H14jam 1 PDF
H14jam 1 PDF
JESI AMELIA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis pendapatan petani
kelapa sawit di Kecamatan Pelepat ilir, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Jesi Amelia
NRP H34114067
ABSTRAK
JESI AMELIA. Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit di Kecamatan
Pelepat ilir, Kabupaten Bungo, Jambi Dibimbing oleh NETTI TINAPRILLA
Kata kunci : Pendapatan, struktur biaya, RC, imbalan kepada modal petani
ABSTRACT
JESI AMELIA. Analysis of farm income in the District palm of Pelepat ilir ,
Bungo , Jambi. Supervised by NETTI TINAPRILLA.
Oil palm plantation has profitable business prospect. Oil palm plantion
expantion is due to this reason. Oil palm plantation would creat new job
opportunities and generate benefits for the farmers themselves. Farm income is
affected by farm revenue wich is come farm the multiplication of price and
quantity of production quantity is affected by size of land owned. This reseach
using data that taken during September to Oktober 2013. The samples are panter
that have four hectares of area plantation and two hectares of area plantation. The
result is farmers with 2 ha area plantation have income, R/C and return to farm
equity capital more high than farmers with 4 ha of area plantation. As for cost to
of each hectare the farmers with 4 ha of area plantation have more cost than
farmers with 2 ha of area plantation. The conclution is, to increasing farmers
income, farmer have to decrease their area of planting from 4 hectares to 2
hectares.
Key words: Income, cost structure, R/C, return to farm equity capital
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT
DI KECAMATAN PELEPAT ILIR, KABUPATEN BUNGO
PROVINSI JAMBI
JESI AMELIA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit di Kecamatan Pelepat
Ilir Kabupaten Bungo Provinsi Jambi
Nama : Jesi Amelia
NRP : H34114067
Disetujui oleh
Dr Ir Netti Tinaprilla, MM
Pembimbing
Diketahui Oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 ini ialah
pendapatan, dengan judul Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit di
Kecamatan Pelepat Ilir, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Netti Tinaprilla, MM sebagai
dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing,
mengarahkan, dan mendukung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,
Ir. Narni Farmayanti, MSc sebagai dosen evaluator kolokium dan Dr Ir Dwi
Rachmina, Msi dan Dr Ir Burhanudin, MM sebagai dosen penguji. Penghargaan
tak lupa penulis sampaikan kepada Ibu/Bapak dosen yang telah memberikan ilmu
dan pengetahuan kepada penulis, PT. Sari Aditya Loka yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian, penghargaan secara
tertulis juga penulis sampaikan kepada KUD Karya Mukti dan KUD Citra
Makarti yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala do’a dan
kasih sayangnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat
Jesi Amelia
NRP H34114067
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 4
Manfaat Penelitian 4
Ruang Lingkup Penelitian 4
TINJAUAN PUSTAKA 5
Struktur Biaya 5
Analisis Pendapatan 6
Efisiensi atas Biaya yang dikeluarkan 8
KERANGKA PEMIKIRAN 9
Kerangka Pemikiran Teoritis 9
Fungsi Perusahaan Inti 14
Struktur Biaya Usahatani 16
Pendapatan Usahatani 16
Rasio Penerimaan dan Biaya 17
Ukuran Penampilan Usahatani Lainnya 17
Kerangka Pemikiran Operasional 18
METODE PENELITIAN 19
Lokasi dan Waktu Penelitian 19
Metode Pengambilan Sampel 20
Jenis dan Sumber Data 20
Metode Pengumpulan Data 21
Metode Pengolahan dan Analisis Data 21
HASIL DAN PEMBAHASAN 24
Karateristik Petani Responden 24
Keragaan Usahatani Kelapa Sawit 26
Analisis Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit 29
Penerimaan Usahatani Kelapa Sawit 30
Biaya Usahatani kelapa sawit 30
Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit 31
Rasio Penerimaan dan Biaya 32
Imbalan Kepada Modal Petani (return to farm equity capital) 32
SIMPULAN DAN SARAN 33
Simpulan 33
Saran 34
DAFTAR PUSTAKA 34
LAMPIRAN 35
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
1
ANT.2013.Minyak sawit indonesia dominasi pasar dunia [Internet].[diunduh 2014
Feb 16]. Tersedia pada :
http://www.google.com/m?hl=en&q=ekspor+minyaksawitindonesia.
2
Direktorat Jenderal Perkebunan.2013.[Internet].[diunduh2014 Februari 16]
3
2012. Perkebunan sawit jambi sumbang 12 pdrb. [Internet].[diunduh.2014 Maret
10]. Tersedia pada: http://www.bumn.go.id/ptpn5/publikasi/berita/perkebunan-
sawit-jambi-sumbang-12-pdrb
2
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa hanya kecamatan pelepat ilir yang
mengalami kenaikan produksi sebesar 30.75 persen, kenaikan ini diikuti oleh
meningkatnya luas tanam perkebunan kelapa sawit di kecamatan Pelepat ilir
menjadi 1. 03 persen. Kecamatan lainnya yaitu Jujuhan, Limbur lubuk mengkuang,
dan Pelepat yang mengalami penurunan masing-masing sebesar 74.81 persen, 48.55
persen, dan 30.47 persen yang juga diikuti dengan penurunan luas tanam kelepa
sawit sebesar 94.46 persen untuk Jujuhan, Limbur lubuk mengkuang 90.91 persen
dan pelepat sebesar 92.98 persen.
Tabel 2 Luas areal tanaman kelapa sawit di kabupaten Bungo tahun 2007-2008
(hektar)
Tahun Pertumbuhan
Kecamatan
2009 2010 2011 (%)
Pelepat 18 081 1 270 1 270 -92.98
Pelepat Ilir 2 631 2 658 2 658 1.03
Limbur lubuk mengkuang 10 657 969 969 -90.91
Jujuhan 9 733 539 539 -94.46
Sumber : BPS Bungo (2012)
Dilihat dari hasil produksi pada tiap kecamatan, dapat disimpulkan bahwa
kecamatan Pelepat ilir lebih baik dari kecamatan lainnya karena pertumbuhan
produksi mengalami kenaikan dan diikuti kenaikan luas lahan, walaupun luas lahan
tidak naik terlalu besar hanya 1.03 persen akan tetapi kenaikan pertumbuhan
produksi mencapai 30.75 persen. Kecamatan Pelepat ilir merupakan daerah
transmigrasi dan terdapat pabrik pengolahan kelapa sawit yaitu PT. Sari Aditya
Loka yang merupakan anak dari perusahaan PT. Astra Agro Lestari. Untuk
mengembangkan usaha perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Pelepat Ilir maka
pemerintah daerah Kabupaten Bungo memberikan kredit lahan kepada petani dan
lahan yang diberikan oleh Pemerintah tersebut di kelola langsung oleh PT. Sari
Aditya Loka. Setelah tanaman kelapa sawit menghasilkan (TM), PT. Sari Aditya
Loka menyerahkan lahan tersebut kepada petani. Kemudian petani membayar kredit
lahan dan biaya yang telah dikeluarkan selama pembukaan lahan dan penanaman
kepada KUD Karya Mukti. Pola seperti ini disebut dengan pola KKPA (Kredit
Kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya).
Pola KKPA di Kecamatan Pelepat Ilir di mulai pada Tahun 1998, dan pada
saat sekarang ini umur tanaman kelapa sawit berumur 15 tahun dan produksi TBS
sedang mengalami hasil yang maksimal. Harga yang diterima petani sebesar Rp 1
274 per kg. Petani yang mengikuti KKPA memiliki luas lahan yang berbeda-beda.
Perbedaan luas lahan ini, dikarenakan adanya petani yang telah lunas kredit lahan
3
menjual lahan kepada petani lain. Luasan lahan dapat mempengaruhi besarnya
penerimaan petani dan biaya yang dikeluarkan. Tingkat efisiensi biaya yang
dikeluarkan disetiap petani dengan luas lahan yang berbeda akan memiliki efisinesi
biaya yang berbeda. Dengan luas lahan yang berbeda, dan semakin tingginya biaya
input produksi menjadikan penelitian pendapatan usahatani kelapa sawit penting
untuk dilakukan di Kecamatan Pelepat ilir. Untuk mengetahui apakah tanaman
kelapa sawit dikecamatan pelepat ilir menguntungkan secara finansial.
Perumusan Masalah
Kecamatan Pelepat Ilir merupakan wilayah yang memiliki prospek yang baik
dalam melakukan usaha perkebunan kelapa sawit, didukung oleh program
pemerintah dengan kegiatan transmigrasi pada tahun 1989 dan adanya pola KKPA
pada tahun 1998. Dukungan juga diberikan pemerintah yaitu dengan adanya KUD.
Pendapatan petani kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh besarnya produksi TBS dan
harga TBS. Besarnya produksi TBS dipengaruhi perawatan yang meliputi
pemupukan, pemberian pestisida, meruning dan pemanenan. Sedangkan untuk
harga telah ditetapkan oleh PT. Sari Aditya Loka, semakin tinggi harga yang
ditetapkan perusahaan maka semakin tinggi pendapatan petani.
Di setiap unit desa memiliki KUD, jumlah KUD di kecamatan Pelepat Ilir
sebanyak 13 KUD atau dinamakan juga disebut afdeling. Afdeling adalah sebutan
untuk wilayah tanam kelapa sawit dalam setiap desa. Setiap afdeling memiliki luas
lahan yang berbeda. Untuk luas lahan di setiap afdeling dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Luas lahan kelapa sawit petani KKPA di Kecamatan Pelepat Ilir tahun
2013
Afdeling Luas (hektar) Jumlah kavling
AA 148.62 74
BB 114.91 52
CC 980.00 491
DD 967.07 473
EE 569.53 271
FF 743.06 260
GG 794.16 392
HH 938.00 469
NN 676.69 342
PP 986.72 496
QQ 778.00 389
RR 638.00 318
SS 429.00 240
Jumlah 8 764 4 382
Sumber : PT. Sari Aditya Loka (2013)
Usahatani kelapa sawit di Kecamatan Pelepat Ilir memiliki luasan lahan yang
berbeda- beda, sehingga pendapatan usahatani dapat dibedakan menjadi pendapatan
usahatani luas lahan 4 hektar dan luas lahan 2 hektar. Pengelompokan usahatani
berdasarkan luas lahan dilakukan karena petani KKPA mendapatkan kredit lahan
dari pemerintah seluas 2 hektar dan petani yang memiliki luas lahan 2 hektar
membeli lahan kembali seluas 2 hektar milik petani KKPA yang lain dengan
4
ketentuan petani KKPA yang menjual lahannya telah melunasi kredit lahan. Harga
input yang semakin mahal menyebabkan petani lebih banyak melakukan
pengeluaran secara tunai sedangkan petani tidak dapat menetapkan harga jual TBS
sehingga petani hanya menerima harga jual TBS yang sudah ditetapkan oleh PT.
Sari Aditya Loka. Hal ini menjadi menarik untuk dikaji dan ditelusuri lebih dalam
mengenai pendapatan usahatani kelapa sawit di Kecamatan Pelepat Ilir.
Maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana struktur biaya usahatani kelapa sawit luas lahan 4 hektar dan 2
hektar?
2. Berapa pendapatan usahatani kelapa sawit luas lahan 4 hektar dan 2
hektar?
3. Bagaimana efisiensi dan imbalan modal petani kelapa sawit luas lahan 4
hektar dan 2 hektar?
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Struktur Biaya
Perdana (2008) biaya total yang dikeluarkan oleh petani peserta KKPA adalah
sebesar Rp 11 175 951 Besarnya biaya total yang harus dikeluarkan oleh petani
peserta KKPA karena terkait dengan 2 komponen biaya yang membentuk biaya
total, yaitu biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang
harus dikeluarkan oleh petani secara tunai dalam bentuk uang. Apabila
dibandingkan dari sisi pengeluarannya antara biaya tunai dan biaya diperhitungkan
maka diketahui ternyata proporsi penggunaan biaya tunai lebih besar dari biaya
diperhitungkan ini terlihat pada persentase penggunaan biaya tunai adalah 75.51
persen dari biaya total, sedangkan penggunaan biaya diperhitungkan adalah sebesar
24.49 persen dari biaya total. Adapun penyebab besarnya persentase penggunaan
biaya tunai tersebut terkait dengan komponen penggunaan pupuk kimia dan
angsuran bunga. Besarnya biaya tunai yang harus dikeluarkan oleh petani peserta
KKPA karena terkait dengan pengunaan biaya pembelian pupuk kimia Rp 3 174
450 (28.40 persen) dan angsuran bunga kredit Rp 2 560 836 (22.91 persen) yang
harus dibayar petani kepada koperasi. Selain itu yang menyebabkan besarnya biaya
untuk angsuran bunga ini adalah karena terkait dengan jumlah pinjaman petani
kelapa sawit dari pembukaan areal perkebunan sampai berproduksi. Besar dan kecil
angsuran petani peserta KKPA tergantung umur tanaman kelapa sawit yang
dibudidayakan. Pada usahatani kelapa sawit ini biaya panen yang harus dikeluarkan
oleh petani peserta KKPA, yaitu Rp 1 575 000. Apabila dilihat dari proporsi
penggunaan biayanya ternyata mencapai 14.10 persen dari biaya diperhitungkan.
Besarnya biaya panen, dikarenakan kebijakan dari perusahaan inti yang selalu
berubah setiap saat, yaitu dengan rata-rata Rp 15 000/ton. Persentase penggunaan
biaya untuk komponen ongkos angkut adalah (7.04 persen), sedangkan untuk biaya
penyusutan peralatan sama dengan Rp. 373 725 atau sebesar 3.34 persen. Besarnya
biaya penyusutan peralatan dikarenakan petani peserta KKPA lebih banyak
mempergunakan peralatan untuk bertani. Adapun alat tersebut adalah penyemprot,
dodos, egrek, angkung, parang dan sebagainya. Penggunaan biaya tunai yang harus
dikeluarkan oleh petani peserta KKPA adalah Rp 8 439 726, besarnya biaya tunai
tersebut untuk penggunaan pupuk kimia yang harus dibayar. Untuk persentase biaya
pupuk kimia adalah sama dengan 28.40 persen atau Rp 3 174 450, besarnya
penggunaan pupuk kimia dikarenakan banyaknya penggunaan pupuk waktu masa
pemeliharaan dan untuk menjaga unsur hara tanah agar tanaman kelapa sawit dapat
berproduksi dengan baik. Adapun jenis pupuk kimia tersebut adalah TSP, Urea,
MOP, dan Kiesiret. Selain itu, besarnya biaya tunai untuk tenaga kerja luar keluarga
adalah karena petani peserta KKPA tidak pernah mengerjakan usahatani kelapa
sawit tersebut secara langsung. Pengaturan tenaga kerja, diatur oleh pihak
perusahaan inti yang memperkerjakan tenaga kerja terampil dalam usahatani kelapa
sawit, baik tenaga kerja masyarakat lokal maupun didatangkan dari pulau jawa.
Sedangkan besarnya biaya peralatan usahatani kelapa sawit dikarenakan harga
pembelian alat-alat tersebut terlalu mahal dan lebih banyak alat yang digunakan.
Biaya total yang dikeluarkan oleh petani non peserta KKPA adalah sebesar
Rp 12 136 080. Besarnya biaya total yang harus dikeluarkan oleh petani non peserta
KKPA karena terkait dengan 2 komponen biaya yang membentuk biaya total, yaitu
6
Analisis Pendapatan
oleh Oktarina, Hakim, dan Junaidi (2010) dengan judul Tingkat keberdayaan petani
dan tingkat pendapatan usahatani kelapa sawit petani plasma PIR trans di
Kabupaten Bayuasin Palembang. Petani contoh adalah semua petani yang
berusahatani kelapa sawit sejak tahun 2002 dengan luas lahan 1,3 hektar. Petani
contoh ini merupakan petani plasma kelapa sawit dari PT CLS (Citra Lestari Sawit).
Pendapatan yang diterima oleh petani plasma sebesar 13419403.57 per tahun.
untuk skala besar R/C rasio atas penggunaan biaya sebesar 1.20, hal tersebut
menjelaskan bahwa setiap satu rupiah biaya input yang dikeluarkan petani maka
akan menerima 1.20 rupiah.
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah pada alat
analisis yaitu menganalisis pendapatan, analisis pendapatan dibagi menjadi dua
berdasarkan luas lahan yaitu luas lahan 4 hektar dan 2 hektar. melihat efisiensi dari
R/C rasio. Sedangkan perbedaannya adalah komoditas yang diteliti, tempat
penelitian dan waktu penelitian. Pada penelitian analisis pendapatan usahatani
kelapa sawit ini peneliti mengunakan ukuran kinerja petani dilihat dari imbalan
kepada modal petani. Dari persamaan dan perbedaan tersebut manfaat yang dapat
diambil oleh peneliti adalah alat analisis yang digunakan apakah hasil yang
diperoleh akan sama dengan penelitian yang terdahulu walaupun dengan komoditas
yang berbeda.
KERANGKA PEMIKIRAN
Konsep Usahatani
4
ilmu.Com.2012.usahatani kangkung. [ internet] ].[diunduh 2014 Juni 16]. Tersedia pada
:(http://fhancu.blogspot.com/2012/08/usahatani-kangkung.html)
10
Pengertian KKPA
1. KKPA singkatan dari Kredit Kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya,
merupakan suatu bentuk skim kredit dengan syarat lunak yang diberikan
oleh pemerintah melalui PT. (Persero) Permodalan Nasional Madani (PT.
PNM) kepada koperasi primer yang selanjutnya disalurkan kepada
anggotanya.
2. Penyaluran KKPA kepada anggota koperasi dilakukan melalui bank
pelaksana yang ditunjuk oleh PT.PNM, dengan persyaratan tertentu yang
ditetapkan oleh PT.PNM.
3. KKPA dapat diberikan untuk berbagai usaha anggota koperasi yang
bersifat produktif, antara lain usaha perkebunan, peternakan, pertanian
dan perdagangan. KKPA dapat digunakan untuk investasi, modal kerja
atau investasi dan modal kerja yang terkait langsung dengan investasinya.
Fungsi Koperasi
Fungsi Koperasi dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit dapat dilihat
dari tahapan pengembangan kebun, yaitu : 1. Masa Persiapan, 2. Masa Konstruksi
Kebun, 3. Masa Penyerahan Kebun Sampai kredit lunas dan 4. masa pasca kredit
lunas.
1. Masa persiapan
13
Petani sebagai pelaksana mengharap produksi yang lebih besar lagi agar
memperoleh pendapatan yang besar pula. Untuk itu, petani menggunakan tenaga,
modal dan sarana produksinya sebagai umpan untuk mendapatkan produksi yang
diharapkan. Suatu usahatani dikatakan berhasil apabila usahatani tersebut
memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat-alat yang digunakan, upah
tenaga luar serta sarana produksi yang lain termasuk kewajiban kepada pihak ketiga
dan dapat menjaga kelestarian usahanya.
Menurut Soekartawi (1986) penggolongan biaya dalam usahatani
dikelompokkan menjadi biaya tunai dan biaya non tunai. Biaya tunai usahatani
adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa untuk
usahatani. Biaya non tunai adalah biaya yang diperhitungkan seperti tenaga kerja
dalam keluarga dan lahan milik sendiri. Penggolongan biaya produksi dilakukan
berdasarkan sifatnya. Biaya tetap (fixed cost ) dan biaya tidak tetap (variabel cost)
biaya yang berubah apabila luas lahannya berubah, biaya ini ada apabila ada sesuatu
barang yang diproduksi.
Pendapatan Usahatani
5
Sinaga. 2011. Pembangunan Kebun Kelapa Sawit Pola KKPA. [ internet] ].[diunduh
2014 Juni 16]. Tersedia pada: (http://e7 naga.blogspot.com/2011/01/pengembangan-
kebun-kelapa-sawit-pola.html)
17
Analisis return cost ratio atau R/C adalah perbandingan antara penerimaan
dan biaya. Return cost ratio digunakan untuk mengukur efisiensi usahatani terhadap
setiap penggunaan satu unit input. Kriteria efisien dalam analisis R/C ini adalah:
a. Jika R/C > 1, maka usahatani mengalami keuntungan karena penerimaan
lebih besar dari biayta yang dikeluarkan
b. Jika R/C <1, maka usahatani mengalami kerugian karena penerimaan lebih
kecil dari pada biaya.
Jika R/C=1, maka usahatani mengalami impas karena penerimaan sama
dengan biaya.
keperluan ini kerja keluarga dinilai menurut tingkat upah yang berlaku. Hasilnya
biasanya dinyatakan dalam persen terhadap nilai seluruh modal.
2. Imbalan kepada modal petani (return to farm equity capital)
Diperoleh dengan mengurangkan nilai kerja keluarga dari penghasilan bersih
usahatani. Ukuran ini umumnya dinyatakan dalam persen terhadap nilai modal
petani.
3. Imbalan kepada tenaga kerja keluarga (return to family labour)
Dapat dihitung dari penghasilan bersih usahatani dengan mengurangkan bunga
modal petani yang diperhitungkan. Ukuran imbalan ini dapat dibagi
denganjumlah anggota keluarga yang bekerja dalam usahatani untuk
memperoleh taksiran imbalan lepada tiap orang (return per man). Angka ini
dapat dibandingkan dengan imbalan atau upah kerja di luar usahatani.
Petani kelapa sawit di Kecamatan Pelepat Ilir memiliki dua pola dalam
melakukan usaha perkebunan kelapa sawit. Pola pertama yaitu pola PIR trans, pola
ini merupakan petani yang merupakan masyarakat transmigrasi dari pulau Jawa ke
Sumatera, khususnya Pelepat ilir merupakan masyarakat transmigrasi. Pada tahun
1990, Pelepat Ilir mulai melakukan pmbukaan perkebunan dengan pembinaan dari
PT. Sari Aditya Loka. Pola kedua yaitu pola KKPA yaitu program yang dikelola
langsung oleh KUD Karya mukti yang membawahi KUD di setiap desa. Petani
KKPA ini mulai melakukan penanaman pada tahun 1998. Pada penelitian ini,
pendapatan petani sawit dilihat dari petani KKPA, adanya bantuan kredit lahan dari
koperasi tidak membuat petani memiliki lahan yang seragam. Sehingga petani dapat
dibedakan menjadi petani luas lahan 4 hektar dan 2 hektar .
Luas lahan akan menentukan pendapatan petani, pendapatan tersebut
dipengaruhi dengan penerimaan dan biaya usahatani. Semakin besar luas lahan akan
memberikan pendapatan yang besar dan dapat dilihat tingkat efisiensi penggunaan
atas biaya yang dikeluarkan. Semakin mampu petani dalam mengoptimalkan input
produksi akan mengurangkan biaya produksi input per kg TBS. Begitu pula
sebaliknya jika luas lahan petani kecil, maka pendapatan juga akan kecil jika
dibandingkan dengan luas lahan besar. Petani skala kecil harus mampu
menggunakan input produksi secara optimal. Kemampuan menggunakan input
produksi akan berimplikasi pada biaya yang dikeluarkan. Efisiensi penggunaan atas
biaya usahatani harus dilihat agar dapat mengetahui berapa rasio penerimaan dan
biaya yang mereka keluarkan. Kerangka pemikiran Operasional dapat dilihat pada
Gambar 1.
19
Biaya Biaya
variabel tetap
Harga Input
input
- R/C
- Imbalan modal kepada petani
Rekomendasi petani
Keterangan :
: Menyatakan hubungan pengaruh
Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional
METODE PENELITIAN
program KKPA dengan umur tanam 15 tahun. Penelitian ini berlangsung pada
bulan September 2013 sampai Oktober 2013.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di
lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang
memerlukannya (Nazir 2011). Data primer diperoleh melalui wawancara dan
pengisian kuisioner kepada petani. Data primer mencakup data cirri luas lahan,
tenaga kerja, biaya-biaya yang dikeluarkan dalam produksi, penerimaan usahatani,
karateristik responden. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
oleh orang lain yang melakukan penelitian dengantujuan yang berbeda dengan
peneliti atau dari sumber-sumber yang telah ada (Nazir 2011). Data sekunder
didapatkan dari PT. Sari Aditya Loka, KUD Induk dan KUD Citra Makarti,
literatur-literatur, buku teks dan instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik
Bungo, perpustakaan LSI IPB, perpustakaan Program Sarjana Agribisnis
penyelenggara Khusus FEM IPB, bahan pustaka lain yang relevan, serta dari
berbagai situs yang mendukung dapat dilihat pada Tabel 4.
Data primer dan data sekunder yang sudah diperoleh kemudian dianalisis
secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif dilakukan untuk
mendapatkan gambaran umum tentang usahatani kelapa kelapa sawit KKPA,
kegiatan produksi TBS, dilokasi penelitian dan beberapa hal lain yang terkait
diuraikan secara deskriptif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan analisis
pendapatan, R/C dan ukuran kinerja lainnya usahatani dengan menghitung imbalan
kepada modal petani dihitung berdasarkan petani dengan luas lahan 4 hektar dan 2
hektar dengan menggunakan alat bantu Mc. Excell 2007.
Pendapatan Usahatani
Menghitung pendapatan usahatani kelapa sawit tanpa memperhitungkan nilai
uang menurut waktu tetapi menggunakan nilai uang yang berlaku. Sehingga dapat
dihitung jumlah pengeluaran dan penerimaan dalam suatu periode produksi.
Penerimaan petani berasal dari hasil Panen TBS yang dilakukan petani dua kali
dalam satu bulan. Biaya usahatani terdapat biaya tunai dan tidak tunai. Biaya tunai
terdiri dari pupuk, obat-obatan, upah tenaga kerja luar keluarga dan potongan-
potongam ( mobil, muat/jasa timbang, retribusi asuransi, SPSI, Jasa kel, uang jalan,
rawat jalan, dan uang pangkas). Biaya tidak tunai terdiri dari penyusutan peralatan,
penyusutan tanaman kelapa sawit dan lahan diperhitungkan. Perhitungan
pendapatan usahatani kelapa sawit petani luas lahan 4 hektar dan petani luas lahan 2
hektar dapat dilihat pada Tabel 5.
22
Tabel 5 Perhitungan pendapatan usahatani kelapa sawit petani luas lahan 4 hektar
dan 2 hektar dalam setahun
Uraian 4 hektar 2 hektar
Arus Penerimaan
Produksi TBS = A kg
Harga per kg TBS = B kg
Total Penerimaan (Ax B)= Rp C
Arus Pengeluaran
Biaya Tunai :
1. Biaya tetap
- Pajak Lahan = Rp D
- Lahan dan tanaman kelapa sawit = Rp E
2. Biaya variabel
- Pupuk = Rp F
- Saprotan = Rp G
- Tenaga kerja luar keluarga = Rp H
- Perawatan lahan dan tanaman = Rp I
Total biaya tunai (D+ E + F + G+H+I) = Rp J
Biaya non tunai :
- Penyusutan alat = Rp K
Total biaya non tunai = Rp K
Total seluruh pengeluaran (J+K) = Rp L
Pendapatan (C – L) = Rp M
R/C rasio (C/L) = N
Tabel 6 Ukuran keuntungan usahatani kelapa sawit petani KKPA luas lahan 4
hektar dan 2 hektar dalam setahun
Keterangan
A Penerimaan usahatani penjualan TBS Harga x produksi TBS
(kg)
B Biaya tetap a. Pajak lahan
b. Penyusutan alat
C Biaya variabel a. Pupuk
b. Pestisida
c. Tenaga kerja
luar keluarga
(TKLK)
d. Perawatan
lahan dan
tanaman
D Total pengeluaran (total farm expenses) B+C
E Pendapatan bersih usahatani (net farm income) A-D
F R/C atas biaya total A/D
G Pinjaman tunai yang diterima usahatani a. Pinjaman dari
koperasi
b. Pinjaman dari bank
H Nilai modal pinjaman Hx% bunga
I Penghasilan bersih usahatani (net farm earning) E-H
J Imbalan kepada seluruh modal (return to E/(H+modal sendiri)
capital)
K Imbalan kepada modal petani (return to farm E/modal sendiri
equity capital)
L imbalan terhadap tenaga kerja keluarga (return J/jumlah TK keluarga
to family labour)
Usia Petani
Dari data yang diperoleh secara umum usahatani kelapa sawit pada anggota
KUD Citra Makarti di usahakan oleh petani dengan rata-rata usia 50 tahun dengan
kisaran usia 45 sampai 55 tahun. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan jumlah
petani responden kelapa sawit luas lahan 4 hektar yang berusia kurang dari 45 tahun
1 orang atau 6.25 persen, sedangkan petani yang berusia diantara 45 sampai 50
sebanyak 8 orang atau sebanyak 50 persen dan petani yang berusia diatas 50 tahun
sebanyak 7 orang atau sebanyak 43.75 persen. Sebaran jumlah dan persentase petani
luas lahan 4 hektar dan 2 hektar berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Sebaran jumlah dan persentase responden berdasarkan usia pada petani
luas lahan 4 hektar dan 2 hektar di KUD Citra Makarti Tahun 2013
4 hektar 2 hektar
Usia
Jumlah responden Persentase Jumlah responden Persentase
(tahun)
(orang) (%) (orang) (%)
>45 1 6.25 0
45-50 8 50 7 50.00
>50 7 43.75 7 50.00
Jumlah 16 100.00 14 100.00
Pada petani responden kelapa sawit luas lahan 2 hektar yang berusia kurang
dari 45 tahun tidak ada, sedangkan petani yang berusia diantara 45 sampai 50
sebanyak 7 orang atau sebanyak 50 persen dan petani yang berusia diatas 50 tahun
sebanyak 7 orang atau sebanyak 50 persen. Umur dapat mempengaruhi pada
produktivitas usahatani kelapa sawit, karena umur merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi kinerja seseorang dalam bekerja. Usia petani juga akan
mempengaruhi lamanya pengalaman petani dalam menjalankan usahatani kelapa
sawit. Seluruh petani berjenis kelamin laki-laki.
4 hektar 2 hektar
Tingkat Jumlah Jumlah
Persentase Persentase
pendidikan responden responden
(%) (%)
(orang) (orang)
SMA 8 50.00 8 57.14
SMP 7 43.75 3 21.43
Perguruan tinggi 1 6.25 3 21.43
Jumlah 16 100.00 14 100.00
Tabel 9 Kisaran dosis dan jumlah aplikasi pupuk kelapa sawit TM pada umur 6
tahun-umur > 15 tahun(kg/pokok/tahun)
Umur tanam kelapa sawit
Unsur Jenis
6-15 tahun >15 tahun
hara pupuk
Juml.apl. Min. Maks. Juml.apl Min. Maks.
N Urea 2 1.00 3.00 2 1.50 2.50
ZA - - - - - -
RP 1 1.25 3.50 1 1.25 3.00
P TSP 1 1.00 3.00 1 1.00 2.00
K MOP 1-2 1.50 3.50 1 1.50 2.25
Kieserite 1 1.00 2.00 1 0.50 3.00
mg Abu
1 2.00 4.00 1 2.00 3.00
janjang
B HGFB - - - - - -
Total 5-6 4.50 12.00 5 4.75 10.75
Sumber: Payung (2008)
Tabel 10 Rata-rata hasil output dan input yang digunakan dalam usahatani kelapa
sawit luas lahan 4 hektar dalam setahun
No Komponen Jumlah Per hektar Satuan
A Output :
Tandan Buah Segar 51 549 12 887 kg
B Input :
Pupuk
a. Pupuk Urea 1 000 250 kg
b. Pupuk SP 36 1 000 250 kg
c. Pupuk KCL 1 500 375 kg
Jumlah 3 500 875 kg
Hama dan penyakit
a. Round-up 16 4 liter
b. Gramaxon 16 4 liter
Jumlah 32 8 liter
Pada usahatani luasan lahan 2 hektar diperoleh rata-rata TBS yang dihasilkan
sebesar 10 081 kg/ha pertahun, rata-rata penggunaan pupuk Urea 500 kg atau 250
kg/ha, SP36 sebesar 500 kg atau 250 kg/ha dan KCL sebesar 750 kg atau 375
kg/ha, penggunaan rata-rata untuk pengendalian hama dan penyakit rondap yang
diperlukan adalah sebesar 8 liter dan gramaxon 8 liter. Rata-rata hasil output dan
input yang digunakan dalam usahatani kelapa sawit luasan lahan 4 hektar dapat
dilihat pada Tabel 11.
28
Tabel 11 Rata-rata hasil output dan input yang digunakan dalam usahatani kelapa
sawit luas lahan 2 hektar dalam setahun
No Komponen Jumlah Per hektar Satuan
A Output :
Tandan Buah Segar 20 036 10 018 Kg
B Input :
Pupuk
a. Pupuk Urea 500 250 Kg
b. Pupuk SP 36 500 250 Kg
c. Pupuk KCL 750 375 Kg
Jumlah 1 750 875
Hama dan penyakit
a. Round-up 8 4 Liter
b. Gramaxon 8 4 Liter
Jumlah 16 8
Tenaga kerja. Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani kelapa sawit
terdiri dari tenaga kerja panen, pemupukan, penyemprotan hama dan penyakit
tanaman dan meruning. Setiap petani luas lahan 4 hektar menggunakan tenaga kerja
panen sebanyak 2 orang dan luas lahan 2 hektar menggunakan tenaga kerja
sebanyak 1 orang, untuk tenaga kerja pemupukan luas lahan 4 hektar membutuhkan
6 orang sedangkan luas lahan 2 hektar membutuhkan sebanyak 3 orang, untuk
penyemprotan masing-masing luas lahan 4 hektar dan 2 hektar membutuhkan 2
orang dan 1 orang dan untuk meruning masing-masing luasan lahan 4 hektar dan 2
hektar membutuhkan tenaga kerja sebanyak 2 orang dan 1 orang.
Peralatan. Peralatan yang digunakan oleh petani responden pada KUD Citra
Makarti pada umumnya milik sendiri. Adapun macam-macam peralatan yang
digunakan untuk budidaya kelapa sawit adalah mesin rumput, dodos, egrek,
tangkai, angkong, cangkul dan parang. Harga mesin rumput adalah Rp 1 500 000,
dodos sebesar Rp 90 000, egrek sebesar Rp 45 000, tangkai sebesar Rp 45 000,
angkong Rp 350 000, cangkul sebesar Rp 37 000 dan parang Rp 20 000.
Pada petani luas lahan 4 hektar memiliki mesin rumput dengan jumlah 32 unit
setiap petani memiliki 2 unit dengan harga beli Rp 1 500 000 per unit umur
ekonomis 5 tahun dan rata-rata nilai penyusutan setiap petani sebesar Rp 600 000,
dodos 32 unit dengan harga beli Rp 90 000 per unit umur ekonomis 2 tahun dengan
nilai penyusutan sebesar Rp 90 000, egrek 32 unit dengan harga Rp 45 000 per unit
umur ekonomis 2 tahun dengan nilai penyusutan sebesar Rp 45 000, tangkai 32
unit dengan harga Rp 45 000 per unit umur ekonomis 2 tahun dengan nilai
penyusutan sebesar Rp 45 000, angkong 32 unit dengan harga Rp 350 000 per unit
umur ekonomis 5 tahun dengan nilai penyusutan sebesar Rp 140 000, cangkul 64
unit dengan harga Rp 37 000 per unit umur ekonomis 2 tahun dengan nilai
penyusutan Rp 74 000 dan parang 64 unit dengan harga Rp 20 000 umur ekonomis
2 tahun dengan nilai penyusutan Rp 40 000. Perhitungan Penyusutan alat pertanian
pada petani luas lahan 4 hektar dari 06 September 2012 sampai 20 September
tahun 2013 pada Tabel 12.
29
Tabel 12 Penyusutan rata-rata alat pertanian usahatani kelapa sawit luas lahan 4
hektar tahun 2012-2013
Jumlah Harga beli Total Umur Rata-rata Per hektar
Peralatan
(unit) (Rp) (Rp) (tahun)
Mesin rumput 32 1 500 000 48 000 000 5 600 000 150 000
Dodos 32 90 000 2 880 000 2 90 000 22 500
Egrek 32 45 000 1 440 000 2 45 000 11 250
Tangkai 32 45 000 1 440 000 2 45 000 11 250
Angkong 32 350 000 11 200 000 5 140 000 35 000
Cangkul 64 37 000 2 368 000 2 74 000 18 500
Parang 64 20 000 1 280 000 2 40 000 10 000
Jumlah 1 034 000 258 500
Pada petani luas lahan 2 hektar memiliki mesin rumput dengan jumlah 14 unit
setiap petani memiliki 1 unit dengan harga beli Rp 1 500 000 per unit umur
ekonomis 5 tahun dan nilai penyusutan setiap petani sebesar Rp 300 000, dodos 14
unit dengan harga beli Rp 90 000 per unit umur ekonomis 2 tahun dengan nilai
penyusutan setiap petani sebesar Rp 45 000, egrek 14 unit dengan harga Rp 45 000
per unit umur ekonomis 2 tahun dengan nilai penyusutan setiap petani sebesar Rp
22 500, tangkai 14 unit dengan harga Rp 45 000 per unit umur ekonomis 2 tahun
dengan nilai penyusutan setiap petani sebesar Rp 22 500, angkong 14 unit dengan
harga Rp 350 000 per unit umur ekonomis 5 tahun dengan nilai penyusutan setiap
petani sebesar Rp 70 000, cangkul 28 unit dengan harga Rp 37 000 per unit umur
ekonomis 2 tahun dengan nilai penyusutan setiap petani sebesar Rp 37 000 dan
parang 28 unit dengan harga Rp 20 000 umur ekonomis 2 tahun dengan nilai
penyusutan setiap petani sebesar Rp 20 000.
Tabel 13 Penyusutan alat pertanian usahatani kelapa sawit luas lahan 2 hektar dari
06 September 2012 – 20 September 2013
Jumlah Harga beli Umur Rata-rata Per hektar
Peralatan Total (Rp)
(unit) (Rp) (tahun)
Mesinr umput 14 15 00 000 21 000 000 5 300 000 150 000
Dodos 14 90 000 1 260 000 2 45 000 22 500
Egrek 14 45 000 630 000 2 22 500 11 250
Tangkai 14 45 000 630 000 2 22 500 11 250
Angkong 14 350 000 4 900 000 5 70 000 35 000
Cangkul 28 37 000 1 036 000 2 37 000 18 500
Parang 28 20 000 560 000 2 20 000 10 000
Jumlah 517 000 258 500
Perhitungan Kegiatan usahatani kelapa sawit dikaji dalam tiga indikator yaitu
pendapatan usahatani, R/C dan ukuran kinerja petani berdasarkan imbalan kepada
modal petani. Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan usahatani dengan
biaya-biaya usahatani yang dikeluarkan. Perhitungan pendapatan usahatani dibagi
menjadi dua yaitu pendapatan usahatani dengan luas lahan 4 hektar dan luas lahan 2
hektar. Biaya total terdiri dari biaya tunai dan biaya tidak tunai.
30
jasa kelompok, uang jalan dan uang pangkas), 15.92 persen dari biaya total untuk
pajak lahan. Biaya tidak tunai terdiri dari penyusutan penyusutan 1.91 persen dari
biaya total, 1.02 persen dari biaya total untuk tanaman kelapa sawit dan 36.97 persen
dari biaya total untuk sewa lahan. Total biaya tidak tunai adalah sebesar 39.90
persen dari biaya total. Biaya usahatani luas lahan 2 hektar. Jumlah biaya tunai
yang dikeluarkan oleh usahatani 2 hektar adalah sebesar 64.57 persen dari biaya
total untuk biaya pupuk yang terdiri dari tiga jenis pupuk yaitu urea, sp 36 dan kcl,
22.63 persen dari total biaya untuk biaya obat-obatan yang terdiri dari gramaxon dan
rondap, 17.81 persen dari biaya total untuk upah tenaga kerja yang terdiri dari
tenaga kerja panen, pemupukan, meruning dan penyemprotan, 20.55 persen dari
biaya total untuk biaya potongan-potongan dari KUD pada saat melakukan
melakukan pemasaran ke pabrik kelapa sawit dan koontribusi untuk desa yang
terdiri dari (mobil, muat/jasa timbang, retribusi asuransi, fee desa dan KUD, SPSI
jasa kelompok,. Uang jalan dan uang pangkas), 0.22 persen dari biaya total untuk
pajak lahan. Biaya tidak tunai terdiri dari penyusutan 1.73 persen dari biaya total,
0.17 persen dari biaya total untuk tanaman kelapa sawit dan 33.53 persen dari biaya
total untuk sewa lahan dan total biaya tidak tunai adalah sebesar 35.43 persen dari
biaya total. Biaya yang terbesar pada usahatani luasan lahan 2 hektar adalah biaya
tidak tunai, biaya yang terbesar pada biaya tidak tunai adalah sewa lahan, nilai
lahan yang digunakan adalah nilai sewa lahan pada saat ini Biaya terbesar usahatani
kelapa sawit luas lahan 4 hektar dan 2 hektar adalah biaya tidak tunai. Lampiran 4
dan 5.
Tabel 14 Rata-rata pendapatan usahatani kelapa sawit per hektar pada Petani KUD
Citra Makarti dari 06 September 2013-20 September 2013
No Uraian 4 hektar 2 hektar
A Penerimaan
Produksi TBS 16 754 19 806
Harga TBS (Rp)/Kg 1 274 1 274
Penerimaan TBS 21 344 045 25 232 685
B Biaya
1 Biaya Tunai 8 128 035 9 627 813
2 Biaya Tidak Tunai 5 397 100 5 283 700
Total Biaya 13 525 135 14 911 513
C Pendapatan Atas Biaya total 7 818 910 10 321 172
D Pendapatan Atas Biaya tunai 13 216 010 15 604 872
Pendapatan atas biaya total untuk usahatani luas lahan 4 hektar adalah sebesar
Rp 7 818 910 dan untuk luas lahan 2 hektar adalah sebesar Rp 10 321 172.
Sedangkan untuk pendapatan atas biaya tunai untuk usahatani luas lahan 4 hektar
adalah sebesar Rp 13 216 010 dan untuk luas lahan 2 hektar Rp 15 604 872.
32
Rasio penerimaan dan biaya adalah penerimaan untuk setiap rupiah yang
dikeluarkan. Dengan analisis ini akan dapat diketahui apakah usaha perkebunan
kelapa sawit yang dilakukan efisien atau tidak. Usaha dikatakan efisien jika nilai
R/C yang didapat lebih dari satu dan tidak efisien jika nilai R/C yang didapat adalah
kurang dari satu. Biaya yang dikeluarkan terdiri dari biaya tunai dan biaya tidak
tunai. R/C yang dihitung adalah R/C atas biaya total dan R/C atas biaya tunai.
Berdasarkan Tabel 15, diperoleh R/C atas biaya total untuk luas lahan 4 hektar
adalah 1.58, artinya untuk setiap rupiah biaya total yang dikeluarkan akan diperoleh
penerimaan sebesar Rp 1.58 sedangkan untuk luas lahan 2 hektar adalah sebesar
1.69, yang berarti untuk setiap rupiah biaya tunai akan diperoleh penerimaan
sebesar Rp 1.69.
Tabel 15 Nilai R/C petani luas lahan 4 hektar dan 2 hektar dalam setahun
Uraian 4 hektar 2 hektar
R/C Atas biaya total 1.58 1.69
R/C Atas biaya tunai 2.63 2.62
R/C atas biaya tunai pada luas lahan 4 hektar adalah 2.63 hampir sama dengan
nilai R/C atas biaya tunai yang dihasilkan oleh petani luas lahan 2 hektar yaitu 2.62.
Hal ini berarti usaha kebun plasma kelapa sawit dengan luas lahan 4 hektar lebih
menguntungkan dan lebih efisien.
Ukuran keuntungan lainnya yang dapat dihitung adalah imbalan modal petani.
Perhitungan imbalan modal petani ini diperoleh dengan mengurangkan nilai kerja
keluarga dari penghasilan bersih usahatani. Ukuran ini umumnya dinyatakan dalam
persen terhadap nilai modal petani. Imbalan terhadap modal petani dianalis dalam
dua bagian yaitu petani luas lahan 4 hektar dan luas lahan 2 hektar. Masing-masing
imbalan kepada modal petani 4 hektar dan 2 hektar dibagi menjadi dua yaitu
imbalan kepada modal petani tunai dan tidak tunai. Imbalan kepada modal petani
atas penggunaan modal total petani luasan lahan 4 hektar adalah sebesar 0.58 yang
artinya setiap Rp 1 000 000 modal total petani yang dikeluarkan, petani
mendapatkan pendapatan sebesar Rp 580 000. Sedangkan untuk imbalan kepada
modal petani atas modal tunai adalah sebesar 1.63 yang artinya setiap Rp 1 000 000
modal tunai yang dikeluarkan, petani mendapatkan pendapatan sebesar Rp 1 630
000. Imbalan kepada modal petani atas penggunaan modal total petani luas lahan 2
hektar adalah sebesar 0.69 yang artinya setiap Rp 1 000 000 modal total petani yang
dikeluarkan, petani mendapatkan pendapatan sebesar Rp 690 000. Sedangkan untuk
imbalan kepada modal petani atas modal tunai adalah sebesar 1.62 yang artinya
setiap Rp 1 000 000 modal tunai yang dikeluarkan, petani mendapatkan pendapatan
sebesar Rp 1 620 000. Perhitungan Imbalan kepada modal petani dengan luas lahan
4 hektar dan 2 hektar dari 06 September 2013 sampai 20 September 2013 dapat
dilihat pada Tabel 16.
33
Tabel 16 Ukuran penampilan usahatani kelapa sawit petani KKPA luas lahan 4
hektar dan 2 hektar dalam setahun
Ukuran penampilan usahatani 4 hektar 2 hektar
Imbalan kepada modal petani total (return to 0.58 0.69
farm equity capital)
Imbalan kepada modal petani tunai (return to 1.63 1.62
farm equity capital)
Imbalan modal hanya dilihat dari imbalan kepada modal petani, imbalan
kepada seluruh modal tidak dihitung, karena petani tidak melakukan pinjaman
untuk modal operasional maka, imbalan kepada modal total sama dengan imbalan
kepada modal petani. Produktivitas usahatani kelapa sawit luas lahan 2 hektar lebih
tinggi dibandingkan 4 hektar. Namun, hasil produktivitas per hektar untuk standar
umur tanam 15 tahun masih dibawah standar. Ini dikarenakan, kurang intensifnya
perawatan yang dilakukan oleh petani responden 4 hektar dan 2 hektar. Bila
dikaitkan dengan karakteristik petani responden kelapa sawit rata-rata
pendidikannya adalah SMP, Produktivitas yang rendah bisa disebabkan oleh
kurangnya kemampuan manajerial dalam pengelolaan kelapa sawit.
Simpulan
Saran
Dari perolehan analisis pendapatan petani kelapa sawit dengan luas lahan 4
hektar dan 2 hektar didapatkan bahwa pendapatan perhektar pada petani luas lahan
2 hektar lebih besar sedangkan untuk biaya tunai maupun tidak tunai, petani dengan
luas lahan 4 hektar lebih besar dibandingkan dengan petani luas lahan 2 hektar.
Sehingga rekomendasi yang dapat diberikan kepada petani KKPA di Kecamatan
Pelepat Ilir, lebih baik mengusahakan perkebunan kelapa sawit dengan luas lahan 2
hektar karena dinilai lebih menguntungkan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 4 Struktur biaya rata-rata petani luas lahan 4 hektar dalam setahun
Harga Nilai per (%)
Komponen Per hektar Satuan
(Kg) hektar
A. Biaya tunai :
a. Biaya tetap -
b. Biaya variabel
b.1. Pupuk
1.Urea 250 kg 2 300 575 000
2.SP36 250 kg 2 500 625 000
3. KCl 375 kg 5 800 2 175 000
Total biaya pupuk 3 375 000 24.95
b. 2. Obat-obatan
1. Round-up 4 liter 75 000 300 000
2. Gramaxon 4 liter 50 000 200 000
Total biaya obat-obatan 500 000 3.70
b. 3. Tenaga kerja
1. Panen orang 100 1 288 725
2. Pemupukan orang 75 000 225 000
3. Meruning orang 70 000 350 000
4. penyemprotan 100 000
Total biaya tenaga kerja 2 066 835 15.28
b.4. Potongan-potongan
1. Mobil 904 693
2. Muat/Jasa Timbang 347 959
3. Retribusi Asuransi 83 510
4. Fee Desa & KUD 69 592
5. SPSI 101 337
6. Jasa Kel. 180 939
7. Uang Jalan 255 513
8. Rawat Jalan 139 183
9. Uang Pangkas 70 976
Total biaya potongan 2 153 700 15.92
b.5 Pajak lahan 32 500 0.24
total biaya tunai 8 128 035 60.10
B. biaya tidak tunai
A. Biaya tetap
a.1. penyusutan 258 500 1.91
b.2. tanaman 138 600 1.02
b.3 sewa lahan 5 000 000 36.97
B. Biaya Variabel -
Total biaya tidak tunai 5 397 100 39.90
C. Biaya total 13 525 135
39
Lampiran 5 Struktur biaya rata-rata petani luasan lahan 2 hektar dalam setahun
Harga Nilai per
Komponen Per hektar Satuan (%)
(Kg) hektar
A. Biaya tunai :
a. Biaya tetap
b. Biaya variabel
b.1. Pupuk
1. Urea 250 kg 2 300 575 000
2. SP36 250 kg 2 500 625 000
3. KCl 375 kg 5 800 2 175 000
Total biaya pupuk 3 375 000 22.63
b.2. Obat-obatan
1. Rond-up 4 liter 75 000 300 000
2. Gramaxon 4 liter 50 000 200 000
Total biaya obat-obatan 500 000 3.35
b.3. Tenaga kerja
1. Panen orang 100 1 980 588
2. Pemupukan orang 75 000 225 000
3. Meruning orang 315 000 350 000
4. penyemprotan 100 000
Total biaya tenaga kerja 2 655 588 17.81
b.4. Potongan-potongan
1. Mobil 1 287 382
2. Muat/Jasa Timbang 495 147
3. Retribusi Asuransi 118 835
4. Fee Desa & KUD 99 029
5. SPSI 114 202
6. Jasa Kel. 225 476
7. Uang Jalan 365 596
8. Rawat Jalan 195 059
9. Uang Pangkas 100 999
Total biaya potongan 3 064 726 20.55
b.5 Pajak lahan 32 500 0.22
total biaya tunai 9 627 813 64.57
B. biaya tidak tunai
a. Biaya tetap
a.1 peralatan 258 500 1.73
a.2 tanaman 25 200 0.17
a.3 sewa lahan 5 000 000 33.53
b. Biaya variabel
Total biaya tidak tunai 5 283 700 35.43
C. Biaya total 14 911 513
40
41
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Jesi Amelia, lahir di Bangko, Jambi pada tanggal 12 Mei
1990. Penulis merupakan anak pertama dari tujuh bersaudara, sebagai anak
kandung dari pasangan Bapak Alkaf dan Ibu Yusmaini Arai serta saudara
perempuan Fitri Wahyu, Rizki Meilani dan Saudara laki-laki Akbar Chaniago,
Ilham Chaniago, Arif Chaniago, Fadil Chaniago.
Pendidikan awal yang diikuti penulis dimulai sejak tahun 1995 di TK
Merangin Jaya Bangko. Pendidikan Sekolah Dasar penulis dimulai pada tahun 1996
di SD 360 Pematang kandis Bangko selama 6 tahun hingga lulus pada tahun
2002.Penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat Sekolah Madrasah Tsanawiyah
Negeri Bungo dan lulus pada tahun 2005. Selanjutnya pendidikan Sekolah
Menengah Atas diselesaikan penulis di SMA Negeri 1 Pelepat Ilir pada tahun 2008.
Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswi Program Diploma
Institut Pertanian Bogor untuk Program Keahlian Manajemen Agribisnis melalui
jalur PMDK selama menjadi mahasiswi di program Diploma penulis aktif menjadi
komisi internal Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM-J) selama dua periode tahun
2009 sampai tahun 2011. Karya penulis berupa tugas akhir yang berjudul Kajian
Pengembangan Bisnis Pendirian Pupuk Organik di KSU Karya Nugraha Kuningan,
Jawa Barat diselesaikan penulis pada tahun 2011 dan penulis lulus pada tahun yang
sama.
Penulis melanjutkan studi kembali untuk memperoleh gelar Sarjana pada
Program Alih Jenis Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011. Selama menempuh
pendidikan di Alih Jenis Agribisnis IPB, selama menjadi mahasiswi, penulis
mengikuti Pekan Kreatif mahasiswa (PKM) di Sekolah Luar Biasa Malabar.