Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Setiap agama mempunyai karakteristik ajaran yang membedakan dari agama-
agama lain. Agama yang didakwahkan secara sungguh-sungguh diharapkan dapat
menyelematkan dunia yang terpecah-pecah dalam berbagai bagian-bagian.
Perpecahan saling mengintai dan berbagai krisis yang belum diketahui
bagaimana cara mengatasinya.

Tidak mudah membahas karakteristik ajaran Islam, karena ruang lingkupnya


sangat luas, mencakup berbagai aspek kehidupan umat Islam. Untuk mengkaji
secara rinci semua karakteristik ajaran Islam perlu di telusuri, mulai dari risalah
Allah terakhir dan menjadi agama yang diridloi Allah, untuk dunia dan seluruh
umat manusia sampai datangnya hari kiamat.

Karakteristik yang dimiliki Islam, yakni karakteristik ilmu dan kebudayaan,


pendidikan, sosial, ekonomi, kesehatan, politik, pekerjaan, dan disiplin ilmu.
Karakteristik ajaran islam adalah suatu karakter yang harus dimiliki oleh umat
muslim dengan bersandarkan Al-Qur'an dan Hadist dalam berbagai bidang
ilmu,kebudayaan, pendidikan.sosial, ekonomi, kesehatan, politik, pekerjaan,
disiplin ilmu,dan berbagai macam ilmu khusus. Karakteristik ini banyak terdapat
di dalam sumber-sumber ajaran Al-Quran dan Al-Hadits. Maka dari itu kedua
sumber ini telah menjadi pedoman hidup bagi setiap umat Islam sekaligus
menjadi sumber dari pembuatan makalah ini.

Karakter studi islam muncul bersamaan dengan adanya agama islam. Karakter
studi islam dalam pengertian ini adalah studi islam secara praktek. Tetapi
Karakter studi islam sebagai sebuah ilmu yang tersusun secara sistematis, ilmiah
dan dibangun sebagai sebuah ilmu yang mandiri yang baru muncul dalam
beberapa dekade belakangan ini. Berdasarkan paparan diatas jelas dapat kita
pahami bahwa mempelajari karakter studi islam sangat dianjurkan bagi umat

1
manusia, sehingga kita dapat mempraktekkan pelajaran karakter studi islam
dalam kehidupan sehari-hari.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Ajaran Islam


Istilah “karakteristik ajaran Islam” terdiri dari dua kata : karakteristik dan ajaran
islam. Kata karakteristik dalam kamus besar bahasa Indonesia, diartikan sebagai
sesuatu yang mempunyai karakter atau sifatnya khas. Dan kata Islam menurut
bahasa berasal dari bahasa arab, yaitu dari kata salima yang mengandung arti
selamat, sentosa, dan damai. Salima diubah menjadi bentuk aslama yang berarti
berserah diri masuk kedalam kedamaian. Ensiklopedi Islam Indonesia
mendefinisikan bahwa Islam adalah agama tauhid yang ditegakkan oleh nabi
Muhammad SAW, selama 23 tahun di Mekah dan Madinah yang inti sari Islam
berserah diri atau taat sepenuh hati pada kehendak Allah SWT, demi tercapainya
kepribadian yang bersih, hubungan yang harmonis, dan damai sesama manusia
serta sejahtera dunia dan akhirat. Islam memiliki karakteristik yang khas, yang
berbeda dari ajaran-ajaran agama lainnya.

Dan kata Islam menurut bahasa berasal dari bahasa arab, yaitu dari kata salima
yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Salima diubah menjadi
bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk kedalam kedamaian. Ensiklopedi
Islam Indonesia mendefinisikan bahwa Islam adalah agama tauhid yang
ditegakkan oleh nabi Muhammad SAW, selama 23 tahun di Mekah dan Madinah
yang inti sari Islam berserah diri atau taat sepenuh hati pada kehendak Allah
SWT, demi tercapainya kepribadian yang bersih, hubungan yang harmonis, dan
damai sesama manusia serta sejahtera dunia dan akhirat. Ajaran Islam
mengandung berbagai arti pula, yaitu sebagai berikut:

1) Menurut dan menyerahkan


Orang yang memeluk Islam adalah orang yang menyerahkan diri kepada
Allah SWT, dan menurut segala yang telah ditentukan–Nya.
2) Sejahtera, tidak tercela, tidak cacat, selamat, tenteram dan bahagia.

3
Ini berarti setiap muslim adalah orang sejahtera, tentram, selamat dan
bahagia, baik di dunia maupun di akhirat dengan tuntunan ajaran Rabbul’
Alamin. Ajaran yang bersumber dari Allah SWT, bukan dari manusia.
Sedangkan nabi Muhammad SAW, tidak membuat agama ini tetapi beliau
hanya menyampaikannya. Allah berfirman dalam surat An-Najm 3-4َ: “Dan
tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya itu tiada
lain hanyalah wahyu yang diwahyukan.
3) Mengaku, menyerahkan dan menyelamatkan
Ini berarti bahwa orang yang memeluk Islam itu adalah orang yang mengaku
dengan sadar adanya Allah SWT, kemudian ia menyerahkan diri pada
kekuasaan-Nya dengan menurut segala titah dan firman–Nyasehingga ia
selamat di dunia dan akherat.
4) Damai dan sejahtera Artinya bahwa islam adalah agama yang membawa
kepada kedamaian dan perdamaian. Orang yang memeluk islam adalah
orang yang menganut ajaran perdamaian dalam segala tingkah laku dan
perbuatan. Islam mengajarkan persamaan, persaudaraan sesama muslim.
Islam anti terhadap yang bersifat perbedaan daerah dan tingkat sosial. Allah
SWT berfirman: ‫اانن اَتكَر َماَ ككتمُ اعتنَد ااا اَتتَقاَ ككمُت‬Artinya; “Sesungguhnya orang-orang
yang paling mulia pada sisi Allah diantara kamu adalah yang paling taqwa
diantaramu. Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
karakteristik ajaran Islam adalah suatu karakter yang harus dimiliki oleh
setiap umat muslim dengan berpedoman kepada Al-qur’an dan hadits dalam
berbagai ilmu dan kebudayaan, pendidikan, sosial, ekonomi, kesehatan,
politik, pekerjaan, dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
yang memiliki ciri-ciri khas tersebut. Secara sederhana karakteristik ajaran
islam dapat diartikan menjadi suatu ciri yang khas atau khusus yang
mempelajari tentang ilmu pengetahuan dan kehidupan mnusia dalam
berbagai bidang agama, muamalah (kemanusian), yang didalamnya termasuk
ekonomi, sosial, politik, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, lingkungan
hidup, dan disiplin ilmu.

4
2.1.1 Ruang Lingkup Karakteristik Islam
Selama ini kita sudah mengenal Islam, tetapi Islam dalam potret yang
bagaimanakah yang kita kenal itu, tampaknya masih merupakan suatu
persoalan yang perlu didiskusikan lebih lanjut. Misalnya mengenal Islam
dalam potret yang ditampilkan Iqbal dengan nuansa filosofis dan
sufistiknya. Islam yang ditampilkan Fazlur Rahman bernuansa historis
dan filosofis. Demikian juga, Islam yang ditampilkan pemikir-pemikir
dari Iran seperti Ali Syari’ati, Sayyed Hussein Nasr, Murthada
Munthahhari.
Pemikiran para ilmuan Muslim dengan mempergunakan berbagai
pendekatan tersebut di atas kiranya dapat digunakan sebagai bahan untuk
mengenal karakteristik ajaran Islam, tidak mencoba memperdebatkannya
antara satu dan lainnya, melainkan lebih mencari sisi-sisi persamaannya
untuk kemaslahatan umat umumnya dan untuk keperluan studi Islam pada
khususnya.

a. Dalam Bidang Agama


Melalui karyanya berjudul Islam Doktrin dan Peradaban, Nurcholis
Madjid banyak berbicara karakteristik ajaran Islam dalam bidang agama.
Menurutnya, bahwa dalam bidang agama Islam mengakui adanya
pluralisme. Pluralisme menurut Nurcholis Madjid adalah aturan Tuhan
(Sunnah Allah) yang tidak akan berubah, sehingga juga tidak mungkin
dilawan atau diingkari.
Karakteristik agama Islam dalam visi keagamaannya bersifat toleran,
pemaaf, tidak memaksakan dan saling menghargai karena dalam pluralitas
agama tersebut terdapat unsur kesamaan yaitu pengabdian pada Tuhan.1
Islam merupakan agama kesatuan, bukan agama tauhid semata. Kata
tauhid telah mempunyai pengertian khusus yang tidak akan dilewatinya,
yakni kepercayaan bahwa Tuhan itu Esa, menciptakan langit dan bumi
1
Prof.Dr. Nurcholis Madjid, Islam, Doktrin dan Peradaban, Paramadina, Jakarta, 1999, hlm.93

5
serta segala sesuatu yang ada diantara keduanya dan kepada Allah-lah
segala urusan itu dikembalikan. Pengertian ini merupakan kebalikan dari
kepercayaan bahwa Tuhan itu dua atau banyak. Disamping itu, islam tidak
hanya meyerukan tauhid saja melainkan ia berlandaskan pada kesatuan
dalam segala hal yang meliputi, segi ketuhanan, segi politik, segi sosial,
segi-segi dunia dan kehidupan yang lain. Karena semua agama itu semua
menuju satu tujuan meskipun nerbeda-berbeda cara yang ditempuh untuk
mencapainya, karena perbedaan waktu dan manusianya. 2

b.Dalam Bidang Ibadah


Karakteristik ajaran Islam selanjutnya dapat dikenal melalui konsepsinya
dalam bidang ibadah. Secara harfiah ibadah berarti bakti manusia kepada
Allah Swt, karena didorong dan dibangkitkan oleh akidah tauhid.
Visi Islam tentang ibadah merupakan sifat, jiwa, dan misi ajaran Islam itu
sendiri yang sejalan dengan tugas penciptaan manusia, sebagai makhluk
yang hanya diperintahkan agar beribadah kepada-Nya.

c. Bidang Akidah

Dalam Kitab Mu’jam al-Falsafi, Jamil Shaliba mengartikan akidah


menurut bahasa adalah menghubungkan dua sudut sehingga bertemu dan
bersambung secara kokoh. Ikatan tersebut berbeda dengan terjemahan
kata ribath yang artinya juga ikatan tetapi ikatan yang mudah dibuka,
karena akan mengandung unsur yang membahayakan.
Karakteristik Islam yang dapat diketahui melalui bidang akidah ini adalah
bahwa akidah Islam bersifat murni baik dalam isinya maupun prosesnya.

2
Prof. Dr. Muhammad Yusuf Musa, Pengantar Studi Fikih Islam, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 1991,
hlm.14-16

6
d. Bidang Ilmu dan Kebudayaan
Karakteristik Islam dalam bidang ilmu dan kebudayaan bersikap terbuka,
akomodatif, tetapi juga selektif. Islam adalah paradigma terbuka. Ia
merupakan mata rantai peradaban duni. Dalam sejarah kita melihat Islam
mewarisi peradaban Yunani-Romawi di Barat dan peradaban-peradaban
Persia, Indi dan Cina di Timur.
Karakteristik Islam dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan
dapat dilihat dari 5 ayat pertama surat Al-Alaq yang diturunkan Tuhan
kepada Nabi Muhammad Saw. Pada ayat tersebut terdapat kata iqra’ yang
diulang sebanyak dua kali. Kata tersebut menurut A.Baiquni, selain
berarti membaca dalam arti biasa, juga berarti menelaah, mengobservasi,
membandingkan, mengukur, mendiskripsikan, menganalisis dan
penyimpulan secara induktif.
Kebudayaan adalah penjelmaan (manifestasi) akal dan rasa manusia3. Ini
berarti manusilah yang menciptakan kebudayaan. Kebudayaan islam,
berarti menyaring kebudayaan yang tidak melenceng dari ajaran islam
agar tetap berjalan antara kebudayaan dengan ajaran agama maka harus
pula dipelajari tentang pengertian kebudayaan dan islam itu sendiri.
Menurut bahasa, kata kebudayaan berasal dari bahasa sangsekerta, yaitu
budh yang berarti akal kemudian dari kata budh itu berubah menjadi kata
budhi dan jamaknya budaya. Dalam bahasa arab kata kebudayaan itu
disebut ats-tsaqafah dalam bahasa inggris kebudayaan ini disebut culture.

Dalam bidang ilmu dan kebudayaan, islam mengajarkan kepada


pemeluknya untuk bersikap terbuka, sekalipun islam bukan timur dan
barat. Ini tidak berarti islam harus menutup diri dari keduanya dalam
sejarah, islam mewarisi peradapan yunani-romawi di barat dan peradapan
Persia, India, cina di timur. Dari abad ke-7 sampai abad ke-15, ketika

3
Direktorat Jederal Pendidikan Tinggi, Depdikbud, Jejak Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta:
Depdikbud, 1990),45.

7
perdapan besar di barat dan timur tenggelam, islam bertindak sebagai
pewaris utamanya untuk kemudian di ambil alih oleh peradapan barat
jadi, dalam ilmu dan kebudayaan, Islam menjadi mata rantai sangat
penting dalam sejarah peradapan dunia.

e. Bidang Pendidikan
Islam memaandang bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap orang
(education for all), laki-laki atau perempuan dan berlangsung sepanjang
hayat (long life education).

f. Bidang Sosial
Ajaran Islam dalam bidang sosial ini termasuk yang paling menonjol
karena seluruh bidang ajaran Islam sebagaimana telah disebutkan di atas
pada akhirnya ditujukan untuk kesejahteraan manusia.
Menurut penelitian yang dilakukan Jalaluddin Rahmat, Islam ternyata
agama yang menekankan urusan muamalah lebih besar daripada urusan
ibadah. Islam ternyata banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial
daripada aspek kehidupan ritual.

Manusia hidup memiliki 2 (dua) peran sekaligus yaitu sebagai makhluk


individu dan juga makhluk sosial. 4Kata “individu” berasal dari kata in
dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya mengandung
pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya
tidak terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa latin individu berasal dari
kata individium yang berarti yang tak terbagi, jadi merupakan suatu
sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling
kecil dan tak terbatas. Sementara itu sebagai makhluk sosial, manusia
tidak bisa hidup sendiri, ia selalu membutuhkan bantuan orang lain dalam

4
"Devinisi Manusia sebagai Makhluk Individu dan Sosial", (wartawarga.gunadarma.ac.id diakses 13
September 2017)

8
memenuhi kebutuhan hidupnya.

Islam sebagai agama yang rahmatan lil’alaimin tidak hanya berorientasi


pada politik. Dalam Alqur’an surat An-nisa ayat 156 terdapat perintah
menaati ulul amri yang terjemahannya termasuk penguasa dibidang
politik pemerintahan dan negara. Islam menghendaki suatu ketaatan
kritis. Yaitu ketaatan yang didasarkan tolak ukur kebenaran dari tuhan,
jika pemimpin tersebut berpegang teguh pada tuntunan Allah dan
Rosulnya maka wajib ditaati. Sebaliknya, jika pemimpin tersebut
bertentangan dengan kehendak Allah dan Rosulnya, maka boleh dikritik
atau diberi saran agar kembali kejalan yang benar,dengan cara-cara yang
persuasif. 5

Islam tidak menetapkan bentuk pemerintahan tertentu.oleh karena itu


setiap bangsa boleh saja menentukan bentuk negaranya masing-masing
sesuai dengan seleranya. Tetapi yang terpenting bentuk pemerintahan
tersebut dapat digunakan sebagai alat penegak keadilan, kemakmuran,
kesejahteraan,

g. Dalam Bidang Kehidupan Ekonomi


Karakteristik ajaran Islam selanjutnya dapat dipahami dari konsepsinya
dalam bidang kehidupan. Islam memandang bahwa kehidupan yang harus
dilakukan manusia adalah hidup yang seimbang dan tidak terpisahkan
antara urusan dunia dan akhirat. Urusan dunia dikejar dalam rangka
mengejar kehidupan akhirat dan kehidupan akhirat dicapai dengan dunia.
Kita membaca hadis nabi yang diriwayatkan oleh Ibn Mubarak yang
artinya : Bukanlah termasuk orang yang baik di antara kamu adalah orang
yang meninggalkan dunia karena mengejar kehidupan akhirat, dan orang
yang meninggalkan akhirat karena mengejar kehidupan dunia. Orang yang

5
Abudinata, Metodelogi Studi Islam (Jakarta: PT. Rajawali Press, 2044), 92.

9
baik adalah orang yang meraih keduanya secara seimbang, karena dunia
adalah alat menuju akhirat, dan jangan dibalik yakni akhirat dikorbankan
untuk urusan dunia.

h. Dalam Bidang Kesehatan

Ajaran Islam tentang kesehatan berpedoman pada prinsip pencegahan


lebih diutamakan daripada penyembuhan. Berkenaan dengan konteks
kesehatan ini ditemukan banyak petunjuk kitab suci dan sunnah Nabi
Muhammad Saw. yang pada dasarnya mengerah pada upaya pencegahan
diantaranya. Surat Al-Baqarah , 2:222) yang artinya : Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan senang kepada orang-
orang yang membersihkan diri. Selain itu Surat Al-Mudatsir 74:4-5) yang
artinya : Dan bersihkanlah pakaianmu dan tinggalkanlah segala macam
kekotoran.
Karakteristik ajaran Islam selanjutnya dapat dipahami dari konsepsinya
dalam bidang kehidupan yang harus dilakukan. Urusan dunia dikejar
dalam rangka mengejar kehidupan akherat, kehidupan akherat dapat
dicapai dengan dunia.
Pandangan islam mengenai kehidupan dibidang ekonomi itu dicerminkan
dalam ajaran fiqih yang menjelaskan tentang bagaimana menjalankan
sesuatu usaha ataupun ajaran islam mengenai berzkat juga dalam konteks
berekonomi.

i. Dalam Bidang Politik


Dalam Alquran Surat An-Nisa’ ayat 156 terdapat perintah menaati ulil
amri yang terjemahannya termasuk penguasa di bidang politik,
pemerintahan dan negara. Islam menghendaki suatu ketaatan kritis yaitu
ketaatan yang didasarkan pada tolak ukur kebenaran dari Tuhan. Jika
pemimpin tersebut berpegang teguh pada tuntutan Allah dan rasul-Nya

10
maka wajib ditaati. Sebaliknya, jika pemimpin tersebut bertentangan
dengan kehendak Allah dan rasul-Nya, boleh dikritik atau diberi saran
agar kembali ke jalan yang benar dengan cara-cara yang persuasif. Dan
jika cara tersebut juga tidak dihiraukan oleh pemimpin tersebut, boleh
saja untuk tidak dipatuhi.

Ciri ajaran Islam selanjutnya dapat diketahui melalui konsepsinya dalam


bidang politik. Dalam Alqur’an surat An-nisa ayat 156 terdapat perintah
menaati ulul amri yang terjemahannya termasuk penguasa dibidang
politik pemerintahan dan negara. Islam menghendaki suatu ketaatan
kritis. Yaitu ketaatan yang didasarkan tolak ukur kebenaran dari tuhan,
jika pemimpin tersebut berpegang teguh pada tuntunan Allah dan
Rosulnya maka wajib ditaati. Sebaliknya, jika pemimpin tersebut
bertentangan dengan kehendak Allah dan Rosulnya, maka boleh dikritik
atau diberi saran agar kembali kejalan yang benar,dengan cara-cara yang
persuasif.

Islam tidak menetapkan bentuk pemerintahan tertentu.oleh karena itu


setiap bangsa boleh saja menentukan bentuk negaranya masing-masing
sesuai dengan seleranya. Tetapi yang terpenting bentuk pemerintahan
tersebut dapat digunakan sebagai alat penegak keadilan, kemakmuran,
kesejahteraan, keamanan, kedamaian, dan ketentraman masyarakat ( HR:
Bukhari Muslim)

j. Dalam Bidang Pekerjaan


Islam memandang bahwa kerja sebagai ibadah kepada Allah Swt. Atas
dasar ini maka kerja yang dikehendaki Islam adalah kerja yang bermutu,
terarah pada pengabdian terhadap Allah Swt, dan kerja yang bermanfaat
bagi orang lain.
Untuk menghasilkan produk pekerjaan yang bermutu, Islam memandang
kerja yang dilakukan adalah kerja profesional, yaitu kerja yang didukung

11
ilmu pengetahuan, keahlian, pengalaman, kesungguhan dan sebagainya
Karakteristik ajaran Islam lebih lanjut dapat dilihat dari caranya mengenai
kerja. Islam memandang bahwa kerja sebagai ibadah kepada alloh SWT
atas dasar inilah maka kerja yang dikehendaki islam adalah kerja yang
bermutu tearah pada pengabdian terhadap alloh SWT, dan kerja
bermanfaat bagi orng lain.
Islam tidak menekankan pada banyaknya pekerjaan, tetapi pada kualitas
manfaat kerja. Untuk menghasilkan produk pekerjaan yang bermutu,
islam memandang kerja yang dilakukan harus kerja yang professional,
yakni kerja yang ditunjang oleh ilmu pengetahuan, keahlian, pengalaman,
kesungguhan, dan kualitasnya.

k. Islam Sebagai Disiplin Ilmu

Islam juga telah tampil sebagai sebuah disiplin ilmu yaitu ilmu keislaman.
Menurut peratutan Menteri Agama Republik Indonesia Tahun 1985,
bahwa yang termasuk disiplin ilmu keislaman adalah Alquran/Tafsir,
Hadis/Ilmu Hadis, Ilmu Kalam, Filsafat, Tasawuf, Hukum Islam (Fiqih),
Sejarah dan Kebudayaan Islam serat Pendidikan Islam.
Islam sebenarnya mempunyai aspek teologi, aspek ibadah, aspek moral,
aspek mistisisme, aspek filsafat, aspek sejarah, aspek kebudayaan dan
sebagainya.
Selain sebagai ajaran yang berkenaan di berbagai bidang kehidupan
dengan ciri-ciri yang khas tersebut islam juga telah tampil sebagai sebuah
disiplin ilmu yaitu ilmu keislaman menurut peraturan menteri agama
republik indonesia tahun 1985 bahwa yang termasuk disiplin ilmu
keislaman adalah Al-quran / Tafsir,Hadist/Ilmu hadist,ilmu
kalam,filsafat,tasawuf,hukum islam (fikih) sejarah kebudayaan
islam,serta pendidikan.

Islam sebenarnya mempunyai Aspek kesehatan fisik selanjutnya kita baca

12
lagi ayat Al-quran yang berbunyi dan bersihkanlah pakaianmu dan
tinggalkan lah segala kotoran (QS Al-Mudatsir, 74 : 4-5). Dapat kita
simpulkan dalam surat Al-mudatsir ayat 4-5 perintah tersebut
perkesinambungan dengan perintah menyampaikan agama dan
membesarkan nama Allah.

2.2 Karakteristik Studi Islam

Karakteristik studi islam adalah karakter yang bersifat komprehensif dan


menyeluruh. Dikatakan demikian, karena studi islam tidak hanya dioreintasikan
pada kajian teologis semata melainkan mengarah pada seluruh aspek yang
mereprensentasi sebutan islam

Mengenai penelitian agama, beberapa tokoh memberi pendapat tentang ruang


lingkup studi Islam, diantaranya :

a. Muhammad Nur Hakim

Menurut beliau, tidak semua aspek agama khususnya Islam dapat menjadi
obyek studi. Dalam konteks studi Islam, ada beberapa aspek tertentu dari
Islam yang dapat menjadi obyek studi, yaitu:
1. Islam sebagai doktrin dari tuhan yang kebenarannnya bagi pemeluknya
sudah final, dalam arti absolut, dan diterima secara apa adanya.
2. Sebagai gejala budaya yang berarti seluruh apa yang menjadi kreasi
manusia dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang
terhadap doktrin agamanya.
3. Sebagai interaksi sosial yaitu realitas umat Islam.

b. Muhammmad Amin Abdullah


Menurut beliau terdapat tiga wilayah keilmuan agama Islam yang dapat
menjadi obyek studi Islam, meliputi:

1. Wilayah praktik keyakinan dan pemahaman terhadap wahyu yang telah


diinterpretasikan sedemikian rupa oleh para ulama, tokoh panutan

13
masyarakat pada umumnya. Wilayah praktik ini umumnya tanpa melalui
klarifikasi dan penjernihan teoritik keilmuan yang dipentingkan di sini
adalah pengalaman.
2. Wilayah teori-teori keilmuan yang dirancang dan disusun sistematika
dan metodologinya oleh para ilmuan, para ahli, dan para ulama sesuai
bidang kajiannya masing-masing. Apa yang ada pada wilayah ini
sebenarnya tidak lain dan tidak bukan adalah “teori-teori” keilmuan
agama Islam, baik secara deduktif dari nash-nash atau teks-teks wahyu ,
maupun secara induktif dari praktek-praktek keagamaan yang hidup
dalam masyarakat era kenabian, sahabat, tabi’in maupun sepanjang
sejarah perkembangan masyarakat muslim dimanapun mereka berada.
3. Telaah teoritis yang lebih popular disebut metadiscourse, terhadap
sejarah perkembangan jatuh bangunnya teori-teori yang disusun oleh
kalangan ilmuan dan ulama pada lapis kedua. Wilayah pada lapis ketiga
yang kompleks dan sophisticated inilah yang sesungguhnya dibidangi
oleh filsafat ilmu-ilmu keislaman.

c. M. Atho’ Mudzhar
Sedangkan menurut M. Atho’ Mudzhar menyatakan bahwa obyek kajian
Islam adalah substansi ajaran-ajaran Islam, seperti kalam, fiqih dan tasawuf.
Dalam aspek ini agama lebih bersifat penelitian budaya hal ini mengingat
bahwa ilmu-ilmu keislaman semacam ini merupakan salah satu bentuk doktrin
yang dirumuskan oleh penganutnya yang bersumber dari wahyu Allah melalui
proses penawaran dan perenungan.6
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka studi Islam adalah usaha untuk
mempelajari tentang agama Islam. Yang memiliki ruang lingkup secara garis
besar dalam penelitian agama meliputi kajian tentang Tuhan, kitab suci, etika,
dan moralitas serta organisasi keagamaan dan pemasalahan kontemporer.

2.3 Tujuan Studi Islam

1. Untuk mempelajari secara mendalam apa sebenarnya hakikat agama Islam.

6
Ngainun Naim, Pengantar Studi Islam, (Yogyakarta;Teras, 2009), hlm. 5-9.

14
2. Studi islam dilaksanakan atas asumsi bahwa sebenarnya agama diturunkan
Allah adalah untuk membimbing dan mengarahkan serta menyempurnakan
pertumbuhan dan perkembangan agama-agama dan budaya umat manusia
dimuka bumi ini. Allah telah menurunkan ajaran islam sejak fase awal dari
pertumbuhan dan perkembangan akal dan budi daya manusia tersebut.
3. Untuk mempelajari secara mendalam pokok-pokok isi ajaran agama islam
yang asli dan bagaimana penjabaran dan operasionalisasinya dalam
pertumbuhan dan perkembangan budaya dan peradaban islam sepanjang
sejarah.
4. Bahwasannya pokok-pokok isi ajaran Islam ini sesuai dengan fitrah manusia
(potensi dasar). Dari potensi fitrah inilah manusia mampu mengatur dan
menyusun suatu sistem kehidupan. Dengan kata lain, pokok-pokok isi ajaran
5. Untuk mempelajari secara mendalam sumber dasar ajaran agama islam yang
tetap abadi dan dinamis.
6. Agama islam sebagai agama samawi terakhir yang membawa ajaran-ajaran
yang bersifat final dan mampu memecahkan masalah-masalah kehidupan
manusia, menjawab tantangan dan tuntutannya sepanjang zaman. Sumber
dasar ajaran agama islam tetap aktual dan fungsional terhadap permasalahan
hidup dan tantangan serta tuntutan perkembangan.
7. Untuk mempelajari secara mendalam prisnip-prinsip dan nilai-nilai dasar
ajaran islam dan bagaimana realisasinya dalam mengarahkan serta
mengontrol perkembangan budaya dan peradaban manusia pada zaman
modern.
8. Didalam era global umat manusia semakin membutuhkan nilai-nilai dan
norma-norma yang bersifat universal yang diterima oleh semua umat
manusia untuk mengontrol dan mengendalikan perkembangan, ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih, serta factor dinamika
lainnya dari system budaya dan peradaban manusia modern menuju kondisi
kehidupan yang adil dan makmur.7

Jadi, fungsi studi Islam disini adalah untuk mendalami hal-hal yang
7
Rosihon Anwar dkk, Pengantar Studi Islam, (Bandung; Pustaka Setia, 2009), hlm. 33-37.

15
berkaitan dengan ajaran islam yang asli, serta untuk menentukan sesuatu
yang harus dilakukan menurut tujuan studi islam yang paling mendasar.

2.4 Pola-Pola Studi Islam

Studi Islam dapat dikelompokkan menjadi beberapa pola/model:


1. Ngaji, studi Islam yang dimaksudkan untuk semata-mata menjalankan atau
mempraktekkan ajaran. Metode yang digunakan sederhana dan tanpa kajian
kritis.
2. Studi Islam klasik, model studi yang digunakan oleh ulama-ulama besar.
Metode yang dilakukan dengan melakukan studi secara kitis dan realistis,
tetapi sasaran akhirnya adalah untuk mengamalkan ajaran islam.
3. Islamologi, yaitu mengkaji Islam tidak untuk kepentingan pengalaman,
melainkan untuk kepentingan pengetahuan.
4. Studi Islam Apologis, yaitu studi islam yang dilakukan dalam rangka
menjawab atau merespon model studi Islam Islamologi. Model ini banyak
dilakukan oleh kalangan modernis.
5. Islamisasi pengetahuan, model studi yang merupakan bentuk respon
terhadap perkembangan keilmuan Barat yang begitu maju dengan
mengupayakan agar ilmu-ilmu Barat yang sekuler itu mempunyai landasan
dan akar pada ajaran Tauhid.8

2.5 Aspek-aspek Sasaran Studi Islam


Antara agama dan ilmu pengetahuan masih dirasakan adanya hubungan yang
belum serasi. Dalam bidang agama terdapat sifat dogmatis, sedangkan dalam
bidanh ilmiah terdapat sikap rasional dan terbuka. Oleh karena itu, aspek sasaran
studi islam meliputi 2 hal yaitu:

1. Aspek Sasaran Keagamaan


Kerangka ajaran yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan Hadits tetap
dijadikan sandaran sentral agar kajian keislaman tidak keluar dan tercerai
dari teks dan konteks. Dari aspek sasaran tersebut, wacana keagamaan dapat
8
http://www.perpustakaan.unhasy.ac.id

16
ditransformasikan secara baik dan menjadikan landasan kehidupan dalam
berprilaku tanpa melepaskan kerangka normatif. Elemen dasar keislaman
yang harus dijadikan pegangan:
Pertama, islam sebagai dogma juga merupakan pengalaman universal dan
kemanusiaan. Oleh karena itu sasaran studi islam diarahkan pada aspek-
aspek praktik dan empirik yang memuat nilai-nilai keagamaan agar dijadikan
pijakan.
Kedua, islam tidak hanya terbatas pada kehidupan setelah mati, tetapi
orientasi utama adalah sekarang. Dengan demikian sasaran studi islam
diarahkan pada pemahaman terhadap sumber-sumber ajaran islam, pokok-
pokok ajaran islam sejarah islam dan aplikasinya dalam kehidupan. Oleh
karena itu studi islam dapat mempertegas dan memperjelas wilayah agama
yang tidak bisa dianalisis dengan kajian empiris yang kebenarannya relatif.

2. Aspek Sasaran Kelimuan


Studi keilmuan memerlukan pendekatan kritis, analitis, metadologis, empiris
dan historis. Dengan demikian studi islam sebagai aspek sasaran keilmuan
membutuhkan berbagai pendekatan. Selain itu, ilmu pengetahuan tidak kenal
dan tidak terikat kepada wahyu. Ilmu pengetahuan beranjak dan terikat pada
pemikiran rasional. Oleh Karen itu kajian keislaman yang bernuansa
islamiah meliputi aspek kepercayaan normatif dogmatis yang bersumber dari
wahyu dan aspek prilaku manusia yang lahir dari dorongan kepercayaan.

2.6 Pertumbuhan Studi Islam

Pendidikan Islam pada zaman awal dilaksanakan di masjid-masjid. Mahmud


Yunus menjekaskan bahwa pusat-pusat studi islam klasik adalah Mekah dan
Madinah (hijaz), Basrah dan Kufah (irak), Damaskus dan palestina (Syam), dan
Fista ( Mesir). Madrasah Mekah dipelopori oleh Mu’ad bin Jabar; madrasah
Madinah dipelopori oleh Abu Bakar, Umar, dan Utsman’ madrasah Basrah
dipelopori oleh Abu Musa al-Asyari dan Anas bin Malik; madrasah Kufah
dipelopori oleh Ali bin Abi Tholib dan ‘Abd Allah bin Mas’ud; madrasah
Damaskus (syiria) dipelopori oleh Ubadah dan Abu Darda; sedangkan madrasah

17
Fista (Mesir) dipelopori oleh Abd Allah bin Amr bin ‘Ash.9

Pada zaman kejayaan Islam, studi Islam dipusatkan di ibukota Negara, yaitu
Bagdad. Di Istana Bani Abbas pada zaman al-Makmun (813-933), putra Harun
al-Rosid, didirikan bait al-Hikmah, yang dipelopori oleh khalifah sebagi pusat
pengembangan ilmu pengetahuan dengan wajah ganda: sebagai perpustakaan
serta sebagai lembaga pendidikan (sekolah) dan penerjemahan karya-karya
Yunani kuno ke dalam bahasa Arab untuk melakukan akselerasi pengembangan
ilmu pengetahuan.10

Studi Islam sekarang ini berkembang hamper di seluruh Negara di dunia, baik di
Dunia Islam maupun bukan Negara Islam. Di Dunia Islam terdapat pusat-pusat
studi Islam; seperti Universitas al-Azhar di Mesir dari Universitas Ummul Qura
di Arab Saudi. Di Teheran didirikan Universitas Teheran. Di Universitas ini, studi
Islam dilakukan dalam satu fakultas yang disebut Kulliyat IIahiyat (Fakultas
Agama ). Di Universitas Damaskus (Siria), Studi Islam ditampung dalam Kuliyat
al-Syiri’ah (Fakultas Syari’ah) yang didalamnya terdapat program studi
ushuludin, tasawuf, dan sejenisnya.

Di Indonesia, Studi Islam (pendidikan Islam tinggi) dilaksanakan di 14 Institut


Agama Islam Negeri (IAIN) dan 39 Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN). Ada
juga sejumlah perguruan tinggi swasta yang secara khusus menyelenggarakan
pendidikan tinggi dalam Islam, dan perguruan tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan Islam tinggi sebagai salah satu bagian studinya, seperti Fakultas
Agama di Universitas Muhammadiyyah Jakarta dan Universitas Islam Bandung
(UNISBA)11

9
Zaini Muhtarom, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta; Departemen Agama RI, 1986), hlm. 71.
10
Harun Nasution, Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta; UI Press, 1985), hlm. 68.
11
Atang Abd, Metodologi Studi Islam, (Bndung; PT. Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 9-12.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Karakteristik ajaran Islam secara dominan ditandai oleh pendekatan normatif,
historis, dan filosofis. Ajaran Islam memiliki ciri-ciri yang secara kesuluruhan
amat ideal. Islam agama yang mengajarkan perdamaian, toleransi terbuka,
kebersamaan, egaliter, kerja keras yang bermutu, demokratis, adil, seimbang
antara urusan dunia dan akherat. Islam memiliki kepekaan terhadap masalah-
masalah sosial kemasyarakatan. Islam dalam kesehatan mengutamakan
pencegahan dari pada penyenmbuhan. Bidang kesehatan memperhatikan segi
kebersihan badan, pakaian, makanan, tempat tinggal, dan lingkungan. Islam juga
tampil sebagai disiplin ilmu, yaitu ilmu keislaman dengan berbagai cabangnya.
Karakteristik Islam yang demikian ideal itu tampak masih belum seluruhnya
diketahui dan diamalkan. Antara ajaran Islam yang ideal dan kenyatan umatnya
masih ada kesenjangan. Hal ini memerlukan pemecahan, antar lain dengan

19
merumuskan kembali metode dan pendekatan dalam memahami Islam.

Karakter studi islam adalah karakter yang bersifat komprehensif dan menyeluruh.
Dikatakan demikian, karena studi islam tidak hanya dioreintasikan pada kajian
teologis semata melainkan mengarah pada seluruh aspek yang mereprensentasi
sebutan islam.

Fungsi studi islam adalah untuk mendalami hal-hal yang berkaitan dengan ajaran
islam yang asli, serta untuk menentukan sesuatu yang harus dilakukan menurut
tujuan studi islam yang paling mendasar.

DAFTAR PUSTAKA

Abd Atang , 1999,Metodologi Studi Islam, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Anwar Rosihon dkk, 2009, Pengantar Studi Islam, Pustaka Setia, Bandung. Nasution
Harun, 1985, Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya, UI Press, Jakarta.

Muhtarom Zaini, 1986, Sejarah Pendidikan Islam, Departemen Agama RI, Jakarta.

Naim Ngainun, 2009, Pengantar Studi Islam, Teras, Yogyakarta.


http://www.perpustakaan.unhasy.ac.id

Madjid, Nurcholis, 1999. “Islam, Doktrin, dan Peradaban”. Jakarta: Paramadina


Press.

Musa, Muhammad Yusuf, 1991. “Pengantar Studi Fikih Islam”. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar.

Abudinata, 2014. “Metodelogi Studi Islam”. Jakarta : PT. Rajawali Press.

20
Direktorat Jederal Pendidikan Tinggi, Depdikbud, 1990. Jejak Pendidikan dan
Kebudayaan, Jakarta: Depdikbud

"Devinisi Manusia sebagai Makhluk Individu dan Sosial",


http://wartawarga.gunadarma.ac.id (diakses 13 September 2017)

Pertanyaan I
- Jelaskan aspek-aspek Islam dalam bidang lainnya! (Wahyuni Nirma Utami)

- Menurut H.M Quraish Shihab, apa yang dimaksud dengan fanatisme buta?
(Siti Julaikha)

- Bagaimana cara mengatasi masyarakat yang melenceng dari Agama Islam?


Bagaimana sosialisasi mengenai pengerian agama Islam?
(Subakti)

Pertanyaan II
- Apa yang dimaksud dengan filosofi sofistik? (Sella)
- Menurut pandangan kelompok I, apakah yang dimaksud dengan disiplin ilmu?
(Veira Septiani)
- Apakah tujuan studi Islam ? (Yosiana)
- Jelaskan mengenai peran penting Islam dalam ajaran Ilmu Al-Qur’an dan
Hadits! (Triana)
- Jelaskan tentang berkembangnya Islam dan dipraktekkan dalam kehidupan
sehari-hari! ( Siti Julaikha)

Pertanyaan III

21
- Jelaskan tentang maksud hubungan muamalah dalam bidang ibadah lebih
diutamakan! (Tya Wardah)
- Mengapa Islam dan kebudayaannya turun temurun? (Siti Nur Jannah)
- Jelaskan Surat An-Nisa ayat 156! (Vina Widianti)

22

Anda mungkin juga menyukai