Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PROBLEMATIKA ISLAM

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah PAI

Dosen : Drs. Nurdin M. Ag

Disusun oleh Kelompok 8 :

o Muhammad Refa Yanuar A

o Afi Abdiawan

o Ujang Abdillah

o Alfikri Hadryan

JURUSAN MANAJEMEN S1
FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS WIDYATAMA
2017
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................................................1

DAFTAR ISI....................................................................................................................................2

KATA PENGANTAR......................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang......................................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................4

2.1 Problematika Islam...............................................................................................................4

2.2 Problematika Moral..............................................................................................................6

2.3 Problematika Fikih................................................................................................................8

2.4 Problematika Akidah..........................................................................................................13

2.5 Solusi Permasalahan Umat Islam.......................................................................................21

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................24

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................25

8
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah tentang
Problematika Islam ini ini. Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bandung, 13 Desember 2017

Penulis (24)

8
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada masa sekarang ini kebanyakan umat islam hanya menggap bahwa agama itu
adalah persoalan belakangan, kebanyakan hanya mementingkan dunia dari pada akhiratnya.
Seakan akan agama itu hanya sebagai pemenuhan syarat untuk menjadi seorang warga negara.
Kebanyakan umat islam saat ini hanya mencantumkan agama islam dalam KTP mereka tetapi
tidak mencantumkan dalam hati, mengamalkan hal hal yang diperintahkan dan menjauhi
larangan larangan yg dilarang dalam agama.

Untuk itu sebagai umat islam yang baik hendaknya kita mengetahua problem-problem
apa saja yang sedang dihadapi oleh umat islam saat ini dan bagaimana cara kita untuk
mengatasi problem-problem tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Problematika Islam?

2. Apa itu Problematika Moral?

3. Apa itu Problematika Fiqih?

4. Apa itu Problematika Akidah?

5. Bagaimana mengatasi permasalahan umat islam?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk dapat mengetahui Problematika Islam.

2. Untuk mengetahui kelemahan dalam Problematika Moral.

3. Agar mengetahui Problematika Fiqih.

4. Agar mengetahui Problematika Akidah.

8
5. Agar bisa mengatasi permasalahan Umat Islam.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Problematika Islam
Problematika berasal dari kata problem yang artinya soal, masalah, perkara sulit,
persoalan. Problematika sendiri secara leksikal mempunyai arti: berbagai problem. Fakta
umat Islam di masa sekarang berada pada salah satu masa terburuknya sejak cahaya Islam
muncul di Makkah dan benderang di Madinah. Keadaan umat Islam sekarang lebih buruk
daripada masa-masa suram ketika bangsa Mongol menghancurkan Baghdad, membunuh
khalifah dan menjadikan jalanan Baghdad basah oleh darah umat Islam. Masa itu memang
merupakan masa yang sangat suram bagi umat Islam, namun kondisi umat Islam sekarang
lebih buruk dari masa tersebut.kondisi umat islam saat ini memburuk, bisa dilihat dari
berbagai bidang manapun.

Dalam pembahasan materi ini, yang dimaksud dengan problema adalah: kesenjangan
yang terjadi antara kondisi ideal (mitsaliyah) dan kondisi ril (waqi’iyyah). Maksudnya adalah,
adanya ketimpangan kondisi umat, dimana kondisi umat Islam sekarang ini sangat jauh jika
dibandingkan dengan kondisi ideal umat Islam seperti yang disebutkan dalam Al-Quran dan
Hadits serta realitas umat terdahulu. Realita sekarang menunjukkan bahwa eksistensi ummat
Islam seperti yg disebutkan dalam al Qur’an dan Hadits serta realitas umat terdahulu hilang
atau dengan kata lain, umat Islam sekarang sedang terpuruk.

Menurut Ihsan Tanjung (http://hudzaifah.org/) kondisi umat Islam saat ini penuh
dengan kelemahan-kelemahan. Kelemahan-kelemahan itu terkait dengan kapasitas intelektual
dan problematika moral. Kelemahan dalam kapasitas intelektual (Al Jahlu). Kelemahan umat
Islam yang terkait dengan kapasitas intelektual meliputi:

1. Dho'fut Tarbiyah (lemah dalam pendidikan).

Kelemahan dalam aspek pendidikan formal dan informal (pengkaderan)


sangat dirasakan oleh umat Islam masa kini. Jika pendidikan juga pembinaan dan

8
pengkaderan lemah maka akan mustahil melahirkan anasir-anasir dalam nadhatul
umat(kebangkitan umat).

2. Dho'fut Tsaqofah (lemah dalam ilmu pengetahuan).

Dewasa ini sedang sangat pesat perkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi tetapi umat Islam terasa tertinggal bila dibandingkan umat yang lainnya,
ini disebabkan karena wawasan umat Islam yang sempit dan terbatas juga lemah
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan ini disebabkan kemauan umat untuk
menuntut ilmu sangat rendah.

3. Dho'fut Takhthith (lemah dalam perencanaan-perencanaan).

Umat Islam sekarang ini tidak memiliki strategi yang jelas. Rencana
perjuangannya penuh dengan misteri. Hal tersebut disebabkan umat Islam tidak
diproduk dari pembinaan-pembinaan yang baik dan tidak memiliki wawasan ilmu
pengetahuan yang memadai.

4. Dho'fut Tanjim (lemah dalam pengorganisasian).

Sekarang ini terjadi gerakan-gerakan yang mengibarkan bendera


kebathilan, mereka membangun pengorganisasian yang solid sementara umat
Islam lemah dalam pengorganisasian sehingga kebathilan akan di atas angin
sedangkan umat Islam akan menjadi pihak yang kalah. Sesuai perkataan khalifah
Ali ra "Kebenaran tanpa sistem yang baik akan dikalahkan oleh kebathilan yang
terorganisasi dengan baik"

5. Dho'ful Amniyah (lemah dalam keamanan).

Masa kini umat Islam lengah dalam menjaga keamanan diri dan kekayaan
baik moril dan materil sehingga negeri-negeri muslim yang kaya akan sumber
daya alam dirampok oleh negeri-negeri non muslim. Begitu pula dengan Iman,
umat lslam tidak lagi menjaganya tidak ada amniyah pada aqidah dan dibiarkan
serbuan-serbuan aqidah datang tanpa ada proteksi yang memadai.

6. Dho'fut Tanfidz (lemah dalam memobilisasi potensi-potensi diri).

8
Umat Islam dewasa ini tidak menyadari bahwa begitu banyak nikmat-
nikmat yang Allah SWT berikan dan tidak mensyukurinya. Jika umat Islam
mersyukuri segala nikmat Allah dari bentuk syukur itu akan muncul kuatut
tanfidzyaitu kekuatan untuk memobilisir diri dan sekarang umat Islam lemah
sekali dalam memobolisir diri apalagi memobilisir secara kolektifitas.

2.2 Problematika Moral


Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang
lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut
amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya.
Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah
hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa
melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang memiliki nilai implisit karena
banyak orang yang memiliki moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral
itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus memiliki moral jika ia ingin
dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat
secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.Moral adalah
perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan manusia. apabila yang
dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat
diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral
yang baik, begitu juga sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Setiap budaya
memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dan telah
terbangun sejak lama.

Lebih jelas lagi Huzaifah menuturkan gejala yang terjadi dalam umat Islam
mengenai kelemahan dalam problematika moral (Maradun Nafs). Kelemahan-kelemahan dalam
problematika moral yang terjadi pada umat Islam sekarang yaitu:

1. Adamus Saja'ah (hilangnya keberanian).

Umat Islam tidak seperti dahulu yang berprinsip laa marhuba illalah (tiada
yang ditakuti selain Allah) sehingga tidak memiliki keberanian seperti orang-

8
orang terdahulu yakni Rasulullah dan para sahabatnya yang terkenal
pemberani. Sekarang ini umat Islam mengalami penyakit Al Juban (pengecut).
Rasa takut dan berani itu berbanding terbalik sehingga jika seorang umat Islam
takut kepada Allah maka ia akan berani kepada selain Allah tetapi sebaliknya
jika ia takut kepada selain Allah maka ia akan berani menentang aturan-aturan
Allah SWT

2. Adamus Sabat (hilangnya sikap teguh pendirian).

Umat Islam mulai memperlihatkan mudah mengalami penyimpangan-


penyimpangan dan perjalanan hidupnya karena disebabkan oleh :

o Termakan oleh rayuan-rayuan.

o Terserang oleh intimidasi atau teror-teror.

Salah satu illutrasi hilangnya sabat (keteguhan) ini adalah prinsif-prinsif


hidup kaum muslimin tidak lagi dipegang hanya sering diucapkan tanpa
dipraktekan. Sebagai contoh Islam mengajarkan kebersihan sebagian dari Iman
tetapi di negari-negeri kaum muslim kondisinya tidak bersih menjadi
pemandangan pada umumnya

3. Adamut Dzikriyah (hilangnya semangat untuk mengingat Allah)

Dalam Islam lupa diri sebab utamanya ialah karena lupa kepada Allah.
Umat Islam dzikirullah-nya lemah maka mereka kehilangan identitas mereka
sendiri sebagai Al Muslimum. Sebagaimana Allah berfirman dalam Qs. Al
Hasyr ayat 19 "Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada
Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka
itulah orang-orang yang fasik".

4. Adamus Sabr (hilangnya kesabaran).

Kesabaran merupakan salah satu pertolongan yang paling pokok bagi


keberhasilan seorang muslim, sesuai firman Allah Qs.2:153 "Hai orang-orang
beriman mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan)

8
shalat sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar". Kesabaran
meliputi:

 Ashabru bitha'at (sabar dalam ketaatan).

 Ashabru indal mushibah (ketaatan ketika tertimpa musibah).

 Ashabru anil ma'siat (sabar ketika menghadapi maksiat).

5. Adamul Ikhlas (hilangnya makna ikhlas).

Ikhlas tidak identik dengan tulus. Tulus artinya melakukan sesuatu tanpa
perasaan terpaksa padahal bisa saja orang itu ikhlas walaupun ada perasaan
terpaksa. Contohnya pada seseorang yang melakukan shalat subuh yang baru
saja jaga malam sehingga sanat terasa kantuk tetapi karena shalat adalah suatu
kewajiban perintah Allah swt ia tetap mengerjakannya

6. Adamul Iltizam (hilangnya komitmen).

Dewasa ini kaum muslimin kebanyakan tidak istiqomah berkomitmen


terhadap Islam bahkan tidak sepenuhnya sadar bahwa Islam harus menjadi
pengikat utama dalam hidupnya sehingga mereka banyak menggunakan isme-
isme yang lain.

2.3 Problematika Fikih


Kata fiqih , secara etimologi berarti pemahaman yang mendalam yang membutuhkan
pengerahan potensi akal. Pengertian ini dapat ditemukan dalam Sabda Rasulullah.

(‫من يريدا به خيرا يفقهه فى الدين ) رواه البخارى‬


Apabila Allah mengingatkan kebikan bagi seseorang maka Ia akan memberikan
pemahaman, agama (yang mendalam). (H.R. al-Bukhari muslim, Ahmad ibnu Hanbalm al-
Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Sedangkan secara istilah, fiqih adalah mengetahui hukum-hukum syara’yang bersifat


amaliah yang diproleh melalui dalil-dalilnya yang terperinci. Kata fiqih didefinisikan oleh para

8
ulama dengan berbagai definisi yang berbeda-beda. Sebagiannya lebih merupakan ungkapan
sepotong-sepotong, tapi ada juga yang memang sudah mencakup semua batasan ilmu fiqih itu
sendiri. Al Imam Abu Hanifah punya definisi tentang fiqih yang unik, yaitu: Mengenal jiwa
manusia terkait apa yang menjadi hak dan kewajibannya. Sebenarnya definisi ini masih terlalu
umum, bahkan masih juga mencakup wilayah akidah dan keimanan bahkan juga termasuk
wilayah akhlaq. Sehingga fiqih yang dimaksud oleh beliau ini disebut juga dengan istilah Al
Fiqhul Akbar. Contoh problematika fikih dalam islam adalah Nikah Mut’ah dan Jilboobs.

A. Nikah mut'ah ialah perkawinan antara seorang lelaki dan wanita dengan
maskawin tertentu untuk jangka waktu terbatas yang berakhir dengan habisnya masa
tersebut, dimana suami tidak berkewajiban memberikan nafkah, dan tempat tinggal kepada
istri, serta tidak menimbulkan pewarisan antara keduanya.

Ada 6 perbedaan prinsip antara nikah mut'ah dan nikah sunni (syar'i):

1. Nikah mut'ah dibatasi oleh waktu, nikah sunni tidak dibatasi oleh waktu.

2. Nikah mut'ah berakhir dengan habisnya waktu yang ditentukan dalam akad atau
fasakh, sedangkan nikah sunni berakhir dengan talaq atau meninggal dunia.

3. Nikah mut'ah tidak berakibat saling mewarisi antara suami istri, nikah sunni
menimbulkan pewarisan antara keduanya.

4. Nikah mut'ah tidak membatasi jumlah istri, nikah sunni dibatasi dengan jumlah
istri hingga maksimal 4 orang.

5. Nikah mut'ah dapat dilaksanakan tanpa wali dan saksi, nikah sunni harus
dilaksanakan dengan wali dan saksi.

6. Nikah mut'ah tidak mewajibkan suami memberikan nafkah kepada istri, nikah
sunni mewajibkan suami memberikan nafkah kepada istri.

Dalil-Dali Haramnya Nikah Mut'ah

Haramnya nikah mut'ah berlandaskan dalil-dalil hadits Nabi saw juga pendapat para
ulama dari 4 madzhab. Dalil dari hadits Nabi saw yang diwayatkan oleh Imam Muslim

8
dalam kitabnya Shahih Muslim menyatakan bahwa dari Sabrah bin Ma'bad Al-Juhaini, ia
berkata: "Kami bersama Rasulullah saw dalam suatu perjalanan haji. Pada suatu saat kami
berjalan bersama saudara sepupu kami dan bertemu dengan seorang wanita. Jiwa muda
kami mengagumi wanita tersebut, sementara dia mengagumi selimut (selendang) yang
dipakai oleh saudaraku itu. Kemudian wanita tadi berkata: "Ada selimut seperti selimut".
Akhirnya aku menikahinya dan tidur bersamanya satu malam. Keesokan harinya aku pergi
ke Masjidil Haram, dan tiba-tiba aku melihat Rasulullah saw sedang berpidato diantara
pintu Ka'bah dan Hijr Ismail. Beliau bersabda, "Wahai sekalian manusia, aku pernah
mengizinkan kepada kalian untuk melakukan nikah mut'ah. Maka sekarang siapa yang
memiliki istri dengan cara nikah mut'ah, haruslah ia menceraikannya, dan segala sesuatu
yang telah kalian berikan kepadanya, janganlah kalian ambil lagi. Karena Allah azza wa
jalla telah mengharamkan nikah mut'ah sampai Hari Kiamat (Shahih Muslim II/1024).

Dalil hadits lainnya: Dari Ali bin Abi Thalib ra. ia berkata kepada Ibnu Abbas ra
bahwa Nabi Muhammad saw melarang nikah mut'ah dan memakan daging keledai jinak
pada waktu perang Khaibar (Fathul Bari IX/71).

Berdasarkan hadits-hadits tersebut diatas, para ulama berpendapat sebagai berikut:

 Dari Madzhab Hanafi, Imam Syamsuddin Al-Sarkhasi (wafat 490 H) dalam


kitabnya Al-Mabsuth (V/152) mengatakan: "Nikah mut'ah ini bathil menurut
madzhab kami. Demikian pula Imam Ala Al Din Al-Kasani (wafat 587 H) dalam
kitabnya Bada'i Al-Sana'i fi Tartib Al-Syara'i (II/272) mengatakan, "Tidak boleh
nikah yang bersifat sementara, yaitu nikah mut'ah".

 Dari Madzhab Maliki, Imam Ibnu Rusyd (wafat 595 H) dalam kitabnya
Bidayatul Mujtahid wa Nihayah Al-Muqtashid (IV/325 s.d 334) mengatakan,
"hadits-hadits yang mengharamkan nikah mut'ah mencapai peringkat mutawatir"
Sementara itu Imam Malik bin Anas (wafat 179 H) dalam kitabnya Al-
Mudawanah Al-Kubra (II/130) mengatakan, "Apabila seorang lelaki menikahi
wanita dengan dibatasi waktu, maka nikahnya batil."

 Dari Madzhab Syafi', Imam Syafi'i (wafat 204 H) dalam kitabnya Al-Umm (V/85)
mengatakan, "Nikah mut'ah yang dilarang itu adalah semua nikah yang dibatasi

8
dengan waktu, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, seperti ucapan
seorang lelaki kepada seorang perempuan, aku nikahi kamu selama satu hari,
sepuluh hari atau satu bulan." Sementara itu Imam Nawawi (wafat 676 H) dalam
kitabnya Al-Majmu' (XVII/356) mengatakan, "Nikah mut'ah tidak diperbolehkan,
karena pernikahan itu pada dasarnya adalah suatu aqad yang bersifat mutlaq,
maka tidak sah apabila dibatasi dengan waktu."

 Dari Madzhab Hambali, Imam Ibnu Qudamah (wafat 620 H) dalam kitabnya Al-
Mughni (X/46) mengatakan, "Nikah Mut'ah ini adalah nikah yang bathil." Ibnu
Qudamah juga menukil pendapat Imam Ahmad bin Hambal (wafat 242 H) yang
menegaskan bahwa nikah mut'ah adalah haram.

B. Jilboobs akronim dari Jilbab dan boobs (dada) ini menjadi istilah yang makin
ramai diperbincangkan di media sosial pada awal Agustus 2014. Sebagian orang sudah
mendengarnya sejak setahun silam, yakni merujuk pada cara berpakaian wanita
berkerudung yang masih menggunakan pakaian ketat membentuk tubuh, terutama di bagian
atas atau dada. Sebutan ini memang ditujukan untuk perempuan yang menggunakan jilbab
tapi hobi berpakaian ketat sehingga lekuk tubuhnya masih terlihat jelas. Salah satu jenis
media yang digunakan dalam grup jilboobs adalah media baru (facebook).

Perbandingan Jilbab dan Jilboobs

Dalam perkembangannya, model berjilbab wanita muslim Indonesia mengalami


perubahan beriringan dengan munculnya komunitas jilbab yang membawa identitas Islam.
Perempuan muslim di Indonesia sudah menjadikan jilbab sebagai gaya hidup. Mereka juga
berfikir bahwa jilbab dapat membuat mereka semakin cantik yang merujuk pada mitos

8
tentang kecantikan. Jilbab menjadi pakaian yang dapat disesuaikan dengan perkembangan
fashion yang terkadang dalam penciptaannya luput dari aspek Syar’at. Barnard menyatakan
bahwa fashion merupakan fenomena kultural yang digunakan kelompok untuk
mengkonstruksi dan mengkomunikasikan identitasnya. Jilbab dapat digunakan menjadi
simbol untuk merepresentasikan gaya hidup kelompok sosial melalui fashion. Jilbab tidak
dominan lagi digunakan untuk nilai-nilai keagaman tetapi digunakan untuk bergaya atau
hanya sekedar aksesoris yang dipadukan dengan busana yang ketat dan tidak sesuai dengan
ajaran Islam, kelompok masyrakat tersebut di sebut sebagai kaum Jilboobs, mereka
menggunakan jilbab tetapi memperlihatkan aurat atau bagian-bagian tubuh yang seharusnya
tidak terekspos dengan sangat jelas,tetapi itu direspon oleh masyarakat sebagai hal yang
negatif karena merusak nilai-nilai keagamaan tentang jilbab itu sendiri.

Fenomena jilboobs memang mulai marak dikalangan wanita indonesia saat ini dimana
sebagaian wanita pengguna jilbab pada umumnya mengenakan jilbab namun disisi lain
menonjolkan aurat seorang wanita dengan menggunakan pakaian yang memperlihatkan
lekuk dan bentuk payudaranya, Pakaian yang ketat serta celana yang ketat dengan Jilbab
diatas kepala supaya terlihat seksi adalah bukan merupakan hakikat jilbab yang sebenarnya.
Karena adalam berjilbab hendaknya yang ditutup adalah Kepala ,payudara, Muka, namun
disisi lain sebagaian ulama berpendapat penggunaan Jilbab hendaknya cukup hanya
menutup kepala dan Payudara.

Seperti yang kita tahu, tidak semua aturan dalam syariat islam, dirinci dalam al-Quran.
Rincian cara shalat, zakat, haji, tidak disebutkan dalam al-Quran. Kita mengetahuinya dari
hadis Nabi. Akan tetapi masalah jilbab, Allah ta’ala telah merinci dan menjelaskan dengan
sangat jelas dalam al-Quran. Yang ini menunjukkan bagaimana perhatian Allah terhadap
wanita bani Adam. Allah memerintahkan para wanita untuk menjulurkan pakaian mereka,
sperti yang tertuang dalam QS. Al Ahzab : 59 yang artinya

‘Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri


orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka ‛.

8
Ibnu Katsir menafsirkan ayat tersebut dengan jilbab adalah kain lebar yang dipasang
menutupi khimar (kerudung). Demikian keterangan Ibnu Mas’ud, Ubaidah, Qatadah, Hasan
al-Bashri, Said bin Jubair dan yang lainnya.

Ayat lain yang menunjukkan perintah Allah untuk berhijab terdapat pada QS. An Nur :
31, yang artinya

‘Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan


pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya,
kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan mereka harus menutupkan kain kudung
kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau
ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka‛ .

Dalam ayat ini, Allah perintahkan dua hal bagi wanita muslimah yaitu menjulurkan
kain kerudung mereka hingga menutupi dada dan tidak menampakkan perhiasannya, kecuali
yang nampak.

Semua yang dipakai wanita adalah perhiasan baginya. Emas-emasan yang dia
kenakan, termasuk pakaiannya. Karena itu, Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa semua bagian
tubuh wanita tidak boleh terlihat, kecuali pakaiannya. Dan pakaiannya, yang menutupi
seluruh badannya adalah perhiasan yang dikecualikan. Sementara Ibnu Abbas mengatakan
bahwa perhiasan yang boleh dinampakkan adalah telapak tangan, dan wajah. Apapun itu,
semua ketarangan dan ayat di atas menunjukkan bahwa Allah perintahkan wanita muslimah
untuk menyimpan seluruh auratnya secara sempurna. Dan tidak boleh ada yang nampak
selain, yang dikecualikan. Jika kita mengambil pendapat Ibnu Abbas, selain telapak tangan
dan wajah. Inilah yang diperintahkan Allah dalam al-Quran.

Dengan demikian, kita bisa memastikan, bahwa pakaian yang menutupi sebagian
aurat, namun masih menampakkan aurat yang lain, kerudung yang hanya menutupi leher,
tapi tidak menutupi bagian dada, lengan baju yang masih menampakkan bagian hasta, rok
yang tinggi sehingga betis masih kelihatan, semua ini tidak termasuk menutup aurat seperti
yang Allah perintahkan. Tidak terkecuali, pakaian ketat. Ini tidak jauh beda dengan
menampakkan aurat. Karena fungsi menutupi aurat adalah menyembunyikannya, sehingga

8
tidak terlihat lelaki yang bukan suami maupun mahramnya. Jika sebatas menutupi, orang
bisa menutupi dengan plastik transparan. Namun jelas bukan ini yang dimaksud.

2.4 Problematika Akidah


Kata aqidah berasal dari salah satu kata dalam bahasa Arab yaitu ‘aqad, yang artinya
ikatan. Berdasarkan ahli bahasa, pengertian aqidah adalah sesuatu yang dengannya diikatnya hati
dan perasaan manusia atau yang dijadikan agama oleh manusia dan dijadikan pegangan (Hamka,
dalam Studi Islam). Sehingga pengertian akidah/aqidah ini dapat diibaratkan sebagai perjanjian
yang kokoh yang tertanam jauh di dalam lubuh hati sanubari manusia.

Pengertian aqidah juga merupakan suatu bentuk pengakuan ataupun persaksian secara
sadar mengenai keyakinan, keimanan, dan kepercayaan bahwa ada suatu zat yang Esa yang
Maha Kuasa, yang kepada-Nya bergantung segala sesuatu (Surah Al-Ikhlash:1-4).

Dalam intisari aqidah ahlussunnah dijelaskan bahwa aqidah diambil dari kata dasar
al-‘aqdu yaitu ar-rabth (ikatan), al-ibraam (pengesahan), al-ihkaam(penguatan), at-tawatstsuq
(menjadi kokoh, kuat) dan seterusnya. Dalam buku aqidah tersebut diterangkan bahwa
pengertian aqidah (akidah) adalah ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang
mengambil keputusan. Selain itu, pengertian aqidah dalam agama artinya berhubungan dengan
keyakinan, bukan perbuatan seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya para Rasul

Dalam buku tersebut diterangkan bahwa singkatnya pengertian aqidah adalah apa yang
telah menjadi ketetapan hati seseorang. Baik benar dan salah. Ditambahkan bahwa pengertian
aqidah secara istilah bahwa aqidah adalah perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa
menjadi tenteram karenanya sehingga menjadi suatu keyakinan yang teguh dan kokoh, yang
tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.

Ditambahkan dalam buku aqidah tersebut bahwa pengertian Aqidah islam adalah
keimanan yang pasti dan teguh dengan Rububiyyah Allah Ta’ala, Uluhiyyah-Nya, asma’ dan sifat
sifat-Nya, para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari kiamat, pada takdir baik
maupun buruk. Selain dari itu, aqidah islam juga beriman dengan semua yang berhubungan
dengan urusan gaib, pokok-pokok agama, dan apa yang telah disepakati oleh Salafush Shalih
dengan ketundukan yang bulat kepada Allah Ta’ala baik dalam perintah-Nya, hukum-Nya,

8
ataupun ketaatan kepada-Nya, serta meneladani Rasulullah. Contoh problematika Akidah adalah
Aliran Sesat.

A. Aliran Sesat

Kata sesat dapat diartikan sebagai keyakinan yang dianut seseorang yang menjadi
keyakinan publik, atau menjadi keyakinan para pengikutnya, sehingga orang yang diikuti
keyakinannya yang sesat disebut menyesatkan. Sedangkan pengertian “sesat menyesatkan”
(dallun mudillun) adalah paham atau pemikiran yang di anut dan diamalkan oleh sebuah
kelompok yang bertentangan dengan aqidah dan syariat Islam serta dinyatakan oleh Majelis
Ulama Indonesia (MUI) menyimpang dalil Syar’i.

Aliran sesat dapat didefinisikan sebagai suatu kepercayaan yang menyimpang dari
mainstream masyarakat, namun batasan ini menjadi rancu karena kriteria kesesatan bersifat
multikriteria. Oleh karena itu silang pendapat apakah suatu aliran sesat atau tidak
merupakan masalah tersendiri yang tidak mudah. Aliran hanya dapat dinyatakan sebagai
sesat apabila mengacu pada satu kumpulan kriteria yang dinyatakan secara apriori sebagai
“tidak sesat”. Oleh karena itu ukuran sosiologis, politis dan psikologis hanya merupakan
penjelas saja tentang kemungkinan-kemungkinan mengapa seseorang atau kelompok
menjadi bagian dari aliran sesat.

Pengertian sesat dalam al-Qur’an dan Hadist mencangkup semua jenis penyimpanan
dari jalan yang lurus, baik dalam level kecil atau besar, disengaja atau tidak disengaja.
Sementara pengertian “sesat” dalam istilah “aliran sesat” adalah penyimpangan dari dasar-
dasar Islam (ushuluddin) yang di rumuskan oleh MUI pada tanggal 6 Nopember 2007, ke
dalam 10 kriteria, yaitu:

1. Mengingkari salah satu rukun iman dan rukun islam.

2. Meyakini atau mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan dalil syar’i.

3. Meyakini turunnya wahyu sesudah al-Qur’an.

4. Mengingkari otentisitas dan kebenaran al-Quran.

5. Menafsirkan al-Quran tidak berdasar kaidah-kaidah tafsir.

8
6. Mengingkari kedudukan hadist Nabi sebagai sumber ajaran Islam.

7. Menghina, melecehkan dan/atau merendahkan Nabi dan Rasul.

8. Mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dana Rasul terakhir.

9. Mengubah, menambah, dan mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah


ditetapkan syari’at.

10. Mengafirkan sesama muslim tanpa dalil syar’i, seperti mengkafirkan


seorang muslim hanya karena bukan kelompoknya.

Kesepuluh maklumat yang dikeluarkan oleh MUI bukan tanpa dasar, bahkan
dilandasi oleh banyak dalil dari Al Qur’an dan Al Hadist serta bersesuaian dengan prinsip-
prinsip Ahlussunah Wal Jama’ah. Setelah membaca berbagai referensi, penulis menemukan
berbagai jenis aliran sesat yang pernah ada dilingkungan masyarakat Indonesia. Beberapa
diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Ahmadiyah
Jemaat Ahmadiyah didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad (1835-
1908 M) di India, mendapat dukungan dan kerjasama penuh dengan
pemerintah kolonial Inggris waktu itu. Sekarang pun markas besar
Ahmadiyah berada di London. Ahmadiyah masuk Indonesia tahun 1935 dan
tersebar. Pusatnya sekarang di Parung Bogor. Mirza Ghulam Ahmad
mendeklarasikan dirinya sebagai Imam Mahdi atau Al-Masih al-Mau'ud (Juru
Selamat yang Dijanjikan). Bahkan para pengikutnya meyakininya sebagai
nabi setelah Nabi Muhammad SAW. Pokok-pokok ajaran Ahmadiyah:

1) Mirza Ghulam Ahmad mengaku dirinya Nabi dan Rasul utusan


Tuhan.

2) Mengaku menerima wahyu di India. Kitab suci mereka bernama


Tadzkirah. Isinya memutarbalikkan ayat-ayat suci Al Qur'an, ayat
yang awal diputar ke belakang, ayat yang satu disambung ayat
lainnya sesuai dengan selera nabi India tersebut.

8
3) Mengakui Kitab mereka sama sucinya dengan Al Qur'an.

4) Wahyu tetap turun sampai hari kiamat begitu juga Nabi dan Rasul
diutus sampai hari kiamat.

5) Mempunyai tempat suci sendiri yaitu Qadian dan Rabwah. Nabi


Mirza tidak pernah naik haji ke Makkah.

6) Mereka mempunyai surga sendiri yang letaknya di Qadian dan


Rabwah dan sertifikat kapling surga tersebut di jual kepada
jama'ahnya dengan harga sangat mahal.

7) Wanita Ahmadiyah haram nikah dengan laki-laki bukan Ahmadiyah


tetapi sebaliknya boleh.

8) Tidak boleh bermakmum dibelakang orang yang bukan Ahmadiyah.

9) Ahmadiyah mempunyai tanggal, bulan dan tahun sendiri yaitu Suluh,


Tabliqh, Aman, Syahadah, Hijrah, Ikhsan, Wafa', Zuhur, Tabuk, Ikha',
Nubuwah, Fatah. Nama tahunnya adalah Hijri Syamsi (HS).

b) Kerajaan Lia Eden (Salamullah)

Agama Salamullah adalah agama baru yang menghimpun semua agama,


didirikan oleh Lia Aminuddin, umur 51 tahun tinggal di Jl. Mahoni 30 Jakarta
Pusat. Ajaran Lia Aminuddin yang profesi awalnya perangkai bunga kering ini
difatwakan MUI pada 22 Desember 1997 sebagai ajaran yang sesat dan
menyesatkan. Pada tahun 2003, Lia Aminuddin mengaku mendapat wahyu
berupa pernikahannya dengan pendampingnya yang dia sebut Jibril. Karena itu,
Lia Aminuddin diubah namanya menjadi Lia Eden sebagai lambang surga,
menurut kitabnya yang berjudul Ruhul Kudus. Pengikutnya makin menyusut,
kini tinggal 70-an orang, maka ada "wahyu-wahyu" yang menghibur atas larinya
orang dari Lia. Pokok-pokok ajarannya :

1) Malaikat Jibril akan muncul lagi ke Bumi dan bersemayam di diri Lia,
maka dimanapun Lia berada selalu bersama Malaikat Jibril as.

8
2) Lia mengakui menjadi juru bicara Jibril as. dan mengaku sebagai
Nabi/Rasul.

3) Lia mengaku mendapatkan wahyu.

4) Lia mengaku mendapatkan mukjizat.

5) Agama yang dibawa oleh Lia bernama Salamullah / Agama Perenialisme


yang menghimpun segala agama.

6) Lia mengaku sebagai Imam Mahdi.

7) Imam Mukti (anaknya) dianggap sebagai Nabi Isa as.

8) Abdul Rahman diyakini sebagai wa'sil/Imam besar.

9) Mencukur semua jenis rambut lalu membakarnya dianggap sebagai


bentuk ibadah yang diperintahkan Jibril melalui Lia Aminuddin (seperti
bayi yang baru lahir).

c) Gerakan Lembaga Kerasulan (LK)

Mereka berpendapat bahwa Rasul itu diutus sampai kiamat. Rasul itu
personnya, oleh sebab itu harus ada lembaganya (sama dengan Menteri
dengan Departemennya). Kalau Rasul meninggal maka harus ada Rasul baru
yaitu Imam mereka. Tidak taat pada Imam mereka berarti tidak taat pada
Rasul dan itu dosa besar. Gerakan ini ingin mendirikan NII (Negara Islam
Indonesia) versi mereka sendiri dengan tokohnya : Aceng Syaifuddin. Pokok-
pokok ajarannya :

1) Rasul diutus sampai hari kiamat.

2) Wajib bai'at serta taat pada Imam.

3) Dosa bisa ditebus dengan uang kepada Imam. Besar kecilnya


tergantung

4) Di luar kelompok mereka adalah kafir.

8
5) Perkawinan harus dihadapan imam mereka dan diadakan oleh
imam mereka. Sedangkan orang tua tidak perlu tahu.

6) Membagi periode Makkah dan Madinah. Sekarang dianggap masih


periode Makkah, jadi belum wajib Sholat, puasa, haji serta belum
diharamkan khamar dan minuman memabukkan lainnya.

d) LDII (Lembaga Dahwah Islam Indonesia) / Islam Jamaah

Pendiri dan pemimpin tertinggi pertama gerakan ini adalah Madigol


Nurhasan Ubaidah Lubis bin Abdul bin Thahir bin Irsyad. Lahir pada tahun
1915 di Desa Bangi, Kec. Purwoasri, Kediri, Jawa Timur. Paham yang dianut
oleh LDII tidak berbeda dengan aliran Islam Jama'ah/Darul Hadits yang telah
dilarang oleh Jaksa Agung Republik Indonesia pada tahun 1971. Keberadaan
LDII mempunyai akar kesejarahan dengan Darul Hadits/Islam Jama'ah yang
didirikan pada tahun 1951 oleh Nurhasan Al Ubaidah Lubis (Madigol).
Setelah aliran tersebut dilarang tahun 1971, kemudian berganti nama dengan
Lembaga Karyawan Islam (LEMKARI) pada tahun 1972 (tanggal 13 Januari
1972. Pengikut gerakan ini pada pemilu 1971 berafiliasi dan mendukung
GOLKAR).Aliran sesat yang telah dilarang Jaksa Agung 1971 ini kemudian
dibina oleh mendiang Soedjono Hoermardani dan Jenderal Ali Moertopo.
LEMKARI dibekukan di seluruh Jawa Timur oleh pihak penguasa di Jawa
Timur atas desakan keras MUI (Majelis Ulama Indonesia) Jatim di bawah
pimpinan KH. Misbach. LEMKARI diganti nama oleh Jenderal Rudini
(Mendagri), 1990/1991, menjadi LDII (Lembaga Dakwah Islamiyah
Indonesia). Penyelewengan utamanya, menganggap al-Qur'an dan as-Sunnah
baru sah diamalkan kalau manqul (yang keluar dari mulut imam atau
amirnya). Gerakan ini membuat syarat baru tentang sahnya keislaman
seseorang. Orang yang tidak masuk golongan mereka dianggap kafir dan
najis.Modus operan di gerakan ini mengajak siapa saja ikut ke pengajian
mereka secara rutin. Peserta akan diberikan ajaran tentang shalat dan

8
sebagainya berdasarkan hadits, lalu disuntikkan doktrin-doktrin bahwa hanya
Islam model manqul itulah yang sah, benar. Pelanggaran-pelanggaran yang
dilakukan, boleh ditebus dengan uang oleh anggota ini. Pokok-pokok ajaran
Islam Jama'ah / LDII :

1) Orang Islam di luar kelompok mereka adalah kafir dan najis,


termasuk kedua orang tua sekalipun.

2) Kalau ada orang di luar kelompok mereka yang melakukan shalat di


masjid mereka maka bekas tempat sholatnya dicuci karena dianggap
sudah terkena najis.

3) Wajib taat pada amir atau Imam mereka.

4) Mati dalam keadaan belum baiat kepada Amir/Imam LDII maka akan
mati jahiliyah (kafir).

5) Al Qur'an dan Hadits yang boleh diterima adalah yang mankul (yang
keluar dari mulut Imam/Amir mereka) selain itu haram diikuti.

6) Haram mengaji Al Qur'an dan Hadits kecuali kepada Imam/Amir


mereka.

7) Dosa bisa ditebus kepada sang Amir atau Imam dan besarnya tebusan
tergantung besar kecilnya dosa yang diperbuat dan ditentukan oleh
Amir/Imam.

8) Harus rajin membayar infak, shodaqoh dan zakat kepada Amir/Imam


mereka. Selain kepada mereka adalah haram.

9) Harta benda diluar kelompok mereka dianggap halal untuk diambil


atau dimiliki dengan cara bagaimanapun, misalnya: merampok,
mencuri,

10) Korupsi asal tidak ketahuan. Bila berhasil menipu orang Islam diluar
mereka dianggap berpahala besar.

8
2.5 Solusi Permasalahan Umat Islam
1. Islamisasi Pengetahuan

Islamisasi pengetahuan yang kita maksud adalah penguasaan sains dan


ternologi sesuai dengan tuntunan islam serta keberpihakan atau loyalitas ilmuwan
muslim kepada agamanya dan negaranya, serta kepedulian Negara khususnya
kepada pengetahuan dan ilmuwan. Hal ini mengingat, ilmu pengetahuan seolah
menjadi senjata yang sangat ampuh untuk menaklukkan alam semesta.

2. Istiqamah dan sabar

Secara singkat Solusi yang ditawarkan adalah yang mampu menjamin


shalah dan ishlah; yang fardhu ‘ain dan fardhu kifayah; yaitu keselamatan pribadi
dan perbaikan sosial, bangsa dan negara. Seorang pribadi muslim akan bisa
menjadi shalih dan selamat meskipun masyarakat dan Negara carut marut, mana
kala ia beriman dengan benar, beribadah dengan benar dan melakoni kehidupan
dengan akhlak mulia, serta menghindari segala fitnah.

3. Kemandirian ekonomi negara Muslim

Kemandirian ekonomi negara Muslim adalah hal yang seharusnya


dijadikan hal penting. Meski saat ini kondisi perekonomian hampir di semua
negara Muslim dalam kondisi memprihatinkan, namun basis-basis bagi
kemandirian itu harus ditanamkan dengan kokoh. Selain iptek yang tak kalah
penting adalah pertanian mengarah pada swasembada, kemudian usaha-usaha
bagi pemenuhan kebutuhan primer masyarakat. Selain itu pembangunan yang
butuh banyak dana dapat dilakukan dengan kebersamaan sesama negara Muslim.

4. Membentuk jaringan dan kerjasama antar gerakan dan elemen organisasi


islam.

Lembaga, pusat studi dan kajian serta ormas islam harus memiliki jaringan
yang kuat dan luas sehingga informasi dan ukhuwah dapat senantiasa terbina.
Dari sana kemudian gagasan kemajuan islam dapat disintesiskan dan kerja serta
gerakan dapat disinergiskan sehingga dakwah bisa lebih optimal.

8
5. Konsentrasi memperbaiki pendidikan juga menghapus sekulerisasi dari akar-
akarnya.

Islamisasi ilmu juga harus pula dibarengi dengan upaya memperbaiki


sistem pendidikan. Semua tokoh pembaharu dan penyokong gagasan islamisasi
sains sepakat bahwa perbaikan sistem pendidikan adalah hal yang urgen bagi
terbentuknya peradaban islam. Bagaimanapun sistem pendidikan masih
didominasi oleh pemikiran sekula Oleh karena itu perlu usaha keras untuk
melakukan perbaikan

6. Menghapuskan perselisihan panjang antar negara Muslim dengan Ukhuwah


Islamiyah.

Egoisme, nasionalisme sempit kesukuan, harus diganti dengan semangat


persatuan umat islam. Yang harus dibangun adalah kesadaran bahwa umat islam
saat ini tengah dalam kondisi terpuruk, oleh karenanya umat islam harus berupaya
menegakkan kembali izzah islam dan hal itu membutuhkan banyak energi, oleh
karenanya sangat dibutuhkan persatuan dan persaudaraan dikalangan umat islam
sehingga dapat dibentuk sinergi.

7. Kenalilah islam lebih mendalam lagi.

Manfaatkan keberadaan anda di perantauan ini dengan menuntut


ilmu, mengikuti majelis-majelis taklim, kuliah studi islam, membaca buku
islami, mendengarkan kaset-kaset ceramah agama, yang dapat menambah
pengetahuan anda tentang agama Allah, dan menambah kedekatan anda dengan
kitabullah dan sunnah Rasulullah.

8. Pererat hubungan anda dengan ustadz (orang yang


anda yakini kebenaran akidahnya).

Mungkin anda tidak sempat mengikuti majelis taklim dan kuliah, akan
tetapi anda dapat mendiskusikan (bertanya) kepada para ustadz-ustadz melalui
telepon atau sms untuk hal-hal yang musykil bagi anda dalam masalah agama.

8
9. Bertemanlah dengan orang-orang yang mengingatkan anda akan Allah.

Kalau saja anda tidak bisa menghadiri majelis taklim, kuliah serta sungkan
bertanya kepada para ustadz, pererat hubungan anda dengan teman sejawat yang
mengikuti aktivitas-aktivitas keislaman tersebut, semoga anda mendapatkan bau
wangi dan wewangian dari mereka di Dunia dan Akhirat.

10. Baca dan Pelajari Al Qur’an dan Hadits

“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertaqwa” [Al-Baqarah:2]

”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah RasulNya, dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (Sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” [An-Nisaa’:59]

“Aku telah meninggalkan pada kamu dua hal. Kitab Allah dan sunnahku,
kamu tidak akan sesat selama berpegang padanya. (Riwayat Tirmidzi)

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Demikianlah, bahwa dengan kondisi yang terjadi dengan umat islam saat ini,
permasalahannya yang kompleks tidak boleh menjadikan umat berputus asa, malah hal ini
menjadi tantangan besar bagi umat, khususnya intelektual muslim untuk mengupayakan
terciptanya kesadaran bersama dan usaha-usaha berbaikan yang sinergi antar seluruh elemen
muslim. Dan hanya dengan bersungguh-sungguh sajalah langkah-langkah menuju
terbentuknya peradaban islam dan pengembalian kejayaan islam itu dapat terwujud.

8
DAFTAR PUSTAKA

 Syaikh, Muhammad. 2011. Syarah Problematika Jahiliyah. Jakarta: Darul Falah.

 Naik, Zakir. 2008. Mereka Bertanya Islam Menjawab. Jakarta: Aqwam.

 Abudin, Nata. 2001. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

 Sudarsono. 2013. Dasar-dasar Agama Islam. Surakarta: Rineka Cipta

 Farid, Ahmad. 2008. Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah. Jakarta: Pustaka Imam
Asy-Syafi'i

 Syafe’I, Rahmat. 2015. Ilmu Ushul Fiqih. Bandung: Pustaka Setia

 Jaiz, Ahmad. 2002. Aliran dan Paham Sesat di Indonesia. Jakarta: Pustaka Alkautsar

Anda mungkin juga menyukai