DR - hengky-PPT Makalah Bebas - Hengky Fernando D - FK UNAND-RSMD PADANG
DR - hengky-PPT Makalah Bebas - Hengky Fernando D - FK UNAND-RSMD PADANG
Di sisi lain, adaptasi fisiologis yang terjadi pada proses kehamilan normal
juga dapat menimbulkan gejala maupun tanda klinis yang menyerupai suatu
kelainan jantung sehingga menjadi faktor perancu dalam penegakkan
diagnosa.
Oleh sebab itu, diagnosis penyakit jantung pada kehamilan tidak boleh
ditegakkan bila tidak ada kelainan yang ditemukan.
• Ukuran defek yang sedang hingga besar tetap akan terbuka atau persisten hingga dewasa
dapat menimbulkan hipertensi pulmonal sekunder atau gagal jantung kongestif.
• Isolated VSD dan VSD yang terkoreksi tidak menunjukkan peningkatan risiko efek samping
selama kehamilan.
Kemudian pasien dirujuk ke poliklinik kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang. Pasien merasa sesak kalau
beraktifitas, dan merasa sedikit berkurang jika beristirahat, sesak bertambah sejak 2 bulan ini. Riwayat demam
(-), batuk (-), PPV (-).
Pasien sudah tidak haid sejak 2 bulan yang lalu. Pasien memiliki riwayat penyakit jantung yang diketahui sejak
usia 1 tahun, dan dianjurkan operasi saat usia 5-10 tahun namun pasien tidak pernah berobat dan kontrol
hingga saat ini.
Pasien tidak pernah memiliki riwayat penyakit paru, hati, ginjal, DM, dan hipertensi, serta tidak ada riwayat
alergi obat.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum :
Keadaan umum sedang,
kesadaran komposmentis koperatif, Status Generalis :
tekanan darah 110/70 mmHg, Konjungtiva tidak anemis,
sklera tak ikterik, JVP 5-2
nadi 90 x/menit, respirasi 24 x/menit, cmH2O, KGB dan tiroid
suhu badan 36,5 oC. tidak membesar.
Jantung :
Paru : Abdomen :
Ictus cordis terlihat, teraba Genitalia :
Bentuk simetris kiri = Tidak tampak membuncit,
1 jari medial LMCS RIC V,
kanan, fremitus kiri = fundus uteri belum teraba, Vagina / uretra tenang,
batas jantung dalam batas
kanan, sonor, vesikuler, nyeri tekan (-), nyeri lepas perdarahan pervagina (-)
normal, bunyi jantung
rhonki -/-, wheezing -/-. (-), defense muskular (-).
irreguler.
Pemeriksaan Penunjang
Echokardiografi tanggal 12
Januari 2015 : Dimensi ruang
jantung terdapat dilatasi RV, IVS Darah Rutin tanggal 15
terdorong ke kiri, Kontraktilitas LV Januari 2015 : Hemoglobin :
baik, EF 84%, Terlihat VSD
subpulmonic bidirectional shunt 16,3 gr%, leukosit : 3.050/mm,
14mm, TR mild, PG 15 mmHg. hematokrit : 48 %, trombosit :
Kesan: VSD subpulmonic, 14mm, 256.000/mm3, eritrosit : 5,4
bidirectional shunt, PH. juta/mm3
Namun, pada kehamilan trimester I akhir saat ini sudah mulai menimbulkan manifestasi
klinis sesak dan dari hasil echo ditemukan adanya komplikasi pulmonal hipertensi,
sehingga beban atrium dan ventrikel kanan akan bertambah berat dimana dari hasil
echo juga didapatkan dimensi ruang jantung: dilatasi RV, IVS terdorong ke kiri.
Kenaikan ini dimulai pada minggu ke 13 (trimester pertama) dan terus meningkat
sampai kehamilan 32 minggu, dimana volume darah mencapai batas 50% diatas rata-
rata wanita yang tidak hamil (2600-3850 ml), kemudian menurun lagi.
Masa-masa kritis munculnya komplikasi jantung pada kehamilan adalah pada minggu 28-32 saat terjadinya
puncak peningkatan plasma darah atau saat persalinan dan post-partum akibat kembalinya cairan tubuh ke
dalam sistim sirkulasi sehingga beban jantung bertambah berat. Penanganan kehamilan dengan penyakit
jantung membutuhkan kerja sama tim yang terpadu dari berbagai disiplin ilmu seperti obstetri ginekologi,
kardiologi, ilmu penyakit dalam, dan anestesi.
Pada kasus ini menurut klasifikasi NYHA (New York Heart Association) masih dalam grade II, namun usia
kehamilan belum mencapai kehamilan 32 minggu yang mana akan dapat terjadi kenaikan grading karena
terjadi puncak peningkatan plasma darah yang dapat memperberat kondisi kehamilan. Penilaian risiko
maternal dilakukan menurut klasifikasi risiko yang dimodifikasi menurut WHO. Klasifikasi ini mengintegrasikan
semua faktor risiko kardiovaskuler maternal yang ada termasuk penyakit jantung penyerta dan komorbiditas
lainnya.
KELAS
RISIKO KEHAMILAN BERDASARKAN KONDISI MEDIS
RISIKO
I Tidak terdeteksi peningkatan risiko mortalitas maternal dan /tanpa peningkatan ringan dalam morbiditas.
II Sedikit peningkatan risiko mortalitas maternal atau peningkatan moderat dalam morbiditas.
Peningkatan risiko mortalitas maternal signifikan atau morbiditas berat. Konseling dengan ahli
III diperlukan. Jika diputuskan hamil, pengawasan spesialis jantung dan kandungan secara intensif
dibutuhkan selama kehamilan, persalinan dan nifas.
Risiko mortalitas maternal sangat tinggi atau morbiditas berat, dikontraindikasikan hamil. Jika kehamilan
IV
terjadi, perlu didiskusikan terminasi. Jika kehamilan berlanjut, dirawat seperti kelas III
Ketentuan hukum dalam aborsi medisinalis
Pada dasarnya setiap orang dilarang melakukan aborsi, demikian yang disebut
dalam Pasal 75 ayat (1) Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan ("UU
Kesehatan"). Namun, larangan tersebut dikecualikan berdasarkan Pasal 75 ayat (2) UU
Kesehatan No. 36 Tahun 2009, yaitu bila ada :
a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam
nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan,
maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar
kandungan; atau
b. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban
perkosaan.
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 61 tahun 2014 tentang
kesehatan reproduksi :
• Pengecualian (dibolehkannya) tindakan aborsi hanya boleh didasarkan pada indikasi medis
dan kehamilan akibat korban perkosaan yang traumatis dengan syarat dan ketentuan yang
ketat.
• Dibolehkannya aborsi sebagai pengecualian larangan aborsi ini hanya dapat dilakukan setelah
melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca
tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang, setelah memenuhi
syarat yaitu sebelum kehamilan berumur 40 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir
(kecuali dalam hal kedaruratan medis), atas permintaan atau persetujuan ibu hamil yang
bersangkutan dan dengan izin suami, kecuali korban perkosaan.
• Jika syarat diatas terpenuhi, • Karena pasal tersebut juga mengatur
pengecualian larangan aborsi boleh tentang hal-hal apa saja yang harus
dilakukan sepanjang memenuhi dipatuhi sebelum melakukan aborsi.
ketentuan bahwa dilakukan oleh Pada kenyataannya, tindakan aborsi
dokter yang telah mendapatkan pada beberapa kondisi medis
pelatihan oleh penyelenggara merupakan satu-satunya jalan yang
pelatihan yang terakreditasi, harus dilakukan tenaga medis untuk
dilakukan di fasilitas pelayanan menyelamatkan nyawa seorang ibu
kesehatan yang memenuhi syarat yang mengalami permasalahan
yang ditetapkan oleh Menteri kesehatan atau komplikasi yang
Kesehatan serius pada saat kehamilan.
Pada kasus ini penderita memilih dilakukan terminasi kehamilan dan hal tersebut dilaksanakan
sesuai dengan Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 tahun 2014 tentang kesehatan reproduksi. Mengenai
persiapan, tim aborsi, tim pelaksanaan hingga konseling pra dan paska tindakan telah sesuai
dengan yang tercantum dalam UU dan PP tersebut.