Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan laporan praktikum farmakologi
mengenai “Potensi Ketoksikan Akut Asetosal terhadap Mencit dengan Kadar yang Berbeda”
Laporan praktikum farmakologi ini disusun berdasarkan data-data yang telah
diperoleh selama praktikum farmakologi, yang telah dilaksanakan pada tanggal 11
November 2014 bertempat di Labolatorium Farmakologi Politeknik Kesehatan Jakarta II
Jurusan Farmasi ditambah dengan data yang diperoleh dosen.
Dengan tersusunnya laporan praktikum farmakologi ini, kami mengucapkan terima
kasih kepada para dosen pembimbing praktikum farmakologi yang telah memandu kami
dalam melaksanakan praktikum hingga selesai,khususnya kepada:
1. Dra. Sujati Woro Indijah, Apt., M. Si, selaku Kepala Laboratorium Farmakologi Politeknik
Kesehatan Depkes Jakarta II Jurusan Farmasi, dan sekaligus pembimbing praktikum
farmakologi.
2. Khairun Nida, Apt., selaku pembimbing praktikum farmakologi.
Kami berharap semoga laporan ini akan bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan dan dapat menambah pengetahuan khususnya bagi mahasiswa Politeknik
Kesehatan Kemenkes Jakarta II Jurusan Farmasi.
Sebagai manusia yang mempunyai keterbatasan, kami menyadari adanya kekurangan
dari laporan ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kepada seluruh pembaca untuk
memberikan saran dan kritik demi laporan-laporan kami berikutnya.

Jakarta, 11 November 2014


Penyusun

Potensi Ketoksikan Akut Asetosal terhadap Mencit dengan Kadar yang Berbeda
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Toksisitas merupakan istilah dalam toksikologi yang didefinisikan sebagai
kemampuan bahan kimia untuk menyebabkan kerusakan/injuri. Efek dari suatu obat
berhubungan erat dengan dosis yang diberikan. Semakin besar dosis obat yang diberikan
maka efeknya akan lebih kuat, karena reseptor yang berikatan dengan obat tersebut untuk
menimbulkan suatu efek jumlahnya lebih banyak.
Pemberian suatu obat harus memperhatikan dosis, baik itu dosis efektif (ED), dosis
toksik (TD), ataupun dosis letal (LD), karena dosis yang besar akan menimbulkan efek toksik
dan akhirnya dapat menyebabkan kematian. Dosis terapuetis adalah dosis di mana obat
menghasilkan efek yang diinginkan. Dalam hal ini dikenal ED50 dan LD50.
ED50 adalah dosis yang secara farmakologi menimbulkan efek (efektif) pada 50%
populasi yang terpapar obat. LD50 yaitu dosis yang menimbulkan kematian pada 50%
populasi yang terpapar obat. Indeks terapi merupakan perbandingan antara ED50 dengan
LD50 yang merupakan suatu ukuran untuk keamanan obat. Semakin besar indeks terapi
semakin aman obat tersebut.
Asetosal (acetyl salicylic acid) merupakan salah satu jenis nonsteroidal anti-
inflammatory drugs or NSAIDs yang yang banyak digunakan pada pengobatan nyeri ringan
sampai sedang. Asetosal termasuk salah satu obat yang paling sering digunakan di dunia dan
dijual secara bebas di masyarakat untuk pengobatan sendiri, maka kemungkinan untuk terjadi
toksisitas Asetosal menjadi lebih besar.
Efek farmakologi Asetosal antara lain analgesik, antipiretik, anti inflamasi serta anti
koagulan. Asetosal secara luas digunakan untuk mengobati rasa sakit dan nyeri seperti sakit
kepala, sakit gigi, nyeri otot, nyeri sendi pada arthritis, dan juga dapat digunakan untuk
menurunkan demam.
Mekanisme kerja asetosal terutama menekan produksi prostaglandin dan tromboksan.
Pada pemberian oral, asetosal akan diabsorpsi dengan cepat dalam bentuk utuh di gaster,
tetapi sebagian besar di usus halus bagian atas. Setelah diabsorpsi, asetosal akan segera
menyebar ke seluruh jaringan tubuh dan cairan transelular.
Biotransformasi asetosal terjadi di banyak jaringan, tetapi terutama di mikrosom dan
mitokondria hepar. Asetosal diekskresi dalam bentuk metabolitnya (asam salisilat bebas,
asam salisilurik, fenol salisilat, asilglukoronida, dan asam gentisidat) terutama melalui ginjal,
sebagian kecil melalui keringat dan empedu.
Potensi Ketoksikan Akut Asetosal terhadap Mencit dengan Kadar yang Berbeda
2
Selain memiliki efek terapi, asetosal juga memiliki beberapa efek samping antara lain
mual, muntah, reaksi alergi, dan gangguan pada ginjal. Gangguan pada ginjal terjadi karena
adanya hambatan biosintesis prostaglandin ginjal (PGE2) yang banyak berperan pada proses
fisiologik ginjal.
Overdosis Asetosal dapat terjadi secara akut maupun kronik. Tingkat kematian pada
overdosis akut mencapai 2% dan pada overdosis kronik mencapai 25% , akan lebih berat
dampaknya pada anak-anak.
Toksisitas sedang terjadi pada dosis >300 mg/kg BB dan toksisitas berat terjadi pada
dosis 300 – 500 mg/kg BB. Sedangkan dosis lethal apabila digunakan pada dosis >500 mg/kg
BB. Overdosis asetosal berefek tinnitus, nyeri abdominal, hipokalemi, hipoglikemi, pireksia,
hiperventilasi, disritmia, hipotensi, halusinasi, gagal ginjal, kejang, koma, dan kematian.
Untuk menilai keamanan dan efek suatu obat, di dalam laboratorium farmakologi
dilakukan penelitian menggunakan binatang percobaan. Dalam hal ini yang akan ditentukan
adalah khusus LD50, yaitu dosis yang memberikan efek atau yang mematikan 50% dari
jumlah binatang.
Efek terapeutis obat berhubungan erat dengan efek toksisitasnya. Oleh karena itu,
pada praktikum ini kami ingin mengetahui sejauh mana Asetosal dapat menimbulkan
ketoksikan. Kami melakukan uji coba terhadap mencit betina. Hewan uji ini akan diuji
ketoksikan akutnya dan diberikan perlakuan per oral. Kemudian dihitung dengan perhitungan
LD50.

1.1 Rumusan Masalah


1. Apakah Asetosal mempunyai potensi ketoksikan akut?
2. Bagaimakah potensi ketoksikan akut Asetosal jika diberikan dalam berbagai dosis?

1.2 Tujuan
Tujuan Umum:
1. Menentukan potensi ketoksikan akut dari suatu senyawa dan gejala
yang ditimbulkan pada hewan coba.

Tujuan Khusus:
1. Menetapkan potensi ketoksikan akut Asetosal elalui hitung LD 50 menggunakan
metode Reed.
2. Menetapkan rasional (R) dosis terhadap onset.

Potensi Ketoksikan Akut Asetosal terhadap Mencit dengan Kadar yang Berbeda
3
1.3 Manfaat Percobaan
 Bagi Mahasiswa
1. Mengetahui pada dosis berapa Asetosal menyebabkan efek toksik.
2. Mampu memberikan obat secara oral kepada hewan coba mencit.
3. Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menetapkan potensi ketoksikan
pada suatu obat.
 Bagi Akademik (Dosen Pembimbing)
1. Memberikan masukan mengenai dosis yang tepat untuk digunakan pada percobaan
selanjutnya.

Potensi Ketoksikan Akut Asetosal terhadap Mencit dengan Kadar yang Berbeda
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
2.1.1 Toksikologi
Toksikologi menurut bidang farmakologi merupakan cabang farmakologi yang
berhubungan dengan efek samping zat kimia di dalam sistem biologi. Toksikologi adalah
ilmu yang mempelajari mengenai efek toksik dari suatu senyawa kimia (obat). Produk
atau sediaan obat harus memenuhi syarat khasiat (eficacy), bermutu (quality) dan aman
(safety). Sehinggga untuk membuktikan khasiat obat, maka dilakukan pengujan
farmakologi.

2.1.2 Uji Toksisitas Akut


Ketoksikan akut adalah derajat efek toksik sesuatu senyawa yang terjadi dalam
waktu singkat setelah pemberian dosis tunggal atau beberapa kali dalam jangka waktu 24
jam. Ketoksikan akut merupakan kisaran dosis letal atau dosis toksik obat terkait, pada
satu jenis hewan uji atau lebih.
Uji Toksisitas akut dilakukan dengan memberikan zat kimia yang sedang diuji
sebanyak satu kali atau beberapa kali dalam jangka waktu 24 jam. Uji ini dilakukan untuk
mengetahui nilai LD50 dan dosis maksimal yang masih dapat ditoleransi hewan uji
(menggunakan 2 spesies hewan uji). Hasil uji LD50 dan dosisnya akan ditransformasi
(dikonversi) pada manusia. Uji toksisitas akut digunakan untuk menilai berbagai gejala
klinis yang timbul, adanya efek toksik yang khas, dan mekanisme yang memerantarai
kematian hewan uji.
Jadi dalam uji ketoksikan akut, data yang dikumpulkan berupa tolok ukur
ketoksikan kuantitatif (kisaran dosis letal/toksik) dan tolok ukur ketoksikan kualitatif
(gejala klinis, wujud dan mekanisme efek toksik).

2.1.3 LD50
Daya toksisitas suatu bahan (obat) biasanya dihitung dari nilai LD50. Dosis
tersebut menggambarkan konsentrasi bahan bahan kimia yang dapat menyebabkan
kematian sampai 50% dari jumlah hewan yang di uji. Nilai LD50 digunakan untuk
mengelompokkan dosis toksik dari bahan kimia yang baru diproduksi. Hasil dari uji
LD50 dari bahan kimia biasanya bervariasi untuk setiap spesies hewan dan laboratorium
penguji, sehingga nilai LD50 tersebut biasanya hanya merupakan perkiraan.

Potensi Ketoksikan Akut Asetosal terhadap Mencit dengan Kadar yang Berbeda
5
Terdapat beberapa macam metode yang paling sering digunakan untuk menghitung
LD50:
 Cara Framakope Indonesia III
 Cara Weil
 Metode Probit
 Aritmatik Reed & Muench (1938)

Kegunaan nilai LD50 sebagai berikut :


1. Mengklasifikasi potensi ketoksikan zat kimia berdasarkan ketetapan klasifikasi umum
toksisitas relatif, yaitu sebagai berikut:
 Super toksik (5mg/kg atau kurang)
 Sangat toksik (5-50 mg/kg)
 Toksik (50-500 mg/kg)
 Cukup toksik (0,5-5 g/kg)
 Sedikit toksik (5-15 g/kg)
 Tidak toksik (> 15 g/kg)
2. Pertimbangan akibat bahaya dari overdosis.
3. Perencanaan studi toksisitas jangka pendek pada binatang.
4. Menyediakan informasi tentang:
a) Mekanisme keracunan seperti muntah, diare, kejang, lumpuh, henti nafas, bahkan
bisa sampai mengakibatkan kematian.
b) Pengaruh terhadap umur, seks, inang lain, dan faktor lingkungan.
c) Respons yang berbeda diantara spesies dan galur.
5. Menyumbangkan informasi yang diperlukan secara menyeluruh dalam percobaan obat
penyembuh bagi manusia.
6. Kontrol kualitas: mendeteksi ketidakmurnian produk racun dan perubahan fisik bahan
kimia yang mempengaruhi kehidupan.
2.1.4 Uji toksisitas jangka pendek (sub kronik)
Uji ini dilakukan dengan memberikan bahan tersebut berulang-ulang, biasanya
setiap hari atau lima kali seminggu, selama jangka waktu kurang dari 10% dari masa
hidup hewan: yaitu 3 bulan untuk tikus dan 1 atau 2 tahun untuk anjing. Tetapi beberapa
penelitian menggunakan jangka waktu lebih pendek, misalnya pemberian zat kimia
selama 14 dan 28 hari.

2.1.5 Uji kronis jangka panjang ( kronik)


Percobaan jenis ini mencangkup pemberian obat secara berulang selama 3-6
bulan atau seumur hewan, misalnya 18 bulan untuk mencit, 24 bulan untuk tikus, dan 7-
10 tahun untuk anjing dan monyet. Memperpanjang percobaan kronik untuk lebih dari 6
bulan tidak akan bermanfaat, kecuali untuk percobaan karsinogenik.

Potensi Ketoksikan Akut Asetosal terhadap Mencit dengan Kadar yang Berbeda
6
2.2 Asetosal

Asam asetil salisiat mengandung tidak kurang dari 99,5% C9H8O4, dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan.
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau atau
hampir tidak berbau; rasa asam.
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol (95%) P, larut
dalam kloroform P dan dalam eter P.
Mekanisme kerja :
1. Anti-inflamasi: Asetosal secara ireversibel menghambat COX dan menghambat
agrerasi trombosit.
2. Analgesik: Asetosal menghambat rangsang nyeri pada lokasi subkortikal.
3. Antipiretik: Asetosal menginhibisi COX di susunan saraf pusat maupun oleh
inhibisi interleukin-1 (yang dilepaskan dari makrofag selama episode inflamasi).
4. Antitrombosit: Asetosal secara ireversibel menghambat COX-1 trombosit sehingga
efek antitrombosit Asetosal bertahan selama 8-10 hari.
Efek Samping : Iritasi mukosa lambung dengan risiko tukak lambung dan
perdarahan samar (occult), pada dosis besar menyebabkan hilangnya
efek pelindung dari prostacyclin (PgI2) terhadap mukosa lambung,
reaksi alergi kulit dan tinnitus pada dosis yang lebih tinggi, kejang-
kejang bronchi hebat, Sindroma Rye pada anak-anak kecil penderita
cacar air serta pada wanita hamil memperpanjang partus dan
meningkatkan perdarahan
Dosis:
 Analgetik dan antipiretik: oral 4 dd 0,5-1 gram p.c., maks 4 gram sehari, anak-anak
sampai 10 tahun 10 mg/kg 3-4 kali sehari, 1-12 tahun 10mg/kg 4-6 dd, diatas 12
tahun 4 dd 320-500 mg, maks 2 gram/hari
 Rematik: 6 dd 1 gram, maks 8 gram/hari
 Prevensi sekunder infark jantung: 1 dd 100 mg
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Analgetikum, antipiretikum
Literatur : - FI III halaman 43
- Obat-obat Penting edisi keenam halaman 316
2.3 Hewan Coba
2.3.1 Pemilihan Hewan Uji

Potensi Ketoksikan Akut Asetosal terhadap Mencit dengan Kadar yang Berbeda
7
Sekurang-kurangnya dua jenis hewan, lebih disarankan empat jenis, terdiri
dari roden dan nirroden, baik jantan maupun betina, satu galur, dewasa sehat, dan
beratnya seragam (variasi yang diperbolehkan lebih kurang 10%).
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Clasis : Mammalia
Ordo : Rodenita
Famili : Muridae
Sub Famili : Murinae
Genus : Mus
Species : Musmusculus
Type Mencit putih DDY (Dutch Democtaric Yokohama)
Mencit bersifat penakut, mudah ditangani, fotofobik, cenderung berkumpul
dengan sesamanya, kencenderungan untuk bersembunyi, lebih aktif pada malam hari,
dan kehadiran manusia akan mengganggu mencit.

2.3.2 Karakteristik Hewan Coba

No Karakteristik Mencit (Mus musculus)


1 Pubersitas 35 hari
2 Masa beranak Sepanjang tahun
3 Hamil 19-20 hari
4 Jumlah sekali lahir 4-12 (biasanya 6-8)
5 Lama hidup 2-3 tahun
6 Masa laktasi 21 hari
7 Frekuensi kelahiran/tahun 4
8 Suhu tubuh 37,9-39,2ºC
9 Kecepatan respirasi 136-216/mencit
2.3.3 10 Tekanan darah 147/106 S/D Pengel
11 Volume darah 7,5%BB
ompok
an Hewan Uji (LD50)
a. Sejumlah hewan uji terpilih
b. Diadaptasikan di laboratorium paling tidak selama satu minggu.
c. Penimbangan berat badan dilakukan satu hari sebelum perlakuan.
d. Hewan uji dibagi menjadi beberapa kelompok, sesuai dengan jumlah peringkat
dosis senyawa uji yang akan diberikan, ditambah satu kelompok kontrol negatif.
e. Masing-masing kelompok uji, paling tidak terdiri dari empat ekor hewan dengan
ratio dosis 2,0
Potensi Ketoksikan Akut Asetosal terhadap Mencit dengan Kadar yang Berbeda
8
2.3.4 Cara Memperlakukan Mencit
a. Mencit diangkat dengan memegangnya pada ujung ekornya dengan tangan
kanan.
b. Biarkan mencit mengjangkau kawat kandang dengan kaki depannya.
c. Dengan tangan kiri, kulit tengkuknya dijepit diantara telunjuk dan ibu jari.
d. Pindahkan ekornya dari tangan kanan ke antara jari manis dan jari kelingking
tangan kiri, sehingga mencit cukup erat dipegang.
e. Pemberian obat kini dapat dimulai
2.3.5 Cara Pemberian Obat pada Mencit Per-oral
a. Bentuk sediaanya harus dalam bentuk suspensi, larutan atau emulsi.
b. Pemberian dilakukan dengan menggunakan jarum suntik yang ujungnya tumpul
(bentuk bola/kanulla) = SONDE.
c. Sonde kemudian dimasukkan ke dalam mulut, lalu perlahan-lahan di masukan
melalui tepi langit-langit ke belakang sampai esofagus.

Potensi Ketoksikan Akut Asetosal terhadap Mencit dengan Kadar yang Berbeda
9
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Rancangan
1. Mencit yang akan digunakan untuk percobaan uji toksisitas akut adalah mencit betina
dengan bobot 20-30 g.
2. Satu kelompok= 6 ekor.
3. Mencit diberikan perlakuan Asetosal secara oral dengan perincian sebagai berikut:
Asetosal 5 gram (sediaan 26mg/ml) pada mencit nomor 1, 2, 3
Asetosal 7,5 gram pada mencit nomor 17, 18, 19
Asetosal 11,3 gram pada mencit nomor 14, 15, 16
Asetosal 16,9 gram (sediaan 90 mg/ml) pada mencit nomor 4, 5, 6
4. Evaluasi data diamati berdasarkan pengaruh dosis Asetosal pada jumlah mencit yang
mati.
5. Setiap kelompok praktikum memberikan perlakuan yang sama, dosis Asetosal untuk
mencit disesuaikan dengan berat mencit.

3.2 Tempat dan Waktu


1. Tempat pengambilan data percobaan dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II
2. Tempat pengambilan data percobaan dilaksanakan pada hari Kamis, 11 November
2014, pukul 10.00-15.00WIB

3.3 Alat dan Bahan


Alat :
 Timbangan Mencit  Timer
 Sonde oral mencit  Nampan
 Kandang Metabolisme individual  Alat gelas (beaker glass, gelas ukur)
 Pinset  Tissue
 Wadah tempat pengamatan  Mortir + stamper

Potensi Ketoksikan Akut Asetosal terhadap Mencit dengan Kadar yang Berbeda
10
Bahan:
 Asetosal
 Hewan uji (mencit putih betina), masing-masing kelompok 6 ekor.
 Aqua dest

3.4 Prosedur Kerja


3.4.1 LD50
1. Semua mencit dipuasakan mulai jam 17.00 (16 jam), untuk perlakuan jam 09.00
2. Beri nomor pada mencit, kemudian timbanglah.
3. Berikan secara oral Asetosal dosis 5, 7.5, 11.3 dan 16.9 gram (rasio 1.5)
4. Semua volume direncanakan 0,2ml/20g BB mencit, tempatkan masing-masing
mencit dalam wadah pengamatan.
5. Amati hal-hal yang dapat teramati, gunakan tabel 2 hand-out.

6. Catat mencit yang mati sampai dengan 24 jam (besoknya), gabung data dengan
data dari dosen.
7. Hitung LD50 menggunakan metode Reed.
8. Buatlah laporan dan serahkan sebelum presentasi.
Tabel 2 hand-out : Pemeriksaan fisik dalam uji ketoksikan akut pada roden
3.5 Pembuatan Sediaan
Vol Obat Ad Trag 10% Vol
Perlakuan Manusia Mencit Etiket
(ml) (mg) (ml) dosis
A 16.9 16.9 44 0.5 900 10 Asetosal 90 mg/ml 0.49
A 11.3 11.3 29 0.5 600 10 Asetosal 60 mg/ml 0.49
A 7.5 7.5 20 0.5 400 10 Asetosal 40 mg/ml 0.49
A5 5.0 13 0.5 260 10 Asetosal 26 mg/ml 0.50

1. Pembuatan 40 ml tragakan

 Perhitungan =
 Timbang 2 g tragakan, gerus. Kemudian larutkan dengan aquadest ad 40 ml. Kocok
ad homogen.

2. Pembuatan Asetosal 900 mg; 600 mg; 400 mg; dan 260 mg
a. Membuat 60 ml tragakan ½% dengan menimbang tragakan sebanyak 300 mg
kemudian tambahkan aquadest ad 60 ml, aduk ad homogen.
b. Menimbang Asetosal serbuk 4 kali, masing-masing sebanyak 900 mg, 600 mg, 400
mg dan 260 mg.
c. Masing-masing asetosal yang telah ditimbang suspensikan dengan tragakan ½% ad
10 ml.
d. Kemudian tuangkan masing-masing sediaan dalam beaker glass.
e. Berikan etiket untuk masing-masing sediaan.
 900 mg, etiket = Asetosal 90 mg/ml
 600 mg, etiket = Asetosal 60 mg/ml
 400 mg, etiket = Asetosal 40 mg/ml
 260 mg, etiket = Asetosal 26 mg/ml

3.6 Perhitungan Dosis


 Perhitungan dosis Asetosal 5 gram
5000 x 0,0026 = 13 mg/20 gram BB mencit

Mencit no 1 (23,61 g)

Mencit no 2 (23,79 g)

Mencit no 1 (23,40 g)

 Dosis Asetosal 7,5 gram: Data diperoleh dari dosen


7500 x 0,0026 = 19,5 mg/20 gram BB mencit
 Dosis Asetosal 11,3 gram: Data diperoleh dari dosen
11300 x 0,0026 = 29,38 mg/20 gram BB mencit
 Perhitungan dosis Asetosal 16,9 gram
16900 x 0,0026 = 43,94 mg/20 gram BB mencit

Mencit no 4 (25,32 g)

Mencit no 5 (23,35 g)

Mencit no 6 (23,61 g)

3.7 Cara Analisis


Data diuraikan berdasarkan hasil kuantitatif yang diperoleh yaitu jumlah hewan coba
yang mati.
 Lakukan penggabungan data dari data dosen.
 Lakukan perhitungan LD50 menggunakan metode reed & muench.
Yaitu sebagai berikut :
Jarak proposional = (50% - %kematian dibawahnya (x)) / (100% - %kematian
dibawahnya (x))
Pertambahan dosis = log dosis besar : dosis kecil (a)
Dosis dibawah 50% (b)
Antilog hasil penjumlahan dari a+b
 Hasil perhitungan LD50 fenobarbital dievaluasi berdasarkan tabel klasifikasi umum
toksisitas relatif, yaitu sebagai berikut :

Kategori LD50
Super toksik 5 mg/kg atau kurang
Sangat toksik 5-50 mg/kg
Toksik 50-500 mg/kg
Cukup toksik 0,5-5 g/kg
Sedikit toksik 5-15 g/kg
Tidak toksik >15 g/kg

 Mengevaluasi data dan menyajikannya dalam bentuk grafik perbandingan onset


terhadap dosis perlakuan.
3.8 Definisi Operasional
1. Kelompok uji adalah kelompok mencit yang diberikan perlakuan menggunakan
Asetosal.
2. Bila mencit tidak mati sampai jam selesai praktek (jam 15.00), keesokan harinya harus
dicek.
3. LD 50 adalah perhitungan dosis Asetosal yang secara statistik diharapkan akan
membunuh 50% mencit.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Hasil Percobaan
4.1.1 Data Pengujian Uji Toksisitas Akut Asetosal pada mencit betina
No. Berat Obat Suntik
Perlakuan Mati
Mencit (g) (ml) (jam)
1 5000 23,61 0,59 11.41 -
2 5000 23,79 0,59 11.40 -
3 5000 23,40 0,58 11.58 -
Jumlah 0
17 7500 -
18 7500 -
19 7500 mati
Jumlah 1
14 11300 -
15 11300 mati
16 11300 mati
Jumlah 2
4 16900 25,32 0,62 11.37 mati
5 16900 23,35 0,57 11.35 mati
6 16900 23,61 0,58 11.39 mati
Jumlah 3
4.1.2 Data Pengujian LD50 menurut Reed-Moench
n= 3

A B Ratio
Dosis Mati Hidup %
A+B Kematian
(mg) (A) (B) turun naik kematian
A/(A+B)
5000 0 3 0 6 3 0 0
7500 1 2 1 3 3 0,33 33
11300 2 1 3 1 3 0,67 67 50 %
16900 3 0 6 0 3 1 100
A= akumulasi mati, B= akumulasi hidup

Jarak proporsional =

Penambahan dosis =

Log (dosis besar : dosis kecil)=

0,2537 x 0,1781 = 0,0452


Dosis dibawah 50% = 7500/ kg BB log 7500 = 3,8751 +
3,9203
LD50 adalah anti log 3,9203 = 8323,39 mg = 8,32 gram
Kesimpulan pentotal mempunyai potensi ketoksikan kategori sedikit toksik (5-15 g/kg BB)

4.1.3 Rata-rata onset dari empat perlakuan


Dosis (mg) Jumlah Mencit yang Mati
5000 0
7500 1
11300 2
16900 3
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Dari percobaan Uji Toksisitas Akut Asetosal – LD50 ini didapatkan kesimpulan
sebagai berikut:
a. Potensi ketoksikan akut Asetosal, dapat ditentukan dari dosis yang diberikan yaitu:
5; 7,5; 11,3; dan 16,9 gram/kg BB (rasio 1,5).
b. Dari hasil perhitungan LD50 Asetosal, didapatkan hasil 8,32 gram/kg. Hasil
tersebut bila dicocokan dengan ketetapan klasifikasi toksisitas relatif termasuk
kategori sedikit toksis (5-15 g/kg BB).
2. Dari grafik dosis vs kematian mencit, didapatkan hasil sebagai berikut :
Semakin besar dosis yang diberikan, semakin besar kemungkinan mencit untuk mati
dan mengakibatkan jumlah mencit yang mati juga semakin banyak.
3. Dosis yang yang sangat toksik diantara ketiga dosis yang diberikan adalah dosis 16,9
gram/kgBB karena telah mematikan 3 ekor mencit.

5.2 Saran
1. Setiap angggota kelompok sebaiknya telah membaca materi yang akan dipraktikkan,
sehingga tiap individu mengetahui tugasnya masing-masing pada praktikum tersebut.
2. Setiap melakukan perlakuan sebaiknya segera dicatat waktu perlakuannya begitu pula
dengan waktu pada saat mencit tersebut mati.
3. Setiap angggota kelompok diharapkan saling bekerja sama agar praktikum dapat
berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Farmakope Indonesia edisi ketiga. 1979. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia
2. Tan Hoan Tjay, Kirana Rahardja. Obat-obat Penting. Edisi keenam. 2007. Jakarta:
Kompas, Gramedia
3. Freddy W. Analgesik, antipiretik, anti-inflamasi non steroid, dan obat pirai.
4. Sulistia G, Rianto S, Frans S, editor. Farmakologi dan Terapi. 2004. Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
5. Richard H, Mary J. Farmakologi ulasan bergambar. Edisi 2. 2001. Terjemahan oleh: dr.
Azwar Agoes. Jakarta: EGC.
6. Cedric M, Alan R. Text book of pharmacology. 1992. Wb Saunders Company.
7. Pradhan SN, Maickel RP, Dutta SN. Pharmacology in medicine: principles and practice.
1993. USA: SP Press International Inc.
8. Underwood JCE. Patologi umum dn sistemik. Volume 2, Edisi 2. 1999. Terjemahan oleh:
Prof.Dr.Sarjadi, dr.SpPA. Jakarta: EGC.
9. Gilman AG. The pharmacological basis of therapeutics. 2001. 10th ed. New York: The
Mc Graw Hill.
10. Ganiswara SG. Farmakologi dan terapi. Edisi 4. 2004. Jakarta: Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
11. Katzung, Bertram. G. 2007. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika
12. Koester MC. An overview of the physiology and pharmacology of aspirin and
nonsteroidal anti-inflammatory drugs [online]. 1993. Available from:
URL:http://www.pubmedcentral.nih.gov.html
13. Wikipedia Encyclopedia. Aspirin [online]. 2004. Available from:
URL:http://en.wikipedia.org/wiki/Aspirin.html
14. Van Heijst ANP, Van Dijk A. Acetylsalicylic acid [online]. 2000. Available from:
URL:http://www.inchem.org/ipps/acetylsalicylicacid.html

Anda mungkin juga menyukai