Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

“Analisis Dampak, Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup Pada


Rencana Kegiatan Pembangunan Embung Bubur Gadung Kecamatan
Cikedung Kabupaten Indramayu”
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar –Dasar AMDAL yang diampu oleh
Ir. Putut Widjanarko, MP.

Disusun oleh :

1. Bagus adi ardana 155080107111046


2. Aisyah hardiyanti 155080101111023
3. Nadya dewi rahmawati 155080100111053
4. Astri Lorma Ayuk Nita 155080101111043
5. Damang Yanuar 155080101111016
6. Widodo Mulyo Laksono 155080100111022
7. M. Fachrul Haikal 155080101111010
8. Erien Novitasari 155080101111069

Kelas : M02

MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2017

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


atas limpahan rahmat serta karunianya, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Dasar –Dasar AMDAL “Analisis Dampak,
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup Pada Rencana Kegiatan
Pembangunan Embung Bubur Gadung Kecamatan Cikedung Kabupaten
Indramayu”.

Adapun makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas dari mata kuliah
Dasar –Dasar AMDAL yang diampu oleh Bapak Ir. Putut Widjanarko, MP. Kami
menyadari bahwa makalah ini penuh dengan keterbatasan yang ada sehingga
jauh dari bobot materi, kaidah ilmu, serta teknik penyajiannya. Maka pada
kesempatan ini kami mengharapkan saran-saran serta kritikan yang bersifat
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kami berharap dengan pembuatan makalah ini dapat memberikan


manfaat bagi para pembacanyadan manfaat bagi kami sendiri sebagai penyusun
secara moral.

Malang, 30 September 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii


DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
1. PENDAHULUAN ...................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 4
2.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 4
2.3 Tujuan ................................................................................................................ 4
2. PEMBAHASAN ......................................................................................................... 6
2.1. Landasan Hukum ............................................................................................. 6
2.2 Permasalahan ................................................................................................... 6
2.3 Dampak Yang Ditimbulkan Dari Pembangunan Terhadap Lingkungan .. 7
2.4 Peran Pemerintah ............................................................................................ 9
2.5 Solusi Permasalahan ....................................................................................... 9
3. PENUTUP ............................................................................................................... 11
3.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 11
3.2. Saran ................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 12

iii
1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Embung adalah bangunan konservasi air berbentuk kolam untuk
menampung air hujan dan air limpasan serta sumber air lainnya untuk
mendukung usaha pertanian, perkebunan dan peternakan terutama pada saaat
musim kemarau. Embung merupakan cekungan yang dalam di suatu daerah
perbukitan. Air embung berasal dari limpasan air hujan yang jatuh di daerah
tangkapan. Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff
yang terjadi di Daerah Pengaliran Sungai (DPS) yang berada di bagian hulu.
Pemeliharaan lokasi embung harus menyesuaikan dengan fungsi embung
sebagai penyediaan kebutuhan air baik sebagai penyedia air irigasi maupun air
baku masyarakat di sekitarnya (Sudjarwadi, 1987 dalam Siregar et al, 2011).

Pembangunan embung yang mempunyai kapasitas tampungan yang


besar, mempunyai potensi yang membahayakan, sehingga membangun embung
berarti pula membangun suatu bangunan yang beresiko tinggi. Resiko kegagalan
embung merupakan ancaman bahaya yang tidak dapat dielakkan bagi
masyarakat di hilir embung. Dengan bertambahnya usia, bendungan akan
mengalami penurunan kualitas baik dari segi fisik, fungsi maupun kemananan
bendungan (Sudjarwadi, 1987 dalam Siregar et al, 2011).

2.2 Rumusan Masalah


1. Apa landasan hukum mengenai rencana kegiatan pembangunan Embung?
2. Apa permasalahan yang terjadi akibat pembangunan Embung?
3. Bagaimana peran pemerintah dan masyarakat terhadap pembangunan
Embung?
4. Apa solusi untuk permasalahan akibat pembangunan Embung?

2.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui landasan hukum mengenai rencana kegiatan
pembangunan Embung
2. Untuk mengetahui permasalahan yang terjadi akibat pembangunan
Embung
3. Untuk mengetahui peran pemerintah dan masyarakat terhadap
pembangunan Embung

4
4. Untuk mengetahui solusi untuk permasalahan terhadap pembangunan
Embung

5
2. PEMBAHASAN

2.1. Landasan Hukum


Landasan hukum dari Kegiatan pembangunan Embung yaitu Baku Mutu
Lingkungan yang dipergunakan berdasarkan pada Peraturan Pemerintah RI
Nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dan Keputusan
Nomor 48/MENLH/11/1996 tentang Tingkat Kebisingan adalah 60 dBA.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
416/MENKES/PER/XI/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air,
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas air
dan Pengendalian Pencemaran Air kelas IV yaitu sumberdaya air untuk
pertanian.

Undang-undang nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa dampak lingkungan hidup
bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap
lingkungan hidup wajib memiliki amdal. Dampak penting ditentukan berdasarkan
kriteria: besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha
dan/atau kegiatan; luas wilayah penyebaran dampak; intensitas dan lamanya
dampak berlangsung; banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan
terkena dampak; sifat kumulatif dampak; berbalik atau tidak berbaliknya dampak;
dan/atau kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

Kegiatan pembangunan Embung tertera pada Peraturan Pemerintah


Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2001 mengenai Irigasi, dimana
Embung/waduk merupakan lapangan tempat/wadah penampungan air pada
waktu terjadi surplus air di sungai atau menampung air hujan. Keberadaan
Embung ini memiliki potensi yang besar kaitannya dengan pengelolaan sumber
daya air. Dengan adanya pembangunan Embung tersebut dapat mendorong
munculnya dampak positif namun juga dapat menimbulkan dampak negatif.

2.2 Permasalahan
Rencana kegiatan rencana pembangunan Embung Bubur Gadung secara
adminstrasi berlokasi di Desa Loyang Kecamatan Cikedung Kabupaten
Indramayu dengan rencana pembangunan menggunakan konstruksi pasangan
batu kali, luas area 50 ha, kedalaman 3 m, debit banjir 123 m3/detik, lebar

6
puncak pelimpah 20,00 meter, Tinggi muka air 2,00 meter, debit pengambilan
maximum 2 m3/detik yang diharapkan mampu mengairi areal persawahan seluas
2.820 ha. Pada setiap tahapan proyek terdapat kegiatan pembangunan Embung
Bubur gadung yang dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Dengan
adanya kegiatan pembangunan Embung Bubur Gadung tersebut selain dapat
mendorong adanya suatu dampak terhadap lingkungan hidup yang bersifat
positif tersebut diatas, juga dapat menimbulkan dampak negatif. Dengan adanya
dampak positif dan dampak negatif tersebut perlu adanya suatu analisis dampak,
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang digunakan sebagai
pedoman atau acuan dalam mengendalikan pengelolaan dampak yang
ditimbulkan oleh kegiatan pembangunan Embung Bubur Gadung.

Permasalahan yang terjadi dari pembangunan Embung Bubur Gadung ini


terdiri dari dampak pra konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi. Pada
tahapan pra konstruksi, terdapat masalah yang bersumber dari penetapan lahan
dan survey serta sosialisasi. Halam hal ini timbul maslah terkait ketidakpastian
penentuan lahan secara mendetail dan kurangnya sosialisasi mengenai rancana
pembangunan beserta dampak yang akan ditimbulkan oleh kegiatan
pembangunan ini kepada masyarakat sekitar. Pada tahapan kostruksi, kegiatan
mobilisasi alat berat maupun material di sekitar area pembangunan juga tidak
lepas dari tahapan konstruksi sehingga alat berat maupun material harus masuk
menuju lokasi pembangunan dengan melewati jalan-jalan di sekirarnya.
Sedangkan masalah pasca konstruksi terjadi demobilisasi alat berat dan
peralatan konstruksi yang juga berdampak penurunan kualitas udara,
peningkatan kebisingan, kerusakan jalan dan tundaan lalu lintas yang ada di
sekitar lokai kegiatan.

2.3 Dampak Yang Ditimbulkan Dari Pembangunan Terhadap Lingkungan


Pembangunan Embung Bubur Gadung yang berlokasi di Desa Loyang
Kecamatan Cikedung merupakan pembangunan yang diharapkan meningkatkan
produksi pertanian dan penyediaan air baku bagi masyarakat pedesaan yang
khususnya berada pada lokasi pembangunan. Kegiatan pembangunan Embung
tertera pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2001
mengenai Irigasi, dimana Embung/waduk merupakan lapangan tempat/wadah
penampungan air pada waktu terjadi surplus air di sungai atau menampung air
hujan. Keberadaan Embung ini memiliki potensi yang besar kaitannya dengan

7
pengelolaan sumber daya air. Dengan adanya pembangunan Embung tersebut
dapat mendorong munculnya dampak positif namun juga dapat menimbulkan
dampak negatif.

Dampak yang terjadi dari adanya 3 tahap pembangunan Embung Bubur


Gadung yaitu sebagai berikut :

 Tahap Pra Konstruksi


Pada tahap pra konstruksi yang menjadi sumber dampak pada
penetapan lahan dan survey serta sosialisasi yang telah dilakukan.
Sumber dampak ini akan mengakiatkan kekhawatiran/ keresahan
masyarakat akan lahan dan tanaman garapannya. Selain itu akan
mempengaruhi presepsi positif dan negatif pada masyarakat.
 Konstruksi
Pada tahapan konstruksi yang menjadi sumber dampak adalah
rekruitmen tenaga kerja konstruksi, mobilisasi alat berat yang akan terjadi
ketika konstruksi dilakukan, pengerukan lahan dan pekerjaan pasangan
batu. Sumber dampak ini akan memunculkan dampak lain seperti
kesempatan bekerja yang banyak diinginkan orang. Pada saat mobilisasi
alat berat akan terjadi penurunan kualitas udara, peningkatan kebisingan,
kerusakan jalan serta terganggunya lalu lintas disekitar lokasi. Sumber
masalah pengerukan lahan akan berdampak pada lingkungan seperti
penurunan kualitas air permukaaan, penurunan kualitas udaran juga
terjadinya polusi suara atau naiknya tingkat kebisingan. Sumber dampak
pemasangan batu juga memiliki dampak yang sama seperti pengerukan
lahan, yang pada akhirnya mengakibatkan penurunan kualitas pada
lingkungan.
 Pasca Konstruksi/ Oprasional
Pasca konstruksi atau pada saat oprasional tahap ini juga memiliki
dampak. Sumber dampak seperti demobilisasi alat berat dan peralatan
konstruksi lainnya akan berdampak penurunan kualitas udara,
meningkatnya kebisingan dan gangguan lalu lintas disekitar lokasi. Selain
itu sumber dampak lain operasional dan pemeliharaan Embung Bubur
Gadung memiliki dampak tersendiri selain memiliki dampak positif seperti
meningkatnya kuantitas air permukaan, mencegah banjir, meningkatkan
irigasi pada perairan namun masih memiliki dampak negatif yaitu adanya

8
ancaman bahaya tenggelam. Ini akan terjadi ketika Embung bocor atau
suatu saat retak dan tidak bisa lagi menahan air yang ada.

2.4 Peran Pemerintah


Pengawasan pemerintah terhadap rencana kegiatan pembangunan
embung bubur Gadung Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu, maka dapt
ditinjau dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2001
tentang irigasi bahwa embung/waduk merupakan lapangan tempat wadah
maupun wadah penampungan air pada waktu terjadi surplus air di sungai atau
menampung air hujan, Peraturan Pemerintah republik Indonesia Nomor 41 tahun
1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dan Keputusan Nomor
48/MENLH/11/1996 tentang Tingkat kebisingan, Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/XI/1990 tentang syarat-syarat dan
pengawasan kualitas air, Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas air dan Pengendalian Pencemaran Air kelas IV yaitu
sumberdaya air untuk pertanian. Pemerintah daerah melalui lembaga-lembaga
tekait agar berbagai peraturan tersebut tidak hanya menjadi sebuah peraturan
yang hanya dibuat tetapi harus benar-benar ditaati dan dilaksanakan oleh pihak-
pihak yang terkait.

Pemerintah dalam hal ini merupakan sebagai pengawas langsung yang


mencegah terjadinya pencemaran sehingga harus menekankan pada
penggunaan berbagai cara sedemikian rupa sehingga dapat menjaga
kelestarian lingkungan, hal ini dikarenakan bukan hanya berdampak bagi
masyarakat tetapi juga akan berdampak pada perusahaan atau lembaga yang
melakukan kegiatan tersebut. Disisi lain, pemerintah merupakan sebuah
regulator dalam mengatasi permasalahan di lingkungan baik yang disebabkan
oleh masyarakat secara langsung maupun industry atau juga lembaga-lembaga
terkait.

2.5 Solusi Permasalahan


Solusi yang dapat diberikan pada rencana kegiatan pembangunan Embung
Bubur Gadung Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu pada tahap pra
kontruksi agar merubah presepsi negatif masyarakat adalah dengan melakukan
Sosialisasi rencana kegiatan pembangunan Embung Bubur gadung kepada
masyarakat terutama tentang tujuan dan manfaat proyek, melakukan
penggantian biaya terhadap jenis tanaman yang digarap oleh penggarap dengan

9
cara bermusyawarah dan memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang
mekanisme pengaduan beserta kompensasinya, apabila terjadi gangguan akibat
kegiatan proyek.

Solusi yang dapat diberikan pada tahap konstruksi agar membuka lapangan
kerja bagi warga sekitar konstruksi dan meminimalisir penurunan kualitas udara,
kerusakan jalan dan lingkungan yang dilalui akibat mobilisasi alat berat dan
material kontruksi adalah merekruitmen tenaga kerja dari desa loyang dan
sekitarnya, sesuai dengan kebutuhan dan bidang keahlian dan memberikan
ruang bagi masyarakat sekitar untuk dapat membuka usaha yang dapat
menunjang pelaksanaan konstruksi, semua alat berat dan transportasi harus
lolos uji emisi dan segera perbaiki jalan yang rusak akibat mobilisasi.

Solusi yang dapat diberikan pada tahap konstruksi dari dampak


Pengerukan lahan (land cutting) adalah mencegah masuknya material ke badan
sungai, sehingga tidak menambah beban pencemaran sungai. Hal ini dapat
dilakukan dengan pembuatan barrier yang menghalangi masuknya material ke
sungai dan menempatkan material di lokasi yang dilengkapi dengan barrier
penahan material.
Solusi yang dapat diberikan pada tahap pasca konstruksi untuk
meningkatkan kuantitas air, kualitas air permukaan, pencegahan dan
penanggulangan banjir adalah memberikan arahan pada masyarakat agar tidak
membuang sampah atau limbah domestik ke Embung Bubur Gadung dan
melakukan penggerukan sedimen.

10
3. PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Embung adalah bangunan konservasi air berbentuk kolam untuk
menampung air hujan dan air limpasan serta sumber air lainnya untuk
mendukung usaha pertanian, perkebunan dan peternakan terutama pada
saaat musim kemarau. Embung merupakan cekungan yang dalam di suatu
daerah perbukitan. Air embung berasal dari limpasan air hujan yang jatuh
di daerah tangkapan. Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air
hujan/runoff yang terjadi di Daerah Pengaliran Sungai (DPS) yang berada
di bagian hulu. Landasan hukum dari Kegiatan pembangunan Embung
yaitu Baku Mutu Lingkungan yang dipergunakan berdasarkan pada
Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara dan Keputusan Nomor 48/MENLH/11/1996 tentang
Tingkat Kebisingan adalah 60 dBA. Kegiatan pembangunan Embung
tertera pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 77 Tahun
2001 mengenai Irigasi, dimana Embung/waduk merupakan lapangan
tempat/wadah penampungan air pada waktu terjadi surplus air di sungai
atau menampung air hujan.

3.2. Saran
Dalam hal ini pemerintah dengan maysarakat harus berkerja sama untuk
mengawasi secara langsung mencegah terjadinya pencemaran sehingga
dapat menekankan terjadinya kerusakan lingukungan dari efek
pembangunan embung dengan berbagai cara dan sedemikian rupa
sehingga dapat menjaga kelestarian lingkungan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdulgani,H.2013. Analisis Dampak, Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan


Hidup Pada Rencana Kegiatan Pembangunan Embung Bubur Gadung
Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu. Gema Wiralodra.10(6):1-
11.
Republik Indonesia.1999.Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara. Lembaran RI tahun 1999.Sekretariat
Negara.Jakarta.
Republik Indonesia.2001.Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001 tentang
irigasi. Lembaran RI tahun 2001.Sekretariat Negara.Jakarta.
Republik Indonesia.2001.Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas air dan Pengendalian Pencemaran Air.Lembaran
RI tahun 2001.Sekretariat Negara.Jakarta.
Republik Indonesia.2009. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lembaran RI tahun
2009.Sekretariat Negara.Jakarta.

Siregar, A.M., Rosadi, R.A.B., dan Arifaini, N. 2011. Maksimalisasi Desai


Embung Sebagai Sumber Air Irigasi Untuk Memenuhi Kebutuhan Air
Tanaman Tebu. Jurnal Rekayasa. Vol 15 (1) : 1 – 12.

12

Anda mungkin juga menyukai