Mikrodilusi
Mikrodilusi
KELOMPOK C2
I Putu Riska Winatha 08613007
Fajar Handayani 09613149
Arum Wahyuningsih 09613152
Wulan Putri Asih 09613153
Dita Pertiwi A.D 09613155
I. TUJUAN
Mahasiswa dapat menentukan MIC dan MBC suatu antibiotika terhadap
bakteri menggunakan teknik dilusi dan mikrodilusi
A. Resistensi genetic
Terjadi mutasi spontan pada gen bakteri sehingga terjadi perubahan
pada bakteri yang semula sensitive terhadap suatu antimikrobia
menjadi resisten. Bakteri dapat berubah menjadi resisten akibat
memperoleh suatu elemen pembawa factor resisten. Cara transformasi
factor resisten bakteri terjadi dengan jalan bekteri menginporlasi factor
resisten langsung dari media sekitarnya (lingkungan).
B. Resisten non genetic
Bakteri dalam keadaan istirahat, biasanya tidak dipengaruhi olah
antimikrobia bakteri. Bakteri ini dikenal sebagai “persistem”. Bila
berubah menjadi aktif kembali, bakteri kembali bersifat sensitive
terhadap antimikroba semula.
C. Resistensi silang
Resistensi silang adalah keadaan resisten terhadap antimikroba
yang juga memperlihatkan sifat resisten terhadap antimikroba yang
lain. Pada resisten silang, sifat resistensi ditentukan oleh suatu lokus
genetic. Resistensi silang biasanya terjadi antara antimikrobia dengan
struktur yang hamper sama, misalnya antara beberapa derivate
tetrasiklin.
Mekanisme resisten kuman terhadap antimikroba ada 5 yaitu :
1. Perubahan tempat kerja obat pada mikroba.
2. Mikroba menurunkan permeabilitasnya sehingga obat sulit
masuk ke dalam sel.
3. Mikroba membentuk jalan pintas untuk menghindari tahap
yang dihambat oleh mikroba.
4. Meninggkatkan produk enzim yang dihambat oleh antimikroba.
5. Inaktivasi oleh mikroba.
2. DIFUSI
Media yang dipakai adalah agar Mueller Hilton dan pada difusi ini ada
beberapa cara yaitu :
a. Cara Kirby Baeur
b. SUMURAN
c. Cara Pour
BAHAN
Media TSB (Trypticase Soy Broth/nutrien broth)
Suspensi bakteri eschericia colli
Antibiotik ampisilin
V. CARA KERJA
A. TeknikDilusiCair
1. HariPertama
Siapkan 7 buah tabung reaksi ( 2 tabung untuk kontrol dan 5 tabung untuk perlakuan)
Seri pengenceran yang dibuat adalah 400 μg/ml, 200 μg/ml, 100 μg/ml, 50 μg/ml, dan
25 μg/ml dengan volume akhir tabung adalah 2 ml.
2. Harikedua
Amati tabung yang menunjukkan pertumbuhan dengan di kocok. apabila tabung keruh
(+) berarti menunjukkan pertumbuhan, bila tabung jernih (-) berarti tidak terjadi
pertumbuhan.
Pindahkan satu mata ose biakan dari tabung jernih (-) kedalam media TSB atau media
TSA yang baru. Inkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam.
3. Hari ketiga
Amati tabung yang menunjukkan pertumbuhan dengan di kocok. apabila tabung keruh (+)
berarti menunjukkan pertumbuhan, bila tabung jernih (-) berarti tidak terjadi pertumbuhan.
Gambar. 1
Keterangan Gambar 1 :
Tabung A : 400 µg/ml
Tabung B : 200 µg/ml
Tabung C : 100 µg/ml
Tabung D : 50 µg/ml
Tabung E : 25 µg/ml
(bening/tidak keruh = tidak terjadi pertumbuhan bakteri )
Gambar. 2
Keterangan :
Tabung K (+) = tabung control positive berisi media + bakteri (keruh)
Tabung K (-) = Tabung control negative berisi Aquades (bening)
2. Hasil data
Dilusi Cair
50 µg/ml (-)
25 µg/ml (-)
3. Data ELISA
Tabung Absorbansi
0.360
Kontrol (+)
0.103
Kontrol (-)
0.105
A
0.101
B
0.104
C
0.094
D
0.092
E
4. Presentase kematian sel bakteri
0,360−0,105
A. % = 0,360−0,103 𝑥 100% = 99,22 %
0,360−0,101
B. % = 0,360−0,103 𝑥 100 % = 100,78 %
0,360−0,104
C. % = 𝑥 100% = 99,61 %
0,360−0,103
0,360−0,094
D. % =
0,360−0,103 𝑥 100 % = 103,50 %
0,360−0,092
E. % = 𝑥 100 % = 104,28 %
0,360−0,103
VII. PEMBAHASAN
Untuk menentukan MIC dan MKC maka dilakukan teknik dilusi.
Metode dilusi dibedakan menjadi 2 macam, yakni dilusi cair dan dilusi
padat, perbedaanya terletak pada media pertumbuhan yang digunakan.
Dilusi cair, menggunakan media tumbuh berupa agar yang cair, sedangkan
dilusi padat menggunakan menggunakan media agar padat. Untuk
menentukan MIC dan MKC pada bakteri E. Colly ini digunakan teknik
dilusi cair. MIC merupakan konsentrasi terendah bahan antimikrobial yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri, untuk MKC merupakan
konsentrasi terendah antibiotik yang mematikan bakteri. Bahan
antimikrobial yang bersifat menghambat pertumbuhan bakteri bila
digunakan dalam kosentrasi yang kecil, namun apabila konsentrasinya
besar dapat untuk membunuh bakteri.
Dilusi cair memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan teknik
delusi. Kelebihan dilusi cair adalah dapat menentukan MIC dan MKC,
sedangkan pada teknik difusi hanya dapat diketahui zona hambatnya.
Metode dilusi juga memiliki kekurangan yaitu metode ini bersifat subjektif
karena parameter yang digunakan adalah kekeruhan.
Hari pertama praktikum melakukan inkubasi bakeri E. colly
dimana dilakukan pengenceran pada 5 tabung reaksi yang berisi antibiotik
ampicilin. Ampicilin merupakan golongan antibiotic Penisilin. Penisilin
adalah antibiotika yang termasuk paling banyak dan paling luas dipakai.
Golongan penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan mengganggu
sintesis dinding sel. Antibiotika penisilin mempunyai ciri khas secara
kimiawi adanya nukleus asam amino-penisilinat, yang terdiri dari cincin
tiazolidin dan cincin betalaktam. Spektrum bakteri terutama untuk bakteri
Gram positif. Beberapa golongan penisilin ini juga aktif terhadap bakteri
Gram negative. Sehingga antibiotic ini aktif dalam menghambat bakteri
Eschericia colly.
Konsentrasi antibiotik yang digunakan adalah 400µg/ml. Dan
untuk media agar yang digunakan adalah media TSB. Pengenceran hanya
dilakukan dari tabung ketiga yng diambil dari tabung kedua. Untuk tabung
pertama dan kedua diambil langsung dari konsentrasi antibiotik
400µg/ml.Pengenceran yang dilakukan adalah 400µg/ml, 200µg/ml,
100µg/ml, 50µg/ml, 25µg/ml. Dua tabung yang lain digunakan sebagai
kontrol, tabung 1 berisi media agar cair dengan aqudes, dan tabung yang
lain berisi media cair dengan bakteri. Dan dinnkubasi selama 24 jam,
dengan suhu 370c. Suhu 370c adalah menyesuaikan dengan suhu tubuh
pada manusia, sedangakan waktu 24 jam dalah waktu maksimum
pertumbuhan bakteri.
Pada praktikum kali ini setelah dilakukan teknik dilusi pada hari
pertama dan tabung berisi biakan berbagai konsentrasi antibiotik di
inkubasi selama 24 jam, maka tabung dengan jumlah konsentrasi antibiotik
terendah yang jernih menunjukkan MIC (Minimum Inhibitory
Concentration). Dari hasil praktikum didapatkan semua tabung jernih
kecuali tabung berisi kontrol positif. Tabung ini berisi media dan sample
bakteri, kontrol positif ini untuk melihat apakah bakteri yang digunakan
masih bagus, kekeruhan media pada tabung kontrol positif ini menandakan
bakteri masih dalam keadaan baik.
Semua tabung dari konsentrasi 400, 200, 100, 50, 25 µg/ml tidak
sampai 10, yang menjelaskan konsentrasi spesifik dari bakteri per mL. Ini
negatif. Kekeruhan larutan bakteri pada tiap tabung kurang lebih sesuai
VIII. KESIMPULAN
semakin banyak bakteri yang mati. MIC yang didapatkan pada kadar 25
µg/ml.
IX. DAFTAR PUSTAKA
1. Jawetz, Melnick, & Adelberg’s, 2001, Mikrobiologi Kedokteran,
Penerjemah Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UNAIR,
Penerbit Salemba Medika, Jakarta, Hal 223-228, 351-357
2. Mulyaningsih, S, 2004, Mikrobiologi Dasar, FMIPA UII, Yokyakarta
3. Pelczar, Michael J.,& E.C.S. Chan, 1988, Dasar-Dasar Mikrobiologi,
edisi 2,Penerbit UI-Press, Jakarta, Hal 515-522
4. Waluyo, Lud, 2005, Mikrobiologi Umum, UMM-Press, Malang