Anda di halaman 1dari 10

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

Artikel Ilmiah :
PENERAPAN TEKNOLOGI BAR-CODE DALAM RANGKA
PENINGKATAN KESELAMATAN PASIEN
DALAM PRAKTEK KEFARMASIAN

Dosen :
Nurul Mardiati S.Farm., M.Sc., Apt

Disusn Oleh
Reffada Mahatva Yodhyasena
SF15078

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BORNEO LESTARI
BANJARBARU
2017
PENERAPAN TEKNOLOGI BAR-CODE DALAM RANGKA
PENINGKATAN KESELAMATAN PASIEN
DALAM PRAKTEK KEFARMASIAN

Reffada Mahatva Yodhyasena, SF15078

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru


Jl. Kelapa Sawit No. 8 Bumi Berkat Telp. (0511) 4783717 Kel. Sei. Besar Kec. Banjarbaru
Selatan Kode Pos 70714 Kota Banjarbaru - Kalimantan Selatan.

Abstrak
Salah satu kesalahan dalam pemberian pelayanan kesehatan ke pasien adalah
kesalahan dalam pengobatan (medication errors). Kesalahan pengobatan
merupakan segala bentuk kejadian yang menyebabkan pengobatan tidak
sesuai, mengakibatkan cedera pada pasien selama pengobatan tersebut berada
dalam kontrol tenaga kesehatan dan pasien. Sekitar 44.000 - 98.000 orang di
Amerika Serikat meninggal setiap tahunnya akibat dari kesalahan
pengobatan. Untuk mencegah kesalahan tersebut dibutuhkan suatu
perkembangan teknologi informasi. Teknologi Barcode merupakan system
berbasis teknologi dikombinasikan dengan koneksi internet melalui server
dan sentral komputerisasi digunakan untuk meningkatkan akurasi data
administrasi medis diunit pelayanan kesehatan. Beberapa penelitian
menunjukkan system pendukung keputusan klinis berbasis komputer terbukti
dapat meningkatkan pelayanan klinik pada 68 % studi. Beberapa penelitian
melaporkan keefektifan Barcode dalam mencegah kesalahan dalam
pemberian obat (medication error) sehingga meningkatkan keselamatan
pasien.

Kata Kunci : Teknologi Barcode, Medication Error, patient safety


PENDAHULUAN
Keselamatan pasien adalah pelayanan yang tidak menciderai atau
merugikan pasien, dengan demikian pelayanan yang mengandung unsur
kesalahan tidak sampai merugikan pasien (menciderai fisik, financial) atau
kejadian nyaris cedera masih ditoleransi (Cahyono,2008). Sampai saat ini
masalah keselamatan pasien di fasilitas kesehatan masih menjadi masalah
global, Joint Commission International (JCI) & world health organitation
(WHO) melaporkan beberapa negara terdapat 70% kejadian kesalahan
pengobatan meskipun, JCI & WHO mengeluarkan “Nine Life-Saving Patient
Safety Solutions” atau 9 solusi keselamatan pasien. Kenyataannya,
permasalahan keselamatan pasien masih banyak terjadi termasuk di Indonesia
(Meitasari et.al, 2011; WHO & JCI, 2007).
Lebih dari 10 tahun terakhir, patient safety menjadi prioritas utama
dalam sistem pelayanan kesehatan (Miller, 2011). Di United Stated,
diperkirakan 44.000 - 98.000 pasien yang dirawat setiap tahunnya meninggal
akibat kesalahan medis (Institute of Medicine dalam Miller,2011). Kejadian
medication error merupakan indikasi tingkat pencapaian patient safety,
khususnya terhadap tujuan tercapainya medikasi yang aman. Kriteria
medication error menurut Lisby et.al (2005) terjadi pada tahap
order/permintaan, transkripsi, dispensing, administering, dan discharge
summaries. Meskipun kesalahan hampir tidak dapat dihindari, akan tetapi
patient safety dapat ditingkatkan dan beberapa rumah sakit telah
mencanangkan keamanan sebagai prioritas utama. Salah satu cara untuk
meningkatkan keamanan pasien adalah penggunaan teknologi informasi
dalam pelayanan kefarmasian.
Teknologi informasi memiliki potensi untuk mengurangi kesalahan
pengobatan, jenis yang paling umum dari kesalahan medis yang dilakukan di
rumah sakit akhir-akhir ini. Survei praktek farmasi 2005 di Amerika dalam
pengaturan rumah sakit mengungkapkan bahwa pada tahun 2002, hanya 3%
dari rumah sakit yang telah menyelesaikan pelaksanaan administrasi bar-
kode-obat (Bar-Code Medicine Aadministration), dan jumlah ini meningkat
menjadi 17,2 % pada tahun 2005. Penggunaan BCMA juga meningkat secara
keseluruhan sekitar 9,4% dari rumah sakit yang melaporkan pelaksanaannya
pada tahun 2005, dibandingkan dengan hanya 1,5% pada tahun 2002.
Penggunaan obat catatan administrasi tulisan tangan (MARS) mengalami
penurunan, dengan pergeseran ke arah MARS kertas yang dihasilkan
komputer dan adminitrasi catatan elektronik obat-obatan (EMARs),
keduanya mengurangi risiko kesalahan yang terkait dengan tulisan tangan dan
kelalaian.
Tujuan dari barcode ini menurut (Paoletti 2007) adalah untuk
mengurangi kesalahan pengobatan yang terjadi selama pemberian obat
sebesar 50%. Secara efektif menggunakan sistem obat dengan mendeteksi
pengamatan menggunakan mekanisme yang handal dan efektif untuk
mengidentifikasi kesalahan pengobatan selama proses administrasi. Sistem
bar code juga untuk mengidentifikasi dan menerapkan solusi teknologi
terbaik, untuk meningkatkan komunikasi farmasi dan keperawatan, untuk
menjaga kepuasan keperawatan melalui meminimalkan beban kerja
tambahan, untuk membentuk sumber data untuk mengidentifikasi terus-
menerus dalam rangka memfasilitasi pendekatan proaktif untuk mencegah
terjadinya kesalahan obat (Choi et.al., 2009).

KAJIAN PUSTAKA
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana
fasilitas kesehatan publik membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah
terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem
tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk
meminimalkan resiko (Depkes RI, 2008).
Sistem informasi adalah sistem computer yang mengumpulkan,
menyimpan, memproses, memperoleh kembali, menunjukkan, dan
mengkomunikasikan informasi yang dibutuhkan dalam praktik, pendidikan,
administrasi, dan penelitian (Malliarou et.al., 2009). Banyak manfaat yang
didapatkan dalam penggunaan sistem informasi. Manfaat tersebut tidak hanya
mengurangi kesalahan dan meningkatkan kecepatan serta keakuratan dalam
praktek kefarmasian, tetapi juga menurunkan biaya kesehatan dengan
koordinasi dan peningkatan kualitas pelayanan.
Sejalan dengan kemajuan teknologi pada tahun 2004 dikenal
electronic Medical Record (EMR) termasuk didalamnya adalah electronic
medication administration system. Tahun 2006-2007 Apoteker memulai
penggunaan electronic medication administration record (EMAR), seiring
dengan pemberian obat yang aman bagi pasien maka proses yang komplek
diperlukan salah satunya adalah CPOE (Computerized prescriber order
entry) (Gozdan, 2009).

Gambar 1: Bar code dengan scanner, jenis bar code (Dartt & Schneider, 2010)

Sistem Administrasi Pengobatan Bar code (Bar code Medication


administration System/BCMA) merupakan sistem berbasis teknologi barcode
yang dikombinasikan dengan koneksi internet melalui server dan sentral
koputerisasi yang digunakan untuk meningkatkan akurasi data administrasi
medis di unit pelayanan kesahatan. Produk ini pertama kali dikembangkan
di Kansas, USA, pada 1995 dan pada perkembangannya teknologi ini
digunakan sebagai sistem penunjang data di RS dan memberikan manfaat
dalam meningkatkan angka keselamatan pasien (Helmons, 2009). Beberapa
penelitian terdahulu menunjukkan efektivitas penggunaan sistem komputer
untuk memperbaiki praktek peresepan, meningkatkan kepatuhan terhadap
standar pelayanan medik, dan mengurangi risiko kesalahan pengobatan.
Melalui sistem BCMA ini maka Apoteker dapat memindai barcode
sebelum obat diberikan pada pasien dan keakuratan data serta identifikasi
pemberian obat jelas terdokumentasi sebelum dan setelahnya. Berdasarkan
hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk menelaah hasil perkembangan
teknologi Bar code yang memungkinkan untuk diterapkan di Indonesia
terutama di Rumah sakit sehingga diharapkan menurunkan kesalahan
Apoteker dalam pemberian obat sehingga keselamatan pasien terjamin.

PEMBAHASAN
Sytem Barcode mempunyai tujuan untuk meningkatkan
keselamatan pasien dan kepuasan pasien, meningkatkan efisiensi dan
kepuasan Apoteker serta menurunkan biaya pengobatan pasien (Foote &
Coleman, 2008). Beberapa penelitian terkait dengan keuntungan dalam
penggunaan Bar code telah banyak dilaporkan. Penelitian yang dilakukan
oleh Foote, dkk 2008 menunjukkan bahwa teknologi Barcode mengurangi
kesalahan pengobatan hingga 80 %. Bar Code Medication Administration
(BCMA) sistem bar code yang dirancang sebagai media pencegah kekeliruan
pengobatan (medication errors) dan meningkatkan keselamatan pasien
dengan system validasi ketepatan dalam administrasi pengobatan. Perawat,
Apoteker dan TI berkolaborasi untuk meningkatkan keamanan pasien
(Foote & Coleman, 2008).

Gambar 2 : Desain Barcode (Poon et.al., 2010)


Gambar 3 : Pencegahan Kesalahan obat dengan
Menempelkan Barcode Pasien pada Obat (Poon et.al., 2010)

Gambar 4 : Hospital Information System (Poon et.al., 2010)

Sistem ini terdiri atas alat pembaca bar code, media komputer
portable seperti Personal Digital Assistant (PDA) dengan koneksi wireless,
sebuah server, dan beberapa software lainnya yang mendukung koneksi
hardware dengan sistem database dan sistem inventori. Aplikasi BCMA
dengan Powerchart (program elektronik yang digunakan untuk dokumentasi)
yang dapat menvalidasi Apoteker untuk mencatat administrasi obat,
menggunakan sebuah computer dan bar code scanner yang disentuhkan ke
kartu pengobatan. Kemudian dihubungkan dengan sebuah jaringan wireless
keelektronik MAR (Medication Administration Record). Jika scan
pengobatan tidak cocok, pesanan pengobatan untuk pasien pada system
mengeluarkan bunyi alarm (Foote & Coleman, 2008).
Proses aplikasi bar code dalam administrasi pengobatan dimulai
dengan obat yang resepkan oleh dokter dimasukkan kepusat catatan
pemesanan kesehatan medis elektronik. Kemudian apoteker memverifikasi
pesanan dan obat dikirim keunit keperawatan. Pada awal tiap shift, semua
laporan yang terkait dengan pemberian obat ke pasien dicetak /diprint out
oleh perawat yang saat itu sedang bertanggung jawab memberikan obat.
Laporan tersebut menjadi informasi bagi perawat terhadap waktu/ kapan
jadwal pemberian obat kepadam pasien. Kemudian perawat melakukan
registrasi/memasukkan data tersebut ke sistem kode bar/BCMA ketika
saatnya untuk memulai pemberian obat. Kemudian perawat memindahkan
kotak obat ke ruangan atau samping tempat tidur pasien yang akan diberikan
obat.
Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi secara lisan/ verbal
pasien dan melakukan scanning atau menandai pengenal unik kode bar
pada pasien. Tindakan ini mendapat sinyal dan disampaikan ke layar laptop
Virtual Due List (VDL). Saat tiba waktu pemberian obat, perawat mengambil
unit dosis obat dari laci kotak obat dan menandai kode bar. Layar VDL
akan menunjukkan apakah ada ketidakcocokan antara pengenal dan
pengobatan pasien, dan jika ada maka akan muncul tanda atau pesan yang
membutuhkan tindakan. Jika pemberian obat yang berlebih diberikan pada
pasien yang sama dan pada waktu yang bersamaan maka perawat tetap
harus memilih dan menandai dosis unit obat sampai semua obat telah
diberikan. Setelah penandaan otomatis maka dilanjutkan dengan
dokumentasi terhadap obat yang diberikan (yang dapat secara manual
diperbaiki jika dosis ditolak atau diberikan). Jika pengobatan pasien dan
kode bar obat tersebut kompatibel dengan demikian perawat bisa dan mampu
mengelola obat dengan benar. Pada akhir kegiatan shift, laporan obat
yang telah diberikan dapat dicetak untuk menentukan apakah semua obat
telah diberikan ke pasien dengan tepat.
KESIMPULAN
Barcode merupakan suatu perkembangan teknologi informasi yang sangat
berguna bagi rumah sakit dalam meningkatkan mutu pelayanan dengan
meningkatkan keselamatan pasien. Barcode dapat diterapkan dalam administrasi
pengobatan pasien. Dimana tindakan ini merupakan suatu proses yang
membutuhkan ketelitian pada setiap tindakannya. Dengan diterapkan barcode
diharapkan dapat mencegah kesalahan dalam pemberian pengobatan (medication
error) keselamatan pasien terjaga. Fasilitas kesehatan di Indonesia diharapkan
mulai mencoba mengembangkan system informasi yang pada akhirnya
meningkatkan mutu pelayanannya dengan mulai menyiapkan infrastruktur yang
matang dan terorganisasi dengan jelas. Ketika teknologi bar code ini telah
diterapkan, dibutuhkan sosialisai dan pelatihan terhadap tenaga kesehatan yang
terkait dengan system yaitu perawat, Apoteker, dokter dan TI itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Cahyono. 2008. Membangun Budaya Keselamatan Pasien Dalam Praktek
Kedokteran. Yogyakarta: Kanisius

Choi, Jong Soo., Kim, Dongsoo., (2009). Technical Considerations for


Successful Implementation of Barcode-Based Medication System
in Hospital, diambil 4 Novemeber 2017 dari
http://synapse.koreamed.org/Synapse/Data/PDFData/088JKSMI
/jksmi

Dartt, L. R., & Schneider, R. 2010. Development Of A Training Program


For Bar-Code-Assisted Medication Administration In Inpatient
Pharmacy. American Journal Of Health-System Pharmacy:
AJHP: Official Journal Of The American Society Of Health-
System Pharmacists, 67(19), 1592-1594.

Departemen Kesehatan. 2008. Tanggungjawab Apoteker Terhadap


Keselamatan Pasien (Patient safety). Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik. Jakarta.
Foote, S. O., & Coleman, J. R. 2008. Medication Administration: The
Implementation Process of Bar-Coding for Medication
Administration to Enhance Medication Safety. [Article]. Nursing
Economics, 26(3), 207-210.

Gozdan, Marie J., 2009. Using Tcnology to Reduce Medication Errors.


Journals Nursing Citation.

Helmons, P. J., Wargel, L. N., & Daniels, C. E. 2009. Effect Of Bar-Code-


Assisted Medication Administration On Medication
Administration Errors And Accuracy In Multiple Patient Care
Areas. American Journal Of Health-System Pharmacy: AJHP:
Official Journal Of The American Society Of Health-System
Pharmacists, 66(13), 1202-1210.

Lisby M; Nielsen; L.P; Mainz, J. 2005. Errors In The Medication Process:


Frequency, Type, And Potential. International Journal for Quality in
Health Care: 17 (1): 15-22.

Malliarou, M., Zyga, S. 2009. Advantages of Information system in Health


Services. Sport Management International Journal, vol 5 number
2

Meitasari., T,Nicole B. Ed: Grace F, Sitomurung, Donda SS, Jeffry O,


Anastina T, Elisa T. 2011. Joint Commission International
Acreditation Standart for Hospital. 4th ed. Jakarta: PT. Gramedia

Miller, M.R., Takata, G., Stucky, E. R., Neuspiel, D.R. 2011. Principles of
Pediatric Patient safety: Reducing Harm Due to Medical Care.
Pediatrics. 127,1199

Paoletti, Richard D., et all. 2007. Using Bar-Code Technology and


Medication Observation Methodology For Safer Medication
Administration. American Journal of Health System Pharmacy

Poon, Eric G., et all., (2010). Effect of Bar-Code Technology on The Safety of
Medication Administration, diambil 3 November 2017 dari
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056

World Health Organization & Joint Comission International 2007.


Communication During Patient Handovers [internet]. Available
from: http://www.who.int/patientsafety/solutions/patientsafety/
PS-Solution3.pdf

Anda mungkin juga menyukai