Artikel Ilmiah :
PENERAPAN TEKNOLOGI BAR-CODE DALAM RANGKA
PENINGKATAN KESELAMATAN PASIEN
DALAM PRAKTEK KEFARMASIAN
Dosen :
Nurul Mardiati S.Farm., M.Sc., Apt
Disusn Oleh
Reffada Mahatva Yodhyasena
SF15078
Abstrak
Salah satu kesalahan dalam pemberian pelayanan kesehatan ke pasien adalah
kesalahan dalam pengobatan (medication errors). Kesalahan pengobatan
merupakan segala bentuk kejadian yang menyebabkan pengobatan tidak
sesuai, mengakibatkan cedera pada pasien selama pengobatan tersebut berada
dalam kontrol tenaga kesehatan dan pasien. Sekitar 44.000 - 98.000 orang di
Amerika Serikat meninggal setiap tahunnya akibat dari kesalahan
pengobatan. Untuk mencegah kesalahan tersebut dibutuhkan suatu
perkembangan teknologi informasi. Teknologi Barcode merupakan system
berbasis teknologi dikombinasikan dengan koneksi internet melalui server
dan sentral komputerisasi digunakan untuk meningkatkan akurasi data
administrasi medis diunit pelayanan kesehatan. Beberapa penelitian
menunjukkan system pendukung keputusan klinis berbasis komputer terbukti
dapat meningkatkan pelayanan klinik pada 68 % studi. Beberapa penelitian
melaporkan keefektifan Barcode dalam mencegah kesalahan dalam
pemberian obat (medication error) sehingga meningkatkan keselamatan
pasien.
KAJIAN PUSTAKA
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana
fasilitas kesehatan publik membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah
terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem
tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk
meminimalkan resiko (Depkes RI, 2008).
Sistem informasi adalah sistem computer yang mengumpulkan,
menyimpan, memproses, memperoleh kembali, menunjukkan, dan
mengkomunikasikan informasi yang dibutuhkan dalam praktik, pendidikan,
administrasi, dan penelitian (Malliarou et.al., 2009). Banyak manfaat yang
didapatkan dalam penggunaan sistem informasi. Manfaat tersebut tidak hanya
mengurangi kesalahan dan meningkatkan kecepatan serta keakuratan dalam
praktek kefarmasian, tetapi juga menurunkan biaya kesehatan dengan
koordinasi dan peningkatan kualitas pelayanan.
Sejalan dengan kemajuan teknologi pada tahun 2004 dikenal
electronic Medical Record (EMR) termasuk didalamnya adalah electronic
medication administration system. Tahun 2006-2007 Apoteker memulai
penggunaan electronic medication administration record (EMAR), seiring
dengan pemberian obat yang aman bagi pasien maka proses yang komplek
diperlukan salah satunya adalah CPOE (Computerized prescriber order
entry) (Gozdan, 2009).
Gambar 1: Bar code dengan scanner, jenis bar code (Dartt & Schneider, 2010)
PEMBAHASAN
Sytem Barcode mempunyai tujuan untuk meningkatkan
keselamatan pasien dan kepuasan pasien, meningkatkan efisiensi dan
kepuasan Apoteker serta menurunkan biaya pengobatan pasien (Foote &
Coleman, 2008). Beberapa penelitian terkait dengan keuntungan dalam
penggunaan Bar code telah banyak dilaporkan. Penelitian yang dilakukan
oleh Foote, dkk 2008 menunjukkan bahwa teknologi Barcode mengurangi
kesalahan pengobatan hingga 80 %. Bar Code Medication Administration
(BCMA) sistem bar code yang dirancang sebagai media pencegah kekeliruan
pengobatan (medication errors) dan meningkatkan keselamatan pasien
dengan system validasi ketepatan dalam administrasi pengobatan. Perawat,
Apoteker dan TI berkolaborasi untuk meningkatkan keamanan pasien
(Foote & Coleman, 2008).
Sistem ini terdiri atas alat pembaca bar code, media komputer
portable seperti Personal Digital Assistant (PDA) dengan koneksi wireless,
sebuah server, dan beberapa software lainnya yang mendukung koneksi
hardware dengan sistem database dan sistem inventori. Aplikasi BCMA
dengan Powerchart (program elektronik yang digunakan untuk dokumentasi)
yang dapat menvalidasi Apoteker untuk mencatat administrasi obat,
menggunakan sebuah computer dan bar code scanner yang disentuhkan ke
kartu pengobatan. Kemudian dihubungkan dengan sebuah jaringan wireless
keelektronik MAR (Medication Administration Record). Jika scan
pengobatan tidak cocok, pesanan pengobatan untuk pasien pada system
mengeluarkan bunyi alarm (Foote & Coleman, 2008).
Proses aplikasi bar code dalam administrasi pengobatan dimulai
dengan obat yang resepkan oleh dokter dimasukkan kepusat catatan
pemesanan kesehatan medis elektronik. Kemudian apoteker memverifikasi
pesanan dan obat dikirim keunit keperawatan. Pada awal tiap shift, semua
laporan yang terkait dengan pemberian obat ke pasien dicetak /diprint out
oleh perawat yang saat itu sedang bertanggung jawab memberikan obat.
Laporan tersebut menjadi informasi bagi perawat terhadap waktu/ kapan
jadwal pemberian obat kepadam pasien. Kemudian perawat melakukan
registrasi/memasukkan data tersebut ke sistem kode bar/BCMA ketika
saatnya untuk memulai pemberian obat. Kemudian perawat memindahkan
kotak obat ke ruangan atau samping tempat tidur pasien yang akan diberikan
obat.
Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi secara lisan/ verbal
pasien dan melakukan scanning atau menandai pengenal unik kode bar
pada pasien. Tindakan ini mendapat sinyal dan disampaikan ke layar laptop
Virtual Due List (VDL). Saat tiba waktu pemberian obat, perawat mengambil
unit dosis obat dari laci kotak obat dan menandai kode bar. Layar VDL
akan menunjukkan apakah ada ketidakcocokan antara pengenal dan
pengobatan pasien, dan jika ada maka akan muncul tanda atau pesan yang
membutuhkan tindakan. Jika pemberian obat yang berlebih diberikan pada
pasien yang sama dan pada waktu yang bersamaan maka perawat tetap
harus memilih dan menandai dosis unit obat sampai semua obat telah
diberikan. Setelah penandaan otomatis maka dilanjutkan dengan
dokumentasi terhadap obat yang diberikan (yang dapat secara manual
diperbaiki jika dosis ditolak atau diberikan). Jika pengobatan pasien dan
kode bar obat tersebut kompatibel dengan demikian perawat bisa dan mampu
mengelola obat dengan benar. Pada akhir kegiatan shift, laporan obat
yang telah diberikan dapat dicetak untuk menentukan apakah semua obat
telah diberikan ke pasien dengan tepat.
KESIMPULAN
Barcode merupakan suatu perkembangan teknologi informasi yang sangat
berguna bagi rumah sakit dalam meningkatkan mutu pelayanan dengan
meningkatkan keselamatan pasien. Barcode dapat diterapkan dalam administrasi
pengobatan pasien. Dimana tindakan ini merupakan suatu proses yang
membutuhkan ketelitian pada setiap tindakannya. Dengan diterapkan barcode
diharapkan dapat mencegah kesalahan dalam pemberian pengobatan (medication
error) keselamatan pasien terjaga. Fasilitas kesehatan di Indonesia diharapkan
mulai mencoba mengembangkan system informasi yang pada akhirnya
meningkatkan mutu pelayanannya dengan mulai menyiapkan infrastruktur yang
matang dan terorganisasi dengan jelas. Ketika teknologi bar code ini telah
diterapkan, dibutuhkan sosialisai dan pelatihan terhadap tenaga kesehatan yang
terkait dengan system yaitu perawat, Apoteker, dokter dan TI itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono. 2008. Membangun Budaya Keselamatan Pasien Dalam Praktek
Kedokteran. Yogyakarta: Kanisius
Miller, M.R., Takata, G., Stucky, E. R., Neuspiel, D.R. 2011. Principles of
Pediatric Patient safety: Reducing Harm Due to Medical Care.
Pediatrics. 127,1199
Poon, Eric G., et all., (2010). Effect of Bar-Code Technology on The Safety of
Medication Administration, diambil 3 November 2017 dari
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056