Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam suatu wilayah yang memiliki penduduk tentu saja terdapat perubahan-perubahan.
Dimana perubahan yang dimaksud disini adalah pertumbuhan penduduk suatu wilayah yang
dipengaruhi oleh varibel utama Demografi. Yakni fertilitas, mortalitas, dan migrasi dimana ketiga
variable tersebut sangat berpengaruh terhadap dinamika penduduk pada wilayah tersebut.

Dalam mengkaji dinamika penduduk tersebut maka diperlukan sebuah metode agar lebih
mudah pengkajiannya. Tedapat metode pencacahan yang menghasilkan suatu data dalam rangka
untuk mempelajari suatu dinamika penduduk wilayah tersebut. Karena dengan data dinamika
penduduk tersebut bisa digunakan sebagai tolak ukur pembangunan suatu bangsa. Dengan data
tersebut maka akan mudah mengkaji kematian, kelahiran, dan perpindahan penduduk yang ada.
Sehingga warga tersebut diakui sebagai warga mana.

Masalah utama yang dihadapi di bidang kependudukan di Indonesia adalah masih tingginya
pertumbuhan penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran dan struktur umur penduduk. Progran
kependudukan dan keluarga berencana bertujuan turut serta menciptakan kesejahteraan ekonomi dan
sosial bagi seluruh masyarakat melalui usaha-usaha perencanaan dan pengendalian penduduk. Dengan
demikian diharapkan tercapai keseimbangan yang baik antara jumlah dan kecepatan pertambahan
penduduk dengan perkembangan produksi dan jasa.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam makalah ini, rumusan masalah yang kami ambil adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep kependudukan itu?


2. Apa pengertian dinamika kependudukan?
3. Darimana sumber data kependudukan diperoleh?
4. Apa saja komposisi penduduk itu?
5. Apa saja faktor-faktor demografi yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk?
6. Apa itu transisi demografi?
7. Apa saja masalah kependudukan di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui konsep kependudukan.
2. Untuk mengetahui pengertian dinamika kependudukan.
3. Untuk mengetahui sumber data kependudukan.
4. Untuk mengetahui komposisi penduduk.
5. Untuk mengetahui faktor-faktor demografi yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk.
6. Untuk mengetahui transisi demografi.
7. Untuk mengetaui masalah-masalah kependudukan yang ada di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Kependudukan

Dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dunia menyebabkan jumlah penduduk menigkat
dengan cepat dan dibeberapa bagian dunia telah terjadi kemiskinan dan kekurangan pangan. Sehingga
muncul beberapa kelompok aliran/teori tentang kependudukan, yaitu :

1. Aliran Malthusian (Thomas Robert Malthus)

Robert Malthus ini mengemukakan beberapa pendapat tentang kependudukan, yaitu :

1) Penduduk (seperti juga tumbuhan dan binatang) apabila tidak ada pembatasan akan berkembang
biak dengan sangat cepat dan memenuhi dengan cepat beberapa bagian dari permukaan bumi.

2) Manusia untuk hidup memerlukan bahan makanan, sedangkan laju pertumbuhan makanan jauh
lebih lambat (deret hitung) dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk (deret ukur)

2. Aliran Neo Malthusian (Garreth Hardin Dan Paul Ehrlich)

Pada abad 19–20, Teori Malthus kembali diperdebatkan, muncul kelompok aliran Neo Malthusian
yang menyokong teori Malthus. Namun, menurut aliran Neo Malthus, mengurangi jumlah penduduk
tidak hanya dengan moral restrain saja, tapi lebih ditekankan pada Preventive check. Misalnya
penggunaan alat kontrasepsi untuk mengurangi kelahiran. Aliran Neomalthusian memiliki kesamaan
konsep dasar dengan Malthusian yaitu percaya bahwa pertumbuhan penduduk pasti akan terjadi dan
berdampak negatif pada manusia walaupun tidak secara persis setuju dengan argumen argumen aliran
Malhusian, beberapa argumen Malthus dianggap tidak rasional oleh karena itu aliran ini lebih ekstrim
dalam melakukan tindakan tindakan untuk mengurangi jumlah penduduk, misalnya: aborsi, legalitas
homoseksual, hukuman mati.

2.2 Dinamika Kependudukan

Dinamika kependudukan adalah perubahan penduduk. Perubahan tersebut selalu terjadi dan
dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1992 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera disebut sebagai perkembangan kependudukan. Perkembangan kependudukan
terjadi akibat adanya perubahan yang terjadi maupun karena perilaku yang terkait dengan upaya
memenuhi kebutuhannya.

Setiap perubahan yang diakibatkan salah satu faktor perubahan penduduk tersebut akan
berdampak pada keseluruhan, misalnya jumlah menurut umur penduduk dan jenis kelamin penduduk.
Yang diperlukan dalam pengukuran dinamika kependudukan adalah :

a. Indikator

Indikator diperlukan untuk mengetahui dan mempelajari dengan tepat berbagai keadaan atau
perubahan yang terjadi pada penduduk disuatu negara. Indikator dalam demografi terdiri dari
beberapa hal, yaitu :
a) Jumlah penduduk
b) Komposisi penduduk menurut jenis kelamin, umur, susku bangsa, pendidikan, agama, pekerjaan
dan lain-lain.
c) Proses demografi yang mempengaruhi jumlah dan komposisi penduduk.
b. Parameter

Ukuran atau satuan yang memberikan penilaian kuantitatif. Dikenal 2 macam pengukuran, yaitu :
a) Angka absolut
b) Angka relatif

Dinamika kependudukan menjelaskan bahwa disamping jumlah absolutnya yang tetap tinggi,
persoalan kependudukan di Indonesia meliputi persebaran serta kualitas penduduk dipandang dari
sudut sumber daya manusia secara keseluruhan.

Manfaat dari memahami dinamika penduduk adalah :


1) Mengetahui jumlah penduduk pada suatu waktu dan wilayah tertentu
2) Memahami perkembangan dari keadaan dahulu, sekarang dan perkiraan yang akan datang.
3) Mempelajari hubungan sebab akibat keadaan penduduk dengan aspek kehidupan lain misalnya
ekonomi, pendidikan, sosial, kesehatan dan lain-lain.
4) Merancang antisipasi menghadapi perkembangan kependudukan yang terjadi baik hal yang
menguntungkan maupun merugikan.

2.3 Sumber Data Kependudukan

1. Sensus Penduduk
Data sensus yang dikumpulkan meliputi karakteristik demografi, ketenagakerjaan, dan sosial budaya.
Karakteristik demografi yang dikumpulkan adalah mengenai kelahiran, kematian, dan migrasi, serta
riwayat kelahiran dan kematian anak dari wanita pernah kawin. Data yang dihimpun pada bidang
ketenagakerjaan mencakup lapangan usaha, jenis pekerjaan, dan status pekerjaan. Sedangkan data
sosial budaya mencakup tingkat pendidikan, kondisi tempat tinggal, dan kegiatan penduduk lanjut
usia (lansia).
Data-data yang diperoleh dari sensus tersebut digunakan untuk perencanaan pembangunan di berbagai
bidang. Hal tersebut sangat berperan penting untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembangunan,
baik di bidang kependudukan, sosial budaya, dan ketenagakerjaan.

Berdasarkan tempat tinggal penduduk, sensus dibedakan menjadi:


a. De facto,
Sensus de facto yaitu cara menghitung jumlah penduduk terhadap warga yang ditemukan pada saat
pencacahan berlangsung, walaupun orang tersebut bukan warga asli pada wilayah yang sedang
diadakan sensus.

b. De jure,
Sensus de jure dilakukan dengan cara melakukan penghitungan terhadap warga penduduk asli dari
daerah yang sedang dilakukan sensus. Jadi, andaikataditemukan orang yang bukan asli penduduk di
sana pada saat sensus, maka tidak dimasukkan dalam penghitungan. Untuk membedakan antara
penduduk asli dan bukan asli ialah dari kepemilikan Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Kartu
Keluarga (KK).

Survei adalah salah satu metode menjaring data penduduk dalam beberapa peristiwa demografi atau
ekonomi dengan tidak menghitung seluruh responden yang ada di suatu negara, melainkan dengan
cara penarikan sampel (contoh daerah) sebagai kawasan yang bisa mewakili karakteristik negara
tersebut. Sudah barang tentu sebelum menetapkan kawasan sampel itu, ditentukan dulu kriteria apa
saja yang bisa dijadikan syarat suatu wilayah bisa ditetapkan sebagai kawasan sampel survei. Setelah
ditetapkan sebagai kawasan yang bisa mewakili karakteristik negara tersebut, baru dilakukan
penghitungan terhadap seluruh responden yang ada di kawasan sampel survei itu. Proses penjaringan
data tentu akan disesuaikan dengan kebutuhan survei.

Berikut ini contoh survei yang biasa dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia :

1) Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (SUSENAS), dilakukan untuk menjaring data mengenai
keadaan sosial dan ekonomi penduduk Indonesia secara keseluruhan, dengan cara mengambil sampel
penelitian pada wilayah-wilayah yang bisa mewakili karakteristik rakyat Indonesia. Hasil yang
diperolehnya nanti akan mewakili rakyat Indonesia secara keseluruhan.

2) Survei Penduduk Antar-Sensus (SUPAS), dilakukan untuk mendapatkan angka jumlah


penduduk Indonesia secara keseluruhan dan biasanya dijadikan bahan rujukan dari representasi
jumlah penduduk Indonesia dalam setiap kurun waktu tertentu.

Berdasarkan tipenya, survei demografi dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis, yaitu sebagai
berikut:

a. Survei bertahap tunggal (single round surveys)

Survei ini adalah survei untuk menjaring data berbagai peristiwa demografi seperti kelahiran,
kematian, dan migrasi dengan cara mengajukan pertanyaan kepada responden mengenai berbagai
kejadian demografi yang dialami di masa lalu dalam periode tertentu.

b. Survei bertahap ganda (multiround surveys)

Survei ini dilakukan oleh petugas pencacah jiwa di lapangan dengan melakukan kunjungan kepada
responden tertentu berulang-ulang untuk mencatat berbagai peristiwa demografi yang terjadi, seperti
kelahiran, kematian, atau migrasi. Tentunya kunjungan itu dilakukan dalam kurun waktu tertentu,
apakah per tahun, per dua tahun, per tiga tahun, dan seterusnya.

c. Survei bertipe kombinasi

Survei ini dilakukan dengan cara menggabungkan cara survei tahap tunggal atau ganda dengan cara
registrasi. Seperti yang diketahui, registrasi adalah proses pencatatan peristiwa demografi yang
diambil dari beberapa peristiwa penting yang terjadi. Hasil dari registrasi ini kemudian digabungkan
dan sekaligus dilakukan kros cek dengan hasil kedua jenis tipe survei di atas, yaitu survei tunggal dan
ganda.

3. Registrasi Penduduk

Registrasi penduduk merupakan kumpulan berbagai keterangan dari kejadian penting yang dialami
oleh manusia, seperti data perkawinan, perceraian, perpindahan penduduk, dan kejadian-kejadian
penting lainnya yang tertulis. Semua catatan itu pada akhirnya dikumpulkan dan dipergunakan
sebagai sumber data resmi dalam penghitungan semua peristiwa demografi. Registrasi penduduk
didasarkan pada keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1977, ditujukan untuk membangun sistem
pencatatan yang berlaku menyeluruh dan seragam di wilayah Indonesia. Walaupun mungkin saja
terjadi bias pada data demografi yang terkumpul itu, karena bisa saja terjadi kesalahan penulisan data
oleh responden tertentu.

Cakupan data yang diperoleh pada registrasi penduduk sangat bergantung pada kesadaran masyarakat
untuk melaporkan kejadian vital yang terjadi dalam keluarga. Di negara-negara maju, pengumpulan
data melalui registrasi umumnya tidak menemui masalah danhambatan. Sebaliknya di negara-negara
berkembang seperti Indonesia, umumnya data yang dicakup masih kurang lengkap karena banyak
peristiwa yang tidak dilaporkan dan data kurang rinci sehingga kurang memadai untuk berbagai
analisis kependudukan.

2.4 Komposisi Penduduk

1. Piramida Penduduk

Struktur penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin dinamakan piramida penduduk. Piramida
penduduk pada umumnya disajikan dalam bentuk grafik batang yang meng gambarkan jumlah
penduduk laki-laki dan perempuan pada setiap kelompok usia tertentu. Rentang interval umur yang
umumnya digunakan adalah lima tahun (usia 0-4, 5-9, 10-14, 15-19, 20-24, 25-29, 30-34, 35-39, 40-
44, 45-49, 50-54, 55-59, 60-64, 65-69, 70-74, 75 tahun lebih).

Berdasarkan kecenderungan bentuknya, komposisi penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:

a. Komposisi penduduk muda (Ekspansif),

Dengan bentuk piramida penduduk menyerupai kerucut. Ciri-ciri komposisi penduduk ekspansif
antara lain sebagai berikut:
1) Jumlah penduduk usia muda (0–19 tahun) sangat besar, sedangkan usia tua sedikit.
2) Angka kelahiran jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka kematian.
3) Pertumbuhan penduduk relatif tinggi.
4) Sebagian besar terdapat di negara-negara berkembang, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand,
Republik Rakyat Cina, Mesir, dan India.

b. Komposisi penduduk dewasa (Stasioner),


Dengan bentuk piramida penduduk menyerupai batu nisan. Ciri-ciri komposisi penduduk stasioner
antara lain sebagai berikut:
1) Perbandingan jumlah penduduk pada kelompok usia muda dan dewasa relatif seimbang.
2) Tingkat kelahiran umumnya tidak begitu tinggi, demikian pula dengan angka kematian relatif
lebih rendah.
3) Pertumbuhan penduduk kecil.
4) Terdapat di beberapa negara maju antara lain Amerika Serikat, Belanda, dan Inggris.

c. Komposisi penduduk tua (Konstruktif),


Dengan bentuk piramida penduduk menyerupai guci terbalik. Ciri-ciri komposisi penduduk
konstruktif antara lain sebagai berikut:
1) Jumlah penduduk usia muda (0–19 tahun) dan usia tua (di atas usia 64 tahun) sangat kecil.
2) Jumlah penduduk yang tinggi terkonsentrasi pada ke lompok usia dewasa.
3) Angka kelahiran sangat rendah, demikian juga angka kematian.
4) Pertumbuhan penduduk sangat rendah mendekati nol, bahkan pertumbuhan penduduk sebagian
mencapai tingkat negatif.
5) Jumlah penduduk cenderung berkurang dari tahun ke tahun.
6) Negara yang berada pada fase ini, antara lain Swedia, Jerman, dan Belgia.

2. Rasio Jenis Kelamin (sex ratio)

Sex ratio menunjukkan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan. Adanya
perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan dapat digunakan untuk
memperkirakan atau memprediksi keadaan jumlah penduduk di masa datang. Kemungkinan
terjadinya ledakan penduduk akan lebih besar, kalau jumlah penduduk perempuan lebih banyak
dibandingkan jumlah penduduk laki-laki.

3. Angka Beban Ketergantungan (dependency ratio)

Menurut Prof. H.R. Bintarto rasio ketergantungan (dependency ratio) atau angka beban
ketergantungan adalah suatu angka yang menunjukkan besar beban tanggungan kelompok usia
produktif atas penduduk usia nonpoduktif. Usia produktif adalah usia penduduk antara 15 tahun
sampai 59 tahun. Disebut produktif karena pada usia ini diperkirakan orang ada pada rentang usia
masih bisa bekerja, baik di sektor swasta maupun sebagai Pegawai Negeri Sipil. Sedangkan usia tidak
produktif adalah usia penduduk yang ada di rentang 60 tahun keatas. Pertimbangannya, bahwa pada
usia ini penduduk dipandang sudah tidak produktif lagi bekerja atau tidak diperkenankan lagi bekerja,
baik di sektor swasta ataupun sebagai pegawai negeri.

Angka ketergantungan dapat memberikan informasi kepada kita berapa besar setiap orang yang sudah
bekerja menanggung beban orang yang belum atau tidak bekerja. Dengan melihat angka atau indeks
dari beban tanggungan ini, kita bisa melihat seberapa besar kemakmuran yang dimiliki oleh suatu
negara atau wilayah. Tinggi rendahnya angka ketergantungan dapat dibedakan menjadi tiga golongan,
yaitu:
- Rendah : < 30
- Sedang : 31 – 40
- Tinggi : > 41

2.5 Faktor-Faktor Demografi yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Penduduk


1. Angka Kelahiran ( Fertilitas )

Fertilitas dalam pengertian demografi adalah kemampuan seorang wanita secara riil untuk melahirkan
yang diwujudkan dalam jumlah bayi yang senyatanya dilahirkan. Tinggi rendahnya kelahiran erat
hubungannya dan tergantung pada struktur umur, banyaknya kelahiran, banyaknya perkawinan,
penggunaan alat kontrasepsi, aborsi, tingkat pendidikan, status pekerjaan, serta pembangunan.

Beberapa fertilitas yang sering digunakan adalah:

1) Angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate)


Angka kelahiran kasar adalah angka yang menunjukkan jumlah kelahiran pertahun di satu tempat per
seribu penduduk.
CBR dapat dihitung dengan rumus berikut ini :CBR = L /P x 1.000Kriteria angka kelahiran kasar
(CBR) dibedakan menjadi tiga macam.
a. Cbr <20, termasuk kriteria rendah
b. Cbr antara 20-30, termasuk kriteria sedang
c. Cbr >30, termasuk kriteria tinggi
2) Angka kelahiran khusus (Age Specific Birth Rate / ASBR)

Angka kelahiran khusus yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran bayi setiap 1.000
penduduk wanita pada kelompok umur tertentu. Asbr dapat dihitung dengan rumus berikut ini.

ASBR = Li / Pi x 1.000

Keterangan :
a. ASBR = angka kelahiran khusus
b. Li = jumlah kelahiran dari wanita pada kelompok umur.......................tertentu
c. Pi = jumlah penduduk wanita umur tertentu pada........................pertengahan tahun
a. 1.000 = konstanta

3) Angka kelahiran umum (General fertility Rate / GFR)

Angka kalahiran umum yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran setian 1.000 wanita yang
berusia 15-49 tahun dalam satu tahun. GFR dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini :

GFR = L / W(15-49) x 1.000

Keterangan :
a. GFR = angka kelahiran umum
b. L = jumlah kelahiran selama satu tahun
c. W(15-49) = jumlah penduduk wanita umur 15-49 tahun pada.......................pertengahan
tahun
a. 1.000 = konstanta besar kecilnya angka kelahiran///////////////////////(natalitas) dipengaruhi
oleh beberapa faktor

Berikut ini faktor pendorong dan faktor penghambat kelahiran:


a. Faktor pendorong kelahiran (pronatalitas)
1) Anggapan bahwa banyak anak banyak rezeki
2) Sifat alami manusia yang ingin malanjutkan keturunan
3) Pernikahan usia dini(usia muda)
4) Adanya anggapan bahwa anak laki-laki lebih tinggi nilainya, jika dibandingkan dengan anak
perempuan, sehingga bagi keluarga yang belum memiliki anak laki-laki akan berusaha untuk
mempunyai anak laki-laki
5) Adanya penilaian yang tinggi terhadap anak, sehingga bagi keluarga yang belum memiliki anak
akan berupaya bagaimana supaya mamiliki anak
b. Faktor penghambat kelahiran (antinatalitas)
1) Adanya program keluarga berencana (KB)
2) Kemajuan di bidang iptek dan obat-obatan
3) Adanya peraturan pemerintah tentang pembatasan tunjangan anak bagi PNS
4) Adanya UU perkawinan yang membatasi usia pernikahan
5) Penundaan usia pernikahan karena alasan ekonomi, pendidikan dan karier
6) Adanya perasaan malu bila memiliki banyak anak

2. Angka Kematian ( Mortalitas )

Angka kematian dibedakan menjadi tiga macam yaitu angka kematian kasar, angka kematian khusus,
dan angka kematian bayi.
1) Angka kematian kasar ( Crude Death Rate / CDR )

Angka kematian kasar yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kematian setiap 1.000 penduduk
dalam waktu satu tahun. CBR dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini.

CDR = M /P x 1.000

Keterangan :
a. CDR = angka kematian kasar
b. M = jumlah kematian selama satu tahun
c. P = jumlah penduduk pertengahan tahun
d. 1.000 = konstanta

Kriteria angka kematian kasar (CDR) dibedakan menjadi tiga macam:


a. CDR <10, termasuk kriteria rendah
b. CDR antara 10-20, termasuk kriteria sedang
c. CDR >20, termasuk kriteria tinggi

2) Angka kematian khusus ( Age Specific Death Rate / ASDR )

Angka kematian khusus yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kematian setiap 1.000 penduduk
pada golongan umur tertentu dalam waktu satu tahun. ASDR dapat dihitung dengan menggunakan
rumus berikut ini.

ASDR = Mi / Pi x 1.000

Keterangan :
a. ASDR = angka kematian khusus
b. Mi = jumlah kematian pada kelompok umur tertentu
c. Pi = jumlah penduduk pada kelompok tertentu
d. 1000 = konstanta

3) Angka kematian bayi ( Infant Mortality Rate / IMR )

Angka kematian bayi yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kematian bayi (anak yang umurnya
di bawah satu tahun ) setiap 1.000 kelahiranbayi hidup dalam satu tahun. IMR dapat dihitung dengan
menggunakan rumus berikut ini.

IMR = (Db / Pb ) x 1000


b. Db = jumlah kematian bayi sebelum umur satu tahun
c. Pb = jumlah kelahiran hidup dalam waktu yang sama
d. 1000 = konstanta

Kriteria angka kematian bayi dibedakan menjadi berikut ini:


a. IMR <35, termasuk kriteria rendah
b. IMR antara 35-75, termasuk kriteria sedang
c. IMS antara 75-125, termasuk kriteria tinggi
d. IMR >125, termasuk kriteria sangat tinggi

Tinggi rendahnya angka kematian penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor pendukung
dan faktor penghambat :
a. Faktor pendorong kematian ( promortalitas )
a) Adanya wabah penyakit seperti demam berdarah, flu burung dan sebagainya
b) Adanya bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir, dan sebagainya
c) Kesehatan serta pemenuhan gizi penduduk yang rendah
d) Adanya peperangan , kecelakaan, dan sebagainya
e) Tingkat pencermaran yang tinggi sehingga lingkungan tidak sehat.
b. Faktor penghambat kematian ( antimortalitas )
a) Tingkat kesehatan dan pemenuhan gizi masyarakat yang sudah baik
b) Negara dalam keadaan aman dan tidak terjadi peperangan
c) Adanya kemajuan iptek di bidang kedokteran sehingga berbagai mecam penyakit dapat diobati
d) Adanya pemahaman agama yang kuat oleh masyarakat sehingga tidak melakukan tindakan
bunuh diri atau membunuh orang lain, karena ajaran agama melarang hal tersebut

3. Migrasi

Migrasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi angka pertumbuhan penduduk. Migrasi
adalah perpindahan penduduk. Orang dikatakan teleh melakukan migrasi apabila orang tersebut telah
melewati batas administrasi wilayah lain.

Jenis-jenis migrasi:
a. Transmigrasi (perpindahan dari satu daerah(pulau) untuk menetap ke daerah lain di dalam
wilayah Republik Indonesia)
b. Urbanisasi (perpindahan penduduk dari desa ke kota besar )
c. Emigrasi (perpindahan penduduk dari dalam negeri kemudian menetap di luar negeri )
d. Imigrasi (perpindahan penduduk dari luar negeri kemudian menetap di dalam negeri )
e. Re-emigrasi ( kembali ke tempat asal )

Migran menurut dimensi waktu adalah orang yang berpindah ke tempat lain dengan tujuan
untuk menetap dalam waktu 6 bulan atau lebih. Terdapat beberapa kriteria migran diantaranya:
a) Migran seumur hidup ( life time migrant )
b) Migrant risen (recent migrant )
c) Migran total (total migrant )

2.6 Transisi Demografi

Transisi demografi adalah perubahan terhadap fertilitas dan mortalitas yang besar. Perubahan atau
transisi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Pada keadaan I

Tingkat kelahiran dan kematian tinggi antara 40 sampai 50. Keadaan masih alami tingkat kelahiran
tinggi/tidak terkendali dan tingkat ekonomi yang rendah, sehingga kesehatan dan gizi lingkungan
kurang mendukung. Akibatnya kelaparan dan kejadian penyakit tinggi sehingga tingkat kematian pun
tinggi (kondisi pra intervensi/pembangunan).

b. Pada keadaan II

Angka kematian turun lebih dahulu akibat peningkatan pembangunan dan teknologi, misalnya
dibidang kesehatan, lingkungan, perumahan dan lain-lain. Kondisi ekonomi makin membaik akibat
pembangunan dan pendapatan penduduk meningkat sehingga kesehatan semakin baik. Akibatnya
tingkat kelahiran tetap tinggi (makin sehat) tetapi angka kematian menurun (akibat kesehatan dan
lain-lain). Pada kondisi ini akan terasa tingginya laju pertumbuhan penduduk alami, seperti dialami
Indonesia pada periode tahun 1970 sampai 1980 dengan angka pertumbuhan 2,32 % per tahun.

c. Pada keadaan III

Terjadi perubahan akibat pembangunan dan juga upaya pengendalian penduduk, maka sikap terhadap
fertilitas berubah menjadi cenderung punya anak sedikit, maka turunnya tingkat kematian juga diikuti
turunnya tingkat kelahiran sehingga pertumbuhan penduduk menjadi tidak tinggi lagi. Keadaan
tersebut dapat dilihat pada pertumbuhan penduduk Indonesia periode 1980 sampai 1990 yang turun
menjadi 1,85 %.

d. Pada keadaan IV

Bila penurunan tingkat kelahiran dan kematian berlangsung terus menerus, maka akan mengakibatkan
pertumbuhan yang stabil pada tingkat yang rendah Indonesia sedang menuju/mengharap tercapainya
kondisi lain yaitu penduduk bertambah sangat rendah atau tanpa pertumbuhan. Demikianlah
gambaran transisi demografi yang dapat dipercepat dengan peningkatan pembangunan terutama
bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan KB.

Menurut Blacker (1947) ada 5 fase dalam teori transisi demografi, dimana khususnya fase 2 dan 3
adalah fase transisi.

Tahap-tahap dalam transisi demografi

1) Tahap stasioner tinggi


Tingkat kelahiran : tinggi
Tingkat kematian : tinggi
Pertumbuhan alami : nol/sangat rendah

Contoh : Eropa abad 14

2) Tahap awal perkembangan


Tingkat kelahiran : tinggi (ada budaya pro natalis)
Tingkat kematian : lambat menurun
Pertumbuhan alami : lambat

Contoh : India sebelim PD II


3) Tahap akhir perkembangan
Tingkat kelahiran : menurun
Tingkat kematian : menurun lebih cepat dari tingkat kelahiran
Pertumbuhan alami : cepat
Contoh : Australia, selandia baru tahun 1930-an

4) Tahap stasioner rendah


Tingkat kelahiran : rendah
Tingkat kematian : rendah
Pertumbuhan alami : nol/sangat rendah
Contoh : Perancis sebelum PD II
5) Tahap menurun
Tingkat kelahiran : rendah
Tingkat kematian : lebih tinggi dari tingkat kelahiran
Pertumbuhan alami : negatif
Contoh : Jerman timur dan barat tahun 1975

2.7 Masalah Kependudukan Di Indonesia


Permasalahan Kependudukan di Indonesia :
1. Masalah Penduduk yang Bersifat Kuantitatif
a. Jumlah Penduduk Besar

Penduduk dalam suatu negara menjadi faktor terpenting dalam pelaksanaan pembangunan karena
menjadi subjek dan objek pembangunan. Manfaat jumlah penduduk yang besar:
a) Penyediaan tenaga kerja dalam masalah sumber daya alam.
b) Mempertahankan keutuhan negara dari ancaman yang berasal dari bangsa lain.

Selain manfaat yang diperoleh, ternyata negara Indonesia yang berpenduduk besar, yaitu nomor 4 di
dunia menghadapi masalah yang cukup rumit yaitu:

1) Pemerintah harus dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan hidupnya. Dengan kemampuan


pemerintah yang masih terbatas masalah ini sulit diatasi sehingga berakibat seperti masih banyaknya
penduduk kekurangan gizi makanan, timbulnya pemukiman kumuh.

2) Penyediaan lapangan kerja, sarana dan prasarana kesehatan dan pendidikan serta fasilitas sosial
lainnya. Dengan kemampuan dana yang terbatas masalah ini cukup sulit diatasi, oleh karena itu
pemerintah menggalakkan peran serta sektor swasta untuk mengatasi masalah ini.
b. Pertumbuhan Penduduk Cepat

Secara nasional pertumbuhan penduduk Indonesia masih relatif cepat, walaupun ada kecenderungan
menurun. Antara tahun 1961 – 1971 pertumbuhan penduduk sebesar 2,1 % pertahun, tahun 1971 –
1980 sebesar 2,32% pertahun, tahun 1980 – 1990 sebesar 1,98% pertahun, dan periode 1990 – 2000
sebesar 1,6% pertahun dan periode 2000-2010 sebesar 1,49%.

c. Persebaran Penduduk Tidak Merata


Persebaran penduduk di Indonesia tidak merata baik persebaran antarpulau, provinsi, kabupaten
maupun antara perkotaan dan pedesaan. Pulau Jawa dan Madura yang luasnya hanya ±7% dari
seluruh wilayah daratan Indonesia, dihuni lebih kurang 60% penduduk Indonesia. Perkembangan
kepadatan penduduk di Pulau Jawa dan Madura tergolong tinggi, yaitu tahun 1980 sebesar 690 jiwa
tiap-tiap kilometer persegi, tahun 1990 menjadi 814 jiwa dan tahun 1998 menjadi 938 jiwa per kilo
meter persegi (km2).

Selain di Jawa ketimpangan persebaran penduduk terjadi di Irian Jaya dan Kalimantan. Luas wilayah
Irian Jaya 21,99% dari luas Indonesia, tetapi jumlah penduduknya hanya 0,92% dari seluruh
penduduk Indonesia. Pulau Kalimantan luasnya 28,11% dari luas Indonesia, tetapi jumlah
penduduknya hanya 5% dari jumlah penduduk Indonesia.

Akibat dari tidak meratanya penduduk, yaitu luas lahan pertanian di Jawa semakin sempit. Lahan bagi
petani sebagian dijadikan permukiman dan industri. Sebaliknya banyak lahan di luar Jawa belum
dimanfaatkan secara optimal karena kurangnya sumber daya manusia. Sebagian besar tanah di luar
Jawa dibiarkan begitu saja tanpa ada kegiatan pertanian. Keadaan demikian tentunya sangat tidak
menguntungkan dalam melaksanakan pembangunan wilayah dan bagi peningkatan pertahanan
keamanan negara.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam makalah ini dibahas tentang konsep kependudukan yang didalamnya terdapat beberapa
aliran atau teori tentang kependudukan, diantaranya Aliran Malthusian (Thomas Robert Malthus) dan
Aliran Neo Malthusian (Garreth Hardin Dan Paul Ehrlich). Kemudian ada dinamika kependudukan
yang menjelaskan tentang perubahan penduduk. Yang diperlukan dalam pengukuran dinamika
kependudukan adalah indikator dan parameter. Kemudian dibahas juga sumber data kependudukan
yang meliputi sensus penduduk, survey penduduk, dan registrasi penduduk. Selain itu ada komposisi
penduduk yang membahas tentang piramida penduduk, rasio jenis kelamin (sex ratio), angka beban
ketergantungan (dependency ratio).

Dilanjutkan dengan pembahasan faktor-faktor demografi yang mempengaruhi laju pertumbuhan


penduduk yang meliputi : angka kelahiran, angka kematian, dan migrasi. Selanjutnya tentang transisi
demografi yaitu perubahan terhadap fertilitas dan mortalitas yang besar. Dan yang terakhir membahas
masalah kependudukan yang meliputi : jumlah penduduk besar, pertumbuhan penduduk cepat,
persebaran penduduk tidak merata, tingkat kesehatan yang rendah, tingkat pendidikan yang rendah,
dan tingkat pendapatan yang rendah.

3.2 Saran

Kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2010. Hasil Sensus Penduduk Indonesia Tahun 2010. Jakarta: Badan Pusat
Statistik: Republik Indonesia

BKKBN. 2013. Profil Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia tahun 2013. Jakarta: BKKBN

Soegimo, Dibyo., dkk. 2009. Geografi untuk SMA/MA kelas XI. Jakarta: Pusbuk Depdiknas

Sumardi., dkk. 2009. Geografi 2 Lingkungan Fisik dan Sosial, Jakarta: Pusbuk Depdiknas

Yosepana, Sandra. Belajar Efektif Geografi untuk Kelas XI SMA. Jakarta: Pusbuk Depdiknas

Anda mungkin juga menyukai