SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA KENDARI 2018 A. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mengetahui uji aktivitas antimikroba dari bahan alam dengan beberapa cara pengujian. 2. Mengetahui metode penggunaan difusi agar. B. URAIAN MEDIUM 1. Nutrien agar a. Agar (FI III 1979 Hal: 74) Nama resmi : AGAR Nama lain : Agar-agar Pemerian : Berkas potongan memanjang, tipis seperti selaput dan berdekatan, atau berbentuk keping, serpih atau butiran; jingga lemah kekuningan, abu-abu kekuningan sampai kuning pucat atau tidak bewarna: tidak berbau atau berbau lemah; rasa berlendir; jika lembab liat; jika kering rapuh. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam air mendidih. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Khasiat : Sebagai bahan pemadat medium.
b. Aquades (FI III 1979 Hal: 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA Nama lain : Air suling Pemerian : Cairan jernih; tidak bewarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. Khasiat : Sebagai pelarut
c. Ekstrak beef (FI IV 1995 Hal: 1152)
Nama resmi : EKSTRAK DAGING SAPI Nama lain : Ekstrak beef Pemerian : Masa berbentuk pasta, bewarna coklat kekuningan sampai coklat tua, bau dan rasa seperti daging, sedikit asam. Penyimpanan : Simpan dalam wadah tidak tembus cahaya. Khasiat : Sebagai sumber protein. d.Pepton(Depkes RI, 1979 Halaman 721) Nama resmi : Pepton Nama lain : Pepton kering Pemerian : Serbuk kuning kemerahan sampai coklat, bau khas tidak busuk. Kelarutan : Larut dalam air, memberikan larutan berwarna kekuningan yang bereaksi, agak asam praktis tidak larut dalam etanol (95%) dan dalam eter P Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat. Kegunaan : Sebagai sumber nitrogen C. URAIAN BAKTERI 1. E.Coli Klasifikasi bakteri E. Coli yaitu (Jawetz, 1996) : Kingdom : Bacteria Phylum : Proteobacteria Class : Gamma Proteobacteria Orde : Enterobacteriales Family : Enterobacteriaceae Genus : Escherichia Species : Escherichia coli Morfologi Bakteri E. Coli dari anggota family Enterobacteriaceae. Ukuran sel dengan panjang 2,0-6,0 μm dan lebar 1,1-1,5 μm. Tidak ditemukan spora dan merupakan bakteri gram negatif. Selnya bisa terdapat tunggal, berpasangan, dan dalam rantai pendek, biasanya tidak berkapsul. Habitat alamiah E. Coli terbatas pada usus, seringkali menyebabkan infeksi. E. Coli dapat bertahan hingga suhu 60oC selama 15 menit atau pada 55oC selama 60 menit. E. coli akan tumbuh dengan baik pada suhu optimal 37oC pada media yang mengandung 1% peptone sebagai sumber karbon dan nitrogen. E. Coli memfermentasikan laktosa dan memproduksi indol yang digunakan untuk mengidentifikasikan bakteri pada makanan dan air (Zein, 2004). D. URAIAN BAHAN 1. NaCL (FI III 1979 Hal: 403) Nama resmi : NATRII CHLORIDUM Nama lain : Natrium klorida Pemerian : Hablur heksahendral tidak bewarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa asin.. Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan dalam lebih kurang 10 bagian gliserol p; sukar larut dalam etanol (95%) p.. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Khasiat : Sebagai sumber ion klorida dan ion natrium. 2. DMSO/Dimetil Sulfoksida (Dirjen POM, 1979) Nama resmi : DIMETIL SULFOKSIDA Nama lain : Dimetil sulfoksida RM / BM : CH3SOCH3 / 78,02 Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, higroskopik. Kelarutan : Larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan dalam eter P. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Kegunaan : Sebagai pelarut ekstrak E. URAIAN TANAMAN 1. Kayu Jawa (gembong tjitrosoepomo, 2013) Klasifikasi : Plantae Divisi : spermatophyta Sub divisi : anggeospermae Class : dicotiyledonane Ordo : Sapindales Family : anacardiaaceae Genus : lannea Spesies : Lannea coromandelica Morfologi Kayu Jawa Tanaman kayu jawa merupakan tanaman habitus, biasanya tinggi pohonnya encapai 6 sampai 8 meter, berakang tunggang batang bercabang. Daun majemuk gasal (ganjil), bentuk anak daun bulat , memanjang, ada bekas ibu tungkai daun pada cabang/ranting pertulangan daun menyirip, bewarna hijau pucat (sathish, 2010). 2. Okra (Nadira, 2009) Kingdom : plantae Divisi : magnoliophyte Kelas : magnoliopsida Ordo : malvales Family : malvaceae Genus : abelmoschus Spesies : Abelmoschus esculentus Morfologi Okra Batang okra bercabang dengan tinggi anatara 0,5 sampai 4 m, berdaun tunggal dengan Panjang tangkai daun sekitar 50 cm. tubas bunga muncul pertama pada ketika daun 6 dan 8, atau saat tanaman berumur 5 samap 7 minggu setelah tanam. Bunga termaksud hemaprodik dan self compatibility dengan diameter 4 samapi 8 cm, memiliki 5 kelopak yang bewarna putih kekuningan (departemen of biotecnologi, 2011). F. ALAT DAN BAHAN 1) Alat a. Autoklaf b. Batang pengaduk c. Botol cokelat d. Bunsen e. Cawan petri f. Erlenmeyer g. Gelas Ukur h. Hot plate i. Kulkas j. Ose bulat dan ose lurus k. Oven l. Rak tabung m. Spoit 10 ml dan 20 ml. n. Tabung reaksi o. Timbangan analitik 2) Bahan a. Aluminium Foil b. Aquadest c. Ekstrak batang kayu jawa d. Ekstrak daun okra e. Etanol f. DMSO g. Kapas h. Medium NA i. NaCl j. Piper disk G. PROSEDUR KERJA a. Pembuatan medium 1) Nutrien Agar Ditimbang Nutrien Agar 6 gr kemudia dimasukkan kedalam Erlenmeyer dan ditambahkan 300 ml aquades. Setelah itu dipanaskan hingga mendidih, sesekali diaduk. Setelah dingin dibungkus dengan kertas dan disterilkan medium di dalam autoklaf. Kemudian dimasukkan ke dalam kulkas. b. Uji sensitifitas Sampel ekstrak bahan alam ekstrak kulit kayu jawa ekstrak daun okra.
a. Penyiapan sampel ekstrak
Disiapkan sampel ekstrak bahan alam. Kemudia diambil 1 sendok tanduk (bagian yang kecil) dan dilarutkan ektrak kayu jawa dan ekstrak okra dalam 0,5 ml DMSO pada masing – masing vial. Dimasukan sampel ekstarak bahan alam kedalam masing – masing vial dan dimasukan paperdisk sebanyak yang dibutuhkan kedalam masing – masing vial. b. Penyiapan medium dan suspensi bakteri Diambil biakan bakteri E.coli sebanyak 1 ose dan diaduk ke dalam tabung reaksi yang berisi Nacl 10 ml. Kemudian diambil 1 ose E. Coli yang berada pada larutan NaCl dan dihomogenkan dalam tabung reaksi yang berisi 15ml medium Nutrien Agar. Setelah itu, dimasukkan kedalam capet (yang telah diberi tanda batas daerah untuk paperdisk yang telah direndam larutan kedua ekstrak tersebut) dan diamkan hingga memadat. c. Perlakuan sensitivitas ekstrak bahan alam Diambil paperdisk yang telah direndam dalam larutan antibiotik cipro dan tetra, kemudian dimasukkan kedalam cawan petri yang berisi medium Na di masing – masing daerah sampel yang telah diberi batas terlebih dahulu. Setelah itu, diInkubasi selama 1 x 24 jam dan diamati zona hambatnya. H. HASIL PENGAMATAN Tabel pengamatan aktivitas antimikriba ekstrak kayu jawa dan ekstrak okra : No Sampel Gambar Medium Hasil 1. Ekstrak Natrient Tidak batang Agar terdapat kayu jawa (NA) adanya zona hambat
2. Ekstrak Nutrient Tidak
daun okra Agar terdapat (NA) adanya zona hambat I. PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai uji aktivitas antimikroba dari bahan alam dengan tujuan praktikum yaitu untuk mengetahui uji antivitas antimikroba dari bahan alam dengan beberapa pengujian dan mengetahui metode uji difusi agar. Bahan alam dapat dijadikan bahan obat untuk mengendalikan penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme khususnya bakteri dan fungi. Penggunaan bahan antimikroba yang bersumber dari alam seperti tanaman dapat menjadi alternatif lain dalam penanganan infeksi yang diakibatkan oleh mikroorganisme. Tanaman memiliki kandungan senyawa yang dapat berpotensi sebagai antimikroba dengan berbagai mekanisme. Zat antibakteri dalam melakukan efeknya, harus dapat mempengaruhi bagian-bagian vital sel seperti membran sel, enzim-enzim dan protein struktural. Mekanisme kerja zat antibakteri dalam melakukan efeknya terhadap mikroorganisme adalah merusak dinding sel, mengubah permeabilitas membran sel, kerusakan sitoplasma. Antibakteri atau antimikroba secara umum adalah suatu komponen yang bersifat dapat menghambat pertumbuhan (bakteriostatik) atau membunuh (bakterisidal), dan digunakan untuk kepentingan pengobatan infeksi pada manusia dan hewan. Aktivitas bakteriostatik yakni antibakteri tersebut berperan dalam menghambat pertumbuhan bakteri dan jika bahan antibakteri dihilangkan maka perkembangbiakan bakteri berjalan seperti semula. Sedangkan aktivitas bakterisidal yakni antibakteri digunakan untuk membunuh bakteri serta jumlah total organisme yang dapat hidup. Daya bakterisidal berbeda dengan bakteriostatik karena prosesnya berjalan searah yaitu bakteri yang telah mati tidak dapat dibiakkan kembali meskipun bahan bakteris (Fauziah,2015). Uji aktivitas antimikroba yang dilakukan kali ini yaitu menggunakan ekstak dari tanaman kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) sebanyak 1% dan tanaman okra (Abelmoschus esculentus) sebanyak 1 % dengan menggunakan metode difusi agar dengan menggunakan bakteri E.coli. Alasan digunakan sampel ekstrak pada pengujiian aktivitas antimikroba yaitu karena beberapa tanaman dapat menghasilkan senyawa – senyawa yang bersifat antimikroba sehingga dapat digunakan untuk mengobati penyakit infeksi, sehingga perlu dilakukan pengujian untuk memastikan adanya sifat antimikroba dari suatu tanaman. Berdasarkan literatur yang ada disebutkan bahwa tanaman kulit batang kayu jawa banyak dimanfaatkan untuk berbagai pengobatan seperti astringen, mengobati sakit perut, lepra, peptic ulcer, penyakit jantung, disentri dan sariawan serta dapat mengobati baik luka dalam maupun luka luar (Wahid,2009). Sedangkan tanaman okra sendiri menurut penelitian mengenai ekstrak alkohol dari daun okra dapat mengurangi radikal bebas, mengobati penyakit ginjal dan saluran pencernaan, mengurangi proteinuria serta memperbaiki fungsi ginjal (Delviana,2017). Adapun langkah awal yang dilakukan yaitu dengan penyiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Setelah itu, dilakukan pembuatan medium NA dengan menimbang 6 gram nutrient agar yang dilarutkan dalam 300 mlm aquadest. Kemudian, dilakukan uji sensitifitas menggunakan sampel ekstrak bahan alam yaitu ekstrak kulit kayu jawa ekstrak daun okra. Disiapkan sampel ekstrak bahan alam. Kemudia diambil 1 sendok tanduk (bagian yang kecil) dan dilarutkan ektrak kayu jawa dan ekstrak okra dalam 0,5 ml DMSO pada masing – masing vial. Tujuan digunakan DMSO (Dimetil Sulfoksida) pada uji skrining yaitu karena DMSO merupakan pelarut yang bersifat semi polar dengan adanya 2 gugus metal (CH3) pada DMSO ini membuat pelarut ini bersifat nonpolar. Dimana diketahui bahwa semakin banyak rantai C maka akan semakin nonpolar. Gugus metil ini akan berikatan dengan ekstrak bahan alam selanjutnya gugus sulfoksida yang bersifat polar karena berikatan rangkap akan melepaskan electron bebas yang terdapat pada gugus ini akan memperbaiki kelarutan ekstrak dari bahan alam (Entjang, 2003). Selanjutnya, dimasukan sampel ekstrak bahan alam kedalam masing – masing vial dan dimasukan paperdisk sebanyak yang dibutuhkan kedalam masing – masing vial. Kemudian diambil biakan bakteri E.coli sebanyak 1 ose dan diaduk ke dalam tabung reaksi yang berisi Nacl 10 ml. Kemudian diambil 1 ose E. Coli yang berada pada larutan NaCl dan dihomogenkan dalam tabung reaksi yang berisi 15ml medium Nutrien Agar. Setelah itu, dimasukkan kedalam capet dan diamkan hingga memadat. Diambil paperdisk yang telah direndam dalam ekstrak dari tanaman kulit batang kayu jawa dan tanaman okra sebanyak satu ujung sendok tanduk kemudian dimasukkan kedalam cawan petri yang berisi medium NA di masing – masing daerah sampel yang telah diberi batas terlebih dahulu. Setelah itu, diInkubasi selama 1 x 24 jam dan diamati zona hambatnya. Zona hambatan adalah daerah bening yang tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme disekitar pencadang/paper disk karena pengaruh suhu bahan atau zat yang bersifat antimikroba (Pelczar,2007). Dari hasil percobaan yang telah dilakukan pada uji aktivitas antimikroba dengan metode difusi agar didapatkan hasil pada penggunaan ekstrak dari tanaman kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) sebanyak 1% dan tanaman okra (Abelmoschus esculentus) sebanyak 1 % yang diujikan pada bakteri Escherichia coli diketahui bahwa tidak terdapat zona hambat dari kedua ekstrak tersebut. Hal ini dapat saja terjadi oleh karena beberapa faktor kesalahan mulai dari Konsentrasi dari sampel yang digunakan tidak sesuai dan ketidaktelitian dalam pengujian yang dilakukan. J. KESIMPULAN Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada uji aktivitas antimikroba dari bahan alam, maka diperoleh kesimpulan yaitu sebagai berikut : 1. Pada uji aktivitas antimikroba dengan ekstrak kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) sebanyak 1%, diketahui tidak terdapat zona hambat pada pengujian menggunakan metode difusi agar. 2. Pada uji aktivitas antimikroba dengan ekstrak tanaman okra (Abelmoschus esculentus) sebanyak 1%, diketahui tidak terdapat zona hambat pada pengujian menggunakan metode difusi agar. DAFTAR PUSTAKA Delviana, 2017. Penelitian uji aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol daun okra. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara : Medan Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesi Edisi III.Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta Dirjen POM, 1995. Farmakope Indonesi Edisi IV.Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta Entjang, Indan dr. 2003. “ Mikrobiologi dan Parasitologi”. Penerbit PT.Citra Aditya Bakti. Bandung. Fauziah, W.N. 2015. Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun, Kulit Dan Biji Kelengkeng (Euphoria Longanl.) Terhadap Pertumbuhan Saccharomyces Cerevisiae Dan Lactobacillus Plantarum Penyebab Kerusakan Nira Siwalan ( Borassus Flabellifer L. ). Diakses Pada:http://etheses.uinmalang.ac.id/3008/1/11620011.pdf Garrity. 2004. Taxonomi Outline Of The Prokaryotes. Spinger : New York. Irianto, Koes. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Organisme Jilid 1. CV. Yrama Widya. Bandung. Jawetz, Melnick dan Adelberg, 1996, Mikrobiologi Kedokteran, edisi 20, EGC, Jakarta. Nadira, S., Hatidjah, B., dan Nuraeni. 2009. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Okra (Albemoschus Esculantus) pada Pelakuan Pupuk Dekaform dan Defoliasi. Agrisains Vol. 10Ministy of Environment and Forest. 2009. Biology of Okra. India : Department of Biotechnology. Pelczar. 2007. Dasar – Dasar Mikrobiologi.Universitas Indonesia. Jakarta Sathis R, Ahmed, Natarajan K, Lalitha KG. Evalution of wound heading and antimicrobial. Departemen of Pharmaceutical Chemisty. Ultra Collage 04 PhARMACY. Madurai Tanzil Nachi. India. 2010 Tjitrosupomo, Gembong. 2013. Taksonomi Tumbuhan (spermatophyta). UGM press. Yogyakarta.. Tjay, Tan Hoan. 2002. Obat-Obat Penting. Elex Media Komputindo: Jakarta. Wahid arif, 2009. In vivo phytochemical and byological investifation of plan Lannea coromandelica (Family: anacardiaceae). Thesist to departemen of pharmacy , East west university ; Bangladesh Zein, U., Sagala, K.H., Ginting. J., 2004, Diare Akut Disebabkan Bakteri, Dari http;//library.usu.ac.id/modules.php?op=modload&name=Dow nload&file=index&req=getit&lid=1285 diakses 28 April 2010 LAMPIRAN Perhitungan pembuatan medium : 1. Medium NA 20 gr x 300 ml = 6 gr 1000 ml Jadi untuk pembuatan medium NA, diambil sebanyak 6 gr medium dan dilarutkan dengan aquadest 300 ml.