PRAKTIKUM
KIMIA, DAYA
DESAK LOGAM
BAB I PENDAHULUAN
A. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan/praktikum ini adalah untuk menyelidiki daya desak dan urutan daya
reduksi beberapa jenis logam.
B. DASAR TEORI
Reaksi reduksi adalah reaksi yang menerima elektron dan ditandai dengan penurunan bilangan
oksidasi. Sedangkan reaksi oksidasi adalah reaksi yang melepaskan elektron dan ditandai dengan
peningkatan bilangan oksidasi. Kedua reaksi ini berlangsung secara bersamaan, sehingga
penyebutannya sering dirangkaikan menjadi reaksi reduksi-oksidasi atau disingkat redoks.
Daya desak logam atau sering disebut kereaktifan logam adalah kemampuan suatu logam untuk
bereaksi melepaskan elektron, dan mengalami reaksi oksidasi.
Pada sel elektrokimia, reaksi redoks bisa terjadi jika logam yang dicelupkan mendesak ion logam
yang ada dalam larutan. Misalnya, logam magnesium yang dimasukkan ke dalam larutan yang
mengandung ion Zn2+ akan terjadi reaksi.
Logam magnesium lebih reaktif daripada zink, sehingga magnesium mendesak ion Zn2+ dari
larutannya. Logam magnesium mereduksi ion Zn2+ dan ion Zn2+ mengoksidasi logam
magnesium. Dari reaksi tersebut dapat dinyatakan pula bahwa magnesium mempunyai daya
reduksi yang lebih kuat daripada zink, dan zink mempunyai daya oksidasi yang lebih kuat
daripada magnesium.
Daya desak logam berkaitan erat dengan deret volta. Suatu logam bisa mendesak logam-logam
lain yang berada di sebelah kanannya.
Berikut urutan unsur dalam deret Volta:
Li K Ba Ca Na Mg Al Mn Zn Cr Fe Cd Co Ni Sn Pb H Sb Bi Cu Hg Ag Pt Au
BAB II METODOLOGI
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia SMA Negeri 1 Sinjai Selatan pada hari
Selasa, 14 Oktober 2014.
C. CARA KERJA
B. PEMBAHASAN
Dalam pengamatan kami, logam magnesium bereaksi dengan semua larutan, kecuali larutan
yang mengandung ion Mg2+. Ini artinya, magnesium memiliki daya reduksi terbesar di antara
kelima logam yang diuji, sehingga bisa mendesak ion logam lain dari larutannya. Timbel dan
tembaga adalah logam dengan daya reduksi paling lemah, sehingga sukar mendesak ion logam
lain.
Kami mengalami kesulitan dalam membandingkan daya desak logam tembaga dengan timbel.
Kesulitan ini muncul karena tembaga tidak menunjukkan tanda-tanda reaksi ketika dimasukkan
ke dalam larutan Pb(CH3COO)2. Begitu pula dengan timbel dalam larutan CuSO4. Akibatnya,
urutan daya reduksi/desak dari tembaga bisa ditukar dengan timbel.
Kemungkinan urutannya dari lemah ke kuat adalah sebagai berikut.
Pb Cu Fe Zn Mg
Cu Pb Fe Zn Mg
Kesalahan ini terjadi karena faktor ketelitian dalam mengamati terjadi atau tidaknya reaksi antara
tembaga dengan Pb(CH3COO)2, juga antara timbel dengan CuSO4.
C. PERTANYAAN
2. Tentukan urutan daya oksidasi dan daya reduksi logam-logam tersebut dari yang paling lemah
ke yang paling kuat.
Jawab:
Daya reduksi: Cu Pb Zn Fe Mg
Daya oksidasi: Mg Fe Zn Pb Cu
Note! Posisi dari logam Cu dan Pb bisa ditukar, karena alasan yang telah dijelaskan dalam
subbab Pembahasan.
3. Carilah tabel harga potensial reduksi standar dan urutkan dari yang paling negatif ke yang
paling positif, kemudian bandingkan dengan urutan daya reduksi dan daya oksidasi masing-
masing logam tersebut.
Jawab:
Dari percobaan kami bisa menyusun 2 kemungkinan urutan daya reduksi, yaitu.
Pb Cu Zn Fe Mg
Cu Pb Zn Fe Mg
Jika dibandingkan dengan deret volta, maka urutannya sama dengan kemungkinan kedua di atas.
Alasan munculnya 2 kemungkinan urutan daya reduksi telah dijelaskan dalam subbab
Pembahasan.
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
Daya desak logam adalah kemampuan suatu logam untuk bereaksi melepaskan elektron, dan
mengalami reaksi oksidasi. Reaksi redoks yang melibatkan logam bisa terjadi, jika logam yang
dicelupkan mendesak ion logam yang ada dalam larutan.
Daya desak logam berkaitan dengan deret volta. Semakin ke kiri dalam deret volta, maka daya
desak logam semakin besar. Urutan daya reduksi dari logam yang diuji adalah Cu Pb Zn Fe Mg.
B. SARAN
Reaksi di atas telah memenuhi hukum kekekalan muatan dan hukum kekekalan massa,
pada reaksi tersebut pereaksi Cl- mengalami kenaikan bilangan oksidasi menjadi hasil pereaksi
Cl2, sedangkan Mn dan MnO2 mengalami penurunan bilangan oksidasi menjadi Mn2+. Pada
suatu reaksi redoks zat mereduksi zat lain disebut oksidator, sedangkan zat yang mengoksidasi
zat lain disebut reduktor.
Reaksi redoks yang terjadi oleh suatu spesi disebut disproporsionasi atau reaksi
autooksidasi. Spesi ini mengandung unsur yang mempunyai bilangan oksidasi di antara bilangan
oksidasi tertinggi dan terendah yang saling bereaksi satu sama lain.
Metode percobaan langsung untuk menentukan potensial elektroda yaitu berdasarkan
penentuan percobaan potensial. Antara dua elektroda, bila dibuat suatu hubungan listrik antara
dua daerah yang mempunyai rapatan muatan yang berbeda maka muatan listrik akan mengalir
dari daerah yang mempunyai rapatan muatan yang lebih tinggi atau potensial listrik yang lebih
tinngi menuju daerah dengan potensial listrik yang lebih rendah. Gabungan dua setengah sel
disebut sel elektokimia.
Hubungan listrik antara dua setengah sel harus dilakukan dengan cara tertentu, kedua
elektroda logam dan larutannya harus berhubungan secara sederhana elektroda saling
dihubungkan dengan kawat logam yang memungkinkan aliran elektroda.
Aliran listrik di antara dua larutan harus berbentuk migrasi ion. Hal ini hanya dapat
dilakukan melalui larutan yang “menjembatani” kedua setengah sel. Hubungan ini disebut
jembatan garam. Jembatan garam ini terdiri dari pipa U terbaik yang diisi dengan elektrolit yang
menghantarkan listrik seperti kalium klorida, dan disumbat dengan kapas pada kedua ujungnya
untuk mencegah aliran mekanis. Jembatan ini menghubungkan kedua cairan tanpa
mencampurnya. Elektrolit dalam jembatan garam selalu dipilih sedemikian rupa sehingga tidak
bereaksi dengan masing-masing larutan yang dihubungkan nama alat ini biasa disebut sel
Galvani atau Sel Volta.
Angka yang biasanya tertera di pengukuran lingkar arus listrik menunjukan perbedaan
potensial di antara dua setengah sel tersebut. Karena perbedaan potensial ini merupakan “daya
dorong” elektron, maka sering disebut daya elektromotif (eruf) sel atau potensial sel satuan yang
digunakan untuk mengukur potensial listrik adalah Volt, jadi potensial sel disebut juga Voltase
Sel.
Dua aturan yang cocok untuk menghitung daya gerak listrik suatu sel penentuan reaksi sel,
dan untuk menentukan apakah reaksi sel seperti tertulis berlangsung spontan daya gerak listrik
sel E0 adalah daya gerak listrik bila semua konstituen terdapat pada keaktifan satu.
1) Daya gerak listrik suatu sel sama dengan potensial elektroda standar elektroda katode dikurangi
potensial elektroda anode.
E0 sel = E0 katode - E0anode
Hasil E0 sel > 0 menyatakan reaksi berlangsung spontan, dan E0 sel < 0 maka menyatakan reaksi
berlangsung tidak spontan.
2) Reaksi yang berlangsung pada anode ditulis sebagai reaksi oksidasi dan reaksi yang berlangsung
pada anode ditulis sebagai reaksi oksidasi dan reaksi yang berlangsung pada katode adalah reaksi
reduksi. Reaksi sel adalah jumlah dari kedua reaksi ini.
Untuk mengetahui reaksi redoks spontan atau tidak juga bisa dilihat dalam deret keaktifan
logam yaitu :
Li K Ba Ca Na Mg Al Mn (H2O) Zn Cr Fe Ni Co Sn Pb (H) Cu Hg Ag Pt Au, semakin kekanan
maka potensial reduksinya semakin meningkat sehingga semakin mudah untuk direduksi, dan
semakin ke kiri makin mudah untuk dioksidasi.
Elektroda acuan untuk mengukur potensial elektroda dipilih elektroda hidrogen baku. Potensial
elektroda standar suatu elektroda diberi nilai positif bila elektroda ini lebih positif dari pada
elektroda hidrogen standar, dan tandanya negatif bila lebih negatif daripada elekrtoda hidrogen
standar.
Penulisan dengan lambang kerap kali digunakan untuk menggambarkan sebuah sel. Penulisan ini
disebut diagram sel, untuk sel elektrokimia :
Zn /│Zn2+ ││Ag+ │ Ag
Berdasarkan konvensi, maka sebelah kiri merupakan elektroda dimana terjadi oksidasi dan
disebut anode. Sedangkan kanan merupakan elektroda dimana terjadi reduksi disebut katode.
Garis tegak lurus tunggal merupakan batas antara suatu elektroda dan fase lain. Garis tegak lurus
ganda menekankan bahwa larutan tersebut dihubungkan oleh jembatan garam.
Dengan menghubungkan elektroda dengan sumber energi luar (berupa suatu generator atau
baterai timbal), elektroda dapat dibuat mengalir dalam arah yang berlawanan. Dalam reaksi
elektrolisis, energi listrik digunakan untuk menghasilkan suatu perubahan kimia yang tidak akan
terjadi secara spontan (E sel bernilai negatif).
Dalam beberapa hal tegangan yang diperlukan untuk menjalankan reaksi elektroda tertentu
dapat melampaui hitungan secara teori, interaksi yang disebut polarisasi mungkin terjadi antara
permukaan elektroda yang terdapat direaksi elektrolisis.
Hukum Faraday adalah hukum dasar untuk elektrolisis dan elektroanalisis. Hukum ini
digunakan untuk menjelaskan pemakaian sel elektrolitik dalam pemeriksaan kimia. Sehubungan
dengan ini, Faraday merumuskan dua hukum dasar yang dikenal hukum elektrolisis, yaitu :
a) Massa zat yang bereaksi pada elektroda sebanding dengan jumlah kelistrikan yang mengalir
melalui sel.
b) Massa ekivalen zat yang berbeda dihasilkan atau dipakai pada elektroda dengan melewatkan
sejumlah tertentu muatan listrik melalui sel.
II. ALAT DAN BAHAN
2.1 Alat
Alat yang digunakan:
1. Gelas kimia : 4 buah
2. Spatula : 1 buah
3. Pipet tetes : 1 buah
4. LCD : 1 buah
5. Laptop : 1 buah
6. Gunting : 1 buah
2.2 Bahan
Bahan yang digunakan:
1. Larutan CuSO4
2. Zn
3. Larutan ZnSO4
4. Cu
V. ANALISIS DATA
5.1 Beberapa Reaksi Redoks
Pertama memasukkan logam Zn ke dalam larutan 5 ml CuSO4 1 M, yang berada dalam
gelas kimia. Sesaat setelah dimasukkan gelas kimia menjadi hangat, dan terdapat endapan di
gelas kimia. Pada reaksi kedua yaitu memasukkan logam Cu kedalam larutan 10 ml ZnSO4 1 M
yang berada dalam gelas kimia. Setelah didiamkan beberapa saat, tidak terjadi apa-apa dalam
larutan tersebut.
Zn yang dimasukkan ke dalam larutan CuSO4 akan mengalami reaksi seperti berikut :
Zn + CuSO4 ZnSO4 + Cu E0 = 1,1 V
Oksidasi
0 +2 +2 0
Reduksi
Reaksi ini termasuk reaksi spontan, karena menurut deret keaktifan logam Cu berada lebih
karena dari pada Zn, sehingga dalam reaksi. Cu2+ tereduksi menjadi Cu dan Zn lebih kiri
mengakibatkan Zn teroksidasi menjadi ionnya yaitu Zn2+. Gelas kimia yang terasa hangat juga
menyatakan bahwa terjadi reaksi spontan dalam reaksi tersebut, yaitu adanya pelepasan elektron
dari Zn sehingga Zn menjadi Zn2+ dan penangkapan elektron oleh Cu2+ sehingga menjadi Cu dan
mengendap. Zn yang berubah warna itu sebenarnya bukan Zn tapi Cu yang berubah dari larutan
menjadi padatan (endapan) sedangkan Zn menjadi larutan ZnSO4. Itu dibuktikan dengan endapan
berwarna merah bata, warna khas dari tembaga. Adanya gas/gelembung itu membuktikan bahwa
telah terjadi reaksi kimia dari Zn dengan CuSO4. Dan kalau dilihat dengan kecepatan reaksinya
pada saat praktikum maka nilai E0 selnya positif.
Logam Cu yang dimasukkan ke dalam larutan ZnSO4 mengalami reaksi karena potensial
reduksi Cu lebih besar daripada Zn. Jadi Cu tidak bisa dioksidasi oleh Zn2+ menjadi Cu2+ dan
Zn2+ tidak bisa direduksi oleh Cu2+ menjadi Zn, hal ini juga terlihat dari deret keaktifan logam,
Cu lebih mudah direduksi dibandingkan Zn. Agar bisa bereaksi diperlukan energi luar yaitu
dengan konsep elektrolisis. Maka nilai E0 selnya adalah negatif.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan:
Pada kegiatan ini akan dipelajari reaksi redoks spontan dan tidak spontan
B. Landasan Teori:
Reduksi adalah penerimaan elektron atau penurunan bilangan oksidasi, sedangkan
oksidasi adalah pelepasan elektron atau peningkatan bilangan oksidasi. Reaksi redoks adalah
gabungan dari reaksi reduksi dan reaksi oksidasi yang berlangsung bersamaan. Tidak ada
peristiwa pelepasan elektron (reaksi oksidasi) tanpa disertai peristiwa penangkapan electron
(reaksi reduksi). Reaksi redoks dapat berlangsung spontan maupun tidak spontan.
Kespontanan suatu reaksi redoks dapat ditentukan menggunakan deret volta. Urutan
logam-logam dalam deret volt adalah :
K-Ba-Ca-Na-Mg-Al-Mn-Zn-Cr-Fe-Cd-Co-Ni-Sn-Pb-(H2)-Sb-Bi-Cu-Hg-Ag-Pt-Au
A. Rancangan Praktikum:
Dalam praktikum ini, penulis merancang praktikum dengan metode kajian pustaka dan
eksperimen. Kajian pustaka dilakukan agar penulis memperoleh teori-teori sebagai acuan untuk
praktikum. Penulis melakukan kegiatan kajian pustaka dengan menjelajahi internet.
Untuk memperkuat teori–teori yang ada, penulis melakukan praktikum model eksperimen
untuk membuktikan hipotesis penulis yang sesuai dengan teori-teori yang diperoleh penulis.
C. Variabel Praktikum:
Variabel adalah sesuatu yang diukur dalam penulisan sebuah laporan praktikum. Adapun
variabel yang diperhatikan dalam penulisan sebuah laporan praktikum ini yaitu reaksi spontan
dan tidak spontan.
Sebagai acuan untuk membuat laporan praktikum, penulis mencari berbagai data yang
berhubungan dengan judul dari berbagai buku dan internet. Kajian pustaka digunakan sebagai
acuan untuk memperoleh data-data dan teori-teori yang sudah ada. Penulis mempelajari dan
menuangkan sumber-sumber yang ada ke dalam pembuatan laporan praktikum.
E. Langkah Kerja
b. Cara Kerja:
1. Isi gelas dengan air kira-kira sat per tiga bagian, tambahkan 10 tetes larutan fenolftalein
2. Jepit dengan tang besi dan angkat logam natrium dari botol penyimpanan. Dengan menggunakan
kertas saring setiap minyak tanah dari permukaan logam itu. Amati penampilan logam tersebut,
kemudian irislah logam tersebut dengan pisau yang kering, amati permukaan irisan
3. Potong logam natrium sebesar kacang hijau. Dengan menggunakan tang besi, bungkus logam
natrium dengan rapat lalu masukkan potongan logam itu kedalam gelas kimia berisi air dari fenol
ftalein, segera tutup gelas kimia itu dengan cawan patri
4. Catat semua pengamatan yang diperlukan
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Tabel Pengamatan:
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4
Larutan yang diisikan CuSO4 ZnSO4 HCl HCl
Warna larutan Biru Keruh Jernih Jernih
Logam yang ditambahkan Seng Tembaga Seng Tembaga
Perubahan setelah Logam Tidak Terdapat Logam
penambahn logam berwarna terjadi gelembun menjadi
hitam dan reaksi g bersih
terdapat
gelembung
Pada percobaan ini, larutan CuSO4 mengeluarkan ciri-ciri reaksi spontan seperti yang
dijelaskan pada landasan teori diatas. Setelah diamati, ternyata larutan CuSO4 yang dalamnya
dimasukkan lempeng logam seng, mengeluarkan gelembung-gelembung kecil di sekitar
lempengan seng tersebut. Lempengan seng juga perlahan-lahan mengalami korosi. Apabila
percobaan dilakukan lebih lama, lempengan seng akan hancur dan menjadi endapan dalam
larutan CuSO4. Hal ini menanadakan bahwa reaksi yang terjadi dalam larutan CuSO4 merupakan
reaksi spontan.
Sementara itu, dalam larutan ZnSO4 yang dimasukkan lempeng tembaga, tidak terjadi
perubahan apapun baik pada lempengt embaga maupun pada larutan ZnSO4. Hal ini
menunjukkan bahwa reaksi yang terjadi pada larutan ZnSO4 merupakan reaksi tidak spontan
yang berarti, pada larutan ini memerlukan energi dari luar agar terjadi reaksi.
Larutan HCl mengeluarkan ciri-ciri reaksi spontan. Setelah diamati, ternyata larutan HCl
yang didalamnya dimasukkan lempeng logam seng, mengeluarkan gelembung-gelembung kecil
di sekitar lempengan seng tersebut. Lempengan seng jugaperlahan-lahan mengalami korosi.
Apabila percobaan dilakukan lebih lama, lempengan seng akan hancur dan menjadi endapan
dalam larutanHCl. Hal ini menanadakan bahwa reaksi yang terjadi dalam larutan HCl merupakan
reaksi spontan.
Larutan HCl yang didalamnya dimasukkan lempeng tembaga, tidak terjadi perubahan apapun
baik pada lempeng tembaga maupun pada larutan HCl. Hal ini menunjukkan bahwa reaksi yang
terjadi pada larutan ZnSO4 merupakan reaksi tidak spontan yang berarti, pada larutan ini
memerlukan energi dari luar agar terjadi reaksi.
BAB IV
PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Pada tabung yang manakah terjadi reaksi redoks spontan dan pada tabung yang mana tidak
terjadi reaksi?
Jawab :
Pada tabung yang manakah terjadi reaksi redoks spontan tabung 1 dan tabung 3.
Pada tabung yang manakah tidak terjadi reaksi redoks spontantabung 2 dan tabung 4.
2. Tulislah persamaan reaksi setara untuk reaksi yang berlangsung spontan!
Jawab :
a. Cu + ZnSO4
Cu Cu2+ + 2e E = +0,34 v
Zn2+ + 2e Zn E = -0,76 v
Eosel = Eoreduksi- Eooksidasi
= 0,34 – (-0,76)
= 1,1 volt (Reaksi Spontan)
b. Zn + CuSO4
Zn Zn2+ + 2e E = -0,76 v
Cu2+ + 2e Cu E = +0,34 v
Eosel = Eoreduksi- Eooksidasi
= -0,76 –(+0,34)
= - 1,1 volt (Reaksi tidak Spontan)
c. Zn + 2HCl ZnCl2 + H2
Zn Zn2+ + 2e E = +0,763 v
2H+ + 2e H2 E=0
Zn + 2H+Zn2+ + H2
Eosel = Eoreduksi- Eooksidasi
= 0 – (-0,76)
= 0,76 volt (Reaksi Spontan)
d. Cu + 2HCl Cu Cl2 + H2
Cu Cu2+ +2e E = -0,34 v
2H+ + 2e H2 E=0
Cu +2H+ Cu2+ + H2
Eosel = Eoreduksi- Eooksidasi
= 0 – 0,34
= -0,34 volt (Reaksi tidak Spontan)
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pada logam Zn mengalami reaksi redoks spontan dikarenakan pada logam Zn
mengandung sel elektrokimia positif. Pada logam Cu mengalami reaksi redoks tidak spontan
dikarenakan logam Cu mengalami sel elektrokimia negatif. Reaksi spontan merupakan reaksi
yang tidak memerlukan energi dari luar. Sedangkan reaksi tidak spontan merupakan reaksi yang
memerlukan energi dari luar. Ciri-ciri reaksi spontan antara lain, dihasilkannya endapan, terjadi
gelembung, dan perubahan warna.