasar KI 3 dan KI 4 merupakan Pemetaan
Kompetensi Dasar yang berasal dari KI 3 dan KI 4.
Halaman ini memuat informasi tentang kompetensi-
kompetensi yang berasal dari Pemetaan Kompetensi Inti
3 dan 4 yang harus dicapai dalam satu subtema
pembelajaran. Penetapan Kompetensi masih terbuka
untuk penggantianatau penambahan sesuai dengan
kegiatan yang dirancang oleh guru. Sekali lagi guru
harus memahami bahwa pembelajaran tematik terpadu
itu berbasis aktivitas sehingga aktivitas yang ditawarkan
di dalam buku guru bisa diganti atau dikembangkan
sesuai dengan kreativitas guru.

Telaah Kurikulum 198


7) Ruang Lingkup Pembelajaran, Halaman ini
memberikan gambaran ringkas tentang kegiatan yanga
akan dilaksanakan oleh guru dan kemampuan yang
akan dikembangkan dalam setiap pembelajaran. Kolom
kegiatan pembelajaran menjelaskan kegiatan yang
dilakukan pada satu hari pembelajaran. Kolom
kemampuan yang dikembangkan menjelaskan tiga
aspek kemampuan yang harus dicapai, yaitu sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
8) Halaman Pembelajaran, Setiap pembelajaran terdiri atas
bagian-bagian yang menuntun guru dalam proses
pembelajaran yang disesuaikan dengan buku siswa. Jika
mengacu pada Struktur Kurikulum 2013 jenjang SD,
jumlah jam pelajaran di kelas V adalah 36 jam
pembelajaran/minggu. Pembagian 36 jam/minggu
dalam pembelajaran disesuaikan dengan kondisi
sekolah. Pada buku siswa dan buku guru, kegiatan
pembelajaran dibagi menjadi 6 pembelajaran dalam
seminggu. Artinya, pembagian itu diasumsikan untuk 6
hari sekolah dalam seminggu. Sekolah yang
menerapkan 5 hari sekolah, kompetensi dasar pada
pembelajaran 6 dapat disebar ke 5 pembelajaran yang
lain. Uraian pembelajaran diawali dengan judul
pembelajaran sesuai nomor pembelajaran, misalnya

Telaah Kurikulum 199


Pembelajaran 1, Pembelajaran 2, Pembelajaran 3, dan
seterusnya.

9.4 Buku Siswa

A. Kedudukan dan Fungsi Buku Siswa


Buku ini dipergunakan sebagai panduan aktivitas
pembelajaran untuk memudahkan siswa dalam menguasai
kompetensi tertentu. Buku ini juga digunakan untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam proses pembelajaran
(activities based learning) di mana isinya dirancang dan
dilengkapi dengan contoh-contoh lembar kegiatan agar
siswa dapat mempelajari sesuatu yang relevan dengan
kehidupan yang dialaminya.
Buku siswa diarahkan agar siswa lebih aktif dalam
mengikuti proses pembelajaran melalui kegiatan mengamati,
menanya, mencoba, menalar, berdiskusi serta meningkatkan
kemampuan berkomunikasi baik antarteman maupun
dengan gurunya. Guru dapat mengembangkan atau
memperkaya materi dan kegiatan lain yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Di bawah ini
dijelaskan peran dan fungsi Buku Siswa yang dapat dirinci
sebagai berikut.
1) Panduan bagi Siswa dalam Melaksanakan Kegiatan-
kegiatan Pembelajaran
Telaah Kurikulum 200
Setiap subtema pada masing-masing buku memiliki
beberapa pembelajaran sesuai dengan tema. Berbagai
kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya
a. Kegiatan “Ayo Amati” pada buku siswa
merupakan kegiatan dimana siswa dilatih
mencari/menggali informasi dari gambar, teks
bacaan, teks percakapan atau data apapun yang
bisa digunakan sebagai sumber pembelajaran.
b. Kegiatan “Ayo Bacalah” pada buku siswa
merupakan kegiatan dimana siswa diberi
kesempatan untuk membaca teks informasi yang
disajikan pada buku siswa. Kegiatan membaca ini
biasanya terkait dengan kegiatan menggali
informasi dari bacaan, dimana siswa dilatih
keterampilannya dalam mencari ide-ide pokok dari
bacaan.
c. Kegiatan “Ayo Berlatih” pada buku siswa
merupakan kegiatan dimana siswa diberi
kesempatan untuk menunjukkan pemahaman
pengetahuannya mengaplikasikan
keterampilannya. Kegiatan ini bisa merupakan
kegiatan mandiri ataupun kegiatan dengan
bimbingan guru.
d. Kegiatan “Ayo Lakukan” pada buku siswa
merupakan kegiatan dimana siswa diberi
Telaah Kurikulum 201
kesempatan untuk melakukan kegiatan
pembelajaran melalui aktivitas kelompok maupun
individu yang biasanya juga merupakan kegiatan
berbasis proyek.
e. Kegiatan “Ayo Bertanya” dirancang untuk
menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan
bertanya siswa, dimana bertanya bukan hanya
tentang apa dan siapa tapi lebih kepada
pembentukan keterampilan bertanya yang kritis
dan kreatif.
f. Kegiatan “Ayo Berkerjasama” dirancang untuk
memfasilitasi kolaborasi siswa dengan siswa
lainnya dalam kelompok. Siswa dilatih untuk
bekerjasama, saling menghormati, menghargai dan
berbagi tugas dengan anggota kelompok lainnya.
2) Penghubung antara Guru, sekolah, dan Orang Tua
Pada setiap akhir pembelajaran ada bagian
yang membutuhkan keterlibatan orang tua untuk
membimbing anak dalam melakukan aktivitas
pembelajaran di rumah. Bagian ini bisa dilihat pada
Buku Siswa dengan tulisan ”Kerjasama dengan Orang
Tua”. Diharapkan orang tua berperan aktif
mendukung siswa dalam meningkatkan pemahaman
siswa pada pembelajaran yang dilakukan di sekolah.
3) Lembar Kerja Siswa
Telaah Kurikulum 202
Buku siswa dapat berfungsi sebagai lembar
kerja siswa, misalnya pada Buku Siswa terdapat
kegiatan menulis maka siswa dapat mengerjakan
langsung pada Buku Siswa.
4) Penilaian dan Portofolio
Di dalam buku siswa terdapat halaman-
halaman berisi format yang dapat digunakan sebagai
lembar kerja untuk dihimpun sebagai bahan portofolio
yang dapat dijadikan sumber penilaian hasil
pembelajaran.

5) Media Komunikasi antara Guru dan Siswa


Melalui proses pembelajaran dengan
menggunakan Buku Siswa, guru dapat mengenal
siswa lebih baik melalui pengamatan terhadap hasil
kerja siswa yang telah dirancang sedemikian rupa
dalam setiap pembelajaran. Guru dapat melihat
perkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap
siswa sesuai dengan kompetensi pembelajaran yang
telah ditetapkan.
6) Sebagai kenang-kenangan Rekam Jejak Belajar Siswa
Semua hasil pekerjaan yang dilakukan siswa
selama mengikuti proses pembelajaran akan tertuang
dalam Buku Siswa sehingga guru dan orang tua dapat
melihat jejak belajar dan perkembangan kompetensi

Telaah Kurikulum 203


selama mengikuti proses pembelajaran pada masing-
masing jenjang. Bagi siswa semua rekam jejak belajar
tersebut berguna sebagai kenang-kenangan di
kemudian hari.
7) Sebagai alat/instrumen pembantu bagi siswa dalam
melakukan kegiatan refleksi diri terhadap kegiatan
pembelajaran harian yang telah dilakukan.
Buku Guru dan Buku Siswa saling
berhubungan sehingga proses analisis dapat dilakukan secara
silmultan. Berikut akan dijelaskan mengenai proses analisis
tersebut.
1) Pemetaan Kompetensi Dasar (KD) dari Kompetensi Inti
(KI) 1 dan 2
Pada buku guru, pemetaan KD dari KI 1 dan 2
disiapkan setiap subtema. Namun dalam jaringan KD
harian (tiap PB) KD dari KI 1 dan 2 tidak dimunculkan
karena ketercapaiannya diperoleh dari pembelajaran
tidak langsung (indirect learning). Harapannya guru
bisa memilih aspek spiritual (KI 1) maupun aspek sosial
(KI 2) sesuai dengan aktivitas pembelajaran harian yang
sedang dilakukan.
2) Pemetaan kompetensi Dasar KI 3 dan 4
Pada buku guru pemetaan KD dari KI 3 dan 4
disediakan tiap subtema (mingguan). Pemetaan ini
masih akan dijabarkan lagi dalam pemetaan KD harian.
Telaah Kurikulum 204
3) Pemetaan Kompetensi Dasar tiap PB (harian)
a. Pada buku guru sudah disiapkan pemetaan KD dan
indikator pada masing-masing pembelajaran (PB)
untuk memudahkan guru mengajar harian. Berikut
ini contoh tema 2 Peristiwa dalam Kehidupan,
subtema 1 Macam-macam Peristiwa dalam
Kehidupan, Pembelajaran 1:
b. Meskipun telah disediakan pemetaan di setiap PB,
guru hendaknya mengkaji apakah masih masih
diperlukan KD tambahan pada pembelajaran hari
itu. Untuk kepentingan penyusun RPP (harian),
guru perlu menambahkan KD dari KI 1 dan 2
yakni sikap spiritual dan sikap sosial. Penambahan
KD bisa melihat pada pemetaan KD dari KI 1 dan
2 pada tiap subtema.
c. Guru hendaknya mencermati indikator setiap KD.
Untuk pembelajaran harian, setiap KD minimal
dijabarkan dalam satu indikator karena KD
tersebut kemungkinan dibelajarkan lagi pada
subtema yang lain. Meskipun sudah ada contoh
indikator pada buku guru, guru perlu mengkaji
ulang indikator tersebut. Guru diperbolehkan untuk
memperbaiki indikator yang tertera pada buku
guru. Dalam merumuskan indikator harus
menggunakan kata kerja operasional yang terukur.
Telaah Kurikulum 205
4) Tujuan Pembelajaran
Pada buku guru telah diberika contoh
pembelajaran sebagai paduan bagi guru apa yang akan
dicapai. Guru diperbolehkan untuk menambah atau
merubah tujuan pembelajaran sesuai dengan kondisi
peserta didik dan lingkungan tempat belajar. Tujuan
pembelajaran idealnya membuat A (audience)yakni
siswa; B (behavior) kemampuan yang akan dicapai
(membedakan, menjelaskan, dll), C (condition) yakni
kondisi atau kegiatan yang akan dilakukan siswa
(membaca teks, mengamati gambar, diskusi, dll); D
(degree) tingkatan (dengan benar, sesuati prosedur,
dengan santun, percaya diri, dll). Misal: dengan
menggali informasi dari teks bacaan, peserta didik
mampu menjelaskan manfaat air bagi kehidupan
menusia dengan teliti.
5) Media, alat bantu dan sumber belajar
Pada buku siswa ada media gambar yang telah
disediakan, namun masih terbatas. Dengan demikian
guru diharapkan bisa menambah media yang sesuai
tema yang sedang dibahas, guru diharapkan dapat
memperkaya media yang disediakan dengan membawa
berbagai macam gambar atau foto peristiwa-peristiwa
penting yang berkaitan dengan tujuan pembahasan.
Guru juga dapa meminta siswa untuk membawa gambar
Telaah Kurikulum 206
atau foto yang berkaitan dengan tujuan kegiatan
pembelajaran. Demikian pula dengan sumber belajar,
materi tidak terbatas pada buku siswa saja. Guru bisa
mengajak siswa mengamati lingkungan, membaca buku
referensi lain, membaca berita Koran, atau melihat
tayangan tentang hewan di TV/video.
6) Kegiatan Pembelajaran
Pada kegiatan pembelajaran perlu
diperhatika mengenai pendekatan saintifik dan high
order thinking.

Telaah Kurikulum 207


BAB 10
SISTEM PENILAIAN

Telaah Kurikulum 208


10.1 Pengertian Sistem Penilaian

Penilaian hasil belajar merupakan aktivitas yang sangat


penting dalam proses pendidikan. Semua proses di lembaga
pendidikan formal pada akhirnya akan bermuara pada hasil
belajar yang diwujudkan secara kuantitatif berupa nilai.
Hasil belajar siswa tidak selalu mudah untuk dinilai.
Sebagaimana diketahui, tujuan pembelajaran meliputi ranah
kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah pengetahuan (kognitif)
dan sikap (afektif) relatif sulit untuk diamati, meski pun dapat
diukur. Oleh karena itu, dalam proses penilaian hasil
belajar langkah yang pertama harus dimulai dari perumusan
tujuan pembelajaran yang memungkinkan untuk diamati dan
diukur (observable and measurable). Berangkat dari tujuan
pembelajaran yang dirumuskan, maka disusunlah
instrumen untuk mengamati dan mengukur hasil pembelajaran.
Dengan menggunakan instrumen, diperoleh data yang
dapat mencerminkan ketercapaian tujuan pembelajaran pada
seorang peserta didik. Data ini selanjutnya harus diolah dan
dimaknai sehingga menjadi informasi yang bermakna. Selain itu
berdasarkan data tersebut penilai dapat membuat keputusan
mengenai posisi atau status seorang peserta didik, misalnya naik
atau tidak naik kelas, lulus atau tidak dan sebagainya.

Telaah Kurikulum 209


Seluruh proses penilaian hasil belajar tentu harus
dilakukan dengan cermat, mulai dari penyusunan instrumen,
pelaksanaan tes, pengolahan, sampai pada penetapan hasil akhir.
Pada setiap tahapan diperlukan keterampilan khusus yang perlu
dipelajari. Tulisan ini bermaksud membekali pengawas untuk
dapat membina para guru dalam melaksanakan penilaian hasil
belajar.
Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai
proses menentukan nilai suatu objek. Untuk dapat menentukan
suatu nilai atau harga suatu objek diperlukan adanya ukuran atau
kriteria. Misalnya untuk dapat mengatakan baik, sedang, kurang,
diperlukan adanya ukuran yang jelas bagaimana yang baik, yang
sedang, dan yang kurang. Ukuran itulah yang dinamakan kriteria.
Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa ciri penilaian
adalah adanya objek atau program yang dinilai dan adanya
kriteria sebagai dasar untuk membandingkan antara apa yang
dicapai dengan kriteria yang harus dicapai. Perbandingan bisa
bersifat mutlak, bisa pula bersifat relatif.
Perbandingan bersifat mutlak artinya hasil
perbandingan tersebut menggambarkan posisi objek yang dinilai
ditinjau dari kriteria yang berlaku. Sedangkan perbandingan yang
bersifat relatif artinya hasil perbandingan lebih menggambarkan
posisi suatu objek yang dinilai terhadap objek lainnya dengan
bersumber pada kriteria yang sama. Dengan demikian, inti

Telaah Kurikulum 210


penilaian adalah proses mementukan nilai suatu objek tertentu
berdasarkan kriteria tertentu.
Proses pemberian nilai tersebut berlangsung dalam
bentuk interpretasi yang diakhiri dengan judgment. Interpretasi
dan judgment merupakan tema penilaian yang mengimplikasikan
adanya suatu perbandingan antara kriteria dan kenyataan dalam
konteks situasi tertentu. Atas dasar itu maka dalam kegiatan
penilaian selalu ada objek/program yang dinilai, ada kriteria, dan
ada interpretasi/judgment.[1]
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai
terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria
tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya
adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya
adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar
dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif,
dan psikomotoris. Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar
rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai
siswa (kompetensi) menjadi unsur penting sebagai dasar dan
acuan penilaian. Penilaian proses pebelajaran adalah upaya
memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan
oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran.
Penilaian memilki peran yang sangat penting dalam
peningkatan kualitas pembelajaran, oleh karena itu perlu
dirancang dan didesain sedemikian rupa sehingga penilain
tersebut memberikan makna bagi setiap orang yang terlibat
Telaah Kurikulum 211
didalamnya. Setidaknya ada 3 hal yang perlu diperhatikan
sehingga penilaian menjadi bermakna yaitu ketika penilaian:
1. Memilki ciri secara signifikan
2. Memilki kriteria, prosedur, dan rubrik yang jelas dan
dipahami oleh semua pemangku kepentingan (stakeholder)
3. Memberikan hasil-hasil yang menyediakan arah/ petunjuk
yang jelas untuk peningkatan kualitas pengajaran dan
belajar.

10.2 Perlunya Standar Penilaian

Dapatkah penilaian meningkatkan standar? Jawaban


singkat dari pertanyaan ini adalah ya, dapat. Hasil penelitian
menunjukan bahwa secara signifikan menggunakan penilaian
untuk belajar (assessment for learning) lebih efektif bagi guru
dalam memperbaiki kualitas pembelajaran. Penilaian juga harus
berperan sebagai suatu sarana untuk meningkatkan kualitas
belajar setiap siswa. Adapun suatu kejelasan dan hubungan tak
terpisahkan antara penilaian, kurikulum, dan pembelajaran.
Darling Hammond (1994) berpendapat bahwa usaha
untuk menaikan standar pelajaran dan prestasi harus bertolak
pada perubahan strategi penilaian. Kemudian pernyataan tersebut
diperkuat kembali oleh Wedeen, Winter, dan Broad Fott (2002)
bahwa penggunaan penilaian dalam pembelajaran secara

Telaah Kurikulum 212


signifikan lebih efektif bagi guru dalam memperbaikai kualitas
pembelajaran.
Agar penilaian berfungsi dengan baik, maka sangat
perlu untuk meletakan standar, yang akan menjadi dasar dan
pijakan bagi guru dan praktisi pendidikan dalam melakukan
kegiatan penilaian. Oleh karena itu, ada beberapa pihak yang
berkaitan langsung dengan pelaksanaan kegiatan ini, yaitu:
1. Peran guru
Sebagian besar tanggung jawab dalam menerapkan
standar penilaian terletak pada tangan guru yang menjadi
pelaksana digaris depan. Oleh karena itu, guru perlu
memahami dengan baik standar yang ada, memahami
pentingnya penilaian yang berkelanjutan, dan perlu
mengetahui posisi strategis mereka, sehingga guru mampu
meningkatkan praktik penilaian dalam kelas,
merencanakan kurikulum, mengembangkan potensi diri
siswa, laporan kemajuan dan perkembangan siswa, dan
memahami cara pengajaran mereka sendiri.
Peranan guru dalam penilaian lebih efektif jika
mampu memanfaatkan informasi hasil penilaian melalui
umpan balik. Umpan balik merupakan sarana bagi guru
dan siswa untuk mengetahui sejauh mana kemajuan
pembelajaran yang telah dilakukan. Seperti yang
dikemukakan dalam QCA (2003) yang mengatakan
bahwa feedback is the means by which teacher enable
Telaah Kurikulum 213
children to close the gap in order to take learning forward
and improve children’s performance, berdasarkan definisi
tersebut, tampak bahwa umpan balik merupakan suatu alat
yang dapat digunakan oleh guru, yang memungkinkan
siswa dapat belajar lebih baik dan meningkatkan
kinerjanya.
Croks (2001) menyimpulkan dari hasil reviuw
literatur tentang umpan balik dan hubungannya dengan
motivasi siswa menyimpulkan bahwa manfaat umpan balik
agar dapat memotivasi siswa, maka harus fokus pada:
a. Kualitas kerja anak-anak, dan bukan pada
membandingkan dengan anak-anak lain.
b. Cara-cara spesifik dimana pekerjaan anak dapat
ditingkatkan
c. Peningkatan pekerjaan anak harus dibandingkan
dengan pekerjaan sebelumnya.
Dalam merencanakan dan memberikan umpan
balik terhadap pekerjaan siswa, Clarke (2003)
menyarankan 6 prinsip yaitu:
a. Umpan balik harus fokus pada tugas-tugas tujuan
pembelajaran dan bukan membandingkan dengan anak
yang lain.
b. Bahasa yang verbal dan non verbal dari guru,
memberikan pesan yang baik pada anak tentang
kemampuan mereka.
Telaah Kurikulum 214
c. Penilaian setiap bagian pekerjaan mengarah pada
penurunan moril bagi yang mencapai prestasi rendah
dan kepuasan bagi prestasi yang tinggi.
d. Penghargaan eksternal sama seperti grades.
e. Perlu memberikan umpan balik spesifik yang fokus
pada kesuksesan dan peningkatan dari pada
mengoreksi.
f. Anak-anak perlu kesempatan untuk membuat
peningkatan atas pekerjaan mereka.
Prinsip yang dikemukakan oleh Clarke tersebut,
memberikan penekanan bahwa dalam memberikan umpan
balik, seorang guru harus fokus pada kualitas pekerjaan
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Di samping itu, guru perlu menghindari membandingkan
siswa satu dengan yang lainnya, karena hal tersebut dapat
menurunkan dorongan, motivasi, dan minat bagi siswa
yang memperoleh nilai rendah.
Hargreaves, McCallum dan Gipps (Clarke, 2003)
dalam penelitian tentang strategi yang digunakan oleh guru
dalam memberikan umpan balik, menemukan dua strategi
yaitu strategi approval dan disapproval. Strategi non-
verbal untuk menyatakan approval meliputi guru
mengangguk, kontak mata, tersenyum, tertawa, meletakan
suatu lengan tangan di sekitar atau menepuk anak dan

Telaah Kurikulum 215


menerima suatu cara lembut untuk dapat dicapai.
Sedangkan strategi non-verbal untuk
menyatakandisapproval meliputi memalingkan muka,
menatap dengan tajam,clicking, fingers or making
disapproval noises.
Catatan akhir yang menekankan kompleksitas
pemberian umpan balik didapatkan dari penelitian yang
dikutip sebelumnya dalam buku ini, yang mendapati bahwa
pemberian pujian saja tidak akan meningkatkan prestasi.
Umpan balik yang efektif adalah yang ditujukan untuk
meningkatkan prestasi, yang nantinya akan membantu rasa
percaya diri. Upaya meningkatkan kepercayaan diri dan
harapan bahwaini akan meningkatkan prestasi, tidak akan
begitu berhasil.
Boud (1995), memberikan panduan bagi guru
dalam memberikan umpan balik pada siswa yaitu :
a. Realistik
b. Spesifik
c. Sensitif terhadap tujuan yang bersangkutan
d. Tepat waktu
e. Jelas
f. Tidak menghakimi
g. Tidak membanding membandingkan
h. Tekun

Telaah Kurikulum 216


i. Terus terang
j. Positif
k. Hati–hati
Untuk dapat memaksimalkan peranannya guru
dituntut memiliki profesional yang tinggi. Ada lima hal
yang harus dimiliki oleh guru agar dapat dikatakan
profesional yaitu:
1. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses
belajarnya
2. Guru menguasai secara mendalam bahan/mata
pelajaran yang diajarkannya serta cara
mengajarkannya pada siswa
3. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar
siswa melalui berbagai cara evaluasi
4. Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang
dilakukannya dan belajar dari pengalamannya
5. Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat
belajar dalam lingkungan profesi
Sebagai kesimpulan dari uraian yang diatas,
setidaknya ada lima hal peranan dalam penilaian, yaitu
guru sebagi mentor, petunjuk jalan, akuntan, reporter, dan
direktur program. Kelima hal tersebut dikaitkan dengan
tujuan penilaian dapat dielaborasi dalam seperti yang di
rangkum pada Tabel 3.1

Telaah Kurikulum 217


Tabel 5. Peranan Guru dan Tujuannya dalam penilaian
Peranan Tujuan
Guru sebagai monitoring Memberikan umpan balik dan
bantuan kepada setiap siswa
Guru sebagai petunjuk jalan Mengumpulkan informasi untuk
diagnostik kelompok siswa
melalui pekerjaan yang telah
dikerjakan.
Guru sebagai akuntan Memperbaiki dan memelihara
catatan prestasi dan kemajuan
siswa
Guru sebagai reporter Melaporkan pada orang tua,
siswa, dan pengurus sekolah
tentang prestasi dan kemajuan
siswa
Guru sebagai direktur Membuat keputusan dan revisi
program praktik pengajaran
2. Peranan Siswa
Keikutsertaan siswa di dalam proses penilaian
menjadi penting apabila standar yang digunakan biasa
diwujudkan untuk semua siswa. Brown (1994)
menekankan unsur strategis agar senantiasa sadar akan
kekuatan dan kelemahan dengan mengatakan bahwa “para
siswa berhasil menjalankan yang terbaik apabila mereka

Telaah Kurikulum 218


memiliki pemahaman yang mendalam akan kelebihan dan
kelemahan mereka sendiri dan akses dalam menyusun
strategi untuk belajar”.
Mengambil bagian dalam penilaian berarti
memberikan peluang kepada para siswa untuk
merefleksikan apa yang mereka pelajari dengan membuat
rangkaian yang jelas dalam isi dan pikiran. Sehingga
diharapkan mereka menemukan sendiri kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki, yang dapat dijadikan sebagai
dasar dalam menetapkan tahapan belajar selanjutnya yang
lebih baik.
Dalam suatu percobaan di dua kelas ilmu sains
suatu sekolah menengah di Amerika, White dan
Frederiksen (1998) melaporkan bahwa terjadi peningkatan
prestasi siswa dalam kelas, dimana dikembangkan
kemampuan berpikir melalui penilaian diri. Penilaian diri
merupakan sarana bagi guru untuk memberikan tanggung
jawab kepada siswa untuk belajar dari apa yang telah
mereka kerjakan dan apa yang akan mereka kerjakan.
Rudd dan Gunstone (1993) mengidentifikasi
beberapa keuntungan yang diperoleh dengan perlibatan
siswa dalam proses penilaian diri yaitu:
a. Mengembangkan kemampuan siswa untuk
merencanakan dan berpikir menyeluruh menyangkut
hasil dan ketrampilan mereka
Telaah Kurikulum 219
b. Menciptakan kesadaran siswa akan pentingnya menilai
pekerjaan mereka sendiri
c. Mengembangkan kemampuan siswa untuk saling
mengevaluasi penilaian diri satu sama lain asalkan
kritik membangun
d. Mengembangkan kemampuan siswa dalam mengatur
sumber daya dan waktu secara lebih efektif.
3. Peranan sekolah
Sekolah merupakan pusat kegiatan belajar-
mengajar dalam proses pendidikan. Baik buruknya kualitas
pendidikan dapat dilihat dari tingkat kualitas sekolah.
Sekolah merupakan induk kegiatan pembelajaran yang
secara otomatis merupakan induk kegiatan penilaian.
Sekolah sebagai suatu institusi yang menaungi
semua aktivitas belajar-mengajar, memiliki peranan yang
sangat besar dalam upaya melakukan reformasi penilaian,
yang memihak pada bagaimana para siswa dapat
memperoleh nilai tambah dalam proses pendidikan.
Peran sekolah menciptakan suatu kondisi (kultur)
yang kondusif sehingga kegiatan penilaian dapat berjalan
sesuai dengan fungsi dan tujuannya.
Peranan sekolah dalam upaya membentuk siswa
menjadi manusia yang berkualitas melalui penilaian
digambarkan secara gambling oleh Stenberg, (1996), yang
mengatakan:
Telaah Kurikulum 220
“sekolah mempengaruhi intelegensi dengan beberapa
cara, yang paling terkenal yaitu dengan penyampaian
informasi”
Sejalan dengan pendapat Stenberg tersebut,
Wedeen Winter, dan Broadfoot, (2002), melaporkan bahwa
sekolah merupakan tempat dimana para siswa diarahkan
agar dapat meningkatkan kualitas belajar mereka, dengan
mengatakan: “mempromosikan pembelajaran anak-anak
merupakan tujuan utama sekolah. Penilaian merupakan
jantung dari proses tersebut. Proses tersebut dapat
menyediakan lingkup kerja dimana tujuan pendidikan
dapat dibentuk dan kemudian para murid dapat ditabelkan
dan dinyatakan. Hasil pemantauan tersebut dapat
menghasilkan suatu dasar untuk merencanakan langkah
selanjutnya dalam merespon kebutuhan anak-anak. Hal
tersebut menjada satu-kesatuan dari proses pendidikan,
secara terus menerus menyediakan ‘feedback and feed
foorward’. Oleh karena itu, hal tersebut perlu disatukan
secara sistematis dengan strategi dan praktik mengajar
pada semua tingkat”.

10.3 Siswa menjadi Pembelajar Yang Lebih Baik

Dukungan sekolah dan para guru untuk lebih memihak


pada kebutuhan siswa dari pada untuk memenuhi target

Telaah Kurikulum 221


kurikulum akan membawa dampak pada perbaikan dan
peningkatan kualitas pembelajaran. Guru tidak lagi terburu-buru
dengan target harus selesai tepat pada waktunya tanpa
memperhatikan apakan siswa telah paham atau belum.
Guru lebih fokus bagaimana penilaian yang mereka
terapkan dapat mengungkap permasalahan-permasalahan nyata
yang dihadapi siswa mereka, dan menggunakan informasi
tersebut untuk membantu para siswa menjadi pembelajar yang
lebih baik. Siswa akan merasa tertantang dan termotivasi untuk
terus memperbaiki diri, baik memperbaiki cara dan strategi
belajar maupun dalam kaitan dengan perilaku, harapan dan cita-
cita mereka.

10.4 Penilaian dan Motivasi Belajar Siswa

Motivasi tingkat individu, terdapat komponen penting


dari belajar dan penting bagi para guru untuk memahami motivasi
para murid yang terkait dengan penilaian, harga diri dan umpan
balik. Black, (1998), mengutip penelitian Sylva (1994) bahwa
anak-anak pada dasarnya tergolong ke dalam dua kategori, yaitu:
1. Anak yang cakap
2. Anak yang kurang cakap
Karakteristik anak yang cakap, yaitu:
a. Termotivasi oleh keinginan untuk belajar

Telaah Kurikulum 222


b. Menghadapi tugas yang sulit dengan cara yang fleksibel dan
reflektif
c. Percaya akan berhasil, percaya bahwa mereka dapat
melakukannya jika mereka berusaha
d. Percaya bahwa kecerdasan dapat ditingkatkan
e. Jika melihat anak lain bekerja keras, mereka tertarik.
Karakteristik anak yang kurang cakap yaitu:
a. Memiliki motivasi yang biasa-biasa saja
b. Tampaknya menerima bahwa mereka akan gagal karena
mereka tidak cukup cerdas
c. Percaya bahwa jika sesuatu akan terlalu sulit, tak ada yang
bias mereka lakukan
d. Cenderung menghindari tantangan
e. Tidak percaya mereka dapat meningkatkan kecerdasan
mereka.
Sedangkan pendapat yang menguatkan hasil pendapat
Sylva tersebut, namun kontek yang berbeda adalah muncul dari
Collin Rogers (1994), menyebutkan bahwa para pelajar dapat
digolongkan dalam tiga jenis motivasi, yaitu:
1. Murid yang berorientasi “penguasaan” secara intrinsik
tertarik untuk “tahu” akan termotivasi untuk belajar dan akan
mengembangkan strategi-strategi yang membantu mereka
untuk melakukan hal tersebut.
2. Murid yang berorientasi “kinerja”

Telaah Kurikulum 223


Murid yang berorientasi kinerja peduli dengan tugas dan
lebih peduli dengan tampak baik-baik saja, jadi
meningkatkan harga diri mereka. Hal ini dapat mengurangi
motivasi mereka dalam keadaan tertentu dan karena itulah
mereka tidak ingin terlihat gagal.
3. Keputusan yang dipelajari

10.5 Reformasi Dalam Penilaian

Untuk dapat melakukan pembelajaran yang


mengutamakan mendidik daripada mengajar yang hanya sekedar
mengejar target kurikulum maka sistem penilaian yang sekarang
dipraktikan perlu kiranya untuk diubah, yaitu orientasi penilaian
bukan hanua sekedar membeli label nilai 10, 9, 8, atau lulus,
tidak lulus, naik kelas, tinggal kelas dan sebagainya, tetapi lebih
pada pengumpulan informasi yang berkaitan dengan misalnya
kenapa siswa memperoleh nilai 5? Kenapa siswa malas belajar?
Kenapa siswa tidak lulus? Kemudian informasi tersebut harus
digunakan dan dimanfaatkan untuk memodifikasi strategi dan
teknik pengajaran sesuai dangan kebutuhan nyata dari para siswa.
1. Sistem Penilaian Pembelajaran
Sistem Penilaian dibagi menjadi 2 antara lain yaitu :
1. Sistem penilaian berkelanjutan
Tindak lanjut hasil pengujian:

Telaah Kurikulum 224


a. Remidial, bagi siswa yang belum mencapai batas
ketuntasan minimal.
b. Pengayaan, siswa yang telah mencapai ketuntasan
minimal, penguatan dengan memberi tugas
membaca, diskusi, mengerjakan soal namun tidak
mempengaruhi nilai hanya diungkapkan dalam
keterangan profil hasil belajar.
c. Percepatan, yakni bagi siswa yang telah mencapai
ketuntasan maksimum.
2. Sistem pengujian akhir
Batas lulus biasanya 75% menguasai materi
ujian.

10.6 Alat Penilaian

Uraian di bawah ini menjelaskan secara khusus alat


penilaian hasil belajar, yakni tes, baik tes uraian (esai) maupun
tes objektif. Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk
mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan),
dalam bentuk tulisan (tes tulisan) atau dalam bentuk perbuatan
(tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan
mengukur hasil belajar dalam hal penguasaan bahan ajar sesuai
dengan kurikulumnya. Sungguhpun demikian dalam batas
tertentu tes dapat pula digunakan untuk mengukur hasil belajar

Telaah Kurikulum 225


ranah afektif dan psikomotoris. Ada dua jenis tes yang akan
dibahas yakni tes uraian atau tes esai dan tes objektif. Tes uraian
terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas dan uraian berstruktur.
Sedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yaitu bentuk
pilihan benar-salah, pilihan berganda dengan berbagai variasinya,
menjodohkan dan bentuk isian pendek atau melengkapi.
1. Tes Uraian
Tes uraian, yang dalam literatur disebut juga essay
examination, merupakan alat penilaian hasil belajar yang
paling tua. Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang
menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan,
menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan
alasan dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan
pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa
sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan
siswa dalam hal mengekspresikan gagasan melalui bahasa
tulisan. Disinilah kakuatan atau kelebihan tes esai dari alat
penilaian lainnya. Sungguhpun demikian, sejak tahun 1960-an
bentuk tes ini banyak ditinggalkan orang karena munculnya
bentuk tes objektif. Bahkan sampai saat ini tes objektif sangat
populer dan digunakan oleh hampir semua guru mulai tingkat
sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Ada semacam kecenderungan di kalangan para
pendidik dan guru untuk menggunakan tes uraian sebagai alat
penilaian hasil belajar disebabkan oleh beberapa hal antara
Telaah Kurikulum 226
lain ialah (a) adanya gejala menurunnya hasil belajar yang
salah satu diantaranya berkenaan dengan penggunaan tes
objektif, (b) lemahnya para siswa dalam menyatakan gagasan
sebagai akibat penggunaan tes objektif yang berlebihan, (c)
kurangnya daya analisis siswa karena terbiasa dengan tes
objektif yang memungkinkan mereka main tebak jawaban
manakala menghadapi kesulitan dalam menjawabnya. Kondisi
seperti ini menyebabkan adanya keinginan untuk
menggunakan kembali tes uraian. Harus diakui bahwa tes
uraian dalam banyak hal mempunyai kelebihan daripada tes
objektif terutama dalam hal meningkatkan kemampuan
menalar para siswa. Hal ini disebabkan karena melalui tes
uraian dapat mengungkapkan aspek kognitif tingkat tinggi
seperti analisis-sintesis-evaluasi, baik secara lisan maupun
tulisan. Siswa juga dibiasakan sengan kemampuan
memecahkan masalah (problem solving), mencoba
merumuskan hipotesis, menyusun dan mengekspresikan
gagasannya dan menarik kesimpualan dari pemecahan
masalah.
Agar diperoleh soal-soal bentuk uraian yang
dikatakan memadai sebagai alat penilaian hasil belajar,
hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Dari Segi Isi yang Diukur
Segi yang akan diukur hendaknya ditentukan
secara jelas abilitasnya, misalnya pemahaman konsep,
Telaah Kurikulum 227
aplikasi suatu konsep, analisis suatu permasalahan, dan
aspek kognitif lainnya dengan kejelasan apa yang akan
diungkapkan maka soal atau pertanyaan yang dibuat
hendaknya mengungkapkan kemampuan siswa dalam
abilitas tersebut. Setelah abilitas yang hendak diukur
cukup jelas tetapkan materi yang ditanyakan. Dalam
memilih materi sesuai dengan kurikulum atau silabusnya,
pilihlah materi yang esensial yakni materi yang menjadi
inti persoalan dan menjadi dasar untuk penguasaan materi
lainnya. Dengan perkataan lain, bila konsep esensial
dikuasai, maka secara keseluruhan siswa akan
mengetahui aspek-aspek yang berkenaan dengan konsep
tersebut. Aturlah penyajian pertanyaan secara berurutan
mulai dari yang mudah menuju kepada yang lebih sulit,
atau dari yang sederhana menuju kepada yang lebih
kompleks.
1. Dari Segi Bahasa
Gunakan bahasa yang baik dan benar
sehingga mudah diketahui makna yang terkandung
dalam rumusan pertanyaan. Bahasanya sederhana,
singkat tetapi jelas apa yang ditanyakan. Hindari
bahasa yang berbelit-belit, membingungkan atau
mengecoh siswa.
2. Dari Segi Teknis Penyajian Soal

Telaah Kurikulum 228


Hendaknya jangan mengulang-ulang
pertanyaan terhadap materi yang sama sekalipun
untuk abilitas yang berbeda sehingga soal atau
pertanyaan yang diajukan lebih komprehensif
daripada segi lingkup materinya. Perhatikan waktu
yang tersedia untuk mengerjakan soal tersebut
sehingga soal tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit.
Bobot penilaian untuk setiap soal hendaknya
dibedakan menurut tingkat kesulitan soal. Soal-soal
yang sulit diberi bobot yang lebih besar,
Tingkat kesulitan soal bisa dilihat dari sifat
materinya, abilitas yang akan diukurnya. Abilitas
analisis lebih sulit daripada aplikasi dan pemahaman,
sintesis lebih sulit daripada analisis. Sedangkan dari
aspek materi, konsep lebih sulit daripada fakta.
3. Dari Segi Jawaban
Setiap pertanyaan yang hendak diajukan
sebaiknya telah ditentukan jawaban yang diharapkan,
minimal pokok-pokoknya. Tentukan pula besarnya
skor maksimal untuk setiap soal yang dijawab benar
dan skor minimal bila jawaban dianggap salah atau
kurang memadai. Jangan sekali-kali mengajukan
pertanyaan yang jawabannya belum pasti atau guru
sendiri tidak tahu jawabannya, atau mengharapkan
kebenaran jawaban tersebut diperoleh dari siswa.
Telaah Kurikulum 229
2. Tes Objektif
Soal-soal bentuk objektif banyak digunakan guru
dalam menilai hasil belajar.[5] Hal ini disebabkkan tes
obyektif bisa mencakup bahan pelajaran yang lebih banyak
dan mudahnya memeriksa jawaban siswa. Soal-soal tes
objektif dikenal ada beberapa bentuk, yakni jawaban singkat,
benar-salah, menjodohkan, dan pilihan berganda. Kecuali
bentuk jawaban singkat dan bentuik benar salah, soal-soal
bentuk objektif telah tersedia kemungkinan jawabannya dan
siswa tinggal memilih salah satu kemungkinan yang paling
tepat.
a. Bentuk Soal Jawaban Singkat
Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang
menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan,
kalimat atau simbol dan jawbannya hanya dapat dinilai
benar atau salah. Ada dua bentuk soal jawaban singkat,
yaitu bentuk pertanyaan langsung dan bentuk pertanyaan
tidak lengkap.
b. Bentuk Soal Benar-Salah
Bentuk soal benar salah adalah bentuk soal-
soalnya berupa pernyataan.Sebagian dari pernyataan itu
merupakan pernyataan yang benar dan sebagian lagi
pernyataan yang salah. Pada umumnya bentuk soal benar-
salah dapat dipakai untuk mengukur pengetahuan siswa
tentang fakta, definisi dan prinsip.
Telaah Kurikulum 230
10.7 Menyusun Alat Penilaian Pembelajaran

Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik


dilakukan berdasarkan indikator. Penyusunan alat penilaian
dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk
tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap,
penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk,
penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Misalnya: KD 1.1 Membaca QS Al-Baqarah;30, Al-
Mukninun;12-14, Az-Zariyat;56 dan An-Nahl;78. Penilaian untuk
pencapaian KD ini tidak bisa dilakukan dengan tes tertulis, tetapi
harus melalui pengamatan untuk menilai perkembangan
psikomotor tentang membaca Al-Quran oleh setiap peserta didik.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk
memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses
dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis
dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang
bermakna dalam pengambilan keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian.
a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian
kompetensi.
b. Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan
apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti

Telaah Kurikulum 231


proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi
seseorang terhadap kelompoknya.
c. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang
berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator
ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan
kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta
untuk mengetahui kesulitan peserta didik.
d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut.
Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran
berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang
pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan
program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi
kriteria ketuntasan.
e. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan kegiatan
pembelajaran yang ditempuh dalam proses pembelajaran.
Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas
observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada
proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara,
maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang
berupa informasi yang dibutuhkan.

10.7 Tujuan Penilaian Belajar

Sejalan dengan fungsi penialaian di atas maka tujuan dari


penilaian hasil belajar adalah untuk :

Telaah Kurikulum 232


a. Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga
dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam
berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang
ditempuhnya. Dengan pendeskripsian kecakapan tersebut
dapat diketahui pula posisi kemampuan siswa dibandingkan
dengan siswa lainnya
b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan
pembelajaran disekolah, dalam aspek intelektual, sosial,
emosional, moral, dan ketrampilan yakni seberapa jauh
keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke
arah tujuan pendidikan yang diharapkan. Keberhasilan
pendidikan dan pembelajaran penting artinya mengingat
peranannya sebagai upaya memanusiakan atau
membudayakan manusia, dalam hal ini para siswa agar
menjadi manusia yang berkualitas.
c. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan
perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program
pendidikan dan pembelajaran serta strategi pelaksanaannya.
Kegagalan para siswa dalam hasil belajar yang dicapainya
hendakmya tidak dipandang sebagai kekurangan pada diri
siswa semata-mata, tetapi juga bisa disebabkan oleh program
pembelajaran yang diberikan kepadanya atau oleh kesalahan
strategi dalam mekalsanakan program tersebut.Misalnya
kekurangtepatan dalam memilih dan menggunakan metode
mengajar dan alat bantu pembelajaran.
Telaah Kurikulum 233
d. Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari
pihak sekolah kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah,
masyarakat, dan para orang tua siswa. Dalam
mempertanggungjawabkan hasil-hasil yang telah dicapainya,
sekolah memberikan laporan berbagai kekuatan dan
kelemahan pelaksanaan sistem pendidikan serta kendala
yang dihadapinya.
Laporan disampaikan kepada pihak yang
berkepentingan, misalnya dinas pendidikan setempat melalui
petugas yang menanganinya. Sedangkan
pertanggungjawaban kepada masyarakat dan orang tua
disampaikan melalui laporan kemajuan belajar siswa (raport)
pada setiap akhir program, semester.

10.8 Jenis – Jenis Penilaian

Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah


pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar
peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Istilah Assessment merupakan sinonim dari penilaian,
pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan
sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel.
Secara konseptual penilaianautentik lebih bermakna
secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda

Telaah Kurikulum 234


terstandar sekali pun. Ketika menerapkan penilaian
autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik,
guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi
pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai
prestasi luar sekolah.
Jenis-jenis Penilaian Autentik:
1. Penilaian Kinerja
Penilaian autentik sebisa mungkin melibatkan
parsisipasi peserta didik, khususnya dalam proses dan aspek-
aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan
meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur
proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan
kriteria penyelesaiannya.
Cara merekamhasilpenilaian berbasis kinerja:
Daftar cek (checklist). Catatan anekdot/narasi
(anecdotal/narative records). Skala penilaian(rating scale).
Memori atau ingatan (memory approach).
2. Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan
kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan
oleh peserta didik menurut periode/waktutertentu.
Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasiyang
dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan,
pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis,

Telaah Kurikulum 235


dan penyajian data. Tiga hal yang perludiperhatian guru
dalam penilaian proyek:
a. Keterampilan peserta didik dalam memilihtopik, mencari
dan mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis,
memberi makna atas informasi yang diperoleh,
danmenulislaporan.
b. Kesesuaian atau relevansimateri pembelajaran dengan
pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang dibutuhkan oleh peserta didik.
c. Keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan
atau dihasilkan oleh peserta didik.
3. Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas
kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai
sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa
berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan
atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi
peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan
langkah-langkah seperti berikut ini.
a. Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian
portofolio.
b. Guru atau guru bersama peserta didik menentukan
jenisportofolioyang akandibuat.

Telaah Kurikulum 236


c. .Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri
atau di bawah bimbingan guru menyusun portofolio
pembelajaran.
d. Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta
didik pada tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal
pengumpulannya.
e. Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria
tertentu.
f. Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik
membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan.
g. Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas
hasil penilaian portofolio.
4. Penilaian Tertulis
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut
peserta didik mampu mengingat, memahami,
mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis,
mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah
dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin
bersifat komprehensif, sehingga mampu menggambarkan
ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.
Dilihat dari fungsinya, penilaian terdiri atas
beberapa macam yakni penilaian formatif, penilaian sumatif,
penilaian diagnostik, penilaian selektif dan penilaian
penempatan.

Telaah Kurikulum 237


a. Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan
pada akhir program belajar mengajar untuk melihat
tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri.
Penilaian formatif berorientasi pada proses, yang akan
memberikan informasi kepada guru apakah program atau
proses belajar mengajar masih perlu diperbaiki.
b. Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan
pada akhir unit program misalnya penilaian yang
dilaksanakan pada akhir caturwulan, akhir semester atau
akhir tahun.Tujuan penilaian ini adalah untuk mengetahui
hasil yang dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh
siswa telah mencapai kompetensi yang ditetapkan dalam
kurikulum. Penilaian ini berorientasi pada produk/hasil.
c. Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan
untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa serta
faktor-faktor penyebabnya. Pelaksanaan penilaian
semacam ini biasanya bertujuan untuk keperluan
bimbingan belajar, pengajaran remedial, menemukan
kasus-dasus dan lain-lain.
d. Penilaian selektif adalah penilaian yang dilaksanakan
dalam rangka menyeleksi atau menyaring. Memilih siswa
untuk mewakili sekolah dalam lomba-lomba tertentu
termasuk jenis penilaian selektif. Untuk kepentingan
yang lebih luas penilaian selektif misalnya seleksi

Telaah Kurikulum 238


penerimaan mahasiswa baru atau seleksi yang dilakukan
dalam rekrutmen tenaga kerja.
e. Penilaian penempatan adalah penilaian yang bertujuan
untuk mengetahui keterampilan prasyarat yang
diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan
belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai
kegiatan belajar untuk program itu. Dengan kata lain
penilaian ini berorientasi pada kesiapan siswa untuk
menghadapi program baru dan kecocokan program
belajar dengan kemampuan yang telah dimiliki siswa.

Telaah Kurikulum 239


LEMBAR PENILAIAN DIRI SISWA

Petunjuk :

1. Lembaran ini diisi oleh siswa untuk menilai sikap spritual


dan sosial siswa.
2. Berilah skor yang sesuai pada kolom skor dengan kriteria
sebagai berikut.
4 : Apabila selalu melakukan sesuai pertanyaan
3 : Apabila sering melakukan sesuai pertanyaan dan
kadang-kadang tidak melakukan.
2 : Apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak
melakukan
1 : Apabila tidak perna melakukan.
Nama Siswa :
Hari/Tanggal mengisi :
Kelas :
Topik :
Indikator :
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang
dianutnya (spritula).
2. Memiliki sikap jujur, disiplin, tangung jawab, toleransi,
gotong royong, sopan santun dan percaya diri.

No Aspek penilaian diri Skore

Telaah Kurikulum 240


1 2 3
1. Sikap spritual
a. Berdoa sebelum dan
sesudah menjalankan
sesuatu
b. Memberi salam pada
saat awal dan akhir
presentasi sesuai
dengan agama yang
dianutnya
c. Mengucapkan rasa
syukur ketika telah
berhasil mengerjakan
sesuatu.
2. Sikap jujur

a. Tidak menyontek
dalam mengerjakan
tugas maupun saat
melaksanakan ulangan
b. Tidak menyalin atau
mengambil
tugas/pekerjaan teman
yang lain tanpa
menyebutkan nama
teman yang telah
disalin tugasnya
c. Membuat
tugas/laporan
berdasarkan data atau
informasi apa adanya
3. Sikap disiplin

a. Masuk kelas tepat


waktu

Telaah Kurikulum 241


b. Patuh pada tata tertib
atau aturan yang ada
disekolah
c. Mengerjakan dan
mengumpulkan tugas
sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.
4. Sikap tanggung jawab

a. Tidak
menyalahkan/menuduh
orang lain tanpa bukti
yang akurat
b. Mengembalikan
barang yang dipinjam
c. Menepati janji yang
telah diucapkan
5. Sikap toleransi
a. Tidak mengangu teman
yang berbeda pendapat
b. Menerima kesepakatan
meskipun memiliki
perbedaan pendapat
c. Mampu dan mau
bekerja sama dengan
siapa pun yang
memiliki keberagaman
latar
belakang,pandangan
dan keyakinan.
6. Sikap gotong royong

a. Aktif dalam melakukan


kerja bakti
membersihkan kelas
dan sekolah
Telaah Kurikulum 242
b. Kesedian melakukan
tugas sesuai dengan
kesepakatan
c. Bersedia membantu
orang lain tanpa
meminta suatu
balasan/imbalan
7. Sikap sopan santun

a. Mebghormati orang
yang lebih tua
b. Tidak berkata-kata
kotor , kasar dan
takabur
c. Bersikap
3S(salam,senyum,sapa)
8. Sikap percaya diri
a. Berpendapat atau
melakukan sesuatu
tanpa ragu-ragu
b. Mampu membuat
keputusan dengan
cepat
c. Tidak mudah
mengeluh dan putus
asa.
Lembar Penilaian Peserta Didik

LEMBAR PENILAIAN

Kognitif Afektif Psikomotor


N Nama
1 2 3
o Siswa 1 2 3 4 1 2
(1-3) (1-3) (1-3)

Telaah Kurikulum 243


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Keterangan :

Aspek afektif

1. Tangung jawab
2. Santun
3. Kritis

Aspek psikomotor

1. Presentasi
2. Pratikum

Aspek kognitif

1. Tugas
2. LKPD
3. Ulangan harian

Aspek penilaian

1. Mekanisme dan Prosedur

Telaah Kurikulum 244


Penilaian dilakukan dari proses dan hasil. Penilaian
proses dilakukan melalui observasi kerja kelompok,
dan kinerja presentasi. Sedangkan penilaian hasil
dilakukan melalui tes tertulis.

2. Aspek dan instrumen penilaian


Instrumen observasi menggunakan lembar
pengamatan dengan fokus utama pada aktivitas dalam
kelompok, tanggung jawab, dan kerja sama.
Instrumen kinerja presentasi menggunakan lembar
pengamatan dengan fokus utama pada kativitas peran
serta, kualitas visual presentasi, dan isi
presentasi.Selanjutnya instrumen tes menggunakan tes
tertulis uraian.
3. Contoh instrument terlampir.
Mengetahui
Makassar, ………………

Guru Mata Pelajaran

(.........................)

Telaah Kurikulum 245


LAMPIRAN

Telaah Kurikulum 246


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : MAN 1 Watansoppeng


Mata pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/Semester 1
Materi Pokok : Besaran dan Satuan
Alokasi Waktu : 6 x 45 menit
A. Kompetensi Inti (KI)
KI-1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya.
KI-2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung-
jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
KI-3 : Menerapkan prinsip prinsip pengukuran besaran
fisis, menggunakan alat – alat ukur yang sesuai
terhadap objek yang akan diukur, serta mengetahui
cara penulisan angka penting dan mengubah angka
yang memiliki bilangan yang sangat tinggi, banyak
menjadi bilangan notasi ilmiah.

Telaah Kurikulum 247


KI-4 : Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis serta
ketelitiannya dengan menggunakan peralatan dan
teknik yang tepat serta mengikuti kaidah angka
penting untuk suatu penyelidikan ilmiah.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator


Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian
Kompetensi
3.2. Menerapkan prinsip prinsip 3.2..1. Menentukan
pengukuran besaran fisis, ketelitian alat ukur
menggunakan alat – alat jangka sorong,
ukur yang sesuai terhadap micrometer, dan
objek yang akan diukur, neraca ohaus
serta mengetahui cara 3.2..2. Menggunakan
penulisan angka penting prinsip angka
dan mengubah angka penting dalam
yang memiliki bilangan penulisan hasil
yang sangat tinggi, pengukuran
banyak menjadi bilangan 3.2..3. Menyesuaikan
notasi ilmiah. penulisan hasil
pengukuran dengan
prinsip angka
penting
4.2. Menyajikan hasil 4.2.1 Menyaji dan

Telaah Kurikulum 248


pengukuran besaran fisis mengolah data
serta ketelitiannya dengan pengukuran massa,
menggunakan peralatan panjang, danwaktu
dan teknik yang tepat 4.2.2 Mempresentasikan
serta mengikuti kaidah pengetahuan dan
angka penting untuk suatu keterampilan
penyelidikan ilmiah. pengukuran volume
bola dan silinder
berongga serta massa
jenis balok
4.2.3 Membuat laporan
tertulis hasil
praktikum

C. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan 1
1. Membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok,
satu kelompok terdiri dari 3 peserta didik yang
simellereng dan salah satu diantanya memahami prinsip
penggunaan angka penting. Memberikan beberapa data
kepada setiap kelompok yang akan dituliskan sesuai
angka penting yang telah ditentukan. Masing masing
kelompok menuliskan data sesuai jumlah angka penting
yang telah ditentukan dengan cermat dan jujur sehingga
hasilnya sesuai dengan yang diharapkan, sesuai dengan
Telaah Kurikulum 249
surah (Al Qamar: 49) Sesungguhnya Kami menciptakan
segala sesuatu menurut ukuran.
2. Membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok,
satu kelompok terdiri dari 3 peserta didik yang
simellereng dan salah satu diantaranya memahami
teknik penggunaan angka penting. Memberikan nilai
kepada peserta didik kemudian peserta diidk
menuliskan angka penting yang dikandung oleh nilai
yang diberikan dengan cermat dan jujur sehinggga
dapat memahami penggunaan angka penting dengan
benar. Sesuai dengan surah (Al Furqan :2) dia telah
menciptakan segala sesuatu dan Dia menetapkan
ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.
3. Memberikan kesempatan kepada peserta didik
menentukan sendiri nilai kemudian menentukan angka
pentingnya secara cermat sehingga mampu memahami
secara lebih jauh mengenai prinsip penggunaan angka
penting.
Pertemuan 2
Disediakan berbagai jenis alat ukur dan buku
referensi, siswa diharapkan agar dapat:
1. Memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada peserta
didik mengenai prinsip-prinsip dasar pengukuran,
kemudian diberikan mikrometer sekrup kepada setiap
kelompok. Satu kelompok terdiri dari 3 peserta didik
Telaah Kurikulum 250
yang simellereng, yakni salah satu diantaranya
mempunyai pemahaman ataupun pengalaman dalam
penggunaan mikrometer sekrup. Setiap kelompok
tersebut diberikan balok yang akan menjadi objek
pengukuran. Setelah itu semua kelompok mengukur
panjang, lebar, tinggi balok dengan jujur sehingga
memperoleh data hasil pengukuran yang akurat untuk
menentukan volume balok sesuai dengan surah (Al
Qamar: 49) Sesungguhnya Kami menciptakan segala
sesuatu menurut ukuran.
2. Memberikan jangka sorong dan sebuah silinder
berongga kepada peserta didik, satu kelompok terdiri
dari 3 peserta didik simellereng yakni salah satu
diantanya memahami ataupun mempunyai pengalaman
mengenai penggunaan jangka sorong. Semua kelompok
mengukur diameter dalam dan diameter luar silinder
berongga tersebut dengan jujur sehingga memperoleh
data yang akurat dan sesuai dengan surah (Al Furqan
:2) dia telah menciptakan segala sesuatu dan Dia
menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.
3. Memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada peserta
didik mengenai prinsip –prinsip penggunaan neraca
ohaus 311, kemudian memberikan neraca ohaus 311
dan balok sebagai objek yang akan diukur massanya
kepada setiap kelompok. Satu kelompok terdiri 3
Telaah Kurikulum 251
peserta didik yang simellereng, yakni salah satu
diantaranya memahami atau mempunyai pengalaman
mengenai penggunaan neraca ohaus 311. Semua
kelompok mengukur massa balok menggunakan neraca
ohaus 311 dengan jujur sehingga memperoleh data yang
akurat dan sesuai dengan surah (Al Qamar: 49)
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu
menurut ukuran.
Pertemuan 3
Disediakan berbagai jenis alat ukur dan buku
referensi, siswa diharapkan agar dapat:
4. Membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok,
satu kelompok terdiri dari 3 peserta didik simellereng
dan salah satu diantara anggota kelompok tersebut
memahami mengolah data. Memberikan data hasil
pengukuran panjang, lebar dan tinggi balok kemudian
peserta didik mengolah data tersebut untuk menentukan
volume balok dengan jujur yakni tidak memanipulasi
data yang diperoleh pada saat pengukuran sesuai
dengan surah (Al Furqan :2) dia telah menciptakan
segala sesuatu dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya
dengan serapi-rapinya.
5. Membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok,
satu kelompok terdiri dari 3 peserta didik simellereng
dan salah satu diantaranya memahami mengenai
Telaah Kurikulum 252
pengolahan data. Memberikan data hasil pengukuran
diameter dalam dan diameter luar dari silinder berongga
kemudian mengolah data tersebut dengan cermat dan
jujur yakni tidak memanipulasi data yang diperoleh dari
hasil pengukuran untuk memperoleh volume silender
berongga dengan tepat sesuai dengan surah (Al Qamar:
49) Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu
menurut ukuran.
6. Membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok,
satu kelompok terdiri dari 3 peserta didik simellereng
yakni salah satu diantaranya memahami mengenai
pengolahan data. Memberikan data hasil pengukuran
massa balok kemudian mengolah data tersbut dengan
menghubungkannya dengan hasil perhitungan volume
balok dengan jujur yakni tidak memanipulasi data hasil
pengukuran dmassa dan perhitungan volume sehingga
dapat ditentukan massa jenis dari balok tersebut dengan
tepat sesuai dengan surah (Al Qamar: 49)
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu
menurut ukuran.
7. Memberikan data hasil pengukuran panjang, lebar, dan
tinggi kepada peserta didik kemudian menuliskan data
tersebut sesuai aturan angka pening yang berlaku
dengan cermat dan teliti dan penuh rasa tanggungjawab
sehingga dapat memperoleh penulisan hasil pengukuran
Telaah Kurikulum 253
yang sesuai sebagaimana dijelaskan dalam surah (Al
Furqan :2) dia telah menciptakan segala sesuatu dan Dia
menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.
8. Memberikan data hasil pengukuran diameter dalam dan
diameter luar kepada peserta didik kemudian
menuliskan data tersebut sesuai aturan angka pening
yang berlaku dengan cermat dan teliti dan penuh rasa
tanggungjawab sehingga dapat memperoleh penulisan
hasil pengukuran yang sesuai sebagaimana dijelaskan
dalam surah (Al Furqan :2) dia telah menciptakan
segala sesuatu dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya
dengan serapi-rapinya.
9. Memberikan data hasil pengukuran massa kepada
peserta didik kemudian menuliskan data tersebut sesuai
aturan angka pening yang berlaku dengan cermat dan
teliti dan penuh rasa tanggungjawab sehingga dapat
memperoleh penulisan hasil pengukuran yang sesuai
sebagaimana dijelaskan dalam surah (Al Furqan :2) dia
telah menciptakan segala sesuatu dan Dia menetapkan
ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.
Pertemuan 4
1. Membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok,
satu kelompok terdiri dari 3 peserta didik simellereng
yakni salah satu diantaranya mahir dalam membuat
laporan tertulis hasil praktikum. Setiap kelompok
Telaah Kurikulum 254
diberikan data hasil pengukuran panjang, lebar, tinggi
balok yang akan ditentukan volumenya dengan jujur
tanpa memanipulasi hasil pengukuran sehingga dapat
diperoleh data yang tepat dan sesuai dengan surah (Al
Qamar: 49) Sesungguhnya Kami menciptakan segala
sesuatu menurut ukuran.
2. Membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok,
satu kelompok terdiri dari 3 peserta didik simellereng
yakni salah satu diantaranya mahir dalam membuat
laporan tertulis hasil praktikum. Setiap kelompok
diberikan data hasil diameter dalam dan diameter luar
silinder berongga yang akan ditentukan volumenya
dengan jujur tanpa memanipulasi hasil pengukuran
sehingga dapat diperoleh data yang tepat dan sesuai
dengan surah (Al Qamar: 49) Sesungguhnya Kami
menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
3. Membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok,
satu kelompok terdiri dari 3 peserta didik simellereng
yakni salah satu diantaranya mahir dalam membuat
laporan tertulis hasil praktikum. Setiap kelompok
diberikan data hasil pengukuran massa balok yang akan
dihubungkan dengan hasil pengolahan data volume
balok dengan jujur tanpa memanipulasi hasil
pengukuran sehingga dapat diperoleh massa jenis balok
yang tepat dan sesuai dengan surah (Al Qamar: 49)
Telaah Kurikulum 255
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu
menurut ukuran.
4. Membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok,
satu kelompok terdiri dari 3 peserta didik simellereng
yakni salah satu anggota kelompok mahir dalam
berbicara. Kemudian setiap kelompok diberikan hasil
pengolahan data mengenai volume balok dengan penuh
tanggung jawab yakni mempertanggung jawabkan
semua hasil pengolahan data yang dipresentasikan.
5. Membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok,
satu kelompok terdiri dari 3 peserta didik simellereng
yakni salah satu anggota kelompok mahir dalam
berbicara. Kemudian setiap kelompok setiap kelompok
diberikan hasil pengolahan data mengenai volume
silinder berongga dengan penuh tanggung jawab yakni
mempertanggung jawabkan semua hasil pengolahan
data yang dipresentasikan.
6. Membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok,
satu kelompok terdiri dari 3 peserta didik simellereng
yakni salah satu anggota kelompok mahir dalam
berbicara. Kemudian setiap kelompok setiap kelompok
diberikan hasil pengolahan data mengenai massa jenis
balok berongga dengan penuh tanggung jawab yakni
mempertanggung jawabkan semua hasil pengolahan
data yang dipresentasikan.
Telaah Kurikulum 256
D. MATERI POKOK
Pengukuran
Pertemuan Materi Pokok Rincian Materi Pokok
1  Angka 1. Angka Penting
Penting Langkah-langkah :
1. Peserta didik
memperhatikan penjelasan
guru mata pelajaran tentang
angka penting
2. Peserta didik diharapkan
mampuh berpikir tentang
materi angka penting
3. Mencari syarat –syarat
dalam perhitungan angka
penting.
4. Peserta didik mencari
angka penting dalam soal
yang berikan oleh guru.
5. Menyelsaikan masalah
penulisan angka penting
dan mengikuti syrat dalam
penulisan angka penting.

2  Ketelitian 1. Jangka Sorong

Telaah Kurikulum 257


Alat –alat Langkah-langkah :
ukur 1. Peserta didik
memperhatikan
demonstrasi yang diberikan
oleh pendidik mata
pelajaran
2. Peserta didki dibagi
beberapa kelompok yang
terdiri dari 3 orang satu
kelompok
3. Peserta didik mengukur
balok dan silinder
berongga menggunakan
jangka sorong yang telah
disediakan oleh pendidik
4. Menyelesaikan masalah
pengukuran dengan
menggunakan jangka
sorong
2. Neraca Ohauss
Langkah-langkah :
1. Peserta didik
memperhatikan
demonstrasi yang diberikan

Telaah Kurikulum 258


oleh pendidik mata
pelajaran
2. Peserta didki dibagi
beberapa kelompok yang
terdiri dari 3 orang satu
kelompok
3. Peserta didik mengukur
massa balok dan silinder
berongga menggunakan
neraca ohauss yang telah
disediakan oleh pendidik
4. Menyelesaikan masalah
pengukuran dengan
menggunakan jangka
sorong.
3  Ketepatan Ketepatan
 mengolah Langkah-langkah
data 1. Peserta didik
memperhatikan penjelasan
guru mengenai ketepatan
dan kesalahan kesalahan
dalam pengukuran.
2. Peserta didik diharapkan
mampu memahami

Telaah Kurikulum 259


ketepatan dalam
pengukuran yang pernah
dilakukan dan kesalahan –
kesalaha yang bisasa
terjadi
Mengolah Data
Langkah-langkah :
1. Peserta didik
memperhatikan
demonstrasi yang diberikan
oleh guru mata pelajaran
2. Mengumpulkan peserta
didik berdasarkan
kelompoknya masing-
masing.
3. Peserta didik menentukan
volume dari balok dan
silinder berongga yang
diukur menggunakan
jangka sorong
4. Peserta didik menuliskan
hasil perhitungan volume
balok dan silinde beongga
berdasarkan aturan angka

Telaah Kurikulum 260


penting
5. Peserta didik menghitung
massa jenis balok dan
silinder berongga.
6. Menuliskan hasil
perhiungan massa jenis
balok dan silinder berongga
berdasarkan aturan angka
penting
7. Menyelsaikan masalah
penulisan volume da massa
jenis balok dan silinder
berongga berdasarkan
aturan angka penting.
4  berdiskusi 1. Membuat Laporan
Langkah-langkah :
1. Siswa memperhatikan
penjelasan guru mata
pelajaran mengenai arahan
pembuatan laporan
2. Siswa dikumpulkan
berdasarkan kelompoknnya
masing-masing
3. Siswa membuat lapora

Telaah Kurikulum 261


mengenai data yang telah
dipeoleh dengan
memerhatikan aturan angka
penting
4. Menyelesaikan masalah
pembuatan laporan dengan
mengikuti aturan angka
penting.
2. Berdiskusi
Langkah-langkah :
1. Siswa memperhatikan
penjelasan guru mata
pelajaran mengenai arahan
pembuatan laporan
2. Siswa dikumpulkan
berdasarkan kelompoknnya
masing-masing dimana
salah satunya mahir dalam
berbicara
3. Siswa mendiskusikan
laporan yang telah
dibuatnya dengan anggota
kelompok lain.

E. STRATEGI PEMBELAJARAN
Telaah Kurikulum 262
a. Pendekatan : Pendekatan Saintifik
Model : Discovery Learning, Problem
Based Learning
Metode : Diskusi, ceramah, demonstrasi,
eksperimen
b. Media dan Alat Bantu
1) Jangka Sorong
2) Neraca Ohauss
3) Media (LCD proyektor)
c. Bahan
1) Lembar Kerja Siswa
2) Kerta Flap
3) Spidol
d. Sumber Belajar
1. Buku FISIKA
2. Sumber buku lain, Internet, dll.
F. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan 1
Indikator :
3.2. Menerapkan prinsip prinsip pengukuran besaran
fisis, menggunakan alat – alat ukur yang sesuai
terhadap objek yang akan diukur, serta mengetahui
cara penulisan angka penting dan mengubah angka

Telaah Kurikulum 263


yang memiliki bilangan yang sangat tinggi, banyak
menjadi bilangan notasi ilmiah.
4.2. Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis serta
ketelitiannya dengan menggunakan peralatan dan
teknik yang tepat serta mengikuti kaidah angka
penting untuk suatu penyelidikan ilmiah.
Langkah Pembelajaran :

Langkah Kegiatan Belajar Kompetensi yang Alokasi


Pembelajaran (Aktivitas Guru) dikembangkan waktu

Pendahuluan 10 Menit
a. Komunikasi a. Pendidik a. Menjawab salam
mengucapkan
salam
b. Pendidik meminta b. Berdoa bersama
salah satu peserta
didik membuka
dengan doa
c. Pendidik c. Merespon
mengecek kehadiran
kehadiran peserta
didik

b. Motivasi a. Pendidik a. Munculnya rasa


memberikan ingin tahu terhadap

Telaah Kurikulum 264


gambaran tentang materi pelajaran
pentingnya yang akan
memahami atura dipelajari
penggunaan angka
penting.
c. Apersepsi a. Peserta didik
diingatkan tentang a. Sikap peduli dan
hakekat penulisan perhatian pada
angka guru, serta proses
pentingpernah pembelajaran dan
dipelajari materi pelajaran
sebelumnya yang akan
b. Pendidik dipelajari diikuti
menyampaikan dengan sungguh-
tujuan sungguh
pembelajaran yang
ingin dicapai.
115
Kegiatan inti
Menit
a. Mengamati a. Pendidik a. Memperhatikan/me
mengajukan/menun ndengar penjelasan
jukkan masalah yang di berikan
kepada peserta pendidik
didik yang terkait
dengan penggunaan
Telaah Kurikulum 265
angka penting
b. Pendidik b. Membaca
membentuk mengenai
kelompok peserta pengertian besaran,
didik untuk satuan dan dimensi
mendiskusikan
masalah di atas.
b. Menanya a. Guru meminta
a. Membuat
peserta didik untuk
pertanyaan
menuliskan angka
mengenai penulisan
penting dari data
angka berdasrkan
yang ditampilkan
aturan angka
penting
c. Mengeksplor a. Guru mengarahkan
a. Mentukan angka
asi/Mengump dan menuntun
penting dari data
ulkan peserta didik dalam
yang disediakan.
informasi/ menentukan angka
eksperimen penting
d. Mengasosiasi/ a. Guru meminta a. Menyelesaikan
mengolah peserta didik untuk masalah mengenai
informasi menuliskan pengukuran
hasilpenulisan menggunakan
angka penting dari jangka sorong dan
data yang neraca ohauss
diberikan
Telaah Kurikulum 266
e. Mengomunik a. Guru a. Menyampaikan
a-sikan menyampaikan cara penentuan
kekurangan – angka penting yang
kekurangan peserta benar
didik yang
diamatinya dalam
proses penentuan
angka penting
Penutup 10 Menit
Di akhir a. Guru meminta a. Mengembangkan
pembelajaran siswa kemampuan
diharapkan : menyimpulkan pengetahuan dan
hasil penentuan keterampilan
angka penting b. Menumbuhkan
yang telah rasa syukur kepada
dilakukan Tuhan atas segala
b. Guru hikmat yang telah
menyampaikan diberikan, sehingga
arahan untuk kita dapat
pertemuan mengakhiri
selanjutnya pelajaran dengan
c. Guru mengakhiri baik, dan berdoa
kegiatan belajar setelah selesai
dengan pembelajaran

Telaah Kurikulum 267


memberikan pesan
untuk tetap belajar
dan meningkatkan
sikap yang baik di
rumah dan berdoa
mengucap syukur
atas pembelajaran
fisika telah selesai
135
Total Waktu
Menit

Pertemuan 2
Indikator :
3.2. Menerapkan prinsip prinsip pengukuran besaran
fisis, menggunakan alat – alat ukur yang sesuai
terhadap objek yang akan diukur, serta mengetahui
cara penulisan angka penting dan mengubah angka
yang memiliki bilangan yang sangat tinggi, banyak
menjadi bilangan notasi ilmiah.
4.2. Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis serta
ketelitiannya dengan menggunakan peralatan dan
teknik yang tepat serta mengikuti kaidah angka
penting untuk suatu penyelidikan ilmiah.
Langkah Pembelajaran :

Telaah Kurikulum 268


Langkah Kegiatan Belajar Kompetensi yang Alokasi
Pembelajaran (Aktivitas Guru) dikembangkan waktu
10
Pendahuluan
Menit
a. Komunikasi a. Guru mengucapkan a. Menjawab salamb.
salam
b. Guru meminta b. Berdoa bersama
salah satu siswa
membuka dengan
doa
c. Guru mengecek c. Merespon kehadiran
kehadiran siswa
b. Motivasi a. Guru memberikan a. Munculnya rasa
gambaran tentang ingin tahu terhadap
pentingnya materi pelajaran
memahami materi yang akan dipelajari
tentang
pengukuran dan
memberikan
gambaran tentang
aplikasinya dalam
kehidupan sehari-
hari.
c. Apersepsi a. Siswa diingatkan b. Sikap peduli dan
Telaah Kurikulum 269
tentang hakekat perhatian pada guru,
fisika yang pernah serta proses
dipelajari pembelajaran dan
sebelumnya materi pelajaran
b. Guru yang akan dipelajari
menyampaikan diikuti dengan
tujuan sungguh-sungguh
pembelajaran yang
ingin dicapai.
115
Kegiatan inti
Menit
a. Mengamati a. Guru a. Memperhatikan/men
mengajukan/menu dengar penjelasan
njukkan masalah yang berikan guru
kepada siswa yang
terkait dengan
pengukuran
tentang besaran,
satuan dan dimensi
c. Guru membentuk b. Membaca mengenai
kelompok siswa pengertian besaran,
untuk satuan dan dimensi
mendiskusikan
masalah di atas.
b. Menanya a. Guru meminta
Telaah Kurikulum 270
siswa untuk
a. Membuat pertanyaan
menanyakan
mengenai cara
tentang cara
enggunaan alat alat
penggunaan alat
ukur
alat ukur seperti
jangka sorong dan
neraca ohaus
c. Mengeksplo a. Guru mengarahkan
rasi/Mengu dan menuntun
a. Mentukan panjang,
mpulkan peserta didik dalam
lebar, dan tinggi
informasi/ menentukan,
balok yang sudah
eksperimen panjang, lebar, dan
disediakan dan
tinggi balok yang
menentukan
sudah disediakan
diameter luar dan
dan menentukan
dalam silinder
diameter luar dan
berongga
dalam silinder
menggunakan jangka
berongga
sorong.
menggunakan
jangka sorong.
d. Mengasosia a. Guru mengarahkan
si/mengolah dan menuntun a. menentukan massa
informasi peserta didik dalam balok dan silinder
menentukan massa berongga
balok dan silinder
Telaah Kurikulum 271
berongga menggunakan neraca
menggunakan ohauss
neraca ohauss b. Menyelesaikan
masalah mengenai
pengukuran
menggunakan jangka
e. Mengomuni a. Guru mengarahkan sorong dan neraca
ka-sikan dan menuntun ohauss
peserta didik a. Menyampaikan cara
dalam pengambilan data
Pengambilan data yang benar
pengukuran
panjang dan massa
b. Guru meminta
peserta didik untuk
menuliskan hasil
pengukuran
panjang dan massa
yang diperolehnya
c. Guru
menyampaikan
kekurangan –
kekurangan peserta
didik yang
diamatinya dalam
Telaah Kurikulum 272
proses pengambilan
data
10
Penutup
Menit
Di akhir a. Guru meminta a. Mengembangkan
pembelajaran siswa kemampuan
diharapkan : menyimpulkan pengetahuan dan
hasil pengukuran keterampilan
yang telah b. Menumbuhkan rasa
dilakukan syukur kepada
b. Guru Tuhan atas segala
menyampaikan hikmat yang telah
arahan untuk diberikan, sehingga
pertemuan kita dapat
selanjutnya mengakhiri pelajaran
c. Guru mengakhiri dengan baik, dan
kegiatan belajar berdoa setelah
dengan selesai pembelajaran
memberikan pesan
untuk tetap belajar
dan meningkatkan
sikap yang baik di
rumah dan berdoa
mengucap syukur

Telaah Kurikulum 273


atas pembelajaran
fisika telah selesai
135
Total Waktu
Menit

Pertemuan 3
Indikator :
3.2. Menerapkan prinsip prinsip pengukuran besaran
fisis, menggunakan alat – alat ukur yang sesuai
terhadap objek yang akan diukur, serta mengetahui
cara penulisan angka penting dan mengubah angka
yang memiliki bilangan yang sangat tinggi, banyak
menjadi bilangan notasi ilmiah.
4.2. Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis serta
ketelitiannya dengan menggunakan peralatan dan
teknik yang tepat serta mengikuti kaidah angka
penting untuk suatu penyelidikan ilmiah.
Langkah Pembelajaran :

Langkah Kegiatan Belajar Kompetensi yang Alokasi


Pembelajaran (Aktivitas Guru) dikembangkan waktu
10
Pendahuluan
Menit
a. Komunikasi a. Pendidik a. Menjawab salam

Telaah Kurikulum 274


mengucapkan
salam
b. Pendidik meminta b. Berdoa bersama
salah satu peserta
didik membuka
dengan doa
c. Pendidik c. Merespon kehadiran
mengecek
kehadiran peserta
didik
b. Motivasi a. Pendidik a. Munculnya rasa
memberikan ingin tahu terhadap
gambaran tentang materi pelajaran
pentingnya yang akan dipelajari
memahami
pengolahan data
dari hasil
pengukuran.
c. Apersepsi a. Peserta didik a. Sikap peduli dan
diingatkan tentang perhatian pada guru,
hakekat pengolahan serta proses
data yang pernah pembelajaran dan
dipelajari materi pelajaran
sebelumnya yang akan dipelajari
b. Pendidik diikuti dengan
Telaah Kurikulum 275
menyampaikan sungguh-sungguh
tujuan
pembelajaran yang
ingin dicapai.
115
Kegiatan inti
Menit
a. Mengamati a. Pendidik a. Memperhatikan/men
mengajukan/menun dengar penjelasan
jukkan masalah yang di berikan
kepada peserta pendidik
didik yang terkait
dengan pengolahan
data
b. Pendidik b. Membaca mengenai

membentuk pengolahan data

kelompok peserta
didik untuk
mendiskusikan
masalah di atas.
b. Menanya a. Guru meminta a. Membuat pertanyaan
peserta didik untuk mengenai adanya
mengingat perbedaan perbedaan
kesalahan- atau kesalahan yang
kesalahan yang biasa diperoleh saat
biasa terjadi dalam pengukuran
Telaah Kurikulum 276
pengukuran

c. Mengeksplo a. Guru mengarahkan a. Mentukan volume


rasi/Mengu dan menuntun dan massa jenis dari
mpulkan peserta didik dalam balok dan silinder
informasi/ mengolah data hasil berongga.
eksperimen pengukuran yang
diperoleh
d. Mengasosia a. Guru meminta a. Menyelesaikan
si/mengolah peserta didik untuk masalah mengenai
informasi menuliskan hasil pengolahan data
pengukuran sesuai hasil pengukuran
dengan aturan
angka penting
e. Mengomuni a. Guru a. Menyampaikan cara
ka-sikan menyampaikan penentuan angka
kekurangan – penting yang benar
kekurangan peserta
didik yang
diamatinya dalam
proses penentuan
angka penting
10
Penutup
Menit

Telaah Kurikulum 277


Di akhir c. Guru meminta b. Mengembangkan
pembelajaran siswa kemampuan
diharapkan : menyimpulkan pengetahuan dan
hasil penentuan keterampilan
angka penting c. Menumbuhkan rasa
yang telah syukur kepada
dilakukan Tuhan atas segala
d. Guru hikmat yang telah
menyampaikan diberikan, sehingga
arahan untuk kita dapat
pertemuan mengakhiri pelajaran
selanjutnya dengan baik, dan
e. Guru mengakhiri berdoa setelah
kegiatan belajar selesai pembelajaran
dengan
memberikan pesan
untuk tetap belajar
dan meningkatkan
sikap yang baik di
rumah dan berdoa
mengucap syukur
atas pembelajaran
fisika telah selesai
Total Waktu 135

Telaah Kurikulum 278


Menit

Pertemuan 4
Indikator :
3.2. Menerapkan prinsip prinsip pengukuran besaran
fisis, menggunakan alat – alat ukur yang sesuai
terhadap objek yang akan diukur, serta mengetahui
cara penulisan angka penting dan mengubah angka
yang memiliki bilangan yang sangat tinggi, banyak
menjadi bilangan notasi ilmiah.
4.2. Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis serta
ketelitiannya dengan menggunakan peralatan dan
teknik yang tepat serta mengikuti kaidah angka
penting untuk suatu penyelidikan ilmiah.
Langkah Pembelajaran :

Langkah Kegiatan Belajar Kompetensi yang Alokasi


Pembelajaran (Aktivitas Guru) dikembangkan waktu
10
Pendahuluan
Menit
a. Komunikasi a. Pendidik a. Menjawab salam
mengucapkan
salam
d. Pendidik meminta b. Berdoa bersama

Telaah Kurikulum 279


salah satu peserta
didik membuka
dengan doa
e. Pendidik c. Merespon kehadiran
mengecek
kehadiran peserta
didik
b. Motivasi a. Pendidik a. Munculnya
memberikan semangat untuk
gambaran tentang berani bicara di
pentingnya melatih depan umum
diri untuk berbicara
di depan umum.
c. Apersepsi a. Peserta didik a. Sikap peduli dan

diingatkan tentang perhatian pada guru,

materi materi yang serta proses

di ajarkan mulai pembelajaran dan

dari pertemuan materi pelajaran

pertama yang akan dipelajari

c. Pendidik diikuti dengan

menyampaikan sungguh-sungguh

tujuan
pembelajaran yang
ingin dicapai.

Telaah Kurikulum 280


115
Kegiatan inti
Menit
d. Mengamati a. Pendidik meminta b. Memperhatikan/men
kepada kelompok dengar penjelasan
lain untuk yang di berikan
memerhatikan pendidik
kelompok
memaparkan hasil
pengukuran dan
pengolahan
datanya
e. Menanya a. Pendidik meminta a. Membuat pertanyaan
peserta didik untuk mengenai cara
membuat mengolah data hasil
pertanyaan atau pengukuran
menanggapi kelompok lain
presentasi
kelompok lain
f. Mengeksplo a. Guru mengarahkan a. Memaparkan hasil
rasi/Mengu dan menuntun pengukuran dan

mpulkan peserta didik dalam analisis atau

informasi/ menjawab pengolahan data

Eksperimen pertanyaan dari


kelompok lain
g. Mengasosia a. Guru meminta a. Menyelesaikan

Telaah Kurikulum 281


si/mengolah peserta didik untuk masalah mengenai
informasi membuat pengolahan data
kesimpulan dari hasil pengukuran
beberapa presentasi
kelompok lain
h. Mengomuni a. Guru a. Menyampaikan cara
ka-sikan menyampaikan berdiskusi yang
kekurangan – benar
kekurangan peserta
didik yang
diamatinya dalam
proses diskusi yang
berlansung
10
Penutup
Menit
Di akhir a. Guru meminta a. Mengembangkan
pembelajaran siswa kemampuan
diharapkan : menyimpulkan pengetahuan dan
hasil penentuan keterampilan
angka penting b. Menumbuhkan rasa
yang telah syukur kepada
dilakukan Tuhan atas segala
b. Guru menyampaikan hikmat yang telah
arahan untuk diberikan, sehingga

Telaah Kurikulum 282


pertemuan kita dapat
selanjutnya mengakhiri pelajaran
c. Guru mengakhiri dengan baik, dan
kegiatan belajar berdoa setelah
dengan selesai pembelajaran
memberikan pesan
untuk tetap belajar
dan meningkatkan
sikap yang baik di
rumah dan berdoa
mengucap syukur
atas pembelajaran
fisika telah selesai
135
Total Waktu
Menit

Telaah Kurikulum 283


LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)

LKPD (01) DALAM KELAS

Mata Pelajaran : Fisika


Kelas/Semester : X/ 1 (satu)
Pokok Bahasan : Angka Penting
Nama Kelompok :..............................................
Anggota Kelompok :
1. .............................................
2. .............................................
3. .............................................
4. .............................................
5. .............................................
.
A. Untuk lebih memahami mengenain aturan aturan dalam
penulisan angka pentingmaka kerjakanlah soal – soal
latihan di bawah ini
Latihan :
1. Tuliskan aturan aturan angka penting
...........................................................................................
...........................................................................................
...................................................................................
2. Tuliskan contoh penulisan angka penting jika semua
angka bukan nol merupakan angka penting dengan

Telaah Kurikulum 284


a. 6 angka penting
b. 4 angka penting
...........................................................................................
...........................................................................................
....................................................................................
3. Sebutkan sifat yang mana cocok memenuhi dari
penulisan angka penting dibawah ini, dan tuliskan
berapa angka penting yang terkandung didalamnya
a. 6008
b. 20,095
c. 100,6005
...........................................................................................
...........................................................................................
....................................................................................
4. Sebutkan sifat yang mana cocok memenuhi dari
penulisan angka penting dibawah ini, dan tuliskan
berapa angka penting yang terkandung didalamnya
a. 67,50000
b. 0,0050
...........................................................................................
...........................................................................................
...................................................................................
5. Sebutkan sifat yang mana cocok memenuhi dari
penulisan angka penting dibawah ini, dan tuliskan
berapa angka penting yang terkandung didalamnya
Telaah Kurikulum 285
a. 0,00789
b. 0,02
...........................................................................................
...........................................................................................
...................................................................................
6. Sebutkan sifat yang mana cocok memenuhi dari
penulisan angka penting dibawah ini, dan tuliskan
berapa angka penting yang terkandung didalamnya
a. 42000
b. 42000
...........................................................................................
...........................................................................................
...................................................................................

Telaah Kurikulum 286


LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)

LKPD (02) DALAM KELAS

Mata Pelajaran : Fisika


Kelas/Semester : X/ 1 (satu)
Pokok Bahasan : Pengukuran dan Besaran
Nama Kelompok :..............................................
Anggota Kelompok :
1. .............................................
2. .............................................
3. .............................................
4. .............................................
5. .............................................
A. Tujuan Percobaan
1. Menentukan panjang, lebar, dan tinggi pada balok serta
menentukan diameter dalam dan luar silinder berongga
menggunakan jangka sorong
B. Rumusan Masalah
1. Berapa besar nilai panjang, lebar, dan tinggi pada balok
serta diameter dalam dan luar pada silinder berongga?
C. Hipotesis
Buatlah jawaban sementara dengan kelompok masing-
masing terhadap pertanyaan diatas.

Telaah Kurikulum 287


..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
................................
D. Alat dan Bahan
1. Balok
2. Silinder Berongga
3. Jangka Sorong
4. Pulpen
5. Kertas
E. Prosedur Kerja
1. Ambil jangka sorong dan tentukan NST nya
2. Ukurlah panjang, lebar dan tinggi balok
3. Ukurlah masing – masing sebanyak 3 kali untuk
panjang, lebar, dan tinggi balok
4. Catat hasil pengukuran anda pada tabel hasil
pengamatan disertai dengan ketidak pastiannya
5. Ukurlah diameter luar dan dalam silinder berongga
ukurlah masing masing sebanyak tiga kali, dan catat
hasil pengukuran anda pada tabel hasil pengamatan
disertai ketidak pastiannya
6. Buatlah kesimpulan berdasarkan kegiatan yang telah
dilakukan!
F. Tabel Kegiatan

Telaah Kurikulum 288


Tabel 1. Hasil pengukuran panjang, lebar dan tinggi
balok
Besran yang
No. Hasil Pengamatan (mm)
diukur
1 Panjang

2 Lebar

3 Tinggi

Tabel 1. Hasil pengukuran diameter dalam dan luar


silinder berongga
Besran yang
No. Hasil Pengamatan (mm)
diukur
1 Diameter dalam

2 Diamter Luar

Telaah Kurikulum 289


G. Pertanyaan
1. Berapa nilai panjang, lebar dan tinggi balok yang diukur
menggunakan jangka sorong?
Jawab :
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
.................................................................................
2. Berapa nilai diameter dalam dan diameter luar silinder
berongga yang diukur menggunakan jangka sorong?
Jawab :
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
................................................................................
H. Pembahasan
Berikan pembahasan sesuai dengan kegiatan percobaan yang
telah dilakukan
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................
I. Kesimpulan

Telaah Kurikulum 290


Berikan kesimpulan sesuai dengan kegiatan percobaan yang
telah dilakukan
..................................................................................................
..................................................................................................
.................................................

Telaah Kurikulum 291


LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)

LKPD (02) DALAM KELAS

Mata Pelajaran : Fisika


Kelas/Semester : X/ 1 (satu)
Pokok Bahasan : Pengukuran dan Besaran
Nama Kelompok :..............................................
Anggota Kelompok :
1. .............................................
2. .............................................
3. .............................................
4. .............................................
5. .............................................
A. Tujuan Percobaan
Menentukan massa balok dan silinder berongga
menggunakan neraca ohauss
B. Rumusan Masalah
Berapa besar nilai massa balok dan silinder berongga yang
diukur menggunakan neraca ohauss?
C. Hipotesis
Buatlah jawaban sementara dengan kelompok masing-
masing terhadap pertanyaan diatas.
..................................................................................................
..................................................................................................

Telaah Kurikulum 292


..................................................................................................
................................
D. Alat dan Bahan
1. Balok
2. Silinder Berongga
3. Neraca Ohauss
4. Pulpen
5. Kertas
E. Prosedur Kerja
1. Ambil neraca ohauss dan tentukan NST nya
2. Ukurlah massa balok
3. Ukurlah sebanyak 3 kali dengan menggunakan balok
yang sama
4. Catat hasil pengukuran anda pada tabel hasil
pengamatan disertai dengan ketidak pastiannya
5. Ukurlah massa silinder berongga ukurlah masing masing
sebanyak tiga kali, dan catat hasil pengukuran anda pada
tabel hasil pengamatan disertai ketidak pastiannya
6. Buatlah kesimpulan berdasarkan kegiatan yang telah
dilakukan!
F. Tabel Kegiatan
Tabel 1. Hasil pengukuran panjang, lebar dan tinggi
balok

Telaah Kurikulum 293


No. Benda Hasil Pengamatan (gram)

1 Balok

2 Silinder Berongga

G. Pertanyaan
3. Berapa massa balok yang diukur menggunakan neraca
ohauss?
Jawab :
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
.................................................................................
4. Berapa massa silinder berongga yang diukur
menggunakan neraca ohauss?
Jawab :
...........................................................................................
...........................................................................................
...........................................................................................
................................................................................
H. Pembahasan

Telaah Kurikulum 294


Berikan pembahasan sesuai dengan kegiatan percobaan yang
telah dilakukan
..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................
I. Kesimpulan
Berikan kesimpulan sesuai dengan kegiatan percobaan yang
telah dilakukan
..................................................................................................
..................................................................................................
.................................................

Telaah Kurikulum 295


LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)

LKPD (03) DALAM KELAS

Mata Pelajaran : Fisika


Kelas/Semester : X/ 1 (satu)
Pokok Bahasan : Pengukuran dan Besaran
Nama Kelompok :..............................................
Anggota Kelompok :
6. .............................................
7. .............................................
8. .............................................
9. .............................................
10. .............................................
A. Tujuan Percobaan
Mengetahui volume dan massa jenis balok dan silinder
berongga berdasarkan dari data hasil engukuran yang telah
dilakukannya
B. Rumusan Masalah
Bagaimana mencari volume dan massa jenis balok dan
silinder berongga berdasarkan data hasil pengukuran yang
telah dilakukan
C. Hipotesis
Buatlah jawaban sementara dengan kelompok masing-
masing terhadap pertanyaan diatas.

Telaah Kurikulum 296


..................................................................................................
..................................................................................................
..................................................................................................
................................
D. Alat dan Bahan
Alat tulis menulis
E. Langkah kerja
a. Analisis data atau olah data yang diperoleh berdasarkan
hasil pengukuran yang dilakukan pada LKPD 2
b. Setelah memperoleh volume dan massa jenis dari
silinderberongga dan kubus, tuliskan hasil olahan data
sesuai aturan angka penting
F. Pertanyaan
1. Bagaimana cara menentukan volume balok dan silinder
berongga berdasarkan hasil pengukuran?
..........................................................................................
..........................................................................................
..........................................................................................
...
2. Bagaiaman caranya menetukan massa jenis blok dan
silinder berongga berdasarkan hasil pengukuran yang
diperoleh?
..........................................................................................
..........................................................................................

Telaah Kurikulum 297


..........................................................................................
...
G. Kesimpulan
Berikan kesimpulan yang telah dilakukan dari pengolahan
data
..................................................................................................
..................................................................................................
.............................................................................

Telaah Kurikulum 298


LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)

LKPD (04) DALAM KELAS

Mata Pelajaran : Fisika


Kelas/Semester : X/ 1 (satu)
Pokok Bahasan : Pengukuran dan Besaran
Nama Kelompok :..............................................
Anggota Kelompok :
11. .............................................
12. .............................................
13. .............................................
14. .............................................
15. .............................................
A . Tujuan Percobaan
Mengetahui lebih jauh mengenai proses pengambilan data
dan pengolahan data dari penejelasan teman kelompok lain
B. Rumusan Masalah
Bagaimana hasil pengolahan data yang dihasilkan oleh
kelompom lain? Apakah ada perbedaan?
C. Hipotesis
Buatlah jawaban sementara dengan kelompok masing-
masing terhadap pertanyaan diatas.
..................................................................................................
..................................................................................................

Telaah Kurikulum 299


..................................................................................................
................................
D. Alat dan Bahan
1. LCD Proyektor
2. Lambar Kerja Siswa
3. Alat tulis menulis
E. Langkah kerja
1. Perhatikan dan simak baik baik presentasi dari kelompok
lain
2. Diskusikan dengan teman kelompok jika ada presentasi
kelompok lain yang berbeda
3. Buatlah kesimpulan dari setiap hasil presentasi
kelompok
4. Kemukakan hasil anda di depan kelas
F. Kesimpulan
Berikan kesimpulan dari diskusi yang telah anda lakukan
..................................................................................................
..................................................................................................
.............................................................................

Telaah Kurikulum 300


LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)

LKPD (04) LUAR KELAS

Mata Pelajaran : Fisika


Kelas/Semester : X/ 1 (satu)
Pokok Bahasan : Pengukuran dan Besaran
Nama Kelompok :..............................................
Anggota Kelompok :
1. .............................................
2. .............................................
3. .............................................
4. .............................................
5. .............................................
A. Tujuan
1. Menjelaskan cara kerja alat ukur waktu
B. Alat dan bahan
1. Jam tangan
2. stopwatch
C. Langkah kerja
1. Buatlah garis pada halaman rumah sebagai awalan nol.
2. Setelah itu buat skala mulai dari angka nol awalan hingga
angka 20 dengan selisih 5 meter (0-5-10-15-20).
3. Berjalanlah sambil mengukur waktunya dengan
menggunakan alat ukur waktu (jam tangan dan stopwatch).

Telaah Kurikulum 301


4. Masukkan hasilnya pada tabel pengamatan berikut.
Tabel Hasil pengamatan waktu
Jarak Hasil Pengukuran
yang
Jam Tangan Stopwatch
ditempuh

Pertanyaan
1. Bagaimana perbedaan waktu yang kamu dapatkan ketika
berjalan dari skala awal nol ke skala 1,skala 2, skala 3, skala
4, skala 5?
Jawab :

Telaah Kurikulum 302


2. Mana yang lebih akurat antara pengukuran dengan
menggunakan jam tangan atau dengan stopwatch? Jelaskan!
Jawab :

3. Apa yang dapat kamu simpulkan?


Jawab :

***SELAMA MENGERJAKAN***

Telaah Kurikulum 303


BUKU GURU

A. Materi Pembelajaran

PERTEMUAN PERTAMA

1. Pengertian Pengukuran
Pengukuran adalah membandingkan suatu benda
dengan besaran lain yang sejenis yang dipergunakan sebagai
satuannya, alat pembanding itulah yang dinamakan dengan
alat ukur. Pengukuran supaya memiliki ketelitian
pengukuran dan ketepatan dalam pengukuran, harus
digunakan alat yang sudah diakui secara internasional juga
sudah ditera ketepatan (akurasi) serta ketelitian (presisi).
Misalnya bila kita akan mengukur panjang meja maka harus
digunakan mistar jangan menggunakan jari tangan apabila
akan mengukur suhu air harus menggunakan termometer
tidak boleh dengan ujung jari yang menunjukkan panas
dingin atau hangat.
Fisika merupakan ilmu yang mempelajari segala
sesuatu tentang gejala alam melalui pengamatan atau
observasi dan memperoleh kebenaran secara empiris melalui
panca indera. karena itu pengukuran merupakan bagian yang
sangat penting dalam proses membangun konsep-konsep

Telaah Kurikulum 304


fisika. Pengukuran dilakukan langsung untuk mengetahui
kuantitas besaran-besaran fisika seperti yang sudah dibahas
dalam besaran dan pengukuran
Salah satu alat ukur yakni:

Gambar 1. Jangka sorong


Pengukuran juga dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan sederhana dan penting dalam kehidupan kita, bukan
hanya dalam pelajaran fisika tapi dalam kehidupan sehari-
hari. Pengukuran sangat diperlukan oleh pedagang sayur
ketika akan menjual bawang harus menimbang bawang yang
akan dijualnya atau pedagang kain harus mengukur kain
yang akan dijualnya.
Demi ketelitian (presisi) dan ketepatan (akurasi)
maka diperlukan alat ukur yang sudah diakui secara
Internasional karena kalau pengukuran dengan
menggunakan anggota tubuh (kualitatif) misalnya jari seperti
contoh di atas tentu tidak akurat dan berubah-ubah.
Presisi adalah derajat kepastian hasil suatu
pengukuran sedangkan akurasi menunjukan seberapa tepat
hasil pengukuran mendekati nilai yang sebenarnya. Presisi
Telaah Kurikulum 305
bergantung pada alat yang digunakan untuk melakukan
pengukuran. Umumnya semakin kecil pembagian skala
suatu alat semakin teliti (pesisi) hasil pengukuran alat
tersebut.
Dari penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa
pengukuran merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan
sehingga dapat memperoleh data berupa kuantitatif dan
kualitatif.
2. Besaran Fisika dan Satuan
1. Pengertian Besaran Fisika, Besaran Pokok,
dan Besaran Turunan
Di dalam pembahasan sehari-hari yang
dimaksud dengan berat badan adalah massa, sedangkan
dalam fisika pengertian berat dan massa berbeda. Berat
badan dapat di tentukan dengan menggunakan
alat timbangan berat badan. Misalnya, setelah
ditimbang berat badan sebesar 50 kg atau dalam fisika
bermassa 50 kg. Tinggi atau panjang dan massa adalah
sesuatu yang dapat di ukur dan dapat dinyatakan dengan
angka dan satuan. Panjang dan massa merupakan
besaran fisika. Jadi, besaran fisika adalah ukuran fisis
suatu benda yang dinyatakan secara kuantitas.
Selain besaran fisika juga terdapat besaran-
besaran yang bukan besaran fisika, misalnya perasaan
sedih, gembira, dan lelah. Karena perasaan tidak dapat
Telaah Kurikulum 306
diukur dan tidak dapat dinyatakan dengan angka dan
satuan, maka perasaan bukan besaran fisika. Besaran
fisika dikelompokkan menjadi dua, yaitu besaran
pokok dan besaran turunan. Besaran pokok adalah
besaran yang sudah ditetapkan terlebih dahulu. Adapun,
besaran turunan merupakan besaran yang dijabarkan
dari besaran-besaran pokok.
Sistem satuan besaran fisika pada prinsipnya
bersifat standar atau baku, yaitu bersifat tetap, berlaku
universal, dan mudah digunakan setiap saat dengan
tepat. Sistem satuan standar ditetapkan pada tahun 1960
melalui pertemuan para ilmuwan di Sevres, Paris.
Sistem satuan yang digunakan dalam dunia
pendidikan dan pengetahuan dinamakan sistem metrik,
yang dikelompokkan menjadi sistem metrik besar atau
MKS (Meter Kilogram Second) yang disebut sistem
internasional atau disingkat SI dan sistem metrik
kecil atau CGS (Centimeter Gram Second).
Besaran pokok dan besaran turunan beserta
dengan satuannya dapat dilihat dalam Tabel berikut:

Telaah Kurikulum 307


Tabel Satuan Besaran Pokok dalam Sistem Tabel beberapa
contoh pengukuran

Satuan
Besaran Satuan
N0 Singkatan Sistem Singkatan
Pokok SI/MKKS
CGS
1 Panjang meter m centimeter cm
2 Massa kilogram kg gram g
3 Waktu detik s detik s
4 Suhu kelvin K Kelvin k
Kuat arus
5 ampere A stat ampere statA
listrik
Intensitas
6 candela Cd candela Cd
cahaya
Jumlah
7 kilo mol kmol mol mol
zat
Selain tujuh besaran pokok di atas, terdapat
dua besaran pokok tambahan, yaitu sudut bidang
datar dengan satuan radian (rad) dan sudut ruang
dengan satuan steradian (sr).
Tabel 2. Beberapa Besaran Turunan beserta Satuannya

Besaran Penjabaran dari Satuan dalam


N0
Turunan Besaran Pokok MKKS
1 Luas Panjang × Lebar m2
Panjang × Lebar ×
2 Volume m3
Tinggi

Telaah Kurikulum 308


3 Massa Jenis Massa : Volume kg/m3
4 Kecepatan Perpindahan : Waktu m/s
5 Percepatan Kecepatan : Waktu m/s2
newton (N) =
6 Gaya Massa × Percepatan
kg.m/s2
7 Usaha Gaya × Perpindahan joule (J) = kg.m2/s2
8 Daya Usaha : Waktu watt = kg.m2/s3
9 Tekanan Gaya : Luas pascal (Pa) = N/m2
10 Momentum Massa × Kecepatan kg.m/s
Satuan Sistem Internasional (SI) digunakan di
seluruh negara dan berguna untuk perkembangan ilmu
pengetahuan dan perdagangan antarnegara. Dapat
membayangkan betapa kacaunya perdagangan apabila
tidak ada satuan standar, misalnya satu kilogram dan
satu meter kubik.
2. Satuan Internasional untuk Panjang
Hasil pengukuran besaran panjang biasanya
dinyatakan dalam satuan meter, centimeter, milimeter,
atau kilometer. Satuan besaran panjang dalam SI adalah
meter. Pada mulanya satu meter ditetapkan sama
dengan panjang sepersepuluh juta (1/10000000) dari
jarak kutub utara ke khatulistiwa melalui Paris.
Kemudian dibuatlah batang meter standar dari
campuran Platina-Iridium. Satu meter didefinisikan
sebagai jarak dua goresan pada batang ketika bersuhu
Telaah Kurikulum 309
0ºC. Meter standar ini disimpan di International Bureau
of Weights and Measure di Sevres, dekat Paris.

Batang meter standar dapat berubah dan rusak


karena dipengaruhi suhu, serta menimbulkan kesulitan
dalam menentukan ketelitian pengukuran. Oleh karena
itu, pada tahun 1960 definisi satu meter diubah. Satu
meter didefinisikan sebagai jarak 1650763,72 kali
panjang gelombang sinar jingga yang dipancarkan oleh
atom gas krypton-86 dalam ruang hampa pada suatu
lucutan listrik.
Pada tahun 1983, Konferensi Internasional
tentang timbangan dan ukuran memutuskan bahwa satu
meter merupakan jarak yang ditempuh cahaya pada
selang waktu 1/299792458 sekon. Kecepatan cahaya ini
digunakan karena nilainya dianggap selalu konstan.
3. Satuan Internasional untuk Massa
Besaran massa dalam SI dinyatakan dalam
satuan kilogram (kg). Pada mulanya para ahli
mendefinisikan satu kilogram sebagai massa sebuah
silinder yang terbuat dari bahan campuran Platina dan
Iridium yang disimpan di Sevres, dekat Paris. Untuk
mendapatkan ketelitian yang lebih baik, massa standar
satu kilogram didefinisikan sebagai massa satu liter air
murni pada suhu 4ºC.

Telaah Kurikulum 310


4. Satuan Internasional untuk Waktu
Besaran waktu dinyatakan dalam satuan detik
atau sekon dalam SI. Pada awalnya satuan waktu
dinyatakan atas dasar waktu rotasi bumi pada porosnya,
yaitu 1 hari. Satu detik didefinisikan sebagai 1/26400
kali satu hari rata-rata. Satu hari rata-rata sama dengan
24 jam = 24 x 60 x 60 = 86400 detik. Karena satu hari
matahari tidak selalu tetap dari waktu ke waktu, maka
pada tahun 1956 para ahli menetapkan definisi baru.
Satu detik adalah selang waktu yang diperlukan oleh
atom cesium-133 untuk melakukan getaran sebanyak
9192631770 kali.
3. Aturan angka penting
1. Semua angka bukan nol adalah angka penting.
2. Angka nol yang terletak di antara dua angka bukan nol
termasuk angka penting.
3. Untuk bilangan desimal yang lebih kecil dari satu, maka
angka nol setelah angka bukan nol termasuk angka
penting.
4. Untuk bilangan desimal yang lebih kecil dari satu, maka
angka nol sebelum angka bukan nol tidak termasuk
angka penting.
5. Bilangan-bilangan puluhan, ratusan, ribuan dan
seterusnya yang memiliki angka nol harus ditulis dalam

Telaah Kurikulum 311


notasi ilmiah. Angka-angka pada notasi ilmiah
merupakan angka penting.
4. Aturan Pembulatan Angka
Ketika angka-angka ditiadakan dari suatu bilangan,
nilai dari angka terakhir yang dipertahankan ditentukan
dengan suatu proses yang disebut pembulatan bilangan.
Aturan pembulatan bilangan tersebut, antara lain:
a. Angka-angka yang lebih kecil daripada 5 dibulatkan ke
bawah
b. Angka-angka yang lebih besar daripada 5 dibulatkan ke
atas
c. Angka 5 dibulatkan ke atas jika sebelum angka 5 adalah
ganjil dan dibulatkan ke bawah jika angka sebelum
angka 5 adalah angka genap.
5. Operasi-operasi dalam angka penting
a. Operasi penjumlahan dan pengurangan
Dalam melakukan operasi penjumlahan atau
pengurangan, maka hasilnya hanya boleh mengandung
satu angka taksiran (angka terakhir dari suatu bilangan
penting).
c. Operasi perkalian dan pembagian
Dalam operasi perkalian atau pembagian, maka
hasilnya hanya boleh memiliki angka penting sebanyak
bilangan yang jumlah angka pentingnya paling sedikit.

Telaah Kurikulum 312


Notasi Ilmiah adalah cara untuk menuliskan
sebuah bilangan dalam bentuk pangkat dari sepuluh.
Dengan kata lain, bilangan dituliskan dalam bentuk a ×
10n
dimana a adalah sebuah bilangan riil yang
memenuhi syarat 1 ≤ |a| < 10 dan n adalah sebuah
bilangan bulat. a disebut sebagai signifikan dan n disebut
sebagai eksponen.
Notasi Ilmiah atau bentuk baku ini digunakan
untuk menuliskan bilangan yang sangat besar. atau
bilangan yang sangat dekat dengan nol. Tepatnya yaitu
diantara 0 dan 1 atau diantara 0 dan –1. Tujuannya yaitu
agar penulisan angka tersebut lebih ringkas. Bagaimana
kita mau menuliskan angka yang sangat panjang.
misalnya 1230000000000 dan 0.0000000827.
Perhatikan bahwa nilai absolut dari a harus
paling kecil adalah 1 dan kurang dari 10, sehingga 0,34 ×
102 dan -11,23 × 104 bukan merupakan notasi ilmiah.
Jika bilangan tersebut sangat kecil (diantara 0
dan 1 atau diantara -1 dan 0), maka yang harus lakukan
adalah menggeser tanda koma ke kanan sampai pada
bilangan bukan nol yang terdekat. Banyaknya pergeseran
adalah sama dengan n dikalikan dengan negativ 1.
Langsung saja perhatikan

Telaah Kurikulum 313


PERTEMUAN KEDUA

Berikut ini akan kita bahas pengukuran besaran-besaran


fisika, meliputi panjang, massa, dan waktu.
1. Pengukuran Panjang
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur panjang
benda haruslah sesuai dengan ukuran benda. Sebagai contoh,
untuk mengukur lebar buku kita gunakan pengaris, sedangkan
untuk mengukur lebar jalan raya lebih mudah menggunakan
meteran kelos.
a. Mistar
Penggaris atau mistar berbagai macam jenisnya,
seperti penggaris yang berbentuk lurus, berbentuk
segitiga yang terbuat dari plastik atau logam, mistar
tukang kayu, dan penggaris berbentuk pita (meteran pita).
Mistar mempunyai batas ukur sampai 1 meter, sedangkan
meteran pita dapat mengukur panjang sampai 3 meter.
Mistar memiliki ketelitian 1 mm atau 0,1 cm.

Posisi mata harus melihat tegak lurus terhadap


skala ketika membaca skala mistar. Hal ini untuk
menghindari kesalahan pembacaan hasil pengukuran
akibat beda sudut kemiringan dalam melihat atau disebut
dengan kesalahan paralaks.

Telaah Kurikulum 314


Gambar 2. Mistar
b. Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang
mempunyai batas ukur sampai 10 cm dengan
ketelitiannya 0,1 mm atau 0,01 cm. Jangka sorong juga
dapat digunakan untuk mengukur diameter cincin dan
diameter bagian dalam sebuah pipa. Bagian-bagian
penting jangka sorong yaitu:
1. rahang tetap dengan skala tetap terkecil 0,1 cm
2. rahang geser yang dilengkapi skala nonius. Skala tetap
dan nonius mempunyai selisih 1 mm.

Gambar 3. Jangka sorong


c. Mikrometer Sekrup

Telaah Kurikulum 315


Mikrometer sekrup memiliki ketelitian 0,01 mm
atau 0,001 cm. Mikrometer sekrup dapat digunakan untuk
mengukur benda yang mempunyai ukuran kecil dan tipis,
seperti mengukur ketebalan plat, diameter kawat, dan
onderdil kendaraan yang berukuran kecil.
Bagian-bagian dari mikrometer adalah rahang
putar, skala utama, skala putar, dan silinder bergerigi.
Skala terkecil dari skala utama bernilai 0,1 mm,
sedangkan skala terkecil untuk skala putar sebesar 0,01
mm. Berikut ini gambar bagian-bagian dari mikrometer.

Gambar 4. Micrometer sekrup


2. Pengukuran Massa Benda
Timbangan digunakan untuk mengukur massa benda.
Prinsip kerjanya adalah keseimbangan kedua lengan, yaitu
keseimbangan antara massa benda yang diukur dengan anak
timbangan yang digunakan. Dalam dunia pendidikan sering
digunakan neraca O’Hauss tiga lengan atau dua lengan.
Perhatikan beberapa alat ukur berat berikut ini.

Telaah Kurikulum 316


Gambar 5. Pengukuran massa
Bagian-bagian dari neraca O’Hauss tiga lengan adalah
sebagai berikut:
a. Lengan depan memiliki skala 0—10 g, dengan tiap skala
bernilai 1 g.
b. Lengan tengah berskala mulai 0—500 g, tiap skala
sebesar 100 g.
c. Lengan belakang dengan skala bernilai 10 sampai 100 g,
tiap skala 10 g.
3. Pengukuran Besaran Waktu
Berbagai jenis alat ukur waktu misalnya: jam analog,
jam digital, jam dinding, jam atom, jam matahari, dan
stopwatch. Dari alat-alat tersebut, stopwatch termasuk alat
ukur yang memiliki ketelitian cukup baik, yaitu sampai 0,1 s.

Gambar 6. Pengukuran waktu


Telaah Kurikulum 317
4.Suhu dan Pengukurannya
A. Pengertian Suhu
Ukuran derajat panas dan dingin suatu benda
tersebut dinyatakan dengan besaran suhu. Jadi, suhu adalah
suatu besaran untuk menyatakan ukuran derajat panas atau
dinginnya suatu benda.
B. Termometer sebagai Alat Ukur Suhu
Suhu termasuk besaran pokok. Alat untuk untuk
mengukur besarnya suhu suatu benda adalah termometer.
Termometer yang umum digunakan adalah termometer zat
cair dengan pengisi pipa kapilernya adalah raksa atau
alkohol. Pertimbangan dipilihnya raksa sebagai pengisi pipa
kapiler termometer adalah sebagai berikut:
a. raksa tidak membasahi dinding kaca,
b. raksa merupakan penghantar panas yang baik,kalor
jenis raksa rendah akibatnya dengan perubahan panas
yang kecil cukup dapat mengubah suhunya,
c. jangkauan ukur raksa lebar karena titik bekunya -39 ºC
dan titik didihnya 357ºC.
Pengukuran suhu yang sangat rendah biasanya
menggunakan termometer alkohol. Alkohol memiliki titik
beku yang sangat rendah, yaitu -114ºC. Namun demikian,
termometer alkohol tidak dapat digunakan untuk mengukur
suhu benda yang tinggi sebab titik didihnya hanya 78ºC.

Telaah Kurikulum 318


Pada pembuatan termometer terlebih dahulu
ditetapkan titik tetap atas dan titik tetap bawah. Titik tetap
termometer tersebut diukur pada tekanan 1 atmosfer. Di
antara kedua titik tetap tersebut dibuat skala suhu. Penetapan
titik tetap bawah adalah suhu ketika es melebur dan
penetapan titik tetap atas adalah suhu saat air mendidih.

Gambar 7. termometer
Berikut ini adalah penetapan titik tetap pada skala
termometer.
a. Termometer Celcius
Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap atas
diberi angka 100. Diantara titik tetap bawah dan titik
tetap atas dibagi 100 skala.
b. Termometer Reaumur
Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap
atas diberi angka 80. Di antara titik tetap bawah dan
titik tetap atas dibagi menjadi 80 skala.
c. Termometer Fahrenheit

Telaah Kurikulum 319


Titik tetap bawah diberi angka 32 dan titik tetap
atas diberi angka 212. Suhu es yang dicampur dengan
garam ditetapkan sebagai 0ºF. Di antara titik tetap
bawah dan titik tetap atas dibagi 180 skala.
d. Termometer Kelvin
Pada termometer Kelvin, titik terbawah diberi
angka nol. Titik ini disebut suhu mutlak, yaitu suhu
terkecil yang dimiliki benda ketika energi total partikel
benda tersebut nol. Kelvin menetapkan suhu es melebur
dengan angka 273 dan suhu air mendidih dengan angka
373. Rentang titik tetap bawah dan titik tetap atas
termometer Kelvin dibagi 100 skala.

Gambar 8. Perbandingan skala termometer


Perbandingan skala antara temometer
Celcius, termometer Reaumur, dan termometer
Fahrenheit adalah
C : R : F
100 : 80 : 180
5 : 4 : 9

Telaah Kurikulum 320


Dengan memperhatikan titik tetap bawah 0ºC
= 0ºR = 32ºF, maka hubungan skala C, R, dan F dapat
ditulis sebagai berikut:
tº C =5/4 tºR
tº C =5/9 (tºF – 32)
tº R =4/9 (tºF – 32)
Hubungan skala Celcius dan Kelvin adalah
t K = tºC + 273 K
Kita dapat menentukan sendiri skala suatu
termometer. Skala termometer yang kita buat dapat
dikonversikan ke skala termometer yang lain apabila
pada saat menentukan titik tetap kedua termometer
berada dalam keadaan yang sama.
Misalnya, kita akan menentukan skala
termometer X dan Y. Termometer X dengan titik tetap
bawah Xb dan titik tetap atas Xa. Termometer Y
dengan titik tetap bawah Yb dan titik tetap atas Ya.
Titik tetap bawah dan titik tetap atas kedua
termometer di atas adalah suhu saat es melebur dan
suhu saat air mendidih pada tekanan 1 atmosfer.

Telaah Kurikulum 321


Gambar 9. Penunjukan skala termometer
Dengan membandingkan perubahan suhu dan
interval kedua titik tetap masing-masing termometer,
diperoleh hubungan sebagai berikut.
(Tx -Xb) / (Xa- Xb) = (Ty- Yb ) / ( Ya- Yb)
Keterangan:
Xa = titik tetap atas termometer X
Xb = titik tetap bawah termometer X
Tx = suhu pada termometer X
Ya = titik tetap atas termometer Y
Yb = titik tetap bawah termometer Y
Ty = suhu pada termometer Y

PERTEMUAN 3

A. Ketepatan dan Ketelitian


Di dalam pengukuran umumnya dibutuhkan
suatu instrumen dan diperlukan:

Telaah Kurikulum 322


a. Untuk menentukan suatu besaran (kuantitas) atau
variabel.
b. Membantu peningkatan ketErampilan manusia dan dalam
banyak hal memungkinkan seseorang untuk menentukan
nilai dari suatu besaran yang tidak diketahui, karena
tanpa bantuan instrumen manusia tidak dapat
menentukannya.
Untuk menggunakan instrumen–instrumen secara
cermat:
a. Diperlukan pemahaman untuk memahami prinsip-
prinsip kerjanya.
b. Mampu memperkirakan apakah instrumen tersebut
sesuai untuk pemakaian yang sudah ditentukan
Istilah-Istilah Yang Digunakan Dalam
Pengukuran
a. Instrumen: sebuah alat untuk menentukan nilai atau
kebesa- ran suatu kuantitas atau variabel.
b. Ketelitian/accuracy: harga terdekat dengan mana suatu
pembacaan instrumen mendekati sebenarnya dari
variabel yang diukur.
c. Ketepatan/precision: suatu ukuran kemampuan untuk
mendapatkan hasil pengukuran yang sama. Dengan
memberikan suatu presisi merupa- kan suatu ukuran
tingkatan yang menunjukkan perbedaan hasil
pengukuran pada pengukuran-pengukuran yang
Telaah Kurikulum 323
dilakukan secara berurutan harga tertentu untuk sebuah
variabel.
d. Sensitivitas/sensitivity: perbandingan antara sinyal
keluaran atau respons instrumen terhadap perubahan
masukan atau varia-bel yang diukur.
Sensitivitas/kepekaan merupakan rasio atau
perbandingan antara keluaran dan masukan.
e. Resolusi/resolution: perubahan terkecil dalam nilai
yang diukur kepada mana instrumen akan memberi
respons.
f. Kesalahan/error: penyimpangan variabel yang diukur
dari harga/nilai yang sebenarnya
Untuk mengukur suatu besaran fisika, Anda dapat
menggunakan satu instrumen atau lebih. Dalam
menggunakan instrumen, Anda harus dapat memilih
dan merangkai alat ukur atau instrumen tersebut dengan
benar. Selain itu, Anda juga dituntut untuk dapat
membaca nilai atau skala yang ditunjukkan oleh
instrumen dengan benar. Dengan memilih alat yang
sesuai, merangkai alat dengan benar dan cara membaca
skala dengan benar, Anda dapat meminimalkan
kesalahan dalam pengukuran.
Selain faktor dari orang yang mengukur, ketelitian
alat ukur atau instrumen juga mempengaruhi hasil
pengukuran. Ketelitian alat ukur atau instrumen dijamin
Telaah Kurikulum 324
sampai pada persentase tertentu dari skala penuh. Ketelitian
alat ukur terkadang menyebabkan hasil pengukuran
mengalami penyimpangan dari yang sebenarnya. Batas-batas
dari penyimpangan ini disebut dengan kesalahan batas.
a. Ketelitian/accuracy adalah menyatakan tingkat
kesesuaian atau dekatnya suatu hasil pengukuran
terhadap harga yang sebenarnya.
b. Ketepatan/precision adalah menyatakan tingkat
kesamaan didalam sekelompok pengukuran atau
sejumlah instrumen.
Tidak ada pengukuran yang menghasilkan ketelitian
yang sempurna, tetapi penting untuk diketahui: ketelitian
yang sebenarnya & bagaimana kesalahan yang berbeda
digunakan dalam pengukuran.
Kesalahan-Kesalahan Pada Pengukuran, Umumnya
Dibagi Dalam 3 Jenis Utama
B. Kesalahan-Kesalahan umum (gross errors)
Kebanyakan disebabkan kesalahan manusia, antara
lain:
1) Kesalahan pembacaan alat ukur.
2) Pemakaian instrumen yang tidak atau kurang sesuai.
3) Penyetelan yang tidak tepat.
4) kesalahan penaksiran.
a. Kesalahan kesalahan sistematis (systematic errors)

Telaah Kurikulum 325


Disebabkan kekurangan-kekurangan pada
instrumen sendiri, seperti :
1) Kerusakan atau adanya bagian-bagian yang aus
dan,
2) Pengaruh lingkungan terhadap peralatan dan
pemakai
b. Kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja (random
errors)
Disebabkan oleh penyebab-penyebab yang
tidak dapat secara langsung diketahui, karena
perubahan-perubahan parameter atau sistem
pengukuran terjadi secara acak
Kesalahan Sistem Matematis, Umumnya
Dikelompokkan Kedalam 2 Bagian
1) Kesalahan-kesalahan instrumental, yaitu kekurangan-
kekurangan dari instrumen itu sendiri.
2) Kesalahan-kesalahan lingkungan, yaitu yang
disebabkan oleh keadaan-keadaan luar yang
mempengaruhi pengukuran
1. Kesalahan Instrumental
Kesalahan-kesalahan instrumental
(instrumental errors), kesalahan-kesalahan yang tidak
dapat dihindarkan dari instrumen, karena struktur
mekanisnya. Misalnya :

Telaah Kurikulum 326


a. Gesekan komponen yang bergerak terhadap
bantalan, dapat menimbulkan pembacaan yang
tidak tepat (contoh pada alat ukur kumparan putar
d’Arsonval, prinsip kerja d’arsonval
b. ketika sebuah kumparan dialiri arus listrik, maka
akan terjadi perubahan fluks magnetik disisi-sisi
kumparan (induksi elektromagnetik), sehingga
akan memnunculkan gaya tolak dari kutub yang
sama dari magnet permanen yang berada pada
sisi kumparan, sehingga menggerakan jarum
penunjuk, besarnya skala tergantung pada
besarnya arus yang masuk).
c. Tarikan pegas yang tidak teratur, perpendekan
pegas.
d. Berkurangnya tarikan karena penanganan yang
tidak tepat atau pembebanan instrumen secara
berlebihan.

Gambar 5. Alat ukur kumparan putar d’Arsonval

Telaah Kurikulum 327


2. Jenis Kesalahan Instrumen Lainnya
1) Kalibrasi yang menyebabkan pembacaan
instrumen yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
sepanjang seluruh skala.
2) Kegagalan mengembalikan jarum penunjuk ke
angka nol sebelum melakukan pengukuran
Kesalahan-kesalahan instrumen terdiri dari
beberapa jenis, tergantung pada jenis instrumen yang
digunakan, dan yang selalu harus diperhatikan adalah
memastikan instrumen yang digunakan bekerja
dengan baik dan tidak menambah kesalahan-kesalahan
lainnya.
Kesalahan-kesalahan pada instrumen, dapat
diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap:
a. Tingkah laku yang tidak umum terjadi
b. Kestabilan
c. Kemampuan instrumen untuk memberikan hasil
pengukuran yang sama
Suatu cara yang mudah dan cepat untuk
pemeriksaan instrumen, dengan cara
membandingkannya terhadap instrumen lainnya yang
memiliki karakteristik yang sama atau instrumen/alat
ukur yang lebih akurat
Pembuatan Laporan

Telaah Kurikulum 328


PERTEMUAN KEEMPAT

A. BERDISKUSI

Telaah Kurikulum 329


B. SKENARIO PEMBELAJARAN
1. Pertemuan pertama 3 Jam Pelajaran (3 x 45 menit)
Pendahuluan (10 menit)
a. Setelah bel masuk berbunyi, pendidik bergegas
menuju ruang kelas
b. Pendidik memasuki ruang kelas dan menuju meja
guru, kemudian menyimpan buku di atas meja
kemudian duduk.
c. Pendidik menyapa peserta didik dengan
menanyakan kabar peserta didik lalu memberikan
salam pembuka.
d. Pendidik mengabsen kehadiran peserta didik,
dengan hanya mengecek siswa yang tidak hadir
pada saat proses pembelajaranakan dimulai.
e. Pendidik berjalan ke depan peserta didik dibagian
tengah untuk menyampaikan tujuan pembelajaran
kepada peserta didik.
f. Pendidik meminta salah seorang peserta didik
(ketua kelas) untuk memimpin doa sebelum
pelajaran dimulai sesuai dengan tujuan yang telah
disampaikan, sehingga tujuan-tujuan dalam
pembelajaran dapat dicapai dengan baik
g. Pendidik memsang media pendukung dalam proses
pembelajaran yaitu LCD.

Telaah Kurikulum 330


Apersepsi
Pendidik menanyakan mengenai pengukuran dan
besaran serta aturan aturan angka penting yang telah di
dapatkan peserta didik di bangku SMP.
Motivasi
Pendidik memperlihatkan beberapa angka
desimal dengan jumlah angka dibelakang koma yang
berbeda – beda kemudian pendidik meminta peserta
didik untuk menyebutkan jumlah angka penting yang
terkandung setiap angka yang dituliskannya.
Guru kemudian mengajak siswa untuk berdiskusi
mengenai makna dari gambar tersebut.
Kegiatan Inti (115 menit)
- Pendidik menjelaskan kepada peserta didik
mengenai aturan – aturan angka penting yang harus
diperhatikan, serta aturan aturan pembulatan
misalnya jika angka genap jika bertemu angka lima
bagaimana cara membulatkannya dan jika angka
ganjil yang bertemu angka lima.
- Dibentuk sebuah kelompok yang simellereng,
kemudian peserta didik menampilkan beberapa
angka angka, kemudian pendidik meminta kepada
peserta didik untuk menuliskan angka angka yang
diberikan sesuia dengan angka penting yang telah
ditentukan.
Telaah Kurikulum 331
- Pendidik kembali membagikan selembaran kertas
kepada peserta didik untuk mengecek apakah betul –
betul peserta didik telah paham mengenai
penggunaan angka penting dengan membiarkannya
menentukan sendiri angka dengan angka penting
yang diinginkannya.
- Dari data data penulisan angka penting yang telah
dilakukan oleh peserta didik maka pendidik meminta
peserta didik untuk menyimpulkan aturan aturan
pokok yang harus dituliskan dalam penulisan angka
penting.
- Setelah peserta didik menyampaikan kesimpulan –
kesimpulan mengenai aturan – aturan penulisan
dalam angka penting, Pendidik menanyakan masalah
atau kesulitan yang dialami oleh peserta didik dalam
menentukan angka penting.
- Pendidik memecahkan masah atau kesulitan yang di
alami peserta didik saat penentuan penulisan angka
penting
Penutup (10 menit)
- Pendidik memberi apresiasi kepada kelompok yang
kinerja sangan baik atau maksimal untuk setiap
kegiatan pembelajaran berupa nilai plus.

Telaah Kurikulum 332


- Pendidik mengevaluasi peserta didik dengan tanya
jawab mengenai angka penting yang telah dipelajari
selama proses pembelajaran berlansung
- Pendidik memberikan sebuah tugas kepada peserta
didik mengenai penulisan angka penting lebih lanjut.
- Menyampaikan kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya dan
menginstruksikan peserta didik untuk menyiapkan
alat dan bahan yang dibutuhkan pada pertemuan
selanjutnya.
- Pendidik menanyakan kembali kepada peserta didik
mengenai pelajaran yang telah dilaksanakan.
- Jika peserta didik tidak mempunyai masalah maka
pendidik meminta kepada salah seorang peserta
didik (ketua kelas) untuk memimpin doa sesudah
belajar
- Pendidik merapikan semua barang barangnya
kemudian mengucapkan salam dan bergegas
meninggalkan kelas.
2. Pertemuan kedua 3 Jam pelajaran (3 x 45 menit)
Pendahuluan (10 menit)
a. Setelah bel masuk berbunyi, pendidik bergegas
menuju ruang kelas

Telaah Kurikulum 333


b. Pendidik memasuki ruang kelas dan menuju meja
guru, kemudian menyimpan buku di atas meja
kemudian duduk.
c. Pendidik menyapa peserta didik dengan menanyakan
kabar peserta didik lalu memberikan salam
pembuka.
d. Pendidik mengabsen kehadiran peserta didik, dengan
hanya mengecek siswa yang tidak hadir pada saat
proses pembelajaranakan dimulai.
e. Pendidik berjalan ke depan peserta didik dibagian
tengah untuk menyampaikan tujuan pembelajaran
kepada peserta didik.
f. Pendidik meminta salah seorang peserta didik (ketua
kelas) untuk memimpin doa sebelum pelajaran
dimulai sesuai dengan tujuan yang telah
disampaikan, sehingga tujuan-tujuan dalam
pembelajaran dapat dicapai dengan baik
Apersepsi
Pendidik menanyakan mengenai alat – alat ukur
yang telah di dapatkan peserta didik di bangku SMP.
Motivasi
Pendidik memperlihatkan alat alat pengukuran
besaran seperti jangka sorong, micrometer sekrup,
neraca ohaus, dan thermometer.
Kegiatan Inti (115 menit)
Telaah Kurikulum 334
- Pendidik menjelaskan kepada peserta didik tentang
cara- cara penggunaan alat – alat pengukuran
besaran .
- Pendidik menjelaskan penentuan NST dari setiap
alat pengukuran besaran.
- Dibentuk sebuah kelompok yang simellereng,
dimana salah satu diantara anggota kelompok ada
yang mempunyai pengalaman atau memahami
penggunaan alat alat ukur. Kemudian setiap
kelompok diberikan jangka sorong serta balok kecil
dan silinder berongga.
- Peserta didik menentukan panjang, tinggi dan lebar
balok menggunakan jangka sorong yang telah
dibagikan kepada masing – masing kelompok, serta
menentukan diameter dalam dan diameter luar
silinder berongga.
- Pendidik meminta kepada peserta didik agar
menuliskan hasil pengukuran yang telah dilakukan
pada tabel hasil pengamatan
- Setelah pegukuran panjang, lebar dan tinggi balok,
pendidik kembali memberikan neraca ohauss kepada
masing masing kelompok.
- Peserta didik mengukur massa dari balok dan
silinder berongga yang telah diukur setiap sisinya

Telaah Kurikulum 335


serta diameter dalam dan diameter luarnya
menggunakan jangka sorong.
- Pendidik meminta peserta didik untuk menuliskan
hasil pengamatan yang diperoleh pada tabel hasil
pengamatan .
Penutup (10 menit)
- Pendidik memberi apresiasi kepada kelompok yang
kinerja sangan baik atau maksimal untuk setiap
kegiatan pembelajaran berupa nilai plus.
- Pendidik memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk bertanya mengenai kesulitan yang
dialami dalammelakukan pengukuran.
- Menyampaikan kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya dan
menginstruksikan peserta didik untuk menyiapkan
alat dan bahan yang dibutuhkan pada pertemuan
selanjutnya.
- Pendidik menanyakan kembali kepada peserta didik
mengenai pelajaran yang telah dilaksanakan.
- Jika peserta didik tidak mempunyai masalah maka
pendidik meminta kepada salah seorang peserta
didik (ketua kelas) untuk memimpin doa sesudah
belajar

Telaah Kurikulum 336


- Pendidik merapikan semua barang barangnya
kemudian mengucapkan salam dan bergegas
meninggalkan kelas.
3. Pertemuan ketiga 3 Jam pelajaran (3 x 45 menit)
Pendahuluan (10 menit)
a. Setelah bel masuk berbunyi, pendidik bergegas
menuju ruang kelas
b. Pendidik memasuki ruang kelas dan menuju meja
guru, kemudian menyimpan buku di atas meja
kemudian duduk.
c. Pendidik menyapa peserta didik dengan menanyakan
kabar peserta didik lalu memberikan salam
pembuka.
d. Pendidik mengabsen kehadiran peserta didik, dengan
hanya mengecek siswa yang tidak hadir pada saat
proses pembelajaranakan dimulai.
e. Pendidik berjalan ke depan peserta didik dibagian
tengah untuk menyampaikan tujuan pembelajaran
kepada peserta didik.
f. Pendidik meminta salah seorang peserta didik (ketua
kelas) untuk memimpin doa sebelum pelajaran
dimulai sesuai dengan tujuan yang telah
disampaikan, sehingga tujuan-tujuan dalam
pembelajaran dapat dicapai dengan baik
Apersepsi
Telaah Kurikulum 337
Pendidik menanyakan mengenai pengalaman
yang pernah dialami peserta didik dalam mengolah data
hasil pengukuran yang didapatkan peserta didik di
bangku SMP.
Motivasi
Pendidik memperlihatkan contoh analisis data
atau pengolahan data kepada peserta didik.
Kegiatan Inti (115 menit)
- Pendidik menjelaskan kepada peserta didik tentang
cara- cara menganalisis atau mengolah data hasil
yang telah diperoleh dari praktikum
- Dibentuk sebuah kelompok yang simellereng,
dimana salah satu diantara anggota kelompok ada
yang mempunyai pengalaman atau memahami
mengenai pengolahan data hasil pengukuran.
- Peserta didik mengolah data dari hasil pengukuran
panjang, lebar dan tinggi balok, sehinggga dapat
memperoleh volume balok, begitupun juga dengan
silinder berongga.
- Pendidik meminta kepada peserta didik untuk
menuliskan hasil analisis yang diperoleh dengan
menuliskannya sesuai dengan aturan angka penting
yang telah dipelajari pada pertemuan pertama.
- Setelah peserta didik selesai menganalisis atau
mengolah volume silinder berongga dan kubus,
Telaah Kurikulum 338
Pendidik meminta peserta didik untuk menentukan
massa jenis balok dan silinder berongga dengan
mengolah data hasil pengukuran massa silender
dengan balok pada pertemuan kedua dengan volume
bola dan balok yang dipeloh dari pengolahan data
pertama.
- Pendidik meminta peserta didik untuk menuliskan
hasil pengolahan data massa jenis balok dan silinder
berongga sesuai dengan aturan angka penting yang
telah dipelajari pada pertemuan satu.
Penutup (10 menit)
- Pendidik memberi apresiasi kepada kelompok yang
kinerja sangan baik atau maksimal untuk setiap
kegiatan pembelajaran berupa nilai plus.
- Pendidik memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk bertanya mengenai kesulitan yang
dialami dalammelakukan pengolahan data untuk
memperoleh volume dan massa jenis balok dan
silinder berongga.
- Menyampaikan kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya dan
menginstruksikan peserta didik untuk menyiapkan
alat dan bahan yang dibutuhkan pada pertemuan
selanjutnya.

Telaah Kurikulum 339


- Pendidik menanyakan kembali kepada peserta didik
mengenai pelajaran yang telah dilaksanakan.
- Jika peserta didik tidak mempunyai masalah maka
pendidik meminta kepada salah seorang peserta
didik (ketua kelas) untuk memimpin doa sesudah
belajar
- Pendidik merapikan semua barang barangnya
kemudian mengucapkan salam dan bergegas
meninggalkan kelas.
4. Pertemuan keempat 3 jam pelajaran (3 x 45 menit)
Pendahuluan (10 menit)
a. Setelah bel masuk berbunyi, pendidik bergegas menuju
ruang kelas
b. Pendidik memasuki ruang kelas dan menuju meja guru,
kemudian menyimpan buku di atas meja kemudian
duduk.
c. Pendidik menyapa peserta didik dengan menanyakan
kabar peserta didik lalu memberikan salam pembuka.
d. Pendidik mengabsen kehadiran peserta didik, dengan
hanya mengecek siswa yang tidak hadir pada saat proses
pembelajaranakan dimulai.
e. Pendidik berjalan ke depan peserta didik dibagian tengah
untuk menyampaikan tujuan pembelajaran kepada peserta
didik.

Telaah Kurikulum 340


f. Pendidik meminta salah seorang peserta didik (ketua
kelas) untuk memimpin doa sebelum pelajaran dimulai
sesuai dengan tujuan yang telah disampaikan, sehingga
tujuan-tujuan dalam pembelajaran dapat dicapai dengan
baik.
g. Pendidik memasang alat pendukung yang digunakan
dalam proses pembelajaran yaitu LCD
Apersepsi
Pendidik menanyakan kembali mengenai materi
yang pernah dipelajari mulai dari pertemuan pertama
sampai pertemuan ketiga, yaitu penggunaan angka
penting hingga pengolahan data hasil pengukuran.
Motivasi
Pendidik memberikan arahan pentingnya melatih
kepribadian peserta didik untuk bicara didepan umum
dan mengeluarkan pendapat – pendapat yang
dimilikinya.
Kegiatan Inti (115 menit)
- Pendidik membentuk sebuah kelompok yang
simellereng, dimana salah satu diantara anggota
kelompok ada yang mahir dalam berbicara.
- Peserta didik mempersentasikan mulai dari langkah
– langkah pengambilan data hingga pengolahan data
yang diperoleh.

Telaah Kurikulum 341


- Kelompok yang lain menanggapi presentasi hasil
pengukuran yang dilakukan oleh kelompok lain.
- Setiap kelompok diberikan waktu 15 menit
presentasi dan 10 menit sesi Tanya jawab, sehingga
satu kelompok memiliki waktu selama 25 menit.
- Setelah semua kelompok melakukan presentasi,
maka pendidik meminta kepada semua orang
membuat sebuah kesimpulan dalam selembaran
kertas mengenai praktikum dan hasil pengolahan
data yangb telah dilakukan oleh setiap kelompok.
Penutup (10 menit)
- Pendidik memberi apresiasi kepada kelompok yang
kinerja sangan baik atau maksimal untuk setiap
kegiatan pembelajaran berupa nilai plus.
- Pendidik menyampaikan kekurangan – kekurangan
peserta didik selama presentasi berlasung, sebagai
perbaikan agar kedepannya presentasi lebih baik.
- Menyampaikan kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya dan
menginstruksikan peserta didik untuk menyiapkan
alat dan bahan yang dibutuhkan pada pertemuan
selanjutnya.
- Pendidik menanyakan kembali kepada peserta didik
mengenai pelajaran yang telah dilaksanakan.

Telaah Kurikulum 342


- Jika peserta didik tidak mempunyai masalah maka
pendidik meminta kepada salah seorang peserta
didik (ketua kelas) untuk memimpin doa sesudah
belajar
- Pendidik merapikan semua barang barangnya
kemudian mengucapkan salam dan bergegas
meninggalkan kelas.

Telaah Kurikulum 343


KUNCI JAWABAN LKPD

LKPD 01
1. Aturan – aturan yang harus diperhatikan dalam penulisan
angka penting:
a. Semua angka bukan nol merupakan angka Penting
b. Semua angka nol yang posisinya di antara angka – angka
bukan nol adalah angka penting
c. Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol
yang terakhir dan dibelakang tanda decimal adalah
angka penting
d. Angka nol yang terletak di depan angka bukan nol yang
pertama adalah bukan angka penting
e. Angka nol yang terletak pada deretan akhir sebuah
bilangan yang besar atau sama dengan 10 termasuk
angka penting, kecuali jika angka sebelumny di beri
garis bawah. Maka angka penting berakhir pada angka
yang diberi garis bawah, dan angka selanjutnya bukan
angka penting.
2. Misalnya:
a. 123.459
b. 2.188
3. Aturan angka penting yang cocok yaitu aturan bagian b pada
jawaban nomor 1

Telaah Kurikulum 344


a. 4 angka penting
b. 5 angka penting
c. 8 angka penting
4. Aturan angka penting yang cocok yaitu aturan bagian c pada
jawaban nomor 1
a. 7 angka penting
b. 2 angka penting
5. Aturan angka penting yang cocok yaitu aturan bagian d pada
jawaban nomor 1
a. 3 angka penting
b. 1 angka penting
6. Aturan angka penting yang cocok yaitu aturan bagian d pada
jawaban nomor 1
a. 5 angka penting
b. 4 angka penting
c. 3 angka penting
LKPD (02) 1
1. Untuk panjang, lebar, dan tinggi balok tergantung dari balok
dan silinder berongga yang diukur oleh peserta didik , dan
disediakan oleh Lab, namun sebelumnya pendidik mengukur
panjang, lebar, tinggi balok dan diameter dalam luar silinder
berongga sebelum peserta didik mengukurnya.
LKPD (02) 2
1. Untuk massa silinder berongga dan balok sama halnya pada
LKPD (02) 1 dimana tergantung dari alat yang digunakan
Telaah Kurikulum 345
oleh setiap kelompok peserta didik atau alat yang disediakan
olah Lab
LKPD (03)
1. Untuk menentukan volume benda dari hasil pengukuran
yang telah dilakukan, maka dilakukan rambat ralat seperti
berikut ini:
1. terlebih dahulu analisis panjang lebar dan tinggi balok
yang diperoleh

...... mm

– .... mm

x 100% = x 100% = .... % (AP)

Begitupun juga untuk lebar, tinggi balok serta diameter


luar dan dalam silinder berongga
2. Sehingga memperoleh pengolahan data untuk Volume
P = ....mm
l = ....mm
t = ....mm
Telaah Kurikulum 346
= .... mm
= .... mm
= .....mm
V = (.... x ....x .....) mm3
V = ...... mm3

( AP)

2. Untuk menentukan massa jenis benda dari hasil pengukuran


yang telah dilakukan, maka dilakukan rambat ralat seperti
berikut ini:
1. Tentukan terlebih dahulu massa

...... gr

– .... gr

Telaah Kurikulum 347


x 100% = x 100% = ... % (AP)

2. Tentukan massa jenis dengan mengolah data antara massa


dengan volume benda yang diperoleh

Telaah Kurikulum 348


KUNCI JAWABAN EVALUASI

A. Pilihan Ganda
1. B 7. A
2. D 8. D
3. E 9. D
4. C 10. D
5. B 11. C
6. B 12. B
B. Esai
1.

.
2. kg = satuan besaran massa,
m = satuan besaran panjang
s = satuan besaran waktu.
Jadi Gaya diturunkan dari besaran massa, panjang dan
waktu
3. Panjang meja 1,5 meter

Telaah Kurikulum 349


Panjang = besaran
1,5 meter = nilai besaran
Meter = satuannya
4. Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari
besaran pokok, sedangkan besaran pokok yaitu besaran
yang satuannya telah ditentukan lebih dahulu berdasarkan
kesepakatan
5. Besaran pokok adalah massa, waktu, panjang dan kuat
arus, suhu besaran turunan adalah luas, volume dan
massa jenis, gaya, tekanan
6. Contoh satuan tidak baku : Panjang diukur dengan satuan
depa, hasta, jengkal
Contoh satuan baku : panjang diukur denngan satuan km,
m, cm
7. a. 1500 cm = 1.500 x 1/100 m = 15 m
b. 2.000 g = 2.000 x 1/1.000 kg = 2 kg

8. a. 1,5 jam = 1,5 x 60 meit = 90 menit


b. 30.000 cm3
9. 8,5 jam x 60 menit x 60 detik = 30.600 jam
10. Gaya adalah besaran dan newton adalah satuannya
besaran merupakan segala sesuatu yang diukur, satuan
yaitu pembanding dalam pengukuran.

Telaah Kurikulum 350


BUKU SISWA

1. Pengertian Pengukuran
Pengukuran adalah membandingkan suatu benda
dengan besaran lain yang sejenis yang dipergunakan sebagai
satuannya, alat pembanding itulah yang dinamakan dengan
alat ukur. Pengukuran supaya memiliki ketelitian
pengukuran dan ketepatan dalam pengukuran, harus
digunakan alat yang sudah diakui secara internasional juga
sudah ditera ketepatan (akurasi) serta ketelitian (presisi).
Misalnya bila kita akan mengukur panjang meja maka harus
digunakan mistar jangan menggunakan jari tangan apabila
akan mengukur suhu air harus menggunakan termometer
tidak boleh dengan ujung jari yang menunjukkan panas
dingin atau hangat.
Fisika merupakan ilmu yang mempelajari segala
sesuatu tentang gejala alam melalui pengamatan atau
observasi dan memperoleh kebenaran secara empiris melalui
panca indera. karena itu pengukuran merupakan bagian yang
sangat penting dalam proses membangun konsep-konsep
fisika. Pengukuran dilakukan langsung untuk mengetahui
kuantitas besaran-besaran fisika seperti yang sudah dibahas
dalam besaran dan pengukuran
Salah satu alat ukur yakni:

Telaah Kurikulum 351


Gambar 1. Jangka sorong
Pengukuran juga dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan sederhana dan penting dalam kehidupan kita, bukan
hanya dalam pelajaran fisika tapi dalam kehidupan sehari-
hari. Pengukuran sangat diperlukan oleh pedagang sayur
ketika akan menjual bawang harus menimbang bawang yang
akan dijualnya atau pedagang kain harus mengukur kain
yang akan dijualnya.
Demi ketelitian (presisi) dan ketepatan (akurasi)
maka diperlukan alat ukur yang sudah diakui secara
Internasional karena kalau pengukuran dengan
menggunakan anggota tubuh (kualitatif) misalnya jari seperti
contoh di atas tentu tidak akurat dan berubah-ubah.
Presisi adalah derajat kepastian hasil suatu
pengukuran sedangkan akurasi menunjukan seberapa tepat
hasil pengukuran mendekati nilai yang sebenarnya. Presisi
bergantung pada alat yang digunakan untuk melakukan
pengukuran. Umumnya semakin kecil pembagian skala

Telaah Kurikulum 352


suatu alat semakin teliti (pesisi) hasil pengukuran alat
tersebut.
Dari penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa pengukuran merupakan suatu proses ilmiah yang
dilakukan sehingga dapat memperoleh data berupa
kuantitatif dan kualitatif.
2. Besaran Fisika dan Satuan
a. Pengertian Besaran Fisika, Besaran Pokok,
dan Besaran Turunan
Di dalam pembahasan sehari-hari yang dimaksud
dengan berat badan adalah massa, sedangkan dalam
fisika pengertian berat dan massa berbeda. Berat badan
dapat di tentukan dengan menggunakan alat timbangan
berat badan. Misalnya, setelah ditimbang berat badan
sebesar 50 kg atau dalam fisika bermassa 50 kg. Tinggi
atau panjang dan massa adalah sesuatu yang dapat di
ukur dan dapat dinyatakan dengan angka dan satuan.
Panjang dan massa merupakan besaran fisika. Jadi,
besaran fisika adalah ukuran fisis suatu benda
yang dinyatakan secara kuantitas.
Selain besaran fisika juga terdapat besaran-
besaran yang bukan besaran fisika, misalnya perasaan
sedih, gembira, dan lelah. Karena perasaan tidak dapat
diukur dan tidak dapat dinyatakan dengan angka dan
satuan, maka perasaan bukan besaran fisika. Besaran
Telaah Kurikulum 353
fisika dikelompokkan menjadi dua, yaitu besaran
pokok dan besaran turunan. Besaran pokok adalah
besaran yang sudah ditetapkan terlebih dahulu. Adapun,
besaran turunan merupakan besaran yang dijabarkan dari
besaran-besaran pokok.
Sistem satuan besaran fisika pada prinsipnya
bersifat standar atau baku, yaitu bersifat tetap, berlaku
universal, dan mudah digunakan setiap saat dengan tepat.
Sistem satuan standar ditetapkan pada tahun 1960
melalui pertemuan para ilmuwan di Sevres, Paris. Sistem
satuan yang digunakan dalam dunia pendidikan dan
pengetahuan dinamakan sistem metrik, yang
dikelompokkan menjadi sistem metrik besar atau MKS
(Meter Kilogram Second) yang disebut sistem
internasional atau disingkat SI dan sistem metrik
kecil atau CGS (Centimeter Gram Second).
Besaran pokok dan besaran turunan beserta
dengan satuannya dapat dilihat dalam Tabel berikut:
Tabel 1. Satuan Besaran Pokok dalam Sistem Metrik
Tabel beberapa contoh pengukuran

Satuan
Besaran Satuan
N0 Singkatan Sistem Singkatan
Pokok SI/MKKS
CGS
1 Panjang meter m centimeter cm

Telaah Kurikulum 354


2 Massa kilogram kg gram g

3 Waktu detik s detik s

4 Suhu kelvin K Kelvin k

Kuat arus
5 ampere A stat ampere statA
listrik

Intensitas
6 candela Cd candela Cd
cahaya

7 Jumlah zat kilo mol kmol mol mol

Selain tujuh besaran pokok di atas, terdapat dua


besaran pokok tambahan, yaitu sudut bidang datar
dengan satuan radian (rad) dan sudut ruang dengan
satuan steradian (sr).
Tabel 2. Beberapa Besaran Turunan beserta Satuannya

Besaran Penjabaran dari Satuan dalam


N0
Turunan Besaran Pokok MKKS
1 Luas Panjang × Lebar m2
Panjang × Lebar ×
2 Volume m3
Tinggi
3 Massa Jenis Massa : Volume kg/m3
4 Kecepatan Perpindahan : Waktu m/s
5 Percepatan Kecepatan : Waktu m/s2
newton (N) =
6 Gaya Massa × Percepatan
kg.m/s2

Telaah Kurikulum 355


7 Usaha Gaya × Perpindahan joule (J) = kg.m2/s2
8 Daya Usaha : Waktu watt = kg.m2/s3
9 Tekanan Gaya : Luas pascal (Pa) = N/m2
10 Momentum Massa × Kecepatan kg.m/s
Satuan Sistem Internasional (SI) digunakan di
seluruh negara dan berguna untuk perkembangan ilmu
pengetahuan dan perdagangan antarnegara. Dapat
membayangkan betapa kacaunya perdagangan apabila
tidak ada satuan standar, misalnya satu kilogram dan satu
meter kubik.
b. Satuan Internasional untuk Panjang
Hasil pengukuran besaran panjang biasanya
dinyatakan dalam satuan meter, centimeter, milimeter,
atau kilometer. Satuan besaran panjang dalam SI adalah
meter. Pada mulanya satu meter ditetapkan sama dengan
panjang sepersepuluh juta (1/10000000) dari jarak kutub
utara ke khatulistiwa melalui Paris. Kemudian dibuatlah
batang meter standar dari campuran Platina-Iridium. Satu
meter didefinisikan sebagai jarak dua goresan pada
batang ketika bersuhu 0ºC. Meter standar ini disimpan di
International Bureau of Weights and Measure di Sevres,
dekat Paris.
Batang meter standar dapat berubah dan rusak
karena dipengaruhi suhu, serta menimbulkan kesulitan

Telaah Kurikulum 356


dalam menentukan ketelitian pengukuran. Oleh karena
itu, pada tahun 1960 definisi satu meter diubah. Satu
meter didefinisikan sebagai jarak 1650763,72 kali
panjang gelombang sinar jingga yang dipancarkan oleh
atom gas krypton-86 dalam ruang hampa pada suatu
lucutan listrik.
Pada tahun 1983, Konferensi Internasional
tentang timbangan dan ukuran memutuskan bahwa satu
meter merupakan jarak yang ditempuh cahaya pada
selang waktu 1/299792458 sekon. Kecepatan cahaya ini
digunakan karena nilainya dianggap selalu konstan.
c. Satuan Internasional untuk Massa
Besaran massa dalam SI dinyatakan dalam satuan
kilogram (kg). Pada mulanya para ahli mendefinisikan
satu kilogram sebagai massa sebuah silinder yang terbuat
dari bahan campuran Platina dan Iridium yang disimpan
di Sevres, dekat Paris. Untuk mendapatkan ketelitian
yang lebih baik, massa standar satu kilogram
didefinisikan sebagai massa satu liter air murni pada suhu
4ºC.
d. Satuan Internasional untuk Waktu
Besaran waktu dinyatakan dalam satuan detik
atau sekon dalam SI. Pada awalnya satuan waktu
dinyatakan atas dasar waktu rotasi bumi pada porosnya,
yaitu 1 hari. Satu detik didefinisikan sebagai 1/26400 kali
Telaah Kurikulum 357
satu hari rata-rata. Satu hari rata-rata sama dengan 24 jam
= 24 x 60 x 60 = 86400 detik. Karena satu hari matahari
tidak selalu tetap dari waktu ke waktu, maka pada tahun
1956 para ahli menetapkan definisi baru. Satu detik
adalah selang waktu yang diperlukan oleh atom cesium-
133 untuk melakukan getaran sebanyak 9192631770 kali.
2. Mengonversi Satuan Panjang, Massa, dan Waktu
Setiap besaran memiliki satuan yang sesuai.
Penggunaan satuan suatu besaran harus tepat, sebab
apabila tidak sesuai akan berkesan janggal. Misalnya
seseorang mengatakan tinggi badannya 150ºC, orang lain
yang mendengar mungkin akan tersenyum karena hal itu
salah. Demikian pula dengan pernyataan bahwa suhu
badan orang yang sehat biasanya 36 meter, terdengar
janggal.
Hasil suatu pengukuran belum tentu dinyatakan
dalam satuan yang sesuai dengan keinginan atau yang
perlukan. Contohnya panjang meja 1,5 m, sedangkan
memerlukan dalam satuan cm, satuan gram dinyatakan
dalam kilogram, dari satuan milisekon menjadi sekon.
Untuk mengonversi atau mengubah dari suatu satuan ke
satuan yang lainnya diperlukan tangga konversi. Gambar
di bawah menunjukkan tangga konversi panjang, massa,
dan waktu, beserta dengan langkah-langkah
penggunaannya.
Telaah Kurikulum 358
Gambar 2. Tangga konversi panjang, massa, dan waktu
3. Awalan Satuan dan Sistem Satuan di Luar Sistem
Metrik
Di samping satuan sistem metrik, juga dikenal
satuan lainnya yang sering dipakai dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya liter, inci, yard, feet, mil, ton, dan
ons. Satuan-satuan tersebut dapat dikonversi atau diubah
ke dalam satuan sistem metrik dengan patokan yang
ditentukan. Konversi besaran panjang menggunakan
acuan sebagai berikut:
f. 1 mil = 1760 yard (1 yard adalah jarak pundak
sampai ujung jari tangan orang dewasa).
g. 1 yard = 3 feet (1 feet adalah jarak tumit sampai
ujung jari kaki orang dewasa).
h. 1 feet = 12 inci (1 inci adalah lebar maksimal ibu jari
tangan orang dewasa).
i. 1 inci = 2,54 cm

Telaah Kurikulum 359


j. 1 cm = 0,01 m
Satuan mil, yard, feet, inci tersebut dinamakan
satuan sistem Inggris. Untuk besaran massa berlaku juga
sistem konversi dari satuan sehari-hari maupun sistem
Inggris ke dalam sistem SI. Contohnya sebagai berikut.
f. 1 ton = 1000 kg
g. 1 kuintal = 100 kg
h. 1 slug = 14,59 kg
i. 1 ons (oz) = 0,02835 kg
j. 1 pon (lb) = 0,4536 kg
Satuan waktu dalam kehidupan sehari-hari dapat
dikonversi ke dalam sistem SI yaitu detik atau sekon.
Contohnya sebagai berikut.
e. 1 tahun = 3,156 x 10pangkat 7 detik
f. 1 hari = 8,640 x 10 pangkat4 detik
g. 1 jam = 3600 deti
h. 1 menit = 60 detik
Di dalam sistem metrik juga dikenal sistem
awalan dari sistem MKS baik ke sistem makro maupun
ke sistem mikro. Perhatikan Tabel berikut ini.

Telaah Kurikulum 360


Tabel 3. Awalan Satuan Sistem Metrik Besaran Panjang

Penelitian jagad mikro dengan konversi sistem


mikro banyak berkembang dalam bidang teknolgi dewasa
ini, contohnya teknologi nano yang menyelidiki jagad
renik seperti sel, virus, bakteriofage, dan DNA. Adapun
penelitian jagad makro menggunakan konversi sistem
makro karena objek penelitiannya mencakup wilayah lain
dari jagad raya, yaitu objek alam semesta di luar bumi.
4. Mengonversi Satuan Besaran Turunan
Besaran turunan memiliki satuan yang dijabarkan
dari satuan besaran besaran pokok yang mendefinisikan
besaran turunan tersebut. Oleh karena itu, seringkali
dijumpai satuan besaran turunan dapat berkembang lebih

Telaah Kurikulum 361


dari satu macam karena penjabarannya dari definisi yang
berbeda. Sebagai contoh, satuan percepatan dapat ditulis
dengan m/s2 dapat juga ditulis dengan N/kg. Satuan
besaran turunan dapat juga dikonversi. Perhatikan
beberapa contoh di bawah ini.
i. 1 dyne = 10pangkat-5 newton
j. 1 erg = 10pangkat-7 joule
k. 1 kalori = 0,24 joule
l. 1 kWh = 3,6 x 10pangkat6 joule
m. 1 liter = 10pangkat-3 m3 = 1 dm3
n. 1 ml = 1 cm3 = 1 cc
o. 1 atm = 1,013 x 10pangkat5 pascal
p. 1 gauss = 10pangkat-4 tesla
5. Aturan Angka Penting dan Notasi Ilmiah
Angka penting adalah semua angka yang
diperoleh dari hasil pengukuran. Angka penting terdiri
dari atas angka pasti dan angka taksiran (angka yang
diragukan) sesuai dengan alat ukur yang digunakan.

Gambar 11. Pengukuran yang membutuhkan angka


taksiran
Telaah Kurikulum 362
Misalnya panjang benda yang diukur ditunjukan
seperti gambar 12. Pada gambar tersebut, tampak bahwa
ujung benda terletak diantara angka 11,44 cm dan 11,45
cm. Sehingga, kita akan menyatakan bahwa panjang
benda yang mendekati kebenaran adalah 15,45 cm. angka
terakhir, yakni angka 6 adalah angka perkiraan (taksiran),
karena angka ini tidak terbaca pada skala mistar.
6. Aturan angka penting
a. Semua angka bukan nol adalah angka penting.
Contoh: 836,5 gr memiliki empat angka penting.
b. Angka nol yang terletak di antara dua angka bukan
nol termasuk angka penting.
Contoh: 75,006 Kg memiliki lima angka penting
c. Untuk bilangan desimal yang lebih kecil dari satu,
maka angka nol setelah angka bukan nol termasuk
angka penting.
Contoh: 0,0060 m memiliki dua angka penting
d. Untuk bilangan desimal yang lebih kecil dari satu,
maka angka nol sebelum angka bukan nol tidak
termasuk angka penting.
Contoh: 0,006 m memiliki satu angka penting
e. Bilangan-bilangan puluhan, ratusan, ribuan dan
seterusnya yang memiliki angka nol harus ditulis
dalam notasi ilmiah. Angka-angka pada notasi
ilmiah merupakan angka penting.
Telaah Kurikulum 363
Contoh: 8900 gr ditulis menjadi 8,9 x 103 gr
memiliki dua angka penting
7. Aturan Pembulatan Angka
Ketika angka-angka ditiadakan dari suatu
bilangan, nilai dari angka terakhir yang dipertahankan
ditentukan dengan suatu proses yang disebut pembulatan
bilangan. Aturan pembulatan bilangan tersebut, antara
lain:
a. Angka-angka yang lebih kecil daripada 5
dibulatkan ke bawah
b. Angka-angka yang lebih besar daripada 5
dibulatkan ke atas
c. Angka 5 dibulatkan ke atas jika sebelum angka 5
adalah ganjil dan dibulatkan ke bawah jika angka
sebelum angka 5 adalah angka genap.
Operasi-operasi dalam angka penting
a. Operasi penjumlahan dan pengurangan
Dalam melakukan operasi penjumlahan
atau pengurangan, maka hasilnya hanya boleh
mengandung satu angka taksiran (angka terakhir
dari suatu bilangan penting).
Contoh 1:
35,572 2 angka taksiran
2,2626 + 8 angka taksiran
37,8346
Telaah Kurikulum 364
4 dan 6 merupakan angka taksiran,
sehingga hasil penjumlahan ditulis 37,835
disesuaikan dengan atuan pembulatan.
Contoh 2:
385,617 7 angka taksiran
13,2 – 2 angka taksiran
372,417
4 dan 7 merupakan angka taksiran,
sehingga hasil penjumlahan ditulis 372,42
disesuaikan dengan atuan pembulatan.
c. Operasi perkalian dan pembagian
Dalam operasi perkalian atau pembagian,
maka hasilnya hanya boleh memiliki angka penting
sebanyak bilangan yang jumlah angka pentingnya
paling sedikit.
Contoh 1:
34,231 mengandung lima angka penting
0,250 x mengandung tiga angka penting
8,557750
Penulisan hasil perkalian hanya boleh
mengandung tiga angka penting, sehingga hasil
perkalian 8,557750 ditulis 8,56 (tiga angka
penting).
Contoh 2:
46,532 mengandung 5 angka penting
Telaah Kurikulum 365
200 : mengandung 1 angka penting
0,2326
Hasil pembagian hanya boleh mengandung
satu angka penting, sehingga hasil perkalian
0,2326 ditulis 0,2
Notasi Ilmiah adalah cara untuk menuliskan
sebuah bilangan dalam bentuk pangkat dari sepuluh.
Dengan kata lain, bilangan dituliskan dalam bentuk
a × 10n
dimana a adalah sebuah bilangan riil yang
memenuhi syarat 1 ≤ |a| < 10 dan n adalah sebuah
bilangan bulat. a disebut sebagai signifikan dan n disebut
sebagai eksponen.
Notasi Ilmiah atau bentuk baku ini digunakan
untuk menuliskan bilangan yang sangat besar. atau
bilangan yang sangat dekat dengan nol. Tepatnya yaitu
diantara 0 dan 1 atau diantara 0 dan –1. Tujuannya yaitu
agar penulisan angka tersebut lebih ringkas. Bagaimana
kita mau menuliskan angka yang sangat panjang.
misalnya 1230000000000 dan 0.0000000827.
Perhatikan bahwa nilai absolut dari a harus paling
kecil adalah 1 dan kurang dari 10, sehingga 0,34 × 102
dan -11,23 × 104 bukan merupakan notasi ilmiah.
Contoh penulisan bilangan dengan notasi ilmiah
i. 1234 dituliskan sebagai 1,234 × 103

Telaah Kurikulum 366


j. -0,000023 dituliskan sebagai -2,3 × 10-5
k. 50000000 dituliskan sebagai 5 × 107
10
l. 87120000000 dituliskan sebagai 8,712 x 10 .
16
m. 90000000000000000 dituliskan sebagai 9 x 10 .
14
n. 453000000000000 dituliskan sebagai 4,53 x 10 .
14
o. 536500000000000 dituliskan sebagai 5,365 x 10 .
13
p. 10230000000000 dituliskan sebagai 1,023 x 10 .
Jika bilangan tersebut sangat kecil (diantara
0 dan 1 atau diantara -1 dan 0), maka yang harus
lakukan adalah menggeser tanda koma ke kanan sampai
pada bilangan bukan nol yang terdekat. Banyaknya
pergeseran adalah sama dengan n dikalikan dengan
negativ 1. Langsung saja perhatikan contoh berikut ini :
0,0000025 dituliskan sebagai a x 10n
Pertama, menggeser tanda koma tersebut kea rah
kanan sampai bertemu dengan angka tak nol yang
terdekat.
h. 0,0000025 (angka semula)
i. 00,000025 (pergeseran pertama)
j. 000,00025 (pergeseran kedua)
k. 0000,0025 (pergeseran ketiga)
l. 00000,025 (pergeseran keempat)
m. 000000,25 (pergeseran kelima)
n. 0000002,5 (pergeseran keenam)

Telaah Kurikulum 367


Sehingga didapatkan n = -6. Dan a = 2,5. Dalam
bentuk baku dapat dituliskan 2,5 x 10-6.
Contoh yang lain :
e. 0,0301 dituliskan sebagai 3,01 x 10-2
f. 0,000000102 dituliskan sebagai 1,02 x 10-7
g. 0,009279 dituliskan sebagai 9,279x 10-3
h. 0,0000000000012 dituliskan sebagai 1,2 x 10-12
Notasi pangkat ini biasanya digunakan untuk
mengukur jarak-jarak pada ruang angkasa yang jaraknya
sangat jauh. Atau juga digunakan dalam sebuah ukuran
mikroba yang sangat kecil.
8. Ketepatan dan Ketelitian
Di dalam pengukuran umumnya dibutuhkan suatu
instrumen dan diperlukan:
a. Untuk menentukan suatu besaran (kuantitas) atau
variabel.
b. Membantu peningkatan ketErampilan manusia dan
dalam banyak hal memungkinkan seseorang untuk
menentukan nilai dari suatu besaran yang tidak
diketahui, karena tanpa bantuan instrumen manusia
tidak dapat menentukannya.
Untuk menggunakan instrumen–instrumen secara
cermat:
a. Diperlukan pemahaman untuk memahami prinsip-
prinsip kerjanya.
Telaah Kurikulum 368
b. Mampu memperkirakan apakah instrumen tersebut
sesuai untuk pemakaian yang sudah ditentukan
Istilah-Istilah Yang Digunakan Dalam
Pengukuran
a. Instrumen: sebuah alat untuk menentukan nilai atau
kebesa- ran suatu kuantitas atau variabel.
b. Ketelitian/accuracy: harga terdekat dengan mana
suatu pembacaan instrumen mendekati sebenarnya
dari variabel yang diukur.
c. Ketepatan/precision: suatu ukuran kemampuan
untuk mendapatkan hasil pengukuran yang sama.
Dengan memberikan suatu presisi merupa- kan suatu
ukuran tingkatan yang menunjukkan perbedaan hasil
pengukuran pada pengukuran-pengukuran yang
dilakukan secara berurutan harga tertentu untuk
sebuah variabel.
d. Sensitivitas/sensitivity: perbandingan antara sinyal
keluaran atau respons instrumen terhadap perubahan
masukan atau varia-bel yang diukur.
Sensitivitas/kepekaan merupakan rasio atau
perbandingan antara keluaran dan masukan.
e. Resolusi/resolution: perubahan terkecil dalam nilai
yang diukur kepada mana instrumen akan memberi
respons.

Telaah Kurikulum 369


f. Kesalahan/error: penyimpangan variabel yang
diukur dari harga/nilai yang sebenarnya
Untuk mengukur suatu besaran fisika, Anda dapat
menggunakan satu instrumen atau lebih. Dalam
menggunakan instrumen, Anda harus dapat memilih dan
merangkai alat ukur atau instrumen tersebut dengan
benar. Selain itu, Anda juga dituntut untuk dapat
membaca nilai atau skala yang ditunjukkan oleh
instrumen dengan benar. Dengan memilih alat yang
sesuai, merangkai alat dengan benar dan cara membaca
skala dengan benar, Anda dapat meminimalkan
kesalahan dalam pengukuran.

Telaah Kurikulum 370


LEMBAR EVALUASI
PENGUKURAN DAN BESARAN

1. Perhatikan gambar di bawah ini!

Berdasarkan gambar tersebut, Volume batu yang dicelupkan


kedalam tabung adalah.....
a. 40 ml
b. 30 ml
c. 20 ml
d. 10 ml
e. 5 ml
2. Sebuah pipa berbentuk silinder berongga dengan diameter
dalam 1,6 mm dan diameter luar 2,1 mm. Alat yang tepat
untuk mengukur diameter dalam pipa tersebut adalah....
a. Mistar
b. Altimeter
c. Micrometer
d. Jangka Sorong
e. Amperemeter
3. Hasil pengukuran panjang dan lebar suatu bidang persegi
panjang masing – masing 12,73 cm dan 6,5 cm. Menurut
aturan penulisan angka penting, Luas bidang tersebut
adalah.....
a. 82,74 cm2
b. 82,745 cm2
c. 82,75 cm2

Telaah Kurikulum 371


d. 82,8 cm2
e. 83 cm2
4. Luas bujur sangkar adalah 26,5 cm2, maka panjang salah satu
sisinya adalah
a. 5,1478 cm
b. 5,148 cm
c. 5,15 cm
d. 5,2 cm
e. 5,1 cm
5. Seorang peserta didik mengukur diameter sebuah lingkaran
hasilnya adalah 8,50 cm. Keliling lingkarannya dituliskan
menurut aturan angka penting adalah ...... (п = 3,14).
a. 267 cm
b. 26,7 cm
c. 2, 67 cm
d. 0,267 cm
e. 0,0267 cm
6. Perhatikan gambar berikut!

Gambar tersebut menunjukkan hasil pengukuran diameter


tabung menggunakan jangka sorong. Berdasarkan gambar
tersebut hasil yang benar adalah.....

a. 5,70 cm
b. 5,75 cm
c. 5,76 cm
d. 5,86 cm

Telaah Kurikulum 372


e. 6,30 cm

7. Sebuah balok diukur ketebalannya dengan jangka sorong.


Skala yang ditunjukkan dari hasil pengukuran tampak pada
gambar. Besarnya hasil pengukuran adalah....

a. 3,19 cm
b. 3,14 cm
c. 3,10 cm
d. 3,04 cm
e. 3,00 cm
8. Gambar berikut menampilkan hasil pengukuran micrometer
terhadap sebuah diameter bola logam kecil, maka nilai yang
ditunjukkan adalah :

a. 8,12 mm
b. 8,50 mm
c. 8,52 mm
d. 8,62 mm
e. 8,52 mm
9 . Satuan dari beberapa besaran-besaran dibawah ini yang benar
adalah...
a. Massa satuannya Newton
b. Berat satuanna Kilogram

Telaah Kurikulum 373


c. Massa jenis satuannya Newton/m2
d. Tekanan satuannya Paskal
10 . Dimensi ML-1T-2 menyatakan dimensi....
a. Gaya
b. Energi
c. Daya
d. Tekanan
e. Volume
11. Rumus dimensi Momentum adalah.....
a. MLT3
b. ML-1T-2
c. MLT-1
d. ML-2T-2
e. Ml-1T
12. Sebuah benda ketebalannya diukur dengan micrometer sekrup
seperti pada gambar. Hasil pengukuran ketebalan benda
adalah

a. 2,97 mm
b. 2,47 mm
c. 2,03 mm
d. 1,97 mm
e. 1,47 mm

Soal Essay Besaran dan Satuan


1. Sebutkan 7 contoh besaran pokok dan satuanya!
2. Apabila diketahui satuan gaya sebesar Kg m/s2, maka gaya ini
diturunkan dari besaran ...

Telaah Kurikulum 374


3. Hasil pengukuran panjang meja yaitu 1,5 meter. Tentukan
mana yang dinamakan dengan besaran, nilai besaran dan
satuanya!
4. Jelaskan perbedaan besaran Pokok dan turunan!
5. Perhatikan data berikut ini! Massa, volume, waktu, massa
jenis luas, tekanan, panjang kuat arus, suhu, gaya.
Berdasarkan data tersebut, kelompokkan yang termasuk
besaran pokok dan besaran turunan
6. Sebutkan contoh satuan tidak baku dan satuan baku untuk
besaran panjang?
7. Konversikan satuan berikut ini!
a. 1.500 cm = ... m
b. 2000 gram =........kg
8. Konversikan satuan di bawah ini!
a. 1,5 jam = ... menit
b. 30 l = ....... cm3
9. Mudawam bekerja dalam sehari 8, 5 jam, apabila diubah
dalam secon maka Mudawam bekerja selama!
10. Putri memberikan gaya pada meja 20 N. Berdasarkan kasus
tersebut, jelaskan mana yang merupakan besaran dan satuan!

Telaah Kurikulum 375


LEMBAR PENILAIAN

A. Penilaian
1. Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen
Teknik Bentuk Instrumen
Pengamatan Sikap Lembar Pengamatan Sikap dan
Rubrik
Tes Tertulis Pilihan Ganda dan Uraian
Tes Eksperimen Uji Praktikum Kerja dan Rubrik
Laporan Percobaan Panduan Penyusunan Portofolio
Keterampilan Berdiskusi
2. Instrumen Penilaian
a. Lembar pengamatan sikap
N Aspek yang dinilai 5 4 3 2 1 Keterangan
o.
1 Menghayati dan
mengamalkan serta
mensyukuri
anugerah yang
telah diberikan oleh
Allah Swt sehingga
mampu belajar
dengan giat
2 Menumbuhkan rasa
ingin tahu yang
sangat tinggi pada
suatu materi
3 Menunjukkan
keseriusan,

Telaah Kurikulum 376


ketekunan, dan rasa
tanggung jawab
dalam belajar
maupun individu
atau kelompok
4 Menumbuhkan
sikap saling
menghargai satu
sama lain terutama
saat diskusi
Rubrik pengamatan sikap

a. 5 = Siswa selalu konsisten memperlihatkan perilaku


yang ada pada indikstor
b. 4 = siswa konsisten memperlihatkan perilaku yang ada
pada indicator
c. 3 = siswa mulai konsisten memperlihatkan perilaku
yang ada pada indicator
d. 2 = siswa kurang konsisten memperlihatkan perilaku
yang ada pada indikator.
e. 1 = siswa sangat kurang memperlihatkan perilaku
yang ada pada indikator.
b. Penilaian pemahaman konsep
Soal uraian pada RPP
Rubrik penilaian tes uraian
1. Penilaian pemahaman konsep
a. Jumlah soal : 6 butir soal

Telaah Kurikulum 377


b. Bobot soal : lihat tabel
c. Skor ideal : 100
No. Skor
Hasil Pengerjaan Soal Skor
soal Maksimal
a. Mengerjakan aturan aturan
penulisan angka penting 25
secara lengkap dengan
benar
b. Mengerjakan aturan aturan
1. penulisan angka penting 15 25
sebagian namun mendekati
c. Mengerjakan aturan aturan
penulisan angka penting 5
namun salah
d. Tidak memberikan jawaban 0
a. Menyebutkan aturan yang
sesuai, dan menuliskan
contoh data yang sesuai 15
angka penting yang diminta
dengan benar
b. Menyebutkan sebagian
aturan yang sesuai, dan
menuliskan contoh data 10
2. 15
yang sesuai angka penting
yang diminta benar
c. Menyerbutkan aturan yang
sesuai, dan menuliskan
contoh data yang sesuai 2
angka penting yang diminta
salah
d. Tidak menjawab 0

Telaah Kurikulum 378


a. Menyebutkan aturan yang
sesuai, dan menuliskan
contoh data yang sesuai 15
angka penting yang diminta
dengan benar
b. Menyebutkan sebagian
aturan yang sesuai, dan
menuliskan contoh data 10
3. 15
yang sesuai angka penting
yang diminta benar
c. Menyerbutkan aturan yang
sesuai, dan menuliskan
contoh data yang sesuai 2
angka penting yang diminta
salah
d. Tidak memberikan jawaban 0
a. Menyebutkan aturan yang
sesuai, dan menuliskan
contoh data yang sesuai 15
angka penting yang diminta
dengan bena
b. Menyebutkan sebagian
aturan yang sesuai, dan
menuliskan contoh data 10
4. 15
yang sesuai angka penting
yang diminta benar
c. Menyerbutkan aturan yang
sesuai, dan menuliskan
contoh data yang sesuai 2
angka penting yang diminta
salah
d. Tidak memberikan jawaban 0
Telaah Kurikulum 379
a. Menyebutkan aturan yang
sesuai, dan menuliskan
contoh data yang sesuai 15
angka penting yang diminta
dengan benar
b. Menyebutkan sebagian
aturan yang sesuai, dan
menuliskan contoh data 10
5. yang sesuai angka penting 15
yang diminta benar
c. Menyerbutkan aturan yang
sesuai, dan menuliskan
contoh data yang sesuai
2
angka penting yang diminta
salah Mengerjakan soal dan
b namun jawabannya salah
d. Tidak memberikan jawaban 0
a. Menyebutkan aturan yang
sesuai, dan menuliskan
contoh data yang sesuai 15
angka penting yang diminta
dengan benar
b. Menyebutkan sebagian
aturan yang sesuai, dan
6. menuliskan contoh data 10
yang sesuai angka penting
yang diminta benar
c. Menyerbutkan aturan yang
sesuai, dan menuliskan
contoh data yang sesuai 2
angka penting yang diminta
salah Mengerjakan soal dan

Telaah Kurikulum 380


b namun jawabannya salah
e. Tidak memberikan jawaban 0
Jumlah skor total uraian 100

Nilai akhir = Total skor akhir

c. Penilaian Unjuk Kerja


- Pengukuran besaran menggunakan Jangka sorong
dan Neraca Ohaus
Skor criteria/Aspek
Total
Kelompok Perencanaan Proses Laporan
Skor
bahan/alat praktikum praktikum
1
2
3
4
5

Rubrik Pengamatan
No Aspek yang
Rubrik
dinilai
1. Perencanaan 3: menunjukkan esiapan bahan
bahan/alat dan alat praktikum serta
kesiapan memulai praktikum
2: menunjukkan kesiapan bahan
dan alat praktikum namun

Telaah Kurikulum 381


tidak menunjukkan kesiapan
memulai praktikum
1:menunjukkan ketidaksiapan
bahan dan alat yang akan
digunakan dan ketidaksiapan
memulai praktikum
2. Proses praktikum 3:menunjukkan sikap antusias
dan mampu bekerja sama
dengan teman sekelompok
selama praktikum
2:menunjukkan sikap antusias
tetapi tidak memiliki gairah
bekerja sama dengan teman
kelompok
1: tidak menunjukkan sikap
antusias dan tidak mampu
bekerja sama dengan
kelompok
3. Laporan 3: bersungguh - sungguh dalam
praktikum menyelesaikan tugas yang
hasil terbaik, dan berupaya
selesai tepat pada waktunya
2: berupaya menyelesaikan tugas
tepat pada waktunya namun

Telaah Kurikulum 382


bukan hasil terbaiknya
1: tidak bersungguh-sungguh
dalam menyelesaikan tugas
dengan baik dan tidak
berupaya tepat waktu.

e. Penilaian Diskusi dan presentasi


Skor criteria/Aspek
Kemampuan Total
Nama Kelengkapan Kemampuan
menjawab Skor
materi presentasi
pertanyaan
1
2
3
4
5

Rubrik Penilaian
No Aspek yang
Rubrik
dinilai
1. Kelengkapan 3 :Materi yang disajika pada
materi power point lengkap dan tepat
2 :Materi yang disajikan tidak
lengkap namun sesuai
1 : Materi yang ditampilkan tidak
lengkap dan tidak sesuai

Telaah Kurikulum 383


2. Kemampuan 3:Mengusai materi dan
presentasi menyampaikannya dengan
baik
2 :Menguasai materi tetapi tidak
bisa menyampaikannya
dengan benar
1: Tidak menguasai materi dan
tidak dapat menyampaikannya
dengan benar
3. Kemampuan 3: Menjawab pertanyaan dengan
menjawab benar dan sesui dengan
pertanyaan pertanyaan yang diajukan
2: Menjawab pertanyaan dengan
sesuai namun tidak lengkap
1: tidak mampu menjawab
pertanyaan dengan benar dan
tepat.

f. Penilaian portofolio
Macam Portofolio
Jumlah skor
praktikum

kelompok
rangkuma

N
Nilai
makalah
Laporan

Laporan

KI/KD/PI Waktu
Kulitas

o
n

Telaah Kurikulum 384


Catatan:
1. PI : Penvapaian Indikator
2. Untuk setiap karya peserta didik dikumpulkan dalam
satu file sebagai bukti pekerjaan yang masuk dalam
portofolio.
3. Skor menggunakan rentang antara 0 – 10 atau 10 –
100
4. Penilaian portofolio dilakukan dengan sistem
pembobotan sesaui tingkat kesulitan dalam
pembuatannya.

Telaah Kurikulum 385


DAFTAR PUSTAKA
Abbas, I. (2014). Etnopedagogik Etnik Bugis Makasar; Studi
Penelusuran Nilai-Nilai Pedagogik pada Naskah
Lontaraq sebagai Pengembangan Bahan Ajar
Pendidikan IPS di Sekolah. Disertasi Doktor
Sekolah Pascasarjana Program Pendidikan IPS
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak
dipublikasikan.
Alwasilah, A. C., et.al. (2009). Etnopedagogi: Landasan
Praktik Pendidikan dan Pendidikan Guru. Bandung:
Kiblat Buku Utama.
Ary H. Gunawan. 2000. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Giantcoli, Dounglas C. (2001). Fisika Edisi kelima jilid 1.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
http://chaidirsyamsul.blogspot.co.id/2016/12/kearifan-lokal-
suku-bugis-di-sulawesi.html diakses pada tanggal 23
Agustus 2017.
https://alljabbar.wordpress.com/2008/03/05/besaran-dan-
satuan/ Diakses paada tanggal 27 Agustus 2017.
https://id.wikipedia.org/wiki/Massa Diakses pada tanggal 30
Agustus 2017.
https://www.scribd.com/doc/12765583/Sejarah-Fisika-Suhu-
Dan-Kalor Diakses pada tanggal 30 Agustus 2017.

Telaah Kurikulum 386


https://id.wikipedia.org/wiki/Arus_listrik Diakses pada
tanggal 30 Agustus 2017
http://www.dosenpendidikan.com/dimensi-besaran-
pengertian-fungsi-rumus-contoh/ Diakses pada
tanggal 3 september 2017
http://chiechiesaskya.blogspot.co.id/p/sejarah-satuan-besaran-
pokok.html Diakses pada tanggal 9 september 2017
http://solusipengukurandigital.tumblr.com/post/131665662329
/macam-macam-alat-ukur-cahaya-berserta Diakses
paada tanggal 11 september 2017
http://sicphisic.blogspot.co.id/2012/12/ketelitian-pengukuran-
dan-ketepatan.html Diakses pada tanggal 11
september 2017
https://nezfine.wordpress.com/2010/05/05/pengertian-
spiritual/ Diakses pada tanggal 24 september 2017
http://www.rodajaman.net/2013/03/pengertian-kompetensi-
inti-dan.html diakses pada tanggal 26 september
2017
http://www.infolaborat.com/2017/09/cara-menggunkan-
termometer-alkohol.html diakses pada tanggal 28
oktober 2017
https://brainly.co.id/tugas/6423304 Diakses pada tanggal 28
Oktober 2017

Telaah Kurikulum 387


https://www.scribd.com/doc/180670427/Pengertian-Strategi-
Pembelajaran-Menurut-Para-Ahli-doc Diakses pada
tanggal 22 November 2017
Https://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/metode-
pembelajaran-discovery-penemuan/ Diakses pada
tanggal 22 november 2017
http://www.mubarak.link/2016/05/kegiatan-kelas-sebagai-
sistem-sosial.html Diakses pada tanggal 7 desember
2017
http://www.nomifrod.com/2016/12/penjelasan-tentang-4-
teknik-penilaian-keterampilan.html Diakses pada
tanggal 9 Desember 2017
Oemar Hamalik. 1992. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung:
PT. Sinar Baru.
Rahmawati. (2015). “Integrasi Nilai Buadaya Siri’dan
Passe/Pacce Masyarakat Bugis-Makassar dalam
pembelajaran IPA”. Jurnal Pendidikan Nusantara
Indonesia.
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru. Bandung:
Rajawali Pers.
Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk
Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi
Aksara.

Telaah Kurikulum 388


Subagya, Hari, Dkk.(2012) “Buku Guru Fisika SMA/MA
Kelas X”. Jakarta: Bumi Aksara.
Suharsimi Arikunto. 1998. Pengelolaan Kelas dan Siswa:
Sebuah Pendekatan Evaluatif. Jakarta: PT. Rineka
Cipta./
Syaiful Bahri dan Aswan Zain Djamarah. 2002. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Syarifudin, Dkk. 2011. “Buku Super SMA Jilid dua”.
Tanggeran Selatan: Scientific Press.

Telaah Kurikulum 389


Nur Insana lahir di Gattareng
kabupaten soppeng pada tanggal 20 juli
1997, dari pasangan ayahanda Nure dan
ibunda Ida. Penulis pertama kali
menempuh pendidikan di SDN 146
Gattareng pada tahun 2003 dan selesai
pada tahun 2009. pada tahun yang sama, melanjutkan
pendidikan di SMP Negeri 3 marioruwawo selesai pada
tahun 2012. Penulis kembali melanjutkan pendidikan di
Madrasa Aliyah Negeri 1 Watansoppeng selesai pada tahun
2015. Pada tahun 2015 pula penulis terdaftar sebagai
mahasiswa jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri
Makassar program Strata satu (S1).

Telaah Kurikulum 390


Telaah Kurikulum 391
Telaah Kurikulum 392

Anda mungkin juga menyukai