Anda di halaman 1dari 32

PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kurikulum dan Pembelajaran pada
semester tiga

Dosen:

Dr. Rusman, M.Pd.


Edi Junaedi, S.Pd.

disusun oleh :

Kelompok 5

Agung Hardianto (1504559)


Fenny Tri Mardiani (1501003)
Nurhanipah (1500699)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2016
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T. yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Tidak lupa juga shalawat serta salam selalu kami limpah curahkan
kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan seluruh
umatnya.

Makalah yang berjudul Pengembangan Kurikulum di Indonesia kami buat


dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Kurikulum dan
Pembelajaran pada semester tiga ini. Dalam makalah ini, kami membahas mengenai
sejarah perkembangan kurikulum, analisis kurikulum yang sedang berlaku, dan
pengembangan kurikulum pada masa depan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu


dalam menyelesaikan makalah ini. Besar harapan, semoga makalah ini dapat
berguna khususnya untuk para mahasiswa yang akan mempelajari dan
mengembangkan makalah ini serta dapat menambah pengetahuan atau informasi
bagi para pembaca.

Seperti pepatah tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah
ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan apabila terdapat
kesalahan, kekurangan, ataupun tambahan sehingga kami dapat memperbaiki dan
membuat makalah yang lebih baik kemudian.

Bandung, 3 November 2016

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2
D. Manfaat ............................................................................................... 2

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 5

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 19

A. Kesimpulan ......................................................................................... 19
B. Saran .................................................................................................... 19
1. Bagi Pembaca ................................................................................ 19
2. Bagi Pembeli ................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 21

LAMPIRAN ................................................................................................... 22
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus


sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum mencerminkan
falsafah hidup bangsa, ke arah mana dan bagaimana bentuk kehidupan itu kelak
akan ditentukan oleh kurikulum yang digunakan oleh bangsa tersebut sekarang.
Nilai sosial, kebutuhan dan tuntutan masyarakat cenderung mengalami perubahan
antara lain akibat dari kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi. Kurikulum harus
dapat mengantisipasi perubahan tersebut, sebab pendidikan adalah cara yang
dianggap paling strategis untuk mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi tersebut.

Ilmu pengetahuan dan teknologi akan selalu berkembang dengan


menyesuaikan perkembangan jaman. Dengan tuntutan pekerjaan yang semakin
beragam dalam peningkatan ekonomi suatu perusahaan.Perkembangan segala
aspek kehidupan manusia yang semakin berkembang dan mengandalkan suatu
teknologi menuntut sumber daya manusia dapat menangani masalah tersebut.

Kurangannya Sumber Daya Manusia pada era kemerdekaan indonesia pada


tahun 1945 itu disebabkan karena adanya penyimpangan dari penjajah terhadap
bangsa Indonesia agar tidak bersekolah. Masa-masa itulah yang ingin dicapai
bangsa Indonesia untuk bertekat mencerdaskan kehidupan bangsa. Para petinggi
negeri ini menyadari bahwa harus mengawali dengan cara memperbaiki sumber
daya manusia.

Oleh karena itu pendidikan di Indonesia harus selalu mengikuti


perkembangan jaman agar dapat memperbaiki kualitas Sumber Daya Manusianya.
Maka di susunlah kurikulum sebagai pedoman atau panutan untuk mengendalikan
pendidikan di Indonesia untuk selalu berkembang dan setara antara daerah satu
dengan daerah yang lain. Hal itu di lakukan agar sumber daya manusia yang
berkualitas baik akan merata di seluruh daerah Indonesia.
Peningkatan ilmu pengetahuan dan Teknologi yang paling baru harus
tersampaikan pada masyarakat terutama peserta didik agar nantinya para peserta
didik tersebut dapat bersaing dengan sumber daya manusia negara lain dalam
membangun negara ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan kurikulum?
2. Bagaimana analisis kurikulum yang sedang berlaku?
3. Bagaimana perkembangan kurikulum di masa depan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan kurikulum.
2. Untuk mengetahui analisis kurikulum yang sedang berlaku.
3. Untuk mengetahui perkembangan kurikulum di masa depan.

D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa

Makalah ini diharapkan dapat menambah dan meningkatkan wawasan


dan pengetahuan dan sebagai latihan dalam menerapkan teori-teori yang telah
diperoleh di makalah ini. Sebagai sarana penerapan serta pengembangan teori
yang telah didapat selama proses perkuliahan.

2. Bagi pembaca

Sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan kinerja,


meningkatkan pengetahuan dan informasi mengenai perkembangan
kurikulum.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Sejarah Perkembangan Kurikulum


1. Sistem pengajaran Belanda

Sistem pendidikan Belanda diatur dengan prosedur yang ketat dari


mulai aturan siswa, pengajar, sistem pengajaran dan kurikulum. Sistem
prosedural seperti ini sangat berbeda dengan sistem pendidikan Islam yang
dikenal sebelumnya. Sistem pendidikan pun bersifat diskriminatif. Pemerintah
kolonial sebenarnya tidak berniat mendirikan universitas, tetapi akhinya
mereka mendirikan universitas untuk kebutuhan mereka sendiri. Agar tdak
banyak bangsa Indonesia yang bersekolah yang lebih inggi, maka biaya kuliah
pun dibuat sangat besar. Kurikulum pendidikan Belanda didesain untuk
melestarikan penjajahan di Indonesia, maka pada kurikulum pun dikenalkan
kebudayaan Belanda, juga menekankan hanya pada menulis dengan rapi,
membaca dan berhitung, yang keterampilan ini sangat bermanfaat untuk
diperbantukan pada pemerintah belanda dengan gaji yang sangat rendah.
Anak-anak zaman itu tidak diperkenalkan dengan budayanya sendiri dan
potensi bangsanya.

2. Sekolah yang dikembangkan tokoh pendidikan seperti KH Ahmad


Dahlan dan Ki Hajar Dewantara

KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah yang menggunakan


sistem pendidikan barat dengan menambahkan pelajaran Islam. Ki Hajar
Dewantara mendirikan Taman Siswa dengan membuat sistem pendidikan
yang berakar pada budaya dan filosofi hidup Jawa, yang kemudian dianggap
sebagai sistem pengajaran dan pendidikan nasional.
3. Kurikulum Masa Penjajahan Jepang

Pada masa Jepang, pendidikan diarahkan untuk menyediakan prajurit


yang siap perang di perang Asia Timur Raya. Penggolongan sekolah
berdasarkan status sosial yang dibangun Belanda dihapuskan. Pendikan hanya
digolongkan pada pendidikan dasar (Kokmin Gakko) 6 tahun, pendidikan
menengah petama (Shoto Gakko), pendidikan menengah tinggi (Koto Chu
Gako) yang masing-masng tiga tahun serta pendidikan tinggi. Pada masa
peralihan dari Jepang ke Sekutu, ketika proklamasi dikumandangkan
dibentuklah Panitia Penyelidik Pengajaran RI yang dipimpin oleh Ki Hajar
Dewantara. Lembaga ini melahirkan rumusan pertama sistem pendidikan
nasional, yakni pendidikan bertujuan menekankan pada semangat dan jiwa
patriotisme. Kemudian disusun pula pembaruan kurikulum pendidikan dan
pengajaran. Kurikulum sekolah dasar lebih mengutamakan pendekatan
filosofis-ideologis. Pada masa penjajahan jepang sudah dirintis jenjang
pendidikan seperti saat ini yaitu pedidikan dasar (SD 6 tahun), SMP 3 tahun,
SMA 3 tahun dan perguruan tinggi.

4. Kurikulum 1947

Kurikulum saat itu diberi nama Rentjana Pelajaran 1947. Pada saat
itu,kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan
kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah
digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai
pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan
berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka
pendidikan sebagai development conformism, bertujuan untuk membentukan
karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan
bangsa lain di muka bumi ini.
5. Kurikulum 1952

Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di


Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama
Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu
sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari
kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi
pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.

6. Kurikulum 1964

Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali


menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama
Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang
menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai
keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan
pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana yang meliputi pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya,
dan moral (Hamalik, 2004). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima
kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan
(keterampilan), dan jasmani. Pendidikan dasar lebih menekankan pada
pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

7. Kurikulum 1968

Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu


dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana
menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Dari segi tujuan
pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada
upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan
keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.

8. Kurikulum 1975

Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih


efisien dan efektif. “Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang
manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu.
Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”,
yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci
lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus(TIK), materi pelajaran, alat
pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak
dikritik. Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap
kegiatan pembelajaran.

9. Kurikulum 1984

Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski


mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum
ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa
ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).

Kurikulum 1984 ini berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari


oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam
waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional
dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar,
yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.

10. Kurikulum 1994

Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan


dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu
pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan.
Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga
tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat
menerima materi pelajaran cukup banyak. Tujuan pengajaran menekankan
pada pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan
pemecahan masalah.

11. Kurikulum 2004 (KBK)

Kurikukum 2004 ini lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis


Kompetensi (KBK). Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada
pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas
tertentu sesuai dengan standar performance yang telah ditetapkan.
Competency Based Education is education geared toward preparing
indivisuals to perform identified competencies (Scharg dalam Hamalik,
2000: 89). Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan mengacu pada upaya
penyiapan individu yang mampu melakukan perangkat kompetensi yang telah
ditentukan. Implikasinya adalah perlu dikembangkan suatu kurikulum
berbasis kompetensi sebagai pedoman pembelajaran. Kurikulum Berbasis
Kompetensi berorientasi pada: (1) hasil dan dampak yang diharapkan muncul
pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang
bermakna, dan (2) keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan
kebutuhannya (Puskur, 2002a). Tujuan yang ingin dicapai menekankan pada
ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.

12. Kurikulum 2006 (KTSP)

Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat


Satuan Pendidikan (KTSP). Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan, muncullah
KTSP. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi
pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan
Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan
kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan
kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan karangka dasar
(KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi
dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah
ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan
perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian merupakan
kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi
pemerintah Kabupaten/Kota.

B. Analisis Kurikulum yang Sedang Berlaku


1. Pengertian Umum Kurikulum 2013

Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional


dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya
sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia
yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman
yang selalu berubah. Makna manusia yang berkualitas, menurut Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu
manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, pendidikan
nasional harus berfungsi secara optimal sebagai wahana utama dalam
pembangunan bangsa dan karakter.

Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam


Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta
didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan
menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara
Indonesia sepanjang jaman.

Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum


merupakan salah satu unsur yang bisa memberikan kontribusi yang signifikan
untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Jadi
tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum, yang dikembangkan dengan
berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk
mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan
proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2) manusia
terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab. Pengembangan dan pelaksanaan
kurikulum berbasis kompetensi merupakan salah satu strategi pembangunan
pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2. Tujuan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia


agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang
beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi
pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

3. Karakteristik Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:

a. Mengembangkan keseimbangan anatara pengembangan sikap spiritual dan


social, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan
intelektual dan psikomotorik.
b. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman
belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari
disekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagi sumber
belajar.
c. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta
menerapkannya dalam berbagai situasi disekolah dan masyarakat.
d. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
e. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci
lebih lanjut dalam kompetensi dasar pelajaran.
4. Landasan Penyempurnaan Kurikulum
a. Landasan Yuridis

Secara konseptual, kurikulum adalah suatu respon pendidikan


terhadap kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi
muda bangsanya. Secara pedagogis, kurikulum adalah rancangan
pendidikan yang memberi kesempatan untuk peserta didik
mengembangkan potensi dirinya dalam suatu suasana belajar yang
menyenangkan dan sesuai dengan kemampuan dirinya untuk memiliki
kualitas yang diinginkan masyarakat dan bangsanya. Secara yuridis,
kurikulum adalah suatu kebijakan publik yang didasarkan kepada dasar
filosofis bangsa dan keputusan yuridis di bidang pendidikan.

Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-undang


Dasar 1945, Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005, dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.

b. Landasan Filosofis

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk


watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa (UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional). Untuk mengembangkan dan membentuk
watak dan peradaban bangsa yang bermartabat, pendidikan berfungsi
mengembangkan segenap potensi peserta didik “menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang
demokratis serta bertanggungjawab” (UU RI nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional maka


pengembangan kurikulum haruslah berakar pada budaya bangsa,
kehidupan bangsa masa kini, dan kehidupan bangsa di masa mendatang.
Pendidikan berakar pada budaya bangsa. Proses pendidikan adalah suatu
proses pengembangan potensi peserta didik sehingga mereka mampu
menjadi pewaris dan pengembang budaya bangsa. Melalui pendidikan
berbagai nilai dan keunggulan budaya di masa lampau diperkenalkan,
dikaji, dan dikembangkan menjadi budaya dirinya, masyarakat, dan
bangsa yang sesuai dengan zaman dimana peserta didik tersebut hidup
dan mengembangkan diri.

Kemampuan menjadi pewaris dan pengembang budaya tersebut


akan dimiliki peserta didik apabila pengetahuan, kemampuan intelektual,
sikap dan kebiasaan, keterampilan sosial memberikan dasar untuk secara
aktif mengembangkan dirinya sebagai individu, anggota masyarakat,
warganegara, dan anggota umat manusia. Artinya, konten pendidikan
yang dirumuskan dalam Standar Kompetensi Lulusan dan dikembangkan
dalam kurikulum harus menjadi dasar bagi peserta didik untuk
dikembangkan dan disesuaikan dengan kehidupan mereka sebagai
pribadi, anggota masyarakat, dan warganegara yang produktif serta
bertanggungjawab di masa mendatang.

c. Landasan Teoritis

Kurikulum dikembangkan atas dasar teori pendidikan berdasarkan


standar dan teori pendidikan berbasis kompetensi. Pendidikan
berdasarkan standar adalah pendidikan yang menetapkan standar nasional
sebagai kualitas minimal hasil belajar yang berlaku untuk setiap
kurikulum. Standar kualitas nasional dinyatakan sebagai Standar
Kompetensi Lulusan. Standar Kompetensi Lulusan tersebut adalah
kualitas minimal lulusan suatu jenjang atau satuan pendidikan. Standar
Kompetensi Lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan (PP
nomor 19 tahun 2005).

Standar Kompetensi Lulusan dikembangkan menjadi Standar


Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan yaitu SKL SD, SMP, SMA,
SMK. Standar Kompetensi Lulusan satuan pendidikan berisikan 3 (tiga)
komponen yaitu kemampuan proses, konten, dan ruang lingkup
penerapan komponen proses dan konten. Komponen proses adalah
kemampuan minimal untuk mengkaji dan memproses konten menjadi
kompetensi. Komponen konten adalah dimensi kemampuan yang menjadi
sosok manusia yang dihasilkan dari pendidikan. Komponen ruang lingkup
adalah keluasan lingkungan minimal dimana kompetensi tersebut
digunakan, dan menunjukkan gradasi antara satu satuan pendidikan
dengan satuan pendidikan di atasnya serta jalur satuan pendidikan khusus
(SMK, SDLB, SMPLB, SMALB).

Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk bersikap,


menggunakan pengetahuan dan keterampilan untuk melaksanakan suatu
tugas di sekolah, masyarakat, dan lingkungan dimana yang bersangkutan
berinteraksi. Kurikulum dirancang untuk memberikan pengalaman
belajar seluas-luasnya bagi peserta didik untuk mengembangkan sikap,
keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk membangun
kemampuan tersebut. Hasil dari pengalaman belajar tersebut adalah hasil
belajar peserta didik yang menggambarkan manusia dengan kualitas yang
dinyatakan dalam SKL.

5. Rasionalitas Pengembangan Kurikulum 2013

Sebagaimana disebutkan di dalam Permendikbud Nomor 67 tahun


2013 tentang kerangka Dasar dan struktur kurikulum sekolah dasar dan
struktur kurikulum sekolah menengah pertama atau madrasah tsanawiyyah,
No 69 tahun 2013 tentang dasar dn struktur kurikulum menengah ke atas atau
madrasah aliyyah, dan Nomor 70 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan
struktur kurikulum sekolah menengah dan kejuruan atau madrasah aliyyah
kejuruan bahwa faktor-faktor yang digunakan dalam pengembangan
kurikulum 2013 adalah:
a. Tantangan Internal

Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan


dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu pada 8 standar Nasional
Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi
kelulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
standar prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar penilaian
pendidikan.

Tantangan internal lainya terkait dengan perkembangan pendidik


Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah
penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak usia yang tidak
produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke
atas). Jumlah penduduk usia produktif ini di perkirakan akan mencapai
puncaknya pada tahun 2020 -2035 pada saat angkanya mencapai 70% .oleh
sebab itu tantangan besar yang di hadapi adalah bagaimana mengupayakan
agar sumber daya manusia usia produktif yang melimpa ini dapat di
transformasikan menjadi sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan
ketrampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.

b. Tantangan Eksternal

Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan


berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan
teknologi dan informasi, kebangkitan industry kreatif dan budaya, dan
perkembangan pendidikan di tingkat internasional . arus globalisasi akan
menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional
menjadi masyarakat industry dan perdagangan modern seperti terdapat terlihat
di world trade Organization (WTO), Association of southeast Asian
Nations (ASEAN). Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran
kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains ,serta mutu,
investasi, dan tranformasi bidang pendidikan. keikutsertaan Indonesia
didalam study internasional Trends in internasional Mathematics and science
study (TIMSS) dan progam for internasional student assessment (PISA) sejak
tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak- anak Indonesia tidak
menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan
PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di
TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.

c. Penyempurnaan Pola Pikir

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir


sebagai berikut.

1) Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran


berpusat pada peserta didik. Peseta didik harus memiliki pilihan-pilihan
terhadap materi yang di pelajari untuk memiliki kompetensi yang sama.
2) Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi
pembelajaran interaktif (interaktif guru-pesertadidik-masyarakat-
lingkungan alam, sumber atau media lainya)
3) Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembeljaran secara jejaring (peseta
didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat di
hubungi serta di peroleh melalui internet)
4) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari
(Pembelajaran system aktif mencari semakin di perkuat dengan model
pembelajaran pendekatan sains)
5) Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok(berbasis tim).
6) Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat
multimedia.
7) Pola pembelajaran berbasis masal menjadi kebutuhan pelanggan (user)
dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki peserta
didik.
8) Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monosdiscpline) menjadi
pembelajaran ilmu pengetahuan jamak atau (multi discipline)
9) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.

d. Penguatan Tata Kelola Kurikulum


Dalam kurikulum2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut:

1) Tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang
bersifat kolaborati.
2) Penguatan manajemen sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen
kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan.
3) Penguatan sarana dan prsarana untuk kepentingan manajemen dan proses
pembelajaran.

e. Penguatan Materi

Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan


materi yang relevan bagi peserta didik.

f. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements)


kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses
pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyakan
dalam kompetensi inti.
g. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif,
saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata
pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertical).

6. Perubahan-perubahan dalam Kurikulum 2013


a. Perubahan Standar Kompetensi Lulusan

Penyempurnaan Standar Kompetensi Lulusan memperhatikan


pengembangan nilai, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu
dengan fokus pada pencapaian kompetensi. Pada setiap jenjang
pendidikan, rumusan empat kompetensi inti (penghayatan dan
pengamalan agama, sikap, keterampilan, dan pengetahuan) menjadi
landasan pengembangan kompetensi dasar pada setiap kelas.

b. Perubahan Standar Isi


Perubahan Standar Isi dari kurikulum sebelumnya yang
mengembangkan kompetensi dari mata pelajaran menjadi fokus pada
kompetensi yang dikembangkan menjadi mata pelajaran melalui
pendekatan tematik-integratif (Standar Proses)

c. Perubahan Standar Proses

Perubahan pada Standar Proses berarti perubahan strategi


pembelajaran.Guru wajib merancang dan mengelola proses pembelajaran
aktif yang menyenangkan. Peserta didik difasilitasi untuk mengamati,
menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Sebagai
catatan dari adanya perubahan ini; (1) Perubahan metode mengajar ini
hanya mungkin dilakukan ketika para guru menguasai metode-metode
mengajar yang efektif. Jadi guru perlu diberdayakan sehingga menguasai
bidang yang diajarkannya dengan baik sekaligus trampil menyampaikan
topik itu dengan cara yang menarik, sederhana, mengasyikkan dan
membuat anak didik paham. (2) Untuk mencapai perubahan proses ini,
guru perlu dilatih terus-menerus (didampingi selama proses belajar-
mengajar). Calon-calon guru yang sedang belajar di Perguruan Tinggi
juga dilatih standar proses ini sesuai dengan bidang yang diampunya.

d. Perubahan Standar Evaluasi

Penilaian yang mengukur penilaian otentik yang mengukur


kompetensi sikap, keterampilan, serta pengetahuan berdasarkan hasil dan
proses. Sebelumnya ini penilaian hanya mengukur hasil kompetensi.

7. Kelebihan Kurikulum 2013


a. Penilaian menekankan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara
proporsional serta penilaian menggunakan test dan portofolio saling
melengkapi.
b. Pendidik tidak hanya memenuhi komptensi profesi tetapi juga
pedagogi,sosial,dan personal. Selain itu pendidik dan tenaga
kependidikan memiliki motivasi mengajar.
c. Pengelolaan kurikulum kualitasnya dipantau dan dikendalikan oleh
pemerintah pusat dan daerah dalam pelaksanaannya di tingkat satuan
pendidikan.
d. Satuan pendidikan mampu menyusun kurikulum dengan
mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan,kebutuhan peserta
didik dan potensi daerah.
e. Pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum mulai dari buku
teks dan pedoman.
f. Perubahan yang dilakukan yaitu komptensi disetiap jenjang
diharapkan memiliki peningkatan dan keseimbangan soft Skills dan
hard skills yang meliputi aspek komptensi sikap, keterempilan dan
pengetahuan.
g. Kedudukan mata pelajaran (standar isi) yang semula komptensi
diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran
dikembangkan dari komptensi yang pendekatan pengembangannya
melalui tematik integratif dalam semua mata pelajaran (SD), mata
pelajaran (SMP dan SMA) dan vokasional pada SMK.
h. Pengurangan adaptif dan normatif, penambahan produktif (SMK)
i. produktif disesuaikan dengan trend perkembangan di Industri (SMK)
j. Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skillsdan hard skillsyang
meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
k. Kompetensi yang semula diturunkan dari matapelajaranberubah
menjadi matapelajaran dikembangkan dari kompetensi.

8. Kekurangan
a. Pengintegrasian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia untuk jenjang pendidikan dasar.

Berdasarkan hal tersebut, pendidik harus disekolahkan ulang


untuk memahami setiap mata pelajaran tersebut dan semua lembaga
pendidikan tinggi di indonesia harus melakukan integrasi terhadap
fakultas MIPA dan fakultas ilmu sosial. Mendapatkan hasil maksimal
tanpa melakukan integrasi sangat sulit untuk dicapai, apalagi
dilakukan inegrasi untuk dua rumpun mata pelajaran yang berbeda.

b. Kurikulum 2013 tidak didasarkan pada evaluasi dari pelaksanaan


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006.

KTSP saja baru menuju uji coba dan ada beberapa sekolah
yang belum melaksanakannya. Bagaimana bisa, kurikulum 2013
diimplementasikan tanpa ada evaluasi dari pelaksanaan kurikulum
sebelumnya sehingga dalam pelaksanaannya bisa membingungkan
guru dan pemangku pendidikan.

c. Persiapan Buku pegangan untuk guru dan murid Persiapan buku


pegangan untuk guru dan murid baru terlaksana hanya di beberapa
mata pelajaran disemua jenjang pendidikan.

Bila dikalkulasikan dengan biaya uji coba kurikulum


sebelumnya dan biaya pembuatan buku 13 Bait/assign files/ME2
pedoman baru tentunya akan memakan lebih dari 20% anggaran
pendidikan. Anggaran yang digunakan untuk membuat buku baru
akan lebih baik jika digunakan merenovasi sekolah-sekolah yang ada
di daerah terluar dan terpencil negara ini. Sangat tidak efektif dan
efisien untuk membuat buku pedoman baru karena buku pedoman
kurikulum sebelumnya dibeberapa propinsi bisa dikatakan belum
sempat dibaca.

d. Implementasi akan dilakukan secara bertahap dan pada tiap jenjang

Jika implementasi dimulai untuk kelas satu, kelas empat di


jenjang SD dan kelas tujuh di SMP, serta kelas sepuluh di SMA/SMK,
tentu guru yang diikutkan dalam pelatihan pun, berkisar antara 400
sampai 500 ribuan. Tindakan ini tidak lebih dari langkah
menghambur-hamburkan APBN negara untuk kurikulum yang tidak
memiliki kejelasan bila dibandingkan dengan melanjutkan program
kurikulum yang sudah ada.
e. Tata kelola administrasi harus berubah karena empat standar dalam
kurikulum 2013 mengalami perubahan.

Jika persoalan implementasi yang dijadikan sebagai landasan agar


semua elemen pendidikan diindonesia menyetujui kurikulum 2013 dan
masa depan peserta didik yang menjadi harga mati. Ulasan tersebut
tentunya merupakan sebuah arogansi yang memaksakan bahwa
kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang tidak sesuai dengan
tujuannya yaitu membentuk karakter bangsa yang memiliki jiwa-jiwa
pancasila yang tertuang dalam UUD 1945. Hal ini dikarenakan dalam uji
publik saja sudah tidak mencerminkan tindakan musyawarah untuk
mufakat dan terkesan dipaksakan oleh ulasan tersebut.

C. Pengembangan Kurikulum di Masa Depan


1. Karakteristik Masyarakat Indonesia Pada Masa Depan

Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya


mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban
dunia masa kini. Masyarakat modern relatif bebas dari kekuasaan adat-istiadat
lama. Karena mengalami perubahan dalam perkembangan zaman dewasa ini.
Perubahan-Perubahan itu terjadi sebagai akibat masuknya pengaruh
kebudayaan dari luar yang membawa kemajuan terutama dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dalam mencapai kemajuan itu masyarakat
modern berusaha agar mereka mempunyai pendidikan yang cukup tinggi dan
berusaha agar mereka selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi seimbang
dengan kemajuan di bidang lainnya seperti ekonomi, politik, hukum, dan
sebagainya.

Bagi negara-negara sedang berkembang seperti halnya Indonesia. Pada


umumnya masyarakat modern ini disebut juga masyarakat perkotaan atau
masyarakat kota. Pengertian kota secara sosiologi terletak pada sifat dan ciri
kehidupannya dan bukan ditentukan oleh menetapnya sejumlah penduduk di
suatu wilayah perkotaan. Dari pengertian di atas, dapat diartikan bahwa tidak
semua warga masyarakat kota dapat disebut masyarakat modern, sebab
banyak orang kota yang tidak mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah
ke kehidupan peradaban dunia masa kini, misalnya gelandangan atau orang
yang tidak jelas pekerjaan dan tempat tinggal.

Karakteristik masyarakat modern, yaitu:

 Hubungan antar manusia terutama didasarkan atas kepentingan-


kepentingan pribadi.
 Hubungan dengan masyarakat lain dilakukan secara terbuka dengan
suasana yang saling memepengaruhi
 Keprcayaan yang kuat akan Ilmu Pengetahuan Teknologi sebagai
sarana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
 Masyarakatnya tergolong ke dalam macam-macam profesiyang dapat
dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga pendidikan, keterampilan
dan kejuruan.
 Tingkat pendidikan formal pada umumnya tinggi dan merata.
 Hukum yang berlaku adalah hukum tertulis yang sangat kompleks
 Ekonomi hampir seluruhnya merupakan ekonomi pasar yang
didasarkanatas penggunaan uangdan alat-alat pembayaran lain.

Pendidikan selalu berlangsung dalam suatu latar kemasyarakatan dan


kebudayaan tertentu. Demikian pula di Indonesia pendidikan nasional
dilaksanakan berdasarkan latar kemasyarakatan dan kebudayaan Indonesia.
Landasan sosio-kultural merupakan salah satu dasar utama dalam menentukan
arah kepada program-program pendidikan baik program pendidikan sekolah
maupun program pendidikan luar sekolah. Dari sisi lain pendidikan
merupakan salah satu pilar utama dalam pelestarian dan pengembangan
kebudayaan setiap masyarakat. Di dalam UU no 2 Tahun 1989 tentang sistim
pendidikan nasional dinyatakan bahwa “dalam kehidupan suatu bangsa
pendidikan mempunyai peranan yang amat penting untuk menjamin
perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa yang bersangkutan.”
Melalui upaya pendidikan kebudayaan di wariskan dan di pelihara oleh setiap
generasi bangsa. Serentak dengan itu upaya pendidikan di arahkan pula untuk
mengembangkan kebudayaan itu. Kebudayaan yang dimaksudkan dalam arti
luas yaitu “ keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakan
dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu
(koentjaraninggrat, 1974: 19). Kebudayaan itu dapat:

 Berwujud ideal yakni ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan


dan sebagainya.
 Berwujud kelakuan yankni kelakuan berpola dari manusia dalam
masyarakat.
 Berwujud fisik yakni benda-benda hasil karya manusia.(Koentjaraningrat
1974: 15-22).

Kajian masyarakat masa depan itu semakin penting jika diingat bahwa
pendidikan selalu merupakan penyiapan peserta didik bagi peranan di masa
yang akan datang. Dengan demikian, pendidikan seharusnya selalu
mengantisipasi keadaan masyarakat masa depan. Perubahan keadaan
masyarakat masa depan yang berlangsung dengan cepat mempunyai beberapa
karateristik umum yang dapat dijadikan petunjuk sebagai ciri masyarakat di
masa depan yaitu:

a. Kecenderungan Globalisasi yang Makin Kuat.

Istilah globalisasi (asal kata: global yang berararti secara umumnya,


utuhnya,kebulatannya) bermakna bumi sebagai satu keutuhan seakan akan
tanpa tapal batas administrasi negara, dunia menjadi amat tarnsparan, serta
saling ketergantungan antar bangsa didunia semakin besar; dengan kata lain:
“menjadikan dunia sebagai satu keutuhan, satu kesatuan.” Menurut Emil salim
(1990; 8-9)

Terdapat empat bidang kekuatan gelombang globalisasi yang paling


kuat dan menonjol daya dobraknya, yakni:

1) Bidang iptek yang mengalami perkembangan yang semakin dipercepat


utamanya dengan penggunaan berbagai teknologi canggih seperti
computer dan satelit. Kekuatan pertama gelombang globalisasi ini
membuat bumi seakan-akan menjadi sempit dan transparan. Globalisasi
iptek tersebut memeberi orientasi baru dalam bersikap dan berpikir serta
berbicara tanpa batas negara.
2) Bidang ekonomi yang mengarah ke ekonomi regional dan atau ekonomi
global tanpa mengenal batas-batas negara. Di berbagai bagian dunia telah
berkembang kelompok-kelompok ekonomi regional. Gejala lainnya
adalah makin meluasnya perusahaan multi nasional sebagai perusahaan
raksasa yang kakinya tertanam kuat di berbagai negara. Globalisai
ekonomi telah menyebabkan negara hanya bertapal batas politik saja,
sedangkan dari segi ekonomi semakin kabur.
3) Bidang lingkungan hidup telah menjadi bahan pembicaraan dalam
berbagai pertemuan internasional, yang mencapai puncaknya pada
konferensi tingkat tinggi (KTT) bumi, atau nama resminya: konferensi
PBB mengenai lingkungan hidup dan pembangunan (UNCED), pada awal
juni 1992 di Rio De Jeneiro,Brasil. Kerusakan ke berbagai negara di
sekitarnya, bahkan mengancam keselamatan planet ini. Oleh karena itu,
diperlukan wawasan dan kebijakan yang tepat dalam bidang pembangunan
yang menjamin kelestarian dan keselamatan lingkungan hidup, atau
pembangunan yang berwawasan lingkungan.
4) Bidang pendidikan dalam kaitannya dengan identitas bangsa, termasuk
budaya nasional dan budaya-budaya nusantara. Disamping terpaan tentang
gagasan-gagasan dalam pendidikan globalisasin terjadi pula secara
langsung menerpa setiap indiidu manusia melalui buku,radio ,televise,dan
media lainnya.

Di samping keempat bidang tersebut, kecenderungan globalisai juga


tampak dalam bidang politik, hukum dan HAM, paham demokrasi dan
sebagainya. Kecenderungan globalisasi tersebut merupakan suatu gejala yang
tidak dapat dihindari. Oleh karen itu, banyak gagasan dalm menghadapi
globalisasi yang menekankan perlunya berpikir dan berwawasan global
namun harus tetap menyesuaikan keputusan dan tindakan dengan keadaan
nyata disekitarnya.
b. Perkembangan llmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Perkembangan iptekn yang makin cepat dalam era globalisasi


merupakan salah satu cirri utama dari masyarakat masa depan. globalisasi
perkembangan IPTEK tersbut dapat berdampak positif ataupun negative,
tergantung pada kesiapan bangsa besrta kondisi social-budayanya untuk
menerima limpahan informasi atau teknologi tersebut. Segi positifnya antara
lain memudahkan untuk mengikuti perkembangan iptek yang terjadi di dunia.
Sedangkan segi negatifnya akan timbul apabila kondisi social- budayanya
belum siap menerima limpahan itu (Pratiwi Sudarsono, 1990: 14-15).

Percepatan perkembangan IPTEK tersebut terkait dengan landasan


ontologism,epistemologis, dan aksiologisnya (Filsafat Ilmu, 1981: 9-15).
Iptek membantu mengembangkan peranti yang dapat mengatasi berbaai
kekurangan atau keterbatasan alat indera, danpada gilirannya, peranti itu
sangat membantu mengebangkan IPTEK itu sendiri. Globalisasi
perkembangan iptek yang cepat tersebut adalah peluang dan tantangan.
Terbuka peluang bagi kita untuk menikuti perkembangan iptek tersbut secara
dini sebaliknya apabila masyarakat belum siap menerimanya, maka akan
berubah menjadi tantangan.

c. Perkembangan Arus Komunikasi Yang Semakin Padat Dan Cepat.

Pada umumnya bentuk komunikai langsung (verbal atau non verbal)


di kenal sebagai komunikasi antar pribadi (interpersonal communication), baik
komunikasi antar orang (Dyadic communication), maupunu komunikasi
dalam kelompok kecil (small group communication) dengan ciri pokok adanya
dialog diantara pihak pihak yang berkomunikasi. Sedangkan bentuk
komunikasi yang bercirikan monolog adalah komunikasi publik, yang
dibedakan atas komunikasi pembicara-pendengar (speker audience
communication). Beberapa unsur proses komunikasi yaitu:

1) Sumber pesan seperti harapan, gagasan, perasaan aatau prilaku yang


diinginkan oleh pengirim pesan.
2) Penyandian (encoding), yakni pengubahan atau penerjemahan isi
pesan kedalam bentuk yang serasi dengan alat pengiriman pesan.
3) Transmisi (pengiriman) pesan.
4) Saluran.
5) Pembukasandian (decoding) yakni penerjemahan kembali apa yang di
terima kedalam isi pesan oleh penerima.
6) Reaksi internal penerima sesuai pemahaman pesan yang diterimanya.
7) Gangguan atau hambatan (noise) yang dapat terjadi pada semua unsur
dasar lainnya.

Perkembangan komunikasi dengan arus informasi yang makin padat


dan akan di percepat di masa depan mencakup keseluruhan unsur-unsur dalam
proses komunikasi tersebut.

d. Penigkatan Layanan Profesional.

Salah satu ciri penting masyarakat masa depan adalah meningkatnya


kebutuhan layanan profesionalisme dalam berbagai bidang kehidupan
manusia. Karena perkembangan iptek ang makin cepat serta perkembangan
arus informasi yang semakin padat dan epat, maka anggota masyarakat masa
depan semakin luas wawasan dan pengetahuannya serta daya kritis yang
semakin tinggi. Oleh karena itu, manusia masa depan tersebut makin menuntut
suatu kualitas hidup yang lebih baik, termsuk berbagai layanan yang
dibutuhkannya. Layanan yang diberikan oleh pemangku profesi tertentu, atau
layanan professional, akan semakin penting untuk kebutuhan masyarakat
tersebut.

Status professional memerlukan persyaratan yang berat, sehingga tidak


semua jenis pekerjaan dapat memperolehnya. Sehinga tuntutan mutu layanan
professional tersebut semakin tinggi pula hal itu menuntut suatu kerja sama
antar tenaga professional yang semakin erat. Dengan demikian,kualitas hidup
dan kehidupan manusia dalam masyarakat di masa depan akan lebih baik lagi.

2. Kebutuhan-kebutuhan pendidikan pada masa depan


a. Kebutuhan Guru SD Tahun 2017 Mencapai 188 Ribu
Menurut pemerintah kebutuhan Guru SD tahun 2017 yang paling tinggi
adalah kebutuhan untuk kelompok guru kelas yang mencapai jumlah 97.277
guru. Kemudian disusul penambahan untuk guru pendidikan jasmani dan
kesehatan (penjaskes) sejumlah 64.203 guru dan penambahan guru muatan
lokal (mulok) sebanyak 26.525 orang.

3. Kurikulum Masa Depan


a. Pada masa jabatan menteri pendidikan Anies Baswedan, kurikulum 2013
akan berakhir pada tahun 2016 dan digantikan dengan kurikulum
nasional. Akan dibagi menjadi tiga bagian yaitu Kurikulum Nasional,
kurikulum berbasis pengembangan atau potensi daerah, dan kurikulum
paling kecil mencakup kekhasan atau kondisi masing-masing sekolah.
b. Sedangkan pada masa jabatan menteri yang sekarang yaitu muncul wacana
tentang pemberlakuan Full Day School untuk tingkat SD dan SMP. Ide ini
diterapkan dengan tujuan agar siswa mendapat pendidikan karakter dan
pengetahuan umum di sekolah.

Sesuai dengan pesan dari Presiden Jokowi bahwa kondisi ideal


pendidikan di Indonesia adalah ketika dua aspek pendidikan bagi siswa
terpenuhi. Untuk jenjang SD, 80 persen pendidikan karakter dan 20 persen
untuk pengetahuan umum. Sedangkan SMP, bobot pendidikan karakter
adalah 60 persen dan 40 persen untuk pengetahuan umum.

Menurut mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang


(UMM) ini, maksud dari full day school adalah pemberian jam tambahan.
Namun, pada jam tambahan ini siswa tidak akan dihadapkan dengan mata
pelajaran yang membosankan. Kegiatan yang dilakukan seusai jam
belajar-mengajar di kelas selesai adalah ekstrakurikuler (ekskul). Dari
kegiatan ekskul ini, diharapkan dapat melatih 18 karakter, beberapa di
antaranya jujur, toleransi, displin, hingga cinta tanah air.
Pertimbangan lainnya adalah faktor hubungan antara orangtua dan
anak. Biasanya siswa sudah bisa pulang pukul 1. Tidak dipungkiri, di
daerah perkotaan, umumnya para orangtua bekerja hingga pukul 5 sore.
Program ini dianggap dapat membantu guru untuk mendapatkan
durasi jam mengajar sebanyak 24 jam/minggu. Ini merupakan salah satu
syarat untuk lolos proses sertifikasi guru.
Lalu, dari segi sosial dan geografis, daerah pelosok nampaknya
belum cocok menjalankan full day school. Kebanyakan orangtua siswa
bermata pencaharian sebagai petani, nelayan, buruh, dan sebagainya. Nah,
orangtua pun membutuhkan anaknya untuk membantu mereka
menyelesaikan pekerjaan sepulang sekolah. Misalnya bercocok tanam,
menjahit, dan sebagainya. Membantu ini juga merupakan bagian dari
pembentukan karakter dan meningkatkan kemampuan anak di rumah.
Berbeda dengan orangtua di perkotaan yang sebagian besar adalah pekerja
kantoran. Kemungkinan jarang bertemu dan berinteraksi dengan anak
secara langsung akibat kesibukan sangat besar.
Terkait dengan Pergeseran Paradigma Pendidikan masa depan.
Kurikulum Masa Depan perlu memperhatikan 16 prinsip pembelajaran
yang harus dipenuhi dalam proses pendidikan abad ke-21, yaitu: (1) dari
berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa, (2) dari satu arah menuju
interaktif, (3) dari isolasi menuju lingkungan jejaring, (4) dari pasif
menuju aktif-menyelidiki, (5) dari maya/abstrak menuju konteks dunia
nyata, (6) dari pribadi menuju pembelajaran berbasis tim, (7) dari luas
menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan, (8) dari
stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke sehala penjuru, (9) dari alat
tunggal menuju alat multimedia, (10) dari hubungan satu arah bergeser
menuju kooperatif, (11) dari produksi massa menuju kebutuhan
pelanggan, (12) dari usaha sadar tunggal menuju jamak, (13) dari satu ilmu
dan teknologi bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak, (14) dari
kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan, (15) dari pemikiran
faktual menuju kritis, dan (16) dari penyampaian pengetahuan menuju
pertukaran pengetahuan. (BSNP, 2010: 48-50).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sejarah kurikulum di Indonesia diawali dengan perkembangan kurikulum


pada masa penjajahan Belanda hingga sampai saat ini menggunakan Kurikulum
2013. Analisis kurikulum 2013 dapat ditinjau berdasarkan karakteristik, kelebihan,
serta kekurangannya. Namun, inti dari kurikulum 2013 adalah peningkatan capaian
pendidikan dengan menambah jam belajar dan efektivitas pembelajaran.
Perkembangan kurikulum di masa depan dapat dilihat dari program-program yang
dicanangkan oleh menteri pendidikan Indonesia. Masa depan berkaitan dengan
perkembangan zaman yang semakin modern dan canggih.

B. Saran
1. Bagi Pembaca
Semoga makalah mengenai ini bisa dijadikan referensi dan sebagai
sumber bacaan yang bermanfaat.
2. Bagi Penulis
Semoga dengan menulis makalah ini, penulis bisa semakin terlatih
dan semakin giat untuk membuat makalah, dan karya tulis ilmiah
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Bait, Musfaul L. 2015. Kurikulum Pendidikan di Indonesia. Yogyakarta: Universitas


Negeri Yogyakarta Departemen Member
Hamalik, Oemar. (1993). Model-Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PPs
Universitas Pendidikan
Idi, Abdullah. (2011). Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktik. Yogyakarta:
Arruz Media.
Kuwado, Fabian Januarius. (2016). Pemerintah Tetapkan 500 Sekolah Jadi
Percontohan "Full Day School". [Online] Tersedia di:
http://nasional.kompas.com/read/2016/09/26/11010561/pemerintah.tetapkan
.500.sekolah.jadi.percontohan.full.day.school. Diakses pada 3 November
2016 21.10 WIB.
Mukminan. (2015). Kurikulum Masa Depan. Banten : Universitas Ageng Tirtayasa.
Senja. (2015). Kebutuhan Guru SD Pada Tahun 2017 Mencapai 188 ribu. [Online].
Tersedia di: http://sekolahdasar.id/kebutuhan-guru-sd-tahun-2017-mencapai-
188-ribu/
Sundiawan, Awan. (2013). Kurikulum selalu Berubah. [Online]. Tersedia di:
http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/34028920/kurikulum_se
lalu_berubah.docx Diakses pada 3 November 2016 21.00 WIB
LAMPIRAN
Pertanyaan dalam sesi diskusi dan tanya jawab.
1. Syifa Nurshabrina
- Apa yang dimaksud dengan evaluasi kurikulum 2013 tidak berdasarkan
hasil evaluasi kurikulum yang sebelumnya?
- Perubahan kurikulum sering berkaitan dengan politik, bagaimana
pendapat Anda tentang hal itu? Dan bagaimana solusinya?
2. Lesmana Yogi
Apa perbedaan kurikulum 1952 dengan 1964?
3. Gina Sonia Hanifah
Kurikulum 2013 akan dikembangkan lagi, menurut Anda apa yang harus
dievaluasi dari Kurikulum 2013?
4. M. Fikry Hamdani
Guru harus mengajar 24 jam per minggu, untuk menambah jam
mengajarnya harus ke sekolah lain yang menerapkan kurikulum KTSP.
Mengapa harus ke sekolah yang menerapkan kurikulum KTSP?
5. Nurul Fuad
Apakah dari 10 perkembangan kurikulum ada yang tidak sesuai?
6. Elsa Fitriani
Apa hubungan 24 jam mengajar dengan kualitas guru?

Anda mungkin juga menyukai