Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ABORTUS
I. TINJAUAN TEORITIS
1.1 Anatomi fisiologi uterus

Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, terletak dalam
pelvis, antara rectum dibelakang dan kandung kencing di depan. Ototnya
(lapisan tengah) disebut miometrium dan selaput lendir yang melapisi sebelah
dalamnya disebut endometrium, peritoneum menutupi sebagian besar (tidak
seluruhnya) permukaan uterus. Letak uterus sedikit antefleksi pada bagian
lehernya dan anteversi (meliuk agak memutar ke depan) dengan fundusnya
terletak di atas kandung kencing. Panjang uterus adalah 5-8 cm, lebar
5cm, beratnya 30-60 gram (Pearce, Evelyn 2010)
The functions uterus are to prepare to receive the fertilized ovum, to provide a
suitable environment for growth and development of the fetus and to assist in the
expulsion of the fetus, placenta and membranes at delivery (Coad, J. & Dunstall,
M. 2012)
Arti kutipan diatas:
Fungsi rahim yaitu mempersiapkan diri untuk menerima sel telur yang
siap dibuahi, untuk menyediakan lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan dan
perkembangan janin serta membantu dalam pengeluaran janin, plasenta dan
membran pada persalinan.

1
1.2 Bagian-bagian uterus terdiri dari :

1. Fundus uteri (dasar rahim), ditutupi oleh peritoneum, berhubungan dengan


fascies vesikalis dan permukaan internalis. Pada bagian atas bermuara tuba uteri
yang menembus dinding uterus. Di bawah dan di bagian depan titik permukaan
ini terdapat ligamentum dan di belakang ligamentum terdapat ovarium.
2. Korpus uteri, di dalam nya terdapat rongga (kavum uteri) yang membuka keluar
melalui saluran kanalis servikalis yang terletak pada serviks, bagian ini
merupakan tempat berkembangnya janin.
3. Serviks uteri merupakan bagian uterus yang menyempit, berbentuk kerucut
dengan apeks yang menjurus kebawah dan ke belakang dan sedikit lebar di
petengahan. Sumbu panjang serviks sama dengan sumbu panjang korpus,
berbentuk garis bengkok ke depan.
4. Isthmus merupakan segmen yang pendek antara korpus dan seviks uteri, pada
wanita tang tidak hamil, panjang isthmus sekitar 1 hingga 2 mm, isthmus uteri
akan terpotong pada operasi seksio cesarean untuk melahirkan
5. selain itu, supaya tetap di tempatnya uterus ditopang oleh beberapa ligament
yaitu :
6. Ligamentum kardinal sinistra dan dekstra, fungsinya untuk mencegah supaya
uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat tebal
7. Ligamentum sacroterium sinistra dan dekstra, ligamentum yang menahan uterus
supaya tidak tidak bergerak, berjalan dans erviks bagian belakang kiri dan kana,
kearah os.scarum kiri dan kanan
8. Ligamentm rotundom kiri dan kanan, yaitu ligament yang yang menahan dalam
uterus antafleksi
9. Ligamentum infundibolu pelvikum, yait ligamen yang meliputi, berjalan dari uterus
kearah sisi, tidak banyak mengandung jaringan ikat.

2
II. KONSEP DASAR
1. Konsep Dasar Penyakit
a. Pengertian
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat - akibat
tertentu pada atau sebuah kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah
kehamilan belum mampu hidup di luar kandungan (Sarwono; 2001).
Abortus adalah suatu terminasi kehamilan sebelum kelangsungan
hidup fetus. Kelangsungan hidup fetus dicapai pada kira - kira 20 sampai 24
minggu gestasi seorang fetus mempunyai berat di atas 500 gram atau
panjang 18 cm. Ketika itu fetus mampu untuk hidup di lingkungan luar
uterus ekstrauterin ( Bobak; 2000).
Abortus didefinisikan sebagai keluarnya janin sebelum mencapai
viabilitas. WHO merekomendasikan bahwa janin viabel apabila masa gestasi
telah mencapai 22 minggu atau lebih, apabila berat janin 500 gram atau lebih
karena istilah aborsi tidak membedakan abortus spontan dan abortus buatan,
banyak ahli kebidanan menyebut aborsi spontan sebagai keguguran atau
Miscarriage. Kebanyakan abortus terjadi selama alamiah (atau diinduksi)
antara kahamilan minggu ke 6 dan ke 10 (Derek Illwellyn - Jones, 2001).
MONRO melaporkan bahwa fetus dengan berat 397 gram dapat hidup
terus, definisi tersebut di atas tidaklah mutlak. Sungguhpun bayi dengan berat
badan 700 - 800 gram dapat hidup. Tapi hal ini dianggap sebagai suatu
keajaiban. Makin tinggi berat badan anak waktu lahir, makin besar
kemungkinannya untuk dapat hidup terus.
Abortus dapat dibagi sebagai berikut :

o Abortus Spontan
Terjadi tanpa ada unsur tindakan mekanis ataupun medisinalis, semata -
mata disebabkan oleh faktor - faktor alamiah.

o Abortus Provokatus (Induced Therapeutika)


Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat - obatan
maupun alat - alat.
Abortus ini terbagi lagi menjadi :

a) Abortus Medisinalis ( Abortus Therapeutika )


Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila
kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan
indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai
dengan 3 tim dokter ahli.
Indikasi medis tersebut di antaranya : Penyakit jantung, ginjal atau
hati yang berat, gangguan jiwa ibu, dijumpai kelainan bawaan berat

3
dengan pemeriksaan USG, gangguan pertumbuhan dan
perkembangan dalam Rahim
b) Abortus Kriminalis (Ilegal Kriminal)
Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan - tindakan yang
tidak legal (tanpa dasar hukum atau melawan hukum) tidak
berdasarkan indikasi medis pengguguran kandungan dilakukan atas
dasar : Menginginkan jenis kelamin tertentu, tidak ingin punya anak,
jarak kehamilan terlalu pendek, belum siap untuk hamil, kehamilan
yang tidak diinginkan. Sehingga upaya untuk terminasi kehamilan
muda dimana pelaksana tindakan tersebut tidak mempunyai cukup
keahlian dan prosedur standar yang aman sehinggga dapat
membahayakan keselamatan jiwa klien (unsafe abortion ).
b. Karakteristik abortus sebagai berikut :
1) Abortus Imminens (keguguran membakat) keguguran membakat dan
akan terjadi, abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk
mempertahankannya.
2) Abortus Incipiens ; keguguran sedang berlangsung dan tidak dapat
dicegah lagi.
3) Abortus Incompletus (keguguran tidak lengkap / bersisa) ; sebagian dari
buah kehamilan telah keluar tapi sebagian (biasanya jaringan plasenta)
masih tertinggal dalam rahim.
4) Abortus Completus (keguguran lengkap) dimana seluruh hasil konsepsi
telah dikeluarkan dari kavum uteri.
5) Retensi janin mati (missed abortion) ; perdarahan pada kehamilan muda
disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati, tetapi tetap berada
dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.
6) Abortus Infeksiosus / Abortus Septik ; keguguran disertai infeksi genital.
7) Abortus Habitualis / Abortus Rekuren ; adalah keadaan dimana pasien
mengalami keguguran berturut - turut 3 atau lebih.
Tetapi dari satu jenis abortus dapat berubah menjadi jenis lain jika proses
abortus berlanjut.

c. Klinik Abortus :
1) Abortus Imminens
Terjadi perdarahan bercak atau sedikit - sedikit pada kehamilan <
20 mg. Perdarahan biasanya sedikit tanpa kontraksi uterus yang sakit,
disertai atau tanpa rasa mules, uterus membesar sesuai dengan
kehamilan, serviks tidak berdilatasi dan hasil konsepsi masih dalam
kavum uteri dan tes kehamilan positif. Pada perjalanannya perdarahan
dan rasa mules dapat makin berkurang dan hilang, kehamilan dapat
berlangsung terus.

4
2) Abortus Incipiens
Apabila setelah terjadi abortus imminens perdarahan semakin
banyak dan disertai rasa mules yang semakin sering, semakin kuat dan
semakin dirasakan sakit disertai dilatasi servik, maka terjadilah abortus
incipiens. Hasil konsepsi masih seluruhnya berada dalam kavum uteri.
Dengan semakin kuatnya kontraksi uterus, serviks terbuka dan
perdarahan bertambah banyak. Pada suatu ketika hasil konsepsi
terdorong keluar dari kavum uteri.

3) Abortus Incompletus
Apabila abortus terjadi pada kehamilan > 12 mg. Karena plasenta
tidak melekat lebih erat, maka pada saat hasil konsepsi terlepas dan
keluar dari kavum uteri, biasanya tidak lengkap dan masih ada tertinggal
dalam kavum uteri.

Didapati antara lain amenorea, sakit perut dan mules - mules,


perdarahan yang bisa sedikit atau banyak, dan biasanya berupa stolsel
(darah beku) ; sudah ada keluar petus atau jaringan. Jaringan sisa hasil
konsepsi traba di dalam kavum uteri bahkan menonjol dalam ostium uteri
serta uterus yang berukuran lebih kecil dari seharusnya. Pada abortus
yang sudah lama terjadi atau pada abortus provokatus yang dilakukan
oleh orang yang tidak ahli sering terjadi infeksi.

4) Abortus Completus
Apabila abortus terjadi pada kehamilan 8 mg, maka seluruh hasil
konsepsi keluar lengkap dari kavum uteri. Uterus mengecil, ostium uteri
menutup dan perdarahan tinggal sedikit - sedikit. Rasa mules sekali
pada saat keluarnya hasil konsepsi segera berkurang, dan apabila hasil
konsepsi yang telah keluar tersebut diperiksa, ternyata telah lengkap.

5) Missed Abortion
Umur kehamilan yang diperkirakan, kemungkinan tidak ada
perdarahan dan kontraksi uterus, mulut serviks tertutup. Permulaannya
perdarahan sedikit - sedikit yang berulang, fundus uteri tidak bertambah
tinggi malahan tambah rendah. Tanda kehamilan belakangan
menghilang, diiringi dengan reaksi kehamilan yang menjadi negatif pada
2 - 3 mg sesudah fetus mati. Pada pemeriksaan dalam serviks tertutup
sesekali pasien merasa perutnya dingin atau kosong, wanita
mengeluarkan cairan kecoklatan dari vagina tanpa mules.

Hipofibrinogenemia dapat timbul pada missed abortion yang


berlangsung 6 - 8 minggu sehingga terjadi gangguan pembekuan darah.

5
(Tanda-Tanda abortus Imminens menghilang dengan atau tanpa
pengobatan, tetapi janin tidak tumbuh dan masih tetap tertahan di kavum
uteri ; Missed abortion )

6) Abortus Infeksiosus / Septik


Adanya gejala septis akibat aborsi ditandai oleh panas dan dinding perut
yang lembek. Perdarahan pervagina, yang berumlah sedikit - sedikit
sampai banyak. Seringkali berbau busuk. Hal ini sering ditemukan pada
abortus Incompletus, atau abortus buatan terutama yang kriminalis tanpa
memperhatikan syarat - syarat asepsis dan antisepsis. Bahkan pada
keadaan tertentu dapat terjadi perforasi rahim.

7) Abortus Habitualis
Menurut HERTIG abortus spontan terjadi dalam 10 % dari
kehamilan dan abortus habitualis 3,6 - 9,8 % dari abortus spontan. Kalau
pasien telah mengalami 2 x abortus berturut turut maka optimisme untuk
kehamilan berikutnya berjalan normal adalah sekitar 63 %. Kalau abortus
3 kali berturut turut, maka kemungkinan ke empat berjalan normal hanya
sekitar 16 %.

2. Etiologi

Pada kehamilan muda, abortus tidak jarang didahului oleh kematian


mudigah. Sebaliknya, pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan
dalam keadaan hidup. Hal hal yang menyebabkan abortus dapat dibagi
sebagai berikut :

1) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.


Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kamatian janin
dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi
dikeluarkan.Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena :
a) Konsepsi terganggu Kelainan kromoson
Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosan, termasuk
kromosan seks.

b) Lingkungan Endometrium kurang sempurna dapat dikarenakan oleh;


Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil
konsepsi, gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek jarak
kehamilan.
c) Pengaruh dari luar dapat disebabkan ; Infeksi endometrium,
endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi, hasil konsepsi
berpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan gangguan
pertumbuhan.

6
d) Kelainan pada plasenta seperti
(1) Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta
tidak dapat berfungsi.
(2) Gangguan pembuluh darah plasenta, di antaranya pada Diabetes
Mellitus.
(3) Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta
sehingga menimbulkan keguguran.
2) Penyakit ibu
Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin
dalam kandungan melalui plasenta :

a) Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifhus abdominalis, malaria, sifilis.


b) Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan peredaran O2 menuju
sirkulasi retroplasanter.
c) Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit
hati, penyakit DM.
3) Kelainan yang terdapat dalam rahim
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan
abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkuatus, uterus septus,
retrofleksia uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks
(konisas, amputasi serviks), robekan serviks post partum.

3. Patofisiologi
Terlepasnya sebagian atau seluruh jaringan
Plasenta ( Benda asing )
  Perdarahan pervagina
 Sakit perut
Kontraksi uterus

Janin kekurangan nutrisi atau O2

Pengeluaran seluruh atau sebagian


Hasil konsepsi

Pengeluaran / perdarahan yang hebat

Resti Syok / tanda- tanda : nadi meningkat,


Tensi menurun, akral dingin

7
a. Tanda dan Gejala
Seorang wanita dalam masa reproduksi yang telah mengalami
keterbatasan haid diduga mengalami abortus jika dijumpai gejala :

1) Terjadi perdarahan pervagina baik banyak maupun sedikit.


2) Disertai sakit perut dan mules atau tegang perut.
3) Dapat diikuti oleh pengeluaran hasil konsepsi.
4) Pemeriksaan tes hamil dapat masih positif atau sudah negatif.

Menurut Irene M.Bobak pengkajian tanda dan gejala karakteristik Aborsi


adalah :

Ancaman / membakat : jumlah perdarahan sedikit, ketengangan uteri


ringan, bagian jaringan tidak ada, jaringan dalam vagina tidak ada, mulut
serviks bagian dalam tertutup, ukuran uterus sesuai dengan kehamilan.

Incompletus : Jumlah perdarahan banyak, ketegangan uteri berat,


bagian jaringan ada, jaringan dalam vagina mungkin ada, mulut serviks
bagian dalam terbuka, ukuran uterus lebih kecil dari usia kehamilan.

Incipiens : Jumlah perdarahan sedang, ketegangan uteri sedang,


bagian jaringan tidak ada, jaringan dalam vagina tidak ada, mulut serviks
terbuka, ukuran uterus sesuai dengan kehamilan.

Completus : Jumlah perdarahan sedikit, ketegangan uteri ringan,


jaringan dalam vagina mungkin ada, mulut serviks tertutup, ukuran uterus
lebih kecil dari usia kehamilan.

Missed : Jumlah perdarahan sedikit, ketegangan uteri tidak ada,


bagian jaringan tidak ada, jaringan dalam vagina tidak ada, mulut servik
tertutup, ukuran uterus lebih kecil dari usia kehamilan.

Septik : Jumlah perdarahan bervariasi biasanya berbau busuk ada


demam, ketegangan uteri bervariasi ada demam, mulut serviks terbuka,
ukuran uterus kebanyakan lebih besar dari usia kehamilan dan lembek.

b. Penatalaksanaan
1) Abortus Imminens
Istirahat total : Meningkatkan aliran darah ke rahim dan mengurangi
rangsangan mekanis.

Anjurkan tidak melakukan aktifitas fisik secara


berlebihan atau melakukan hubungan sexual.

8
Pemberian obat - obatan dapat berupa :

Penenang / sedatif : phenobarbital 3 x 30 mg, valium, Anti


perdarahan : Adona, Transamin, Hormonal : B complek, Penguat
plasenta : Gestanon, Duphaston, Anti kontraksi : Duvadilan, papaverin.
Bila Perdarahan berhenti lakukan asuhan antenatal terjadwal dan
penilaian ulang bila terjadi perdarahan lagi, jika terus berlangsung nilai
kondisi janin (uji kehamilan / USG). Lakukan konfirmasi kemungkinan
adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola). Pada fasilitas kesehatan
dengan sarana terbatas, pemantauannya hanya dilakukan melalui gejala
klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik.

2) Abortus Incipiens
Lakukan prosedur evakuasi hasil konsepsi Bila usia gestase ≤ 16 minggu,
evakuase dilakukan dengan peralatan aspirasi vakum manual setelah
bagian - bagian janin dikeluarkan. Bila usia gestase ≥ 16 minggu,
evakuase dilakukan dengan prosedur dilatase dan Kuretase. Pada kasus
perdarahan banyak, dikeluarkan secara ligital.

3) Abortus Incomplet
Dalam keadaan gawat karena kekurangan darah, untuk memulihkan
keadaan umum. Terminasi kehamilan dengan segera dilakukan dilatase
dan kuretase langsung pada umur hamil < 14 mg, induksi pada usia
di atas 14 mg, pengobatan dan berikan uterotonika, antibiotika untuk
menghindari infeksi.

4) Abortus Completus
Intervensi selanjutnya tidak diperlukan jika kontraksi uterin adekuat untuk
mencegah hemoragik.

5) Missed Abortion
Berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua
dapat dikeluarkan. Kalau tidak berhasil lakukan dilatasi dan kuretase,
dapat juga dilakukan histerotoma anterior dan hendaknya juga diberikan
uterotonika dan antibiotika.

6) Abortus Infeksiosa
Terminasi kehamilan dengan segera menggunakan metode yang tepat
sesuai dengan usia kehamilan. Lakukan penelitian dan kultur serta
sensitivitas. Berikan therapi antibiotik spektrum luas seperti ampicillin juga
penanganan septik syok diberikan jika perlu

9
7) Abortus Habitualis
Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis lebih
besar hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi daripada
sesudahnya. Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau
dihentikan.

c. Komplikasi
1) Perdarahan
Diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa - sisa hasil konsepsi dan
jika perlu pemberian transfusi darah apabila pertolongan tidak diberikan
pada waktunya maka dapat menyebabkan kematian.

2) Perforasi
Sering terjadi sewaktu dilatase dan kuretase yang dilakukan oleh tenaga
yang tidak ahli

3) Infeksi dan tetanus


Pada penanganan yang tidak memperhatikan tehnik sterilisasi

4) Degenerasi ganas
Keguguran dapat menjadi korio karsinoma sekitar 15% sampai 20%.
Gejala khorio karsinoma yaitu perdarahan berlangsung lama, terjadi
pembesaran / perlunakan rahim, terdapat metastase ke vagina atau
lainnya

5) Payah ginjal akut


6) Syok, pada abortus dapat disebabkan oleh perdarahan dan infeksi berat.
7) Penyulit saat melakukan kuterase terjadi perforasi dengan gejala : kuret
terasa tembus, pasien kesakitan, pasien syok. Dapat terjadi perdarahan
dalam perut dan infeksi dalam abdomen

4. Konsep Asuhan Keperawatan


a) Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan untuk mengumpulkan data serta
menganalisa data sehingga diketahui masalah dan kebutuhan perawatan
klien (Gaffar; 1997). Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian adalah
pengumpulan data, mengelompokkan data, menganalisa data sehingga
ditemukan diagnosa keperawatan (Gaffar, 1997).

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan


merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber yang didapat untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi
status kesehatan klien

10
Pengkajian keperawatan data dasar yang komperehensip adalah
kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien,
kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri dan
hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya (Tailor; 1997).
Tujuan dari tahap pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan
mengumpulkan data dasar klien. Klien dikaji saat memasuki sistem
pemberian kesehatan keperawatan (Carol; 2000).

b) Proses pengkajian meliputi :


a. Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi yang sistemik tentang
klien. Data dikumpulkan dari klien, keluarga, orang terdekat, masyarakat,
grafik dan rekam medis, Sumber data yang asli.
Metode pengumpulan data yang utama adalah :

1) Observasi : Metode pengumpulan data dimana data dikumpulkan


melalui observasi visual.
2) Wawancara : Metode pengumpulan data dimana pewawancara, perawat
mendapatkan respon dari tatap muka.
3) Konsultasi : Seorang spesialisasi diminta untuk mengidentifikasi cara -
cara pengobatan dan menangani masalah - masalah klien.
4) Pemeriksaan : Proses insfeksi tubuh dari sistem tubuh untuk
menentukan ada atau tidaknya penyakit yang didasarkan temuan berikut
ini.
b. Validasi Data
1) Fisik
Inspeksi : Pengamatan secara seksama terhadap status kesehatan klien
seperti inspeksi kesimetrisan pergerakan dinding dada,
penggunaan otot Bantu pernafasan, inspeksi adanya lesi pada
kulit dan sebagainya.

Perkusi : Pemeriksaan fisik dengan cara mengetukkan jari tengah ke jari


tengah yang lainnya untuk normal atau tidaknya suatu organ
tubuh

Palpasi : Dengan meraba klien seperti pada lokasi abdomen untuk


mengetahui lokasi nyeri atau mengetahui adanya masa.

Auskultasi: Pemeriksaan fisik menggunakan stetoskop, misalnya


auskultasi dinding abdomen untuk mengetahui bising usus,
mendengarkan suara paru - paru, bunyi jantung.

11
2) Laboratorium : Urinalis, pemeriksaan darah.
3) Rontgen : Visualisasi dan fungsinya.
Pada langkah pengkajian data keperawatan klien dengan abortus, hal
yang dilakukan adalah dengan melakukan pengumpulan data
(Bobak; 2000) yaitu :

a. Identitas klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, suku / bangsa, status perkawinan, alamat, tanggal masuk,
ruangan, nomor register, diagnosa medis.
b. Riwayat Kesehatan Klien
Biasanya keluhan utama klien datang ke rumah sakit adalah perdarahan
(banyak atau sedikit), mules, nyeri abdomen atau pinggang.

c. Riwayat penyakit Sekarang


Mencakup data sejak kapan dirasakan keluhan sampai keluhan yang
dirasakan saat ini :

1) Data Dasar :
 Keluhan yang dirasakan klien.
 Tanda - tanda Vital.
 Gravida, paritas.
 Mentruasi terakhir / taksiran persalinan.
 Riwayat kehamilan (sebelumnya dan sekarang).
 Alergi.
 Mual dan muntah.
 Nyeri (Awal, kualitas, adakah faktor pencetus).
 Masalah perdarahan dan pembekuan.
 Tingkat kesadaran.
 Keadaan Emosi

2) Awal Kehamilan
Penetapan Kehamilan, perdarahan (Terang atau gelap, kadang - kadang
atau terus menerus), nyeri (Tipe, Intensitas, keadaan) dan keadaan
Vagina.

3) Akhir Kehamilan
 Taksiran Persalinan.
 Perdarahan (Banyaknya dihubungkan dengan nyeri)
 Keadaan membran amniotic
 Aktifitas uterin
 Nyeri Abdomen
 Keadaan fetus/kelangsungan hidup.

12
d. Riwayat Penyakit dulu
Perlu ditanyakan riwayat klien pernah mengalami sakit apa saja dan
usaha atau tindakan pasien untuk mengurangi dan mengantisipasi penyakit
tersebut.

e. Riwayat Penyakit Keluarga


Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang pernah
menderita penyakit seperti ini, penyakit yang menyertai, siapa dan apakah
sembuh atau meninggal.

f. Pemeriksaan Diagnostik
Tes kehamilan (urine) didapati hasil yang negatif, atau positif yang
sangat lemah (karakteristik aborsi). Pemeriksaan Darah kadar haemoglobin
10,5 gr % serta pemeriksaan golongan darah, factor RH, Crossmathing,
Urinalysis. Lekukosit jika ada Sepsis, suhu tubuh akan naik lebih dari 100,4oF
(38oc) nilai sel darah putih lebih tinggi dari 12.000/ml. Pemeriksaan Kadar
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) ekstrogen dan progesterone adalah
minimal atau tidak ada ketika terjadi abortus. Selain itu pemeriksaan USG
harus dikerjakan serta bila perlu pemeriksaan Evakuasi thorac foto dan EKG
jika perlu.

g. Pola Aktifitas
Pola Nutrisi, Pola Eliminasi, Pola Istirahat, Personal Hygiene.

h. Persepsi dan harapan klien serta keluarga.


 Persepsi klien tentang masalahnya.
 Persepsi keluarga dengan masalah klien.
 Harapan klien dan keluarga.

i. Psikososial
 Status
 Perilaku verbal

Pengkajian post kuretase menurut Tucker (2000) adalah :

Data Dasar :

 perdarahan pervagina yang berlebih.


 Nyeri punggung bawah dengan pelvis.
 Hematuria.
 Bau yang tidak biasanya dari drainase vagina.
 Peningkatan suhu tubuh.

13
Setelah selesai mengumpulkan data maka selanjutnya data tersebut
dikelompokkan, pengelompokkan data dapat dibagi atas data dasar dan data
khusus (Carpenito; 1997). Data dasar terdiri dari data fisiologis, psikologis dan
spiritual. Sedangkan data khusus misalnya pemeriksaan laboratorium, rontgen dan
sebagainya.

c) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau
kesehatan aktual atau resiko terjadi (Gaffar; 2000). Diagnosa keperawatan adalah
menilai tehnik tentang respon individu keluarga atau komunitas terhadap masalah
kesehatan atau proses. Kehidupan yang actual, potensial komponen - komponen
berikut ini memadai 3 bagian pernyataan diagnosa keperawatan (Standart praktek
keperawatan).

a. Diagnosa keperawatan
Merupakan pernyataan yang menggambarkan perubahan status
kesehatan klien. Diagnosa keperawatan adalah proses atau pernyataan yang
ringkas. Diagnosa keperawatan memberikan daftar untuk membuat kriteria
hasil, askep dan menentukan intervensi. Intervensi yang diperlukan untuk
mencapai kriteria hasil.

b. Etiologi
Penyebab etiologi mencerminkan penyebab masalah klien yang
menimbulkan perubahan - perubahan pada status kesehatan klien. Penyebab
tersebut dapat berhubungan dengan tingkah laku klien, patofisiologi,
perubahan - perubahan situasional pada gaya hidup, usia perkembangan,
faktor budaya dan lingkungan.

c. Batasan Karakteristik
Merupakan petunjuk klinik yang menggambarkan tingkah laku, tanda
dan gejala yang menggambarkan diagnosa keperawatan. Identifikasi minimal
tiga tanda dan gejala untuk memberikan bukti yang cukup mendukung
pemilihan diagnosa yang mencerminkan masalah aktual, memerlukan
penanganan.

Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien


dengan Abortus menurut Bobak (2000), adalah :

a. Cemas / takut berhubungan dengan ketidaktauan akibat dan tidak


mengenal prosedur rumah sakit.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan yang berlebih
akibat aborsi spontan.

14
c. Nyeri yang takut berhubungan dengan kontraksi uterus.
d. Merasa kehilangan berhubungan dengan terjadinya aborsi yang tidak
diduga - duga.
e. Self-esteem yang rendah berhubungan dengan ketidakmampuan
membawa kehamilan sampai term gestasi dengan sukses.
d) Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul post curettage menurut
Tucker (2011) :
1) Nyeri yang berhubungan dengan kram uterus.
2) Potensial terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, intra uterus
sekunder terhadap kuretase intra uterus.
3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang info tentang perawatan
dirumah, penatalaksanaan perawatan diri.

e) Perencanaan
Perencanaan merupakan tahap yang paling penting yang dibuat setelah
merumuskan diagnosa keperawatan. Tujuan perencanaan adalah untuk
mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan klien,
sehingga tercapai kesehatan yang optimal (Gaffar; 2011)

Tahapan perencanaan adalah :

a. Membuat prioritas urutan diagnosa keperawatan.


Diagnosa keperawatan diurutkan dengan prioritas tertinggi, sedang,
rendah. Masalah dengan prioritas tinggi mencerminkan situasi yang
mengancam hidup. Hirarki kebutuhan Maslow membantu perawat untuk
memprioritaskan urutan diagnosa keperawatan, kerangka hirarki ini termasuk
kebutuhan fisikologis, psikologis.

Lima tingkatan hirarki ini adalah fisiologis, keselamatan, dan


keamanan, mencintai dan memiliki, harga diri dan aktualisasi diri.

b. Membuat kriteria hasil


Adalah tujuan dan sasaran yang realistik dan dapat diukur dimana
klien diharapkan utnuk pencapainya. Setiap kriteria hasil memuat kata kerja
yang dapat diukur, dilihat, didengarkan, dan dirasakan perawat. Adapun
komponen pernyataan kriteria hasil pertama adalah subyek yang
menunjukkan siapa yang mencapai kriteria hasil, yang kedua adalah kata
kerja yang dapat diukur, yang ketiga adalah hasil menunjukkan respon
fisiologis dan psikologisnya serta gaya hidup yang diharapkan dari klien
terhadap intervensinya, kriteria mengukur kemajuan klien dalam mencapai
hasil, target waktu menunjukkan periode waktu.

15
 Adapun rencana tindakan menurut Bobak (2010) yaitu :
1. Cemas / takut ketidaktahuan akibat tidak mengenal prosedur rumah sakit
(kuretase).
Tujuan : Kecemasan hilang atau berkurang
Intervensi :
 Kaji tingkat cemas klien. Rasional sehingga dapat melakukan intervensi
selanjutnya.
 Pantau vital sign. Rasional perubahan fisiologi pada vital sign dapat
spikologis.
 Jelaskan informasi tentang penyakitnya. Rasional meningkatkan
perasaan kontras mengurangi kecemasan.
2. Kekurangan volume cairan b/d perdarahan yang berlebih akibat aborsi
spontan.
Tujuan : Kekurangan cairan dapat teratasi
Intervensi :
 Kaji jumlah perdarahan. Rasional membantu membedakan diagnosa.
 Pantau tanda vital. Rasional menentukan beratnya kehilangan.
 Pantau masukan / haluaran. Rasional menentukan luasnya kehilangan
cairan.
 Berikan cairan parenteral. Rasional memenuhi keseimbangan tubuh.
3. Nyeri b/d kontraksi uterus
Tujuan : Nyeri teratasi atau terkontrol
Intervensi :
 Kaji sifat lokasi nyeri. Rasional rasa nyeri sangat individual
 Ajarkan metode relaksasi. Rasional menurunkan tingkat ansietas
 Berikan posisi nyaman. Rasional meningkatkan relaksasi
4. Merasa kehilangan b/d terjadinya aborsi
Tujuan : Klien dapat mengekspresikan perasaannya dan mempertahankan
hubungan interpersonal.
Intervensi :
 Kaji respon emosional. Rasional dapat menimbulkan rasa bersalah
kepada klien.
 Catat adanya system pendukung. Rasional membantu menyesuaikan diri
dengan rasional.
 Diskusikan kenormalan reaksi / perasaan berduka klien. Rasional klien
dapat kehilangan harga diri.

16
 Rencana tindakan diagnosa keperawatan post kuretase menurut (Tucker;
2011).

a. Nyeri b/d kram uterus


Tujuan : Klien mengalami ketidaknyamanan seminimal mungkin.
Intervensi :
 Pertahankan tirah baring segera mungkin. Rasional untuk meningkatkan
aktivitas – aktivitas sesuai toleransi.
 Beri analgesik sesuai pesanan

b. Potensial terhadap infeksi yang berhubungan dengan trauma jaringan /


tindakan kuretase.
Tujuan : Klien tidak mengalami endometritis atau vaginitis
Intervensi :
 Lakukan perawatan perineum sesudah eliminasi, pantau suhu dan nadi.
 Jelaskan pentingnya mandi pancuran daripada mandi berendam, catat
warna, jumlah, dan bau cairan vagina.

c. Kurang pengetahuan yang b/d kurangnya informasi tentang perawatan di


rumah penatalaksananaan perawatan diri.
Tujuan : Klien mengerti tentang perawatan di rumah.
Intervensi :
 Jelaskan bahwa perdarahan pervagina berlanjut sampai 2 – 3 post
kuretase.
 Jelaskan bahwa aktivitas minimal selama 2 – 3 hari. Jelaskan bahwa
hubungan seksual harus ditunda selama 1 – 2 minggu.

Menurut Bobak (2000) perencanaan keperawatan klien Abortus adalah


rencana keperawatan dibuat berdasarkan pada hasil pengkajian biofisik dan
psikososial klien. Harus sesuai dengan hasil pemeriksaan klinik klien dan
diagnosa perawatan, itu harus dapat diukur sesuai dengan tingkah laku klien.
Untuk dapat mencapai tujuan harus berdasarkan juga pada hal berikut :

a. Wanita harus berdiskusi pengaruh dari kehilangan pada diri dan keluarga.
b. Wanita harus mengidentifikasi dan menggunakan support sistem yang ada.
c. Wanita tidak mengetahui perkembangan tanda dan gejala komplikasi.

17
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah intervensi yang dilaksanakan sesuai dengan
rencana setelah dilakukan validasi, penugasan, penugasan keterampilan
interpersonal, intelektual dan tehnikal (Gaffar; 2000).

Tahap pelaksanaan merupakan bentuk tindakan untuk direncanakan


sebelumnya dan disesuaikan dengan situasi secara cermat dan efisien.
Adapun komponen tahapan dalam menyusun implementasi yang pertama
adalah tindakan keperawatan mandiri, tindakan keperawatan kolaboratif,
Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap tindakan
keperawatan. Dokumentasi merupakan wahana untuk komunikasi dari salah
satu professional ke professional lainnya.

Menurut Bobak (2000) asuhan keperawatan harus di fokuskan pada


kestabilan kondisi klien dengan segera. Aspek keperawatan psikososial
memfokuskan pada arti kehilangan kehamilan bagi klien dan keluarganya.
Klien dan keluarganya adalah fokus perawatan. Penjelasan tentang aborsi
sehingga suatu proses yang alamiah, prosedur yang diharapkan
kemungkinan tampak pada kehamilan yang akan datang harus diberikan
secara hati - hati. Wanita harus diberitahukan bahwa aborsi spontan
merupakan soal hal yang biasa dan tidak selalu berhubungan dengan tingkah
lakunya. Jika seorang wanita mempunyai kebiasaan merokok, meminum
alkohol, atau ketergantungan obat - obatan maka ia harus diberikan
penerapan mengenai arti kehilangan kehamilan sehubungan dengan
tingkah laku ini.

Perawat harus memberikan penjelasan penguat pada setiap tindakan


dengan melakukan tindakan kolaborasi dengan tepat. Perawatan pra operasi
dan post operasi secara umum serta pemeriksaan pelviks harus dikerjakan.

Pada penyuluhan harus ditekankan tentang perlunya beristirahat dan


jika kehilangan darah terjadi secara berlebihan maka suplemen zat besi
diberikan. Adapun penyuluhan untuk wanita yang mengalami Abortus adalah
arahkan untuk memperoleh dukungan kelompok, pemuka agama atau
penyuluh professional. Anjurkan klien mencatat keadaan banyaknya atau
warna perdarahan, tenangkan klien bahwa bercak - bercak yang berwarna
kecoklatan itu akan ada selama 1-2 minggu. Untuk mengurangi resiko tinggi
infeksi ingatkan klien jangan memasukkan apapun ke dalam vagina. Beri
penjelasan tentang perlunya waktu untuk pemulihan. Jika klien dapat merasa
tertekan dan depresi.

18
5. Evaluasi
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan (Gaffar; 2000). Adapun komponen tahapan
evaluasi adalah pencapaian kriteria hasil bila kriteria hasil dicapai kata
“sudah teratasi” dan datanya ditulis, dan jika menunjukkan perubahan dan
perkembangan hanya sebagian dari kriteria hasil dicapai kata “teratasi
sebagian”. Direncanakan askep jika kriteria hasil “belum tercapai” perawat
mengkaji kembali klien dan merevisi rencana askep. Yang kedua adalah
keefektifan terhadap proses keperawatan.

Adapun faktor - faktor yang menghalangi kemajuan adalah


kesenjangan informasi, diagnosa keperawatan yang salah diidentifikasikan,
instuksi keperawatan tidak selaras dengan kriteria hasil, kegagalan
mengimplementasikan rencana keperawatan, kegagalan mengevaluasi
kemajuan klien.

Revisi atau terminasi rencana askep yaitu dengan pencapaian kriteria


hasil maka perawat menulis catatan pulang yang ringkas.

Menurut Bobak (2000) terhadap klien Abortus berdasarkan tujuan


utama klien. Yaitu wanita dapat mendiskusikan pengaruh kehilangan pada
diri dan keluarganya dan menggunakan sisten pendukung yang tepat.

6. Dokumentasi
Pencatatan dan pelaporan keperawatan adalah kumpulan inforamasi
perawatan dan kesehatan pasien yang dilakukan oleh perawat sebagai
pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan terhadap asuhan keperawatan
yang dilakukan perawat pada pasien dalam melakukan asuhan keperawatan.
(Effendy; 2011).

19
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Irene M & Jehsen Margareth D. 2000. Perawatan Maternitas Dan


gynekologi. Jilid 2 Cetakan I. IAPKP ( Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Bandung ). Bandung.

Carpenito, L. Juall. 2000. Nursing Dagnosis Application to Clinical Practice, 7 th ed.


JB Lippincott Co. Philadelphia.

Carol, Vesta Alen. Effendy 2011. Memahami Proses Keperawatan. Edisi 2. EGC.
Jakarta

Depertemen Kesehatan RI. 1999. Paradigma Sehat Menuju Indonesia Sehat 2010.
Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

Doenges, Marilyn E & Moorhouse, Frances Mary. Tucker 2011. Rencana Perawatan
Maternal / Bayi. Edisi 2. EGC. Jakarta.

Doenges, Marilyn E & Gaffar. 2011. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC.
Jakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai