Anda di halaman 1dari 3

Salah satu jenis spektroskopi adalah spektroskopi infra merah (IR).

spektroskopi ini
didasarkan pada vibrasi suatu molekul. Spektroskopi inframerah merupakan suatu metode yang
mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang
gelombang 0.75 - 1.000 µm atau pada bilangan gelombang 13.000 - 10 cm-1 ( Khopkar, 1990)

Prinsip kerja spektrofotometer infra merah adalah sama dengan spektrofotometer yang
lainnya yakni interaksi energi dengan suatu materi. Spektroskopi inframerah berfokus pada
radiasi elektromagnetik pada rentang frekuensi 400-4000cm-1 wavelength), yang merupakan
ukuran unit untuk frekuensi. Untuk menghasilkan spektrum inframerah, radiasi yang
mengandung semua frekuensi di wilayah IR dilewatkan melalui sampel. Mereka frekuensi yang
diserap muncul sebagai penurunan sinyal yang terdeteksi. Informasi ini ditampilkan sebagai
spektrum radiasi dari% ditransmisikan bersekongkol melawan wavenumber. Spektroskopi
inframerah sangat berguna untuk analisis kualitatif (identifikasi) dari senyawa organik karena
spektrum yang unik yang dihasilkan oleh setiap organik zat dengan puncak struktural yang
sesuai dengan fitur yang berbeda (Djauhari, 2014).
Pada dasarnya prinsip kerja spektrometer FTIR sama dengan spektrofotometer IR yang
membedakannya adalah pengembangan pada sistem optiknya sebelum berkas sinar inframerah
melewati sampel. Sistem optik spektrofotometer IR dilengkapi dengan cermin diam.Dengan demikian
radiasi inframerah akan menimbulkan perbedaan jarak yang ditempuh menuju cermin bergerak dan
cermin yang diam. Pada sistem optik Fourier Transform Infared digunakan radiasi laser yang berfungsi
sebagai radiasi yang diinterferensikan dengan radiasi inframerah agar sinyal radiasi inframerah yang
diterima oleh detektor secara utuh dan lebih baik (Day, R.A dan A.L. Underwood. 2002).

Salah satu teknik pengerjaan sampel berupa padatan adalah dengan tektik KBr pelet. Teknik
KBr pelet yaitu, padatan sampel digerus dalam mortal kecil bersama padatan dengan kristal KBr kering
dalam jumlah sedikit sekali (0,5 – 2 mg cuplikan + 100 mg KBr kering). Campuran tersebut kemudian
dipress dengan alat penekan hidrolitik hingga menjadi pelet yang transparan. KBr harus kering dan akan
lebih baik bila penumbukan dilakukan di bawah lampu IR untuk mencegah terjadinya kondensasi uap
dari atmosfer. Tablet cuplikan tipis tersebut kemudian dinetralkan di tempat sel spektrofotometer IR
dengan lubang mengarah ke dalam radiasi (Sastrohamidjojo, 2001).

Asam salisilat (asam ortohidroksibenzoat) merupakan asam yang bersifat iritan lokal yang dapat
digunakn secar topikal. Terdapat berbagai turunan yang digunakan sebagai obat luar yang terbagi atas 2
kelas, ester dari asam salisilat dan ester salisilat dari asam organik. Di samping itu digunakan pula garam
salisilat. Turunannya yang paling dikenal adalah asam asetilsalisilat.
Asam salisilat mendapatkan namanya dari spesies dedalu (bahasa latin: saiz), yang memiliki kandungan
asam tersebut secara alamiah dan dari situlah manusia mengisolasinya. Penggunaan dedau dalam
pengobatan tradisional telah dilakukan oleh bangsa Sumeri, Asyur dan sejumah suku Indian seperti
Cherokee. Pada saat ini asam salisilat banyak diaplikasikan dalam pembuatan obat aspirin.
Salisilat umumnya bekerja melalui kandungan asamnya. Hal tersebut dikembangkan secara menetap ke
dalam salisilat baru. Selain sebagai obat asam salisilat juga merupakan hirmon tumbuhan. Struktur asam
salisilat dapat disajikan melalui gambar di bawah ini: (marwanto, 2003)
Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.

Marwanto, Agus. 2003. Peranan Asam Salisilat pada Interaksi Inang-Patogen Penyakit Kudis
Ubijalar (Elsinoe batatas). Jurnal Pertanian. Vol 9(2).

Day, R. A. dan A. L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif.


Erlangga, Jakarta.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Djauhari, Edy. 2014. Identifikasi dan autentikasi jahe merah menggunakan
kombinasi spektroskopi FTIR dan kemometrik. Jurnal Agritech. Vol 34 (1)
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Watson, David. 2009. Analisis Farmasi. Jakarta : EGC.

Pembahasan:
Spektrofotometri infra merah merupakan suatu metode yang mengamati interaksi molekul dengan
radisasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0,75-1000 mikrometer atau pada
bilangan gelombang 13000-10 cm-1. Daerah panjang gelombang infra merah dibagi atas tiga daerah
yaitu daerah infra merah dekat, daerah infra merah pertengahan dan daerah infra merah jauh.
Spektroskopi inframerah sangat berguna untuk analisisi kualitatif (identifikasi) dari senyawa organik serta
gugus fungsionalnya, selain secara kualitatif juga secara kuantitatif. Spektrum yang dihasilkan untuk
senyawa organik sangat kompleks karena terdiri dari banyak puncak-puncak. Dan juga spektrum
inframerah dari senyawa organik mempunyai sifat fisik yang karakteristik artinya kemungkinan dua
senyawa mempunyai spektrum yang sama itu sangat keci. Sampel untuk anaisa dengan
spektrofotometer-IR dapat berupa padatan dan cairan tetapi harus bersifat volatil. Skema FTIR adalah
sebagai berikut:

Asam salisilat merupakan asam yang bersifat iritan oka yang dapat digunakan secara topikal. Pada saat
ini asam salisilat banyak diaplikasikan dalam pembuatan obat aspirin. Salisilat umumnya bekerja melalui
kandungan asamnya. Struktur asam salisilat adalah sebagai berikut:
Asam salisilat memiliki rumus molekul C7H6O3 dan massa moar 138,12 g/mo, densitasnya 1,44g/cm3,
titik leburnya 159 derajat C, titik didihnya 211 derajat C serta asam salisilat larut dalam kloroform, etano
dan metanol.
Menurut literatur gugus fungsi yang ada di dalam asam salisilat adalah alkohol, asam karboksiat, cincin
benzena, alkena, dan alkuna. Ini berarti pengukuran yang dilakukan dengan metode spektrofotometri
inframerah ini cukup akurat.
Sebeum dianalisis dengan FTIR asam salisilat digerus terlebih dahulu. Penggerusan dilakukan untuk
memperkecil ukuran molekul-molekul sehingga ketika ditmbak dengan menggunakan sinar inframerah,
energi dari sinar inframerah dapat diserap langsung oleh gugus fungsi dan ikatan-ikatan yang ada di
dalamnya dengan mudah. Jika suatu molekul yang ukurannya besar ditembak dengan menggunakan
sinar inframerah sinar itu akan terhambur dan penyerapan yang terjadi tidak maksimal. Hasilnya puncak-
puncak yang dihasilkan oleh spektra inframerah juga tidak akurat. Selain itu penggerusan juga dilakukan
agar kedua zat yang digerus dapat tercampur secara merata atau homogen.
Setelah itu gerusan asam salisilat di pres dengan KBr. Pengepran atau pemipihan juga diakukan untuk
suatu tujuan yang sama, yaitu agar sisi yang ditembak dengan sinar inframerah tidak terlau tebal. Jika
sisi yang ditembak dengan sinar inframerah terlalu tebal maka sinar inframerah juga akan terhambur
dengan tidak optima. Ini menyebabkan puncak-puncak yang terjadi pada spektra inframerah tidak akurat
lagi dan puncaknya juga melebar.
Penggumpaan menggunakan KBr dikarenakan tingkat energi ikatan pada KBr tidak masuk ke dalam
daerah inframerah, sehingga ketika spektrofotometer inframerah digunakan untuk analisisi gugus fungsi
atau ikatan-ikatan yang ada dalam KBr tidak terdeteksi sebagai suatu puncak.
Kita bisa mendapatkan bahwa di dalam asam salisilat terdapat beberapa gugus fungsi yaitu alkana
(ikatan tunggal antara atom C dan C), alkena (ikatan rangkap dua antara atom C dan C), benzena,
ikatan antara C dan H, asam karboksilat dan alkohol. Dengan menggunakan teknik pellet KBr kita bisa
mendapatkan bahwa gugus fungsi atau ikatan yang ada di dalam asam salisilat adalah benzena, alkena,
alkana, alkohol dan asam karboksilat.
Secara prinsip tingkat energi cahaya di daerah sinar inframerah sesuai dengan energi vibrasi dan rotasi
dari ikatan-ikatan yang ada didalam molekul. Apabila sinar inframerah mengenai ikatan-ikatan yang ada
didalam molekul yang tingkat energinya sesuai atau sama dengan tingkat energi tersebut, maka sinar
inframerah akan diserap. Karena setiap jenis ikatan mempunyai tingkat energi yang berbeda, maka nilai
bilangan geombang sinar inframerah yang diserap juga akan berbeda. Inilah yang menyebabkan
spektrofotometer inframerah dapat dipergunakan untuk menentukan gugus fungsi yang ada di dalam
suatu molekul.
Hasi pektra inframerah yang kami dapatkan (praktikum) puncak-puncaknya mengalami pelebaran. Hal ini
dapat disebabkan karena KBr yang digunakan agak sedikit basah, seharusnya kondisi KBr harus benar-
benar kering. Hendaknya KBr dioven terlebih dahuu karena KBr mempunyai sifat higroskopis. Selain itu
karena hal tersebut kemungkinan lain yang terjadi yaitu kurang harusnya sampel, dan pada saat
penggumpalan dengan KBr kurang pipih sehingga pada saat sinar ditembakkan, sinar inframerah
tersebut terhambur dengan tidak optimal, artinya sampe tidak menyerap sinar inframerah tersebut.

Kesimpulan:
Spektroskopi IR dapat dipergunakan untuk analisis senyawa organik dan gugus fungsionanya secara
kuaitatif maupun kuantitatif. Proses analisis asam salisilat dimulai dari penimbangan asam salisilat
beserta KBr secara tepat dengan neraca anaitik dan kemudian dipres. Pelet yang sudah jadi selanjutnya
diinjeksikan daam kotak sampe dan siap dianalisis dan menghasilkan spektra inframerah. Gugus fungsi
yang ada di dalam asam salisilat adaah alkana, alkena, akoho dan asam karboksilat.

Anda mungkin juga menyukai