PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Memperlihatkan reaksi oksidasi anaerob yang berlangsung dalam sel ragi,
memperlihatkan adanya enzim dehidrogenase aerob dalam susu, memperlihatkan adanya enzim
peroksidase dalam susu, memperlihatkan adanya enzim oksidase dalam kentang, dam
memperlihatkan efek antioksidan vitamin C.
1.3.2 Dehidrogenase
Dehidrogenase tidak dapat menggunakan oksigen sebagai akseptor hidrogen
Ada sejumlah besar enzim didalam kelompok ini. Enzim-enzim tersebut melaksanakan 2 fungsi
utama, yaitu pemindahan hidrogen dari substrat yang satu kepada substrat yang lain dalam reksi
oksidasi-reduksi berpasangan. Enzim dehidrogenase ini bersifat sangat spesifik untuk
substratnya, tetapi sering memakai koenzim atau pembawa hidrogen yang sama seperti enzim
dehidrogenase lain, misal, NAD. Karena reaksi berlangsung reversibel, sifat-sifat ini
memudahkan senyawa ekuivalen preduksi dipindahkan secara bebas didalam sel. Yang kedua
sebagai komponen dalam rantai respirasi pengangkutan elektron dari substrat ke oksigen.
1.3.3 Hidroperoksidase
Enzim Hidroperoksidase menggunakan hidrogen Peroksida atau Peroksida Organik
sebagai substrat. Ada dua tipe enzim yang masuk ke dalam kategori ini : peroksidase dan
katalase. Kedua tipe enzim ini ditemukan baik pada hewan maupun tumbuhan. Enzim
hidroperoksidase melindungi tubuh terhadap senyawa-senyawa peroksida yang berbahaya.
Penumpukan senyawa peroksida dapat menghasilkan radikal bebas yang selanjutnya akan
merusak membran sel dan keungkinan menimbulkan penyakit kanker serta aterosklerosis.
(Poedjiadi, 2006)
1.3.4 Oksigenase
Enzim oksigenase mengatalisis pemindahan langsung dan inkorporasi oksigen ke dalam
molekul substrat. Enzim oksigenase lebih berhubungan dengan sintesis atau penguraian berbagai
tipe metabolit dibandingkan mengambil bagian dalam reaksi yang bertujuan memberikan enegi
pada sel. Enzim-enzim dalam kelompok ini mengatalisis inkorporasi (penyatuan) oksigen
kedalam molekul substrat. Peristiwa ini berlangsung melalui 2 tahap, yaitu pengikatan oksigen
dengan enzim pada tapak aktif dan reaksi saat oksigen yang terikat direduksi atau dipindahkan
kepada substrat.
1.3.5 Susu
Susu adalah suatu sekresi yang komposisinya sangat berbeda dari komposisi darah yang
merupakan asal susu. Misalnya lemak susu, casein, laktosa yang disintesa oleh alveoli dalam
kambing, tidak terdapat di tempat lain manapun dalam tubuh sapi (Muchtadi, dkk., 2010).
Kualitas mikrobial dalam susu segar sangat penting bagi penilaian dan produksi produk
susu yang berkualitas. Susu dapat disebut telah rusak apabila terdapat gangguan dalam tekstur,
warna, bau dan rasa pada kondisi dimana susu tersebut sudah tidak patut lagi dikonsumsi oleh
manusia. Kerusakan yang disebabkan oleh mikroorganisme dalam makanan sering melibatkan
degradasi dari zat zat nutrisi seperti protein, karbohidrat dan lemak, baik oleh mikroorganisme itu
sendiri maupun enzim yang diproduksinya. Air susu mengandung tiga komponen karakteristik
yaitu: laktosa, kasein, dan lemak susu. Disamping mengandung bahan-bahan lainnya misalnya
air, mineral, vitamin, dan lainnya. Banyaknya tiap-tiap bahan didalam air susu berbeda-beda
tergantung spesies hewan; komposisi dipengaruhi oleh banyak sekali faktor genetic dan
lingkungan (Budi, 2006).
1.3.6 Pisang
Pisang merupakan buah dengan sumber gizi yang hampir sempurna karena pisang
mengandung nutrisi enam yaitu: air, gula, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Pisang
mengandung (68%) air, (25%) gula, (2%) protein, (1%), lemak dan minyak, (1%) serat Selulosa.
Sebagaimana juga ia mengandung pati dan asam tanin, vitamin A (300 IU per seratus gram),
vitamin B dengan berbagai jenisnya; B1, B2, B 6, dan 12 (100 mg per seratus gram), persentase
yang cukup dari vitamin D, dan sedikit Vitamin Z. Dan pisang juga mengandung Kalsium (100
mg per seratus gram), Fosfor, Besi, Sodium, Kalium (potassium), Magnesium, dan Seng.
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat
Alat yang digunakan saat praktikum adalah tabung reaksi kecil, tabung peragian, tabung
reaksi sedang, labu erlenmeyer, gelas ukur, dan pisau.
2.2 Bahan
Cairan fenol, cairan metilen, susu segar, formaldehid, pati, fruktosa, sukrosa, amilum,
laktosa, glukosa, pisang, asam askorbat (vitamin C), ragi roti, larutan NaOH, larutan H 2O2
,dan larutan larutan parafenildiamin.
2.3 Skema Kerja
2.3.1 Peragian
Prosedur Peragian
Ragi
Gerus 1 gram dan 14 ml larutan karbohidrat sampai
menjadi suspensi yang rata.
Tuang suspensi tersebut kedalam tabung peragian dan
balikkan tabung peragian sehingga terisi penuh.
Hasil
Hasil
Hasil
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Peragian
Pada percobaan peragian untuk membuktikan di dalam sel terjadi reaksi oksidasi
karbohidrat menjadi CO2 dalam keadaan anaerob. Pertama-tama alat yang digunakan dicuci
bersih hingga steril. Kemudian ragi digerus sampai halus dan kemudian didapatkan
sebanyak 1 gram. Tambahkan dalam tabung peragian dengan masing-masing tabung
ditambahkan 14 mL larutan karbohidrat, seperti sukrosa, pati, glukosa, dan laktosa.
Keempat larutan karbohdidrat tersebut berwarna keruh. Keempat tabung tersebut
didiamkan selama 15 menit, dan tidak terdapat gelembung. Pada 15 menit kedua, tabung
yang berisi campuran ragi dan sukrosa, dan tabung yang berisi campuran ragi dan glukosa,
terdapat sedikit gelembung, sedangkan tabung dua lainnya tidak terjadi. Begitu pula dengan
15 menit ketiga, tetap sama keadaannya dengan 15 menit kedua. 15 menit keempat juga
tidak terjadi perubahan signifikan dari 15 menit ketiga. Jadi yang hanya terdapat
gelemmbung hanya pada tabung yang berisi campuran ragi dan sukrosa, dan ragi dan
glukosa. Larutan karbohidrat seperti glukosa dan sukrosa dapat diuraikan dalam keadaan
anaerob oleh enzim-enzim dalam ragi menjadi CO2 dan etanol.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Sedikit saran dari saya kepada asisten lab agar dapat memperhatikan para praktikal yang
belum mengerti dalam menjalankan praktikum tersebut. Kepada asisten lab agar tidak bosan
mengajari kami, dan selalu mengingatkan kami para praktikal. Harapan saya semoga praktikum
Biokimia ini dapat berjalan dengan baik sampai selesai.
DAFTAR PUSTAKA
Budi, U. 2006. Dasar Ternak Perah. Buku Ajar. Departemen Peternakan FP USU, Medan
Muchtadi, Tien R. Prof. Dr. Ir. M.S, dkk. 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Bogor:
Alfabeta, CV.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan golongan darah seseorang. Golongan
darah adalah pengklasifikasian darah dari suatu individu berdasarkan ada atau tidak adanya
zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah.
Ketika transfusi darah dari orang ke orang, transfusi hanya berhasil baik pada beberapa
keadaan. Seringkali timbul aglutinasi dan hemolisis sel darah merah bahkan dapat juga
menyebabkan kematian. Ternyata hal itu dikarenakan darah dari orang yang berbeda biasanya
mempunyai sifat antigen dan imunitas yang berbeda, sehingga antibodi dalam plasma darah
seseorang akan bereaksi dengan antigen pada permukaan sel darah merah orang lain. Karl
Landsteiner menggolongkan darah manusia menjadi A, B, AB, dan O. Metode klasifikasi
berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya. Jenis penggolongan
darah lain adalah dengan memanfaatkan faktor Rhesus atau faktor Rh (Ganong, 2009)
Dua antigen - tipe A dan tipe B terdapat pada permukaan sel darah merah pada sebagian
besar populasi. Antigen - antigen inilah (yang disebut juga aglutinogen karena mereka seringkali
menyebabkan aglutinasi sel darah) yang menyebabkan reaksi transfusi. Karena antigen - antigen
ini diturunkan, orang dapat tidak mempunyai antigen tersebut di dalam selnya, atau hanya satu,
atau sekaligus mempunyai keduanya.
BAB II
METODOLOGI
2.3 Alat
Alat yang digunakan saat praktikum adalah mikroskop cahaya, batang pengaduk, Gelas
obyek, kapas Alkohol, dan pipet Pasteur.
2.4 Bahan
Bahan yang digunakan saat praktikum adalah Darah, Aquades, Methyl-alkohol, Minyak
imersi.
2.3 Skema Kerja
2.3.1 Prosedur Penentuan Golongan Darah jenis Rh
Darah
Dua tetes darah di letakkan dalam kaca objek
Tambahkan satu tetes serum RhD
Hasil
Darah
Ditempatkan 1 tetes serum anti A pada kaca objek
Tempatkan satu tetes serum anti B di objek yang lain
DAFTAR PUSTAKA
Bellanti, J.A. & Jackson, A.L. 2006. Imunologi III. Jogjakarta: Gadjahmada University press.
Ganong, William. F.2009. Review of Medical Physiology. 20th ed., The Mc. Graw – Hill.
Companies Inc. : Sanfransisco
Khattak dkk. (2008). Frequency of ABO and Rhesus Blood Groups In District Swat Pakistan.
Jurnal Ayub Med Coll Abottabad Vol. 20(4).