[Type the abstract of the document here. The abstract is typically a short
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KONTROL
Penguat operasional (operational amplifier) atau yang biasa disebut op-amp merupakan
suatu jenis penguat elektronika dengan hambatan (coupling) arus searah yang memiliki faktor
penguatan sangat besar dengan dua masukan dan satu keluaran. Penguat operasional pada
umumnya tersedia dalam bentuk sirkuit terpadu dan yang paling banyak digunakan adalah
rangkaian seri. Penguat operasional dalam bentuk rangkaian terpadu memiliki karakteristik
yang mendekati karakteristik penguat operasional ideal tanpa perlu memperhatikan apa yang
terdapat di dalamnya. Op-Amp ini bisa digunakan untuk membuat rangkaian elektronika
analog apa saja. Untuk mempelajari Op-Amp harus memahami betul dasar rangkaian
elektronika yang lainnya, misalnya rangkaian penguat sinyal kecil, rangkaian penguat sinyal
besar dan lainnya.
disebut umpan balik negatif. Jika umpan balik yang digunakan untuk memperkuat
masukan, disebut umpan balik positif. Dalam hal Op-Amp umpan balik negatif dibuatlah
rangkaian penguat membalik dan rangkaian penguat tak membalik (Gunawan, 1996:14).
Pada saat sinyal input pada posisi negatif maka sinyal outputnya pada posisi positif
dan begitu sebaliknya jika sinyal inputnya berubah-ubah, kondisi inilah yang disebut
dengan penguatan inverting (membalik) (Widowati, 1979:67).
dengan umpan. Oleh karena itu, penguat operasional lebih banyak digunakan dengan loop
tertutup daripada dalam lingkar terbuka (Chattopadhay, 1989:65).
Rangkaian penjumlah atau rangkaian adder adalah rangkaian penjumlah yang dasar
rangkaiannya adalah rangkaian inverting amplifier dan hasil outputnya adalah dikalikan
dengan penguatan seperti pada rangkaian inverting. Pada dasarnya nilai outputnya adalah
jumlah dari penguatan masing-masing dari inverting.
II. METODE
Alat dan bahan:
• Resistor: 12 MΩ, 1 kΩ
• Potensiometer: 10 kΩ
• IC Op-amp: LM324
• Osiloskop
• Multimeter
• Pembangkit isyarat AC (Function Generator-FG)
• Pencatu daya: ±15 V DC
Prosedur dan Pengamatan
1. Menyusun rangkaian op-amp integrator seperti terlihat pada gambar 4.1. Pencatu
daya LM324 dibuat dengan memasang sumber DC variabel.
2. Membuat rangkaian isyarat masukan sinusoida vi1 dan vi2 dengan menggunakan
rangkaian pembagi tegangan dengan sumber isyarat AC dari function generator (FG)
pada frekuensi 1 kHz seperti terlihat pada gambar 4.2. Ra dan Rb diambil dari sebuah
potensiometer. Periksalah dengan osiloskop dan amati bagaimana vi1 (Ch. 1) dan vi2
(Ch. 2) berubah dengan adanya perubahan pada Ra dan Rb. Atur amplitudo sumber
(FG) dan Ra dan Rb agar dapat menghasilkan vi1 = vi2 = 40 mVp-p.
Rangkaian Penjumlah
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil praktikum ialah:
1. Dengan menyusun rangkaian menggunakan Op-Amp LM324 kita dapat memeriksa
Op-Amp. Hal ini dibuktikan dengan adanya tampilan gelombang yang berbentuk kotak
yang menandakan bahwa Op-Amp dalam keadaan yang baik. Penguat operasional atau
Op-amp adalah suatu penguat diferensial dengan dua masukan dan satu keluaran yang
mempunyai penguat tegangan yang amat tinggi.
2. Op-amp dapat digunakan untuk melakukan penguatan terhadap tegangan dari suatu
input sinyal yang kecil sehingga didapat suatu sinyal keluaran yang besar.
3. Besarnya tegangan keluaran pada rangkaian Op-Amp sebagai rangkaian penjumlah
merupakan hasil penjumlahan dari beberapa tegangan inputnya. Dasar rangkaiannya
adalah rangkaian inverting amplifier dan hasil outputnya adalah dikalikan dengan
penguatan seperti pada rangkaian inverting.
4. Rangkaian pengurang yang menggunakan Op-Amp sebagai dasarnya adalah
mengurangkan dari dua buah inputnya. Hasil selisih keduanya merupakan besarnya
tegangan outputnya. Dasar rangkaian pengurang ini berasal dari rangkaian inverting
dengan memanfaatkan masukan non-inverting, sehingga persamaannya menjadi sedikit
ada perubahan.
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KONTROL
PRAKTIKUM
SISTEM KONTROL PID (Proportional, Integral dan Derivative)
I PENGONTROLAN PROPORSIONAL
a) Rangkaian
Pengontrol Proporsional Inverter
Rf
R
Ri
X(t) -
R
-
+ Y(t)
+
b) Prosedur Praktikum
1. Atur tegangan masukan x(t) = 1 v (fungsi step ), x(t) dapat menggunakan generator
fungsi dengan frekuensi serendah mungkin yang dapat dibaca oleh osiloskop.
2. Ukur y(t) sebagai fungsi dari Kp dan x(t) untuk Kp = 1, 2, 3, 4, 5
3. Buat hardcopy dari hasil pengukuran tersebut dan tuliskan kesimpulannya.
Hasil Praktikum :
Kp X(t) F Ri Rf Y(t) Rf
[v] [Hz] [KΩ] [KΩ] [v] [KΩ]
1 150 10 1.16 10
2 150 20 2.28 10
3 1 150 10 30 3.40 10
4 150 40 4.48 10
5 150 50 5.60 10
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KONTROL
Kp Gambar Kp
1 4
2 5
b. Tugas :
1. Simulasikan Diagram Blok Simulink diatas untuk Kp=1,2,3,4,5 dan 6 kali.
2. Buatlah Hardcopy dari hasil simulasi tersebut dan tuliskan kesimpulannya
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KONTROL
c. Hasil Praktikum :
Kp=1 Kp=2
Kp=3 Kp=4
Kp=5 Kp=6
d. Analisa
Pengontrolan proporsional memiliki keluaran yang sebanding atau proporsional
dengan besarnya sinyal kesalahan/ error signal (selisih antara besaran yang diinginkan
dengan harga aktualnya). Secara lebih sederhana dapat dikatakan bahwa keluaran
pengontrol proporsional merupakan perkalian antara konstanta proporsional (Kp) dengan
masukannya.
Diagram blok dari pengontrol proporsional adalah sebagai berikut :
Out(s) = Kp.e(s)
Karena e(s) = in(s), maka :
Out(s) = Kp.in(s)
Sehingga jika diberi input step sebesar A, maka :
Out(s) = Kp.in(s)
Kp.A
Out(s) = 𝑠
Out(t) = Kp.A
Dilihat dari persamaan diatas maka hubungan kurva input dan output adalah sebagai
berikut :
v(t)
Kp.A output
A input
e. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum baik secara langsung, simulasi maupun analisa
mendapatkan hasil yang sama dimana tegangan output pada rangkaian proporsional
merupakan perkalian antara Kp (Konstanta Penguatan) dengan tegangan input. Kp
merupakan hasil perbandingan antara Rf dengan Ri. Kp berlaku sebagai Gain (penguat)
saja tanpa memberikan efek dinamik kepada kinerja kontroler. Penggunaan kontrol P
memiliki berbagai keterbatasan karena sifat kontrol yang tidak dinamik ini. Walaupun
demikian dalam aplikasi-aplikasi dasar yang sederhana kontrol P ini cukup mampu untuk
memperbaiki respon transien khususnya rise time dan settling time.
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KONTROL
A. PENGONTROLAN INTEGRAL
a. Rangkaian
Pengontrol Integral
Rx
Inverter
C
R
Ri
X(t) -
R
-
+ Y(t)
+
b. Prosedur Praktikum
1. Atur tegangan masukan x(t) = 1 v (fungsi step ), x(t) dapat menggunakan generator
fumgsi dengan frekuensi serendah mungkin yang dapat dibaca oleh osiloskop.
2. Ukur y(t) dan Ti untuk :
Ri 10 KΩ 50 KΩ
C 0.1µF 0.5µF 0.1µF 0.5µF
c. Hasil Praktikum :
Rx C X (t) F Ti Ki Y (t)
[KΩ] [µF] [Vpp] [Hz] [ms] [1/ms] [Vpp]
0,1 10 1 1 1,06
0,5 10 5 0,2 1,04
10 5 1 10 50 0,02 472mV
23 10 230 4,35 x 10-3 104mV
50 10 500 2 x 10-3 64mV
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KONTROL
C
Gambar C [µF]
[µF]
0.1 23
0.5 50
b. Tugas :
1. Simulasikan Diagram Blok Simulink diatas untuk Ki=1,2,3,4,5 dan 6 kali.
2. Buatlah Hardcopy dari hasil simulasi tersebut dan tuliskan kesimpulannya
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KONTROL
c. Hasil Praktikum :
Ki=1 Ki=2
Ki=3 Ki=4
Ki=5 Ki=6
d. Analisa
Pengontrol integral berfungsi menghasilkan respon system yang memiliki kesalahan
1
keadaan stabil nol. Jika sebuah plant tidak memiliki unsur integrator ( 𝑠 ), pengontrol
proporsional tidak akan mampu menjamin keluaran system dengan kesalahan keadaan
stabilnya nol. Dengan pengontrol integral, respon system dapat diperbaiki, yaitu
mempunyai kesalahan keadaan stabilnya nol.
Pengontrol integral memiliki karakteristik seperti halnya sebuah integral. Keluaran
sangat dipengaruhi oleh perubahan yang sebanding dengan nilai sinyal kesalahan.
Keluaran pengontrol ini merupakan penjumlahan yang terus menerus dari perubahan
masukannya. Jika sinyal kesalahan tidak mengalami perubahan, keluaran akan menjaga
keadaan seperti sebelum terjadinya perubahan masukan.
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KONTROL
s . Out(s) = 𝐾𝑖 . 𝑒(𝑠)
s .Out(s)
= 𝐾𝑖
𝑒(𝑠)
Out(s) 𝐾𝑖
=
𝑒(𝑠) 𝑠
Out(t) = Ki . A.t
Dilihat dari persamaan diatas maka hubungan kurva input dan output adalah sebagai berikut :
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KONTROL
v(t)
Ki.A.t output
A input
e. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum baik secara langsung, simulasi maupun analitis
mendapatkan hasil yang sama dimana output akan semakin kecil saat Ki (Konstanta
Integral) pun kecil. Ki merupakan invers dari nilai Ti. Dimana Ti didapat dari perkalian
Resistansi dengan Capasitansi. Kontrol I dapat memperbaiki sekaligus menghilangkan
respon steady-state, namun pemilihan Ki yang tidak tepat dapat menyebabkan respon
transien yang tinggi sehingga dapat menyebabkan ketidakstabilan sistem. Pemilihan Ki
yang sangat tinggi justru dapat menyebabkan output berosilasi karena menambah orde
sistem
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KONTROL
B. PENGONTROLAN PROPORSIONAL-INTEGRAL
a. Rangkaian
Pengontrol PI
Rx
Inverter
C Rf
R
Ri
X(t) -
R
-
+ Y(t)
+
b. Prosedur Praktikum
1. Atur tegangan masukan x(t) = 1 v (fungsi step ), x(t) dapat menggunakan generator
fungsi dengan frekuensi serendah mungkin yang dapat dibaca oleh osiloskop.
2. Ukur y(t) dan Ti untuk
Rf 10 KΩ 50 KΩ
C 0.1µF 0.5µF 0.1µF 0.5µF
c. Hasil Praktikum :
Rx Rf C X(t) F Ti Ki Y(t)
Kp
[KΩ] [KΩ] [µF] [v] [Hz] [ms] [1/ms] [v]
0.1 150 1 10-3 1000 1.14
10
0.5 150 1 5. 10-3 200 0.616
10
0.1 1 150 5 10-3 1000 0.984
50
0.5 150 5 5. 10-3 200 1.15
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KONTROL
10k
50k
b. Tugas :
1. Simulasikan Diagram Blok Simulink diatas untuk :
Kp\Ki 1 2 3 4 5
1
2
3
4
5
Hasil Praktikum :
Kp\Ki 1 2 3
4 5
Kp/Ki
1
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KONTROL
d. Analisa
Pengontrolan Proporsional Integral merupakan aksi kontrol yang dibentuk dari
perpaduan kontrol proporsional dan kontrol integral. Berikut ini adalah blok diagram dari
aksi kontrol proporsional integral :
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KONTROL
v(t)
Ki.A.t output
Kp.A input
A
t
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KONTROL
e. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum baik secara langsung, simulasi maupun analitis
dapat disimpulkan bahwa pada rangkaian Proporsionan Integral (PI) mempunyai sifat
yang sama dengan Pengontrolan Integral dimana nilai output akan semakin kecil saat Ki
(Konstanta Integral) pun kecil. Tetapi pada rangkaian ini terdapat Kp yang dimana
semakin besar Kp maka semakin besar pula nilai outputnya. Kombinasi dari kedua
sistem Ki dan Kp ini dapat mempercepat reaksi sebuah sistem dan menghilangkan
offset.
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KONTROL
C. PENGONTROLAN PROPORSIONAL-DIFFERENSIAL
a. Rangkaian
Pengontrol PD
Inverter
Rx Rf
R
Ri C
X(t) -
R
-
+ Y(t)
+
b. Prosedur Praktikum
1. Atur tegangan masukan x(t) = 1 v (fungsi step ), x(t) dapat menggunakan generator
fungsi dengan frekuensi serendah mungkin yang dapat dibaca oleh osiloskop.
2. Ukur y(t) dan Ti untuk
Rf 10 KΩ 50 KΩ
C 0.1µF 0.5µF 0.1µF 0.5µF
c. Hasil Praktikum :
Ri C X(t) F Kd Y(t)
Kp
[KΩ] [µF] [V] [Hz] [ms] [V]
0.1 9.80 1 1 10-3 18.2
1
0.5 9.60 1 1 5. 10-3 8
0.1 9.60 1 5 10-3 18
11
0.5 10.60 1 5 5. 10-3 9.2
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KONTROL
1k
11k
b. Tugas :
3. Simulasikan Diagram Blok Simulink diatas untuk :
Kp\Kd 1 2 3 4 5
1
2
3
4
5
4. Buatlah Hardcopy dari hasil simulasi tersebut dan tuliskan kesimpulannya
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KONTROL
c. Hasil Praktikum :
Kp\Kd 1 2 3
3
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KONTROL
4 5
Kp/Ki
1
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KONTROL
4
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KONTROL
d. Analisa
Pengontrolan Proporsional Differensial merupakan aksi kontrol yang dibentuk dari
perpaduan kontrol proporsional dan kontrol differensial. Berikut ini adalah blok diagram
dari aksi kontrol proporsional differensial :
Seperti yang terlihat pada gelombang input dan output diatas. Pada awal sinyal naik
maka gelombang output akan melonjak naik dikarenakan ada kondisi yang disebut Dirac
Delta Function yaitu 𝛿(t). Dirac Delta Function adalah suatu kondisi dimana adanya
suatu keadaan fenomena fisika yang memiliki nilai pada suatu titik (singular pada satu
titik), namun hal ini merupakan kejadian yang sifatnya impulsif atau terjadi pada selang
waktu yang singkat sebelum akhirnya mencapai kondisi normalnya kembali.
e. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum baik secara langsung, simulasi maupun analitis dapat
disimpulkan bahwa pada rangkaian Proporsional Differensial (PD) mempunyai sifat yang
sama yaitu output akan melonjak pada kondisi awalnya atau disebut dirac delta function.
Kontroler ini berfungsi untuk menguatkan dan mengatur waktu penurunan gelombang.
Variabel Kp (Proporsional) berfungsi sebagai penguat sinyal input, dan variable Td
(Differensial) berfungsi untuk mengatur waktu gelombang output berada di tegangan
maksimal (pada saat berada di tegangan maksimum). Jika kita atur nilai Kp, maka
semakin besar penguatan yang terjadi dan jika kita atur Td semakin besar, maka akan
semakin lama gelombang berada di tegangan maksimalnya.
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KONTROL
Ri Y(t)
X(t) +
b. Prosedur Praktikum
1. Atur tegangan masukan x(t) = 1 v (fungsi step ), x(t) dapat menggunakan generator fumgsi
dengan frekuensi serendah mungkin yang dapat dibaca oleh osiloskop.
2. Ukur y(t) dan Ti untuk
Ri
10 KΩ 100 KΩ 1M KΩ
C
0.1µF TS1 TS2 TS3
0.5µF TS4 TS5 TS6
c. Hasil Praktikum :
No. X (t) F Ts Y (t)
[Vpp] [Hz] [ms] [Vpp]
Ts1 128 5 352mV
Ts2 128 50 47 mV
Ts3 1 180 0,5 M 60 mV
Ts4 128 50 50 mV
Ts5 180 500 40 mV
Ts6 180 5M 40 mV
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KONTROL
No Gambar No
Ts1 Ts4
Ts2 Ts5
Ts3 Ts6
c. Tugas :
1. Simulasikan Diagram Blok Simulink diatas untuk :
Diagram 1 Ts 1 ½ 1/3 ¼ 1/5
Diagram 2 Ki 1 2 3 4 5
2. Buatlah Hardcopy dari hasil simulasi tersebut dan tuliskan kesimpulannya
Hasil Praktikum :
Diagram 1 : Diagram 2 :
Ts Ki
1 1
½ 2
1/3 3
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KONTROL
¼ 4
1/5 5
d. Analisa
Pengontrolan dengan menambahkan delay pada proporsional dapat memanipulasi
bentuk gelombang keluaran dengan 2 buah parameter konstanta yang dimanipulasi yaitu
nilai Ri dan C, namun pada praktikum kali ini dikarenakan hanya menggunakan KP1
tanpa pembalik phase sehingga konfigurasi Op Amp yang digunakan adalah Non
𝑅𝑓
Inferting Amplifier dan nilai Rf adalah 0Ω dengan rumus Vout = 1 + 𝑅𝑖 . Vin sehingga KP
t = 2.5.
Diagram blok dari pengontrol proporsional dengan tunda waktu adalah sebagai
berikut :
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KONTROL
Out(t) = A (1- 𝑒 −𝑡 )
Dilihat dari persamaan diatas maka hubungan kurva input dan output merupakan
kurva natural, maka dapat digambarkan sebagai berikut :
v(t)
A Input , output
t
Ts
e. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum baik secara langsung atau simulasi dapat disimpulkan
bahwa pada rangkaian Proporsional dengan tunda waktu output akan berbanding terbalik
dengan Ts, semakin kecil nilai Ts maka nilai output akan semakin besar. Nilai Ts
merupakan hasil perkalian antara Resistansi dan Capasitansi. Selain itu saat proses
pengeluaran tegangan keluarannya, ada jeda waktu hingga keluaran tegangannya benar-
benar stabil. Tidak seperti rangkaian Proporsional tanpa tunda waktu yang outputnya akan
langsung mencapai nilai stabilnya.
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KONTROL
E. PENGONTROLAN PROPORSIONAL-INTEGRAL-DIFFERENSIAL
(PID)
a. Rangkaian
Pengontrol Proporsional
Rf
Ri
-
Pengontrol Integral
Rx
Inverter
C
R
Ri
X(t) -
R
-
+ Y(t)
+
Pengontrol PD
Rx Rf
Ri C
-
b. Prosedur Praktikum
1. Atur tegangan masukan x(t) = 1 v (fungsi step ), x(t) dapat menggunakan generator
fungsi dengan frekuensi serendah mungkin yang dapat dibaca oleh osiloskop.
2. Ukur y(t) dan Ti untuk kombinasi sesuai tabel hasil praktikum.
3. Buat hardcopy dari hasil pengukuran tersebut dan tuliskan kesimpulannya.
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KONTROL
c. Hasil Praktikum :
No Rfp Ci CD X (t) F Kp Ki KD Y (t)
[KΩ] [µF] [µF] [Vpp] [Hz] [1/ms] [ms] [Vpp]
1 10 0,1 0,1 1 1 1 1 1,12
2 20 0,1 0,1 1 2 1 1 1,36
3 10 0,5 0,1 1,12 1 1 0,2 1 1,10
4 10 5 0,1 1 1 0,02 1 1,10
5 10 0,1 0,5 1 1 1 5 1,16
6 10 0,1 5 1 1 1 50 1,14
No Gambar No
1 4
2 5
3 6
b. Tugas :
1. Simulasikan Diagram Blok Simulink diatas untuk :
Simulasi 1 :
Kp 0.1 0.5 1 2 5
Simulasi 2 :
Ki 0.1 0.5 1 2 5
Simulasi 3 :
Kd 0.1 0.5 1 2 5
0.1 0.5
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KONTROL
1 2
Simulasi 2 :
Ki Ki
0.1 0.5
1 2
5
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KONTROL
Simulasi 3 :
Kd Kd
0.1 0.5
1 2
d. Analisa
Pengontrolan Proporsional Integral Differensial merupakan aksi kontrol yang
dibentuk dari perpaduan kontrol proporsional, integral dan kontrol Proporsional. Berikut
ini adalah blok diagram dari aksi kontrol proporsional integral differensial :
e. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum baik secara langsung atau simulasi dapat disimpulkan
bahwa pada rangkaian Proporsional-Integral-Differensial setiap nilai dari Kp, Ki maupun
Kd mempengaruhi output rangkaian ini. Diantaranya :
1. Semakin besar Kp maka semakin besar tegangan keluarannya dan semakin besar pula
noise yang terjadi.
2. Semakin kecil nilai Ki maka semakin kecil tegangan keluarannya namun bentuk
tegangan keluarannya semakin rapi dan noise yang terjadi semakin berkurang.
3. Semakin besar nilai Kd maka semakin besar pula tegangan keluarannya selain itu
noise tegangan keluarannya semakin membesar.
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KONTROL
LAMPIRAN GAMBAR