Laporan Pendahuluan Abortus
Laporan Pendahuluan Abortus
ABORTUS
I. TINJAUAN TEORITIS
1.1 Anatomi fisiologi uterus
Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, terletak dalam
pelvis, antara rectum dibelakang dan kandung kencing di depan. Ototnya
(lapisan tengah) disebut miometrium dan selaput lendir yang melapisi sebelah
dalamnya disebut endometrium, peritoneum menutupi sebagian besar (tidak
seluruhnya) permukaan uterus. Letak uterus sedikit antefleksi pada bagian
lehernya dan anteversi (meliuk agak memutar ke depan) dengan fundusnya
terletak di atas kandung kencing. Panjang uterus adalah 5-8 cm, lebar
5cm, beratnya 30-60 gram (Pearce, Evelyn 2010)
The functions uterus are to prepare to receive the fertilized ovum, to provide a
suitable environment for growth and development of the fetus and to assist in the
expulsion of the fetus, placenta and membranes at delivery (Coad, J. & Dunstall,
M. 2012)
Arti kutipan diatas:
Fungsi rahim yaitu mempersiapkan diri untuk menerima sel telur yang
siap dibuahi, untuk menyediakan lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan dan
perkembangan janin serta membantu dalam pengeluaran janin, plasenta dan
membran pada persalinan.
1
1.2 Bagian-bagian uterus terdiri dari :
2
II. KONSEP DASAR
1. Konsep Dasar Penyakit
a. Pengertian
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat - akibat
tertentu pada atau sebuah kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah
kehamilan belum mampu hidup di luar kandungan (Sarwono; 2001).
Abortus adalah suatu terminasi kehamilan sebelum kelangsungan
hidup fetus. Kelangsungan hidup fetus dicapai pada kira - kira 20 sampai 24
minggu gestasi seorang fetus mempunyai berat di atas 500 gram atau
panjang 18 cm. Ketika itu fetus mampu untuk hidup di lingkungan luar
uterus ekstrauterin ( Bobak; 2000).
Abortus didefinisikan sebagai keluarnya janin sebelum mencapai
viabilitas. WHO merekomendasikan bahwa janin viabel apabila masa gestasi
telah mencapai 22 minggu atau lebih, apabila berat janin 500 gram atau lebih
karena istilah aborsi tidak membedakan abortus spontan dan abortus buatan,
banyak ahli kebidanan menyebut aborsi spontan sebagai keguguran atau
Miscarriage. Kebanyakan abortus terjadi selama alamiah (atau diinduksi)
antara kahamilan minggu ke 6 dan ke 10 (Derek Illwellyn - Jones, 2001).
MONRO melaporkan bahwa fetus dengan berat 397 gram dapat hidup
terus, definisi tersebut di atas tidaklah mutlak. Sungguhpun bayi dengan berat
badan 700 - 800 gram dapat hidup. Tapi hal ini dianggap sebagai suatu
keajaiban. Makin tinggi berat badan anak waktu lahir, makin besar
kemungkinannya untuk dapat hidup terus.
Abortus dapat dibagi sebagai berikut :
o Abortus Spontan
Terjadi tanpa ada unsur tindakan mekanis ataupun medisinalis, semata -
mata disebabkan oleh faktor - faktor alamiah.
3
dengan pemeriksaan USG, gangguan pertumbuhan dan
perkembangan dalam Rahim
b) Abortus Kriminalis (Ilegal Kriminal)
Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan - tindakan yang
tidak legal (tanpa dasar hukum atau melawan hukum) tidak
berdasarkan indikasi medis pengguguran kandungan dilakukan atas
dasar : Menginginkan jenis kelamin tertentu, tidak ingin punya anak,
jarak kehamilan terlalu pendek, belum siap untuk hamil, kehamilan
yang tidak diinginkan. Sehingga upaya untuk terminasi kehamilan
muda dimana pelaksana tindakan tersebut tidak mempunyai cukup
keahlian dan prosedur standar yang aman sehinggga dapat
membahayakan keselamatan jiwa klien (unsafe abortion ).
b. Karakteristik abortus sebagai berikut :
1) Abortus Imminens (keguguran membakat) keguguran membakat dan
akan terjadi, abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk
mempertahankannya.
2) Abortus Incipiens ; keguguran sedang berlangsung dan tidak dapat
dicegah lagi.
3) Abortus Incompletus (keguguran tidak lengkap / bersisa) ; sebagian dari
buah kehamilan telah keluar tapi sebagian (biasanya jaringan plasenta)
masih tertinggal dalam rahim.
4) Abortus Completus (keguguran lengkap) dimana seluruh hasil konsepsi
telah dikeluarkan dari kavum uteri.
5) Retensi janin mati (missed abortion) ; perdarahan pada kehamilan muda
disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati, tetapi tetap berada
dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.
6) Abortus Infeksiosus / Abortus Septik ; keguguran disertai infeksi genital.
7) Abortus Habitualis / Abortus Rekuren ; adalah keadaan dimana pasien
mengalami keguguran berturut - turut 3 atau lebih.
Tetapi dari satu jenis abortus dapat berubah menjadi jenis lain jika proses
abortus berlanjut.
c. Klinik Abortus :
1) Abortus Imminens
Terjadi perdarahan bercak atau sedikit - sedikit pada kehamilan <
20 mg. Perdarahan biasanya sedikit tanpa kontraksi uterus yang sakit,
disertai atau tanpa rasa mules, uterus membesar sesuai dengan
kehamilan, serviks tidak berdilatasi dan hasil konsepsi masih dalam
kavum uteri dan tes kehamilan positif. Pada perjalanannya perdarahan
dan rasa mules dapat makin berkurang dan hilang, kehamilan dapat
berlangsung terus.
4
2) Abortus Incipiens
Apabila setelah terjadi abortus imminens perdarahan semakin
banyak dan disertai rasa mules yang semakin sering, semakin kuat dan
semakin dirasakan sakit disertai dilatasi servik, maka terjadilah abortus
incipiens. Hasil konsepsi masih seluruhnya berada dalam kavum uteri.
Dengan semakin kuatnya kontraksi uterus, serviks terbuka dan
perdarahan bertambah banyak. Pada suatu ketika hasil konsepsi
terdorong keluar dari kavum uteri.
3) Abortus Incompletus
Apabila abortus terjadi pada kehamilan > 12 mg. Karena plasenta
tidak melekat lebih erat, maka pada saat hasil konsepsi terlepas dan
keluar dari kavum uteri, biasanya tidak lengkap dan masih ada tertinggal
dalam kavum uteri.
4) Abortus Completus
Apabila abortus terjadi pada kehamilan 8 mg, maka seluruh hasil
konsepsi keluar lengkap dari kavum uteri. Uterus mengecil, ostium uteri
menutup dan perdarahan tinggal sedikit - sedikit. Rasa mules sekali
pada saat keluarnya hasil konsepsi segera berkurang, dan apabila hasil
konsepsi yang telah keluar tersebut diperiksa, ternyata telah lengkap.
5) Missed Abortion
Umur kehamilan yang diperkirakan, kemungkinan tidak ada
perdarahan dan kontraksi uterus, mulut serviks tertutup. Permulaannya
perdarahan sedikit - sedikit yang berulang, fundus uteri tidak bertambah
tinggi malahan tambah rendah. Tanda kehamilan belakangan
menghilang, diiringi dengan reaksi kehamilan yang menjadi negatif pada
2 - 3 mg sesudah fetus mati. Pada pemeriksaan dalam serviks tertutup
sesekali pasien merasa perutnya dingin atau kosong, wanita
mengeluarkan cairan kecoklatan dari vagina tanpa mules.
5
(Tanda-Tanda abortus Imminens menghilang dengan atau tanpa
pengobatan, tetapi janin tidak tumbuh dan masih tetap tertahan di kavum
uteri ; Missed abortion )
7) Abortus Habitualis
Menurut HERTIG abortus spontan terjadi dalam 10 % dari
kehamilan dan abortus habitualis 3,6 - 9,8 % dari abortus spontan. Kalau
pasien telah mengalami 2 x abortus berturut turut maka optimisme untuk
kehamilan berikutnya berjalan normal adalah sekitar 63 %. Kalau abortus
3 kali berturut turut, maka kemungkinan ke empat berjalan normal hanya
sekitar 16 %.
2. Etiologi
6
d) Kelainan pada plasenta seperti
(1) Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta
tidak dapat berfungsi.
(2) Gangguan pembuluh darah plasenta, di antaranya pada Diabetes
Mellitus.
(3) Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta
sehingga menimbulkan keguguran.
2) Penyakit ibu
Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin
dalam kandungan melalui plasenta :
3. Patofisiologi
Terlepasnya sebagian atau seluruh jaringan
Plasenta ( Benda asing )
Perdarahan pervagina
Sakit perut
Kontraksi uterus
7
a. Tanda dan Gejala
Seorang wanita dalam masa reproduksi yang telah mengalami
keterbatasan haid diduga mengalami abortus jika dijumpai gejala :
b. Penatalaksanaan
1) Abortus Imminens
Istirahat total : Meningkatkan aliran darah ke rahim dan mengurangi
rangsangan mekanis.
8
Pemberian obat - obatan dapat berupa :
2) Abortus Incipiens
Lakukan prosedur evakuasi hasil konsepsi Bila usia gestase ≤ 16 minggu,
evakuase dilakukan dengan peralatan aspirasi vakum manual setelah
bagian - bagian janin dikeluarkan. Bila usia gestase ≥ 16 minggu,
evakuase dilakukan dengan prosedur dilatase dan Kuretase. Pada kasus
perdarahan banyak, dikeluarkan secara ligital.
3) Abortus Incomplet
Dalam keadaan gawat karena kekurangan darah, untuk memulihkan
keadaan umum. Terminasi kehamilan dengan segera dilakukan dilatase
dan kuretase langsung pada umur hamil < 14 mg, induksi pada usia
di atas 14 mg, pengobatan dan berikan uterotonika, antibiotika untuk
menghindari infeksi.
4) Abortus Completus
Intervensi selanjutnya tidak diperlukan jika kontraksi uterin adekuat untuk
mencegah hemoragik.
5) Missed Abortion
Berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua
dapat dikeluarkan. Kalau tidak berhasil lakukan dilatasi dan kuretase,
dapat juga dilakukan histerotoma anterior dan hendaknya juga diberikan
uterotonika dan antibiotika.
6) Abortus Infeksiosa
Terminasi kehamilan dengan segera menggunakan metode yang tepat
sesuai dengan usia kehamilan. Lakukan penelitian dan kultur serta
sensitivitas. Berikan therapi antibiotik spektrum luas seperti ampicillin juga
penanganan septik syok diberikan jika perlu
9
7) Abortus Habitualis
Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis lebih
besar hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi daripada
sesudahnya. Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau
dihentikan.
c. Komplikasi
1) Perdarahan
Diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa - sisa hasil konsepsi dan
jika perlu pemberian transfusi darah apabila pertolongan tidak diberikan
pada waktunya maka dapat menyebabkan kematian.
2) Perforasi
Sering terjadi sewaktu dilatase dan kuretase yang dilakukan oleh tenaga
yang tidak ahli
4) Degenerasi ganas
Keguguran dapat menjadi korio karsinoma sekitar 15% sampai 20%.
Gejala khorio karsinoma yaitu perdarahan berlangsung lama, terjadi
pembesaran / perlunakan rahim, terdapat metastase ke vagina atau
lainnya
10
Pengkajian keperawatan data dasar yang komperehensip adalah
kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien,
kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri dan
hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya (Tailor; 1997).
Tujuan dari tahap pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan
mengumpulkan data dasar klien. Klien dikaji saat memasuki sistem
pemberian kesehatan keperawatan (Carol; 2000).
11
2) Laboratorium : Urinalis, pemeriksaan darah.
3) Rontgen : Visualisasi dan fungsinya.
Pada langkah pengkajian data keperawatan klien dengan abortus, hal
yang dilakukan adalah dengan melakukan pengumpulan data
(Bobak; 2000) yaitu :
a. Identitas klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, suku / bangsa, status perkawinan, alamat, tanggal masuk,
ruangan, nomor register, diagnosa medis.
b. Riwayat Kesehatan Klien
Biasanya keluhan utama klien datang ke rumah sakit adalah perdarahan
(banyak atau sedikit), mules, nyeri abdomen atau pinggang.
1) Data Dasar :
Keluhan yang dirasakan klien.
Tanda - tanda Vital.
Gravida, paritas.
Mentruasi terakhir / taksiran persalinan.
Riwayat kehamilan (sebelumnya dan sekarang).
Alergi.
Mual dan muntah.
Nyeri (Awal, kualitas, adakah faktor pencetus).
Masalah perdarahan dan pembekuan.
Tingkat kesadaran.
Keadaan Emosi
2) Awal Kehamilan
Penetapan Kehamilan, perdarahan (Terang atau gelap, kadang - kadang
atau terus menerus), nyeri (Tipe, Intensitas, keadaan) dan keadaan
Vagina.
3) Akhir Kehamilan
Taksiran Persalinan.
Perdarahan (Banyaknya dihubungkan dengan nyeri)
Keadaan membran amniotic
Aktifitas uterin
Nyeri Abdomen
Keadaan fetus/kelangsungan hidup.
12
d. Riwayat Penyakit dulu
Perlu ditanyakan riwayat klien pernah mengalami sakit apa saja dan
usaha atau tindakan pasien untuk mengurangi dan mengantisipasi penyakit
tersebut.
f. Pemeriksaan Diagnostik
Tes kehamilan (urine) didapati hasil yang negatif, atau positif yang
sangat lemah (karakteristik aborsi). Pemeriksaan Darah kadar haemoglobin
10,5 gr % serta pemeriksaan golongan darah, factor RH, Crossmathing,
Urinalysis. Lekukosit jika ada Sepsis, suhu tubuh akan naik lebih dari 100,4oF
(38oc) nilai sel darah putih lebih tinggi dari 12.000/ml. Pemeriksaan Kadar
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) ekstrogen dan progesterone adalah
minimal atau tidak ada ketika terjadi abortus. Selain itu pemeriksaan USG
harus dikerjakan serta bila perlu pemeriksaan Evakuasi thorac foto dan EKG
jika perlu.
g. Pola Aktifitas
Pola Nutrisi, Pola Eliminasi, Pola Istirahat, Personal Hygiene.
i. Psikososial
Status
Perilaku verbal
Data Dasar :
13
Setelah selesai mengumpulkan data maka selanjutnya data tersebut
dikelompokkan, pengelompokkan data dapat dibagi atas data dasar dan data
khusus (Carpenito; 1997). Data dasar terdiri dari data fisiologis, psikologis dan
spiritual. Sedangkan data khusus misalnya pemeriksaan laboratorium, rontgen dan
sebagainya.
c) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau
kesehatan aktual atau resiko terjadi (Gaffar; 2000). Diagnosa keperawatan adalah
menilai tehnik tentang respon individu keluarga atau komunitas terhadap masalah
kesehatan atau proses. Kehidupan yang actual, potensial komponen - komponen
berikut ini memadai 3 bagian pernyataan diagnosa keperawatan (Standart praktek
keperawatan).
a. Diagnosa keperawatan
Merupakan pernyataan yang menggambarkan perubahan status
kesehatan klien. Diagnosa keperawatan adalah proses atau pernyataan yang
ringkas. Diagnosa keperawatan memberikan daftar untuk membuat kriteria
hasil, askep dan menentukan intervensi. Intervensi yang diperlukan untuk
mencapai kriteria hasil.
b. Etiologi
Penyebab etiologi mencerminkan penyebab masalah klien yang
menimbulkan perubahan - perubahan pada status kesehatan klien. Penyebab
tersebut dapat berhubungan dengan tingkah laku klien, patofisiologi,
perubahan - perubahan situasional pada gaya hidup, usia perkembangan,
faktor budaya dan lingkungan.
c. Batasan Karakteristik
Merupakan petunjuk klinik yang menggambarkan tingkah laku, tanda
dan gejala yang menggambarkan diagnosa keperawatan. Identifikasi minimal
tiga tanda dan gejala untuk memberikan bukti yang cukup mendukung
pemilihan diagnosa yang mencerminkan masalah aktual, memerlukan
penanganan.
14
c. Nyeri yang takut berhubungan dengan kontraksi uterus.
d. Merasa kehilangan berhubungan dengan terjadinya aborsi yang tidak
diduga - duga.
e. Self-esteem yang rendah berhubungan dengan ketidakmampuan
membawa kehamilan sampai term gestasi dengan sukses.
d) Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul post curettage menurut
Tucker (2011) :
1) Nyeri yang berhubungan dengan kram uterus.
2) Potensial terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, intra uterus
sekunder terhadap kuretase intra uterus.
3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang info tentang perawatan
dirumah, penatalaksanaan perawatan diri.
e) Perencanaan
Perencanaan merupakan tahap yang paling penting yang dibuat setelah
merumuskan diagnosa keperawatan. Tujuan perencanaan adalah untuk
mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan klien,
sehingga tercapai kesehatan yang optimal (Gaffar; 2011)
15
Adapun rencana tindakan menurut Bobak (2010) yaitu :
1. Cemas / takut ketidaktahuan akibat tidak mengenal prosedur rumah sakit
(kuretase).
Tujuan : Kecemasan hilang atau berkurang
Intervensi :
Kaji tingkat cemas klien. Rasional sehingga dapat melakukan intervensi
selanjutnya.
Pantau vital sign. Rasional perubahan fisiologi pada vital sign dapat
spikologis.
Jelaskan informasi tentang penyakitnya. Rasional meningkatkan
perasaan kontras mengurangi kecemasan.
2. Kekurangan volume cairan b/d perdarahan yang berlebih akibat aborsi
spontan.
Tujuan : Kekurangan cairan dapat teratasi
Intervensi :
Kaji jumlah perdarahan. Rasional membantu membedakan diagnosa.
Pantau tanda vital. Rasional menentukan beratnya kehilangan.
Pantau masukan / haluaran. Rasional menentukan luasnya kehilangan
cairan.
Berikan cairan parenteral. Rasional memenuhi keseimbangan tubuh.
3. Nyeri b/d kontraksi uterus
Tujuan : Nyeri teratasi atau terkontrol
Intervensi :
Kaji sifat lokasi nyeri. Rasional rasa nyeri sangat individual
Ajarkan metode relaksasi. Rasional menurunkan tingkat ansietas
Berikan posisi nyaman. Rasional meningkatkan relaksasi
4. Merasa kehilangan b/d terjadinya aborsi
Tujuan : Klien dapat mengekspresikan perasaannya dan mempertahankan
hubungan interpersonal.
Intervensi :
Kaji respon emosional. Rasional dapat menimbulkan rasa bersalah
kepada klien.
Catat adanya system pendukung. Rasional membantu menyesuaikan diri
dengan rasional.
Diskusikan kenormalan reaksi / perasaan berduka klien. Rasional klien
dapat kehilangan harga diri.
16
Rencana tindakan diagnosa keperawatan post kuretase menurut (Tucker;
2011).
a. Wanita harus berdiskusi pengaruh dari kehilangan pada diri dan keluarga.
b. Wanita harus mengidentifikasi dan menggunakan support sistem yang ada.
c. Wanita tidak mengetahui perkembangan tanda dan gejala komplikasi.
17
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah intervensi yang dilaksanakan sesuai dengan
rencana setelah dilakukan validasi, penugasan, penugasan keterampilan
interpersonal, intelektual dan tehnikal (Gaffar; 2000).
18
5. Evaluasi
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan (Gaffar; 2000). Adapun komponen tahapan
evaluasi adalah pencapaian kriteria hasil bila kriteria hasil dicapai kata
“sudah teratasi” dan datanya ditulis, dan jika menunjukkan perubahan dan
perkembangan hanya sebagian dari kriteria hasil dicapai kata “teratasi
sebagian”. Direncanakan askep jika kriteria hasil “belum tercapai” perawat
mengkaji kembali klien dan merevisi rencana askep. Yang kedua adalah
keefektifan terhadap proses keperawatan.
6. Dokumentasi
Pencatatan dan pelaporan keperawatan adalah kumpulan inforamasi
perawatan dan kesehatan pasien yang dilakukan oleh perawat sebagai
pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan terhadap asuhan keperawatan
yang dilakukan perawat pada pasien dalam melakukan asuhan keperawatan.
(Effendy; 2011).
19
DAFTAR PUSTAKA
Carol, Vesta Alen. Effendy 2011. Memahami Proses Keperawatan. Edisi 2. EGC.
Jakarta
Depertemen Kesehatan RI. 1999. Paradigma Sehat Menuju Indonesia Sehat 2010.
Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
Doenges, Marilyn E & Moorhouse, Frances Mary. Tucker 2011. Rencana Perawatan
Maternal / Bayi. Edisi 2. EGC. Jakarta.
Doenges, Marilyn E & Gaffar. 2011. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC.
Jakarta.
20