A. PENDAHULUAN
Layanan publik dengan kualitas prima telah menjadi tuntutan masyarakat dan menjadi
kewajiban bagi setiap instansi yang memberikan layanan publik untuk meresponnya.
Mengingat tingkat kepuasan bersifat individual dan dinamis berubah setiap waktu,
diperlukan alat ukur untuk mengetahuinya. Tuntutan kepuasan yang dinamis memerlukan
antisipasi setiap satuan kerja sehingga mutu layanan yang disediakan selalu disesuaikan
dengan perkembangan tuntutan masyarakat. Untuk mengetahui tingkat apresiasi mutu
layanan oleh pelanggan (pasien), gugus kendali mutu malaksanakan survei kepuasan
konsumen untuk kemudian digunakan mengevaluasi kinerja masing-masing unit kerja di
lingkungan RSIA Bunda Noni Palembang. Survei kepuasan ini dilakukan mulai bulan
September – Oktober 2017 dilakukan pada semua pasien rawat inap dan rawat jalan RSIA
Bunda Noni Palembang.
Tabel 1: Jumlah Pasien RSIA Bunda Noni Palembang Jan-Sept Tahun 2017
No Uraian Jumlah (orang) Persentase
1. Jenis Kelamin
a. Laki-Laki 309
27%
b. Perempuan 2471
2. Jenis Kunjungan
a. Pasien Baru 178
89%
b. Pasien Lama 1364
Kepuasan pasien penting untuk menyusun strategi pemasaran. Hal ini tidak terlepas
dari fakta empiris yang menunjukkan bahwa pasien yang tidak puas akan bercerita kepada
keluarganya, teman-teman atau tetangganya, sehingga mempengaruhi sikap dan keyakinan
orang lain untuk tidak berkunjung ke sarana kesehatan tersebut. Rumah sakit harus selalu
berupaya untuk mengantisipasi ketidakpuasan sekecil apapun dan sedini mungkin (sebelum
menjadi buah bibir). Dengan demikian mutu pelayanan dapat selalu dijaga, diperbaiki dan
ditingkatkan secara berkelanjutan (Soepranto, 1997).
C. METODE
Survei kepuasan pasien RSIA Bunda Noni Palembang Jan – Sept tahun 2016 ini
menitik beratkan pada 4 (empat) aspek dasar fundamental pelayanan rumah sakit yang
meliputi : petugas kesehatan, sarana penunjang, kondisi lingkungan dan kepuasan. Metode
penelitian yang dilakukan adalah tabulasi distribusi frekuensi sederhana terhadap masing-
masing nilai variabel yang telah ditetapkan dengan subyek. Penelitian adalah pasien rawat
inap dan rawat jalan di RSIA Bunda Noni Palembang selama periode September 2017 s/d
Oktober 2017. Sumber data berasal dari data kuesioner survey kepuasan pasien yang
dibagikan kepada para pasien rawat inap da rawat jalan pada akhir pengobatan sehingga data
penelitian bersifat data sekunder deskriptif kuantitatif.
D. Kepuasan Pasien
Terkait dengan kesesuaian pelayanan tarif dengan ketersediaan sarana kamar yang
disediakan, maka sebanyak 78% responden menyatakan bahwa pelayanan kamar
terhadap tingkat tarif yang ada adalah sesuai, 12% responden menyatakan cukup sesuai
dan sisanya 10% responden menyatakan kurang sesuai;
Terkait dengan tarif biaya pengobatan pasien, sebanyak 46% responden menyatakan
bahwa biaya tarif pengobatan adalah terjangkau, 24% responden menyatakan cukup
terjangkau , dan sisanya 30% menyatakan kurang terjangkau;
Terkait dengan pilihan berobat di RSIA Bunda Noni Palembang, sebanyak 49%
responden menyatakan pasien berobat karena rujukan dokter/perawat/bidan, 21%
responden menyatakan karena kenalan atau ada keluarga yang bekerja di RS ini,
sedangkan sisanya sebanyak 30 % responden menyatakan berobat ke RSIA Bunda
Noni karena lokasinya yang dekat dengan tempat tinggal pasien secara pribadi;
A. Petugas Kesehatan
Secara keseluruhan penilaian kinerja pelayanan perawat/bidan RSIA Bunda Noni
dapat disimpulkan bahwa rata-rata responden menyatakan sangat puas dengan pelayanan
perawat/bidan terhadap kesigapan dan respon, keterampilan, perhatian dan komunikasi
petugas kesehatan terhadap pasien ketika sedang bertugas .
Beberapa responden menyatakan petugas kesehatan masih belum baik memberikan
pelayanan, terutama dalam perihal :
1. Komunikasi Perawat/Bidan
Variabel ini diwakili oleh: keinginan perawat/bidan untuk mengingatkan jadwal
minum obat dan kesediaan menjelaskan setiap saat tentang maksud dan tujuan
dilakukannya tindakan.
Hasil observasi dilapangan menujukkan masih adanya beberapa perawat/bidan
yang menurut pasien atau keluarga pasien dianggap kurang memiliki kemampuan
berkomunikasi yang baik sehingga disarankan untuk melakukan pembinaan kembali
kepada perawat/bidan melalui reorientasi karyawan atau melalui pelatihan komunikasi
efektif bagi perawat atau bidan. Selain reorientasi dan pelatihan komunikasi efektif,
maka penilaian kinerja secara efektif melalui sistem sanksi dan penghargaan kepada
perawat/bidan yang berprestasi secara etika, komunikasi dan pekerjaan akan mampu
memberikan motivasi perawat/bidan lainnya untuk memperbaiki kinerjanya dikemudian
hari.