Anda di halaman 1dari 41

REFERAT

“Otitis Media Supuratif Kronik - OMSK”

PEMBIMBING:
dr. Renie N.Z, Sp. THT

dr. Djoko Srijono, Sp. THT

dr. Dumasari Siregar, Sp.THT

dr. Puteri Anugrah Rizki, Sp.THT

PENULIS:
Angelika

030.09.020

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan

RSUD Budhi Asih Jakarta

Periode 13 Januari 2014 – 15 Februari 2014

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

i
LEMBAR PENGESAHAN

Referat dengan judul:

“Otitis Media Supuratif Kronik”

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan
THT RSUD Budhi Asih periode 13 Januari – 15 Februari 2014

Disusun oleh:

Angelika

030.09.020

Telah diterima dan disetujui oleh dr. Renie Augustine N.Z, Sp. THT selaku dokter pembimbing
dan koordinator kepaniteraan SMF departemen THT RSUD Budhi Asih pada Februari 2014

Jakarta, November 2013

Mengetahui

dr. Renie Augustine N.Z, Sp. THT

( koordinator kepaniteraan SMF THT )

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan
anugerahNya sehingga tugas referat kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit THT yang berjudul “Otitis
Media Supuratif Kronik ( OMSK ) ” dapat diselesaikan pada waktunya. Referat ini disusun untuk
melengkapi tugas dalam kepaniteraaan Klinik Ilmu Penyakit THT Periode 13 Januari – 15 Februari
2014 di RSUD Budhi Asih Jakarta Timur.
Pertama – tama penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dokter pembimbing :
1. dr. Renie Augustine N.Z, Sp.THT

2. dr. Djoko Sriwojo, Sp. THT

3. dr. Dumasari siregar, Sp.THT

4. dr. Puteri Anugrah Rizki, Sp.THT

atas bimbingan beliau semua yang begitu besar kepada penulis selama ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf bagian THT RSUD Budhi Asih, atas bantuannya
selama ini untuk penulis memperdalam ilmu penyakit THT, sehingga memudahkan penulis untuk
menyusun sebuah referat. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada rekan- rekan co –
assistant, serta semua pihak yang telah membantu proses pembuatan referat ini.
Penulis berharap referat ini dapat memberikan informasi tentang Otitis Media Supuratif
Kronik ( OMSK ) secara lengkap. Penulis menyadari bahwa penulisan refrat ini masih jauh dari
sempurna karena pengetahuan dan pengalaman penulis masih terbatas. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk menyempurnakan
referat ini.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penulis berharap referat ini dapat bermanfaat
bagi yang membacanya.

Jakarta, 31 Januari 2014

ii
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ...................................................................................................................... i

Kata Pengantar ............................................................................................................................. ii

Daftar Isi ....................................................................................................................................... iii

Daftar Gambar ............................................................................................................................. iv

Bab I – Pendahuluan .................................................................................................................... 1

Bab II - Tinjauan Pustaka / Pembahasan ................................................................................... 3

Anatomi Telinga ................................................................................................................. 3

Fisiologi Pendengaran ......................................................................................................... 7

Otitis Media Supuratif Kronik - OMSK

 Definisi .................................................................................................................... 7

 Epidemiologi ........................................................................................................... 8

 Etiologi .................................................................................................................... 8

 Klasifikasi OMSK ................................................................................................. 11

 Patogenesis ............................................................................................................ 15

 Patologi ................................................................................................................. 17

 Diagnosis................................................................................................................18

 Penatalaksanaan .................................................................................................... 23

iii
 Komplikasi ............................................................................................................ 33

Bab III – Penutup........................................................................................................................38

Daftar Pustaka ............................................................................................................................ 40

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Anatomi Telinga .......................................................................................................... 3

Gambar 2 : Anatomi Telinga Tengah ............................................................................................ 5

Gambar 3 : Perforasi Sentral pada Membran Timpani ................................................................. 11

Gambar 4 : Perforasi Marginal pada Membran Timpani.............................................................. 11

Gambar 5 : Kolesteatoma ..............................................................................................................11

Gambar 6 : Perjalanan Penyakit OMSK pada Membran Timpani ............................................... 15

Gambar 7 : Anatomi Tuba Eustachius pada Anak dan Dewasa ................................................... 16

Gambar 8 : audiometric pada tuli konduktif ................................................................................. 21

Gambar 9 : Bagan I – Pengerjaan Aural Toilet .............................................................................24

Gambar 10 : Bagan II – Antibiotik Topikal.................................................................................. 27

Gambar 11 : Bagan III – Pembedahan Tatalaksana OMSK ......................................................... 31

Gambar 12 : Algoritma Pengobatan OMSK ................................................................................ 32

iv
BAB I

PENDAHULUAN

Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga bagian tengah, Tuba
Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif
dan otitis media non supuratif. Masing-masing mempunyai bentuk akut dan kronis. Pada beberapa
penelitian, diperkirakan terjadinya otitis media lebih sering pada anak-anak. Infeksi umumnya
terjadi dua tahun pertama kehidupan dan puncaknya pada tahun pertama masa sekolah.1
Radang telinga tengah menahun atau otitis media supuratif kronik (OMSK), yang biasa
disebut “congek” adalah radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada
gendang telinga (membran timpani) dan riwayat keluarnya cairan (sekret) dari telinga (otorea)
lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin serous, mukous atau
purulen. Penyakit ini biasanya diikuti oleh penurunan pendengaran dalam beberapa tingkatan.1
Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara umum, insiden OMSK
dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Misalnya, OMSK lebih sering dijumpai pada orang
Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aborigin Australia dan orang kulit hitam di Afrika Selatan.
Walaupun demikian, lebih dari 90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara- negara di
Asia Tenggara, daerah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah minoritas di Pasifik. Kehidupan
sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh dan status kesehatan serta gizi yang jelek
merupakan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK pada negara yang
sedang berkembang.2
Penanganan OMSK dapat dibagi atas konservatif dan operatif. Penanganan konservatif
bertujuan untuk mengontrol proses infeksi yang berupa pembersihan telinga untuk mengusahakan
telinga yang ‘aman’ dan pertimbangan fungsional merupakan tujuan yang sekunder dan pemberian
antibiotic topikal atau sistemik. Terapi medikamentosa ditujukan pada OMSK tipe jinak dan
tindakan operasi dikerjakan pada OMSK tipe ganas. Penanganan operatif dilakukan untuk
eradikasi jaringan patologi yang terdapat di dalam rongga mastoid dan kavum timpani, dapat
berupa mastoidektomi sederhana, mastoidektomi radikal, dan mastoidektomi radikal modifikasi.1

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Telinga

Telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.

Gambar 1: anatomi telinga 7

2.1.1 Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Telinga luar atau
pinna merupakan gabungan dari tulang rawan yang diliputi kulit. Daun telinga terdiri dari tulang
rawan elastin dan kulit. Liang telinga (meatus akustikus eksternus) berbentuk huruf S, dengan
rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, di sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat
banyak kelenjar serumen (modifikasi kelenjar keringat = Kelenjar serumen) dan rambut. Kelenjar
keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit
dijumpai kelenjar serumen, dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari

6
tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 - 3 cm. Meatus dibatasi oleh kulit dengan sejumlah rambut,
kelenjar sebasea, dan sejenis kelenjar keringat yang telah mengalami modifikasi menjadi kelenjar
seruminosa, yaitu kelenjar apokrin tubuler yang berkelok-kelok yang menghasilkan zat lemak
setengah padat berwarna kecoklat-coklatan yang dinamakan serumen (minyak telinga). Serumen
berfungsi menangkap debu dan mencegah infeksi.8

2.1.2 Telinga Tengah

Telinga tengah terdiri darti kavum timpani, Tuba Eustachius, antrum mastoid, serta sel-sel tulang
matoid. Kavum timpani di dalamnya terdapat 3 rangkaian tulang pendengaran yang disebut
maleus, inkus, dan stapes yang saling berhubungan. Kavum timapani dibagi dalam 3 bagian yaitu
atik, bagian tengah kavum timpani, dan hipotimpanum.8

Atik ialah bagian yang terletak di bagian atas kaki maleus. Disana terdapat bagian kepala dan leher
maleus, serta sebagian dari inkus. Bagian tengah dari kavum timpani berbatas di bagian lateral
dengan gendang telinga, sedangkan di bagian medial dengan promontorium, yaitu dinding yang
membatasi dengan koklea. Jarak kavum timpani ialah 2 milimeter. Di dinding anterior terdapat
pintu ke Tuba Eustachius, sedangkan di dinding posterior terdapat aditus ad antrum., yaitu saluran
yang menuju ke rongga mastoid. Dinding lateral terbentuk oleh membran timpani dan dinding atik.
Pada dinding medial terdapat dari atas ke bawah: 1. Bagian anterior canalis semisirkularis, 2.
Saluran untuk nervus facial, 3. Lubang tingkap lonjong (fenestra ovalis), 4. Prompntorium, 5.
Lubang tingkap bulat (fenestra rotundum). Bagian besar kavum timpani dipisahkan dari bulbus
jugularis oleh tulang, sedangkan bagian atapnya berhubungan dengan duramater dari kranii
media.8

Inervasi. Nervus sensoris berasal dari cabang timpani saraf otak ke IX, cabang dari nervus fasial,
cabang pleksus karotis, dan nervus petrosus superficialis minor. Vaskularisasi berasal dari arteri
faringeal ascendens, arteri meningea media, arteri stilomatoid, dan arteri karotis eksterna. Vena
menuju ke pleksus pterigoid, pleksus meningeal, bulbus jugular, sinus petrosus superior, dan
plekus venosus karotis. Aliran limfa dialirkan ke kelenjar retrofaring dan kelenjar preaurikular.8

Antrum mastoid dihubungkan ke kavum timpani oleh aditus ad antrum di bagian depan, dan di
bagian posterior terdapat sel-sel mastoid. Sel-sel mastoid dibagi dalam berbagai bentuk,
pneumatik, sklerotik, dan diploik. Pada sel mastoid yang pneumatik (sel-selnya tampak telah

7
berkembang), yang sklerotik (tulang tidak berlubang), sedangkan yang diploik (berbentuk antara
pneumatik dan sklerotik), terdapat banyak pembuluh darah.8

Tuba Eustachius ialah saluran yang mengubungkan nasofaring dengan kavum timpani.
Panjangnya kira-kira 4 sentimeter. Tuba ini merupakan saluran yang berguna bagi kavum timpani,
supaya tekanan di dalam kavum timpani sama dengan tekan udara luar. Dengan demikian
membran timpani dapat bergerak dengan baik. Selain ini Tuba Eustachius merupakan saluran yang
akan membawa infeksi dari hidung, nasofaring, dan faring ke kavum timpani dan rongga mastoid.
Tuba Eustachius sebagian berdinding tulang, sebagian lagi tulang rawan yang panjangnya
sepertiga dari seluruh panjang Tuba Eustachius. Bagian tulang rawan bermuara ke nasofaring,
sedangkan bagian yang berdinding tulang (2/3 panjang seluruh tuba) bermuara ke kavum timpani,
di dinding anteriornya. Tuba Eustachius terbuka pada waktu menelan, menguap, dan
mengunyah.7,8

Gambar 2: telinga tengah7

8
2. 1.3 Telinga Dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa 2/3 lingkaran dan vestibuler yang
terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema,
menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli. Kanalis semisirkularis saling
berhubungan tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang
koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani disebelah bawah, dan skala media
(duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala
media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa. Hal
ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli
(Reissner’s membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini
terletak organ corti. Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran
tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut
luar dan kanalis corti, yang membentuk organ corti. Di telinga dalam terdapat kanalis
semisirkularis dan utrikel yang diperlukan untuk keseimbangan, sedangkan sakulus dan duktus
koklea diperlukan untuk pendengaran.8
2. 1.4 Vaskularisasi dan Persarafan Telinga
Telinga dalam diperdarahi oleh arteri auditori interna cabang dari arteri cerebellaris anterior inferior
dan arteri basilaris. Arteri auditori interna membentuk dua cabang yaitu arteri vestibularis anterior
yang memperdarahi utrikulus dan sakulus bagian superior, serta bagian superior dan horizontal dari
kanalis semisirkularis. Cabang lain dari arteri auditori interna adalah arteri koklearis komunis yang
bercabang menjadi arteri koklearis dan arteri vestibulokoklearis. Arteri koklearis memperdarahi
semua bagian koklea kecuali sepertiga bagian basal yang diperdarahi oleh rami koklearis, cabang
dari arteri vestibulokoklearis. Cabang lain dari arteri vestibulokoklearis adalah arteri vestibular
bagian posterior yang memperdarahi utrikulus dan sakulus bagian inferior, serta kanalis
semisirkularis bagian posterior. Vena dialirkan ke vena auditori interna yang diteruskan ke sinus
sigmoideus atau sinus petrosus inferior. Vena-vena kecil melewati vestibular aqueduct dan
bermuara di sinus petrosus inferior dan superior.8

Untuk persarafan, telinga sebagai organ pendengaran sekaligus sebagai organ


keseimbangan dipersarafi oleh nervus vestibulokoklearis. Nervus koklearis tersusun oleh sekitar
30.000 sel-sel

9
saraf eferen yang mempersarafi 15.000 sel rambut pada spiral organ di setiap koklea. Serabut saraf
dari nervus koklearis berjalan sepanjang meatus akustikus internus bersama serabut saraf dari
nervus vestibularis membentuk nervus vestibulokoklearis (CN VIII). Pada ujung medial dari
meatus akustikus internus, saraf kanial VIII menembus lempengan tulang tipis bersama saraf
kranial VII (nervus fasialis) dan pembuluh darah menuju dorsal dan ventral coclear nuclei di
batang otak. Sebagian besar serabut saraf dari kedua nuclei naik menuju inferior colliculus secara
kontralateral, dan sebagian lainnya secara ipsilateral. Selanjutnya, dari inferior colliculus, saraf-
saraf pendengaran berjalan menuju medial geniculate body dan akhirnya menuju korteks
auditorius di lobus temporalis.8

2.2 Fisiologi Pendengaran

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk
gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan
membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tlang pendengaran yang
mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas
membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan
ke stapes yang menggerakan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibuli bergerak.
Getaran diteruskan melalui membrana Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan
menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan
rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut sehingga kanal
ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan
proses depolarisasi sel rambut sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai
ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.8

2.3 Otitis Media Supuratif Kronik

2.3.1 Definisi
Otitis media supuratif yang kronik atau OMSK merupakan proses peradangan yang disebabkan oleh
infeksi mukoperiosteum pada rongga telinga tengah yang ditandai oleh perforasi membran timpani,
keluarnya sekret yang terus menerus atau hilang timbul, dan dapat menyebabkan perubahan patologik
yang permanen. Di kepustakaan lain dinyatakan bahwa pada OMSK selain terjadi proses peradangan
pada telinga tengah juga terjadi peradangan pada daerah mastoid. OMSK juga disertai dengan proses

10
infeksi kronik dan pengeluaran cairan (otorea) melalui perforasi membran timpani disertai dengan
keterlibatan mukosa telinga tengah dan juga rongga pneumatisasi di daerah tulang temporal. (unisba)

2.3.2 Epidemiologi
Otitis media supuratif kronik merupakan masalah pada anak-anak dan juga remaja karena berdampak
pada fisik, sosial, dan psikologis. Prevalensinya pun masih termasuk tinggi. Di negara berkembang,
otitis media ditenggarai menjadi penyebab kematian 50.000 balita per tahun karena komplikasi
OMSK, namun hal ini jarang terjadi di negara maju. Diperkirakan OMSK memiliki angka kejadian
sebanyak 65– 330 juta di seluruh dunia, 60% di antaranya mengalami gangguan pendengaran.
(unisba)
Prevalensi OMSK dari seluruh dunia yaitu 65-330 juta orang dan 39-200 juta (66%) pada
pasien dengan gangguan pendengaran. Kolesteatoma bisa oleh karena kongenital atau didapat.
Insidensinya terjadi pada 9 dari 100.000 orang. Minimal 95% kolesteatoma disebabkan karena
didapat. Insidens nya sama antara dewasa dan anak. (peter moris, clinical ev)

2. 3.3 Etiologi
OMSK biasanya merupakan komplikasi dari otitis media akut yang persisten, akan tetapi faktor risiko
untuk menjadi OMSK bermacam-macam. Infeksi saluran pernapasan atas yang sering dan kondisi
sosioekonomi yang rendah merupakan faktor risiko yang sering menyebabkan OMSK.
Mikroorganisme yang sering menyebabkan OMSK ialah Pseudomonas aeruginosa dan Stafilokokus
aureus, lalu juga bisa disebabkan oleh Proteus vulgaris dan Klebsiella pneumoniae. P. aeruginosa yang
berperan pada nekrosis tulang dan mukosa. (peter morris, cline v) (pathogenesis microbio)
2. 3.4 Faktor Risiko (metaanalysis)
Faktor risiko otitis media kronik saling berkaitan satu sama lain, seperti riwayat atopi atau alergi,
infeksi saluran pernapasan atas, riwayat otitis media akut, perokok pasif, status sosial rendah.
Otitis media kronik berhubungan dengan status sosial yang rendah. Data statistik
menunjukkan pasien dengan otitis media kronik memiliki kondisi sosioekonomi yang rendah
dibanding dengan kontrol. Beberapa laporan menyatakan hal ini berhubungan dengan keadaan rumah,
lingkungan dan pekerjaan yang buruk.
Infeksi saluran nafas atas, termasuk batuk atau rhinorrhea, atau sakit ternggorokan menjadi
indicator prognosis untuk otitis media kronik. Mukosa dari membran timpani dapat dipengaruhi oleh
infeksi saluran pernapasan atas.
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronik yang lebih tinggi dibanding yang bukan
11
alergi, seperti penderita rhinitis alergi dapat menjadi otitis media kronik dengan kisaran 24-89%.

2.3.5 Klasifikasi OMSK


Otitis media supuratif kronik terbagi atas 2 bagian berdasarkan ada tidaknya kolesteatom:
1) OMSK benigna ialah proses peradangan yang terbatas pada mukosa, tidak mengenai tulang.
Peforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe benigna jarang menimbulkan komplikasi yang
berbahaya. Pada OMSK tipe benigna ini tidak terdapat kolesteatom
2) OMSK maligna ialah peradangan yang disertai kolesteatom dan perforasi membran
timpani, biasanya terletak di marginal atau atik. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya dapat
timbul pada tipe ini.
Gejala yang paling utama adalah otorea yang berbau dan juga penurunan pendengaran. Gejala
berupa otalgia jarang ditemukan, kecuali pada otitis media akut. Otalgia yang menetap khususnya
yang sering berhubungan dengan sakit kepala biasanya terjadi setelah komplikasi penyakit ke susunan
saraf pusat. Jika ada keluhan vertigo maka kemungkinan terjadi labirintitis atau fistula labirin. Vertigo
munculnya terutama pada waktu akan membersihkan sekret serta tindakan aspirasi sekret, sedangkan
nistagmus spontan yang muncul bersamaan dengan vertigo kemungkinan disebabkan oleh fistula
labirin (unisba)

12
Patogenesis

13
Gambar 7 : Anatomi Tuba Eustachius anak dan dewasa9

Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari nasofaring melalui Tuba
Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan terjadinya infeksi dari telinga tengah. Pada saat
ini terjadi respons imun di telinga tengah. Mediator peradangan pada telinga tengah yang
dihasilkan oleh sel-sel imun infiltrat, seperti netrofil, monosit, dan leukosit serta sel lokal seperti
keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi tersebut akan menambah permeabilitas pembuluh
darah dan menambah pengeluaran sekret di telinga tengah. Selain itu, adanya peningkatan
beberapa kadar sitokin kemotaktik yang dihasilkan mukosa telinga tengah karena stimulasi bakteri
menyebabkan terjadinya akumulasi sel-sel peradangan pada telinga tengah.3,5

Mukosa telinga tengah mengalami hiperplasia, mukosa berubah bentuk dari satu lapisan, epitel
skuamosa sederhana, menjadi pseudostratified respiratory epithelium dengan banyak lapisan sel
di antara sel tambahan tersebut. Epitel respirasi ini mempunyai sel goblet dan sel yang bersilia,
mempunyai stroma yang banyak serta pembuluh darah. Penyembuhan OM ditandai dengan
hilangnya sel-sel tambahan tersebut dan kembali ke bentuk lapisan epitel sederhana.3,5

14
Patologi

Otitis media supuratif kronis lebih sering merupakan penyakit kambuhan dari pada menetap.
Keadaan kronis ini lebih berdasarkan keseragaman waktu dan stadium dari pada keseragaman
gambaran patologi. Ketidakseragaman ini disebabkan karena proses peradangan yang menetap
atau kekambuhan ini ditambah dengan efek kerusakan jaringan, penyembuhan dan pembentukan
jaringan parut.10
Secara umum gambaran yang ditemukan adalah10 :
1. Terdapat perforasi membrana timpani di bagian sentral. Ukurannya dapat bervariasi mulai
kurang dari 20% luas membrana timpani sampai seluruh membrana dan terkenanya bagian
- bagian dari anulus. Dalam proses penyembuhannya dapat terjadi penumbuhan epitel
skuamosa kedalam ketelinga tengah. Pertumbuhan kedalam ini dapat menutupi tempat
perforasi saja atau dapat mengisi seluruh rongga telinga tengah. Kadang - kadang perluasan
lapisan tengah yang ke daerah atik ini, mengakibatan pembentukan kantong dan
kolesteatom sekunder yang didapat. Kadang - kadang terjadi pembentukan membrana
timpani atrifik dua lapis tanpa unsure jaringan ikat. Membrana ini cepat rusak pada periode
infeksi aktif.
15
2. Mukosa bervariasi sesuai stadium penyakit. Dalam periode tenang, akan tampak normal
kecuali bila infeksi telah menyebabkan penebalan atau metaplasia mukosa menjadi epitel
transisional. Selama infeksi aktif, mukosa menjadi tebal dan hiperemis serta menghasilkan
sekret mukoid atau mukopurulen. Setelah pengobatan, penebalan mukosa dan sekret
mukoid menetap akibat disfungsi kronik Tuba Eustachius. Faktor alergi dapat juga
merupakan penyebab terjadinya perubahan mukosa menetap. Dalam berjalannya waktu,
Kristal - kristal kolesterin terkumpul dalam kantong mukus, membentuk granuloma
kolesterol. Proses ini bersifat iritatif, menghasilkan granulasi pada membran mukosa dan
infiltrasi sel datia pada cairan mucus kolesterin.
3. Tulang - tulang pendengaran dapat rusak atau tidak, tergantung pada beratnya infeksi
sebelumnya. Biasanya prosesus longus inkus telah mengalami nekrosis karena penyakit
trombotik pada pembuluh darah mukosa yang mendarahi inkus ini. Nekrosis lebih jarang
mengenai maleus dan stapes, kecuali kalau terjadi pertumbuhan skuamosa secara sekunder
kearah ke dalam, sehingga arkus stapes dan lengan maleus dapat rusak. Proses

16
ini bukan disebabkan oleh osteomielitis tetapi disebabkan oleh terbentuknnya enzim
osteolitik atau kolagenase dalam jaringan ikat subepitel.
4. Mastoid OMSK paling sering pada masa anak - anak. Pneumatisasi mastoid paling akhir
terjadi antara 5 - 10 tahun. Proses pneumatisasi ini sering terhenti atau mundur oleh otitis
media yang terjadi pada usia tersebut atau lebih muda.Bila infeksi kronik terus berlanjut,
mastoid mengalami proses sklerotik, sehingga ukuran prosesus mastoid berkurang. Antrum
menjadi lebih kecil dan pneumatisasi terbatas, hanya ada sedikit sel udara saja sekitar
antrum.

Diagnosis

1. Telinga berair (otorrhoe)

Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer) tergantung stadium
peradangan. Sekret yang dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan
mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang
sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan
infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan
infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau
berenang.10,11,12

Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adanya sekret telinga. Sekret yang sangat bau,
berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan produk degenerasinya. Dapat
terlihat keping-keping kecil, berwarna putih, mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid
dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas.
Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga
dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair
tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.10,11,12

2. Gangguan pendengaran.

Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya dijumpai tuli
konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan
sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat

17
menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli
konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik.
Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran
lebih dari 30 db. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani
serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe
maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi
sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang pendengaran
yang didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati.10,11,12

Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan berulangnya infeksi karena
penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya
labirinitis supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran
tulang dapat menggambarkan sisa fungsi koklea.10,11,12

3. Otalgia ( nyeri telinga)

Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan suatu tanda yang serius.
Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti
adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau
dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi
mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi
OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.10,11,12

4. Vertigo

Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya. Keluhan vertigo
seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh
kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak
atau pada penderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar
membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan
suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga
bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan temuan yang serius, karena infeksi
kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga timbul
labirinitis dan dari sana mungkin berlanjut menjadi meningitis. Uji fistula perlu

18
dilakukan pada kasus OMSK dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan
positif dan negatif pada membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga
telinga tengah.3,10

Tanda Klinis

Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna1,2,5,10 :

1. Adanya Abses atau fistel retroaurikular

2. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani.

3. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk ( aroma kolesteatom)

4. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.

Pemeriksaan Klinis

Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan klinik sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Audiometri

Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif. Tapi dapat
pula dijumpai adanya tuli sensorineural, beratnya ketulian tergantung besar dan letak perforasi
membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistim penghantaran suara ditelinga tengah.
Paparela, Brady dan Hoel (1970) melaporkan pada penderita OMSK ditemukan tuli
sensorineural yang dihubungkan dengan difusi produk toksin ke dalam skala timpani melalui
membran fenstra rotundum, sehingga menyebabkan penurunan ambang hantaran tulang secara
temporer/permanen yang pada fase awal terbatas pada lengkung basal kohlea tapi dapat meluas
kebagian apek kohlea. Gangguan pendengaran dapat dibagi dalam ketulian ringan, sedang,
sedang berat, dan ketulian total, tergantung dari hasil pemeriksaan ( audiometri atau test
berbisik). 10,11

20
Derajat ketulian Nilai ambang pendengaran10,11

Normal : -10 dB sampai 26 dB

Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB

Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB

Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB

Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB

Tuli total : lebih dari 90 dB. Gambar 8 : audiometri pada tuli konduktif.9

Evaluasi audimetri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan fungsi koklea. Dengan
menggunakan audiometri nada murni pada hantaran udara dan tulang serta penilaian tutur,
biasanya kerusakan tulang-tulang pendengaran dapat diperkirakan, dan bisa ditentukan manfaat
operasi rekonstruksi telinga tengah untuk perbaikan pendengaran. Untuk melakukan evaluasi
ini, observasi berikut bisa membantu10,11 :

a. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20 dB

b. Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli konduktif

30-50 dB apabila disertai perforasi.

c. Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran dibelakang membran yang masih

utuh menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB.

d. Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli bagaimanapun keadaan

hantaran tulang, menunjukan kerusakan koklea parah.

Pemeriksaan audiologi pada OMSK harus dimulai oleh penilaian pendengaran dengan
menggunakan garpu tala. Audiometri tutur dengan masking dianjurkan, terutama pada tuli
konduktif bilateral dan tuli campur.

21
2. Pemeriksaan Radiologi.

Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis nilai diagnostiknya terbatas
dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan audiometri. Pemerikasaan radiologi biasanya
mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik, lebih kecil dengan pneumatisasi lebih sedikit
dibandingkan mastoid yang satunya atau yang normal. Erosi tulang, terutama pada daerah atik
memberi kesan kolesteatom. 10,11

Proyeksi radiografi yang sekarang biasa digunakan adalah :

a. Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral
dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral
dan tegmen. Pada keadaan mastoid yang skleritik, gambaran radiografi ini sangat
membantu ahli bedah untuk menghindari dura atau sinus lateral. 10,11

b. Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak
gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan
tulang telah mengenai struktur-struktur. 10,11

c. Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih
jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis.
Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat menunjukan
adanya pembesaran akibat kolesteatom. 10,11

d. Proyeksi Chause III, memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat
memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat
menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom, ada atau tidak tulang- tulang
pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula pada kanalis semisirkularis horizontal.
Keputusan untuk melakukan operasi jarang berdasarkan hanya dengan hasil X-ray saja.
Pada keadaan tertentu seperti bila dijumpai sinus lateralis terletak lebih anterior
menunjukan adanya penyakit mastoid. 10,11

22
3. Bakteriologi

Walapun perkembangan dari OMSK merupakan lanjutan dari mulainya infeksi akut,
bakteriologi yang ditemukan pada sekret yang kronis berbeda dengan yang ditemukan pada
otitis media supuratif akut. Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas
aeruginosa, Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA Streptokokus
pneumonie, H. influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E.
Coli, Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp. Infeksi telinga biasanya
masuk melalui tuba dan berasal dari hidung, sinus parasanal, adenoid atau faring. Dalam hal ini
penyebab biasanya adalah pneumokokus, streptokokus, atau hemofilius influenza. Tetapi pada
OMSK keadaan ini agak berbeda. Karena adanya perforasi membran timpani, infeksi lebih
sering berasal dari luar yang masuk melalui perforasi tadi. 10,11

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan OMSK yang efektif harus didasarkan pada faktor-faktor penyebab dan pada
stadium penyakitnya. Dengan demikian haruslah dievaluasi faktor-faktor yang menyebabkan
penyakit menjadi kronis, perubahan-perubahan anatomi yang menghalangi penyembuhan serta
mengganggu fungsi, dan proses infeksi yang terdapat ditelinga. Bila didiagnosis kolesteatom,
maka mutlak harus dilakukan operasi, tetapi obat -obatan dapat digunakan untuk mengontrol
infeksi sebelum operasi.11

Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana pengobatan dapat
dibagi atas10,11 :

1. Konservatif

2. Operasi

OMSK Benigna Tenang

Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan mengorek telinga, air
jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera berobat bila menderita
infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi
(miringoplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran.10,11

23
OMSK Benigna Aktif

Prinsip pengobatan OMSK benigna aktif adalah11 :

1. Membersihkan liang telinga dan kavum timpani

2. Pemberian antibiotika :

 antibiotika/antimikroba topikal

 antibiotika sistemik

Pembersihan liang telinga dan kavum timpan (aural toilet)

Tujuan aural toilet adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk perkembangan
mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang baik bagi perkembangan
mikroorganisme.11

Bagan 1 : Pengerjaan aural toilet13

Cara pembersihan liang telinga (aural toilet):

- Aural toilet secara kering (dry mopping).

Telinga dibersihkan dengan kapas lidi steril, setelah dibersihkan dapat di beri antibiotik
berbentuk serbuk. Cara ini sebaiknya dilakukan di klinik atau dapat juga dilakukan oleh
anggota keluarga. Pembersihan liang telinga dapat dilakukan setiap hari sampai telinga
kering. 10,11

24
- Aural toilet secara basah (syringing).

Telinga disemprot dengan cairan untuk membuang debris dan nanah, kemudian dengan
kapas lidi steril dan diberi serbuk antibiotik. Meskipun cara ini sangat efektif untuk
membersihkan telinga tengah, tetapi dapat mengakibatkan penyebaran infeksi ke
bagian lain dan ke mastoid. Pemberian serbuk antibiotik dalam jangka panjang dapat
menimbulkan reaksi sensitifitas pada kulit. Dalam hal ini dapat diganti dengan serbuk
antiseptik, misalnya asam boric dengan Iodine. 10,11

- Aural toilet dengan pengisapan (suction toilet)

Pembersihan dengan suction pada nanah, dengan bantuan mikroskopis operasi adalah
metode yang paling populer saat ini. Kemudian dilakukan pengangkatan mukosa yang
berproliferasi dan polipoid sehingga sumber infeksi dapat dihilangkan. Akibatnya
terjadi drainase yang baik dan resorbsi mukosa. Pada orang dewasa yang koperatif cara
ini dilakukan tanpa anastesi tetapi pada anak-anak diperlukan anastesi. Pencucian
telinga dengan H2O2 3% akan mencapai sasarannya bila dilakukan dengan “
displacement methode” seperti yang dianjurkan oleh Mawson dan Ludmann. 10,11

Pemberian antibiotika topikal

Terdapat perbedaan pendapat mengenai manfaat penggunaan antibiotika topikal untuk OMSK.
Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dengan sekret yang banyak tanpa dibersihkan
dulu, adalah tidak efektif. Bila sekret berkurang/tidak progresif lagi diberikan obat tetes yang
mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Dianjurkan irigasi dengan garam faal agar lingkungan
bersifat asam dan merupakan media yang buruk untuk tumbuhnya kuman. Selain itu dikatakan
bahwa tempat infeksi pada OMSK sulit dicapai oleh antibiotika topikal. Djaafar dan Gitowirjono
menggunakan antibiotik topikal sesudah irigasi sekret profus dengan hasil cukup memuaskan,
kecuali kasus dengan jaringan patologis yang menetap pada telinga tengah dan kavum mastoid.
Mengingat pemberian obat topikal dimaksudkan agar masuk sampai telinga tengah, maka tidak
dianjurkan antibiotik yang ototoksik misalnya neomisin dan lamanya tidak lebih dari 1 minggu.
Cara pemilihan antibiotik yang paling baik adalah dengan berdasarkan kultur kuman penyebab
dan uji resistensi. Obat-obatan topikal dapat berupa bubuk atau tetes telinga yang biasanya dipakai
setelah telinga dibersihkan dahulu.10,11

25
Bubuk telinga yang digunakan seperti11 :

a. Acidum boricum dengan atau tanpa iodine

b. Terramycin.

c. Acidum boricum 2,5 gram dicampur dengan khloromicetin 250 mg

Pengobatan antibiotika topikal dapat digunakan secara luas untuk OMSK aktif, dikombinasi
dengan pembersihan telinga, baik pada anak maupun dewasa. Neomisin dapat melawan kuman
Proteus dan Stafilokokus aureus tetapi tidak aktif melawan gram negatif anaerob dan mempunyai
kerja yang terbatas melawan Pseudomonas karena meningkatnya resistensi. Polimiksin efektif
melawan Pseudomonas aeruginosa dan beberapa gram negatif tetapi tidak efektif melawan
organisme gram positif. Seperti aminoglikosida yang lain, Gentamisin dan Framisetin sulfat aktif
melawan basil gram negatif. Tidak ada satu pun aminoglikosida yang efektif melawan kuman
anaerob.11

Biasanya tetes telinga mengandung kombinasi neomisin, polimiksin dan hidrokortison, bila
sensitif dengan obat ini dapat digunakan sulfanilaid-steroid tetes mata. Kloramfenikol tetes telinga
tersedia dalam acid carrier dan telinga akan sakit bila diteteskan. Kloramfenikol aktif melawan
basil gram positif dan gram negatif kecuali Pseudomonas aeruginosa, tetapi juga efektif melawan
kuman anaerob, khususnya. Pemakaian jangka panjang lama obat tetes telinga yang mengandung
aminoglikosida akan merusak foramen rotundum, yang akan menyebabkan ototoksik.11

Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis media kronik adalah10 :
1. Polimiksin B atau polimiksin E
Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif, Pseudomonas, E. Koli
Klebeilla, Enterobakter, tetapi resisten terhadap gram positif, Proteus, B. fragilis Toksik
terhadap ginjal dan susunan saraf.
2. Neomisin
Obat bakterisid pada kuma gram positif dan negatif, misalnya : Stafilokokus aureus,
Proteus sp. Resisten pada semua anaerob dan Pseudomonas. Toksik terhadap ginjal dan
telinga.

26
3. Kloramfenikol
Obat ini bersifat bakterisid terhadap :
Stafilokokus, koagulase positif, 99%
Stafilokokus, koagulase positif, 95%
Stafilokokus group A, 100%
E. Koli, 96%
Proteus sp, 60%
Proteus mirabilis, 90%
Klebsiella, 92%
Enterobakter, 93%
Pseudomonas, 5%

Dari penelitian terhadap 50 penderita OMSK yang diberi obat tetes telinga dengan ofloksasin
( gol. Kuinolon ) dimana didapat 88,96% sembuh, membaik 8,69% dan tidak ada perbaikan
4,53%. 10

Antibiotika topikal yang sering digunakan pada pengobatan Otitis Media Supuratif Kronik
(OMSK) adalah13 :

Bagan 2: Antibiotik Topikal13

27
* Catatan:

Terapi topikal lebih baik dibandingkan dengan terapi sistemik. Tujuannya untuk mendapatkan
konsentrasi antibiotik yang lebih tinggi. Pilihan antibiotik yang memiliki aktifitas terhadap
bakterigram negatif, terutama pseudomonas, dan gram positifterutama Staphylococcus aureus.
Pemberian antibiotik seringkali gagal, hal ini dapat disebabkan adanya debris selain juga akibat
resistensi kuman. Terapi sistemik diberikan pada pasien yang gagal dengan terapi topikal. Jika
fokus infeksi di mastoid, tentunya tidak dapat hanya dengan terapi topikal saja, pemberian
antibiotik sistemik (seringkali IV) dapat membantu mengeliminasi infeksi. Pada kondisi ini
sebaiknya pasien di rawat di RS untuk mendapatkan aural toilet yang lebih intensif. Terapi
dilanjutkan hingga 3-4 minggu setelah otore hilang.13

Pemberian antibiotika sistemik

Pemilihan antibiotika sistemik untuk OMSK juga sebaiknya berdasarkan kultur kuman penyebab.
Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai pembersihan sekret profus. Bila
terjadi kegagalan pengobatan , perlu diperhatikan faktor penyebab kegagalan yang ada pada
penderita tersebut.11

Dalam penggunaan antimikroba, perlu diketahui daya bunuh antimikroba terhadap masing- masing
jenis kuman penyebab, kadar hambat minimal terhadap masing-masing kuman penyebab, daya
penetrasi antimikroba di masing-masing jaringan tubuh dan toksisitas obat terhadap kondisi tubuh.
Berdasarkan konsentrasi obat dan daya bunuh terhadap mikroba, antimikroba dapat dibagi menjadi
2 golongan. Golongan pertama antimikroba dengan daya bunuh yang tergantung kadarnya. Makin
tinggi kadar obat, makin banyak kuman terbunuh, misalnya golongan aminoglikosida dan
kuinolon. Golongan kedua adalah antimikroba yang pada konsentrasi tertentu daya bunuhnya
paling baik. Peninggian dosis tidak menambah daya bunuh antimikroba golongan ini, misalnya
golongan beta laktam.11

Antibiotika golongan kuinolon (siprofloksasin dan ofloksasin) mempunyai aktifitas anti


pseudomonas dan dapat diberikan peroral. Tetapi tidak dianjurkan diberikan untuk anak dengan
umur dibawah 16 tahun. Golongan sefalosforin generasi III (sefotaksim, seftazidim dan
seftriakson) juga aktif terhadap pseudomonas, tetapi harus diberikan secara parenteral. Terapi ini
sangat baik untuk OMA sedangkan untuk OMSK belum pasti cukup, meskipun dapat mengatasi

28
OMSK. Metronidazol mempunyai efek bakterisid untuk kuman anaerob. Metronidazol dapat
diberikan pada OMSK aktif, dosis 400 mg per 8 jam selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam
selama 2-4 minggu.11

OMSK Maligna

Pengobatan yang tepat untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif dengan
medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila
terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian
dilakukan mastoidektomi.1,11

Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK dengan
mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain1,11 :

1. Mastoidektomi sederhana ( simple mastoidectomy)

Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang dengan pengobatan konservatif
tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid
dari jaringan patologik. Tujuannya ialah supaya infeksi tenang dan telinga tidak
berair lagi. Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki.1

2. Mastoidektomi radikal

Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe bahaya dengan infeksi atau kolesteatoma
yang sudah meluas. 1

Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua
jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah
dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut
menjadi satu ruangan. 1

Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah
komplikasi ke intracranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki. 1

Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan seumur hidupnya. Pasien
harus datang dengan teratur untuk kontrol, supaya tidak terjadi infeksi kembali.

29
Pendengaran kurang sekali sehingga dapat menghambat pendidikan atau karier
pasien. 1

Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada rongga operasi
serta membuat meatoplasti yang lebar, sehingga rongga operasi kering permanen,
tetapi terdapat cacat anatomi, yaitu meatus liang telinga luar menjadi lebar.1

3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi

Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatoma di daerah atik, tetapi
belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding
posterior liang telinga direndahkan. 1

Tujuan operasi ialah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga
mastoid dan mempertahankan pendengaran yang masih ada. 1

4. Miringoplasti

Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga dengan
nama timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani. 1

Tujuan operasi ialah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada
OMSK tipe aman dengan perforasi yang menetap. 1

Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang sudah tenang dengan keluhan
ringan hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani. 1

5. Timpanoplasti

Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe aman dengan kerusakan yang lebih berat
atau OMSK tipe aman yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan
medikamentosa. Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit serta
memperbaiki pendengaran. 1

30
Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani sering kali harus dilakukan
juga rekonstruksi tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk tulang pendengaran
yang dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, II, IV dan V. 1

Sebelum rekonstruksi dikerjakan, lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani


dengan atau tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak
jarang operasi ini dilakukan dua tahap dengan jarak waktu 6 s/d 12 bulan. 1

6. Pendekatan ganda timpanoplasti ( Combined approach tympanoplasty)

Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus
OMSK tipe bahaya atau tipe aman dengan jaringan granulasi yang luas. 1

Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran


tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal ( tanpa meruntuhkan dinding
posterior liang telinga ).

Membersihkan kolesteatoma dan jaringan granulasi di kavum timpani, dikerjakan


melalui 2 jalan ( combined approach ) yaitu melalui liang telinga dan rongga
mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Teknik operasi ini pada OMSK
tipe bahaya belum disepakati oleh para ahli, oleh karena sering terjadi kambuhnya
kolesteatoma kembali. 1

Bagan 3. Pembedahan pada tatalaksana OMSK13

31
Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani
yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat,
serta memperbaiki pendengaran.11

Pedoman umum pengobatan penderita OMSK adalah Algoritma berikut10 :

Bagan 4. Algoritma Pengobatan OMSK 10

32
Komplikasi

Otitis media supuratif akut atau kronis mempunyai potensi untuk menjadi serius karena
komplikasinya dapat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan kematian. Bentuk komplikasi
ini tergantung pada kelainan patologi yang menyebabkan otore. Komplikasi ini biasanya di
dapatkan pada pasien OMSK tipe bahaya tetapi OMSK tipe manapun dapat menyebabkan
komplikasi bila terinfeksi kuman yang virulen ( eksaserbasi akut ). Dengan tersedianya antibiotika
mutakhir komplikasi otogenik menjadi semakin jarang. Komplikasi intracranial yang serius lebih
sering terlihat pada eksaserbasi akut dari OMSK berhubungan dengan kolesteatom. 10,13

Komplikasi otitis media terjadi apabila sawar (barier) pertahanan telinga tengah dilewati
sehingga infeksi menjalar ke struktur di sekitarnya.2

a. Pertahanan pertama

Yaitu mukosa kavum timpani yang mampu melokalisasi infeksi. Bila sawar pertahanan ini
runtuh masih ada sawar pertahanan yang kedua yaitu dinding tulang kavum timpani dan
sel mastoid.2

b. Pertahanan kedua

Yaitu dinding tulang kavum timpani dan sel mastoid. Runtuhnya periosteum akan
menyebabkan terjadinya abses subperiosteal (tidak berbahaya). Apabila infeksi mengarah
kedalam yaitu ke tulang temporal akan menyebabkan paresis n.VII atau labirinitis. Bila
kearah kranial akan menyebabkan abses ekstradural, tromboflebitis sinus lateralis,
meningitis, dan abses otak.2

c. Pertahanan ketiga

Yaitu terbentuknya jaringan granulasi. Ini terjadi jika sawar tulang terlampaui.13 Pada otitis
media supuratif akut penyebaran melalui hematogen atau osteotromboflebitis, sedangkan
pada otitis media supuratif kronis penyebaran terjadi melalui erosi tulang. Cara penyebaran
lainnya yaitu toksin masuk melalui jalan yang sudah ada misalnya

33
melalui fenestra rotondum, meatus akustikus internus, duktus perilimfatik dan duktus
endolimfatik.2

Dari gejala dan tanda yang ditemukan dapat diperkirakan jalan penyebaran suatu infeksi telinga
tengah ke intra kranial.2

A. Penyebaran secara hematogen

Penyebaran secara hematogen dapat diketahui dengan adanya2 :

- Komplikasi terjadi pada awal infeksi, dapat terjadi pada hari pertama atau kedua
sampai hari kesepuluh.

- Gejala prodromal tidak jelas seperti pada gejala meningitis lokal

- Pada operasi didapatkan dinding tulang telinga tengah utuh dan tulang serta lapisan
mukoperiosteal meradang dan mudah berdarah sehingga disebut juga mastoiditis
hemoragika.

B. Penyebaran melalui erosi tulang

Penyebaran melalui erosi tulang dapat diketahui bila2 :

- Komolikasi terjadi beberapa minggu atau lebih setelah awal penyakit.

- Gejala prodromal infeksi lokal mendahului gejala infeksi yang luas misalnya
paresis n.VII ringan yang hilang timbul mendahului paresis n.VII total atau gejala
meningitis lokal mendahului meningitis purulen.

- Pada operasi ditemukan lapisan tulang yang rusak diantara fokus supurasi dengan
struktur sekitarnya .

C. Penyebaran melalui jalan yang sudah ada

Penyebaran melalui jalan yang sudah ada dapat diketahui bila2 :

- Komplikasi terjadi pada awal penyakit .

34
- Ada serangan labirinitis atau meningitis berulang, mungkin ditemukan fraktur
tengkorak, riwayat operasi tulang, riwayat otitis media yang sudah sembuh.
Komplikasi intra kranial mengikuti komplikasi labirinitis supuratif.

- Pada operasi ditemukan jalan penjalaran melalui sawar tulang yang bukan karena
erosi.

Perjalanan komplikasi infeksi telinga tengah ke intra kranial harus melewati 3 macam lintasan :
1. Dari rongga telinga tengah ke selaput otak.
Melalui jalan yang sudah ada, seperti garis fraktur tulang temporal, bagian tulang yang
lemah atau defek karena pembedahan, dapat memudahkan masuknya infeksi. Labirin juga
dapat dianggap sebagai jalan penyebaran yang sudah ada begitu telah terinfeksi,
menyebabkan mudahnya infeksi ke fosa kranii media. Jalan lain penyebaran ialah melalui
tromboflebitis vena emisaria menembus dinding mastoid ke dura dan sinus durameter.
Tromboflebitis pada susunan kanal haversian merupakan osteitis atau osteomielitis dan
merupakan faktor utama penyebaran menembus sawar tulang daerah mastoid dan telinga
tengah.
2. Menembus selaput otak.
Dimulai begitu penyakit mencapai dura, menyebabkan pakimeningitis. Dura sangat
resisten terhadap penyebaran infeksi, akan menebal, hiperemi, dan lebih melekat ketulang.
Jaringan granulasi terbentuk pada dura yang terbuka, dan ruang subdura yang berdekatan
terobliterasi.
3. Masuk kejaringan otak.
Pembentukan abses biasanya terjadi pada daerah diantara ventrikel dan permukaan korteks
atau tengah lobus serebelum. Cara penyebaran infeksi ke jaringan otak ini dapat terjadi
baik akibat tromboflebitis atau perluasan infeksi ke ruang Virchow Robin yang berakhir
didaerah vaskular subkortek.

Bila dengan pengobatan medikamentosa tidak berhasil mengurangi gejala klinik dengan tidak
berhentinya otorea, dan pada pemeriksaan otoskopik tidak menunjukkan berkurangnya reaksi
inflamasi dan pengumpulan cairan maka harus diwaspadai komplikasi.2

35
Pada stadium akut naiknya suhu tubuh, nyeri kepala atau adanya tanda toksisitas seperti malaise,
somnolen, gelisah yang menetap dapat merupakan tanda bahaya. Timbulnya nyeri kepala di
parietal atau oksipital dan mual muntah proyektil serta kenaikan suhu badan yang menetap selama
terapi diberikan merupakan tanda komplikasi intrakranial.2

Adam dkk (1989) mengemukakan klasifikasi sebagai berikut 2,10:


A. Komplikasi ditelinga tengah :
1. Perforasi persisten
2. Erosi tulang pendengaran
3. Paralisis nervus fasial
B. Komplikasi telinga dalam
1. Fistel labirin
2. Labirinitis supuratif
3. Tuli saraf ( sensorineural)
C. Komplikasi ekstradural
1. Abses ekstradural
2. Trombosis sinus lateralis
3. Petrositis
D. Komplikasi ke susunan saraf pusat
1. Meningitis
2. Abses otak
3. Hindrosefalus otitis

Paparella dan Shumrick (1980) membagi dalam 10:


A. Komplikasi otologik
1. Mastoiditis koalesen
2. Petrositis
3. Paresis fasialis
4. Labirinitis
B. Komplikasi Intrakranial
1. Abses ekstradural
2. Trombosis sinus lateralis

36
3. Abses subdural
4. Meningitis
5. Abses otak
6. Hidrosefalus otitis

Shambough (2003) membagi atas komplikasi meningeal dan non meningeal 2,10:

A. Komplikasi intratemporal

1. Perforasi membran timpani

2. Mastoiditis akut

3. Paresis n. Fasialis

4. Labirinitis

5. Petrositis

B. Komplikasi ekstratemporal

1. Abses subperiosteal

C. Komplikasi intrakranial

1. Abses otak

2. Tromboflebitis

3. Hidrosefalus otikus

4. Empiema subdural

5. Abses subdural/ ekstradural

37
BAB IV

PENUTUP

Otitis media supuratif kronik ialah infeksi kronik di telinga tengah lebih dari 2 bulan dengan
adanya perforasi membran timpani, sekret yang keluar dari telinga tengah dapat terus menerus atau
hilang timbul. Sekret bisa encer atau kental, bening atau berupa nanah. Tipe klinik OMSK dibagi
atas dua, yaitu tipe aman (tipe mukosa, OMSK tipe jinak) dan tipe bahaya (tipe tulang, OMSK tipe
ganas).Kehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh dan status kesehatan serta gizi
yang jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK pada
negara yang sedang berkembang.Penyakit ini pada umumnya tidak memberikan rasa sakit kecuali
apabila sudah terjadi komplikasi. Biasanya komplikasi didapatkan pada penderita OMSK tipe
maligna seperti labirinitis, meningitis, abses otak dan dapat menyebabkan kematian.

Otitis media supuratif akut atau kronis mempunyai potensi untuk menjadi serius karena
komplikasinya dapat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan kematian. Bentuk komplikasi
ini tergantung pada kelainan patologi yang menyebabkan otore. Komplikasi ini biasanya di
dapatkan pada pasien OMSK tipe bahaya tetapi OMSK tipe manapun dapat menyebabkan
komplikasi bila terinfeksi kuman yang virulen ( eksaserbasi akut ). Dengan tersedianya antibiotika
mutakhir komplikasi otogenik menjadi semakin jarang. Pemberian obat- obat itu sering
menyebabkan gejala dan tanda klinis komplikasi OMSK menjadi kurang jelas.

38
DAFTAR PUSTAKA

1. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi E.A, Iskandar N, Bashiruddin J,
Restuti R.D. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher.
Ed.VII. 2012. Jakarta: Balai Penerbut FKUI. Hlm. 62-66.

2. Helmi. Komplikasi Otitis Media Supuratif Kronis dan Mastoiditis. Dalam: Soepardi E.A,
Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti R.D. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala & Leher. Ed.VII. 2012. Jakarta: Balai Penerbut FKUI. Hlm 70-77.
3. Soetirto I, Hendarmin H, Bashirudin J. Gangguan Pendengaran. Dalam: Soepardi E.A,
Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti R.D. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala & Leher. Ed.VII. 2012. Jakarta: Balai Penerbut FKUI. Hlm 10-6

4. Bhatt R. Ear Anatomy. [online, June 2018]. Updated on 2016. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/1948907-overview
5. Netter FH. Head and Neck. In: Netter’s Clinical Anatomy 2nd ed. Hansen, John T editors.
Phliladelphia: Elseivier. 2011. 400-4
6. Wijana, Pasyah MF. Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak. Artikel Penelitian. Global Medical
and Health Communication. 2016;1(4):1-2
7. Peter Morris. Chronic Suppurative Otitis Media. Clinical Evidence Handbook. 2013; 10(88): 694-6
8. Asroel HA, Siregar DR, Aboet A. Profil Penderita Otitis Media Supuratif Kronis Tipe Bahaya. J
Kesehatan Masyarakat Nasional. 2013; 12(7): 567-70
9. Mittal R, Lisi C, Gerring R, Mittal J, Mathee K, Narasimhan G, et al. Current Concepts In The
Pathogenesis and Treatment of Chronic Suppurative Otitis Media. J Medical Microbiology. 2015;
64: 1103-1116
10. Zhang Y, MinXu, Zeng L, Wang Y, Zheng Q. Risk factors for Chronic and recurrent Otitis Media –
A metaanalysis. 2014; 1(9): 1-8
11. Bechara Y, Ghorayeb. Otolaryngology - Head & Neck Surgery. [online, June 2018]. Available at:
http://www.ghorayeb.com/tympanicperforation.html#
12. Therapy Update : Tympanic Membrane Perforations. [online, June 2018]. Available at:
https://hillsent.com.au/wp-content/uploads/2014/12/Tympanic-Membrane-Perforations-Update_Dr-
Nirmal-Patel_article1.pdf
13. ENT USA. Middle ear and TM Pictures. [online, June 2018]. Available at:
http://www.entusa.com/eardrum_and_middle_ear.htm#
14. Schilder AG, Bhutta MF, Casselbrant ML, Solen MG, Marchisio P, Venekamp RP. Panel 7: Otitis
Media : Treatment and Complications. American Academy of Otolaryngology – Head and Neck
Surgery Foundation. 2017; 156: 89-105

15. Edward, Y. Novianti, D. 2015. Biofilm pada Otitis Media Supuratif Kronik. JMJ. 3(1): 68-

39
78)

16.

40
17. Picture perforasi membrane timpani. Updated 20 Juli 2012. Available at :
http://bahankedokteran.wordpress.com/2012/07/20/otitis-media-supuratif-kronik-omsk/
18. Nursiah, Siti. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan terhadap beberapa
Antibiotika di bagian THT FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan. [ disertasi ]Medan;
2003.
19. Paparella et al. Otolaryngology. Volume II-Otology and Neuro-otology Third Edition. WB
Saunders Company; 1991. p:1363.
20. Paparella MM., et all Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid, Editor Effendi H, Santoso
K, Dalam :Boies Buku Ajar Penyakit THT, Alih Bahasa : Dr. Caroline Wijaya, Edisi 6,
Jakarta, EGC, 1994 ; 88 - 113.
21. Penatalaksanaan Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK). Cermin Dunia Kedokteran
163/vol.35 no.4/ Juli–Agustus 2008.

7 jadi 3
8 jadi 4
3 : Medscape pic

40

Anda mungkin juga menyukai