Anda di halaman 1dari 7

Bab 7

MENDALAMI NILAI-NILAI KEHIDUPAN


DI DALAM KARYA-KARYA SASTRA MELAYU KLASIK

A. Memahami Teks Melayu Klasik

1. Kompetensi Dasar
3.7 Menafsirkan sastra Melayu Klasik (hikayat) lisan atau tulis

2. Indikator
a. Siswa dapat mengartikan sastra klasik.
b. Siswa dapat memerinci jenis dan ciri-ciri sastra Klasik
c. Siswa dapat mengraikan sastra melayu klasik pengaruh Islam.

3. Tujuan
Dengan membabaca beragam jenis satra Melayu klasik, siswa diharapkan dapat memahami
pengertian, ciri-ciri, dan jenis-jenis dari sastra Melayu klasik dengan benar dan jelas.

4. Materi
Sastra klasik ditandai dengan penyebarannya dilakukan secara lisan, dari mulut ke mulut.
Namun, dalam jumah yang terbatas, ada pula karya sastra yang penyebarannya melalui tulisan.
Bahan-bahan tulisan berasal dari kulit kayu, bambu, kertas padi, lontar, nipah, dan sejenisnya.
Perkembangannya statis, perlahan-lahan, serta terbatas pada kelompok tertentu
Sastra klasik memiliki banyak versi. Misalnya, yang terjadi dalam mitos asal-usul Melayu.
Dalam mitos tersebut terdapat kisah tentang seorang putri yang lahir secara ajaib. Satu versi
menyatakan bahwa putri itu lahir dari buih; versi lain dari rumpun bambu; dan yang lainnya dari
langit.
Sastra klasik juga ditandai oleh ungkapan-uungkapan klise (formulazired). Misalnya, dalam
menggamarkan kecantikan seorang putri dengan ungkapan seperti bulan empat belas. Untuk
menggambarkan kemaraha seorang tokoh dinyatakan seperti ulat berelit-belit.
Secara umum, karya sastra klasik berfungsi kolektif, yakni sebagai media pendidikan, pelipur lara,
protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam. Sastra klasik juga bersifat pralogis, yakni
mempunyai logika tersendiri yang tidak sesuai dengan logika umum. Banyak hal yang tidak masuk
akal di dalam karya-karya klasik itu. Hal tersebut seperti yang tampak pada dongeng, hikayat, dan
karya-karya lainnya. Misalnya, kisah tentang manusia bisa terbang, yang berganti wujud, dan
semacamnya.
Berdasarkan bentuknya, sastra klasik cukup beragam. Ada yang bebrbentuk prosa dan
ada pula yang berupa puisi dan drama (seni pentas). Sastra klasik yang berbentuk puisi, ada yang
berupa mantra, pantun, syair, talibun, gurindam (Bahasan lebih jauh tentang jenis-jenis puisi lama
akan dibahas pada bab selanjutnya). Di samping itu ada pula yang berupa peribahasa. Sastra klasik
ada pula yang berupa seni pentas, seperti ludruk, lenong, dan seni-seni pentas lainnya yang tata
cara dan peristilahannya beragam, bergantung pada daerah masing-masing
Diterimanya agama Islam oleh sebagian terbesar masyarakat Melayu membawa akulturasi
budaya dengan masyarakat setempat. Pertemuan kedua budaya ini telah menghasilkan berbagai
perubahan, juga kelahiran unsur-unsur baru, khususnya dalam kesusastraan. Dalam masa ini
lahirlah suatu karya sastra, yang disebutnya sebagai sastra peralihan. Yang dimaksud sastra
peralihan adalah sastra Melayu klasik yang mengandung unsur Hindu dan Islam. Namun, untuk
menentukan karya mana yang tergolong kepada zaman peralihan Hindu-Islam amat sukar.
Alasannya sebagai berikut.

1
a. Sastra Melayu klasik pada umumnya tidak bertarikh dan tidak tercantum nama pengarangnya.
b. Hampir semua sastra Melayu klasik ditulis dalam huruf Arab, yang berarti pengaruh Islam
sudah masuk di dalamnya.
c. Hasil sastra Melayu tertua yang merupakan hasil pengaruh Hindu, seperti Hikayat Sri Rama
ternyata dalam salah satu versinya tidak lepas dari unsur keislaman.
d. Hampir semua cerita Melayu klasik berjudul hikayat. Padahal kata hikayat itu sendiri berasal
dari kata Arab yang berarti “cerita”.
Namun demikian, para ahli berusaha mengidentifikasi beberapa ciri dominan dari sastra
peralihan, di antaranya sebagai berikut.
1) Cerita masih kental dipengaruhi oleh warna sosial-budaya India.
2) Pemberian nama yang bernafaskan Islam pada judul cerita, walaupun isi yang sebenarnya tidak
lain masih merupakan cerita-cerita yang diambil dari India. Dengan kata lain, perubahan baru
sebatas pada pergantian nama.
3) Tokoh cerita diembel-embeli dengan nama-nama nabi atau pahlawan Islam.
4) Ditepelkannya ajaran-ajaran keislaman, seperti rukun Iman dan rukun Islam.
5) Digantinya sebutan dewata mulia raya dengan Allah Ta’ala atau Allah Subhanahu wa Ta’ala
(Fang, 1991).

5. Metode Pembelajaran
Membaca literatur, tanya jawab, diskusi, presentasi, penugasan

6. Media dan Sumber Pemebalajaran


a. Media : bagan tentang klasifikasi dan struktur karya sastra Melayu klasik.
b. Sumber : 1. Buku Cerdas Berbahasa Indonesia (CBI) Peminatan 1, h. ….
2. Karya-karya sastra Melayu klasik

7. Langkah Kegiatan Pembelajaran


Pertemuan 1
a. Siswa membaca sebuah contoh karya sastra Melayu klasik, berupa kutipan ataupun karya
utuh.
b. Siswa mengajukan sejumlah pertanyaan berkaitan dengan pengertian dan ciri-ciri sastra
Melayu klasik.
c. Siswa memahami paparan tentang pengertian dan karakteristik sastra Melayu klasik.
d. Siswa berlatih untuk menganalisis dan melakuan pembuktian terkait karakteristik sastra
Melayu klasik, baik itu berdasarkan struktur maupun kaidah kebahasaannya, dengan
mengerjakan Unjuk Pemahaman 7.1
e. Siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya untuk mendapatkan tanggapan dari siswa
lainnya.

Pertemuan 2
a. Siswa membaca beberapa contoh karya sastra Melayu klasik untuk jenis tertentu.
b. Siswa mengajukan sejumlah pertanyaan berkaitan dengan jenis-jenis sastra Melayu klasik.
c. Siswa memahami paparan tentang jenis-jenis sastra Melayu klasik.
d. Siswa dibagi kelompok sesuai dengan jenis sastra Melayu klasik yang ada untuk mengenali
karakteristiknya secara lebih jauh.
e. Siswa mempresentasikan hasil temuan-temannya untuk mendapatkan tanggapan dari
siswa lainnya.
f. Siswa secara bersama-sama merumuskan kesimpulan tentang karakteristik setiap jenis
karya sastra Melayu klasik.

2
g. Siswa berlatih menganalisis karakteristik jenis sastra Melayu klasik tertentu dalam Unjuk
Kegiatan 7.1.
h. Siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya untuk mendapatkan tanggapan dari siswa
lainnya.

Pertemuan 3
a. Siswa membaca sebuah contoh karya sastra Melayu klasik yang bernuansa agama.
b. Siswa mengajukan sejumlah pertanyaan berkaitan dengan karakterstik jenis sastra yang
dimaksud.
c. Siswa memahami paparan tentang jenis sastra Melayu klasik bernunsa agama.
d. Siswa memperdalam pemahaman tentang karakteristik karya sastra dimaksud dengan
membaca dan menganalisis karya itu secara lebih jauh salah satu contohnya.
e. Siswa mempresentasikan hasil temuan-temannya untuk mendapatkan tanggapan dari
siswa lainnya.
f. Siswa secara bersama-sama merumuskan kesimpulan tentang karakteristik dari jenis
karya sastra Melayu klasik bernuansa agama.

8. Penilaian
a. Penilaian pengetahuan
1) Jenis : tes lisan/tertulis
2) Bentuk instrumen : lembar soal uraian
3) Instrumen penilaian
(Dapat diambil dari pertanyaan-pertanyaan yang ada pada Unjuk Pemahaman/Kegiatan
pada bahasan ini dengan mengikuti redaksiindiator pembelajaran)
b. Penilaian pengetahuan
1) Jenis : penilaian produk
2) Bentuk instrumen : LKS/lembar observasi
3) Instrumen penilaian
Lembar Kerja Siswa
Bacalah sebuah contoh karya sastra kelasik. Ceritakan kembali karya sastra itu secara
ringkas! Buktikan pula bahwa karya sastra itut ermasuk ke dalam jenis sastra klasik
1. Judul : .......................................
2. Jumlah halaman : ......................................
Ringkasan
. ...

3
Pembuktian
.....

Pedoman Penilaian Laporan Analisis Karya Sastra Melayu Klasik

Aspek/Skor
Kelompok Penilai A B C Jumlah
(1-4) (1-4) (1-4)

Jumlah
Saran-saran: .....
Keterangan:
A = kelengkapan laporan
B = kebenaran isi laporan
C = kejelasan dalam penyampaian laporan

B. Hikayat Sebagai Salah Satu Bentuk Karya Sastra Melayu Klasik

1. Kompetensi Dasar
4.7 Mengungkapkan kembali naskah sastra Melayu Klasik (hikayat) secara lisan atau tulis

2. Indikator
a. Siswa dapat mengartikan hikayat.
b. Siswa dapat menjelaskan ciri-ciri hikayat.
c. Menunjukkan nilai-nilai kehidupan dalam hikayat

3. Tujuan
Dengan membaca suatu contoh hikayat, siswa dapat menjelaskan pengertian hikayat, ciri-
ciri, dan nilai-nilai yang terkandung di dalam karya sastra tersebut beserta relevansinya
dengan kehidupan pada zaman sekarang.

4. Materi
Secara etimologis, istilah “hikayat” berasal dari bahasa Arab, yakni haka, yang berarti
menceritakan atau bercerita. Hikayat sebagai istilah sastra untuk pertama kalinya ditemukan
dalam sebuah karya yang ditulis oleh Abu Al-Mutakhir al-azdi, yang berjudul Hikayat Abi al Qasim
al-Bagdadi. Karya tersebut menggambarkan suasana hidup keseharian di Bagdad dalam bentuk

4
kisah yang sederhana. Konon bermula dari sanalah istilah hikayat itu dipergunakan, sebagaimana
tampak pada judul-judul cerita yang di antaranya telah disebutkan di atas.
Istilah hikayat tidak digunakan dalam karya-karya sastra yang berupa syair, sastra kitab,
sejarah, dan silsilah. Pelabelan “hikayat” hanya dijumpai dalam karya-karya yang berbentuk cerita.
Istilah hikayat juga tidak dikenakan pada karya sastra kitab, seperti “Miratu’lmu’min,
siratu’lmustaqim, khaswasu’l Qur’am, dan Tajdid. Karya-karya tersebut merupakan jenis karya prosa
yang berisikan tafsiran Alquran dan hukum-hukum Islam lainnya, yang tidak menggunakna label
“hikayat” pada judulnya.
Adapun ciri-ciri hikayat adalah sebagai berikut.
a. Cerita Berbentuk Prosa
Jenis sastra yang “menamakan diri” sebagai hikayat, adalah karya sastra yang beralur naratif.
Di dalamnya ada yang berupa:
1) cerita rakyat, seperti Hikayat Si Miskin dan Hikayat Malin Dewa;
2) epos dari India, seperti Hikayat Sri Rama;
3) dongeng-dongeng dari Jawa, seperti Hikayat Pandawa Lima dan Hikayat Panji Semirang;
4) Cerita-cerita Islam, seperti Hikayat nabi Bercukur dan Hikayat Raja Khaibar;
5) Sejarah dan biografi, misalnya Hikayat Raja-Raja Pasai dan Hikayat Abdullah;
6) cerita berbingkai, misalnya Hikayat Bakhtiar dan Hikayat Maharaja Ali.
b. Cerita Rekaan
Rekaan (fantasi) merupakan ciri hikayat yang sangat menonjol. Unsur dan komposisi yang
“direka-reka” dalam hikayat sangat dipengaruhi oleh kehidupan sosial dan budaya
masyarakatnya. Dalam hikayat banyak dipenuhi oleh cerita-cerita semacam mite, legenda, dan
dongeng; kepercayaan terhadap makhluk halus, makhluk raksasa, ajimat, dan sejenisnya.
Masuknya agama Hindu dan Islam, membawa perubahan yang berarti bagi “perekaan” tema
hikayat. Kedatangan agama Hindu membuat cerita rekaan itu berkisah sekitar kehidupan para
dewa dan bidadari. Datangnya gama Islam menyebabkan timbulnya cerita rekaan yang
bernafaskan keislaman, yakni dengan munculnya cerita para nabi, cerita hari kiamat, dan
sejenisnya.
c. Citra Karya Klasik
Rekaan atau pun khayalan itu merupakan unsur utama hikayat. Tetapi, tidak berarti semua
karya sastra yang mengandung unsur rekaan itu bisa dikatakan sebagai hikayat. Karya-karya
prosa bergaya baru (modern), tidaklah layak bila disebut hikayat. Istilah “hikayat” itu tidak
bisa dilepaskan dari citra kemasalaluan. Judul-judul karya yang berlabelkan “hikayat” hanya
layak dibubuhkan pada karya-karya yang terlahir pada zaman Melayu klasik. Hikayat tidak bisa
dilepaskan dari keseluruhan unsur kebudayaan masyarakat klasik.
d. Sebagai Karya Tulis
Pengertian bahwa hikayat itu adalah cerita, memang masih tidak jelas. Tidak setiap karya
klasik yang berupa cerita (prosa) dikatakan sebagai hikayat. Sastra klasik yang masih berupa
sastra lisan, yang dalam hal ini umumnya berupa cerita-cerita rakyat, tidaklah dikatakan
sebagai hikayat. Pengertian hikayat hanya terbatas pada sastra-sastra tulis, telah dibukukan.
Umumnya cerita-cerita tulis tersebut adalah sastra yang tumbuh dan berkembangn di
lingkungan-lingkungan keraton; dan temanya pun sebagian besar berkisar tentang kehidupan
istana.
Sastra klasik, termasuk hikayat, banyak mengungkapkan pesan bijak dan keteladanan dari
para tokohnya yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu, hikayat menyajikan
hiburan, kesenangan batin. Humor-humornya pun yang tidak kalah lucu dibandingkan dengan
cerita-cerita yang ada pada zaman sekarang. Seperti cerita si Malinkundang yang sarat dengan
agar seorang anak selalu menghormati orang tua bagaimanapun keadannya. Baik itu dalam
keadaan susah ataupun senang, tetap saja kita harus muliakannya sampai kapanpun. Begitu pun
cerita si Kabayan yang di dalamnya sarat dengan humor, tetapi di dalamnya tidak lepas pula

5
dengan nilai-nilai pendidikan bahkan ajaran-ajaran filsafat yang menuntut pembaca untuk berpikir
bijak dan kritis.

5. Metode Pembelajaran
Membaca literatur, tanya jawab, diskusi, presentasi

6. Media dan Sumber Pemebalajaran


a. Media : 1) bagan/tabel ciri-ciri/jenis-jenis hikayat.
2) tayangan cerita yang berupa hikayat
b. Sumber : 1. Buku Cerdas Berbahasa Indonesia (CBI) Peminatan 1, h. ….
2.contoh-contoh hikayat.

7. Langkah Kegiatan Pembelajaran


a. Pertemuan 1
1) Siswa menyimak atau membaca contoh hikayat.
2) Siswa mengajukan sejumlah pertanyaan pengertian dan ciri-ciri hikayat.
3) Siswa memahami dan mengumpulkan informasi berkaitan dengan pengertian dan ciri-
ciri hikayat.
4) Siswa melakukan analisis lebih mendalam terhadap suatu contoh hikayat dan
mengerjakan sejumlah latihan lainnya yang terdapat pada Unjuk Pemahaman 7.3.
5) Siswa mengomunikasikan pendapat-pendapatnya, baik secara lisan ataupun tertulis,
untuk mendapatkan tangggapan-tanggapan dari teman-temannya.
b. Pertemuan 2
1) Siswa kembali membaca contoh hikayat lainnya.
2) Siswa menjawab sejumlah pertanyaan berkaitan dengan nilia-nilai kehidupan dalam
hikayat.
3) Siswa memahami sejumlah paparan tentang nilai-nilai dalam hikayat.
4) Siswa mengumpulkan sejumlah fakta berkaitan dengan nilai-nilai kehidupan dalam
hikayat.
5) Siswa mengerjakan latihan-latihan yang ada pada Unjuk Pemahaman 5.
6) Siswa mengomunikasikan temuan-temuannya, baik secara lisan ataupun tertulis,
untuk mendapat tanggapan teman-temannya.

8. Penilaian
a. Penilaian pengetahuan
1) Jenis : tes lisan/tertulis
2) Bentuk instrumen : lembar soal melengkapi, memililih, dan uraian
(Dapat diambil dari pertanyaan-pertanyaan yang ada pada Kegiatan 7.3-7.4)

b. Penilaian keterampilan
1) Jenis : penilaian produk
2) Bentuk instrumen : petunjuk kegiatan (LKS), pedoman penilaian
Lembar Kegiatan Siswa
1. Bacalah sebuah hikayat, misalnya yang berjudul Hikayat Bayan Budiman.
2. Tulislah sinopsis hikayat tersebut!
3. Analisislah hikayat tersebut untuk membuktikan bahwa teks terseut tergolong ke dalam karya
sastra klasik!
4. Sajikanlah tugas Anda itu dalam format laporan seperti berikut.

Judul hikayat : ....

6
Pengarang : ....
Jumlah halaman : ....
Sinopsis
....

Hasil-hasil analisis
....

Pedoman Penilaian Laporan Analisis Hikayat


Aspek Komentar
1) kelengkapan isi
2) kelogisan pendapat
3) keefektifakan kalimat
4) ketepatan pemilihan kata
5) ketepatan ejaan

Anda mungkin juga menyukai