Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal istilah phlebotomy 3
macam cara memperoleh darah, yaitu : melalui tusukan vena (venipuncture),
tusukan kulit (skinpuncture) dan tusukan arteri atau nadi. Venipuncture adalah
cara yang paling umum dilakukan, oleh karena itu istilah phlebotomy sering
dikaitkan dengan venipuncture. Venipuncture dibagi menjadi tiga metode yaitu:
metode spuit, metode vacuum tube dan metode wing needle.
Pengambilan darah vena adalah cara pengambilan darah dengan menusuk
area pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit. Pengambilan darah vena
yaitu suatu pengambilan darah vena yang diambil dari vena dalam fossa cubiti,
vena saphena magna / vena supervisiallain yang cukup besar untuk mendapatkan
sampel darah yang baik dan representatif dengan menggunakan spuit atau vacuum
tube.
Berdasarkan latar belakang yang ada maka yang akan dibahas disini
adalah pengambilan darah vena dengan menggunakan metode spuit dan metode
vacuum tube.
B. Tujuan
untuk mendapatkan sampel darah vena yang baik dan memenuhi syarat
untuk dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan metode spuit dan vacum tube
serta sebagai petunjuk bagi setiap petugas yang melakukan pengambilan darah
vena (phlebotomy).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Plebotomi (bahasa inggris: phlebotomy) berasal dari kata Yunani phleb dan
tomia. Phleb berarti pembuluh darah vena dan tomia berarti mengiris /
memotong(“cutting”). Dulu dikenal istilah vena sectie, venesection atau veni section
(Hardjoeno, H. 2007).
Plebotomi adalah seorang tenaga medis yang telah mendapat latihan untuk
mengeluarkan dan menampung specimen darah dari pembuluh darah vena, arteri atau
kapiler. Teknik flebotomi merupakan suatu cara pengambilan darah (sampling) untuk
tujuan tes laboratorium atau bisa juga pengumpulan darah untuk didonorkan
(Hardjoeno, H. 2007).
Darah vena adalah darah yang berada di pembuluh darah vena, membawa
darah miskin akan oksigen menuju ke jantung. Pembuluh darah vena juga berdinding
tiga lapis seperti arteri, tetapi lapisan tengah berotot lebih tipis, kurang kuat, lebih
mudah kempes, dan kurang elastis dari pada arteri. Pada umumnya semua pembuluh
vena cukup besar dan letaknya superficial dapat dipergunakan pengambilan darah.
Tetapi pada prakteknya yang sering digunakan adalah vena difosa cubiti. Pada anak
kecil atau bayi darah dapat diambil pada vena jugula ris externa, vena femoralis,
bahkan dari sinus sagitalis superior. (Evelyn C. Pearce, 2006)
Pada pengambilan darah vena (veni puncture), contoh darah umumnya
diambil dari vena median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena
ini terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf
besar. Apabila tidak memungkinkan, vena chepalic aatau vena basilica bisa menjadi
pilihan berikutnya. Veni puncture pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati
karena letaknya berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf median. Jika vena
cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka pengambilan darah dapat
dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan. Lakukan pengambilan dengan
dengan sangat hati-hati dan menggunakan jarum yang ukurannya lebih kecil.
Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah adalah :
 Lengan pada sisi mastectomy
 Daerah edema
 Hematoma
 Daerah dimana darah sedang ditransfusikan
 Daerah bekas luka
 Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular
 Daerah intra-vena lines
Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan darah menjadi lebih
encer dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu. Ada dua cara
dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara vakum.
Cara manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syring), sedangkan cara
vakum dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer).
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah vena
adalah :
 Pemasangan turniket (tali pembendung)
o Pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat menyebabkan
hemokonsentrasi (peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen sel),
peningkatan kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol, lipid total)
o melepas turniket sesudah jarum dilepas dapat menyebabkanhematoma
 Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga
mengakibatkan masukknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah
merah.
 Penusukan
o penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan
sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang
berkali-kali juga berpotensi menyebabkan hematoma.
o tutukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan
darah bocor dengan akibat hematoma
 Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel akibat
kontaminasi oleh alkohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan pada pasien
ketika dilakukan penusukan.

Tabung vakum
Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan AS BD (Becton-
Dickinson) di bawah nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini berupa tabung
reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan
pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir
ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai.

Jarum yang digunakan terdiri dari dua buah jarum


yang dihubungkan oleh sambungan berulir. Jarum pada sisi anterior digunakan
untuk menusuk vena dan jarum pada sisi posterior ditancapkan pada tabung.
Jarum posterior diselubungi oleh bahan dari karet sehingga dapat mencegah darah
dari pasien mengalir keluar. Sambungan berulir berfungsi untuk melekatkan
jarum pada sebuah holder dan memudahkan pada saat mendorong tabung
menancap pada jarum posterio.
Keuntungan menggunakan metode pengambilan ini adalah, tak perlu
membagi-bagi sampel darah ke dalam beberapa tabung. Cukup sekali penusukan,
dapat digunakan untuk beberapa tabung secara bergantian sesuai dengan jenis tes
yang diperlukan. Untuk keperluan tes biakan kuman, cara ini juga lebih bagus
karena darah pasien langsung dapat mengalir masuk ke dalam tabung yang berisi
media biakan kuman. Jadi, kemungkinan kontaminasi selama pemindahan sampel
pada pengambilan dengan cara manual dapat dihindari.
BAB III
METODE KERJA

A. WAKTU DAN TEMPAT


Hari / tanggal : Jumat, 02 Juni 2017
Pukul : 08.00-10.00 WITA
Tempat : Laboratorium Hematologi DIII Analis Kesehatan STIKes
Mega Rezky Makassar
B. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain spuit 3 ml,
torniquet, kapas, plesterin dan vacuum tube.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain dan alkohol 70 %.
C. Cara kerja
1. Memberi salam pada pasien.
2. Melakukan pendekatan dengan pasien dengan tenang dan ramah, usahakan
pasien senyaman mungkin.
3. Menjelaskan maksud dan tujuan tentang tindakan yang akan dilakukan.
4. Meminta pasien meluruskan lengannya, pilih tangan yang banyak melakukan
aktivitas.
a. Metode spuit
1. Jika memakai metode spuit maka mengencangkan spuit yang akan
digunakan. Pastikan spuit masih steril.
2. Meminta pasien untuk mengepalkan tangannya.
3. Memasang torniquet kira-kira 10 cm di atas lipatan siku.
4. Memilih bagian vena mediana cubiti atau cephalica. Lakukan perabaan
(palpasi) untuk memastikan posisi vena. Vena teraba seperti sebuah pipa
kecil, elastic dan memiliki dinding tebal.
5. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku,
atau kompres hangat selama 5 menit pada daerah lengan.
6. Membersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alkohol
70 % dan biarkan kering dengan catatan kulit yang sudah dibersihkan
jangan dipegang lagi.
7. Menusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas.
Jika jarum telah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk ke dalam
semprit (flash). Usahakan sekali menusuk vena, lalu torniquet dilepas.
b. Metode vacuum tube
1. Memastikan vacuum masih tersegel. Lalu dibuka dan dipasang bagian
jarumnya pada holder tanpa harus membuka penutup jarum.
2. Meminta pasien untuk mengepalkan tangannya.
3. Memasang torniquet kira-kira 10 cm di atas lipatan siku.
4. Memilih bagian vena mediana cubiti atau cephalica. Lakukan perabaan
(palpasi) untuk memastikan posisi vena. Vena teraba seperti sebuah pipa
kecil, elastic dan memiliki dinding tebal.
5. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku,
atau kompres hangat selama 5 menit pada daerah lengan.
6. Membersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alkohol
70 % dan biarkan kering dengan catatan kulit yang sudah dibersihkan
jangan dipegang lagi.
7. Membuka penutup jarum, lalu menusuk bagian vena dengan posisi lubang
jarum menghadap ke atas. Jika jarum telah masuk ke dalam vena, akan
terlihat darah masuk ke dalam semprit (flash). Usahakan sekali menusuk
vena, lalu torniquet dilepas.
8. Menyesuaikan kebutuhan darah yang perlukan dengan mengganti tabung
pada holder.
5. Setelah volume darah dianggap cukup, minta pasien membuka kepalan
tangannya.
6. Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan / tarik jarum. Tekan
kapas beberapa saat laluplester selama ± 15 menit.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini kami melakukan teknik pengambilan darah vena
menggunakan metode spuit dan juga vacuum tube. Pengambilan darah vena pada
pasien berhasil dilakukan. Pengambilan darah vena secara manual dengan spuit
merupakan cara yang lazim dilakukan di berbagai laboratorium klinik dan tempat
pelayanan kesehatan, maka prosedur pengambilan darah vena harus dilakukan dengan
baik dan benar, serta dapat memberikan rasa yang aman atau tidak menimbulkan
kerugian (dampak negatif) bagi pasien dan diri sendiri.
Pengambilan darah vena metode vacuum tube merupakan cara yang sangat
menguntungkan karena dapat mengambil darah dalam beberapa tabung sesuai
kebutuhan dengan sekali tusukan pada vena. Prosedur inipun dilakukan dengan baik
sehingga memberikan rasa yang aman atau tidak menimbulkan kerugian (dampak
negatif) pada pasien dan diri sendiri.
Pengambilan darah vena (veni puncture), umumnya diambil dari vena median
cubital yang terletak pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini terletak
dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar.
Apabila tidak memungkinkan (seperti terdapat luka pada daerah tersebut) maka, vena
chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa telah dipahami teknik plebotomi oleh mahasiswa dengan dua metode
yang digunakan yaitu menggunakan spuit dan vacuum tube.

B. Saran
Pada praktikum plebotomi diperlukan pemahaman terhadap teknik
plebotomi, ketelitian, etika dan harus berhati-hati.

Anda mungkin juga menyukai