Anda di halaman 1dari 2

Pilar Pilar Ekonomi Islam

68

Redaksi – Kamis, 14 Safar 1434 H / 27 Desember 2012 06:11 WIB

Berita Terkait

 Peluang, Tantangan dan Outlook Perbankan Syariah 2013


 Semua Praktek Bank Konvensional Dipraktekkan dalam Bank Islam di Malaysia
 Perbedaan Mendasar Antara Sistem Ekonomi Islam dan Sistem Ekonomi kapitalis
 Mengapa Ekonomi Syariah Penting untuk Indonesia? (bagian akhir)[1]
 Spirit Hijrah Dalam Bisnis Syariah

Oleh, M. Ridho Hidayat

(Santri PPMS Ulil Albab Bogor, mahasiswa Magister Ekonomi Islam Universitas Ibn Khaldun
Bogor)
Setiap bangunan sudah seharusnya memiliki pilar yang menjadikannya mampu berdiri tegak
diatas pondasi. Sebagus dan sekuat apapun pondasi suatu bangunan, ia tidak akan menjadi suatu
yang berarti tanpa adanya pilar. Pilar-pilar tersebut berfungsi menyatukan dinding dan
menyangga atap yang ada di atasnya. Di dalam bangunan seperti itulah, manusia dapat berteduh,
tinggal dan mengambil manfaatnya.

Begitu juga dengan ekonomi Islam. Bangunan yang pondasinya adalah keagungan tauhid,
kesempurnaan syariat dan kemuliaan akhlak ini, tidak akan nampak dan bermanfaat jika tidak
ditegakkan pilar-pilarnya. Apa sajakah pilar-pilar itu? Tulisan ini akan mengulas secara singkat
tentang pilar-pilar ekonomi Islam menurut para ahlinya di Indonesia.

Pendapat Para Ahli

Adiwarman Azwar Karim, anggota Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
menjelaskan, terdapat tiga pilar dalam sistem ekonomi Islam. Pertama, meninggalkan seluruh
unsur-unsur yang dihukumi haram menurut syariat Islam, misalnya, riba (bunga). Kedua, prinsip
keseimbangan antara sektor riil dengan sektor keuangan. Menurut Adiwarman,
ketidakseimbangan dalam sistem ekonomi dapat mengakibatkan bubble economy pada sistem
ekonomi kapitalisme. Ketiga, prinsip proses transaksi jual-beli yang adil, tidak menguntungkan
satu pihak merugikan pihak yang lain.

Sementara itu, Hendri Tanjung dalam penelitiannya berjudul “Apakah Bank Syariah Membuat
Ekonomi Stabil? Suatu Pendekatan Teori dan Model Matematika serta Implikasinya”
menyebutkan 3 pilar ekonomi Islam. Pilar tersebut diungkap dalam Qs Al-baqarah 275-277,
yaitu : Sektor Riil (jual Beli), Lembaga Keuangan bebas Riba, dan Zakat. Penelitian ini
mendapat penghargaan sebagai Juara pertama untuk kategori Peneliti Madya dalam Forum riset
Perbankan Syariah V di Universitas Muslim Indonesia.

Agak berbeda dengan Hendri, Muhaimin Iqbal menjelaskan adanya 4 roda ekonomi Islam dalam
bukunya ‘Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham’. Dalam buku tersebut
Iqbal menyatakan bahwa kemakmuran sebagai tujuan operasional ekonomi Islam, hanya akan
terwujud melalui 4 pilar ini. Pertama, alat tukar yang adil berupa uang yang stabil (dinar &
dirham). Kedua, sistem pembiyaan yang bebas riba berupa kerjasama atau kontrak dagang
berbentuk qirad dan syirkah. Ketiga, pedagang yang amanah dan pasar yang terbuka (fair trade
bukan free trade). Keempat, profesionalisasi pengelolaan distribusi harta (melalui zakat, infaq,
shadaqah dan wakaf).

Sektor Ril versus Riba

Dari pendapat-pendapat tersebut, dapat kita simpulkan bahwa ekonomi Islam sangat
memperhatikan urusan perdagangan dan sektor ril. Aspek inilah yang kurang mendapatkan
banyak perhatian dalam sistem ekonomi non-Islam. Jika kita mau mengambil ibrah dari ayat al-
Qur’an ke 275 surat al-Baqaarah, tentu saja kita akan paham perbedaan antara ekonomi
perdagangan dengan ekonomi perbankan. Kita juga dapat memahami perbedaan antara
mudharabah dengan bunga.

Ekonomi yang tidak bertumpu pada poros jual-beli, dan hanya berputar pada money creation
tidak akan menambah apapun selain dosa. Harta yang diputar dengan cara riba, tidak menambah
selain beban produksi yang berlebihan dan kemalasan dalam etos kerja. Sedangkan harta yang
diputar melalui jual-beli dan ZISWAF (zakat, infaq, shadaqah dan wakaf) akan menyuburkan
perekonomian. Hal itu disebabkan karena jual-beli dan ZISWAF itu mengalirkan harta dan
menggulirkannya di antara manusia.

Demikianlah pilar-pilar ekonomi yang harus ditegakan. Ibarat roda, pilar tersebut harus berputar
dalam kehidupan kita sehari-hari. Maha Benar Allah ketika berfirman: “Allah memusnahkan
riba, dan menyuburkan shadaqah.” Wallahul musta’an![]

Anda mungkin juga menyukai