Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ilmu kedokteran termasuk sangat cepat dibandingkan dengan ilmu
pengetahuan lainnya, salah satu penyebabnya adalah tuntutan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dan keilmuan itu sendiri terutama yang menyangkut fungsi-fungsi dalam
kehidupan dan hajat hidup orang banyak. Demikian pula kebutuhan masyarakat terhadap
pelayanan di bidang Andrologi terutama untuk masalah infertilitas dan seksualitas.

Seperti halnya pada bidang ilmu Kebidanan dan Kandungan yang khusus menangani
permasalahan pada wanita, spesialisasi kedokteran yang menangani hal tersebut adalah
Dokter spesialis Kebidanan dan Kandungan, demikian juga dengan permasalahan pria yang
ditangani oleh dokter spesialis dan andrologi.

Di masa sekarang, seorang wanita yang memiliki keluhan pada organ-organ


reproduksinya dapat dengan mudah menemui ahli kandungan untuk berkonsultasi dan
pengobatan tanpa perlu merasa malu atau pun canggun.
Adalah suatu ironi jika dengan kemajuan pesat dalam bidang ginekologi, sistem
reproduksi pria hampir-hampir dapat disebut terabaikan. Pria yang mengalami masalah pada
organ genital sering bingung untuk berkonsultasi kemana. Beruntung kini tidak perlu lagi
terjadi hal yang demikian, karena perkembangannya suatu bidang ilmu yang disebut
andrologi yang ditangani oleh Dokter spesialis Andrologi.

Andrologi dipelajari sejak akhir tahun 1960-an. Jurnal yang membahas andrologi
pertama kali adalah jurnal berbahasa Jerman Andrologie ( sekarang Andrologia). Yang
dipublikasikan pertama kali tahun 1969. Kemajuan ilmu kedokteran yang pesat juga berimbas
pada perkembangan ilmu yang mempelajari masalah kesehatan reproduksi pria ini. Walaupun
ilmu ini termasuk cabang dari ilmu kedokteran dan menangani masalah kesehatan, akan
tetapi ditunjang oleh bidang keilmuan biologi, peternakan,farmasi dan lain-lain. seperti
bidang ilmu kedokteran lainnya.
Andrologi sangat penting untuk dipelajari untuk menambah pengetahuan kita mengenai
masalah-masalah sistem reproduksi dan sistem urine pria.

Page | 1
1.2 Rumusan Masalah
1 Apa pengertian andrologi?
2 Apa saja ruang lingkup andrologi ?
3 Apa saja organ reproduksi pada pria?
4 Bagaimana struktur sel sperma atau spermatozoa ?
5 Bagaimana proses spermatogenesis ?
6 Bagaimana kelainan pada sel sperma atau spermatozoa?
7 Apa saja masalah yang menyangkut andrologi ?

1.3 Tujuan Penulisan


1 Untuk mengetahui dan memahami pengertian andrologi
2 Untuk mengetahui apa saja yang termasuk ke dalam ruang lingkup andrologi
3 Untuk mengetahui dan memahami organ yang berperan dalam reproduksi pada pria
4 Untuk mengetahui dan memahami struktur sel sperma dan sel spermatozoa
5 Untuk menetahui dan memahami bagaimana proses spermatogenesis
6 Untuk dapat mengetahui bagaimana kelainan pada sek sperma atau spermatozoa
7 Untuk mengetahui masalah yang menyangkut dengan andrologi

1.4 Manfaat
Manfaat Teoritis
Secara teoritis makalah ini bermanfaat untuk menambah wawasan tentang
ilmu andrologi dasar. Baik untuk umum, maupun mahasiswa.
Manfaat Praktis
a. Bagi mahasiswa
Mahasiwa dapat mengetahui apa itu ilmu andrologi dasar
b. Bagi Dosen
Dosen dapat menilai kinerja mahasiwa dalam pembuatan makalah
khususnya tentang andrologi dasar serta dosen dapat memberikan materi
bukan hanya dengan teori tetapi juga dengan pemecahan masalah dan di
tuangkan dalam bentuk makalah.

Page | 2
1.5 . Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 3 bab yang terdiri dari : bab I pendahuluan, terdiri dari latar
belakang,tujuan penulisan, sistematika penulisan dan metode dalam penulisan makalah, bab
II tinjauan materi yang terdiri dari, Pengertian andrologi dasar, ruang lingkup andrologi,
spermatozoa, proses pembentukan spermatozoa,struktur Sel Sperma ,pengertian
spermatogenesis,hormon-hormon yang mempengaruhi spermatogenesis, kelainan pada Sel
Sperma atau spermatozoa serta masalah-masalah yang menyangkut dengan andrologi dasar
bab III penutup terdiri dari kesimpulan dan saran yang disertai dengan daftar pustaka.

1.6 Metode Penulisan


Data penulisan makalah ini diperoleh dengan metode studi kepustakaan. Metode studi
kepustakaanya itu suatu metode dengan mengumpulkan, membaca dan merangkum beberapa
sumber data dari internet dan buku, serta diskusi kelompok.

Page | 3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Andrologi Dasar

Andrologi (dari bahasa Yunani andros yang berarti laki-laki dan logia )
adalah spesialisasi medis yang berhubungan dengan kesehatan pria, secara khusus kepada
masalah-masalah yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan sistem urin pria.
Andrologi merupakan lawan dari ginekologi yang menangani masalah kesehatan wanita.
Andrologi dipelajari sejak akhir 1960-an. Jurnal yang membahas andrologi pertama kali
adalah jurnal berbahasa Jerman Andrologie (sekarang Andrologia), yang dipublikasikan
sejak 1969. Andrologi sebagai cabang ilmu dalam bidang Kedokteran, belum banyak
diketahui orang tentang apa saja yang termasuk dalam keilmuan ini, baik bagi kalangan
sejawat dokter, apalagi bagi kalangan awam. Andrologi dikenal sebagai ilmu yang
menangani permasalahan pria karena berasal dari kata ”Andro” (salah satu hormon penting
bagi pria).
Andrologi adalah ilmu yang khusus mempelajari tentang struktur dan fungsi sistem
reproduksi pria. Penelitian andrologi termasuk penyakit alat vital pria, gangguan fungsi
seksual pria, penyakit kelamin serta penyakit yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi
pria.
Organ genitalia pria, tidak seperti pada wanita, terhubung dengan organ urinaria,
sehingga lazim disebut sebagai organ atau system genitourinaria. Meskipun jalur yang
ditempuh sel sperma tidak seluruhnya terhubung dengan jalur produksi urin, bahkan
sesungguhnya jalur ini hanya menyatu dibagian uretra.

Kasus-kasus yang di tangani Andrologi (WHO, 1997) dibagi dalam 5 kelompok


besar, yaitu: Infertilitas Pria, Disfungsi Ereksi, Hipogonadotropik – Hipogonadism, KB Pria
dan Male Aging. Pelayanan yang diberikan oleh Dokter spesialis Andrologi, meliputi: Klinis,
Laboratorium Andrologi, Teknologi Reproduksi Berbantu (TRB). Dengan demikian
Andrologi membutuhkan kemitraan dengan bidang-bidang ilmu lain yang sudah lebih dahulu
berkembang untuk hal tersebut, walaupun tidak fokus dan spesifik, antara lain Ilmu
Kebidanan dan Kandungan, Ilmu Kesehatan Anak, Ilmu Bedah Urologi, Ilmu Psikiatri,
Neorologi dll. Dari 5 materi pokok yang disebutkan diatas, dapat dikembangkan lagi pada
masing-masing materi seperti, mikropenis, hiper dan hipo gonadotrophin, ejakulasi dini,
disfungsi ereksi, hipoandrogen, hipospermatogenesis, imunologi sperma, antibodi antisperma,
andropause, dll. Kesemuanya itu adalah permasalahan pada pria yang wadahnya ada pada
Andrologi.

Page | 4
2.2 Ruang Lingkup Andrologi

Dalam mempelajari permasalahan kesehatan reproduksi pria, tentu saja perlu


dipahami organ dan mekanisme reproduksi dari laki-laki normal.
Ruang lingkup andrologi mencakupi beberapa hal yakni:

 Laki-laki pada usia balita dan anak-anak.

Perhatian orang tua terhadap anak laki-laki pada awal masa perkembangan organ
reproduksi sangat diperlukan. Kepedulian orang tua terhadap gangguan perkembangan organ
reproduksi dan seksual anaknya akan membantu dokter untuk mendiagnosis lebih dini setiap
kelainan dan tentu akan memberikan terapi dan solusi lebih tepat pula sebelum fungsi-fungsi
organ tersebut diperlukan. Masalah hipogonadisme saja atau disertai dengan masalah
mikropenis, merupakan kelainan yang dapat dipantau pada usia anak-anak dan dapat
mengantisipasi gangguan fungsi seksual dan reproduksi di kemudian hari. Perhatian terhadap
perkembangan gonad setiap anak laki-laki apakah sudah turun sempurna pada waktu yang
tepat dan apakah ukuran testis sesuai dengan umur, memerlukan konsultasi pada Dokter
spesialis Andrologi untuk mendianosis dan melakukan terapi. Seyogyanya setiap anak mulai
dari balita sampai usia dewasa muda mendapatkan pelayanan dan kontrol secara rutin
terhadap perkembangan gonad dan organ reproduksi oleh Dokter spesialis Andrologi. Jumlah
kelahiran anak laki-laki dari kelahiran pertahun di Indonesia sangat tinggi dibandingkan
dengan negara maju lain. Setiap anak laki-laki memerlukan pelayanan yang memadai
terhadap perkembangan organ seks dan reproduksinya, sedangkan jumlah Dokter spesialis
Andrologi saat ini masih sangat terbatas.

 Laki-laki pada usia Remaja dan Dewasa muda.

Laki-laki usia remaja atau setelah masuk usia pubertas merupakan usia anak yang mulai
perhatian terhadap diri sendiri dan sering membandingkan apa yang ada pada dirinya dengan
teman-teman sebayanya, alat kemaluannya, rambut alat kemaluannya, kumis, jenggot, bentuk
tubuh dan jalannya apakah seperti pria umumnya dan cukup untuk dikatakan jantan. Hal-hal
seperti ini akan menjadi pemikiran terus dan keraguan bagi si anak terhadap fungsinya
sebagai laki-laki di kemudian hari. Keadaan ini akan menjadi lebih mudah apabila remaja
tersebut lebih terbuka dan terus terang mengemukakan kekhawatirannya tersebut kepada
orang tuanya, sehingga orang tua akan cepat mencari solusi kepada Dokter spesialis
Andrologi. Setelah usia dewasa muda, anak laki-laki mulai mencari jalan untuk mengetahui,
apakah alat kejantannya termasuk katagori normal atau tidak. Apabila ada hal yang kurang
pada dirinya dan tidak sama dibandingkan temannya dari tanda-tanda dan sifat-sifat
kejantannya, ilmu pengetahuan kedokteran harus dapat menjelaskan dan memberi solusi yang
tepat. Sangat banyak pria remaja dan dewasa muda yang membutuhkan penjelasan yang tepat
tentang kekhawatiran akan dirinya dimasa depan. Dalam hal ini peran Dokter spesialis
Andrologi sangat dibutuhkan.

 Laki-laki pada masa Perkawinan dan Reproduksi

Pasangan suami istri yang baru menikah tentu mengharapkan pernikahannya dapat
dijalankan dengan penuh kebahagiaan dan menghasilkan keturunan sesuai dengan salah satu
tujuan pernikahan itu sendiri. Salah satu fungsi utama dan penting dalam pernikahan adalah
kemampuan melakukan hubungan seksual secara benar dan menyenangkan. Hal ini
merupakan kebutuhan setiap pasangan suami istri dalam menjalani masa pernikahannya.

Page | 5
Gangguan pada hubungan seksual, disebut disfungsi seksual yang dapat dibagi menjadi
penurunan libido, ejakulasi dini, gangguan ereksi, tidak ejakulasi, frekuensi melakukan
hubungan seksual sangat jarang dan lain-lain, adalah masalah yang harus dicari solusinya
melalui konsultasi dan pengobatan oleh Dokter spesialis Andrologi. Selama masa pernikahan,
salah satu harapan pasangan adalah mendapatkan keturunan. Diketahui bahwa 15% dari
pasangan suami istri mempunyai kesulitan untuk mendapatkan keturunan. Sebagai penyebab
dari pasangan infertilitas tersebut adalah 35% dari pihak pria, 40% dari pihak wanita dan
25% termasuk dalam ”unexplained Infertility”. Dalam hal ini suatu tuntutan terhadap Dokter
spesialis Andrologi untuk menjawab masalah tersebut, terutama masalah pada pria dan yang
termasuk ”unexplained infertility”. Secara umum dapat dikatakan bahwa pasangan suami istri
akan memerlukan keahlian Dokter spesialis Andrologi di dalam hidupnya, baik dalam masa
berproduksi maupun diluar masa berproduksi karena berada diruang lingkup Andrologi.

 Laki-laki pada Usia Tua

Setelah masa bereproduksi, kehidupan dan aktivitas sebagai suami istri harus
dipertahankan sebagaimana mestinya, hubungan seksual harus bisa dinikmati oleh pasangan,
fisik harus dapat dijaga dan dirawat supaya tetap sehat dan segar, penampilan harus tetap
berwibawa, makanan harus dijaga, proses menjadi tua diperlambat, kontrol kesehatan secara
rutin, waktu untuk keluarga harus lebih banyak, aktivitas seksual tak boleh berhenti selama
salah satu pasangan masih menginginkannya. Kesemuanya itu memerlukan Dokter spesialis
Andrologi sebagai solusi dari permasalahan masing-masing pasangan.

 Keluarga Berencana Pria

Selama ini pengaturan kehamilan, umumnya melalui pihak wanita (istri). Dengan
tingginya kesadaran akan pentingnya Keluarga Berencana bagi keluarga di Indonesia, pihak
pria (suami) perlu berpartisipasi dalam masalah ini. Sekarang ini sedang dikembangkan KB
hormonal dengan target adalah pihak pria (suami), dengan demikian KB dalam keluarga bisa
dilakukan secara bergantian antara suami dan istri. Setiap pasangan yang menjadi aseptor KB
selama ini, tentu ingin mendapatkan keterangan dan penjelasan yang memadai mengenai KB
pria. Disini peran Dokter spesialis Andrologi harus bisa sebagai solusi bagi masyarakat.

2.3 Organ Reproduksi Pria


Organ reproduksi pada pria terdiri dari :
1. Testis
Jumlah satu pasang (jamak = testes). Testis merupakan gonade jantan berbentuk oval
terletak dalam skrotum atau kantung pelir yang merupakan lipatan dinding tubuh. Suhu
dalam skrotum 2oC lebih rendah dari suhu dalam rongga perut. Testis mengandung lipatan
saluran-saluran tubulus seminiferus (saluran tempat pembentukan sperma) dan sel-sel Leydig
(sel penghasil hormone testosterone) yang tersebar diantara tubulus seminiferus. Dinding
tubulus seminiferus mengandung jaringan ikat dan jaringan epithelium germinal atau jaringan
epithelium benih yang berfungsi dalam pembentukan sperma (spermatogenesis).

2. Epididimis
Jumlah satu pasang. Merupakan saluran yang keluar dari testis, berkelok-kelok diluar
permukaan testis sepanjang kurang lebih 6m. Berperan sebagai tempat pematangan sperma.
Selama perjalanan ini sperma menjadi motil dan mendapatkan kemampuan untuk membuahi.

Page | 6
3. Vas deferens
Jumlah sepasang. Saluran lurus mengarah keatas merupakan kelanjutan epididimis dan
ujung salurannya berada dalam kelenjar prostat. Berperan sebagai saluran jalannya sperma
dari epididimis menuju vesikula seminalis (kantung semen/kantung mani).

4. Vesikula seminalis
Jumlah sepasang. Kantung ini juga merupakan kelenjar yang berlekuk-
lekuk. Dindingnya mensekresikan cairan kental berwarna kekuning-kuningan dan bersifat
basa (alkalis). Menyumbangkan sekitar 60% total volume semen. Cairan tersebut
mengandung mukus (lendir), gula fruktosa (penyedia energi untuk pergerakan sperma),
enzim, vitamin dan hormon prostagladin.

5. Kelenjar prostat
Jumlah satu buah. Terdapat di bawah kandung kemih. Mensekresikan getahnya secara
langsung ke dalam uretra berupa cairan encer berwarna putih seperti susu mengandung enzim
antikoagulan dan asam sitrat (nutrisi bagi sperma).

6. Kelenjar Cowper atau kelenjar Bulbouretra


Jumlah satu pasang. Terletak di bawah kelenjar Prostat. Melalui saluran mensekresikan
getahnya kedalam uretra berupa mukus (lendir) jernih bersifat basa yang dapat menetralisir
urin asam yang tertinggal di sepanjang uretra.

7. Penis
Jumlah satu buah. Penis tersusun tiga silinder jaringan erektil mirip spons berasal dari
vena dan kapiler yang mengalami modifikasi. Dua terletak di atas disebut korpus kavernosa,
satu buah terletak di bawah dan membungkus uretra disebut korpus spongiosum. Batang
utama penis dilapisi kulit yang relatif lebih tebal. Kepala penis (glands penis) ditutup oleh
lipatan kulit yang jauh lebih tipis dan disebut preputium (prepuce), kulit inilah yang
dihilangkan pada saat dikhitan. Bila terjadi suatu rangsangan jaringan erektil tersebut akan
terisi penuh oleh darah dan penis akan mengembang dan tegang disebut ereksi. Penis dapat
berfungsi sebagai alat kopulasi bila dalam keadaan ereksi.

2.4 Struktur Sel Sperma atau Spermatozoa


Sperma disebut juga spermatozoa adalah sel gamet dari laki-laki. Sel ini mempunyai
ukuran panjang keseluruhan 50-60 mikrometer,dimana terdiri tiga bagian yaitu bagian
kepala,bagian tengah (leher) dan ekor. Spermatozoa atau sperma dihasilkan oleh testis,
Sedangkan cairan seminal diproduksi oleh kelenjar tambahan disepanjang saluran reproduksi
pria. Ukuran spermatozoanya Yang normal sekitar 20 juta/ml.
Spermatozoa terletak berdekatan dengan memvran basalis tubulus
seminiferus.Sperma dewasa terdiri dari tiga bagian yaitu kepala, bagian tengah dan ekor.
Kepala sperma mengandung nukleus. Bagian ujung kepala ini mengandung akrosom yang
menghasilkan enzim yang berfungsi untuk menembus lapisan–lapisan sel telur pada waktu
fertilisasi. Bagian tengah sperma mengandung mitokondria yang menghasilkan ATP sebagai
sumber energi untuk pergerakan sperma. Ekor sperma berfungsi sebagai alat gerak .

Page | 7
Gambar struktur sel sperma

2.5 Proses Pembentukan Spermatozoa


Spermatogenesis adalah proses pembentukan sperma di dalam
tubulus seminiferus.Dinding tubulus seminiferus dilapisi oleh sel germinal
( Spermatogonium ).
Pembentukan sperma dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon yang dihasilkan
kelenjar hipofisis yaitu:

1. LH (Luteinizing Hormone)
Merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormon testosteron.
2. FSH (Folicle Stimulating Hormone)
Merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang
akan memacu spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis.
3. Hormon Gonadotropin
Dihasilkan oleh hipotalamus (dibagian dasar dari otak) yang merangsang kelenjar
hipofisis bagian depan (anterior) agar mengeluarkan hormone ICSH dan LH.
4. ICSH (intestitial cell stimulating hormon)
Berfungsi mempengaruhi dan merangsang perkembangan tubulus seminiferu dan
sel sertoli untuk menghasailkan ABP (Androgen binding protei–protein pengikat
androgen) yang memacu pembentukan sperma.
5. LH ( Luteinizing Hormone)
Berfungsi merangsang sel-sel interstisial (Sel Leyding) yang mengsekresikan
hormone testosterone (androgen).
6. Hormon Testosteron
Dihasilkan oleh testis yang berfungsi merangsang perkembangan organ seks primer
pada saat embrio belum lahir,mempengaruhi perkembangan alat reproduksi dan cirri
kelamin sekunder misalnya jambang, kumis,jakun,suara membesar, serta memelihara

Page | 8
ciri-ciri kelamin sekunder dan mendorong terjadinya spermatogenesis.

Spermatogenesis terjadi melalui beberapa tahapan yaitu:


a. Sperma primer
b. Sperma skunder
c. Spermatid.
d. Sperma

gambar proses pembentukan sperma

2.6 Kelainan pada Sel Sperma atau Spermatozoa

1. Kelainan Bentuk (Morfologi)


Sperma yang normal berbentuk seperti kecebong. Terdiri dari kepala, tubuh,
dan ekor. Kelainan seperti kepala kecil atau tak memiliki ekor akan mempengaruhi
pergerakan sperma.

2. Pergerakan Lemah
Untuk mencapai sel telur, sel sperma harus mampu melakukan perjalanan
panjang. Ini pun menjadi penentu terjadinya pembuahan. Jumlah sel sperma yang
cukup, jika tak dibarengi pergerakan yang normal, membuat sel sperma tak akan
mencapai sel telur. Sebaliknya, kendati jumlahnya sedikit namun pergerakannya
cepat, bisa mencapai sel telur.
Sperma dikatakan normal bila memiliki gerakan normal dengan kategori a lebih besar
atau sama dengan 25% atau kategori b lebih besar atau sama dengan 50%.
Spermatozoa yang normal satu sama lain terpisah dan bergerak sesuai arahnya
masing-masing.

3. Cairan Semen Terlalu Kental


Cairan semen yang terlalu kental mengakibatkan sel sperma sulit bergerak.
Pembuahan pun jadi sulit karena sel sperma tak berhasil mencapai sel telur. Pada

Page | 9
kasus normal, saat diejakulasikan, cairan semen dalam bentuk yang kental akan
mencair (liquifaksi) antara 15-60 menit.

4. Saluran Tersumbat
Saat ejakulasi, sperma keluar dari testis menuju penis melalui saluran yang sangat
halus. Jika saluran-saluran itu tersumbat, maka sperma tak bisa keluar. Umumnya hal
ini disebabkan trauma pada benturan. Bisa juga karena kurang menjaga kebersihan
alat kelamin sehingga menyuburkan kehidupan virus.

5. Kerusakan Testis
Testis dapat rusak karena virus dan berbagai infeksi, seperti gondongan, gonorrhea,
sifilis, dan sebagainya. Testis merupakan pabrik sperma.Testis ini sangat sensitif.
Mudah sekali dipengaruhi oleh faktor-faktor luar. Jika testis terganggu, produksi
sperma bisa terganggu. Pria tetap mengeluarkan sperma, hanya saja tanpa sel sperma
(azoospermia).

2.7 Masalah yang Menyangkut Andrologi


Masalah andrologi dapat berupa masalah pada sperma, masalah pada seman, dan
masalah pada organ kelamin.
Masalah pada kualitas dan kuantitas sperma pada umumnya disebabkan oleh penyakit yang
bersifat sistematik, seperti Diabetes Melitus, penyakit infeksi, gangguan fungsi hati dan
ginjal.
Masalah yang ditemukan pada organ kelamin jauh lebih kompleks, karena dapat berupa
kelainan anatomi pada organ itu sendiri, baik yang diderita sejak lahir maupun akibat adanya
penyakit infeksi atau kelainan tertentu bahkan kanker pada organ kelamin tersebut, maupun
gangguan fungsional akibat ketidakseimbangan hormonal ataupun penyakit lain. Pada
akhirnya gangguan pada organ kelamin ini akan menimbulkan masalah seksualitas yang sama
yaitu berupa Imotensi (Disfungsi Ereksi), gangguan ejakulasi, dan infertilitas.

1. Infertilitas Pria
Definisi infertilitas menurut WHO adalah tidak terjadinya kehamilan pada pasangan
yang telah berhubungan intim tanpa menggunakan kontrasepsi secara teratur minimal 1-2
tahun. Menurut data demografis dunia, 12,5 % pasangan usia subur mengalami kesulitan
mendapatkan anak. Infertilitas terutama lebih banyak terjadi di kota-kota besar karena gaya
hidup yang penuh stres, emosional dan kerja keras serta pola makan yang tidak seimbang.
Infertilitas dapat terjadi dari sisi pria, wanita, kedua-duanya, maupun pasangan. Disebut
infertilitas pasangan bila terjadi penolakan sperma suami oleh istri sehingga sperma tidak
dapat bertemu dengan sel telur. Hal ini biasanya disebabkan oleh ketidaksesuaian
antigen/antibodi pasangan tersebut.

Dari sisi pria, penyebab infertilitas yang paling umum terjadi adalah:
a. Bentuk dan gerakan sperma yang tidak sempurna
Sperma harus berbentuk sempurna serta dapat bergerak cepat dan akurat menuju ke telur
agar dapat terjadi pembuahan. Bila bentuk dan struktur (morfologi) sperma tidak normal atau
gerakannya (motilitas) tidak sempurna sperma tidak dapat mencapai atau menembus sel telur.

Page | 10
b. Konsentrasi sperma rendah
Konsentrasi sperma yang normal adalah 20 juta sperma/ml semen atau lebih. Bila 10
juta/ml atau kurang maka menujukkan konsentrasi yang rendah (kurang subur). Hitungan 40
juta sperma/ml atau lebih berarti sangat subur. Jarang sekali ada pria yang sama sekali tidak
memproduksi sperma. Kurangnya konsentrasi sperma ini dapat disebabkan oleh testis yang
kepanasan (misalnya karena selalu memakai celana ketat), terlalu sering berejakulasi
(hiperseks), merokok, alkohol dan kelelahan.

c. Tidak ada semen


Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju vagina. Bila tidak ada
semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan
penyakit atau kecelakaan yang memengaruhi tulang belakang.

d. Varikosel (varicocele)
Varikosel adalah varises atau pelebaran pembuluh darah vena yang berhubungan dengan
testis. Sebagaimana diketahui, testis adalah tempat produksi dan penyimpanan sperma.
Varises yang disebabkan kerusakan pada sistem katup pembuluh darah tersebut membuat
pembuluh darah melebar dan mengumpulkan darah. Akibatnya, fungsi testis memproduksi
dan menyalurkan sperma terganggu.

e. Testis tidak turun


Testis gagal turun adalah kelainan bawaan sejak lahir, terjadi saat salah satu atau kedua
buah pelir tetap berada di perut dan tidak turun ke kantong skrotum. Karena suhu yang lebih
tinggi dibandingkan suhu pada skrotum, produksi sperma mungkin terganggu.

f. Kekurangan hormon testosteron


Kekurangan hormon ini dapat memengaruhi kemampuan testis dalam memproduksi
sperma.

g. Kelainan genetik
Dalam kelainan genetik yang disebut sindroma Klinefelter, seorang pria memiliki dua
kromosom X dan satu kromosom Y, bukannya satu X dan satu Y. Hal ini menyebabkan
pertumbuhan abnormal pada testis sehingga sedikit atau sama sekali tidak memproduksi
sperma. Dalam penyakit Cystic fibrosis, beberapa pria penderitanya tidak dapat
mengeluarkan sperma dari testis mereka, meskipun sperma tersedia dalam jumlah yang
cukup. Hal ini karena mereka tidak memiliki vas deferens, saluran yang menghubungkan
testis dengan saluran ejakulasi.

h. Infeksi
Infeksi dapat memengaruhi motilitas sperma untuk sementara. Penyakit menular seksual
seperti klamidia dan gonore sering menyebabkan infertilitas karena menyebabkan skar yang
memblokir jalannya sperma.

i. Masalah seksual
Masalah seksual dapat menyebabkan infertilitas, misalnya disfungsi ereksi, ejakulasi
prematur, sakit saat berhubungan (disparunia). Demikian juga dengan penggunaan minyak
atau pelumas tertentu yang bersifat toksik terhadap sperma.

j. Ejakulasi balik

Page | 11
Hal ini terjadi ketika semen yang dikeluarkan justru berbalik masuk ke kantung kemih,
bukannya keluar melalui penis saat terjadi ejakulasi. Ada beberapa kondisi yang dapat
menyebabkannya, di antaranya adalah diabetes, pembedahan di kemih, prostat atau uretra,
dan pengaruh obat-obatan tertentu.

k. Sumbatan di epididimis/saluran ejakulasi


Beberapa pria terlahir dengan sumbatan di daerah testis yang berisi sperma (epididimis)
atau saluran ejakulasi. Beberapa pria tidak memiliki pembuluh yang membawa sperma dari
testis ke lubang penis.

l. Lubang kencing yang salah tempat (hipoepispadia)


Kelainan bawaan ini terjadi saat lubang kencing berada di bagian bawah penis. Bila tidak
dioperasi maka sperma dapat kesulitan mencapai serviks.

m. Antibodi pembunuh sperma


Antibodi yang membunuh atau melemahkan sperma biasanya terjadi setelah pria
menjalani vasektomi. Keberadaan antibodi ini menyulitkannya mendapatkan anak kembali
saat vasektomi dicabut.

n. Pencemaran lingkungan
Paparan polusi lingkungan dapat mengurangi jumlah sperma dengan efek langsung pada
fungsi testis dan sistem hormon. Beberapa bahan kimia yang mempengaruhi produksi sperma
antara lain: radikal bebas, pestisida (DDT, aldrin, dieldrin, PCPs, dioxin, furan, dll), bahan
kimia plastik, hidrokarbon (etilbenzena, benzena, toluena, dan xilena), dan logam berat
seperti timbal, kadmium atau arsenik.

o. Kanker Testis
Kanker testis berpengaruh langsung terhadap kemampuan testis memproduksi dan
menyimpan sperma. Penyakit ini paling sering terjadi pada pria usia 18 – 32 tahun.

2. Disfungsi Ereksi
Disfungsi ereksi atau impotensi (Bahasa Inggris: erectile dysfunction) adalah
ketidakmampuan untuk memulai ereksi atau mempertahankan ereksi.
Impotensi biasanya merupakan akibat dari :
 Kelainan pembuluh darah
 Kelainan persyarafan
 Obat-obatan
 Kelainan pada penis
 Masalah psikis yang memengaruhi gairah seksual.
Penyebab yang bersifat fisik lebih banyak ditemukan pada pria lanjut usia, sedangkan
masalah psikis lebih sering terjadi pada pria yang lebih muda. Semakin bertambah umur
seorang pria, maka impotensi semakin sering terjadi, meskipun impotensi bukan merupakan
bagian dari proses penuaan tetapi merupakan akibat dari penyakit yang sering ditemukan
pada usia lanjut. Sekitar 50% pria berusia 65 tahun dan 75% pria berusia 80 tahun mengalami
impotensi. Agar bisa tegak, penis memerlukan aliran darah yang cukup. Karena itu penyakit
pembuluh darah (misalnya aterosklerosis) bisa menyebabkan impotensi. Impotensi juga bisa
terjadi akibat adanya bekuan darah atau akibat pembedahan pembuluh darah yang
menyebabkan terganggunya aliran darah arteri ke penis.
Kerusakan saraf yang menuju dan meninggalkan penis juga bisa menyebabkan
impotensi. Kerusakan saraf ini bisa terjadi akibat:

Page | 12
 Cedera Diabetes melitus
 Sklerosis multiple
 Stroke
 Obat-obatan
 Alkohol
 Penyakit tulang belakang bagian bawah
 Pembedahan rektum atau prostat.
Sekitar 25% kasus impotensi disebabkan oleh obat-obatan (terutama pada pria usia lanjut
yang banyak mengonsumsi obat-obatan).
Obat-obat yang bisa menyebabkan impotensi adalah:
 Anti-hipertensi
 Anti-psikosa
 Anti-depresi
 Obat penenang
 Simetidin
 Litium
Kadang impotensi terjadi akibat rendahnya kadar hormon testosteron. Tetapi penurunan
kadar hormon pria (yang cenderung terjadi akibat proses penuaan), biasanya lebih sering
menyebabkan penurunan gairah seksual (libido).
Beberapa faktor psikis yang bisa menyebabkan impotensi:
 Depresi
 Kecemasan
 Perasaan bersalah
 Perasaan takut akan keintiman
 Kebimbangan tentang jenis kelamin

3. Andropause
Andropause adalah kondisi mental, fisik dan seksualitas pria yang berhubungan
dengan tingkat testosteron yang rendah. Semakin rendah tingkat testosteron diyakini
meningkatkan gejala adropause. Gejala andropause pada pria terjadi secara rutin. Hal ini
terjadi ketika ada perubahan dalam tubuh yang mempengaruhi kualitas hidup. Selain itu,
tidak bisa disamakan antara efek dari terapi penggantian hormon wanita saat menopause
dengan efek penggantian testosteron pada pria. Andropause pada pria sangat jelas berarti
bahwa sel-sel kelenjar kelamin sudah tidak lagi diproduksi. Pada kondisi penuaan adalah,
penurunan tingkat testosteron atau bisa juga terjadi ejakulasi dini, tapi tidak nol. Selain itu,
penurunan produksi testosteron dengan usia tidak sama di semua orang, karena tidak semua
orang mengalami penurunan produksi testosteron. Keadaan masing-masing orang berbeda,
dengan gejala yang berbeda juga.

4. Hipogonadisme
Para ahli menyebutnya dengan istilah SLOH atau gejala hipogonadisme, yang berarti
bahwa gejala defisiensi sistem reproduksi yang mengakibatkan penurunan fungsi seks atau
sel gonad (rahim atau testis). Setiap orang tahu bahwa kita sedang mengalami penurunan
sesuai dengan usia kita masing2. Sekitar 50% dari orang mengalami gejala ini pada usia 55
tahun. Namun, hipogonadisme pada pria sering tidak dilaporkan dan didiagnosa lebih lanjut.
Yang pertama, yang dapat dilakukan oleh orang-orang yang mulai bermasalah dengan
stamina adalah dengan mengenali gejala SLOH. Jadi, dengan memeriksa kadar testosteron

Page | 13
bisa untuk mendapatkan diagnosis yang definitif. Pengobatan apapun dapat dioptimalkan
sesuai dengan kebutuhan.

5. Kontrasepsi Pria
Yang dalam hal ini adalah vasektomi yang merupakan salah satu peran dari
spesialis andrologi. Vasektomi adalah prosedur bedah minor dimana deferentia vasa manusia
terputus, dan kemudian diikat / ditutup dengan cara seperti itu untuk mencegah sperma dari
memasuki aliran mani (ejakulasi).

Page | 14
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Dari Andrologi (dari bahasa
Yunani andros yang berari laki-laki dan logia ) adalah spesialisasi medis yang berhubungan
dengan kesehatan pria, secara khusus kepada masalah-masalah yang berhubungan
dengan sistem reproduksi dan sistem urin pria.
Andrologi merupakan ilmu yang khusus mempelajari tentang struktur dan fungsi system
reproduksi pria.Spermatozoa adalah sel gamet dari laki-laki.Untuk para pria jagalah organ
reproduksimu agar sperma yang terdapat dalam organ reproduksimu tidak terkontaminasi
bakteri atau virus yang dapat mengganggu fungsi sel sperma yang terdapat dalam organ
reproduksimu.

Ruang lingkup andrologi :


 Laki-laki pada usia balita dan anak-anak
 Laki-laki pada usia Remaja dan Dewasa muda
 Laki-laki pada masa Perkawinan dan Reproduksi
 Laki-laki pada Usia Tuan
 Keluarga Berencana Pria.

Adapun organ yang berperan dalam reproduksi pria yaitu diantaranya


1. Testis
2. Epididimis
3. Vas deferns
4. Vesikula seminalis
5. Kelenjar prostat
6. Kelenjar Cowper atau kelenjar Bulbouretra
7. Penis
Tak luput juga masalah yang menyangkut Adrologi yaitu :
1. Infertilitas Pria
2. Disfungsi Ereksi
3. Andropause
4. Hipogonadisme
5. Kontrasepsi Pria

Saran
Selalu menjaga organ reproduksi khususnya untuk pria agar sperma yang terdapat dalam
organ reproduksi, tidak terkontaminasi oleh bakteri dan virus yang dapat menggangu fungsi
sel sperma yang terdapat dalam organ reproduksi.

Page | 15
DAFTAR PUSTAKA

Jaya Antara,Ngurah.2011.Konsep Biofisika Andrologi Dasar.


http://ngurahjayaantara.blogspot.co.id/2013/12/konsep-biofisika-andrologi-dasar.html.
Diakses pada tanggal 15 September 2015

Blogdetik.2014.Masalah apa Saja yang Menyangkut Adrologi.


http://andrologi.blogdetik.com/2014/03/16/masalah-apa-saja-yang-menyangkut-anrologi/.
Diakses pada tanggal 15 September 2015

Page | 16

Anda mungkin juga menyukai