Oleh:
Kelompok 5
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki era globalisasi, persaingan di berbagai bidang semakin nyata
saja. Keberhasilan kinerja public relation sebagai hal penting organisasi /
perusahaan yang bertugas menciptakan dan mempertahankan nilai / image
positif organisasi semakin tinggi. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan
berusaha meningkatkan aktivitas public relation dengan maksimal dan efektif.
Pada kenyataanya, saat ini pelayanan kesehatan telah berkembang
menjadi suatu industri yang berbasis pada ekonomi dan manajemen untuk
mempromosikan pelayanan dan produk jasa yang diselenggarakannya. Hal
tersebut juga dilaksanakan sebagai usaha pemantapan citra rumah sakit secara
keseluruhan. Berkenaan dengan hal tersebut, pelayanan rumah sakit akan terus
meningkat. Untuk itu, para penyedia jasa layanan kesehatan berlomba-lomba
mencari cara bagaimana memuaskan pelanggan (Aditama, 2003:12). Humas
kependekkan dari hubungan masyarakat, seringkali menggunakan istilah
Public Relations, disingkat PR, atau Purel, adalah ilmu pengetahuan yang
masih relatif baru bagi masyarakat Indonesia. Humas merupakan gabungan
berbagai ilmu dan termasuk dalam jajaran ilmu-ilmu sosial.
Humas dalam melaksanakan tugasnya, harus melakukan perannya
secara eksternal dan internal serta menjadi penghubung antara publik internal
dan eksternal untuk membentuk citra positif, menyelesaikan masalah dengan
komunikasi dua arah, data komplain untuk dasar evaluasi program kerja humas
dan sebagainya. Humas rumah sakit harus mampu membangun kerja sama
dengan komunitasnya mulai dari karyawan administrasi, para medis, pasien
dan pihak pemerintah, industri obat dan alat kesehatan untuk mendukung
peningkatan kesehatan masyarakat, keberhasilan medis (ketepatan dan
kecepatan pelayanan medis) serta pelayanan pasca rawat inap (rehabilitasi
medis).
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat,
bagian unit kerja humas Rumah Sakit “X” bekerja keras dalam memetakan
rencana strategis yang dapat menunjang tujuan rumah sakit. Humas yang
bertugas sebagai pemberi informasi, menyatukan sikap atau tindakan suatu
1
lembaga mengajak masyarakat untuk mengubah sikap kepada yang lebih baik.
Salah satu cara yang dilakukan guna memenuhi kepuasan pelayanan kepada
pasien adalah dengan menunjukkan keramahan. Dengan menunjukkan
perhatian penuh, sikap ramah, dan tutur kata yang lemah lembut, diharapkan
seorang petugas layanan kesehatan mampu bekerjasama dengan pasien dalam
memberikan asuhan keperawatan (Kariyoso, 1994:2). Peran humas pada
Rumah Sakit diharapkan ikut mensosialisasikan, hal itu bertujuan :
1. Agar dapat mengetahui hak dan kewajiban pasien serta hak lainya
2. Agar dapat mengetahui hak dan kewajiban Suster dan dokter-dokter lainya
3. Dapat mengaplikasikan kewajibannya dan memperhatikan hak pasien
dalam pelaksanaan praktik rumah sakit.
4. Untuk menciptakan peluang strategis dalam upaya mensosialisasikan
program-program yang di buat
Dengan demikian tidak terjadi masalah yang bisa menurunkan citra
rumah sakit.
Dalam menjalankan fungsinya, humas Rumah Sakit “X” berupaya
memberikan pelayanan kepada pasien dengan mengutamakan kepuasan dan
kenyamanan serta berusaha untuk memenuhi keinginan dan hasrat yang
menjadi media pemenuhan kebutuhan bagi pasien. Dalam prosesnya, kegiatan
pemenuhan kebutuhan pasien ini tidak hanya melibatkan personel humas saja,
melainkan juga melibatkan seluruh komponen yang ada dalam lingkungan
rumah sakit tersebut. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Rumah Sakit “X”
berorientasi pada visi dan misi RS.
B. Rumusan Masalah
Pada periode Januari-Desember 2017 humas Rumah Sakit “X”
melakukan evaluasi mengenai mutu pelayanan Rumah Sakit. Melalui angket
yang disebarkan kepada pasien dan keluarga pasien yang berkunjung ke
poliklinik dan keluarga pasien/pasien yang ada di rawat inap selaku responden
serta kumpulan pesan yang diperoleh dari kotak saran rumah sakit, hasil
evaluasi menunjukkan bahwa terdapat beberapa masalah yang menyangkut
dengan mutu pelayanan kesehatan. Adapun permasalahan yang dimaksud
diantaranya adalah menyangkut ketidakpuasan pasien terhadap mutu
pelayanan kesehatan rumah sakit yang meliputi soal ketepatan waktu
2
pelayanan (60%), keramahan petugas (35%) serta sarana dan prasarana yang
kurang memadai (30%)
C. Tujuan Penulisan
1.1 Tujuan Umum
Mengetahui peranan humas terhadap mutu pelayanan kesehatan
Rumah Sakit “X”
1.2 Tujuan Khusus
a. Bagaimanakah peranan humas terhadap mutu pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit “X”?
b. Bagaimanakah penilaian pasien terhadap mutu pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh pihak “X”?
c. Apa sajakah yang menjadi faktor pendorong dan penghambat humas
dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
“X” ?
3
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
B. Tujuan Humas
4
5. Mendukung bauran pemasaran.
Jefkins (2003) mendefinisikan dari sekian banyak hal yang bisa dijadikan
tujuan public relation sebuah perusahaan, beberapa diantaranya yang pokok
adalah sebagai berikut :
5
14. Untuk menyebarluaskan kegiatan-kegiatan riset yang telah dilakukan
perusahaan, agar masyarakat luas mengetahui betapa perusahaan itu
mengutamakan kualitas dalam berbagai hal.
Secara keseluruhan tujuan dari public relation adalah untuk menciptakan citra
baik perusahaan sehingga dapat menghasilkan kesetiaan publik terhadap
produk yang ditawarkan oleh perusahaan, hal ini diungkapkan oleh Mulyana
(2007). Selain itu public relation bertujuan untuk menciptakan, membina dan
memelihara sikap budi yang menyenangkan bagi lembaga atau organisasi di
satu pihak dan dengan publik di lain pihak dengan komunikasi yang harmonis
dan timbal balik (Maria, 2002).
C. Fungsi Humas
Humas Rumah Sakit adalah bagian di dalam organisasi rumah sakit yang
berfungsi memberi identitas organisasi dengan tepat dan benar serta membina
komunikasi dengan baik sehingga publik menaruh kepercayaan dan
mempunyai pengertian yang jelas dan benar terhadap organisasi tersebut.
Menurut Cutlip dan Center yang dikutip oleh Roosady Ruslan, ( 1999:20),
fungsi humas meliputi hal-hal berikut:
1. Menunjang kegiatan manajemen dan mencapai tujuan organisasi.
2. Menciptakan komunikasi dua arah secara timbal balik denggan
menyebarkan informasi dari perusahaan kepada publik dan
menyalurkan opini publik pada perusahaan.
3. Melayani publik dan memberikan nasehat keoada pimpinan organisasi
untuk kepentingan umum.
4. Membina hubungan secara harmonis antara organisasi dan publik, baik
internal maupun eksternal.
6
1. Memberi konseling yang didasari pemahaman masalah prilaku
manusia.
2. Membuat analisis "trend" masa depan dan ramalan akan akibat-
akibatnya bagi institusi.
3. Melakukan riset pendapat, sikap dan harapan masyarakat terhadap
institusi serta memberi saran tindakan-tindakan yang diperlukan
institusi untuk mengatasinya.
4. Menciptakan dan membina komunikasi dua-arah berlandaskan
kebenaran dan informasi yang utuh.
5. Mencegah konflik dan salah pengertian.
6. Meningkatkan rasa saling hormat dan rasa tanggung jawab sosial. g.
Melakukan penyerasian kepentingan institusi terhadap kepentingan
umum.
7. Meningkatkan itikat baik institusi terhadap anggota, pemasok dan
konsumen.
8. Memperbaiki hubungan industrial.
9. Menarik calon tenaga yang baik agar menjadi anggota serta mengurangi
keinginan anggota untuk keluar dari institusi.
10. Memasyarakatkan produk atau layanan.
11. Mengusahakan perolehan laba yang maksimal.
12. Menciptakan jadi diri institusi.
13. Memupuk minat mengenai masalah-masalah nasional
7
keramahtamahan petugas dalam melayani pasien. Sedangkan bagi
penyelenggara jasa pelayanan, kepuasan pelayanan kesehatan lebih terkait
pada dimensi kesesuaian pelayanan yang diselenggarakan dengan
perkembangan ilmu dan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
Kepuasan pasien akan pelayanan kesehatan pada dasarnya sangat sukar
diartikan karena terkait pada suatu kesatuan yang kompleks (Azrul Azwar,
1996:29).
8
1. Layanan Teknik (Technical Care), yaitu penerapan ilmu dan teknis bagi
kedokteran atau ilmu kesehatan lainnya kedalam penanganan masalah
kesehatan.
2. Layanan Interpersonal (Interpersonal Care), yaitu menejemen interaksi
sosial dan psikososial antara pasien dan praktisi kesehatan lainnya,
9
10. Kenyamanan, artinya lingkungan pelayanan harus tertib, teratur,
disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi lingkungan yang
indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan
seperti parkir, toilet, tempat ibadah, dan lain-lain.
10
3) Quality Improvement meliputi:
a. Mengembangkan infrastruktur
b. Mengidentifikasi proyek peningkatan mutu.
c. Membentuk tim mutu
d. Menyiapkan tim dengan sumber daya dan pelatihan dan
mengembangkan pengawasan untuk mempertahankan
peningkatan.
11
G. Data Kunjungan Pasien
Kunjungan Pasien Rawat Jalan Tahun 2017
Internis Anak Obgin Bedah Ortho Saraf THT Gigi Mata Umum Total
Januari 612 316 440 58 - 214 - 58 258 226 2182
Pebruari 816 450 424 65 - 224 - 38 195 285 2497
Maret 754 419 412 68 - 223 - 58 233 276 2443
April 825 346 516 85 - 221 - 52 305 209 2559
Mei 796 406 470 105 - 267 - 66 197 10 2519
Juni 719 354 423 115 - 272 - 48 164 344 2440
Juli 467 270 425 118 - 262 - 47 125 173 1899
Agustus 731 369 472 167 61 328 7 53 192 221 2601
September 704 281 457 144 51 307 56 71 170 162 2403
Oktober 805 289 503 131 73 299 66 89 449 218 2922
November 944 276 556 201 76 363 116 71 328 212 3143
Desember 896 255 489 189 74 386 109 105 287 207 2997
TOTAL 9069 4031 5587 1446 335 3366 354 756 2903 2543 30605
3500
Internis
3000
Anak
2500 Obgin
2000 Bedah
Ortho
1500
Saraf
1000 THT
Gigi
500
Mata
0 Umum
Total
12
Kunjungan Pasien Rawat Inap Tahun 2017
No BULAN BARU LAMA TOTAL
1 JANUARI 350 450 800
2 FEBRUARI 306 430 736
3 MARET 345 455 800
4 APRIL 301 512 813
5 MEI 323 485 808
6 JUNI 311 523 834
7 JULI 308 525 833
8 AGUSTUS 298 534 832
9 SEPTEMBER 365 500 865
10 OKTOBER 378 456 834
11 NOPEMBER 355 478 833
12 DESEMBER 300 497 797
TOTAL 3940 5845 9785
BARU LAMA
13
Disebagian besar masyarakat, pemasaran sering diartikan sebagai proses
penjualan barang dan jasa, tetapi apabila dilihat lebih mendalam pengertian
pemasaran mempunyai aspek yang lebih luas dari pada pengertian tersebut.
Berikut ini adalah pendapat ahli tentang pengertian pemasaran yaitu:
“ Marketing is a social and managerial process by which individuals and
groups obtain what they need and want through creating and exchanging
product value with others” (Kotler & Armtrong, 1997: 6)
Definisi pemasaran yang dikemukakan oleh ahli tersebut dapat diketahui
bahwa pemasaran merupakan suatu system dari kegiatan bisnis yang saling
berhubungan dan ditujukan untuk merencanakan, mendistribusikan dan
mempromosikan barang dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan untuk
memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen.
Kegiatan pemasaran haruslah dikoordinasikan dan dikelola dengan baik,
maka dikenal istilah manajemen pemasaran. Definisi manajemen pemasaran
itu sendiri menurut Kotler (2000 : 13) adalah:
“Marketing managemen is the analysis, planning, implementation, and
control a program designed to creat, build, and maintain beneficial exchange
with target buyer for the purpose of achieving organizational objectifves”
H. Pergesaran Paradigma Pemasaran
Paradigma adalah bagaimana memandang dunia, paradigma menjelaskan
kepada kita tentang dunia dan dapat membantu untuk memprediksikan
perilakunya. Pergeseran paradigma dalam pemasaran tidak selalu
menimbulkan perubahan pada definisi pemasaran yang ada sekarang.
Ditinjau dari aspek manajerial dalam pergeseran paradigma pemasaran
menunjukkan suatu proses atau sebagai proses pengambilan keputusan
manajemen yang mencakup analisis, perencanaan, implementasi dan
pengendalian dibidang pemasaran. Pengambilan keputusan manajemen lebih
memfokuskan kepada empat aspek tersebut.
Sedangkan tinjauan dari aspek perilaku konsumen dalam pergeseran
paradigma pemasaran menunjukan bahwa semua keputusan konsumen atau
pelanggan dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan (Basu, 2000: 24).
Aspek-aspek yang berkaitan dengan keputusan konsumen dari sudut pandang
konsumen, seperti kepuasan dan antusiasme juga tercakup didalamnya.
14
Bagi pemasar, janji untuk memberikan kepuasan pelanggan melalui bauran
pemasarannya dapat menimbulkan akibat terpenuhinya tujuan laba jangka
panjang meskipun kadang-kadang mengorbankan laba jangka pendek.
Kepuasan pelanggan merupakan darah kehidupan perusahaan yang harus
mengalir terus menerus, karena memberikan beberapa manfaat (Tjiptono,
2001) sebagai berikut;
a. Hubungan antara perusahaan dan pelanggannya menjadi harmonis,
b. Memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang,
c. Membentuk rekomendasi dari mulut kemulut yang menguntungkan
perusahaan,
d. Mendorong terciptanya loyalitas pelanggan,
e. Membangun reputasi perusahaan di mata pelanggan,
f. Meningkatkan laba.
I. Pemasaran Jasa
Pemasaran jasa tidak dapat diidentifikasikan dengan jelas gambaran
produknya. Jasa baru terlihat bila dikaitkan dengan suatu hubungan langsung
(interpersonal), misalnya antara produsen dengan konsumen. Peristiwa
memberi dan menerima yang dilakukan kedua pihak ini lebih menekankan
atau diukur pada kepuasan. Bisnis jasa sangat kompleks, karena banyak
elemen yang mempengaruhinya, seperti system internal organisasi,
lingkungan fisik, kontak personal, iklan, tagihan dan pembayaran, komentar
dari mulut ke mulut, dan sebagainya. Oleh karena itu Gronroos dalam Kotler,
(2000 : 469) menyatakan bahwa dalam konsep pemasaran jasa melibatkan
beberapa unsur dalam pelaksanaan kegiatan pemasaran yakni tidak hanya
dari sisi pemasaran eksternal tetapi juga pemasaran internal dan pemasaran
interaktif.
Pemasaran internal menggambarkan tugas yang diemban perusahaan dalam
rangka melatih dan memotivasi para karyawannya agar dapat melayani para
pelanggan dengan baik. Pemasaran interaktif menggambarkan interaksi antara
pelanggan dan karyawan. Pemasaran eksternal menggambarkan aktivitas
normal yang dilakukan oleh perusahaan dalam mempersiapkan, menetapkan
harga, melakukan distribusi dan mempromosikan jasa kepada para pelanggan.
Pemasaran jasa bersifat sensitive dalam menghayati kebutuhan konsumen-
15
nya, karena itu tenaga pemasaran jasa harus selalu dekat dan terus menerus
memperhatikan konsumennya, untuk dapat memperkenalkan dan
mempromosikan jasa tersebut. Hal ini terutama disebabkan para
konsumen/pelanggannya berubah, karena dapat dipengaruhi perasaan,
keinginan serta perkembangan yang terdapat di lingkungannya.
Kegiatan pemasaran jasa harus dapat mendekatkan konsumen, pelanggan,
mengkaji peluang-peluang pasar, menetapkan posisi jasa segmen pasar dan pasar
sasaran atas dasar kebutuhan jasa tersebut serta merumuskan bauran pemasaran
(marketing mix), yang meliputi mutu dan deversifikasi jasa, harga atau tarif dari
kegiatan promosi dan strategi penyampaian jasa tersebut.
16
konsumen.
2. Price (Harga)
Menurut Monroe (2005) menyatakan bahwa harga merupakan
pengorbanan ekonomis yang dilakukan pelanggan untuk memperoleh
produk atau jasa. Selain itu harga salah satu faktor penting konsumen
dalam mengambil keputusan untuk melakukan transaksi atau tidak
(Engel, Blackwell dan Miniard, 1996).
Harga dikatakan mahal, murah atau biasa-biasa saja dari setiap individu
tidaklah harus sama, karena tergantung dari persepsi individu yang dilatar
belakangi oleh lingkungan kehidupan dan kondisi individu (Schifman
and Kanuk, 2001).
Harga/ tarif merupakan hal yang kompleks karena berhubungan dengan
biaya, break even point dan strategi harga, juga berhubungan dengan
peraturan pemerintah atau keadaan masyarakat sekitarnya. Penting
diperhatikan harga tersebut harus dapat memberikan nilai yang sesuai
dengan pelayanan yang diberikan, juga harga tersebut akan memberikan
kesempatan kepada rumah sakit untuk berkembang dan memberikan pada
pasien untuk memilih, lalu perlu memperhatikan perkembangan asuransi.
3. Promotion (promosi)
Promosi adalah kegiatan mengkomunikasikan informasi dari penjual
kepada konsumen atau pihak lain dalam saluran penjualan untuk
mempengaruhi sikap dan perilaku. Melalui periklanan suatu perusahaan
mengarahkan komunikasi persuasif pada pembeli sasaran dan masyarakat
melalui media-media yang disebut dengan media massa seperti Koran,
majalah, tabloid, radio, televise dan direct mail (Baker, 2000:7).
Media promosi yang dapat digunakan pada bisnis ini antara lain (1)
Periklanan, (2) Promosi penjualan, (3) Publisitas dan hubungan
masyarakat, dan (4) Pemasaran langsung. Penentuan media promosi yang
akan digunakan didasarkan pada jenis dan bentuk produk itu sendiri.
4. Place (Saluran Distribusi)
Kotler (2000: 96) menyatakan bahwa “Saluran distribusi terdiri dari
seperangkat lembaga yang melakukan segala kegiatan (Fungsi) yang
digunakan untuk menyalurkan produk dan status pemiliknya dari
produsen ke konsumen”. Dari definisi diatas dapat diartikan bahwa
17
saluran distribusi suatu barang adalah keseluruhan kegiatan atau fungsi
untuk memindahkan produk disertai dengan hak pemiliknya dari
produsen ke konsumen akhir atau pemakai industri.
Distribusi berkaitan dengan kemudahan memperoleh produk di pasar dan
tersedia saat konsumen mencarinya. Distribusi memperlihatkan berbagai
kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk menjadikan produk atau jasa
diperoleh dan tersedia bagi konsumen sasaran.
Rumah sakit sebagai tempat tentu harus mendukung kelengkapan dan
kenyamanan pelayanan. Pelayanan disini tidak hanya pada pasien tetapi
juga kepada keluarga dan teman pasien. Rumah sakit harus berusaha
memberikan kesempatan untuk mudah mencapai dan memerlukan waktu
yang relatif singkat. Seperti tempat pendaftaran pasien, informasi bagi
yang menengok, tempat parkir dan petunjuk jalan yang jelas, juga perlu
diperhatikan kondisi tempat menunggu giliran pemeriksaan dan waktu
tungu karena akan mempengaruhi kondisi kelelahan dan kejenuhan
dalam menerima pelayanan.
5. People (Partisipan)
Yang dimaksud partisipan disini adalah karyawan penyedia jasa layanan
maupun penjualan, atau orang-orang yang terlibat secara langsung
maupun tidak langsung dalam proses layanan itu sendiri, diantaranya
adalah para reception, dokter, dan beauty therapis.
6. Process (Proses)
Proses adalah kegiatan yang menunjukkan bagaimana pelayanan
diberikan kepada konsumen selama melakukan pembelian barang.
Pengelola klinik melalui front liner sering menawarkan berbagai macam
bentuk pelayanan untuk tujuan menarik konsumen. Fasilitas jasa
konsultasi dokter gratis, pengiriman produk, credit card, card member
dan fasilitas layanan yang berpengaruh pada image perusahaan.
7. Physical evidence (Lingkungan fisik)
Lingkungan fisik adalah keadaan atau kondisi yang di dalamnya juga
termasuk suasana klinik yang merupakan tempat beroperasinya jasa
layanan perawatan dan kecantikan kulit. Karakteristik lingkungan fisik
merupakan segi paling nampak dalam kaitannya dengan situasi. Yang
dimaksud dengan situasi ini adalah situasi dan kondisi geografi dan
18
lingkungan institusi, dekorasi, ruangan, suara, aroma, cahaya, cuaca,
pelatakan dan layout yang nampak atau lingkungan yang penting sebagai
obyek stimuli (Belk 1974 dalam Assael 1992).
Dari ketujuh elemen marketing mix tersebut yang merupakan kunci sukses
bagi sebuah klinik diantaranya adalah kelengkapan produk layanan yang siap
ditawarkan (one stop beauty service), lokasi yang strategis, keramahan dan
efektivitas pelayanan, tempat parkir yang memadai, dan fasilitas lain
pendukung kenyamanan konsumen didalam perawatan seperti ruangan dari
ruang tunggu sampai dengan ruang perawatan yang sejuk dan bertata cahaya
yang tepat.
19
Lampung Selatan 71 0,23 22 0.07
20
21
BAB III
KESIMPULAN
22
Perkembangan rumah sakit ke depan memiliki peluang besar karena seiring
ditertibkannya berbagai peraturan dan perundang-undangan yang mendukung iklim
investasi dan menciptakan kondisi bisnis dan jasa rumah sakit yang lebih baik.
Namun, rumah sakit ke depan masih menghadapi tantangan yang besar. Tantangan
yang dihadapi adalah infrastruktur, kepastian hukum dan regulasi juga masih belum
transparan, rendahnya keberpihakan pemerintah dalam mendukung industri rumah
sakit swasta, dan regulasi pemasaran.
23
DAFTAR PUSTAKA
Bayundara, Kelik. (2015). Peluang dan Tantangan Industri Rumah Sakit Modern
di Indonesia. Diakses melalui http://marketeers.com/peluang-dan-
tantangan-industri-rumah-sakit-modern-di-indonesia/, diakses pada tanggal
21 Oktober 2017.
Ruslan, Heri. (2012). Peradaban Islam Perintis Pengobatan Sakit Jiwa. Diakses
melalui http://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/khazanah/12/03/12/m0ro8a-peradaban-islam-perintis-pengobatan-
sakit-jiwa, diakses pada tanggal 21 Oktober 2017.
Sabarguna, Boy S. 2009. Buku pegangan mahasiswa Manajemen Rumah Sakit Jilid
3. Jakarta: Penerbit Sagung Seto, p 12-15.
24