Proses Asuhan Gizi Terstandar
Proses Asuhan Gizi Terstandar
5. Riwayat Gizi
a. Sebelum Sakit
Pasien memiliki kebiasaan makanan yang teratur dan tepat waktu dalam minum obat. Pasien
juga memiliki kebiasaan banyak minum air, tidak merokok, dan tidak minum kopi. Sebelum
di diagnosa mengidap penyakit, saat masih bekerja, Pasien menyukai makanan manis,
masakan yang digoreng atau bersantan dan serta porsi nasi 3 kali porsi makan orang biasa,
sekitar 3-4 penukar nasi.
Pada tahun 2009, setelah didiagnosa dokter, pasien mulai mengurangi makanan-makanan
manis, namun porsi nasi tiap kali makan masih sama seperti biasanya. selain itu, pasien juga
masih suka jajan makanan lain yang berat seperti baso atau mie ayam berdekatan dengan
makan nasi. Anamnesa asupan sebelum sakit dalam 1 hari yaitu, nasi 9p, lauk hewani 5p,
sayur 3p, nabati 2p, buah 2p, minyak 7p, santan 2p, ditambah dengan jajanan berupa mie
ayam dan bakso masing-masing 1 porsi. Asupan total per hari ialah Energi 3037 kkal, protein
112g (15%), lemak 66g (20%), dan KH 481 g (63%).
b. Pemeriksaan Fisik
an Umum : Compos Mentis, lemas, sesak nafas, kehilangan lemak subkutan, badan masih gemuk.
Penilaian : lemas, sesak nafas, terjadi penurunan BB
2. Domain Klinis:
a. Penurunan berat badan tidak diharapkan berhubungan dengan kurangnya asupan ditandai
dengan penurunan 1 kg BB setelah 2 hari menolak makanan RS.
b. Peningkatan kadar gula darah berhubungan dengan penyakit Diabetes Melitus ditandai
dengan gula darah sewaktu mencapai 160 g/dl.
3. Domain Behaviour:
Kekeliruan pola makan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai gizi dan
penyakitnya ditandai dengan makan 3p nasi tiap kali makan.
2. Preskripsi Diet
a. Jenis Diet : Diet DM 1700 kkal
b. Bentuk makanan : Lunak
c. Frekuensi Pemberian : 3 kali makanan utama dan 2 kali makanan selingan.
d. Rute makanan : oral
4. Perhitungan Kebutuhan
Perhitungan kebutuhan Energi menggunakan REE (Recommended Energi Expenditure)
dengan rumus Diet DM:
Kebutuhan Protein
20% dari Energi Total = 124 gram
Kebutuhan Lemak
25% dari Energi Total = 69 gram
Kebutuhan Karbohidrat
55% dari Energi Total = 342 gram
5. Rancangan Diet
Diit yang dirancang untuk pasien TJ adalah diit DM 1700 kkal diberikan secara bertahap
dimulai dari 1300 kkal melihat kemampuan makan pasien. Rincian perencanaan diit pasien
tahap awal, ialah sbb:
Energi 1300 kkal; protein 65 g (20% E.tot); Lemak 36 g (25% E.tot); dan KH 179 g (55%
E.tot).
Karena kondisi penyakit, selain mendapat nutrisi secara oral, dokter yang menangani pasien
TJ memberikan nutrisi mineral secara parenteral berupa infus ringer laktat yang tidak
mengandung energi. Dalam diit juga dimasukkan susu DM untuk menambah asupannya.
Rancangan diet nya adalah sbb:
Tabel 3.
Jumlah Kebutuhan Energi dan Karbohidrat Berdasarkan Route Pemberian
Rute Pemberian Energi (Kkal) Karbohidrat (gram)
Oral 1300 179
Jumlah Kebutuhan 1300 179
Adapun rancangan diet yang akan diberikan kepada pasien, dapat dilihat pada table berikut
ini :
Tabel 4
Rancangan Diit tanggal 26 November 2011
Jenis Penukar Energi Protein Lemak KH
Makanan (Kkal) (gram) (gram) (gram)
Tim 1 3/4 306 7 - 70
L.Hewani 3 175 21 9 -
L.Nabati 3 225 15 9 21
Sayur 3 75 3 - 15
Buah 2 100 - - 24
Minyak 2 100 - 10 -
Snack 2 100 6 1 10
Susu DM 1 250 9 7 39
JUMLAH 1331 62 36 179
Toleransi (+/-) +2% -5% 0% 0%
8. Implementasi
Berikut ini adalah implementasi dalam proses asuhan gizi terstandar pada pasien TJ:
a. Mencatat menu makanan.
b. Memporsi makanan dengan cara menimbang makanan berupa bubur, sumber hewani, nabati,
sayur dan buah serta snack pada saat makan pagi, snack pagi, makan siang, dan makan sore.
Kemudian, mencatat hasil penimbangan masing-masing jenis bahan makanan sebelum
disajikan kepada pasien.
c. Melakukan penimbangan sisa makanan yang tidak termakan pasien dan mencatat
hasil penimbangan tersebut, jika ada sisa makanan sore yang tidak dikonsumsi pasien, sisa
tersebut disimpan dalam plastik untuk kemudian ditimbang esok pagi atau ditanyakan secara
kualitatif berdasarkan perkiraan jumlah.
d. Menghitung dan mencatat selisih penimbangan awal dan penimbangan sisa makanan pasien
juga mencatat makanan lain yang dikonsumsi pasien diluar diet yang diberikan rumah sakit.
Hasilnya merupakan asupan makanan pasien secara keseluruhan pada 1 hari pengamatan.
e. Mencatat makanan lain dari luar yang dikonsumsi oleh pasien dan memasukkannya
dalam perhitungan asupan.
f. Mengganti makanan sesuai daya terima pasien
g. Memberikan motivasi dan edukasi gizi berupa penatalaksanaan diet sesuai dengan kondisi
pasien dan penyakitnya pada saat pasien akan pulang dan menyarankan pasien untuk
melakukan konsultasi gizi ulang di poliklinik gizi guna memantau perkembangan status gizi
selama menjalani terapi gizi di rumah.
Tabel 12
Rancangan Diit tanggal 28 November 2011
Jenis Penukar Energi Protein Lemak KH
Makanan (Kkal) (gram) (gram) (gram)
Kentang 1 3/4 306 7 - 70
L.Hewani 3 175 21 9 -
L.Nabati 3 225 15 9 21
Sayur 3 75 3 - 15
Buah 2 100 - - 24
Minyak 2 100 - 10 -
Snack 2 350 16 8 50
JUMLAH 1331 62 36 180
Toleransi (+/-) +2% -5% 0% +0.5%
Tabel 14
Hasil Monitoring Pemeriksaan Fisik dan Klinis
Jenis Pemeriksaan Hasil Interprestasi
Keadaan Umum Compos Mentis, Lemah Lemah
Tekanan darah 120/90 mmHg Normal
Nadi 84 x/mnt Normal
Respirasi 20x/mnt Normal
Suhu 366C Normal
GDS Pagi 90 g/dlsiang 224 g/dl sore 130 g/dl Hipohiperturun
Penilaian : Hipotensi, lemah, Kadar gula darah tinggi
Tabel 15
Obat-obat yang digunakan :
Jenis Obat Frekuensi Pemberian
Suntikan insulin 1 jam setelah makan
Obat anti hipertensi
Tabel 17
Rancangan Diit tanggal 29 November 2011
Jenis Makanan Penukar Energi Protein Lemak KH
(Kkal) (gram) (gram) (gram)
Roti tawar 1/2 87.5 2 - 20
Selai tropicana 1 25 - - 6
Nasi putih 1.5 262.5 6 - 60
L.Hewani 3 175 21 9 -
L.Nabati 3 225 15 9 21
Sayur 3 75 3 - 15
Buah 2 100 - - 24
Minyak 2 100 - 10 -
Snack 2 200 16 8 30
JUMLAH 1250 63 36 176
Toleransi (+/-) -4% -3% 0% -2%
Tabel 19
Hasil Monitoring Pemeriksaan Fisik dan Klinis
Jenis Pemeriksaan Hasil Interprestasi
Keadaan Umum Compos Mentis, lemas sedikit Membaik
Tekanan darah 130/80 mmHg Normal
Nadi 86 x/mnt Normal
Respirasi 24x/mnt Normal
Suhu 36.5C Normal
GDS Siang 135 g/dl sore 110 g/dl Normal
Penilaian: Pasien membaik
Tabel 20
Obat-obat yang digunakan :
Jenis Obat Frekuensi Pemberian
Suntikan insulin 1 jam setelah makan
Obat anti hipertensi
4. Hari Ke-4 (Tanggal 29/11/2011)
Tabel 21
Hasil Monitoring Asupan Makanan
Rute Makanan Energi Protein Lemak KH
Kkal % Gram % Gram % Gram %
Oral 630 50 25 40 4 11 99 56
JUMLAH 630 50 25 40 4 11 99 56
Keterangan: Pasien pulang setelah makan siang
Penilaian: Asupan total pasien hingga makan siang mencapai 50% yang berasal dari
makanan Rumah Sakit.
Rencana Intervensi:
Dilakukan penimbangan Berat Badan pasien sebelum pulang dan memberikan motivasi serta
edukasi terkait penyakit DM dan HHD
Tabel 22
Hasil Monitoring Pemeriksaan Fisik dan Klinis
Jenis Pemeriksaan Hasil Interprestasi
Keadaan Umum Compos Mentis membaik
Tekanan darah 120/80 mmHg Rendah
Nadi 86 x/mnt Rendah
Respirasi 24x/mnt Normal
Suhu 36.7C Normal
GDS 110 dl Normal
Penilaian : Membaik
3.2.2.3.5 Pembahasan
Pada tahun 2009 pasien Tn.TJ divonis oleh dokter mengidap penyakit Diabetes mellitus.
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) atau yang dikenal sebagai penyakit kencing manis atau
penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar
gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana
organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh.
Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang bertanggung jawab
untuk mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah dan insulin dibutuhkan untuk merubah
(memproses) karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia.
Hormon insulin berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah.
Penyakit diabetes yang diderita Tn.Tj bukanlah penyakit keturunan dari keluarganya
melainkan karena gaya hidup Tn.Tj yang memiliki kebiasaan konsumsi karbohidrat berlebih,
yaitu 3-4 penukar nasi tiap kali makan ditambah jajanan karbohidrat berupa mie ayam. Pasien
Tn.Tj juga sempat memiliki berat badan 80 kg pada saat sebelum pension, dengan tinggi
badan 156 cm Tn.Tj saat itu memiliki IMT 32.9 kg/m2 yang berarti tergolong obesitas.
Diabetes mellitus dapat ipicu dengan obesitas karena insulin yang dihasilkan tidak mampu
mengatasi glukosa yang berlebih dalam darah orang obesitas.
Hasil monitoring gula darah sewaktu Tn.Tj ialah sebagai berikut:
No 201111 211111 221111 231111 241111 251111 261111 271111 281111 291111
06.00 - 165 166 123 160 123 124 90 135 -
11.00 - 121 117 119 119 113 - 224 110 110
16.00 187 127 160 159 114 136 230 130 - -
Dari keterangan tabel tersebut tertera bahwa gula darah sewaktu Tn.Tj mengalami naik turun,
terutama meningkat pada pagi hari. Normalnya kadar gula dalam darah berkisar antara 70 -
150 mg/dL. Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa
mencapai level 126 mg/dl atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam setelah puasa
(minimal 8 jam) mencapai level 180 mg/dl. Sedangkan pemeriksaan gula darah yang
dilakukan secara random (sewaktu) dapat membantu diagnosa diabetes jika nilai kadar gula
darah mencapai level antara 140 mg/dL dan 200 mg/dL, terlebih lagi bila dia atas 200 mg/dl.
Dari keterangan tabel gula darah sewaktu Tn.Tj pada pagi hari rata-rata 160mg/dL yang
tergolong tinggi. peningkatan kadar gula darah pada pagi hari biasa terjadi, hal ini disebabkan
akibat hasil metabolism makanan pada malam hari sebelumnya.
Berdasarkan keterangan pasien Tn.Tj, gejala Diabetes Melitus yang dialami ialah jumlah
urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria), sering atau cepat merasa haus/dahaga
(Polydipsia), lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia), kehilangan berat badan
yang tidak jelas sebabnya (terlihat saat ini berat badan Tn.Tj 69 kg, turun dari 80 kg selama 2
tahun), cepat lelah dan lemah setiap waktu, mudah terkena infeksi terutama pada kulit. Oleh
karena penderita penyakit DM mudah terkena komplikasi penyakit lain, Tn.Tj juga
mengalami DM yang disertai komplikasi berupa infeksi bakteri tuberculosis pada paru-paru
nya dan komplikasi gangguan pada jantungnya.
Komplikasi TB dan jantung yang dialami Tn.Tj ini menyebabkan adanya gejala sesak nafas
dan kondisi yang lemah. Hal ini menyebabkan Tn.Tj sempat dirawat di rumah sakit yang
sama sebelumnya 3 kali dengan keluhan yang sama.
pada saat Tn.Tj dirawat ke-2 kalinya di rumah sakit, Tn.Tj dirujuk untuk melakukan
pembedahan atau operasi batu ginjal karena terdapat endapan batu oksalat sepanjang 6 cm di
dalam saluran ginjalnya. Namun, saat ini sudah tidak ada keluhan mengenai hal tersebut.
Dengan kondisi pasien seperti ini pasien diberikan diet DM dengan tinggi protein namun
rendah karbohidrat dan lemak. Diet DM dengan karbohidrat rendah (tanpa karbohidrat
sederhana) diberikan karena penyakit DM pasien, protein tinggi diberikan karena infeksi TB
paru yang diderita pasien, lemak rendah karena DM dan gangguan jantungnya. Diet yang
diberikan dengan kalori 1700 kkal mengingat kemampuan makan pasien belum stabil. Diet
DM 1700 ini pun diberikan secara bertahap mulai 1300 kkal.
Bentuk makanan yang diberilkan dalam bentuk lunak karena pasien mengalami sesak.
Saat ini Tn.Tj dirawat di rumah sakit lagi dengan keluhan yang sama, terutama sesak dan
lemasnya. Pada awal perawatan pasien masih mau makan makanan yang diberikan rumah
sakit, meskipun sedikit. Namun, karena pasien sering sesak nafas saat jam makan yang
menyebabkan pasien tidak nafsu makan beberapa hari, pasien mengalami lemas yang
menambah penurunan nafsu makan.
Perbandingan asupan oral H-1 sebelum pengamatan dengan saat pengamatan:
Dari keterangan bagan di atas terlihat bahwa pada hari ke-6 perawatan atau hari pertama
pengamatan, pasien mengalami trauma makanan rumah sakit akibat lauk yang tidak
disukainya. Trauma ini menyebabkan terjadinya anoreksia atau penolakan makanan yang
diberikan oleh rumah sakit sehingga asupan pasien menurun. Oleh karena Tn.Tj mengalami
anoreksia. Dengan kondisi pasien yang mengalami anoreksia tersebut perencanaan diet yang
diberikan pada Tn.TJ tetap Diet DM 1300 kkal dengan tinggi protein serta rendah karbohidrat
dan lemak, namun jenis makanan disesuaikan dengan keinginan dan daya terima pasien. Hal
ini dilakukan agar pasien tetap ada asupan sehingga memiliki energi dan mencegah terjadinya
hipoglikemik atau kadar gula menurun drastis. Hipoglikemik ini dapat berakibat fatal karena
kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan
diri bahkan memasuki tahapan koma. Tn.Tj sempat mengalami hipoglikemik beberapa kali
akibat tidak mau makan, namun dapat pulih setelah diberikan ½-1 gelas teh manis. Bahkan,
pernah mengalami hiperglikemik langsung akibat teh manis tersebut. Menu yang diberikan
kepada Tn.Tj sempat berganti-ganti beberapa kali demi Tn.Tj mau mengkonsumsi atau
menerima makanan dari rumah sakit lagi.
Pada hari ke-2 pengamatan makanan lunak yang diberikan diganti dengan kentang. Sebelum
bubur diganti dengan kentang pasien sempat diberikan asupan tambahan susu DM. namun,
setelah diberikan susu pasien Tn.Tj mengalami diare sehingga pemberian susu dihentikan.
Setelah diganti kentang pasien mau makan makanan dari rumah sakit namun kentangnya saja.
Penggantian bubur dengan kentang dan asupan susu menyebabkan asupan pasien meningkat
dari sebelumnya.
Pada hari berikutnya kentang masih diberikan, namun divariasi dengan roti agar pasien tidak
merasa bosan dan diganti Tim pada siang harinya. Asupan pada hari ke-3 pengamatan masih
baik, namun turun bila dibandingkan dengan asupan hari sebelumnya karena tidak diberikan
susu.
Setelah menu beberapa kali diganti, akhirnya pasien mulai mau makan makanan yang
diberikan rumah sakit kembali dan menu pun sudah dapat diganti nasi biasa, namun pada
pengamatan hari ke-4 pasien diperbolehkan pulang setelah makan siang.
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2010. Penyakit Diabetes Melitus (DM). Diunduh dari http://www.infopenyakit.com, pada
tanggal 31 Desember 2011, 22.00 WIB
Anita. 2009. Diabetes Melitus. Diunduh dari www.rumahdiabetes.com, pada tanggal 31 Desember
2011, 22.15 WIB
Ratnayuli, Diah. 2010. Tinjauan Pustaka: Diabetes Melitus. Diunduh dari http://usupress.usu.ac.id,
pada tanggal 31 Desember 2011, 23.05 WIB
Moore, Mary Courtney. 1997. Pocket Guide to Nutrition and Diet Therapy II Edition. Jakarta:
Hipokrates
Almatsier, Sunita. 2005. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
5. Riwayat Gizi
a. Sebelum Sakit
Pola makan pasien sebelum sakit adalah 1 kali sehari dengan porsi kecil. Di sekolah suka
jajan mie instan dan es yang dijual di kantin sekolah. Pasien jarang sarapan. Makan siang
selalu pulang ke rumah karena dekat dengan sekolah. Pasien menyukai ikan lele dan buah,
namun tidak menyukai makanan yang lembek dan tidak hangat lagi. pasien juga kurang
menyukai sayuran.
b. Pemeriksaan Fisik
daan Umum: Compos Mentis, nyeri perut bagian uluh hati, demam, lemah, mual, diare (naik turun), dan
terlihat kurus
Penilaian : Pasien lemah, mual, diare, kurus
2. Domain Klinis:
KEP I berhubungan dengan kebiasaan makan yang salah ditandai dengan BB/TB= -3,87;
BB/U= -1,85; IMT=12,6 kg/m2.
3. Domain Behaviour:
Kekeliruan pola makan berhubungan dengan kurangnya monitoring orangtua ditandai dengan
makan pokok 1 kali sehari dengan porsi kecil.
2. Preskripsi Diet
a. Jenis Diet : Diet TKTP
b. Bentuk makanan : Lunak
c. Frekuensi Pemberian : 3 kali makanan utama dan 1 kali makanan selingan.
d. Route makanan : oral.
4. Perhitungan Kebutuhan
Perhitungan kebutuhan Energi menggunakan REE (Recommended Energi Expenditure)
dengan rumus schofield :
BMR = (12,2 x kg) + 746
= (12,2 x 38) + 746 = 1210 kkal
= BMR x FA x FS
= 1210 x 1,2 x 1,3
=1887 kkal
Kebutuhan Protein
2 g/kg BB x 38= 76 gram (16%)
Kebutuhan Lemak
15% dari Energi Total = 32 gram
Kebutuhan Karbohidrat
69% dari Energi Total = 326 gram
5. Rancangan Diet
Diit yang dirancang untuk pasien RV adalah diit TKTP yang dilakukan secara bertahap,
dimulai dengan pemberian 1000 kkal hingga mencapai 2000 kkal. Rincian perencanaan diit
pasien tahap awal, ialah sbb:
Energi 1000 kkal; protein 48 g (12% E.tot); Lemak 32 g (29% E.tot); dan KH 148 g (59%
E.tot), kemudian ditingkatkan bertahap menuju diet TKTP 2000 kkal.
Karena kondisi penyakit, selain mendapat nutrisi secara oral, dokter yang menangani pasien
RV memberikan nutrisi mineral secara parenteral berupa infus ringer laktat dan infuse untuk
menaikan trombosit yang tidak mengandung energi. Kebutuhan cairan RV juga diperhatikan.
Cairan melalui oral 85 ml/kg BB/hari. Sehingga rancangan diet nya adalah sbb:
Tabel 3.
Jumlah Kebutuhan Energi dan Karbohidrat Berdasarkan Rute Pemberian
Rute Pemberian Energi (Kkal) Karbohidrat (gram)
Oral 1000 148
Jumlah Kebutuhan 1000 148
Adapun rancangan diet yang akan diberikan kepada pasien, dapat dilihat pada table berikut
ini :
Table 4.
Rancangan Diit
Jenis Penukar Energi Protein Lemak KH
Makanan (Kkal) (gram) (gram) (gram)
Bubur 1 175 4 - 40
L.Hewani 4 250 28 14 -
L.Nabati 2 150 10 6 14
Sayur 3 75 3 - 15
Buah 1 50 - - 12
Minyak 2 100 - 10 -
Snack 1 200 1 3 70
JUMLAH 1000 46 33 151
Toleransi (+/-) +5% -4% +3% +2%
8. Implementasi
Berikut ini adalah implementasi dalam proses asuhan gizi terstandar pada pasien RV:
a. Mencatat menu makanan.
b. Memporsi makanan dengan cara menimbang makanan berupa bubur, sumber hewani, nabati,
sayur dan buah serta snack pada saat makan pagi, snack pagi, makan siang, dan makan sore.
Kemudian, mencatat hasil penimbangan masing-masing jenis bahan makanan sebelum
disajikan kepada pasien.
c. Melakukan penimbangan sisa makanan yang tidak termakan pasien dan mencatat hasil
penimbangan tersebut, jika ada sisa makanan sore yang tidak dikonsumsi pasien, sisa tersebut
disimpan dalam plastik untuk kemudian ditimbang esok pagi atau ditanyakan secara kualitatif
berdasarkan perkiraan jumlah.
d. Menghitung dan mencatat selisih penimbangan awal dan penimbangan sisa makanan pasien
juga mencatat makanan lain yang dikonsumsi pasien diluar diet yang diberikan rumah sakit.
Hasilnya merupakan asupan makanan pasien secara keseluruhan pada 1 hari pengamatan.
e. Mencatat makanan lain dari luar yang diasup oleh pasien dan memasukkannya dalam
perhitungan asupan.
f. Memberikan motivasi dan edukasi gizi berupa penatalaksanaan diet sesuai dengan kondisi
pasien dan penyakitnya pada saat pasien akan pulang dan menyarankan pasien untuk
melakukan konsultasi gizi ulang di poliklinik gizi guna memantau perkembangan status gizi
selama menjalani terapi gizi di rumah.
Table 7
Rancangan Diit Tanggal 30 November 2011
Jenis Penukar Energi Protein Lemak KH
Makanan (Kkal) (gram) (gram) (gram)
Tim 3 525 12 - 120
L.Hewani 3 200 21 12 -
L.Nabati 2 150 10 6 14
Sayur 3 75 3 - 15
Buah 1 50 - - 12
Minyak 4 200 - 20 -
Snack 1 200 10 5 80
JUMLAH 1400 56 43 241
TOTAL 1400 56 43 241
Tabel 8
Rencana Distribusi Diit Tanggal 30 November 2011
Waktu Makan Jenis Makanan Ukuran(Penukar)
Tim 1
L.Hewani 1
Pagi Sayur 1
Minyak 1
Snack Pagi Bolu 1
Tim 1
L.Hewani 1
Siang L.Nabati 1
Sayur 1
Minyak 2
Buah 1
Tim 1
L.Hewani 1
Malam L.Nabati 1
Sayur 1
Minyak 1
Hasil monitoring evaluasi pemeriksaan fisik dan klinis serta obat-obatan yang digunakan
adalah sebagai berikut :
Tabel 9
Hasil Monitoring Pemeriksaan Fisik dan Klinis
Jenis Pemeriksaan Hasil Interprestasi
Keadaan Umum Compos Mentis, Lemah, nyeri perut, Lemah, mual, nyeri perut,
mual, demam, diare (naik turun) demam, diare
Tekanan darah 100/90 mmHg Rendah
Nadi 84 x/mnt Normal
Respirasi 20x/mnt Normal
6
Suhu 36 C Normal
Penilaian : Hipotensi, lemah, mual, nyeri perut, demam sudah turun
Tabel 10
Obat-obat yang digunakan :
Jenis Obat Frekuensi Pemberian
Trolit Adlib
Auralis 2x1
Bactesyn 3x500mg
Tabel 12
Hasil Monitoring Pemeriksaan Fisik dan Klinis
Jenis Pemeriksaan Hasil Interprestasi
Keadaan Umum Compos Mentis, Lemah Lemah
Tekanan darah 90/60 mmHg Rendah
Nadi 84 x/mnt Normal
Respirasi 20x/mnt Normal
Suhu 366C Normal
Penilaian : Hipotensi, lemah
Tabel 13
Obat-obat yang digunakan :
Jenis Obat Frekuensi Pemberian
Trolit adlib
Auralis 2x1
Bactesyn 3x500mg
3. Hari Ke-3 (Tanggal 1/12/2011)
Tabel 14
Hasil Monitoring Asupan Makanan
Rute Makanan Energi Protein Lemak KH
Kkal % Gram % Gram % Gram %
Oral 1345 96 55 98 38 88 192 80
JUMLAH 1345 96 55 98 38 88 192 80
Penilaian : Asupan makanan pasien meningkat signifikan mendekati target asupan.
Diagnosa Intake:
Adequate oral intake berhubungan dengan nafsu makan sudah kembali ditandai dengan
asupan 96% dari target
Evaluasi :
Nafsu makan pasien sudah membaik. Pasien merasa mulutnya tidak pahit lagi. Pasien mulai
makan sayur.
Rencana Intervensi :
Karena pasien sudah tidak demam dan nafsu makan membaik, serta hampir mampu
menghabiskan makanan. Diit Tim diganti dengan nasi biasa dengan energy tetap 1400 kkal.
Table 15
Rancangan Diit Tanggal 2 Desember 2011
Jenis Penukar Energi Protein Lemak KH
Makanan (Kkal) (gram) (gram) (gram)
Nasi biasa 3 525 12 - 120
L.Hewani 3 200 21 12 -
L.Nabati 2 150 10 6 14
Sayur 3 75 3 - 15
Buah 1 50 - - 12
Minyak 4 200 - 20 -
Snack 1 200 10 5 80
JUMLAH 1400 56 43 241
TOTAL 1400 56 43 241
Tabel 16
Rencana Distribusi Diit Tanggal 2 Desember 2011
Waktu Makan Jenis Makanan Ukuran(Penukar)
Nasi 1
L.Hewani 1
Pagi Sayur 1
Minyak 1
Snack Pagi Bolu 1
Nasi 1
L.Hewani 1
Siang L.Nabati 1
Sayur 1
Minyak 2
Buah 1
Nasi 1
L.Hewani 1
Malam L.Nabati 1
Sayur 1
Minyak 1
Tabel 17
Hasil Monitoring Pemeriksaan Fisik dan Klinis
Jenis Pemeriksaan Hasil Interprestasi
Keadaan Umum Compos Mentis Membaik
Tekanan darah 100/70 mmHg Rendah
Nadi 84 x/mnt Normal
Respirasi 20x/mnt Normal
Suhu 366C Normal
Penilaian : Hipotensi
Tabel 18
Monitoring Berat Badan Pasien:
Berat Badan IMT Status Gizi
27 kg 14.2 kg/m2 Underweight
Penilaian: Berat badan meningkat 3 kg pada hari ke 3 di RS, namun status gizi masih kurang
Tabel 19
Obat-obat yang digunakan :
Jenis Obat Frekuensi Pemberian
Trolit adlib
Auralis 2x1
Bactesyn 3x500mg
3.1.2.3.5 Pembahasan
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau dalam bahasa umumnya disebut Demam Berdarah
Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan atau
infeksi pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga
mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
Penyakit DHF ini memiliki gejala-gejala seperti demam tinggi yang mendadak 2-7 hari,
terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi), demam
yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian, munculnya
bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah, dan pada pemeriksaan
laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi penurunan trombosit dibawah 100.000 /mm3
(Trombositopeni) seperti yang dialami oleh pasien.
Trombosit termasuk bagian vital dalam tubuh. Trombosit merupakan bagian terpenting dalam
proses pembekuan darah. Pembuluh darah dan faktor pembekuan diperlukan untuk menjaga
supaya darah tetap dalam bentuk cair dan berada dalam pembuluh darah sehingga pengiriman
oksigen dan nutrisi ke jaringan dapat tercukupi.
Trombosit memiliki 3 fungsi penting, yaitu menutup luka dengan jalan membentuk
gumpalantrombosit pada tempat kerusakan pembuluh darah, membentuk faktor pembekuan,
dan mengeluarkan sitokinin untuk konsentrasi pembuluh darah dan untuk mempercepat
pembentukan gumpalan trombosit. Sehingga pada penyakit DHF gangguan pada trombosit
dapat berakibat tidak terjadinya pembekuan darah saat terjadi infeksi atau kerusakan pada
pembuluh darah akibat virus dengue tersebut, yang berakibat terjadi perdarahan-perdarahan
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Ganguan pada trombosit dapat berupa gangguan dalam jumlah atau gangguan dalam fungsi.
Gangguan trombosit yang dialami pasien ialah gangguan dalam jumlah, yaitu trombositopeni
atau jumlah trombosit yang kurang dari 100.000/mm3. Oleh karena pasien mengalami
trombositopeni yaitu 36.000/mm3, pasien diberikan tambahan trombosit melalui transfusi
trombosit. Transfusi trombosit diberikan dalam bentuk konsentrat trombosit. Transfusi
trombosit diberikan agar pasien tidak mengalami penurunan jumlah trombosit secara drastis
atau < 20.000/mm3, karena apabila trombosit turun hingga kira-kira 20.000/mm3 biasanya
menyebabkan perdarahan otak yang dapat berakibat fatal (Prof. DR. Imam Supandiman,
DSPD.H, 1997)
Penambahan cairan tubuh melalui infus (intravena) diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan
hemokonsentrasi yang berlebihan. Oleh karena itulah pasien juga diberikan tambahan cairan
berupa infuse Ringer Laktat (RL) yang membantu menjaga agar pasien tidak mengalami
dehidrasi.
Oleh karena penyakit DHF merupakan sebuah infeksi, pasien diberikan diet Tinggi Kalori
Tinggi Protein (TKTP). Tinggi kalori diberikan untuk meningkatkan status gizi pasien yang
memiliki status gizi underweight dan tinggi protein diberikan untuk membantu mempercepat
proses penyembuhan infeksi yang terjadi akibat virus dengue.
Selain itu, pada penderita DHF juga timbul beberapa gejala klinik yang menyertai seperti
mual, muntah, penurunan nafsu makan, sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.
Dengan adanya gejala-gejala klinik tersebut, dat yang diberikan kepada pasien ialah diet
lunak dan mengikuti selera pasien untuk memenuhi asupan pasien. Pemberian diet pada
pasien diberikan secara bertahap menyesuaikan kemampuan daya terima pasien.
Penyebaran penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus, sehingga pada wilayah yang sudah diketahui adanya serangan penyakit DBD akan
mungkin ada penderita lainnya. Menurut keterangan pasien, pasien merasakan adanya gejala
penyakit DHF ini setelah pulang dari sekolah, jadi kemungkinan pasien mendapatkan
penyakit DHF ini dari nyamuk Aedes aegypti yang berasal dari sekolahnya. Penularan
penyakit pada pasien juga didukung dengan sistem imun pasien yang kurang. Pola makan
yang tidak teratur dan asupan yang kurang memungkinkan daya tahan tubuh pasien kurang
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2011. Demam Berdarah Dengue. Diunduh dari http://medicastore.com, pada tanggal 30
Desember 2011, 22.00 WIB
Admin. 2010. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Diunduh dari http://www.infopenyakit.com,
pada tanggal pada tanggal 30 Desember 2011, 23.00 WIB
Anonim. 2011. Dengue Hemoragic Fever (DHF). Diunduh dari digilib.unimus.ac.id, pada tanggal 31
Desember 2011, 15.00 WIB
Moore, Mary Courtney. 1997. Pocket Guide to Nutrition and Diet Therapy II Edition.
Jakarta: Hipokrates