Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Penanganan Limbah
Memenuhi tugas Mata pelajaran IPA

Disusun Oleh :
1. Siti Ainun Haryanti
2. Siti Aisah
3. Siti KhoriApriliyani
4. Siti NurAisyah
5. Siti Maria Ulfa
6. Siti Rohayati
7. Sri Rahayu
8. Taruna Jaya
9. Tasya Dika Trianka
10. Taufik Hidayat
11. Tedi Ferdiansyah

Kelas : XI RPL 3

SMK Bina Cendekia Astanajapura


Website: www.smkbinacendekia.com
E-mail: smkbinacendekiaastanajapura@gmail.com
Kab.Cirebon

2016
Kata Pengantar
Puji Syukur kehadirat Allah SWT,yang telah memberikan Karunia dan Kesehatan
Hingga Kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.Dan Solawat Serta
Salam Kami Curahlimpahkan Kepada junjungan kami Nabi Besar Muhammad SAW.

Makalah ini kami buat memenuhi tugas mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam,Yaitu tentangPenanganan Limbah, ini berisikan tentang gambaran dan
pengertian dalam pengelolaan Limbah dipabrik Industri.

Demikian makalah ini kami buat besar harapan kami tentang kritik dan sarannya
untuk makalah ini,Semoga Isi dari makalah ini Bermanfaat bagi kita
semua,AkhirulKallam Wassalamu’alikum.Wr.Wb

Tim Penulis
Daftar isi
Kata pengantar……………………………………………………………2
Daftar isi……………………………………………………………………3
Bab 1 pendahuluan………………………………………………………4
1. Latar Belakang………………………………………………………4
2. Tujuan………………………………………………………………..4
Bab 2 Pembaasan…………………………………………………………5
1. Penegertian limbah B3……………………………………………5
2. Jenis Limbah B3 pada Pabrik Besi Baja ………………………5
3. Uji Karakteristik Limbah ………………………………………....6
4. Uji Toksisitas ……………………………………………………….6
5. Kandungan Unsur dan Senyawa Dalam Limbah …………….7
6. Pengelolaan Limbah B3 Besi Baja Berdasarkan Peraturan yang
Berlaku ………………………………………………………………10
7. Pemanfaatan Limbah B3 Saat ini ……………………………….11
8. Teknologi Pengolahan Limbah B3 ……………………………...12
Bab 3 Penutup……………………………………………………………..14

Kesimpulan dan Saran………………………………………………14

Daftar Pustaka………………………………………………………..15
Bab 1 Pendahuluan

1. Latar Belakang
Pemerintah baru saja mengesahkan Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014
tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun, yang merupakan pengganti
dari peraturan sebelumnya Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 jo PP 85 Tahun
1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Pengelolaan limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) merupakan kewajiban bagi setiap individu penghasil
limbah B3 sesuai dengan PP No. 101 Tahun 2014,Pasal 3 (1), bahwa Setiap Orang yang
menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan Pengelolaan Limbah B3 yang dihasilkannya.

Kegiatan industri besi baja merupakan salah satu kegiatan yang dapat
menimbulkan limbah B3. Limbah B3 tidak dapat begitu saja ditimbun, dibakar atau
dibuang ke lingkungan, karena mengandung bahan yang dapat mencemari lingkungan
dan membahayakan manusia serta makhluk hidup lain. Limbah ini memerlukan cara
penanganan yang lebih khusus dibanding limbah yang bukan B3. Limbah B3 tersebut
perlu diolah, baik secara fisik, biologi, maupun kimia sehingga menjadi tidak berbahaya
atau berkurang daya racunnya. Setelah diolah limbah B3 masih memerlukan metode
pembuangan yang khusus untuk mencegah resiko terjadi pencemaran.

2. Tujuan
Tujuan pengelolaan limbah B3 pada industri besi/baja dan logam adalah untuk
mengetahui sejauh mana limbah yang dihasilkan dari proses produksi baja masuk dalam
katagori B3 dengan:

1. Menginventarisasi limbah B3 di industri baja.


2. Mengidentifikasi limbah dan limbah B3 pada industri baja.
3. Mengkarakterisasi limbah B3 pada limbah industri baja.
4. Mengevaluasi pengelolaan limbah dan limbah B3 pada industri baja.
BAB 2 Pembahasan
PENGELOLAAN LIMBAH
BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA

1. Pengertian Limbah B3

Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah)
suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3)
karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau
jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak,
mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.

2. Jenis Limbah B3 pada Pabrik Besi Baja


Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), adalah proses untuk
mengubah jenis, jumlah dan karakteristik limbah B3 menjadi tidak berbahaya dan/atau
tidak beracun dan/atau immobilisasi limbah B3 sebelum ditimbun dan/atau
memungkinkan agar limbah B3 dimanfaatkan kembali (daur ulang). Proses pengolahan
limbah B3 dapat dilakukan secara pengolahan fisika dan kimia, stabilisasi/solidifikasi, dan
insinerasi.

Tata cara penetapan limbah B3 berdasarkan PP No. 101 Tahun 2014 adalah sebagai
berikut:

1. Berdasarkan daftar lampiran limbah B3


2. Uji karakteristik
3. Uji toxicity characteristic leaching procedure (TCLP), dan
4. Uji lethal dose 50 (LD50)
5. Uji toksisitas sub-kronis

Uji Karakteristik adalah suatu uji yang dilakukan dilaboratorium, jika limbah
mengandung salah satu atau lebih sifat, dan/atau salah satu atau lebih pencemar yang
melebihi ambang batasnya.
Setelah kandungan/parameter fisika dan/atau kimia dan/atau biologi yang
terkandung dalam limbah B3 tersebut di ketahui, maka terhadap selanjutnya adalah
menentukan pilihan proses pengolahan limbah B3 yang dapat memenuhi kualitas dan
baku mutu pembuangan dan/atau lingkungan yang ditetapkan.

Jenis limbah B3 yang dihasilkan di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk., adalah sebagai
berikut:

1. Limbah B3 dari sumber spesifik


Limbah B3 dari sumber spesifik adalah limbah B3 sisa proses suatu industri atau
kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan.

a) Debu EAF(Electric Arc Furnace)


Berasal dari BSP, SSP I dan SSP II. Pada perkembangannya debu tersebut dapat
dimanfaatkan oleh pihak ketiga yang telah mempunyai izin pemanfaatan limbah
B3 dari KLH, sebagai bahan baku.

Gambar 8.3. Timbunan Limbah Fly Ash

b) Sludge (Lumpur)
Limbah sludge di PT. KrakatauSteel (Persero) Tbk, berasal dari pengolahan air
buangan dari proses produksi yang dilakukan dengan menggunakan Wastewater
Treatment Plant (WWTP).

c) Slag
Limbah Slag di PT. KrakatauSteel (Persero) Tbk, berasal dari proses Steel Making
dari SSP I, SSP II, dana BSP yang dilakukan dengan menggunakan teknologi Slag
Atomizing Technologi (SAT) dan Material Recovery Plant (MRP)

d) Mill Scale
Mill scale adalah serpihan dari besi baja yang terbentuk pada permukaan ketika
sedang diproduksi.

Gambar 8.5. Limbah Mill Scale

e) Water Pickle Liquor (WPL)


WPL merupakan hasil dari pembersihan permukaan baja pada pabrik Cold Rolling
Mill (CRM).WPL tersebut dimanfaatkan oleh pihak ketiga yang telah mempunyai
izin pemanfaatan limbah B3 di KLH.

f) Catalyst
Berasal dari pabrik DR dimana catalist berasal dari hasil penyerapan sulfur pada
proses reformasi (pembuatan gas reduktor).

g) PS (Precious Slag) Ball


Produk yang dihasilkan dari metode SAT yaitu berupa PS Ball. PS Ball merupakan
produk ramah lingkungan dengan struktur molekul yang stabil dari pengolahan
slag cair. Pemanfaatan produk dari pengelolaan limbah slag dengan
menggunakan metode SAT sampai saat ini baru dimanfaatkan sebagai abrasive

(blasting naterial).
Gambar 8.6. PS Ball

h) Fines Sponge Iron


Fines Sponge Iron bukanlah termasuk limbah karena merupakan bahan
bakusponge iron yang kurang dari 5 mm lewat proses pengayakan di Direct
Reduction Plant. Fines sponge iron dapat digunakan kembali melalui proses
pemadatan agar ukurannya lebih dari 5 mm danselanjutnya masuk kembali ke
dalam proses.

(a) Fines Sponge Iron


(a) Sponge Iron

Gambar 8.7. Sponge Iron (a) dan Fines Sponge Iron (b)
i) Iron Concentrate
Iron concentrate adalah konsentrat besi yang berasal dari sludge dan/atau debu
yang ditangkap di dedusting system dari proses pembuatan besi dan baja (iron
and steel making)yang sudah ditingkatkan kandungan besinya dengan
menggunakan teknik-teknik pengolahan mineral (mineral processing

/concentration), seperti grinding, magnetic separator, atau flotasi.

2. Limbah B3 dari sumber non spesifik


Limbah B3 dari sumber non spesifik adalah limbah B3 yang pada umumnya berasal
bukan dari proses utama, tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian,
pencegahan korosi, pelarutan kerak, pengemasan dan lain-lain.
a) Oli dan grease bekas
Oli dan grease bekas berasal dari mein-mesin pada seluruh pabrik di PT. Krakatau
Steel (Persero) Tbk. Oli tersebut diserahkan pada pihak ketiga yang sudah
mempunyai izin dari KLH untuk mengelola.

b) Majun
Majun merupakan limbah B3 berupa kain bekas yang terkontaminasi oli dan
minyak.Majun tersebut diserahkan pada pihak ketiga yang sudah mempunyai izin
dari KLH untuk mengelola.

3. Uji Karakteristik Limbah


Sebelum melakukan pengolahan, terhadap limbah B3 harus dilakukan uji analisa
kandungan/parameter fisika dan/atau kimia dan/atau biologi guna menetapkan prosedur
yang tepat dalam proses pengolahan limbah B3 tersebut.

Limbah dikatagorikan sebagai limbah B3 jika memiliki sifat diantara yang disebut
dibawah yaitu : Mudah meledak, Sangat mudah sekali menyala, Sangat mudah menyala,
Mudah terbakar, Reaktif, Beracun,Korosif, Infeksi, Pengujian toksikologi

4. Uji Toksisitas
Limbah B3 beracun adalah Limbah yang memiliki karakteristik beracun
berdasarkan uji penentuan karakteristik beracun melalui TCLP, Uji Toksikologi LD50, dan
uji sub-kronis.

Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 1 jika memiliki nilai sama dengan
atau lebih kecil dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih kecil atau
sama dengan 50 mg/kg (lima puluh miligram per kilogram) berat badan pada hewan uji
mencit.

Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika memiliki nilai lebih besar
dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih kecil atau sama dengan 50
mg/kg (lima puluh miligram per kilogram) berat badan pada hewan uji mencit dan lebih
kecil atau sama dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih kecil atau
sama dengan 5000 mg/kg (lima ribu miligram per kilogram) berat badan pada hewan uji
mencit.

5. Kandungan Unsur dan Senyawa Dalam Limbah


Hasil uji kimia yang dilakukan oleh BPPT melalui Laboratorium Sucofindo maupun
oleh laboratorium di PT. Krakatau Steel diperlihatkan senyawa seperti pada tabel berikut.

Tabel 9.4. Kandungan Kimia Limbah PT. Krakatau Steel


debu Slag Mill Mil Ferro
Kandungan Unit sludge Scale**) PS Ball Oxide
EAF *) Scale
Fe2+ % 12.93

Fe Total % 47.78 58.4 36.06 74.24 60.9 20.83 68.6

Fe Metal % 2.45 0.2 <0.10

FeO % 3.35

Fe2O3 % 83.43 52.02 87.08 26.06 98.08

SiO % 3.38 3.8 0.25 4.14 12.69 0.39

CaO % 8.68 2.66 0.97 40.3 0.32

MgO % 9.47 0.256 td <0.01 7.95 0.19

Al2O3 % 4.1 0.9 0.99 2.2

TiO2 % 0.24 0.02 0.02

V2O5 % 0.12

Na2O % <0.01 <0.10 0.02

Cr2O3 % 0.08 0.24 0.1

MnO % 2.17

MnO2 % 0.13

K2O % 0.57 <0.01

V2O5 % 0.14 0.01

P % 0.106 0.01 0.03 0.01


S % 1.08 0.01 0.03 0.04

Zn % 0.085

C %

Cu % 0.01

Mn % 0.22

H2O % 1 0.02

Dari data tersebut diatas terlihat bahwalimbah mill scale masih banyak kandungan
logam dan oksida sehingga limbah berpotensi dapat dimanfaatkan oleh industri lain.

6. Pengelolaan Limbah B3 Besi Baja Berdasarkan Peraturan yang


Berlaku
Berdasarkan PP No. 101 Tahun 2014, beberapa limbah dari industri besi baja termasuk
dalam limbah khusus.

Kategori Limbah:
Kategori 1 : Limbah B3 yang berdampak akut dan langsung terhadap manusia dan dapat
dipastikan akan berdampak negatif terhadap lingkungan hidup.

Kategori 2 : Limbah B3 yang mengandung B3, memiliki efek tunda (delayed effect), dan
berdampak tidak langsung terhadap manusia dan lingkungan hidup serta memiliki
toksisitas sub-kronis atau kronis.

7. Pemanfaatan Limbah B3 Saat ini


Limbah yang dihasilkan oleh pabrik besi baja PT. Krakatau Steel mengandung
beberapa unsur dan senyawa bahan kimia yang masih dapat dimanfaatkan, baik oleh PT.
Krakatau steel sendiri maupun oleh pabrik lain, misal debu EAF mempunyai kandungan
Zn yang tinggi sehingga dapat dimanfaatkan menjadi Zinc Oksida melalui proses thermal
dengan temperature di atas 1300 oC. Berikut pemanfaat limbah B3 dari pabrik besi baja
saat ini.
Tabel 9.10. Pemanfaatan Limbah B3 di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
No Nama Limbah Sumber Perlakuan

1. Mill Scale Hot Strip Mill (HSM) a. Dimanfaatkan untuk industri


magnet domestik

b. Diekspor ke cina
2. Steel Slag Slab Steel Plant (SSP) a. Diolah menjadi produk PS
dan Billet Steel Plant Ball
b. Dimanfaatkan untuk roadbase
(BSP)
c. Dimanfaatkan pihak ketiga
3. Debu EAF dan Slab Steel Plant (SSP) Dimanfaatkan oleh industri
Sludge Billet Steel Plant (BSP) semen

dan Water Treatment Plant


(WTP) yang ada pada
masing-masing

pabrik
4. Oli dan pelumas Setiap pabrik yang Diserahkan pada pihak ketiga
bekas menggunakan pelumas berizin

8. Teknologi Pengolahan Limbah B3


Tujuan dari pengolahan limbah B3 adalah untuk mengurangi bahaya dari limbah
terhadap manusia dan lingkungan. Hal ini dapat dicapai dengan mengubah limbah
menjadi material yang tidak berbahaya atau ramah lingkungan melalui proses kimia,
fisika, biologis dan termal.

Teknologi pengolahan Limbah B3secara umum dapat dibagi empat macam,


meliputi proses fisika/fisikokimia, proses kimia, proses biologi, dan proses termal. Secara
umum skema teknologi pengolahan limbah B3 terhadap jenis limbah B3 yang berbeda-
beda dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Pemilihan teknologi pengolahan limbah B3
disesuaikan dengan karakteristik limbah B3 tersebut.

Upaya pengelolaan limbah B3 di industri besi dan baja dapat dilakukan melalui tahapan
sebagai berikut:
1. Reduksi limbah dengan mengoptimalkan penyimpanan bahan baku dalam proses
kegiatan atau house keeping, substitusi bahan, modifikasi proses, maupun upaya
reduksi lainnya.

2. Kegiatan pengemasan dilakukan dengan penyimbolan dan pelabelan yang


menunjukkan karakteristik dan jenis limbah B3 berdasarkan acuan Keputusan

Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor


: Kep-
05/Bapedal/09/1995.
3. Penyimpanan dapat dilakukan di tempat yang sesuai dengan persyaratan yang
berlaku acuan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor:
Kep-01l/Bapedal/09/1995.

4. Pengumpulan dapat dilakukan dengan memenuhi persyaratan pada ketentuan


Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: Kep-
01/Bapedal/09/1995 yang menitikberatkan pada ketentuan tentang karakteristik
limbah, fasilitas laboratorium, perlengkapan penanggulangan kecelakaan,
maupun lokasi.

5. Kegiatan pengangkutan perlu dilengkapi dengan dokumen pengangkutan dan


ketentuan teknis pengangkutan.

6. Upaya pemanfaatan dapat dilakukan melalui kegiatan daur ulang (recycle),


perolehan kembali (recovery) dan penggunaan kembali (reuse) limbah B3 yang
dlihasilkan ataupun bentuk pemanfaatan lainnya.

7. Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara thermal, stabilisasi, solidifikasi


secara fisika, kimia, maupun biologi dengan cara teknologi bersih atau ramah
lingkungan.

8. Pengangkutan Limbah B3 dilakukan dengan alat angkut yang bersifat tertutup, untuk
menghindari pencemaran lingkungan.

9. Kegiatan penimbunan limbah B3 wajib memenuhi persyaratan dalam Peraturan


Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999.
Bab 3 Penutup

Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan hasil analisis uji laboratorium, limbah-limbah B3 yang masuk dalam
kategori tersebut positif mempunyai sifat reaktif pada saat uji sulfida, yaitu slag, PS Ball,

Fines Sponeg iron dan mill scale. Limbah-limbah tersebut selama ini dapat dimanfaatkan
menjadi produk lain. Oleh karena itu, agar limbah-limbah B3 tersebut tidak mencemari
lingkungan dan membahayakan terhadap kesehatan, maka beberapa hal berikut yang
harus diperhatikan:

1. Limbah tersebut dipastikan dijauhkan dari kondisi asam/basa dan kontak dengan
air

2. Limbah disimpan dalam bangunan pelindung yang kuat, tidak mencemari


lingkungan sekitarnya

3. Melakukan monitoring lingkungan di sekitar tempat penimbunan sementara


limbah B3 tersebut.

4. Memastikan produk hasil pemanfaatan limbah B3 tidak mencemari lingkungan


dan membahayakan kesehatan manusia dan makhluk hidup lain.
Daftar Pustaka

1. United States, Environmental Protection Agency, 2005. Introduction to Land Disposal


Units (40 CFR Parts 264/265, Subparts K, L, M, N).

2. Manual Sistem Manajemen Krakatau Steel (SMKS) PT. Krakatau Steel


3. Hazardouswaste treatment technologies, G. Eduljee, Waste Management and
Minimisation - Volume 1. Encyclopedia of Life Support Systems (EOLSS).

Anda mungkin juga menyukai