Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Memperlihatkan reaksi oksidasi anaerob yang berlangsung dalam sel ragi,
memperlihatkan adanya enzim dehidrogenase aerob dalam susu, memperlihatkan adanya enzim
peroksidase dalam susu, memperlihatkan adanya enzim oksidase dalam kentang, dam
memperlihatkan efek antioksidan vitamin C.

1.2 Tinjauan Pustaka


Prinsip reaksi oksidasi reduksi yaitu reaksi pengeluaran dan perolehan elektron berlaku
pada berbagai sistem biokimia dan merupakan konsep penting yang melandasi pemahaman
tentang sifat oksidasi biologi. Ternyata banyak reaksi-reaksi oksidasi dalam sel hidup dapat
berlangsung tanpa peran molekul oksigen. Mitokondria sebagai organella pernapasan sel,
dikatakan demikian karena didalamnya berlangsung sebagian besar peristiwa penangkapan energi
yang berasal dari oksidasi dalam rantai pernapasan sel. Sistem dalam mitokondria yang
merangkaikan respirasi dengan produksi ATP sebagai suatu zat antara berenergi tinggi dikenal
dengan fosforilasi oksidatif. Fosforilasi oksidatif memungkinkan organisme aerob menangkap
energi bebas dengan proporsi yang lebih besar bila dibandingkan dengan organisme an aerob.
(Girindra, 2006).
Uji oksidasi dalam kentang dan pengaruh pemberian vitamin C antioksidan
adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih electron kepada
radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat diredam. berdasarkan sumber
perolehannya ada 2 macam antioksidan, yaitu antioksidan alami dan antioksidan buatan
(sintetik). tubuh manusia tidak mempunyai cadangan antioksidan dalam jumlah
berlebih, sehingga jika terjadi paparan radikal berlebih maka tubuh membutuhkan
antioksidan eksogen. adanya kekhawatiran akan kemungkinan efek samping yang
belum diketahui dari antioksidan sintetik menyebabkan antioksidan alami menjadi
alternative yang sangat dibutuhkan. antioksidan alami mampu melindungi tubuh terhadap
kerusakan yang disebabkan spesies oksigen reaktif, mampu menghambat terjadinya
penyakit degeneratif serta mampu menghambat peroksidae lipid pada makanan.
(Poedjiadi, 2006).

1.3 Tinjauan Bahan

1.3.1 Enzim Oksidase


Enzim Oksidase menggunakan oksigen sebagai akseptor hydrogen. Enzim oksidase
mengatalisis pengeluaran hydrogen dari substrat dengan menggunakan oksigen sebagai akseptor
hidrogennya. Enzim-enzim tersebut membetuk air atau hydrogen peroksida sebagai produk
reaksi. Sebagian oksidase mengandung tembaga sitokrom. oksidase merupakan hemoprotein
yang tersebar luas dalam banyak jaringan, dengan gugus prostetik heme yang secara khas
ditemukan dalam mioglobin, hemoglobin, serta sitrokom lain. Enzim ini merupakan komponem
terakhir pada rantai pembawa (carrier) respiratorik yang ditemukan dalam mitokondria dan
dengan demikian bertanggung jawab atas reaksi pemindahan elektron yang dihasilkan dari
oksidasi molekul substrat oleh dehidrogenase kepada akseptornya yang terakhir, yaitu oksigen.
Gas karbon monoksida, sianida, dan hydrogen sulfide merupakan racun bagi enzim sitokrom
oksidase. Sifat yang berlainan sehubungan dengan efek karbon monoksida serta sianida. Enzim
xantin oksidase tersebar luas dan terdapat didalam susu,usus halus, ginjal, serta hati. Enzim ini
mengandung molibdenum dan mempunyai peranan penting dalam konversi basa purin menjadi
asam urat sebagai produk nitrogenosa akhir utama, bukan saja dari metabolisme purin, tetapi juga
dari katabolisme protein dan asam amino. Aldehid dehidrogenase merupakan enzim terikat-FAD
yang terdapat didalam hati mamalia. Enzim ini merupakan metaloflavoprotein yang mengandung
molibdenum serta besi nonheme dan bekerja pada senyawa aldehid serta substret N-heterosiklik.
Mekanisme oksidase dan reduksi semua enzim ini bersifat sangat kompleks.meskipun demikian,
bukti-bukti menunjukkan bahwa reduksi cincin isoaloksazin berlangsung dalam 2 tahap lewat
intermediat. ( Muray, 2009)

1.3.2 Dehidrogenase
Dehidrogenase tidak dapat menggunakan oksigen sebagai akseptor hidrogen
Ada sejumlah besar enzim didalam kelompok ini. Enzim-enzim tersebut melaksanakan 2 fungsi
utama, yaitu pemindahan hidrogen dari substrat yang satu kepada substrat yang lain dalam reksi
oksidasi-reduksi berpasangan. Enzim dehidrogenase ini bersifat sangat spesifik untuk
substratnya, tetapi sering memakai koenzim atau pembawa hidrogen yang sama seperti enzim
dehidrogenase lain, misal, NAD. Karena reaksi berlangsung reversibel, sifat-sifat ini
memudahkan senyawa ekuivalen preduksi dipindahkan secara bebas didalam sel. Yang kedua
sebagai komponen dalam rantai respirasi pengangkutan elektron dari substrat ke oksigen.
1.3.3 Hidroperoksidase
Enzim Hidroperoksidase menggunakan hidrogen Peroksida atau Peroksida Organik
sebagai substrat. Ada dua tipe enzim yang masuk ke dalam kategori ini : peroksidase dan
katalase. Kedua tipe enzim ini ditemukan baik pada hewan maupun tumbuhan. Enzim
hidroperoksidase melindungi tubuh terhadap senyawa-senyawa peroksida yang berbahaya.
Penumpukan senyawa peroksida dapat menghasilkan radikal bebas yang selanjutnya akan
merusak membran sel dan keungkinan menimbulkan penyakit kanker serta aterosklerosis.
(Poedjiadi, 2006)

1.3.4 Oksigenase
Enzim oksigenase mengatalisis pemindahan langsung dan inkorporasi oksigen ke dalam
molekul substrat. Enzim oksigenase lebih berhubungan dengan sintesis atau penguraian berbagai
tipe metabolit dibandingkan mengambil bagian dalam reaksi yang bertujuan memberikan enegi
pada sel. Enzim-enzim dalam kelompok ini mengatalisis inkorporasi (penyatuan) oksigen
kedalam molekul substrat. Peristiwa ini berlangsung melalui 2 tahap, yaitu pengikatan oksigen
dengan enzim pada tapak aktif dan reaksi saat oksigen yang terikat direduksi atau dipindahkan
kepada substrat.

1.3.5 Susu
Susu adalah suatu sekresi yang komposisinya sangat berbeda dari komposisi darah yang
merupakan asal susu. Misalnya lemak susu, casein, laktosa yang disintesa oleh alveoli dalam
kambing, tidak terdapat di tempat lain manapun dalam tubuh sapi (Muchtadi, dkk., 2010).
Kualitas mikrobial dalam susu segar sangat penting bagi penilaian dan produksi produk
susu yang berkualitas. Susu dapat disebut telah rusak apabila terdapat gangguan dalam tekstur,
warna, bau dan rasa pada kondisi dimana susu tersebut sudah tidak patut lagi dikonsumsi oleh
manusia. Kerusakan yang disebabkan oleh mikroorganisme dalam makanan sering melibatkan
degradasi dari zat zat nutrisi seperti protein, karbohidrat dan lemak, baik oleh mikroorganisme itu
sendiri maupun enzim yang diproduksinya. Air susu mengandung tiga komponen karakteristik
yaitu: laktosa, kasein, dan lemak susu. Disamping mengandung bahan-bahan lainnya misalnya
air, mineral, vitamin, dan lainnya. Banyaknya tiap-tiap bahan didalam air susu berbeda-beda
tergantung spesies hewan; komposisi dipengaruhi oleh banyak sekali faktor genetic dan
lingkungan (Budi, 2006).

1.3.6 Pisang
Pisang merupakan buah dengan sumber gizi yang hampir sempurna karena pisang
mengandung nutrisi enam yaitu: air, gula, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Pisang
mengandung (68%) air, (25%) gula, (2%) protein, (1%), lemak dan minyak, (1%) serat Selulosa.
Sebagaimana juga ia mengandung pati dan asam tanin, vitamin A (300 IU per seratus gram),
vitamin B dengan berbagai jenisnya; B1, B2, B 6, dan 12 (100 mg per seratus gram), persentase
yang cukup dari vitamin D, dan sedikit Vitamin Z. Dan pisang juga mengandung Kalsium (100
mg per seratus gram), Fosfor, Besi, Sodium, Kalium (potassium), Magnesium, dan Seng.

1.3.6 Asam Askorbat


Asam askorbat sangat mudah teroksidasi menjadi asam dihidroaskorbat yang masih
mempunyai keaktifan sebagai vitamin C. Asam dihidroaskorbat secara kimia sangat labil dan
dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam diketogulonat yang tidak memiliki
keaktifan sebagai vitamin C lagi. Dalam larutan air vitamin C mudah dioksidasi, terutama apabila
dipanaskan. Oksidasi dipercepat apabila ada tembaga atau suasana alkalis. Kehilangan vitamin C
sering terjadi pada pengolahan, pengeringan, dan cahaya. Vitamin C penting dalam pembuatan
zat-zat interseluler, kolagen. Vitamin ini tersebar keseluruh tubuh dalam jaringan ikat, rangka,
matriks, dan lain-lain. Vitamin C berperan penting dalam hidroksilasi prolin dan lisin menjadi
hidroksiprolin dan hidroksilisin yang merupakan bahan pembentukan kalogen tersebut
(Poedjiadi, 2006).

BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat
Alat yang digunakan saat praktikum adalah tabung reaksi kecil, tabung peragian, tabung
reaksi sedang, labu erlenmeyer, gelas ukur, dan pisau.
2.2 Bahan
Cairan fenol, cairan metilen, susu segar, formaldehid, pati, fruktosa, sukrosa, amilum,
laktosa, glukosa, pisang, asam askorbat (vitamin C), ragi roti, larutan NaOH, larutan H 2O2
,dan larutan larutan parafenildiamin.
2.3 Skema Kerja
2.3.1 Peragian
Prosedur Peragian

Ragi
Gerus 1 gram dan 14 ml larutan karbohidrat sampai
menjadi suspensi yang rata.
Tuang suspensi tersebut kedalam tabung peragian dan
balikkan tabung peragian sehingga terisi penuh.

Balikkan tabung kembali dan tabung peragian harus tetap


terisi.
Biarkan selama kurang lebih 1 1/2 jam
Adanya bau tape dan terbentuknya gas pada tabung peragian
menunjukkan adanya oksidasi.
Hasil

2.3.2 Uji Schardinger


Prosedur Uji Schardinger
Susu segar dan susu pasteurisasi
Siapkan 2 tabung reaksi
Masukkan 5 ml susu segar pada tabung pertama

Masukkan 5 ml susu pasteurisasi pada tabung kedua.


Tambahkan 1 mL larutan biru metilen dan 1 mL larutan
formaldehid 0,4 % ke dalam masing-masing tabung
Campur dengan baik dan amati warna yang tampak.
Masukkan ke dalam penangas air 600 – 650 C dan amati
warna yang tampak

Hasil

2.3.3 Uji Peroksidase


Prosedur Uji Peroksidase
Susu segar
Dalam 3 buah tabung reaksi masing-masing ditambahkan 5
mL air susu
Tabung kedua dipanaskan pada suhu 700

Tabung ketiga dipanaskan pada suhu 900


Semua tabung ditambahkan 2 tetes larutan parafenil diamin
dan 1-4 larutan H2O2
Mengamati perubahan warna yang terjadi

Hasil

2.3.4 Efek antioksidan dari vitamin C (asam askorbat)

Prosedur Efek antioksidan dari vitamin C


Pisang
Sediakan 2 gelas kimia
Gelas kimia pertama berisi potongan pisang dan aquadest
tanpa larutan asam askorbat

Gelas kimia kedua berisi potongan pisang dan asam askorbat


tanpa aquadest
Biarkan dalam beberapa menit
Amati waktu (menit) terjadinya warna cokelat

Hasil

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Peragian
Pada percobaan peragian untuk membuktikan di dalam sel terjadi reaksi oksidasi
karbohidrat menjadi CO2 dalam keadaan anaerob. Pertama-tama alat yang digunakan dicuci
bersih hingga steril. Kemudian ragi digerus sampai halus dan kemudian didapatkan
sebanyak 1 gram. Tambahkan dalam tabung peragian dengan masing-masing tabung
ditambahkan 14 mL larutan karbohidrat, seperti sukrosa, pati, glukosa, dan laktosa.
Keempat larutan karbohdidrat tersebut berwarna keruh. Keempat tabung tersebut
didiamkan selama 15 menit, dan tidak terdapat gelembung. Pada 15 menit kedua, tabung
yang berisi campuran ragi dan sukrosa, dan tabung yang berisi campuran ragi dan glukosa,
terdapat sedikit gelembung, sedangkan tabung dua lainnya tidak terjadi. Begitu pula dengan
15 menit ketiga, tetap sama keadaannya dengan 15 menit kedua. 15 menit keempat juga
tidak terjadi perubahan signifikan dari 15 menit ketiga. Jadi yang hanya terdapat
gelemmbung hanya pada tabung yang berisi campuran ragi dan sukrosa, dan ragi dan
glukosa. Larutan karbohidrat seperti glukosa dan sukrosa dapat diuraikan dalam keadaan
anaerob oleh enzim-enzim dalam ragi menjadi CO2 dan etanol.

4.2 Uji Schardinger


Percobaan schardinger bertujuan untuk memperlihatkan bahwa oksidasi dapat terjadi
melalui dehidrogenasi suatu substrat formaldehid dan terdapat enzim dehidrogenasi aerob.
Pertama-tama alat praktikum disterilkand dengan aquades. Setelah steril, susu dimasukkan
secukupnya pada gelas kimia pertama, dan dipanaskan pada suhu 700 selama 5 menit.
Kemudian gelas kimia kedua dimasukkan 50 mL susu. Susu yang telah dipanaskan atau
susu pasteurisasi dimasukkan ke tabung reaksi I, dan susu segar dimasukkan ke tabung
reaksi II. Setelah itu meneteskan 2 mL metilen biru pada masing-masing tabung. Tabung
pertama yang berisi susu pasteurisasi dan susu segar berwarna biru. Kemudian
meneteskabn kembali masing masing tabung dengan 2 mL formaldehid. Tabung I yang
berisi susu pasteurisasi berubah menjadi biru muda, dan susu segar berubah menjadi warna
biru tua. Kedua tabung di panaskan dengan suhu 600 . Tidak terjadi perubahan apapun
setelah dipanaskan. Aldehid dehidrogenasi mengoksidasi formaldehid dengan cara
mengeluarkan hidrogen. Hidrogen ini kemudian dipindahkan langsung ke oksigen udara
menjadi H2O2 atau ke senyawa penerima, misalnya biru metilen. Pada akhirnya, senyawa
penerima yang tereduksi menyerahkan hidrogen ke oksigen udara membentuk H2O2.
Sebagian biru metilen tereduksi, yang tidak berwarna bila kontak dengan udara akan
kembali teroksidasi menjadi biru.
4.3 Uji Peroksidase
Pada percobaan Uji Peroksidase untuk membuktikan adanya enzim peroksidase dalam susu
segar. Alat-alat sebelum digunakan dicuci terlebih dahulu hingga steril dengan aquades.
Setelah semuanya steril, memasukkan susu ke dalam 3 tabung reaksi masing-masing 5 mL
dengan menggunakan pipet ukur. Tabung pertama dibiarkan dalam suhu ruang. Tabung
kedua dipanaskan dalam penangas air 700 C selama 5 menit. tabung ketiga dipanaskan ke
dalam penangas air 900 C selama 5 menit. Ketiga tabung tidak menunjukan perubahan.
Setelah itu menambahkan 2 tetes parafenildiamin pada tabung pertama, kedua, dan ketga.
Tabung pertama menjadi lebih pekat. Tabung kedua dan ketiga tidak terjadi perubahan.
Kemudian menambahkan lagi dengan 4 tetes H2O2 1 % ke tiga tabung. Tabung pertama
warna masih tetap namun tidak ada gelembung. Tabung kedua warna tetap dan ada
gelembung sedikit. Tabung ketiga warna juga tetap dan gelembung lebih banyak dari
tabung kedua. Hidrogen peroksida akan direduksi oleh peroksidase di dalam susu mejadi
H2O. Sebagai donor hidrogen digunakan parafenildiamin yang teroksidasi akan berwarna
gelap. Pada percobaan yang mengalami perubahan warna hanya tabung reaksi pertama
yang bersuhu ruang.

4.4 Efek Antioksida dari vitamin C


Pada percobaan ini agar memperlihatkan efek antioksidan vitamin C. Pertama-tama alat
dicuci hingga steril dengan aquades. Setelah steril, timbang pisang masing-masing pada
gelas ukur sebanyak 2 gram, total pisangnya adalah 4 gram. Gelas kimia pertama berisi
pisang yang sudah ditimbang sebanyakk 2 gram dan aquades 5 mL. Gelas kimia kedua
berisi pisang yang sudah ditimbang sebanyak 2 gram dengan campuran 5 ml asam askorbat.
Asam askorbat berwarna bening. Kedua gelas kimia ditunggu hingga terjadi perubahan.
Gelas kimia pertama berubah warna menjadi kecokelatan dalam waktu 6 menit. Pada gelas
kimia kedua tidak terjadi perubahan warna dalam waktu 6 menit. Gelas kimia kedua yang
berisi campuran pisang dan asam askorbat tidak terjadi perubahan warna karena asam
askorbat mengalihkan kerja enzim polifenol oksidase dengan cara menoksidasi vitamin C.
fenol yang terdapat pada pisang terlindungi oleh oksidasi sehingga tidak terjadi warna
cokelat pada pisang, tidak seperti halnya pada gelas kimia kedua yang berisi pisang dengan
campuran aquades yang berubah warna menjadi cokelat.
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Reaksi oksidasi merupakan pengurangan elektron sedangkan reaksi reduksi pertambahan


elektron. Pada praktikum diadakan empat percobaan, yaitu Peragian, Uji schardinger, Uji
peroksidase, dan Efek antioksidan dari vitamin C atau asam askorbat. Pada percobaan peragian
untuk membuktikan terjadinya reaksi oksidai karbohidrat dalam sel menjadi karbondioksida
dalam keadaan anaerob. Uji schardinger menunjukkan bahwa adanya enzim dehidrogenase aerob
yaitu aldehid dehidrogenase dalam susu segar. Uji peroksidase membuktikan adanya enzim
peroksidase pada susu. Percobaan Efek antioksidan dalam vitamin C menunjukkan bahwa
vitamin C dapat mempengaruhi kerja enzim sehingga fenol pada buah-buahan terlindungi dari
Oksidasi. Suatu proses Oksidasi ditandai dengan terjadinya perubahan warna menjadi cokelat.
Aldehid dapat menimbulkan bau yang tidak enak pada lemak atau lipid seperti bau tengik. Proses
oksidasi dapat dicegah atau dihambat dengan pemberian anti Oksidan, seperti penambahan
vitamin C.

5.2 Saran

Sedikit saran dari saya kepada asisten lab agar dapat memperhatikan para praktikal yang
belum mengerti dalam menjalankan praktikum tersebut. Kepada asisten lab agar tidak bosan
mengajari kami, dan selalu mengingatkan kami para praktikal. Harapan saya semoga praktikum
Biokimia ini dapat berjalan dengan baik sampai selesai.

DAFTAR PUSTAKA

Girindra, A. 2006. Biokimia I. Gramedia, Jakarta.

Lehninger, A. 2005. Dasar-dasar Biokimia. Terjemahan Maggy Thenawidjaya. Erlangga, Jakarta.


Muray , Robert K. 2009. Biokimia Harper edisi 27 , EGC : Jakarta.

Poedjadi, 2006. Dasar-Dasar Biokimia, Jakarta, UI press.

Budi, U. 2006. Dasar Ternak Perah. Buku Ajar. Departemen Peternakan FP USU, Medan

Muchtadi, Tien R. Prof. Dr. Ir. M.S, dkk. 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Bogor:
Alfabeta, CV.

1. C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2


2. 4C2H5OH + 4NaOH + 13 O2 4NaCO3 + 14 H2O + 4CO2
3. Karena saat penambahan NAOH gelombang CO2 di ujung lengan tertutup ibu jari
4. CH3OH H2CO + H2
1.1.1 Tujuan Analisis Kebuntingan dengan penentuan kadar HCG
Tujuan praktikum dalam penentuan HCG dalam urine adalah untuk mengetahui prinsip -
prinsip dan cara-cara penentuan HCG dalam urine secara kualitatif. Selain itu praktikan
diharapkan mampu menggunakan alat test slide untuk mengadakan percobaan HCG dalam urine.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan golongan darah seseorang. Golongan
darah adalah pengklasifikasian darah dari suatu individu berdasarkan ada atau tidak adanya
zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah.

1.2 Tinjauan Pustaka


Antigen adalah zat-zat asing yang pada umumnya merupakan protein yang berkaitan
dengan bakteri dan virus yang masuk ke dalam tubuh. Beberapa berupa olisakarida atau
polipeptida, yang tergolong makromolekul dengan BM > 10.000. Antigen bertindak sebagai
benda asing atau nonself oleh seekor ternak dan akan merangsang timbulnya antibodi. Antibodi
merupakan protein-protein yang terbentuk sebagai respon terhadap antigen yang masuk ke tubuh,
yang bereaksi secara spesifik dengan antigen tersebut. Konfigurasi molekul antigen-antibodi
sedemikian rupa sehingga hanya antibodi yang timbul sebagai respon terhadap suatu antigen
tertentu saja yang cocok dengan permukaan antigen itu sekaligus bereaksi dengannya (Tizard,
2007).
Jika terdapat suatu agen asing yang dapat dikenali oleh system imunitas, maka hal ini
dapat memicu produksi molekul protein khusus yang secara umum disebut antibodi. Antibodi
sendiri merupakan senjata utama respon humoral. Reseptor sel T yang akan mengenali agensia
asing tersebut secara spesifik dan mengikatnya. Molekul yang dapat dikenali dan diikat oleh
reseptor sel T yang disebut antigen (antibody generating surface)(Yuwono,2008).

Interaksi antigen-antibodi dapat dibagi dalam 3 kategori: (1)primer, (2) sekunder,(3)


tersier. Interaksi primer atau interaksi awal antigen dengan antibody adalah suatu kejadian dasar
yang terdiri dari pengikatan molekul antigen dengan antibody. deteksi biasanya dikerjakan
dengan reaksi sekunder, yang merupakan alat bantu untuk memvisualisasikan reaksi, misalnya
presipitasi. Reaksi tersier merupakan ekspresi biologik dari interaksi antigen-antibodi yang dapat
berguna untuk merusak. Pada Aglutinasi, fase pertama penyatuan antigen-antibodi terjadi seperti
pada presipitasi dan tergantung pada kekuatan ion, pH dan suhu. Pada aglutinasi sel darah merah,
misalnya dimana reseptor antigenik mungkin terletak pada cekungan yang dalam pada
permukaan sel, antibody diikat kuat pada sisi reseptor pada satu sel (Bellanti, 2006).

Ketika transfusi darah dari orang ke orang, transfusi hanya berhasil baik pada beberapa
keadaan. Seringkali timbul aglutinasi dan hemolisis sel darah merah bahkan dapat juga
menyebabkan kematian. Ternyata hal itu dikarenakan darah dari orang yang berbeda biasanya
mempunyai sifat antigen dan imunitas yang berbeda, sehingga antibodi dalam plasma darah
seseorang akan bereaksi dengan antigen pada permukaan sel darah merah orang lain. Karl
Landsteiner menggolongkan darah manusia menjadi A, B, AB, dan O. Metode klasifikasi
berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya. Jenis penggolongan
darah lain adalah dengan memanfaatkan faktor Rhesus atau faktor Rh (Ganong, 2009)

1.3 Tinjauan Bahan


1.3.1 Darah
Darah adalah jaringan hidup yang bersirkulasi mengelilingi seluruh tubuh dengan
perantara jaringan arteri, vena dan kapilaris, yang membawa nutrisi, oksigen, antibodi, panas,
elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah manusia terdiri atas plasma darah,
globulus lemak, substansi kimia (karbohidrat, protein dan hormon), dan gas (oksigen,
nitrogen dan karbon dioksida). Sedangkan plasma darah terdiri atas eritrosit (sel darah
merah), leukosit (sel darah putih) dan trombosit (platelet). Darah secara makroskopis berbentuk
cair, sebenarnya darah berbentuk cair dan padat, yang apabila di periksa di bawah mikroskopis
tampak banyak benda bundar kecil di dalamnya yang dikenal sebagai korpuskulus darah atau sel
darah (Watson, 2009).

1.3.2 Golongan Darah O-A-B

Dua antigen - tipe A dan tipe B terdapat pada permukaan sel darah merah pada sebagian
besar populasi. Antigen - antigen inilah (yang disebut juga aglutinogen karena mereka seringkali
menyebabkan aglutinasi sel darah) yang menyebabkan reaksi transfusi. Karena antigen - antigen
ini diturunkan, orang dapat tidak mempunyai antigen tersebut di dalam selnya, atau hanya satu,
atau sekaligus mempunyai keduanya.

1.3.3 Golongan Darah Rhesus (Rh)


Bersama dengan sistem golongan darah O-A-B, sistem Rh juga penting dalam transfusi
darah. Perbedaan utama antara sistem O-A-B dan sistem Rh adalah sebagai berikut: Pada sistem
O-A-B, aglutinin bertanggung jawab atas timbulnya reaksi transfusi yang terjadi secara spontan,
sedangkan pada sistem Rh, reaksi aglutinin spontan hampir tak penah terjadi. Malahan, orang
mula-mula harus terpajan secara masif dengan antigen Rh, biasanya melalui transfusi darah atau
melalui ibu yang memiliki bayi dengan antigen, sebelum terdapat cukup aglutinin untuk
menyebabkan reaksi transfuse yang bermakna (Khattak et al, 2009).

BAB II
METODOLOGI
2.3 Alat
Alat yang digunakan saat praktikum adalah mikroskop cahaya, batang pengaduk, Gelas
obyek, kapas Alkohol, dan pipet Pasteur.
2.4 Bahan
Bahan yang digunakan saat praktikum adalah Darah, Aquades, Methyl-alkohol, Minyak
imersi.
2.3 Skema Kerja
2.3.1 Prosedur Penentuan Golongan Darah jenis Rh

Darah
Dua tetes darah di letakkan dalam kaca objek
Tambahkan satu tetes serum RhD

Kaca Objek diputar atau diaduk hingga tercampur


Amati apakah terjadi aglutinasi

Hasil

2.3.2 Penggolongan ABO

Darah
Ditempatkan 1 tetes serum anti A pada kaca objek
Tempatkan satu tetes serum anti B di objek yang lain

Masing-masing antiserum ditambahkan setengah volum darah


segar
Gunakan pipet Pasteur untuk meratakan campuran sampai
diameternya 2,5 cm
Putar kaca objek dan teliti dalam waktu kurang 2 menit
apakah terjadi aglutinasi
Hasil

DAFTAR PUSTAKA

Bellanti, J.A. & Jackson, A.L. 2006. Imunologi III. Jogjakarta: Gadjahmada University press.

Ganong, William. F.2009. Review of Medical Physiology. 20th ed., The Mc. Graw – Hill.
Companies Inc. : Sanfransisco
Khattak dkk. (2008). Frequency of ABO and Rhesus Blood Groups In District Swat Pakistan.
Jurnal Ayub Med Coll Abottabad Vol. 20(4).

Tizard, 2007. Pengantar Imunologi Veteriner. Terjemahan Masduki Partodiredjo. Penerbit


Universitas Airlangga.

Yuwono, T. 2008. Biologi Molekular. Jakarta:Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai