Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan laporan praktikum farmakologi
mengenai “Potensi Ketoksikan Akut Asetosal terhadap Mencit dengan Kadar yang Berbeda”
Laporan praktikum farmakologi ini disusun berdasarkan data-data yang telah
diperoleh selama praktikum farmakologi, yang telah dilaksanakan pada tanggal 11
November 2014 bertempat di Labolatorium Farmakologi Politeknik Kesehatan Jakarta II
Jurusan Farmasi ditambah dengan data yang diperoleh dosen.
Dengan tersusunnya laporan praktikum farmakologi ini, kami mengucapkan terima
kasih kepada para dosen pembimbing praktikum farmakologi yang telah memandu kami
dalam melaksanakan praktikum hingga selesai,khususnya kepada:
1. Dra. Sujati Woro Indijah, Apt., M. Si, selaku Kepala Laboratorium Farmakologi Politeknik
Kesehatan Depkes Jakarta II Jurusan Farmasi, dan sekaligus pembimbing praktikum
farmakologi.
2. Khairun Nida, Apt., selaku pembimbing praktikum farmakologi.
Kami berharap semoga laporan ini akan bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan dan dapat menambah pengetahuan khususnya bagi mahasiswa Politeknik
Kesehatan Kemenkes Jakarta II Jurusan Farmasi.
Sebagai manusia yang mempunyai keterbatasan, kami menyadari adanya kekurangan
dari laporan ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kepada seluruh pembaca untuk
memberikan saran dan kritik demi laporan-laporan kami berikutnya.
Potensi Ketoksikan Akut Asetosal terhadap Mencit dengan Kadar yang Berbeda
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Toksisitas merupakan istilah dalam toksikologi yang didefinisikan sebagai
kemampuan bahan kimia untuk menyebabkan kerusakan/injuri. Efek dari suatu obat
berhubungan erat dengan dosis yang diberikan. Semakin besar dosis obat yang diberikan
maka efeknya akan lebih kuat, karena reseptor yang berikatan dengan obat tersebut untuk
menimbulkan suatu efek jumlahnya lebih banyak.
Pemberian suatu obat harus memperhatikan dosis, baik itu dosis efektif (ED), dosis
toksik (TD), ataupun dosis letal (LD), karena dosis yang besar akan menimbulkan efek toksik
dan akhirnya dapat menyebabkan kematian. Dosis terapuetis adalah dosis di mana obat
menghasilkan efek yang diinginkan. Dalam hal ini dikenal ED50 dan LD50.
ED50 adalah dosis yang secara farmakologi menimbulkan efek (efektif) pada 50%
populasi yang terpapar obat. LD50 yaitu dosis yang menimbulkan kematian pada 50%
populasi yang terpapar obat. Indeks terapi merupakan perbandingan antara ED50 dengan
LD50 yang merupakan suatu ukuran untuk keamanan obat. Semakin besar indeks terapi
semakin aman obat tersebut.
Asetosal (acetyl salicylic acid) merupakan salah satu jenis nonsteroidal anti-
inflammatory drugs or NSAIDs yang yang banyak digunakan pada pengobatan nyeri ringan
sampai sedang. Asetosal termasuk salah satu obat yang paling sering digunakan di dunia dan
dijual secara bebas di masyarakat untuk pengobatan sendiri, maka kemungkinan untuk terjadi
toksisitas Asetosal menjadi lebih besar.
Efek farmakologi Asetosal antara lain analgesik, antipiretik, anti inflamasi serta anti
koagulan. Asetosal secara luas digunakan untuk mengobati rasa sakit dan nyeri seperti sakit
kepala, sakit gigi, nyeri otot, nyeri sendi pada arthritis, dan juga dapat digunakan untuk
menurunkan demam.
Mekanisme kerja asetosal terutama menekan produksi prostaglandin dan tromboksan.
Pada pemberian oral, asetosal akan diabsorpsi dengan cepat dalam bentuk utuh di gaster,
tetapi sebagian besar di usus halus bagian atas. Setelah diabsorpsi, asetosal akan segera
menyebar ke seluruh jaringan tubuh dan cairan transelular.
Biotransformasi asetosal terjadi di banyak jaringan, tetapi terutama di mikrosom dan
mitokondria hepar. Asetosal diekskresi dalam bentuk metabolitnya (asam salisilat bebas,
asam salisilurik, fenol salisilat, asilglukoronida, dan asam gentisidat) terutama melalui ginjal,
sebagian kecil melalui keringat dan empedu.
Potensi Ketoksikan Akut Asetosal terhadap Mencit dengan Kadar yang Berbeda
2
Selain memiliki efek terapi, asetosal juga memiliki beberapa efek samping antara lain
mual, muntah, reaksi alergi, dan gangguan pada ginjal. Gangguan pada ginjal terjadi karena
adanya hambatan biosintesis prostaglandin ginjal (PGE2) yang banyak berperan pada proses
fisiologik ginjal.
Overdosis Asetosal dapat terjadi secara akut maupun kronik. Tingkat kematian pada
overdosis akut mencapai 2% dan pada overdosis kronik mencapai 25% , akan lebih berat
dampaknya pada anak-anak.
Toksisitas sedang terjadi pada dosis >300 mg/kg BB dan toksisitas berat terjadi pada
dosis 300 – 500 mg/kg BB. Sedangkan dosis lethal apabila digunakan pada dosis >500 mg/kg
BB. Overdosis asetosal berefek tinnitus, nyeri abdominal, hipokalemi, hipoglikemi, pireksia,
hiperventilasi, disritmia, hipotensi, halusinasi, gagal ginjal, kejang, koma, dan kematian.
Untuk menilai keamanan dan efek suatu obat, di dalam laboratorium farmakologi
dilakukan penelitian menggunakan binatang percobaan. Dalam hal ini yang akan ditentukan
adalah khusus LD50, yaitu dosis yang memberikan efek atau yang mematikan 50% dari
jumlah binatang.
Efek terapeutis obat berhubungan erat dengan efek toksisitasnya. Oleh karena itu,
pada praktikum ini kami ingin mengetahui sejauh mana Asetosal dapat menimbulkan
ketoksikan. Kami melakukan uji coba terhadap mencit betina. Hewan uji ini akan diuji
ketoksikan akutnya dan diberikan perlakuan per oral. Kemudian dihitung dengan perhitungan
LD50.
1.2 Tujuan
Tujuan Umum:
1. Menentukan potensi ketoksikan akut dari suatu senyawa dan gejala
yang ditimbulkan pada hewan coba.
Tujuan Khusus:
1. Menetapkan potensi ketoksikan akut Asetosal elalui hitung LD 50 menggunakan
metode Reed.
2. Menetapkan rasional (R) dosis terhadap onset.
Potensi Ketoksikan Akut Asetosal terhadap Mencit dengan Kadar yang Berbeda
3
1.3 Manfaat Percobaan
Bagi Mahasiswa
1. Mengetahui pada dosis berapa Asetosal menyebabkan efek toksik.
2. Mampu memberikan obat secara oral kepada hewan coba mencit.
3. Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menetapkan potensi ketoksikan
pada suatu obat.
Bagi Akademik (Dosen Pembimbing)
1. Memberikan masukan mengenai dosis yang tepat untuk digunakan pada percobaan
selanjutnya.
Potensi Ketoksikan Akut Asetosal terhadap Mencit dengan Kadar yang Berbeda
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
2.1.1 Toksikologi
Toksikologi menurut bidang farmakologi merupakan cabang farmakologi yang
berhubungan dengan efek samping zat kimia di dalam sistem biologi. Toksikologi adalah
ilmu yang mempelajari mengenai efek toksik dari suatu senyawa kimia (obat). Produk
atau sediaan obat harus memenuhi syarat khasiat (eficacy), bermutu (quality) dan aman
(safety). Sehinggga untuk membuktikan khasiat obat, maka dilakukan pengujan
farmakologi.
2.1.3 LD50
Daya toksisitas suatu bahan (obat) biasanya dihitung dari nilai LD50. Dosis
tersebut menggambarkan konsentrasi bahan bahan kimia yang dapat menyebabkan
kematian sampai 50% dari jumlah hewan yang di uji. Nilai LD50 digunakan untuk
mengelompokkan dosis toksik dari bahan kimia yang baru diproduksi. Hasil dari uji
LD50 dari bahan kimia biasanya bervariasi untuk setiap spesies hewan dan laboratorium
penguji, sehingga nilai LD50 tersebut biasanya hanya merupakan perkiraan.
Potensi Ketoksikan Akut Asetosal terhadap Mencit dengan Kadar yang Berbeda
5
Terdapat beberapa macam metode yang paling sering digunakan untuk menghitung
LD50:
Cara Framakope Indonesia III
Cara Weil
Metode Probit
Aritmatik Reed & Muench (1938)
Potensi Ketoksikan Akut Asetosal terhadap Mencit dengan Kadar yang Berbeda
6
2.2 Asetosal
Asam asetil salisiat mengandung tidak kurang dari 99,5% C9H8O4, dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan.
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau atau
hampir tidak berbau; rasa asam.
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol (95%) P, larut
dalam kloroform P dan dalam eter P.
Mekanisme kerja :
1. Anti-inflamasi: Asetosal secara ireversibel menghambat COX dan menghambat
agrerasi trombosit.
2. Analgesik: Asetosal menghambat rangsang nyeri pada lokasi subkortikal.
3. Antipiretik: Asetosal menginhibisi COX di susunan saraf pusat maupun oleh
inhibisi interleukin-1 (yang dilepaskan dari makrofag selama episode inflamasi).
4. Antitrombosit: Asetosal secara ireversibel menghambat COX-1 trombosit sehingga
efek antitrombosit Asetosal bertahan selama 8-10 hari.
Efek Samping : Iritasi mukosa lambung dengan risiko tukak lambung dan
perdarahan samar (occult), pada dosis besar menyebabkan hilangnya
efek pelindung dari prostacyclin (PgI2) terhadap mukosa lambung,
reaksi alergi kulit dan tinnitus pada dosis yang lebih tinggi, kejang-
kejang bronchi hebat, Sindroma Rye pada anak-anak kecil penderita
cacar air serta pada wanita hamil memperpanjang partus dan
meningkatkan perdarahan
Dosis:
Analgetik dan antipiretik: oral 4 dd 0,5-1 gram p.c., maks 4 gram sehari, anak-anak
sampai 10 tahun 10 mg/kg 3-4 kali sehari, 1-12 tahun 10mg/kg 4-6 dd, diatas 12
tahun 4 dd 320-500 mg, maks 2 gram/hari
Rematik: 6 dd 1 gram, maks 8 gram/hari
Prevensi sekunder infark jantung: 1 dd 100 mg
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Analgetikum, antipiretikum
Literatur : - FI III halaman 43
- Obat-obat Penting edisi keenam halaman 316
2.3 Hewan Coba
2.3.1 Pemilihan Hewan Uji
Potensi Ketoksikan Akut Asetosal terhadap Mencit dengan Kadar yang Berbeda
7
Sekurang-kurangnya dua jenis hewan, lebih disarankan empat jenis, terdiri
dari roden dan nirroden, baik jantan maupun betina, satu galur, dewasa sehat, dan
beratnya seragam (variasi yang diperbolehkan lebih kurang 10%).
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Clasis : Mammalia
Ordo : Rodenita
Famili : Muridae
Sub Famili : Murinae
Genus : Mus
Species : Musmusculus
Type Mencit putih DDY (Dutch Democtaric Yokohama)
Mencit bersifat penakut, mudah ditangani, fotofobik, cenderung berkumpul
dengan sesamanya, kencenderungan untuk bersembunyi, lebih aktif pada malam hari,
dan kehadiran manusia akan mengganggu mencit.
Potensi Ketoksikan Akut Asetosal terhadap Mencit dengan Kadar yang Berbeda
9
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Rancangan
1. Mencit yang akan digunakan untuk percobaan uji toksisitas akut adalah mencit betina
dengan bobot 20-30 g.
2. Satu kelompok= 6 ekor.
3. Mencit diberikan perlakuan Asetosal secara oral dengan perincian sebagai berikut:
Asetosal 5 gram (sediaan 26mg/ml) pada mencit nomor 1, 2, 3
Asetosal 7,5 gram pada mencit nomor 17, 18, 19
Asetosal 11,3 gram pada mencit nomor 14, 15, 16
Asetosal 16,9 gram (sediaan 90 mg/ml) pada mencit nomor 4, 5, 6
4. Evaluasi data diamati berdasarkan pengaruh dosis Asetosal pada jumlah mencit yang
mati.
5. Setiap kelompok praktikum memberikan perlakuan yang sama, dosis Asetosal untuk
mencit disesuaikan dengan berat mencit.
Potensi Ketoksikan Akut Asetosal terhadap Mencit dengan Kadar yang Berbeda
10
Bahan:
Asetosal
Hewan uji (mencit putih betina), masing-masing kelompok 6 ekor.
Aqua dest
6. Catat mencit yang mati sampai dengan 24 jam (besoknya), gabung data dengan
data dari dosen.
7. Hitung LD50 menggunakan metode Reed.
8. Buatlah laporan dan serahkan sebelum presentasi.
Tabel 2 hand-out : Pemeriksaan fisik dalam uji ketoksikan akut pada roden
3.5 Pembuatan Sediaan
Vol Obat Ad Trag 10% Vol
Perlakuan Manusia Mencit Etiket
(ml) (mg) (ml) dosis
A 16.9 16.9 44 0.5 900 10 Asetosal 90 mg/ml 0.49
A 11.3 11.3 29 0.5 600 10 Asetosal 60 mg/ml 0.49
A 7.5 7.5 20 0.5 400 10 Asetosal 40 mg/ml 0.49
A5 5.0 13 0.5 260 10 Asetosal 26 mg/ml 0.50
1. Pembuatan 40 ml tragakan
Perhitungan =
Timbang 2 g tragakan, gerus. Kemudian larutkan dengan aquadest ad 40 ml. Kocok
ad homogen.
2. Pembuatan Asetosal 900 mg; 600 mg; 400 mg; dan 260 mg
a. Membuat 60 ml tragakan ½% dengan menimbang tragakan sebanyak 300 mg
kemudian tambahkan aquadest ad 60 ml, aduk ad homogen.
b. Menimbang Asetosal serbuk 4 kali, masing-masing sebanyak 900 mg, 600 mg, 400
mg dan 260 mg.
c. Masing-masing asetosal yang telah ditimbang suspensikan dengan tragakan ½% ad
10 ml.
d. Kemudian tuangkan masing-masing sediaan dalam beaker glass.
e. Berikan etiket untuk masing-masing sediaan.
900 mg, etiket = Asetosal 90 mg/ml
600 mg, etiket = Asetosal 60 mg/ml
400 mg, etiket = Asetosal 40 mg/ml
260 mg, etiket = Asetosal 26 mg/ml
Mencit no 1 (23,61 g)
Mencit no 2 (23,79 g)
Mencit no 1 (23,40 g)
Mencit no 4 (25,32 g)
Mencit no 5 (23,35 g)
Mencit no 6 (23,61 g)
Kategori LD50
Super toksik 5 mg/kg atau kurang
Sangat toksik 5-50 mg/kg
Toksik 50-500 mg/kg
Cukup toksik 0,5-5 g/kg
Sedikit toksik 5-15 g/kg
Tidak toksik >15 g/kg
A B Ratio
Dosis Mati Hidup %
A+B Kematian
(mg) (A) (B) turun naik kematian
A/(A+B)
5000 0 3 0 6 3 0 0
7500 1 2 1 3 3 0,33 33
11300 2 1 3 1 3 0,67 67 50 %
16900 3 0 6 0 3 1 100
A= akumulasi mati, B= akumulasi hidup
Jarak proporsional =
Penambahan dosis =
5.2 Saran
1. Setiap angggota kelompok sebaiknya telah membaca materi yang akan dipraktikkan,
sehingga tiap individu mengetahui tugasnya masing-masing pada praktikum tersebut.
2. Setiap melakukan perlakuan sebaiknya segera dicatat waktu perlakuannya begitu pula
dengan waktu pada saat mencit tersebut mati.
3. Setiap angggota kelompok diharapkan saling bekerja sama agar praktikum dapat
berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Farmakope Indonesia edisi ketiga. 1979. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia
2. Tan Hoan Tjay, Kirana Rahardja. Obat-obat Penting. Edisi keenam. 2007. Jakarta:
Kompas, Gramedia
3. Freddy W. Analgesik, antipiretik, anti-inflamasi non steroid, dan obat pirai.
4. Sulistia G, Rianto S, Frans S, editor. Farmakologi dan Terapi. 2004. Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
5. Richard H, Mary J. Farmakologi ulasan bergambar. Edisi 2. 2001. Terjemahan oleh: dr.
Azwar Agoes. Jakarta: EGC.
6. Cedric M, Alan R. Text book of pharmacology. 1992. Wb Saunders Company.
7. Pradhan SN, Maickel RP, Dutta SN. Pharmacology in medicine: principles and practice.
1993. USA: SP Press International Inc.
8. Underwood JCE. Patologi umum dn sistemik. Volume 2, Edisi 2. 1999. Terjemahan oleh:
Prof.Dr.Sarjadi, dr.SpPA. Jakarta: EGC.
9. Gilman AG. The pharmacological basis of therapeutics. 2001. 10th ed. New York: The
Mc Graw Hill.
10. Ganiswara SG. Farmakologi dan terapi. Edisi 4. 2004. Jakarta: Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
11. Katzung, Bertram. G. 2007. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika
12. Koester MC. An overview of the physiology and pharmacology of aspirin and
nonsteroidal anti-inflammatory drugs [online]. 1993. Available from:
URL:http://www.pubmedcentral.nih.gov.html
13. Wikipedia Encyclopedia. Aspirin [online]. 2004. Available from:
URL:http://en.wikipedia.org/wiki/Aspirin.html
14. Van Heijst ANP, Van Dijk A. Acetylsalicylic acid [online]. 2000. Available from:
URL:http://www.inchem.org/ipps/acetylsalicylicacid.html