Anda di halaman 1dari 4

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) MEDIS

RSIA NUN SURABAYA


2018-2020

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


0 /4
KOLESTASIS

1. Definisi Kolestasis adalah semua kondisi yang menyebabkan


terganggunya sekresi dan ekskresi empedu ke duodenum
sehinga menyebabkan tertahannya bahan-bahan atau
substansi yang seharusnya dikeluarkan bersama empedu
tersebut di hepatosit.
2. Anamnesis 1. Warna kuning pada kulit, warna feses dan urin
2. Pelacakan etiologi: riwayat kehamilan dan kelahiran
(ibu dengan infeksi TORCH, berat badan lahir,
infeksi intra partum, pemberian nutrisi parenteral)
3. Riwayat keluarga : Ibu mengidap Hepatitis B,
perkawinan antar keluarga, adanya saudara kandung
yang menderita penyakit yang sama
4. Paparan terhadap toksin / obat-obatan hepatotoksik.
3. Pemeriksaan fisik 1. Wajah : adakah fasies dismorfik
2. Mata : adakah katarak / korioretinitis (pada infeksi
TORCH)
3. Kulit : ikterus dan tanda komplikasi sirosis seperti
spider angiomata, eritema palmaris, edema
4. Dada : bising jantung (pada sindrom alagiller, atresia
bilier)
5. Abdomen :
a. Hepar : ukuran lebih besar atau lebih kecil
daripada normal, konsistensi hati normal,
permukaan hati licin / berbenjol-benjol.
b. Lien : splenomegali
c. Vena kolateral, asites
6. Lain-lain: jari tabuh, foetor hepatikum, fimosis
4. Kriteria Diagnosis 1. Ikterus dengan feses berwarna pucat atau akolik dan
urin berwarna kuning tua
2. Kadar bilirubin direk > 1 mg/dL apabila bilirubin
total < 5 mg/dL atau bilirubin direk > 20% dari
bilirubin total, apabila kadar bilirubin total > 5mg/dL
5. Diagnosa Kerja Kolelitiasis
6. Diagnosa Banding Breast milk jaundice
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) MEDIS
RSIA NUN SURABAYA
2018-2020

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


0 /4
KOLESTASIS

7. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah tepi lengkap, gambaran hapusan darah tepi .


2. Biokimia darah: bilirubin direk dan indirek, ALT
(SGPT), AST (SCOT), γGT, masa protrombin,
albumin, globulin, kolesterol, trigliserida, gula darah
puasa, ureum, kreatinin
3. Urin: rutin (leukosit, bilirubin, urobilinogen, reduksi)
dan kultur
4. Tinja 3 porsi (dilihat warna tinja pada 3 periode
dalam 24 jam)
5. Pemeriksaan etiologi infeksi: hepatitis virus B
8. Tata Laksana 1. Terapi etiologik:
a. Terapi medikamentosa: untuk kolestasis
intrahepatik yang dapat diketahui penyebabnya
b. Operasi: untuk kolestasis ekstrahepatik, dirujuk
2. Terapi suportif:
a. Srimulasi aliran empedu: asam ursodeoksikolat
10-30 mg/kgBB dalam 2-3 dosis
b. Nutrisi diberikan untuk menunjang pertumbuhan
optimal (kebutuhan kalori umumnya dapat
mencapai 130-150% kebutuhan bayi normal) dan
mengandung lemak rantai sedang (Medium chain
trigliseride –MCT)
c. Vitamin yang larut dalam lemak
a) A: 5000-25.000 IU
b) D: calcitriol 0,05-0,2 ug/kgBB/hari
c) E: 15-25 lU/kgBB/hari
d) K1: 2,5-5mg:2-7x/minggu atau 0,3 mg/kgBB
setiap bulan
d. Mineral dan trace element: Ca, P, Mn, Zn, Fe
3. Terapi komplikasi lain: misalnya
a. Hiperlipidemia / xantelasma: obat HMG-coa
reductase inhibitor contohnya kolestipol,
simvastatin
b. Pruritus: salah satu di bawah:
a) Antihistamin: difenhidrarnin 5-10
mg/kgBB/hari, hidroksisin 2,5 mg/kgBB/hari
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) MEDIS
RSIA NUN SURABAYA
2018-2020

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


0 /4
KOLESTASIS

dan Rifampisin 10 mg/kgBB/hari


b) Kolestiramin 0,25-0,5g/kgBB/hari
9. Edukasi 1. Memberikan nutrisi yang sesuai dengan petunjuk
(Hospital Health Promotion) 2. Memberikan obat sesuai dengan aturan
3. Mengenali tanda komplikasi dan perburukan
4. Kontrol teratur
10. Prognosis Prognosis kolestasis intrahepatik tergantung dan penyakit
penyebab dan banyaknya kerusakan sel-sel hati.
Kolestasis yang terjadi oleh karena sepsis, prognosisnya
baik. Pada kasus kolestasis ekstrahepatik seperti atresia
bilier, setelah dilakukan operasi Kasai (Post Kasai
procedure) 30-60% bisa bertahan sampai 5 tahun.
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi Rujuk pada spesialis bedah anak
13. Penelaah Kritis 1. Perdarahan saluran cerna
2. Intra cerebral bleeding
3. Malnutrisi
4. Malabsorbsi
5. Sirosis hati
14. Indikator 1. Keluhan kuning pada kulit, urin berkurang
2. Warna feses tidak pucat
3. Parameter laboratorium membaik
4. Tidak didapatkan komplikasi perdarahan
15. Kepustakaan 1. Arce DA, Costa H, Schwarz SM. Hepatobiliary
disease in children. Clinics in Family Practice 2000;
2:1-36.
2. Suchy FJ. Neonatal cholestasis. Pediatrics in Rev
2004;25: 388-95.
3. Pudjiadi AH, dkk. Pedoman pelayanan medis Ikatan
Dokter Anak Indonesia. Pengurus Pusat Ikatan Anak
Indonesia. Jakarta; 2010. h. 170-4.
4. Juffrie M, dkk. Buku Ajar Gastroenterologi-
hepatologi. Badan Penerbit IDAI. Jakarta; 2010. h.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) MEDIS
RSIA NUN SURABAYA
2018-2020

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


0 /4
KOLESTASIS

365-83.
5. Kelly DA. Pediatric liver disease. Dalam : O Grady
JG, Lake JR, Howdle PD,penyunting,
Comprehensive Clinical Hepatologi, edisi ke11
London: Mosby; 2000. h.231-36.

Ketua Komite Medik Ketua KSM

(dr. Danu Maryoto Teguh, Sp., OG., (K)). (Dr., dr., Rudi Irawan, Sp., A., M., Kes.)

Direktur
RSIA NUN Surabaya

(Numbi Mediatmapratia, dr., M., Kes.)

Anda mungkin juga menyukai