DASAR
Oleh Khurnia Eva Nilasari
I. Pendahuluan
Menyimak tuntutan standar proses pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor
41 tahun 2007, guru diwajibkan membuat perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran yang bermutu
merupakan langkah awal terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Perencanaan pembelajaran
direalisasikan pada pengembangan silabus dan RPP. Pengembangan silabus dan RPP merupakan penjabaran
lebih lanjut dari Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang di dalamnya memuat indikator,
kegiatan pembelajaran, materi pembelajaran, dan penilaian. Keempat hal inilah yang nantinya dapat
mengantarkan peserta didik mencapai kemampuan minimal yang menggambarkan penguasaan pengetahuan,
Salah satu dari pengembangan silabus adalah merumuskan indikator. Merumuskan indikator harus merujuk
kepada Kompetensi Dasar sesuai dengan mata pelajaran tertentu. Hasil dari rumusan indikator akan dasar dalam
mengembangkan bahan ajar, mendisain kegiatan pembelajaran, dan dan merancang penilaian hasil
pembelajaran.
Kegiatan merumuskan indikator menjadi kewajiban bagi guru agar terlaksana proses pembelajaran yang efektif
dan efesien. Kewajiban ini tertulis juga pada Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian
bahwa salah satu kegiatan guru adalah mengembangkan indikator pencapaian KD dan memilih teknik penilaian
yang sesuai. Selanjutnya, dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Guru Mata
Pelajaran salah satu kompetensi yang diharapkan dari guru adalah mengembangkan indikator dan instrumen
penilaian.
Menyikapi tuntutan standar proses, standar penilaian, dan standar kompetensi, guru dituntut mampu merumuskan
indikator. Realitanya, guru memang telah melangkah merumuskan indikator pembelajaran yang terdapat dalam
perencanaan pembelajaran dalam bentuk silabus dan RPP. Seperti kita ketahui bahwa penyusunan dan
pembuatan perencanaan pembelajaran tersebut dibuat dan disusun secara bersama-sama melalui pertemuan
guru tingkat kabupaten/kota atau tingkat musyawarah guru mata pelajaran tingkat sekolah (MGMP atau KKG).
Mengingat pembuatannya secara bersama-sama, maka tentunya ada guru yang benar-benar berperan membuat
rumusan indikator dalam kegiatan bersama dan tentu ada juga yang asal datang ke pertemuan tersebut. Berperan
atau tidak berperannya guru dalam merumuskan indikator, pada akhirnya mereka tetap telah berhasil merumuskan
indikator pembelajaran.
Seperti yang diharapkan dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Guru Mata
Pelajaran bahwasannya guru dapat mengembangkan indikator sesuai dengan karakteristik peserta didik, potensi
daerah, dan potensi lingkungan maka seyogyanyalah guru mempunyai pemahaman dan kemampuan yang
Indikator adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian
kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran (Mulyasa, 2007:139). Dalam Panduan
Pengembangan Indikator (2010: 3) dan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 juga menyatakan bahwa indikator
pencapaian kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian
kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran.Indikator pencapaian kompetensi
dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap,
dan keterampilan.
Indikator merupakan salah satu komponen penting dalam kegiatan pembelajaran. Keberadaan indikator
akan menjadi acuan terhadap berhasil atau tidak berhasilnya pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan. Dengan itu, guru sangat diharapkan dapat memahami tentang indikator. Dapat dirumuskan bahwa
indikator merupakan kompetensi yang lebih spesifik. Apabila serangkaian indikator dalam satu Kompetensi Dasar
sudah dapat dicapai oleh siswa, berarti target Kompetensi Dasar tersebut sudah terpenuhi.
Ketika merumuskan indikator, terdapat ketentuan-ketentuan yang perlu diperhatikan, ketentuan tersebut adalah:
2. keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang dalam kata kerja yang digunakan dalam
SK dan KD.
4. rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu tingkat kompetensi dan materi pelajaran
5. Indikator harus mengakomodir karakteristik mata pelajaran sehingga menggunakan kata kerja operasional yang
sesuai.
6. rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator penilaian yang mencakup ranak kognitif,
Kemampuan guru dalam memahami ketentuan dalam merumuskan indikator pencapaian KD akan mengantarkan
guru dalam merumuskan indikator yang bena. Perumusan indikator yang benar akan menjadi tolah ukur dalam
Dalam mengembangkan indikator dari KD ada dua langkah yang dapat digunakan.
Langkah ini dilakukan dengan cara melihat tingkat kompetensi yang terdapat pada Kompetensi dasar.
Kriteria yang dapat dilakukan dengan menganalisis kata kerja operasional (KKO) yang digunakan oleh KD tersebut.
Apabila tingkat kompetensi pada KD sampai pada level C2 (penerapan) maka indikator yang dikembangkan harus
mencapai kompetensi C2. Hal ini untuk memenuhi tututan minimal dari kompetensi yang dijadikan acuan untuk
mencapai standar nasional. Namun, tidak tertutup kemungkinan bagi pendidik untuk mengembangkan indikator
melebihi kompetensi yang ada pada KD karena sesuai dengan penetapan SNP bahwa pendidik dan sekolah dapat
Ketika mengembangkan indikator dengan cara ini ada hal yang perlu diperhatikan yaitu pendidik harus
menghindari penggunakaan tingkat kompetensi yang tumpang tindih. Tingkat kompetensi yang digunakan harus
dilakukan secara hirarkis yaitu mulai dari tingkat kompetensi termudah hingga tersulit. Maka, jika tingkat
kompetensi tersebut harus dimulai dari C1, C2 hingga C6. Apabila tingkat kompetensi diawali dengan C2,
Safari (2008: 29-31) menyatakan bahwa indikator terbagi atas dua yaitu indikator sangat penting dan indikator
penunjang. Membedakan antara indicator penting dan penunjang ditentukan berdasarkan tingkat UKRK pada
indicator tersebut. Dengan itu, UKRK dapat dijadikan kiteria dalam memilih dan memilah ketepatan indicator yang
UKRK merupakan akronim dari Urgensi, Kontinuitas, Relevansi, Keterpakaian. Urgensi adalah tingkat
kepentingannya. Maka urgensi dimaknai bahwa indicator tersebut penting dikuasai oleh peserta didik. Kontinuitas
adalah berkelanjutan, yang juga bermakna bahwa indicator tersebut akan menjadi dasar bagi indicator selanjutnya
atau akan mempunyai hubungan dengan indicator pada tingkat lanjut. Relevansi bermakna bahwa indicator
tersebut mempunyai hubungan dengan mata pelajaran lain. Keterpakaian berimplikasi bahwa indicator tersebut
memiliki nilai yang aplikatif dalam kehidupan social dan bermasyarakat peserta didik.
Merujuk pada pendapat Safari, Wardhani (2008: 11-17) mengklasifikasikan indicator ke dalam tiga
tingkatan, yaitu indicator kunci, indicator pendukung, dan indicator pengayaan. Berikut ini dipaparkan ketiga
indicator tersebut.
Pertama, indikator kunci merupakan indicator yang sangat memenuhi criteria UKRK. Kompetensi yang
dituntut pada indicator kunci adalah kompetensi minimal yang terdapat pada KD. Hal ini bermakna bahwa indicator
kunci memiliki sasaran untuk mengukur ketercapaian standar minimal dari KD. Oleh karena itu, indicator kunci
harus dinyatakan secara tertulis dalam pengembangan RPP dan harus teraktualisasi dalam pelaksanaan proses
pembelajaran, sehingga kompetensi minimal yang harus dikuasai siswa tercapai berdasarkan tuntutan KD mata
pelajaran.
Kedua, Indikator pendukung merupakan indicator yang membantu peserta didik memahami indicator
kunci. Indikator pendukung ini dinamakan indicator prasyarat (Wardhani, 2008: 13) yang berarti kompetensi yang
sebelumnya telah dipelajarai siswa, berkaitan dengan indicator kunci yang dipelajari.
Ketiga, Indikator pengayaan sesuai dengan makna pengayaan, indicator pengayaan meruakan indicator
yang mempunyai tuntutan kompetensi yang melebihi dari tuntutan kompetensi dari standar minimal KD.
Pembuatan indicator pengayaan tidak selalu harus ada dalam setiap pengembangan indicator. Indikator
pengayaan akan dirumuskan oleh pendidik apabila potensi peserta didik memiliki kompetensi yang lebih tinggi dari
Yang harus diingat oleh pendidik dalam melakukan penilaian adalah indicator yang harus diujikan kepada
siswa adalah indicator kunci. Indikator kunci tidak boleh terabaikan oleh pendidikan dalam pelaksanaan penilaian,
karena ndikator inilah yang menjadi tolah ukur dalam mengukur ketercapaian kompetensi minimal siswa
berdasarkan KD. Di samping itu, pencapaian komptensi minimal ini merupakan pencapaian yang berstandar
nasional. Akan halnya dengan indicator pendukung dan indicator pengayaan di dalam melakukan penilaian
disesuaikan dengan tingkat kebutuhan pemahaman peserta didik terhadap indicator kunci yang telah diberikan.
III. Kesimpulan
Keberhasilan pendidik adalah apabila proses pembelajaran yang telah direncanakan terlaksana dengan baik.
Terlaksana dengan baik tentunya tidak bermakna bahwa peserta didik memperoleh nilai yang tinggi dan mencapai
KKM bahkan melebihi KKM yang ditetapkan. Namun, keberhasilan seorang guru adalah apabila peserta didik
mengalami perubahan prilaku dari tidak baik menjadi baik dan lebih baik, mendapatkan pengetahuan dari tidak
tahu menjadi tahu, dan beroleh kompetensi dari tidak mampu menjadi mampu. Perubahan inilah yang dimaknai
sebagai proses belajar yang berhasil. Keberhasilan proses belajar ini tidak terlepas dari kualitas pendidik
merumuskan dan mengembangkan indicator yang berkualitas berdasarkan KD yang pada akhirnya mewujudkan
perencaan pembelajaran yang sempurna, yang dimulai dari pemilihan bahan ajar, metode pembelajaran, sarana
Oleh karena itu, penting sekali guru meningkatkan pemahaman dalam memaknai KD sehingga dapat merumuskan
Merumuskan indikator pencapaian kompetensi (IPK) RPP Kurtilas pada ranah kognitif
merupakan proses yang sangat strategis dalam kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran.Dalam kegiatan penyusunan RPP Kurtilas, guru perlu perlu memahami konsep
dan cara menerapkan konsep tentang proses berpikir dan pengetahuan yang menjadi materi
pemikiran. Proses berpikir dan pengetahuan sebagai muatan pikiran dalam praktik sehari-hari
terintegrasi dan terpadu, Keterkaitan antara keduanya dapat dilihat pada gambar berikut.
Mengingat
Mengingat adalah memanggil kembali pengetahuan yang telah tersimpan dalam memori .
Mengingat menggunakan memori untuk menggugah kembali definisi , fakta , atau daftar ,
atau informasi yang dipelajari sebelumnya.
Contoh IPK
Memahami
Memahami artinya mengembangkan atau merumuskan makna melalui berbagai jenis fungsi baik
lisan maupun tulisan seperti menafsirkan , mencontohkan , mengklasifikasi, meringkas,
menyimpulkan , membandingkan , atau menjelaskan.
Contoh Indikator pencapaian kompetensi:
Menerapkan
Menerapkan prosedur tertentu yang merujuk pada materi pelajaran telah dipelajari sehingga
menghasilkan produk-produk tertentu pula, seperti, model, karya, materi presentasi, melakukan
wawancara, atau simulasi.
Model indikator pencapaian kompetensi
Menggunakan data sebagai sebagai dasar argumentasi…..
Menyajikan diagram hubungan data hasil pengamatan ……
Memperbaiki langkah-langkah kegiatan….
Menghimpun materi dalam presentasi….
Melakukan wawancara….
Mempresentasikan langkah kerja dalam mempraktikan….
Mensimulasikan cara kerja……
Menganalisis
Menganalisis adalah mengurai konsep, prosedur, komponen ke dalam beberapa bagian.
Menganalisis dapat berupa mengurai sesuatu untuk mengenali bagaimana bagian-bagiannya
berhubungan satu sama lain. Mengidentifikasi berhubungan antarkomponen dalam struktur
keseluruhan dalam mecapai tujuan.
Kegiatan menganalisis bisa juga merupakan proses mental dalam membedakan,
mengorganisir, menghubungkan , serta membedakan antara komponen dalam satu kesatuan
fakta. Kemampuan analisis diperlukan dalam survei, menyusun grafik, membaca grafik,
membuat atau membaca diagram, serta mempresentasikan diagram.
Contoh IPK
Mengevaluasi
Mengevaluasi merupakan proses menentukan nilai sesuatu berdasarkan kriteria atau standar.
Dengan menilai, mengukur, atau mengkritisi kita dapat mengetahui tingkat pencapaian yang
dapat dinyatakan dengan belum memenuhi, memenuhi, atau melebihi kriteria yang telah
ditentukan. Dengan bersandar pada data siswa dapat menentukan baik buruknya sesuatu.
Produk dari evaluasi dapat berupa nilai pencapaian, kritik, rekomendasi, atau laporan.
Dengan menguasai kegaitan evaluasi siswa dapat melakukan perubahan. Kegiatan
mengevaluasi menentukan ide untuk membuat baru sehingga karya sebelumnya menjadi dasar
untuk mencipatakan sesuatu yang baru dalam berkreasi.
Contoh IPK
Berkreasi
Berkreasi atau mencipta adalah proses menghubungkan antar elemen secara bersama-sama
untuk membentuk satu kesatuan utuh dan fungsional. Mereorganisasi unsur ke dalam pola baru
atau struktur yang berbeda. Mengembangkan cara atau strategi baru melalui pengembangan
perencanaan sehingga menghasilkan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Menempatkan
atau menggunakan bagian secara bersama-sama dengan cara yang baru, atau mensintesis
bagian menjadi sesuatu yang baru dan berbeda dalam mengembangkan produk . Proses ini
merupakan proses mental tertinggi dalam taksonomi.
Contoh indikator pencapaian kompetensi siswa dapat
Mengintegrasi data yang diperoleh dari hasil observasi untuk menyusun….
Merumuskan proposal……
Meninjau ulang pelalksanaan kegiatan…. Untuk melakukan perbaikan proses…..
Mendisain model….. yang baru berdasarkan contoh yang sudah ada.
Mengevaluasi produk tahun lalu untuk dasar pengembangan pelaksanaan inovasi