Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN

HASIL OBSERVASI LAPANGAN


“GAMBARAN UMUM MASYARAKAT INDONESIA”
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perundang-undangan Sosial

Dosen Mata Kuliah


Bali Widodo,S.H,M.Si

Disusun oleh :

1. Ailia Siggi Jeni NRP 1204134


2. Lala Mareta Dwi PS NRP 1204237
3. Helent Shentia Ricky NRP 1204279
4. Sherly Nuari Said NRP 1204308

Kelas 1. J

JURUSAN PEKERJAAN SOSIAL

SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL


KOTA BANDUNG
TAHUN 2012
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan

karunia-Nya tugas mata kuliah Perundang-undangan Sosial ini dapat kami selesaikan

tepat pada waktunya.

Tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai

lanjut usia yang hidup dalam situasi dan kondisi yang memprihatinkan dimana kenyataan

ini bertolak belakang dengan Undang-undang Dasar 1945.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada :

1. Kepada Allah SWT ;

2. Bapak Bali Widodo,S.H,M.Si selaku dosen mata kuliah ;

3. Bapak H. AS selaku (klien) ;

4. Rekan-rekan kelas 1.J ;

Dalam makalah ini tentunya masih banyak kekurangan yang harus kami perbaiki.

Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan dari semua pihak agar menjadi

bahan koreksi untuk kami memperbaiki tulisan-tulisan berikutnya.

Bandung, 28 Februari 2013

Kelompok 2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………………….

Daftar Isi ……...………………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang ………………………………………………………………….


b. Tujuan ………………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN

a. Hasil Wawancara ………………………………………………………….


b. Kaitan dengan UU Lansia ………………………………………………….
c. Peran Pemerintah ………………………………………………………….
d. Peran Swasta …………………………………………………………………

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan …………………………………………………………………
b. Kritik dan Saran …………………………………………………………………

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Keadaan masyarakat Indonesia pada saat ini dirasakan masih sangat


memprihatinkan. Banyaknya masyarakat yang belum mendapatkan kesejahteraan
yang layak untuk keberlangsungan hidupnya menjadi salah satu bahasan utama
dalam makalah ini.

Permasalahan ini dialami oleh sebagian warga masyarakat di Indonesia


khususnya para lanjut usia yang terus berjuang demi mempertahankan hidupnya.
Mereka memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan keterampilan yang kurang
memadai serta minimnya pengalaman kerja, sehingga mengharuskan mereka
menjadi pengemis, pemulung dan sebagainya. Hal ini merupakan fenomena sosial
yang tidak bisa dihindari keberadaannya dalam kehidupan masyarakat Indonesia,
terutama di daerah perkotaan (kota-kota besar).

Dalam Pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan : “Fakir miskin


dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”. Ini menunjukkan betapa tinggi
hasrat dan martabat bangsa Indonesia untuk memajukan bangsanya, demi
mewujudkan kesejahteraan rakyat yang merata di semua lapisan masyarakat.

Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan


Pokok Kesejahteraan Sosial ditegaskan tujuan itu dapat dicapai apabila
masyarakat dan negara dalam taraf kesejahteraan sosial yang sebaik-baiknya
serta menyeluruh dan merata. Kesejahteraan sosial itu sendiri dibatasi sebagai
suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materiil maupun spirituil yang diliputi
oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan bathin. Ini
memungkinkan setiap warga untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan
jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya.

Kenyataan yang ada tenyata masih banyak saudara-saudara kita yang


terbelakang, miskin, jauh dari kehidupan yang layak dan masih banyak lansia yang
hidup tidak tentu dan berkeliaran di sana-sini. Ini memberi bukti bahwa
pembangunan yang dilaksanakan sampai saat ini belum menjangkau saudara-
saudara kita dan pembangunan sedang giat-giatnya dilakukan oleh pemerintah
belum merata.
Kota Bandung termasuk salah satu kota tujuan pendatang tidak terlepas pula
sebagai wilayah yang dihuni para lanjut usia yang jumlahnya cukup banyak. Oleh
karena itu masalah ini perlu untuk kami kaji lebih lanjut untuk memperoleh
informasinya.

II. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa faktor-faktor penyebab adanya lansia?
1. Bagaimana upaya dan peranan Pemerintah dalam menanggulangi lansia?
2. Apa faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam upaya penanggulangan
lansia?
3. Bagaimana kaitannya dengan UUD 1945?

III. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab adanya lansia tunawisma.
2. Untuk mengetahui upaya dan peranan Pemerintah dalam menanggulangi
lansia tunawisma.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam upaya
penanggulangan lansia tunawisma.
4. Untuk mengetahui kaitan UUD 1945 dengan keyataan yang ada.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Lansia
Lansia Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh)
tahun keatas.

Masalah kesehatan mental pada lansia dapat berasal dari 4 aspek yaitu
fisik, psikologik, sosial dan ekonomi. Masalah tersebut dapat berupa emosi labil,
mudah tersinggung, gampang merasa dilecehkan, kecewa, tidak bahagia,
perasaan kehilangan, dan tidak berguna. Lansia dengan problem tersebut menjadi
rentan mengalami gangguan psikiatrik seperti depresi, ansietas (kecemasan),
psikosis (kegilaan) atau kecanduan obat. Pada umumnya masalah kesehatan
mental lansia adalah masalah penyesuaian. Penyesuaian tersebut karena adanya
perubahan dari keadaan sebelumnya (fisik masih kuat, bekerja dan
berpenghasilan) menjadi kemunduran.
2. Lansia juga identik dengan menurunnya daya tahan tubuh dan mengalami
berbagai macam penyakit. Lansia akan memerlukan obat yang jumlah atau
macamnya tergantung dari penyakit yang diderita. Semakin banyak penyakit pada
lansia, semakin banyak jenis obat yang diperlukan. Banyaknya jenis obat akan
menimbulkan masalah antara lain kemungkinan memerlukan ketaatan atau
menimbulkan kebingungan dalam menggunakan atau cara minum obat.
Disamping itu dapat meningkatkan resiko efek samping obat atau interaksi obat.
3.

4. Pengertian Tunawisna

5. Hasil Wawancara

a. Pelaksanaan:
Hari : Rabu, 20 Februari 2013
Waktu : 11.00 – 11.25 WIB
Tempat : Alun-alun Kota Bandung
Klien : H. AS
Pekerjaan : Pemulung Botol Bekas
Umur : 75 Tahun.

Rabu, 20 Februari 2013 kami menyusuri sekitar alun-alun Masjid Agung Provinsi
Jawa Barat untuk menemui seorang pemulung lanjut usia yang akan kita ajak berinterkasi
berkaitan dengan kisah kehidupannya. Pukul 10:00 WIB kami sampai di lokasi, sambil
berjalan memengang kantong kresek yang didalam nya berisi nasi bungkus dan air
mineral kami mencoba mulai mencari target (klien). Kami coba mencari tahu keberadaan
klien dengan berjalan mengelilingi area tersebut. Tampaknya di lokasi tersebut tidak ada
aktivitas para pemulung seperti biasanya. Kemudian kami mencari tahu apa sebabnya,
setelah beberapa menit akhirnya kami tahu bahwa hari ini ada pengajian di masjid agung,
maka dari aparat Satual Polisi Pamong Praja (SatPolPP) mensteriilkannya dari para
pengemis dan gelandangan.

Sampai akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat sejenak, sambil menunggu


sosok klien yang di maksud beraktifitas. Pukul 11.15 WIB kami melihat seorang bapak
paruh baya yang sedang mengambil sisa-sisa botol minuman di tong sampah. Kami
berusaha mengajak berkomunikasi untuk mendapatkan informasi mengenai kehidupan
Bapak tua tersebut. Akhirnya selang beberapa saat, bapak tua tersebut bersedia untuk
meluangkan waktunya untuk berkomunikasi dengan kami.

Sambil bersalaman dengan kami, beliau memperkenalkan diri. “Nama Bapak H.


AS”, kami sempat tercengang saat beliau mengatakan bahwa beliau sudah haji, siapa
sangka seorang bapak tua pemungut sisa-sisa botol bekas yang tampak keriput dan
rentan itu merupakan seorang haji. Tak berlangsung lama, kami pun meneruskan
perbincangan kami dengan klien (pak anwar kami memanggilnya), klien tinggal di
sekitaran alun-alun bersama para pemulung dan pedagang asongan lainnya dangan
sewa kontrakan Rp 200.000,00 per bulannya. Klien berumur 75 tahun merupakan anak
ke empat dari tujuh bersaudara. Klien lahir di Tasikmalaya, beliau sudah sembilan tahun
menjadi duda karena isterinya telah meninggal dunia. Klien mempunyai tiga orang anak
dan enam cucu, tetapi mereka semua tinggal di Kalimantan Barat. Bisa dikatakan semua
anaknya hidup berkecukupan ada yang membuka usaha salon, bekerja sebagai guru.
Namun klien memilih untuk hijrah ke Bandung dengan alasan tidak ingin menyusahkan
anak-anaknya, dan malu jika terus menerus tinggal bersama anak dan menantunya. Klien
sendiri tinggal di sekitar alun-alun sudah hampir setahun dengan kesehariannya hanya
memungut botol-botol bekas, klien mulai beraktifitas dari subuh hingga jam 7
malam,beliau mengkulakkan hasil botol-botol yang ia kumpulkan kepada pengkulak
dengan dihargai 2500 per kilo nya, dalam sehari beliau dapat mengumpulkan 5kg botol-
botol bekas,dam pada hari libur bisa sampai 10kg botol yang bisa beliau kumpulkan. Bisa
di bayangkan berapa penghasilan beliau setiap harinya,kami bertanya apakah anak-
anaknya tau kondisi beliau di bandung,namun beliau mengatakan bahwa anak-anaknya
hanya tau orang tuanya berjualan di sekitar alun-alun,karna beliau beralasan tidak ingin
membuat anak-anaknya terbebani. Beliau mengumpulkan botol bekas dengan harapan
uang yang ia kumpulkan dapat mengantarkan beliau mengunjungi anak-anaknya di
Kalimantan. Tahun 2003 beliau dan istrinya pergi ke tanah suci,menjalankan ibadah haji
dengan dibiayai oleh Sarwo Edi Wiboyo ( bapak dari ibu ani yudoyono),selang setahun
kemudian sang istri meninggal dunia.

Saat kami bertanya perihal keinginannya di masa tua,beliau pun menjawab sebenarnya
beliau ingin berkumpul bersama keluarga di Kalimantan dan beristirahat menikmati masa
tuanya, namun terkendala oleh dana yang belum memadai untuk menyambangi anak-
anaknya di kelimantan.

Beliau tidak hanya memulung botol-botol bekas namun juga sebagai mata-mata karena di
sekitar masjid masih banyak para pedagang asongan dengan tangan jahilnya mengambil
sandal para jamaah masjid,banyak juga para jamaah yang kehilangan handphone dan
dengan jujurnya beliau mengembalikan kepada pengurus masjid,dan pengurus masjid
akan menyiarkan berita kahilangan,hidup jujur merupakan kunci kesuksesan
seseorang,ujarnya.

Setelah puas kami bertanya dan kami rasa hari semakin panas,kami akhiri perbincangan
kami dengan pak anwar,tak lupa kami meminta dokumentasi sebagai bukti kegiatan
kami.
B. Undang-undang Lansia

Hukum Perlindungan Lansia

Empat peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan lanjut usia, yaitu :

1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.

Yang menjadi dasar pertimbangan dalam undang-undang ini, antara lain adalah ”bahwa
pelaksanaan pembangunan yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi
sosial masyarakat yang makin membaik dan usia harapah hidup makin meningkat,
sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah”.

Selanjutnya dalam ketentuan umum, memuat ketentuan-ketentuan yang antara lain


dimuat mengenai pengertian lanjut usia, yaitu seseorang yang telah mencapai usia 60
tahun ke atas.

Asas peningkatan kesejahteraan lanjut usia adalah keimanan, dan ketakwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, kekeluargaan, keseimbangan, keserasian, dan keselarasan
dalam perikehidupan. Dengan arah agar lanjut usia tetap dapat diberdayakan sehingga
berperan dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan fungsi kearifan,
pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia, dan kondisi fisiknya, serta
terselenggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraannya.

Selanjutnya tujuan dari semua itu adalah untuk memperpanjang usia harapan hidup dan
masa produktif, terwujudnya kemandirian dan kesejahteraannya, terpeliharanya sistem
nilai budaya dan kekerabatan bangsa Indonesia serta lebih mendekatkan diri kepada
Tuhan Yang Maha Esa.

Lanjut usia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Sebagai penghormatan dan penghargaan kepada lanjut usia diberikan hak
untuk meningkatkan kesejahteraan yang meliputi :

• pelayanan keagamaan dan mental spiritual


• pelayanan kesehatan

• pelayanan kesempatan kerja

• pelayanan pendidikan dan pelatihan

• kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum

• kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum

• perlindungan sosial

• bantuan sosial

Dalam undang-undang juga diatur bahwa Lansia mempunyai kewajiban, yaitu :

• membimbing dan memberi nasihat secara arif dan bijaksana berdasarkan


pengetahuan dan pengalamannya, terutama di lingkungan keluarganya dalam rangka
menjaga martabat dan meningkatkan kesejahteraannya;

• mengamalkan dan mentransformasikan ilmu pengetahuan, keahlian, keterampilan,


kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya kepada generasi penerus;

• memberikan keteladanan dalam segala aspek kehidupan kepada generasi penerus.

Pemerintah bertugas mengarahkan, membimbing, dan menciptakan suasana yang


menunjang bagi terlaksananya upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia.
Sedangkan pemerintah, masyarakat dan keluarga bertanggungjawab atas terwujudnya
upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Upaya


Peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia.

Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia, meliputi :

a. Pelayanan keagamaan dan mental spiritual, antara lain adalah pembangunan sarana
ibadah dengan penyediaan aksesibilitas bagi lanjut usia.
b. Pelayanan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan upaya penyembuhan
(kuratif), diperluas pada bidang pelayanan geriatrik/gerontologik.

c. Pelayanan untuk prasarana umum, yaitu mendapatkan kemudahan dalam


penggunaan fasilitas umum, keringanan biaya, kemudahan dalam melakukan perjalanan,
penyediaan fasilitas rekreasi dan olahraga khusus.

d. Kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum, yang dalam hal ini pelayanan
administrasi pemberintahan, adalah untuk memperoleh Kartu Tanda Penduduk seumur
hidup, memperoleh pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan milik pemerintah,
pelayanan dan keringanan biaya untuk pembelian tiket perjalanan, akomodasi,
pembayaran pajak, pembelian tiket untuk tempat rekreasi, penyediaan tempat duduk
khusus, penyediaan loket khusus, penyediaan kartu wisata khusus, mendahulukan para
lanjut usia. Selain itu juga diatur dalam penyediaan aksesibilitas lanjut usia pada
bangunan umum, jalan umum, pertamanan dan tempat rekreasi, angkutan umum.
Ketentuan mengenai pemberian kemudahan dalam melakukan perjalanan diatur lebih
lanjut oleh Menteri sesuai dengan bidang tugas masing-masing.

3. Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 2004 Tentang Komisi Nasional Lanjut Usia.

a. Keanggotaan Komisi Lanjut Usia terdiri dari unsur pemerintah dan masyarakat yang
berjumlah paling banyak 25 orang.

b. Unsur pemerintah adalah pejabat yang mewakili dan bertanggungjawab di bidang


kesejahteraan rakyat, kesehatan, sosial, kependudukan dan keluarga berencana,
ketenagakerjaan, pendidikan nasional, agama, permukiman dan prasarana wilayah,
pemberdayaan perempuan, kebudayaan dan pariwisata, perhubungan, pemerintahan
dalam negeri. Unsur masyarakat adalah merupakan wakil dari organisasi masyarakat
yang bergerak di bidang kesejahteraan sosial lanjut usia, perguruan tinggi, dan dunia
usaha.

c. Di tingkat provinsi dan kabupaten/kota dapat dibentuk Komisi


Provinsi/Kabupaten/Kota Lanjut Usia.
d. Pembentukan Komisi Daerah Lanjut Usia ditetapkan oleh Gubernur pada tingkat
provinsi, dan oleh Bupati/Walikota pada tingkat kabupaten/kota.

4. Keputusan Presiden Nomor 93/M Tahun 2005 Tentang Keanggotaan Komisi


Nasional Lanjut Usia.

a. Pengangkatan anggota Komnas Lansia oleh Presiden.

b. Pelaksanaan lebih lanjut dilakukan oleh Menteri Sosial

Berbagai macam program/kegiatan di bidang pelayanan sosial lanjut usia baik melalui
dana APBD maupun APBN yang selama ini telah dilaksanakan oleh Dinas Sosial Provinsi
DIY, antara lain:

1. Bantuan UEP untuk Lansia yang masih produktif

2. Home Care (pendampingan dan perawatan LU di rumah)

3. Program Trauma Center bagi Lansia yang mengalami trauma

4. Pelayanan Harian Lanjut Usia (Day Care Service)

5. Program Jaminan Sosial Lanjut Usia (JSLU)

6. Bantuan Permakanan bagi LUT yang sudah tidak potensial

7. Penguatan Kelembagaan bagi Orsos yang menangani LU, dsb.


Lampiran
Gambar 1.1: Helent – Sherly – Lala – Ailia – Bapak H.AS
Berfoto bersama diakhir wawancara.

Gambar 1.2 proses interaksi dengan klien


Gambar 1.3 : Klien menyampaikan informasi tentang kehidupannya.

Gambar 1.4 : Kegiatan wawancara dengan klien.

Daftar Pustaka
1. Fahrudin,Adi. 2012. Pengantar Kesejahteraan Sosial. PT Refika
Aditama.Bandung.
2. www.dpr.go.id/uu/uu1998/UU_1998_13.pdf
di akses pada tanggal 28 Februari 2013 pukul 11.05 WIB.
3. http://rehsos.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=621
di akses pada tanggal 27 Februari 2013 pukul 16.52 WIB.

Anda mungkin juga menyukai