TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin Ergo, yang berarti kerja dan
Nomos, artinya aturan/hukum alam, dan dapat didefenisikan sebagai studi tentang
aspek aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,
atau rancang ulang. Hal ini dapat meliputi perangkat keras seperti misalnya
perkakas kerja, bangku kerja, platform, kursi, pegangan alat kerja, pintu jendela
kerja pada suatu institusi atau organisasi. Hal ini dapat terjadi apabila terjadi
dalam perancangan tempat kerja adalah agar terjadi keserasian antara manusia
dengan sistem kerja (man-machine system) atau dapat dikatakan bahwa desain
sistem kerja harus menjadikan tenaga kerja dapat bekerja secara layak.
kerja antara lain studi metode kerja, antropometri, tata letak dan fasilitas ruang
kerja, faal kerja dan biomekanik, keselamatan dan kesehatan kerja, hubungan dan
dan lain sebagainya disebut antropometri. Pelopor bidang ini adalah seorang ahli
tidak hanya memberikan kerpuasan pada pemakai produk saja, tetapi juga pada
pembuat produk.
seperti panjang dari suatu dimensi tubuh manusia baik dalam keadaan statis
maupun dinamis. Pengukuran statis dilakukan pada tubuh manusia yang berada
dalam posisi diam. Dimensi yang diukur pada antropometri statis diambil secara
tidak akan terlalu menyimpang jauh dari yang sebenarnya. Namun, sebenarnya
ada banyak faktor rumit yang perlu dipertimbangkan. Faktor penyebabnya adalah
Secara distribusi statistik ada perbedaan yang signifikan antara dimensi tubuh
pria dan wanita. Pria dianggap lebih panjang dimensi tubuhnya daripada
wanita.
2. Suku bangsa
Seperti telah diketahui bahwa perbedaan dimensi tubuh antara suku bangsa
yang satu dengan yang lain juga berbeda. Dalam hal ini dimensi tubuh
3. Usia
dewasa dan lanjut usia. Hal ini jelas berpengaruh terutama jika desain
terus meningkat sampai batas usia dewasa. Namun setelah menginjak usia
4. Jenis pekerjaan
tubuh yang relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada
umumnya.
5. Pakaian
Hal ini juga merupakan sumber variabilitas yang disebabkan oleh bervariasinya
iklim yang berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya terutama untuk daerah
Faktor ini jelas akan mempunyai pengaruh perbedaan yang berarti kalau
dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil, terutama yang berkaitan dengan
para penderita cacat tubuh secara fisik. Misalnya ada jalur khusus untuk kursi
roda.
ini dapat dimanfaatkan guna menetapkan dimensi ukuran produk yang akan
menurut Hartono (2012) dalam panduan survei data antropometri dapat dilihat
pengukuran data antropometri pada posisi berdiri dan posisi duduk dapat dilihat
29
Sumber Handbook Ergonomics and Design A Referensi Guide (Openshaw et al. 2006)
Gambar 3.2 Perancangan Tongkat yang Memperhatikan Dimensi
Antropometri Tubuh Dalam Posisi Berdiri
17 10
19 12
16 19
14
Sumber: Handbook Ergonomics and Design A Referensi Guide (Openshaw et al. 2006)
Gambar 3.4 Perancangan Kursi Kantor Ergonomis yang Memperhatikan
Dimensi Antropometri Tubuh Dalam Posisi Duduk
Prinsip ini digunakan apabila fasilitas kerja yang dirancang dapat dipakai
dengan enak dan nyaman oleh sebagian besar orang-orang yang memakainya
Prinsip ini digunakan untuk merancang fasilitas agar fasilitas tersebut bisa
Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap ukuran rata-rata tubuh
deviation, σX) dari data yang ada. Dari nilai yang ada maka persentil dapat
dalam hal ini adalah suatu nilai yang menunjukkan persentase tertentu dari orang
yang memiliki ukuran pada atau dibawah nilai tersebut. Sebagai contoh 95-th
persentil akan menunjukkan 95% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran
pada atau dibawah ukuran itu. Dalam antropometri ukuran 95-th akan
menggambarkan ukuran manusia yang terbesar dan 5-th persentil sebaliknya akan
2,5% 2,5%
Sumbe
1,96 σX 1,96 σX
rumus berdasarkan distribusi normal yang dapat dilihat pada Tabel 3.2.
1. Tinggi siku pada posisi duduk, adalah tinggi mulai dari tepi atas permukaan
tempat duduk hingga bagian bawah dari siku. Tujuan pengukurannya adalah
2. Tinggi lipatan dalam lutut (tinggi popliteal), adalah tinggi dari lantai hingga
bagian bawah paha tepat di belakang lutut, ketika orang berada dalam posisi
duduk tegak. Lutut dan pergelangan kaki dalam posisi tegak lurus, dengan
bagian bawah paha dan bagian belakang lutut langsung menyentuh permukaan
tempat duduk.
4. Lebar bahu, adalah jarak horisontal terbesar antara tepi luar bahu kiri dan
5. Tinggi bahu posisi duduk, adalah tinggi dari permukaan tempat duduk hingga
6. Jarak dari pantat hingga lipatan dalam lutut (panjang popliteal), adalah jarak
horisontal dari bagian belakang pantat hingga bagian belakang lutut. Tujuan
D
F
B
C
A
membantu mendaptkan postur kerja yang nyaman bagi pekerja, baik itu postur
kerja berdiri, duduk, angkat maupun angkut. Beberapa jenis pekerjaan akan
seperti ini memaksa dalam jangka waktu yang lama. Hal ini akan mengakibatkan
pekerja cepat lelah, adanya keluhan sakit pada bagian tubuh, cacat produk bahkan
yang lama.
3. Pekerja tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk waktu
yang lama dengan kepala. Leher, dada atau kaki berada dalam postur kerja
miring.
4. Operator tidak seharusnya dipaksa bekerja alam frekuensi atau periode waktu
yang lama dengan tangan atau lengan berada dalam posisi diatas level siku
yang normal.
Postur duduk memerlukan lebih sedikit energi dari pada berdiri, karena
hal ini dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki. Seorang operator
yang bekerja dalam postur duduk memerlukan sedikit istirahat dan secara
potensial lebih produktif. Sedangkan postur berdiri merupakan sikap siaga baik
fisik maupun mental, sehingga aktivitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan
lebih teliti. Berdiri lebih melelahkan daripada duduk dan energi yang dikeluarkan
sebagai berikut:
tegak yang secara mekanik melawan pengaruh gaya gravitasi agar tubuh tetap
dan karakteristik individu seperti ukuran dan bentuk tubuh. Pertimbangan untuk
yang biasa digunakan untuk mengenali sumber penyebab keluhan kelelahan otot.
mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak sakit sampai
sangat sakit pada pekerja. melalui analisis peta tubuh maka dapat diestimasi jenis
dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja. Dimensi-dimensi
kondisi fisik masing-masing individu. Keluhan rasa sakit pada bagian tubuh
akibat aktivitas kerja tidaklah sama antara satu orang dengan orang lain.
bagi manusia tersebut. Richard (2001) menyebutkan bahwa saat ini terdapat 80%
orang hidup setelah dewasa mengalami nyeri bagian tubuh belakang (back pain)
pada Gambar 3.9 dibawah ini. Agar dapat mendesain suatu alat sesuai dengan
ukuran manusia, maka dalam mendesain produk harus disesuaikan dengan ukuran
terbesar (95th percentile) dan ukuran terkecil tubuh (5th percentile) atau hasil
kalibrasi ukuran setiap bagian tubuh (antropometri). Produk yang didesain sesuai
Produk:
Manusia
- benda kerja
pengguna produk
- instalasi
Produk Ergonomis
preskriptif.
1. Model Deskriptif
bersifat umum). Model perancangan deskriptif terdiri dari beberapa fase yang
Kebutuhan
Perancangan produk
a. Kebutuhan
kebutuhannya.
d. Perancangan produk
material
2. Model Preskriptif
a. Metode Zeid
produk. Model perancangan Zeid dapat dilihat pada Gambar 3.11 berikut:
Proses
perancangan
Proses
pembuatan
Sumber: Engineering Design Methods: Strategies For Product Design (Nigel Cross,1942)
Gambar 3.11 Proses Perancangan Zeid
b. Metode French
Analisis Masalah
Pernyataan
Masalah
Perancangan Konsep
Feedback
Skets terpilih
Detail
Gambar Produk
Sumber: Engineering Design Methods: Strategies For Product Design (Nigel Cross,1942)
Gambar 3.12 Diagram Alir Cara Merancang French
c. Metode VDI
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu jenis penelitian yang
fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu. Penelitian ini
meja dan kursi yang tidak ergonomis dan perancangan meja dan kursi sekolah
siswa.
jalan Letjen Jamin Ginting Km. 16 Gg. Paya Bundung 26 Simpang Selayang,
Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan November 2013 sampai April 2014.
Subjek penelitian yang diamati adalah siswa kelas I sampai kelas VI yang
berumur 5 sampai 11 tahun di Sekolah Dasar Siti Hajar, Medan. Subjek yang
oleh design meja dan kursi yang tidak ergonomis dan tidak sesuai dengan dimensi
antropometri tubuh siswa. Perancangan meja dan kursi usulan dirancang untuk
mendapatkan perancangan meja dan kursi yang ergonomis dan sesuai dengan
disorders. Adapun kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 4.1.
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder.
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan, wawancara dan
pengukuran langsung.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari tempat objek penelitian dan
umum tentang sekolah ini meliputi data tentang sejarah sekolah, jumlah siswa
dan jumlah guru, fasilitas sekolah, struktur organisasi sekolah dan visi misi
sekolah. Data gambaran sekolah ini diperoleh dari arsip sekolah, website
sebagai berikut:
langsung terhadap dimensi tubuh siswa serta dimensi meja dan kursi sekolah.
pemecahan masalah dari berbagai buku dan jurnal yang sesuai dengan
Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.2.
jumlah sampel Slovin, dimana diperoleh jumlah sampel sebesar 237 sampel.
dilakukan melalui proses seleksi secara tidak random karena pihak sekolah telah
memberi batasan dimana pemilihan responden hanya dapat diambil pada jam
Keterampilan) dan waktu istirahat. Responden ditentukan oleh staff guru yang
1. Pengumpulan data siswa berupa nama siswa, umur dan jenis kelamin siswa
saat menggunakan meja dan kursi sekolah. Cara pengisian kuesioner tersebut
dilakukan dengan memberikan tanda silang (Х) atau (√) pada lembar jawaban
sudut yang dibentuk tubuh siswa saat belajar yang didata dengan worksheet
RULA.
popliteal, tinggi siku duduk, panjang rentang tangan kedepan, panjang rentang
siku yang diukur dengan menggunakan meteran dalam posisi duduk. Panjang
popliteal, panjang lutut, panjang telapak tangan, lebar sisi bahu, lebar pinggul,
6. Gambaran umum sekolah diperoleh dari wawancara pada bagian tata usaha
diagram pengolahan data dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Studi Pendahuluan
- studi pustaka
- Pengamatan langsung pada sekolah
Perumusan Masalah
Penetapan Tujuan
Pengumpulan data
Pengolahan Data
1. Tabulasi dan rekapituasi SNQ
2. Penilaian postur tubuh dengan metode RULA
3. Perhitungan data antropometri tubuh siswa yaitu:
a. Perhitungan rata-rata dan standard deviasi
b. Uji keseragaman data
c. Uji kecukupan data
d. Uji kenormalan data
e. Perhitungan persentil
4. Perancangan meja dan kursi sekolah dengan
metode perancangan French
Selesai
Sumber : Pengolahan Data
2. Analisis dimensi meja dan kursi aktual yang tidak ergonomis dan
3. Analisis postur tubuh siswa aktual untuk mengetahui postur yang tidak sesuai
dengan postur belajar yang alami sehingga dapat ditentukan dimensi meja dan
menggunakannya.
siswa SD Siti Hajar untuk memperoleh keluhan subjektif siswa sebagai akibat
4.4.
Persiapan Istirahat
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa siswi kelas I
sampai dengan kelas VI SD Siti Hajar. Jumlah sampel yang digunakan adalah
populasi yang memiliki strata yang relevan terhadap penelitian. Teknik sampling
proportionate stratified digunakan karena peneliti akan merancang meja dan kursi
berdasarkan dimensi antropometri pada 3 tingkatan kelas dan umur siswa. Data
Meja dan kursi yang digunakan pada Sekolah Dasar Siti Hajar memiliki
ukuran yang sama mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI. Sikap duduk siswa
kelas 1 hingga kelas 6 saat menggunakan meja dan kursi sekolah ditampilkan
Berdasarkan paparan pada Tabel 5.1 tampak bahwa meja dan kursi terlalu
tinggi dan lebar bagi siswa sehingga membuat posisi kaki siswa mulai dari kelas
satu hingga kelas enam berada dalam keadaan menggantung (tidak menyentuh
lantai) saat menggunakan kursi dan meja. Tinggi meja membuat lengan siswa
terangkat hampir sejajar dengan bahu saat menulis. Lebar kursi juga terlalu besar
sehingga posisi duduk siswa maju kedepan dan tidak bersandar hal ini membuat
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data hasil Standard
Nordic Qustionaire untuk mengetahui keluhan yang dialami siswa, data postur
tubuh siswa dengan metode RULA untuk mengetahui level resiko dan tindakan
yang harus diambil, dan data dimensi meja dan kursi serta data antropometri
mengetahui level keluhan musculoskeletal yang dialami siswa serta dinilai dengan
kategori keluhan yang dirasakan siswa saat belajar adalah sebagai berikut:
1. Tidak sakit (dengan skor 0), hal ini apabila siswa tidak merasakan keluhan yang
2. Rasa agak sakit (dengan skor 1), hal ini apabila siswa hanya merasakan rasa
3. Rasa sakit (dengan skor 2), hal ini apabila siswa sering merasakan rasa nyeri
dan nyeri yang lama (masih dirasakan walaupun pekerjaan sudah selesai atau
Meja dan kursi SD Siti Hajar terbuat dari kayu dan dicat berwarna coklat
serta memiliki ukuran yang sama pada semua kelas. Gambar meja dan kursi
Postur kerja siswa dalam hal ini merupakan sikap ataupun posisi tubuh
siswa saat belajar menggunakan meja dan kursi sekolah. Posisi tubuh siswa pada
saat belajar dengan menggunakan meja dan kursi sekolah adalah menulis
menggambar dan membaca. Faktor kenyamanan pada saat menulis yaitu jika meja
yang digunakan sesuai dengan tinggi siku pengguna pada saat duduk. Sedangkan
faktor kenyamanan pada saat duduk yaitu jika paha pengguna terbentuk horizontal
serta betis pengguna terbentuk vertikal dengan kaki dan kaki menyentuh lantai.
Data postur kerja siswa diperoleh berdasarkan posisi tubuh siswa yang dominan
saat menggunakan meja dan kursi sekolah untuk dianalisis dengan menggunakan
perancangan kursi dan meja menurut Panero dan Zelnik (2003) yaitu:
1. Tinggi bahu dalam posisi duduk (TB) digunakan sebagai penentuan ukuran
2. Tinggi siku dalam posisi duduk (TSD) digunakan sebagai penentuan ukuran
tinggi meja.
5. Lebar sisi bahu (LB) digunakan sebagai penentuan ukuran panjang sandaran
kursi
6. Lebar pinggul (LP) digunakan sebagai dasar penentuan ukuran lebar kursi
tambahan yang dibutuhkan perancang dalam merancang meja dan kursi sekolah.
lebar meja.
meja.
3. Panjang telapak tangan (PT), dan panjang lutut (PL) digunakan untuk
Data dimensi antropometri siswa yang diukur dapat dilihat pada Lampiran 4.
persentasi dan diolah kedalam bentuk pie chart. Pie chart persentasi keluhan
25
Persentasi Keluhan agak sakit
2
24 2%
26 27 0 1 3% 3
23 2%
5% 5% 5% 6% 4%
5% 4
22 3%
5%
21 5
2% 5%
20
2%
6
17 9
19 4%
4% 4%
4% 15 11
14 13 12 7
3% 3% 4%
3% 4% 2%
18
3% 8
3%
16 10
3% 3%
kumulatif untuk kategori agak sakit dan kategori sakit diatas, dapat diketahui
bahwa keluhan tertinggi pada kategori agak sakit terdapat pada keluhan no 1 yaitu
keluhan pada leher bagian bawah sebesar 6 % pada pie chart atau sebesar 46 %
pada persentasi keluhan Tabel 5.2, keluhan no 0 yaitu keluhan pada leher atas
sebesar 5% pada pie chart atau sebesar 40 % pada persentasi keluhan Tabel 5.2,
dan keluhan no 5 yaitu keluhan pada anggota tubuh bagian punggung sebesar 5 %
pada pie chart atau sebesar 43 % pada persentasi keluhan Tabel 5.2.
leher atas sebesar 11% pada pie chart atau sebesar 44 % pada persentasi keluhan
Tabel 5.2, keluhan no 15 yaitu keluhan pada pergelangan tangan kanan sebesar 10
% pada pie chart atau sebesar 41 % pada persentasi keluhan Tabel 5.2, keluhan no
5 yaitu keluhan pada punggung sebesar 8 % pada pie chart atau sebesar 33 %
pada persentasi keluhan Tabel 5.2, dan keluhan no 17 yaitu keluhan pada tangan
kanan sebesar 6% pada pie chart atau sebesar 26 % pada persentasi keluhan Tabel
5.2.
Hasil penilaian postur kerja siswa dengan metode RULA untuk siswa
kelas I sampai dengan kelas VI dengan postur tubuh yang paling dominan
dilakukan saat menggunakan meja dan kursi saat belajar ditampilkan pada
Gambar 5.2 sampai dengan Gambar 5.7 dan rekapitulasi hasil penilaian dengan
Χ=
X 1 + X 2 + .... + X n
=
∑X n
n n
Dimana:
n = Banyaknya pengamatan
ΣX n = Jumlah pengamatan ke n
X = Rata-rata
17 + 11 + ... + 11
X= = 14,5
55
∑ (X − X)
2
i
σ=
n −1
karena tidak seragam. Apabila dari data yang sudah dikumpulkan terdapat data
yang tidak seragam (out of control), maka data tersebut akan dibuang. Setelah itu
dilakukan revisi data dengan membuang data yang out of control kemudian
melakukan perhitungan untuk nilai rata-rata, standar deviasi, BKA dan BKB
kembali. Pada uji keseragaman data antropometri ini digunakan tingkat keyakinan
95% dan tingkat ketelitian 5%, digunakan nilai z = 1,96. Revisi yang dilakukan
adalah sebanyak 2 kali, apabila setelah revisi kedua data tersebut belum juga
seragam, maka data dimensi tersebut diasumsikan telah seragam. Adapun rumus
yang digunakan dalam menghitung BKA (batas kelas atas) dan BKB (batas kelas
Apabila X min > BKB dan Xmax < BKA, maka data seragam.
Apabila X min < BKB dan Xmax > BKA, maka data tidak seragam.
Untuk dimensi tinggi siku duduk, perhitungan BKA dan BKB adalah
sebagai berikut.
Kemudian, hasil uji keseragaman data dibuat dalam bentuk peta kontrol.
Adapun peta kontrol uji keseragaman data untuk dimensi tinggi siku duduk siswa
kelas satu dapat dilihat pada Gambar 5.8. Sedangkan peta kontrol dimensi
data sampel yang diambil sudah cukup mewakili populasi. Untuk uji kecukupan
data yang digunakan pada perhitungan dengan tingkat ketelitian 5% dan tingkat
2
40 N X 2 − ( X )2
N' =
∑ ∑
∑X
Perhitungan dicontohkan untuk data dimensi tinggi siku duduk (TS) kelas
diperoleh :
2
40 55(11691) - (795) 2
N' =
795
N’= 27,8
cukup untuk melakukan perancangan produk. Dengan cara yang sama seperti di
atas, maka hasil uji kecukupan data pengukuran 9 dimensi tersebut dapat dilihat
Tinggi
Data Data Data Data Data
Popliteal 53 3.5 Cukup
43 5.2 Cukup
41 2.6 Cukup
35 4.4 Cukup
39 4.4 Cukup
30 4.6 Data Cukup
(TPo)
Panjang
Rentang Data Data Data Data Data
Tangan
54 6.1 Cukup
44 6.4 Cukup
43 3.1 Cukup
37 2.9 Cukup
40 6.7 Cukup
29 5.2 Data Cukup
(PRT)
Panjang
Data Data Data Data Data
Telapak 51 8.9 Cukup
45 9.1 Cukup
42 3.2 Cukup
38 3.6 Cukup
40 6.5 Cukup
30 11.4 Data Cukup
Tangan (PT)
Panjang
Data Data Data Data Data
Rentang Siku 55 9.5 Cukup
44 6.0 Cukup
43 8.6 Cukup
35 3.0 Cukup
40 7.8 Cukup
30 15.4 Data Cukup
(PRS)
Panjang Data Data Data Data Data
Lutut (PL)
55 4.5 Cukup
45 7.5 Cukup
42 2.9 Cukup
36 2.7 Cukup
40 4.0 Cukup
30 6.6 Data Cukup
Panjang
Data Data Data Data Data
Popliteal 55 4.6 Cukup
42 7.0 Cukup
43 3.2 Cukup
37 3.5 Cukup
40 6.4 Cukup
30 6.8 Data Cukup
(PPo)
Lebar Bahu Data Data Data Data Data
(LB)
54 8.9 Cukup
44 11.0 Cukup
42 9.5 Cukup
38 5.8 Cukup
38 3.7 Cukup
29 10.6 Data Cukup
Uji kenormalan data digunakan untuk mengetahui apakah data yang telah
software SPSS yaitu pengujian sebaran data normal dengan uji Kolmogorov Smirnov
for Normality Test (KSTest). Hasil dari pengujian sebaran data untuk setiap kelas
Most Extreme .109 .117 .139 .189 .124 .148 .117 .198 .148 .149 .171
Differences
.076 .117 .139 .189 .124 .145 .098 .198 .148 .149 .171
-.109 -.079 -.098 -.166 -.075 -.148 -.117 -.141 -.139 -.129 -.131
Kolmogorov-Smirnov Z .797 1.031 1.379 .909 1.058 .866 1.472 1.098 1.096 1.245
Asymp. Sig. (2-tailed) .549 .239 .045 .381 .213 .441 .026 .179 .181 .090
a. Test distribution is Normal.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (Kelas II)
Most Extreme .140 .158 .152 .167 .109 .161 .112 .100 .137 .124 .120
Differences
.110 .158 .131 .167 .084 .161 .086 .100 .110 .124 .120
-.140 -.069 -.152 -.113 -.109 -.147 -.112 -.077 -.137 -.114 -.093
Kolmogorov-Smirnov Z .926 .974 1.094 .721 1.080 .742 .673 .891 .823 .798
Asymp. Sig. (2-tailed) .358 .299 .182 .677 .194 .641 .755 .406 .507 .548
a. Test distribution is Normal.
Keterangan:TB = Tinggi bahu duduk, TS = Tinggi siku duduk, TPo = Tinggi popliteal, PRT = Panjang rentang
tangan kedepan, PT = Panjang telapak tangan, PRS = Panjang rentang siku, PL = Panjang Lutut,
PPo = Panjang popliteal, LB = Lebar bahu, LPi = Lebar pinggul
Sumber: Hasil Pengolahan Data
kelas 6, selanjutnya akan ditentukan nilai persentil. Nilai persentil yang dicari adalah
nilai persentil 5th, 50th, dan 95th. Perhitungan nilai persentil data antropometri siswa
yaitu:
1. Analisis masalah.
Hasil dari analisis masalah adalah pernyataan masalah, kendala yang membatasi
2. Perancangan konsep.
Fase ini dikenal sebagai fase pencarian konsep produk yang memenuhi fungsi dan
kreativitas perancang.
3. Pemberian bentuk.
4. Detail
Perincian merupakan fase akhir dimana memberikan ukuran detail dari poin-poin
Masalah yang terdapat dalam fasilitas belajar (meja dan kursi) yang
a. Tinggi tempat duduk siswa tidak sesuai dengan tinggi popliteal siswa. Hal
b. Tinggi meja tidak sesuai dengan tinggi siku siswa dalam posisi duduk. Hal
tersebut membuat lengan atas dan bahu siswa naik keatas saat belajar. Tinggi
menulis.
c. Lebar kursi tidak sesuai dengan panjang popliteal siswa sehingga membuat
siswa maju kedepan saat duduk sehingga banyak bagian kursi yang tidak
musculoskeletal bagi siswa terutama pada bagian leher atas, bagian lengan kanan
2. Fungsi laci yang terdapat pada meja tidak dapat digunakan sesuai fungsinya hal
ini disebabkan ketidaksesuaian tinggi laci terhadap tebal tas siswa sehari-hari.
3. Kursi dan meja yang digunakan memiliki ukuran yang sama untuk setiap kelas
mulai dari kelas satu hingga kelas enam padahal dimensi tubuh siswa yang duduk
memenuhi kesesuaian 100% terhadap seluruh siswa SD Siti Hajar namun dapat
memenuhi bagi mayoritas rata-rata siswa untuk setiap kelas. Untuk memenuhi
antropometri siswa pada setiap kelas maka perancangan meja dan kursi dibagi
kedalam dua konsep yaitu konsep tetap (one piece/fix) dan konsep adjustable.
meja dan kursi menurut Panero dan Zelnik (2003) adalah sebagai berikut:
a. Tinggi tempat duduk dimana posisi duduk memungkinkan telapak kaki untuk
b. Kedalamam landasan sesuai terhadap jarak dari pantat kelipatan dalam lutut.
2. Meja dan kursi yang dirancang dapat memenuhi fungsi utama dan tambahannya.
Fungsi utama kursi adalah sebagai alas penyangga punggung dan bokong saat
belajar sedangkan fungsi utama meja adalah sebagai alas tempat tangan dan buku
dirancang adalah laci meja sebagai tempat penyimpanan atau peletakan tas siswa.
3. Dimensi ukuran meja dan kursi ditentukan melalui persentil data antropometri.
siswa.
4. Perancangan fungsi tambahan laci meja dapat memenuhi persyaratan bagi ruang
dalam perancangan meja dan kursi ergonomis diatas maka konsep perancangan yang
yang bersifat tetap (one piece) dan konsep adjustable. Konsep yang bersifat tetap
terdiri dari satu kursi dan satu meja dengan fungsi tambahan laci dan dimensi yang
sesuai terhadap mayoritas siswa pada setiap tingkatan kelas. Salah satu keuntungan
dengan konsep ini adalah stabilitas produk, karena tidak ada bagian yang perlu
dirakit. Konsep perancangan adjustable terdiri dari kursi dan meja yang dapat
disesuaikan tinggi dan lebarnya pada kursi dan dapat disesuaikan tingginya pada
meja. Adapun skema konsep perancangan meja dan kursi ditampilkan pada Gambar
5.9
benda teknik yang dibentuk. Adapun gambar teknik perancangan meja dan kursi
ergonomis berdasarkan antropometri dan tingkatan kelas yang sesuai dengan konsep
5.3.4 Detail
Detail atau perincian merupakan fase akhir dimana memberikan ukuran detail
dari poin-poin yang perlu ditentukan. Adapun detail dari variabel dimensi
Sandaran kayu
Produk
Produk akhir
akhir
Busa
Sandaran
Metal
Busa Kayu
Alas dudukan Alas meja
Metal Metal
Metal Metal
Rangka kaki Rangka kaki
kursi meja
Karet Karet
Tinggi TB
sandaran
lebar LB
Gambar 5.9 Skema Konsep Perancangan Meja dan Kursi Ergonomis Sekolah Dasar
Tinggi dudukan kursi ditentukan dari tinggi popliteal siswa. Ukuran Tinggi
kursi pada konsep perancangan fix diambil dari data antropometri siswa dengan
persentil 5th. Persentil 5th digunakan karena tekanan yang terjadi dibagian
bawah paha adalah salah satu penyebab ketidaknyaman. Kondisi ini muncul
bila permukaan tempat duduk terlalu tinggi letaknya. Tinggi tempat duduk
yang dapat mengakomodasi pemakai dengan tinggi popliteal terkecil juga dapat
membuat nyaman pengguna dengan tinggi popliteal lebih besar (panero &
zelnik 2003). Tinggi minimum dudukan kursi pada konsep adjustable diambil
dari persentil 5th dan tinggi maksimum diambil dari persentil 95th.
2. Panjang kursi
Panjang kursi ditentukan dari panjang popliteal siswa. Dalam hal ini ukuran
panjang kursi ditentukan dengan data antropometri siswa yang terkecil yaitu
pada konsep adjustable diambil dari persentil 5th dan ukuran panjang
3. Lebar kursi
Lebar kursi ditentukan dari lebar pinggul siswa. Dalam hal ini ukuran lebar
kursi ditentukan dengan data antropometri siswa yang terbesar yaitu dengan
terbesar pemakainya.
Tinggi sandaran punggung ditentukan dari tinggi bahu dalam posisi duduk.
Dalam hal ini ukuran tinggi sandaran punggung kursi ditentukan dengan data
antropometri siswa yang terbesar yaitu dengan persentil 95th. Persentil 95th
Panjang sandaran punggung kursi ditentukan dari lebar sisi bahu siswa. Dalam
hal ini ukuran panjang sandaran punggung kursi ditentukan dari data
antropometri siswa yang terbesar yaitu dengan persentil 95th. Persentil 95th
6. Panjang meja
Panjang meja ditentukan oleh panjang rentang siku. Dalam hal ini ukuran
panjang meja ditentukan dengan data persentil 50th siswa. Persentil 50th
7. Lebar meja
Lebar meja ditentukan oleh panjang rentang tangan ke depan. Dalam hal ini
ukuran lebar meja ditentukan dengan data antropometri siswa rata-rata yaitu
8. Tinggi meja
Tinggi meja ditentukan oleh tinggi popliteal ditambah dengan tinggi siku
dalam posisi duduk. Pada konsep fix tinggi meja diambil dari data antropometri
dengan persentil 50th. Penentuan tinggi meja minimum pada konsep adjustable
persentil 95th.
Laci digunakan sebagai tempat penyimpanan tas bagi siswa. Meja dirancang
dengan membuat laci di bagian tengah hingga kebelakang meja agar tidak
mengganggu area ruang kaki saat belajar. Jarak laci terhadap area kaki
pada panjang lutut, panjang popliteal dan panjang telapak tangan adalah
berdasarkan konsep fix dan konsep adjustable ditampilkan pada Tabel 5.9. Detail
gambar akhir perancangan meja dan kursi berdasarkan tingkatan pada kedua konsep
ditampilkan pada Tabel 5.10 sampai Tabel 5.11 dan gambar produk akhir setiap
tingkatan pada setiap konsep ditampilkan pada Gambar 5.10 dan Gambar 5.11.
Tingkatan I
Tingkatan II
Tingkatan III
Tabel 5.11 Detail Perancangan Kursi dan Meja Berdasarkan Konsep Fix
Detail
Tingkatan Kursi Meja
Tingkatan I
Tingkatan II
Tingkatan III
5.2 dapat diketahui bahwa keluhan sangat sakit dialami siswa pada bagian
pergelangan tangan kanan sebesar 5.9 % hal ini dikarenakan sikap belajar menulis,
tergolong kecil karena sikap belajar siswa tergolong kedalam jenis pekerjaan yang
5.2 dan Gambar 5.1 keluhan sakit sering dialami siswa pada leher bagian atas
sakit pada leher bagian atas dan punggung dikarenakan posisi tubuh siswa yang
membungkuk karena meja terlalu tinggi dengan siswa. Keluhan pada pergelangan
tangan kanan dan tangan kanan dikarenakan meja terlalu tinggi sehingga lengan
5.2 dan Gambar 5.1, keluhan agak sakit dialami siswa pada bagian leher bagian
kaki kiri sebesar 45 % dan keluhan pada leher atas sebesar 40 %. Keluhan pada
kaki dikarenakan posisi kaki siswa saat belajar dalam keadaan menggantung dan
tinggi bagi siswa. Keluhan yang dialami siswa tersebut diakibatkan oleh
tubuh siswa dengan tinggi meja, tinggi kursi dan panjang kursi.
perbaikan rancangan meja dan kursi yang ergonomis untuk siswa. Gambaran meja
terlihat bahwa laci meja tidak digunakan sesuai fungsinya. Siswa menyimpan atau
meletakkan tasnya pada sandaran kursi, hal ini dikarenakan tinggi laci meja tidak
sesuai dengan besar atau tebal dari tas siswa. Adapun gambaran kondisi aktual
siswa dalam menggunakan meja dan kursi ditampilkan pada Gambar 6.2.
Berdasarkan Gambar 6.2 tampak bahwa tinggi kursi tidak sesuai dengan
tinggi popliteal siswa (lebih tinggi) sehingga membuat posisi kaki siswa mulai dari
kelas satu hingga kelas enam berada dalam keadaan menggantung (tidak
landasan tempat duduk yang terlalu tinggi menyebabkan paha tertekan dan
peredaran darah terhambat. Posisi kaki yang tidak menapak dengan baik diatas
membuat lengan siswa terangkat hampir sejajar dengan bahu saat menulis hal ini
Lebar kursi tidak sesuai dengan panjang popliteal siswa (lebih besar)
sehingga membuat posisi duduk siswa maju kedepan dan tidak bersandar. Menurut
Panero Zelnik (2003) bila kedalaman landasan terlalu besar, maka bagian depan
dibelakang lutut dan memotong peredaran darah dibagian kaki. Tekanan pada
jaringan tersebut akan menyebabkan iritasi dan ketidaknyaman. Posisi duduk siswa
dengan memajukan pantatnya dalam hal ini menyebabkan bagian punggung tidak
bersandar sehingga stabilitas tubuh melemah dan tenaga otot yang diperlukan
kursi sekolah pada Sekolah Dasar Siti Hajar terdapat beberapa ketidaksesuaian
dimensi dari meja dan kursi dengan data antropometri tubuh siswa. Sehingga perlu
dilakukan perbaikan untuk mendapatkan meja dan kursi yang ergonomis. Oleh
Hasil perancangan meja dan kursi yang dilakukan adalah meja dan kursi
dengan konsep fix dan adjustable. Konsep perancangan dibagi kedalam 3 tingkatan
kelas. Tingkatan pertama digunakan untuk anak kelas satu dan dua yang rata-rata
berusia 5 - 7 tahun. Tingkatan kedua digunakan untuk anak kelas tiga dan empat
yang rata-rata berusia 8 - 9 tahun. Tingkatan ketiga digunakan untuk anak yang
duduk dikelas lima dan enam yang berusia rata-rata 10-11 tahun.
siswa. Dimensi antropometri yang dikumpulkan adalah tinggi bahu duduk, tinggi
popliteal, tinggi siku duduk, panjang popliteal, panjang rentang siku, panjang
telapak tangan.
tinggi popliteal digunakan dalam penentuan tinggi dudukan kursi dan tinggi meja,
tinggi siku duduk digunakan dalam penentuan tinggi meja, panjang popliteal
digunakan dalam penentuan panjang landasan kursi, lebar bahu digunakan dalam
penentuan panjang sandaran kursi. Adapun dimensi meja dan kursi dibandingkan
dimensi meja dan kursi aktual dengan hasil perancangan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa meja dan kursi aktual untuk anak kelas satu hingga kelas
enam memiliki ketidaksesuaian 100% terhadap tinggi meja dan 99,6% terhadap
dapat memenuhi 100 % pada tingkatan I, 96,5 % pada tingkatan II dan 97,2 %
pada tingkatan III. Persentasi kesesuaian meja hasil perancangan pada konsep fix
tingkatan III sedangkan persentasi kesesuaian meja hasil perancangan pada konsep
adjustable dapat memenuhi untuk keseluruhan siswa pada setiap tingkatan (100%).
mengakibatkan postur tubuh yang salah. Analisis postur tubuh dilakukan untuk
postur tubuh RULA dilakukan terhadap enam orang siswa dan diperoleh hasil
dengan level resiko tinggi untuk anak kelas satu hingga kelas empat dengan
kategori tindakan diperlukan sekarang juga. Sedangkan untuk anak kelas lima dan
enam diperoleh level resiko sedang dengan kategori tindakan dalam waktu dekat
Level resiko belajar siswa tinggi dan sedang dikarenakan dimensi tubuh
siswa tidak sesuai dengan dimensi meja dan kursi aktual. Level resiko belajar tinggi
juga disebabkan karena postur tubuh siswa membungkuk pada saat menulis, bahu
yang terangkat dan posisi kaki siswa yang tidak seimbang (menggantung). Adapun
tindakan yang diambil yaitu dengan melakukan perancangan meja dan kursi sesuai
Gambaran dan penilaian model siswa saat menggunakan meja dan kursi
hasil perancangan dapat dilihat pada Tabel 6.2. Berdasarkan gambaran siswa saat
menggunakan meja dan kursi hasil perancangan, terlihat bahwa posisi tubuh siswa
tidak membungkuk, bahu siswa tidak terangkat dan posisi kaki berada pada posisi
yang seimbang. Berdasarkan penilaian postur tubuh siswa dengan metode RULA
diketahui bahwa skor akhir yaitu 2 untuk tubuh bagian kiri dan 3 untuk tubuh
bagian kanan. Skor 2 untuk bagian tubuh sebelah kiri berada pada level resiko
minimum dan berada pada tindakan yang aman sedangkan skor 3 untuk bagian
tubuh sebelah kanan berada pada level resiko kecil dengan kategori tindakan yaitu
1. Lengan atas : 50
2. Lengan bawah : 900
3. Pergelangan tangan : 100
4. Putaran pergelangan tangan : berada
pada posisi tengah putaran tubuh
5. Aktivitas : Pengulangan
6. Beban :< 2 kg
7. Leher : 50
8. Batang tubuh : 50
9. Kaki : Seimbang
Konsep Fix
1. Lengan atas : 50
2. Lengan bawah : 900
3. Pergelangan tangan : 100
4. Putaran pergelangan tangan : berada
pada posisi tengah putaran tubuh
5. Aktivitas : Pengulangan
6. Beban :< 2 kg
7. Leher : 50
8. Batang tubuh : 50
Konsep Adjustable
9. Kaki : Seimbang
Sumber: Perancangan
aktual dan meja kursi hasil perancangan ditampilkan pada Tabel 6.3 dan gambaran
meja kursi aktual dan hasil perancangan ditampilkan pada Tabel 6.4.
7.1 Kesimpulan
maka kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
2. Level resiko postur belajar siswa saat menggunakan meja dan kursi aktual
secara teoritis berada pada kategori tinggi dan memerlukan tindakan sekarang
juga pada anak yang duduk dikelas satu sampai kelas empat dan kategori
sedang bagi dan memerlukan tindakan dalam waktu dekat dan harus segera
panjang popliteal, tinggi bahu duduk, lebar bahu, lebar pinggul, panjang
rentang tangan kedepan, panjang rentang siku, panjang lutut, dan panjang
telapak tangan.
Tingkatan satu diperuntukkan bagi siswa kelas satu dan dua, tingkatan dua
diuperuntukkan bagi siswa kelas tiga dan empat dan tingkatan tiga
perancangan secara teoritis berada pada level resiko kecil dengan kategori
7.2 Saran
Adapun saran yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perancangan meja dan kursi sekolah secara ergonomis dalam penelitian ini
dapat memperbaiki postur tubuh siswa saat belajar, maka disarankan untuk
menggunakan meja dan kursi hasil perancangan pada sekolah dasar sehingga
nantinya dapat tercipta kondisi belajar yang efisien, nyaman, aman, sehat dan
efektif.
2. Penelitian ini hanya berfokus pada aspek perancangan meja dan kursi secara
ergonomis, maka disarankan bagi para peneliti lainnya untuk meneliti lebih
mendalam ditinjau dari aspek lainnya, seperti: aspek ekonomi dan aspek
lingkungan kerja.