Anda di halaman 1dari 17

FAKULTAS KEDOKTERAN REFERAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN APRIL 2017

KEJADIAN LUAR BIASA

disusun oleh :

SITI ARIFAH
C11112050

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN


KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN
KEDOKTERAN KELUARGA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 2
2.1 Definisi KLB .............................................................................................. 2
2.2 Kriteria KLB........ ........................................................................................ 2
2.3 Karakteristik Penyakit Yang Berpotensi KLB …………………………... 3
2.4 Klasifikasi KLB .......................................................................................... 4
2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya KLB .......................................... 5
2.6 Langkah-Langkah Penyelidikan KLB ....................................................... 6
BAB 3 PENUTUP .................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di
Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu penyakit. Indonesia
merupakan negara yang masih memiliki angka KLB penyakit menular dan keracunan
yang cukup tinggi. Peristiwa bertambahnya penderita atau kematian yang disebabkan
oleh suatu penyakit di wilayah tertentu, kadang-kadang dapat merupakan kejadian
yang mengejutkan dan membuat panik masyarakat di wilayah itu. Secara umum
kejadian ini kita sebut sebagai KLB, sedangkan yang dimaksud dengan penyakit
adalah semua penyakit menular yang dapat menimbulkan KLB, penyakit yang
disebabkan oleh keracunan makanan dan keracunan lainnya. Penderita atau yang
beresiko penyakit dapat menimbulkan KLB dapat diketahui jika dilakukan
pengamatan yang merupakan semua kegiatan yang dilakukan secara teratur, teliti dan
terus-menerus, meliputi pengumpulan, pengolahan, analisa/interpretasi, penyajian
data dan pelaporan. Apabila hasil pengamatan menunjukkan adanya tersangka KLB,
maka perlu dilakukan penyelidikan epidemiologis yaitu semua kegiatan yang
dilakukan untuk mengenal sifat-sifat penyebab dan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya dan penyebarluasan KLB tersebut di samping tindakan
penanggulangan seperlunya. Hasil penyelidikan epidemiologis mengarahkan langkah-
langkah yang harus dilakukan dalam upaya penanggulangan KLB. Upaya
penanggulangan ini meliputi pencegahan penyebaran KLB, termasuk pengawasan
usaha pencegahan tersebut dan pemberantasan penyakitnya. Upaya penanggulangan
KLB yang direncanakan dengan cermat dan dilaksanakan oleh semua pihak yang
terkait secara terkoordinasi dapat menghentikan atau membatasi penyebarluasan KLB
sehingga tidak berkembang menjadi suatu wabah (Efendy Ferry, 2009).

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1501/MENKES/PER/X/2010, Kejadian Luar Biasa adalah timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara
epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu dan merupakan
keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.
Selain itu, Mentri Kesehatan RI (2010) membatasi pengertian wabah sebagai
berikut: “Kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang
jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang
lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka”.
Istilah wabah dan KLB memiliki persamaan, yaitu peningkatan kasus yang
melebihi situasi yang lazim atau normal, namun wabah memiliki konotasi
keadaan yang sudah kritis, gawat atau berbahaya, melibatkan populasi yang
banyak pada wilayah yang lebih luas.

2.2 Kriteria
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1501/MENKES/PER/X/2010, suatu derah dapat ditetapkan dalam keadaan
KLB apabila memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut:
1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau
tidak dikenal pada suatu daerah.
2. Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu
dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis
penyakitnya.
4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah per
bulan dalam tahun sebelumnya.

2
5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata
jumlah kejadian kesakitan perbulan pada tahun sebelumnya.
6. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu)
kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau
lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
7. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu
periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.

2.3 Karakteristik Penyakit yang Berpotensi KLB


1. Penyakit yang terindikasi mengalami peningkatan kasus secara cepat.
2. Merupakan penyakit menular dan termasuk juga kejadian keracunan.
3. Mempunyai masa inkubasi yang cepat.
4. Terjadi di daerah dengan padat hunian.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1501/MENKES/PER/X/2010, penyakit menular tertentu yang menimbulkan
wabah adalah:
1. Kholera 10. Avian Influenza H5N1
2. Pes 11. Antraks
3. Demam berdarah 12. Leptospirosis
4. Campak 13. Hepatitis
5. Polio 14. Influenza H1N1
6. Difteri 15. Meningitis
7. Pertusis 16. Yellow Fever
8. Rabies 17. Chikungunya
9. Malaria

Penyakit-penyakit berpotensi Wabah/KLB:


1. Penyakit karantina/penyakit wabah penting: kholera, pes, yellow fever.
2. Penyakit potensi wabah/KLB yang menjalar dalam waktu cepat/
mempunyai memerlukan tindakan segera: DHF, campak, rabies, tetanus
neonatorum, diare, pertusis, poliomyelitis.
3
3. Penyakit potensial wabah/KLB lainnya dan beberapa penyakit penting:
malaria, frambosia, influenza, anthrax, hepatitis, typhus
abdominalis, meningitis, keracunan, encephalitis, tetanus.
4. Penyakit-penyakit menular yang tidak berpotensi wabah dan atau KLB,
tetapi masuk program: kecacingan, kusta, tuberkulosa, syphilis, gonorrhoe,
filariasis, dan lain-lain.

2.4 Klasifikasi KLB


Menurut Bustan (2002), Klasifikasi Kejadian Luar Biasa dibagi berdasarkan
penyebab dan sumbernya, yakni sebagai berikut:
1. Berdasarkan Penyebab
a. Toksin
1. Enterotoksin, misal yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus,
Vibrio, Kholera, Eschorichia, Shigella
2. Eksotoksin (bakteri), misal yang dihasilkan oleh Clostridium
botulinum, Clostridium perfringens
3. Endotoksin
b. Infeksi
1. Virus 3. Protozoa
2. Bakteri 4. Cacing
c. Toksin Biologis
1. Racun jamur 4. Racun ikan
2. Alfatoxin 5. Racun tumbuh-
3. Plankton tumbuhan
d. Toksin Kimia
1. Zat kimia organik: logam berat (seperti air raksa, timah), logam-
logam lain cyanida, nitrit, pestisida.
2. Gas-gas beracun: CO, CO2, HCN, dan sebagainya.
2. Berdasarkan sumber
a. Sumber dari manusia
Misalnya: jalan napas, tangan, tinja, air seni, muntahan seperti:
Salmonella, Shigella, hepatitis.

4
b. Bersumber dari kegiatan manusia
Misalnya: toxin dari pembuatan tempe bongkrek, penyemprotan
pencemaran lingkungan.
c. Bersumber dari binatang
Misalnya: binatang peliharaan, rabies dan binatang mengerat.
d. Bersumber pada serangga (lalat, kecoak)
Misalnya: Salmonella, Staphylococcus, Streptococcus
e. Bersumber dari udara
Misalnya: Staphylococcus, Streptococcus virus
f. Bersumber dari permukaan benda-benda atau alat-alat
Misalnya: Salmonella
g. Bersumber dari makanan dan minuman
Misalnya: keracunan singkong, jamur, makanan dalam kaleng.

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya KLB


Menurut Notoatmojo (2003), faktor yang mempengaruhi timbulnya Kejadian
Luar Biasa adalah:
1. Herd Immunity yang rendah
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya KLB/ wabah
adalah herd immunity. Secara umum dapat dikatakan bahwa herd
immunity ialah kekebalan yang dimiliki oleh sebagian penduduk yang dapat
menghalangi penyebaran. Hal ini dapat disamakan dengan tingkat kekebalan
individu. Makin tinggi tingkat kekebalan seseorang, makin sulit terkena
penyakit tersebut.
2. Patogenesitas
Patogenesitas merupakan kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan
reaksi pada pejamu sehingga timbul sakit.
3. Lingkungan Yang Buruk
Seluruh kondisi yang terdapat di sekitar organism, tetapi mempengaruhi
kehidupan ataupun perkembangan organisme tersebut.

5
2.6 Langkah-Langkah Penyelidikan KLB
Penyelidikan KLB mempunyai tujuan utama yaitu mencegah meluasnya
(penanggulangan) dan terulangnya KLB di masa yang akan datang (pengendalian).
Langkah-langkah yang harus dilalui pada penyelidikan KLB, sebagai berikut:
1. Mempersiapkan penelitian lapangan
2. Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB
3. Memastikan diagnosa etiologis
4. Mengidentifikasikan dan menghitung kasus atau paparan
5. Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu, dan tempat
6. Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera (jika diperlukan)
7. Mengidentifikasi sumber penularan dan keadaan penyebab KLB
8. Merencanakan penelitian lain yang sistematis
9. Menetapkan saran cara pengendalian dan penanggulangan
10. Melaporkan hasil penyelidikan kepada instansi kesehatan setempat dan
kepada sistim pelayanan kesehatan yang lebih tinggi (Maulani, 2010).
Pada pelaksanaan penyelidikan KLB, langkah-langkah tersebut tidak harus
dikerjakan secara berurutan, kadang-kadang beberapa langkah dapat dikerjakan
secara serentak.
2.6.1. Persiapan Penelitian Lapangan
Persiapan lapangan sebaiknya dikerjakan secepat mungkin, dalam 24
jam pertama sesudah adanya informasi. Kelsey., (1986), Greg (1985) dan
Bres (1986) dalam Maulani (2010) mengatakan bahwa persiapan penelitian
lapangan meliputi:
a. Pemantapan (konfirmasi) informasi.
b. Pembuatan rencana kerja
c. Pertemuan dengan pejabat setempat.
2.6.2. Pemastian Diagnosis Penyakit
Cara diagnosis penyakit pada KLB dapat dilakukan dengan
mencocokan gejala/tanda penyakit yang terjadi pada individu, kemudian
disusun distribusi frekuensi gejala klinisnya.

6
2.6.3. Penetapan KLB
Penetapan KLB dilakukan dengan membandingkan insidensi penyakit
yang tengah berjalan dengan insidensi penyakit dalam keadaan biasa
(endemik) pada populasi yang dianggap berisiko, pada tempat dan waktu
tertentu. Adanya KLB juga ditetapkan apabila memenuhi salah satu dari
kriteria KLB. Pada penyakit yang endemis, maka cara menentukan KLB
bisa menyusun dengan grafik pola maksimum-minimum 5 tahunan atau 3
tahunan.
2.6.4. Identifikasi kasus atau paparan
Identifikasi kasus penting dilakukan untuk membuat perhitungan kasus
dengan teliti. Hasil perhitungan kasus ini digunakan selanjutnya untuk
mendeskripsikan KLB. Dasar yang dipakai pada identifikasi kasus adalah
hasil pemastian diagnosis penyakit.
Identifikasi paparan perlu dilakukan sebagai arahan untuk indentifikasi
sumber penularan. Pada tahap ini cara penentuan paparan dapat dilakukan
dengan mempelajari teori cara penularan penyakit tersebut. Ini penting
dilakukan terutama pada penyakit yang cara penularannya tidak jelas
(bervariasi). Pada KLB keracunan makanan identifikasi paparan ini secara
awal perlu dilakukan untuk penanggulangan sementara dengan segera
(CDC, 1979 dalam Maulani, 2010).
2.6.5. Deskripsi KLB
a. Deskripsi Kasus Berdasarkan Waktu.
Penggambaran kasus berdasarkan waktu pada periode wabah (lamanya
KLB berlangsung) digambarkan dalam suatu kurva epidemik. Kurva
epidemik adalah suatu grafik yang menggambarkan frekuensi kasus
berdasarkan saat mulai sakit (onset of illness) selama periode wabah.
Penggunaan kurva epidemik untuk menentukan cara penularan
penyakit. Salah satu cara untuk menentukan cara penularan penyakit
pada suatu KLB yaitu dengan melihat tipe kurva epidemik, sebagai
berikut:
1. Kurva epidemik dengan tipe point common source (penularan
berasal dari satu sumber). Tipe kurva ini terjadi pada KLB dengan
kasus-kasus yang terpapar dalam waktu yang sama dan singkat.

7
Biasanya ditemui pada penyakit-penyakit yang ditularkan melalui
air dan makanan (misalnya: kolera, typoid).
2. Kurva epidemik dengan tipe propagated. Tipe kurva ini terjadi pada
KLB dengan cara penularan kontak dari orang ke orang. Terlihat
adanya beberapa puncak. Jarak antara puncak sistematis, kurang
lebih sebesar masa inkubasi rata rata penyakit tersebut.
3. Tipe kurva epidemik campuran antara common
source danpropagated. Tipe kurva ini terjadi pda KLB yang pada
awalnya kasus-kasus memperoleh paparan suatu sumber secara
bersama, kemudian terjadi karena penyebaran dari orang ke orang
(kasus sekunder).
b. Deskripsi kasus berdasarkan tempat
Tujuan menyusun distribusi kasus berdasarkan tempat adalah untuk
mendapatkan petunjuk populasi yang rentan kaitannya dengan tempat
(tempat tinggal, tempat pekerjaan). Hasil analisis ini dapat digunakan
untuk mengidentifikasi sumber penularan. Agar tujuan tercapai, maka
kasus dapat dikelompokan menurut daerah variabel geografi (tempat
tinggal, blok sensus), tempat pekerjaan, tempat (lingkungan)
pembuangan limbah, tempat rekreasi, sekolah, kesamaan hubungan
(kesamaan distribusi air, makanan), kemungkinan kontak dari orang ke
orang atau melalui vektor (CDC, 1979; Friedman, 1980 dalam Maulani,
2010).
c. Deskripsi kasus berdasarkan orang
Teknik ini digunakan untuk membantu merumuskan hipotesis sumber
penularan atau etiologi penyakit. Orang dideskripsikan menurut
variabel umur, jenis kelamin, ras, status kekebalan, status perkawinan,
tingkah laku, atau kebudayaan setempat. Pada tahap dini kadang
hubungan kasus dengan variabel orang ini tampak jelas. Keadaan ini
memungkinkan memusatkan perhatian pada satu atau beberapa variabel
di atas. Analisis kasus berdasarkan umur harus selalu dikerjakan, karena
dari age spscific rate dengan frekuensi dan beratnya penyakit. Analisis
ini akan berguna untuk membantu pengujian hipotesis mengenai
penyebab penyakit atau sebagai kunci yang digunakan untuk

8
menentukan sumber penyakit (MacMahon and Pugh, 1970; Mausner
and Kramer, 1985; Kelsey et al., 1986 dalam Maulani, 2010).
2.6.6. Penanggulangan Sementara
Kadang-kadang cara penanggulangan sementara sudah dapat dilakukan
atau diperlukan, sebelum semua tahap penyelidikan dilampaui. Cara
penanggulangan ini dapat lebih spesifik atau berubah sesudah semua
langkah penyelidikan KLB dilaksanakan.
Menurut Goodman et al. (1990) dalam Maulani (2010), kecepatan
keputusan cara penanggulangan sangat tergantung dari diketahuinya
etiologi penyakit, sumber dan cara penularannya, sebagai berikut:
a. Jika etiologi telah diketahui, sumber dan cara penularannya dapat
dipastikan maka penanggulangan dapat dilakukan tanpa penyelidikan
yang luas.
Sebagai contoh adanya kasus Hepatitis A di rumah sakit, segera dapat
dilakukan penanggulangannya yaitu memberikan imunisasi pada
penderita yang diduga kontak, sehingga penyelidikan hanya dilakukan
untuk mencari orang yang kontak dengan penderita (MMWR, 1985
dalam Maulani, 2010).
b. Jika etiologi diketahui tetapi sumber dan cara penularan belum dapat
dipastikan, maka belum dapat dilakukan penanggulangan. Masih
diperlukan penyelidikan yang lebih luas untuk mencari sumber dan cara
penularannya.
Sebagai contoh: KLB Salmonella Muenchen tahun 1971. Pada
penyelidikan telah diketahui etiologinya (Salmonella). Walaupun
demikian cara penanggulangan tidap segera ditetapkan sebelum hasil
penyelidikan mengenai sumber dan cara penularan ditemukan. Cara
penanggulangan baru dapat ditetapkan sesudah diketahui sumber
penularan dengan suatu penelitian kasus pembanding (Taylor et al.,
1982 dalam Maulani, 2010).
c. Jika etiologi belum diketahui tetapi sumber dan cara penularan sudah
diketahui maka penanggulangan segera dapat dilakukan, walaupun
masih memerlukan penyelidikan yang luas tentang etiologinya.
Sebagai contoh: suatu KLB Organophosphate pada tahun 1986.
Diketahui bahwa sumber penularan adalah roti, sehingga cara
9
penanggulangan segera dapat dilakukan dengan mengamankan roti
tersebut. Penyelidikan KLB masih diperlukan untuk mengetahui
etiologinya yaitu dengan pemeriksaan laboratorium, yang ditemukan
parathion sebagai penyebabnya (Etzel et al., 1987 dalam Maulani,
2010).
d. Jika etiologi dan sumber atau cara penularan belum diketahui, maka
penanggulangan tidak dapat dilakukan. Dalam keadaan ini cara
penanggulangan baru dapat dilakukan sesudah penyelidikan.
Sebagai contoh: Pada KLB Legionare pada tahun 1976, cara
penanggulangan baru dapat dikerjakan sesudah suatu penyelidikan yang
luas mengenai etiologi dan cara penularan penyakit tersebut (Frase et
al., 1977 dalam Maulani, 2010).
2.6.7. Identifikasi Sumber Penularan dan Keadaan Penyebab KLB
a. Identifikasi sumber penularan
Untuk mengetahui sumber dan cara penularan dilakukan dengan
membuktikan adanya agent pada sumber penularan.
b. Identifikasi keadaan penyebab KLB
Secara umum keadaan penyebab KLB adalah adanya perubahan
keseimbangan dari agent, penjamu, dan lingkungan.
2.6.8. Perencanaan Penelitian Lain yang Sistematis
Goodman et al (1990) dalam Maulani, 2010 mengatakan bahwa KLB
merupakan kejadian yang alami (natural), oleh karenanya selain untuk
mencapai tujuan utamanya penyelidikan epidemiologi KLB merupakan
kesempatan baik untuk melakukan penelitian.
Mengingat hal ini sebaiknya pada penyelidikan epidemiologi KLB
selalu dilakukan:
a. Pengkajian terhadap sistem surveilans yang ada, untuk mengetahui
kemampuannya yang ada sebagai alat deteksi dini adanya KLB,
kecepatan informasi dan pemenuhan kewajiban pelaksanaan sistem
surveilans.
b. Penelitian faktor risiko kejadian penyakit KLB yang sedang
berlangsung.
c. Evaluasi terhadap program kesehatan.

10
2.6.9. Penyusunan Rekomendasi
a. Program Pengendalian
Program pengendalian dilakukan oleh institusi kesehatan dalam upaya
menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit
menular dan penyakit tidak menular.
Tahapan – tahapan program, yaitu:
1. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan dilakukan analisis situasi masalah,
penetapan masalah prioritas, inventarisasi alternatif pemecahan
masalah, penyusunan dokumen perencanaan. Dokumen perencaan
harus detail terhadap target/tujuan yang ingin dicapai, uraian
kegiatan dimana, kapan, satuan setiap kegiatan, volume, rincian
kebutuhan biaya, adanya petugas penanggungjawab setiap kegiatan,
metode pengukuran keberhasilan.
2. Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan dilakukan implemantasi dokumen
perencanaan, menggerakan dan mengkoordinasikn seluruh
komponen dan semua pihak yang terkait.
3. Pengendalian (Monitoring/Supervisi)
Supervisi dilakukan untuk memastikan seluruh kegiatan benar-
benar dilaksanakan sesuai dengan dokumen perencanaan. (Pickett
dan John, 2009).
b. Penanggulangan KLB
Penanggulanagn dilakukan melalui kegiatan yang secara terpadu oleh
pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat, meliputi:
1. Penyelidikan epidemilogis
Penyelidikan epidemiologi pada Kejadian Luar Biasa adalah untuk
mengetahui keadaan penyebab KLB dengan mengidentifikasi
faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kejadian tersebut,
termasuk aspek sosial dan perilaku sehingga dapat diketahui cara
penanggulangan dan pengendaian yang efektif dan efisien (Anonim,
2004 dalam Wuryanto, 2009).
2. Pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita
termasuk tindakan karantina.
11
Tujuannya adalah:
 Memberikan pertolongan medis kepada penderita agar sembuh
dan mencegah agar mereka tidak menjadi sumber penularan.
 Menemukan dan mengobati orang yang tampaknya sehat, tetapi
mengandung penyebab penyakit sehingga secara potensial dapat
menularkan penyakit (carrier).
3. Pencegahan dan pengendalian
Merupakan tindakan yang dilakukan untuk memberi perlindungan
kepada orang-orang yang belum sakit, tetapi mempunyai resiko
terkena penyakit agar jangan sampai terjangkit penyakit.
4. Pemusnahan penyebab penyakit
Pemusnahan penyebab penyakit terutama pemusnahan terhadap
bibit penyakit/kuman dan hewan tumbuh-tumbuhan atau benda yang
mengandung bibit penyakit.
5. Penanganan jenazah akibat wabah
Terhadap jenazah akibat penyebab wabah perlu penanganan secara
khusus menurut jenis penyakitnya untuk menghindarkan penularan
penyakit pada orang lain.
6. Penyuluhan kepada masyarakat
Penyuluhan kepada masyarakat, yaitu kegiatan komunikasi yang
bersifat persuasif edukatif tentang penyakit yang dapat
menimbulkan wabah agar mereka mengerti sifat-sifat penyakit,
sehingga dapat melindungi diri dari penyakit tersebut dan apabila
terkena, tidak menularkannya kepada orang lain. Penyuluhan juga
dilakukan agar masyarakat dapat berperan serta aktif dalam
menanggulangi wabah.
7. Upaya penanggulangan lainnya
Upaya penanggulangan lainya adalah tindakan-tindakan khusus
masing-masing penyakit yang dilakukan dalam rangka
penanggulangan wabah. (Menteri Kesehatan RI, 2010).

12
2.6.10 Penyusunan Laporan KLB
Hasil penyelidikan epidemiologi hendaknya dilaporkan kepada pihak
yang berwenang baik secara lisan maupun secara tertulis. Laporan secara
lisan kepada instansi kesehatan setempat berguna agar tindakan
penanggulangan dan pengendalian KLB yang disarankan dapat
dilaksanakan. Laporan tertulis diperlukan agar pengalaman dan hasil
penyelidikan epidemiologi dapat dipergunakan untuk merancang dan
menerapkan teknik-teknik sistim surveilans yang lebih baik atau
dipergunakan untuk memperbaiki program kesehatan serta dapat
dipergunakan untuk penanggulangan atau pengendalian KLB.

13
BAB III
PENUTUP

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


1501/MENKES/PER/X/2010, Kejadian Luar Biasa adalah timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara
epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu dan merupakan keadaan
yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.
Istilah wabah dan KLB memiliki persamaan yaitu peningkatan kasus yang
melebihi situasi yang lazim atau normal, namun wabah memiliki konotasi keadaan
yang sudah kritis, gawat atau berbahaya, melibatkan populasi yang banyak pada
wilayah yang lebih luas.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1501/MENKES/PER/X/2010, suatu derah dapat ditetapkan dalam keadaan KLB
apabila memenuhi salah satu dari 7 kriteria KLB.
Faktor yang mempengaruhi Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah herd
immunity yang rendah, patogenesitas, dan lingkungan yang buruk.
Langkah-langkah yang harus dilalui pada penyelidikan KLB, adalah: (1)
mempersiapkan penelitian lapangan, (2) menetapkan apakah kejadian tersebut suatu
KLB, (3) memastikan diagnosa etiologis, (4) mengidentifikasikan dan menghitung
kasus atau paparan, (5) mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu, dan tempat;
(6) membuat cara penanggulangan sementara dengan segera (jika diperlukan), (7)
mengidentifikasi sumber penularan dan keadaan penyebab KLB, (8) merencanakan
penelitian lain yang sistematis, (9) menetapkan saran cara pengendalian dan
penanggulangan, (10) melaporkan hasil penyelidikan kepada instansi kesehatan
setempat dan kepada sistim pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
Penanggulanagn dilakukan melalui kegiatan yang secara terpadu oleh
pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat, meliputi: (1) penyelidikan
epidemilogis, (2) pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita termasuk
tindakan karantina, (3) pencegahan dan pengendalian, (4) pemusnahan penyebab
penyakit, (5) penanganan jenazah akibat wabah, (6) penyuluhan kepada masyarakat,
(7) upaya penanggulangan lainnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Bustan, 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.


2. Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
3. Effendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba
Medika.
4. Maulani, Novie Sri. 2010. “Kejadian Luar Biasa”, Catatan Kuliah. Program
Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKES HAKLI Semarang.
5. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit
Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangan. Jakarta: (tidak diterbitkan).
6. Notoatmojo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip Prinsip
Dasar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
7. Pickett, George. dan John J Hanlon. 2009. Kesehatan Masyarakat:
Administrasi dan Praktik, Edisi 9. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
8. Reingold, Arthur L. 1998. “Outbreak Investigations—A
Perspective”. Emerging Infectious Diseases.Vol. 4, No. 1: 21-27.
9. Timmreck, Thomas C. 2005. Epidemiologi Suatu Pengantar, Edisi 2. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
10. Wuryanto, M.Arie. “Aspek Sosial Dan Lingkungan Pada Kejadian Luar Biasa
(KLB) Chikungunya (Studi Kasus KLB Chikungunya di Kelurahan Bulusan
Kecamatan Tembalang Kota Semarang)”. Jurnal Promosi Kesehatan
Indonesia. Vol. 4 No. 1: 68-54.

15

Anda mungkin juga menyukai