Anda di halaman 1dari 26

CASE BASED DISCUSSION

“DERMATITIS NUMULARIS”
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh
Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama
Semarang

Disusun Oleh:
Nita Wulandari
30101307025

Pembimbing:
dr. Endang Sri Hartiningsih, Sp.KK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Nita Wulandari


NIM : 30101307025
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Universitas Islam Sultan Agung ( UNISSULA )
Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian : Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Judul : Dermatitis Numularis
Pembimbing : dr. Endang Sri Hartiningsih, Sp.KK
Telah dipresentasikan di hadapan Pembimbing Kepaniteraan Klinik serta telah diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk kelulusan dari Program Kepaniteraan
Klinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin di RST Bhakti Wira Tamtama Semarang.

Semarang, 18 Juli 2018


Mengetahui dan Menyetujui,
Pembimbing,

dr. Endang Sri Hartiningsih, Sp. A

2
BAB I
PENDAHULUAN

Dermatitis adalah peradangan pada kulit yang merupakan respon terhadap pengaruh faktor
eksogen dan faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi yang
polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda
polimorfik tidak selalu timbul bersamaan bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik).
Eksim atau Dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang mana kulit tampak
meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling sering
terkena adalah tangan dan kaki. Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis, klasifikasi
dermatitis belum ada kesepakan yang pasti. Salah satu jenis dermatitis berdasarkan bentuk
adalah dermatitis nummular nama lainnya adalah ekzem discoid, ekzem nummular,
nummular eczematous dermatitis. Terdapat juga beberapa klasifikasi lain dermatitis yang
berdasarkan lokasi kelainan, penyebab, usia , faktor konstitusi.
Dermatitis numular merupakan suatu peradangan dengan lesi yang menetap dengan
keluhan gatal, yang ditandai dengan lesi berbentuk logam, sirkular atau lesi oval berbatas
tegas, umumnya ditemukan pada daerah tangan dan kaki. Lesi awal berupa papul disertai
vesikel yang biasanya mudah pecah. Dermatitis nummular angka kejadiannya pada usia
dewasa lebih sering pada laki-laki dibandingkan wanita, onsetnya pada usia antara 55 dan
65 tahun. Penyakit ini jarang pada anak-anak, jarang muncul dibawah usia 1 tahun, hanya
sekitar 7 dari 466 anak yang menderita dermatitis nummular dan frekuensinya cenderung
meningkat sesuai dengan peningkatan umur.
Pada beberapa kasus, eksim akan menghilang dengan bertambahnya usia, namun tidak
sedikit pula yang akan menderita seumur hidupnya. Dengan pengobatan yang tepat, penyakit
ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi angka kekambuhan. Dimanapun
lokasi timbulnya eksim, gejala utama yang dirasakan pasien adalah gatal. Terkadang rasa
gatal sudah muncul sebelum ada tanda kemerahan pada kulit. Gejala kemerahan biasanya
akan muncul pada wajah, lutut, tangan dan kaki, namun tidak menutup kemungkinan
kemerahan muncul di daerah lain.
Dermatitis numularis ini cenderung kearah kronis dan residif, pengobatan dan diagnosis
yang tepat akan mengarahkan pada perbaikan kondisi penderita dermatitis itu sendiri.
Dengan pengobatan yang tepat maka akan mengurangi tingkat kekambuhan dari penderita

3
dermatitis numularis, untuk itulah penulis tertarik untuk membahas lebih jauh mengenai
diagnosis dan pengobatan pada pasien dengan dermatitis numularis.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Dermatitis numularis atau dikenal juga dengan ekzem nummular, ekzem discoid,
neurodermatitis nummular merupakan dermatitis yang berupa lesi berbentuk mata uang
(coin) atau agak lonjong, berbatas tegas dengan efloresensi berupa papulovesikel, biasanya
mudah pecah sehingga basah (oozing). Dermatitis juga merupakan peradangan kulit
(epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap pengaruh faktor eksogen, misalnya bahan
kimia (detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (sinar, suhu), mikroorganisme (bakteri,
jamur), maupun faktor endogen adalah faktor dari dalam, menimbulkan kelainan klinis
berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi ) dan
keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan bahkan mungkin hanya
beberapa (ologomorfik), dermatitis juga cenderung residif dan menjadi kronis.

2.2 Epidemiologi
Dermatitis numularis pada orang dewasa terjadi lebih sering pada pria daripada
wanita. Usia puncak awitan pada kedua jenis kelamin antara lain 55 dan 65 tahun, pada
wanita usia puncak terjadi juga pada usia 15 sampai 25 tahun. Dermatitis numularis tidak
biasa ditemukan pada anak, bila ada timbulnya jarang pada usia sebelum satu tahun, hanya
sekitar 7 dari 466 anak yang menderita dermatitis nummular dan frekuensinya cenderung
meningkat sesuai dengan peningkatan umur. Umumnya kejadian meningkat seiring dengan
meningkatnya usia. Penamaan pada penyakit dermatitis berdasarkan etiologi, morfologi,
lokalisasi, stadium penyakit dan bentuk.. Dermatitis numularis termasuk ke dalam
pembagian dermatitis berdasarkan bentuk. Dermatitis numularis adalah dermatitis berupa
lesi berbentuk mata uang.

2.3 Etiologi
Penyebab dermatitis numularis belum diketahui secara pasti, namun banyak faktor
yang ikut berperan dalam timbulnya penyakit ini, diduga stafilococcus dan micrococcus ikut
berperan didalamnya, mengingat jumlah koloninya meningkat walaupun tanda infeksi secara
klinis tidak tampak, mungkin juga lewat mekanisme hipersensitivitas. Eksaserbasi terjadi
bila koloni bakteri meningkat di atas 10 juta kuman/cm2. Dermatitis kontak mungkin ikut

5
memegang peranan pada berbagai kasus dermatitis numularis, misalnya alergi terhadap
nikel, krom, kobal, demikian pula iritasi dengan wol dan sabun. Trauma fisis dan kimiawi
mungkin juga berperan, terutama bila terjadi di tangan, dapat pula pada bekas cedera lama
atau jaringan parut. Pada sejumlah kasus, stress emosional dan minuman yang mengandung
alkohol dapat menyebabkan timbulnya eksaserbasi. Lingkungan dengan kelembaban rendah
dapat pula memicu kekambuhan.

2.4 Patogenesis

Dermatitis numular merupakan suatu kondisi yang terbatas pada epidermis dan
dermis saja. Hanya sedikit diketahui patofisiologi dari penyakit ini, tetapi sering bersamaan
dengan kondisi kulit yang kering. Adanya fissura pada permukaan kulit yang kering dan
gatal dapat menyebabkan masuknya alergen dan mempengaruhi terjadinya peradangan pada
kulit. Suatu penelitian menunjukkan dermatitis numularis meningkat pada pasien dengan
usia yang lebih tua terutama yang sangat sensitif dengan bahan-bahan pencetus alergi.
Barrier pada kulit yang lemah pada kasus ini menyebabkan peningkatan untuk terjadinya
dermatitis kontak alergi oleh bahan-bahan yang mengandung metal. Karena pada dermatitis
numular terdapat sensasi gatal, telah dilakukan penelitian mengenai peran mast cell pada
proses penyakit ini dan ditemukan adanya peningkatan jumlah mast cell pada area lesi
dibandingkan area yang tidak mengalami lesi pada pasien yang menderita dermatitis
numularis. Suatu penelitian juga mengidentifikasi adanya peran neurogenik yang
menyebabkan inflamasi pada dermatitis numular dan dermatitis atopik dengan mencari
hubungan antara mast cell dengan saraf sensoris dan mengidentifikasi distribusi
neuropeptida pada epidermis dan dermis dari pasien dengan dermatitis numular. Peneliti
mengemukakan hipotesa bahwa pelepasan histamin dan mediator inflamasi lainnya dari
mast cell yang kemudian berinteraksi dengan neural C-fibers dapat menimbulkan gatal. Para
peneliti juga mengemukakan bahwa kontak dermal antara mast cell dan saraf, meningkat
pada daerah lesi maupun non lesi pada penderita dermatitis numular. Substansi P dan
kalsitonin terikat rantai peptide meningkat pada daerah lesi dibandingkan pada non lesi pada
penderita dermatitis numular. Neuropeptida ini dapat menstimulasi pelepasan sitokin lain
sehingga memicu timbulnya inflamasi. Penelitian lain telah menunjukkan bahwa adanya
mast cell pada dermis dari pasien dermatitis numular menurunkan aktivitas enzim chymase,
mengakibatkan menurunnya kemampuan menguraikan neuropeptida dan protein.

6
Disregulasi ini dapat menyebabkan menurunnya kemampuan enzim untuk menekan proses
inflamasi.

Kulit penderita dermatitis numularis cenderung kering, hidrasi stratum korneum


rendah. Jumlah SP ( substance p), VIP (vasoactive intestinal polypeptide), dan CGRP
(calcitonin genrelated peptide) meningkat di dalam serabut dermal saraf sensoris kulit,
sedang pada serabut epidermal yang meningkat SP dan CGRP. Hal ini menunjukkan bahwa
neuropeptida berpotensi pada mekanisme proses degranulasi sel mast. Dermatitis pada orang
dewasa tidak berhubungan dengan ganggguan atopi. Pada anak, lesi numularis terjadi pada
dermatitis atopik.

2.5 Manifestasi Klinis


Penderita dermatitis numularis umumnya mengeluh sangat gatal. Lesi akut berupa
vesikel dan papulovesikel (0.3-0.1 cm), kemudian membesar dengan cara berkonfluensi atau
meluas ke samping, membentuk satu lesi karakteristik seperti uang logam (coin),
eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas. Lambat laun vesikel pecah terjadi
eksudasi. Kemudian mengering menjadi kusta kekuningan. Ukuran garis tengah lesi dapat
mencapai 5 cm, jarang sampai 10 cm. penyembuhan dimulai dari tengah sehingga terkesan
menyerupai lesi dermatomikosis. Lesi lama berupa likenifikasi dan skuama.
Jumlah lesi dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral atau simetris,
dengan ukuran yang bervariasi, mulai dari miliar sampai nummular, bahkan plakat. Tempat
predileksi di tungkai bawah, badan, lengan termasuk punggung tangan. Dermatitis numularis
cenderung hilang-timbul, ada pula yang terus menerus, kecuali kekambuhan umumnya
timbul pada tempat semula. Lesi dapat pula terjadi pada tempat yang mengalami trauma
(fenomena kobner).
Gejala – gejala yang umum pada dermatitis numularis, antara lain:
 Timbul rasa gatal
 Luka kulit yang antara lain makula, papul, vesikel, atau tambahan :
 Bentuk numular (seperti koin).
 Terutama pada tangan dan kaki.
 Umumnya menyebar.
 Lembab dengan permukaan yang keras.
 Kulit bersisik atau ekskoriasi.

7
 Kulit yang kemerahan atau inflamasi.
Secara umum, ada 3 bentuk klinis dermatitis nummular yang dapat dibedakan, yaitu;

1. Dermatitis numular pada tangan dan lengan.

Kelainannya terdapat pada punggung tangan serta di bagian sisi atau punggung jari-
jari tangan. Sering dijumpai sebagai plak tunggal yang terjadi pada sisi reaksi luka
bakar, kimia atau iritan. Lesi ini jarang meluas.

2. Dermatitis numular pada tungkai dan badan.

Bentuk ini merupakan bentuk yang lebih sering dijumpai. Pada sebagian kasus,
kelainan sering didahului oleh trauma lokal ataupun gigitan serangga. Umumnya
kelainan bersifat akut, persisten dan eksudatif. Dalam perkembangannya, kelainan
dapat sangat edematous dan berkrusta, cepat meluas disertai papul-papul dan vesikel
yang tersebar. Pada Dermatitis numular juga sering dijumpai penyembuhan pada
bagian tengah lesi, tetapi secara klinis berbeda dari bentuk lesi tinea. Pada kelainan ini
bagian tepi lebih vesikuler dengan batas relatif kurang tegas. Lesi permulaan biasanya
timbul di tungkai bawah kemudian menyebar ke kaki yang lain, lengan dan sering ke
badan.

3. Dermatitis numular bentuk kering.


Bentuk ini jarang dijumpai dan berbeda dari dermatitis numular umumnya karena di
sini dijumpai lesi diskoid berskuama ringan dan multipel pada tungkai atas dan bawah
serta beberapa papul dan vesikel kecil di bagian tepinya di atas dasar eritematus pada
telapak tangan dan telapak kaki. Gatal minimal yang berbeda sekali dengan bentuk
dermatitis numular lainnya. Menetap bertahun-tahun dengan fluktuasi atau remisi yang
sulit diobati.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Kebutuhan untuk dilakukannya pemeriksaan tambahan sangat bergantung pada
kondisi masing-masing pasien berdasarkan riwayat perjalanan penyakitnya, penyakit
penyerta, dan komplikasi yang mungkin berkaitan. Misalnya pemeriksaan darah rutin, urin
rutin, dan pemeriksaan fungsi-fungsi organ viseral. Pemeriksaan rontgen dada mungkin

8
dapat dibutuhkan pada beberapa kasus yang memberikan indikasi untuk dilakukan
pemeriksaan.

Pada pemeriksaan laboratorium, tidak ada penemuan yang spesifik. Untuk


membedakannya dengan penyakit lain, seperti dermatitis karena kontak diperlukan patch
test dan prick test untuk mengidentifikasikan bahan kontak. Pemeriksaan KOH untuk
membedakan tinea dengan dermatitis numular yang mempunyai gambaran penyembuhan di
tengah. Jika ada kondisi lain yang sangat mirip dengan penyakit ini sehingga sulit untuk
menentukan diagnosisnya (contohnya pada tinea, psoriasis) dapat dilakukan biopsi.

Pada lesi akut ditemukan spongiosis, vesikel intraepidermal, sebukan sel radang, limfosit
dan makrofag di sekitar pembuluh darah. Lesi kronis ditemukan akantosis teratur,
hipergranulosis, dan hyperkeratosis, mungkin juga spongiosis ringan. Dermis bagian atas
fibrosis, sebukan limfosit dan makrofag di sekitar pembuluh darah. Limfosit di epidermis
mayoritas terdiri atas sel T-CD8+, sedangkan yang di dermis sel T-CD4+. Sebagian besar
sel mast di dermis tipe MCTC (mast cell tryptase), berisi triptase.

2.7 Diagnosis
Dalam menegakkan diagnosis dari dermatitis numularis didasarkan pada anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis didapatkan pasien akan
mengeluhkan sangat gatal, berulang dan waktu malam hari, kadang-kadang bervariasi
gatalnya, sedangkan pada anamnesis untuk pasien atopi lebih sering pada wanita muda
dengan dermatitis numularis ditangan. Pemeriksaan fisik lihat tanda-tanda yang terdapat
pada pasien seperti adanya gambaran vesikel dan papul dengan predileksi dibagian
ekstremitas terutama dibagian ekstensor, sedangkan pada wanita lebih sering mengenai pada
bagian ekstremitas atas termasuk tangan sisi bawah. Pada pemeriksaan fisik juga dapat
dilihat lesi plak seukuran uang koin kira-kira 1-3 cm, vesikel berdinding tipis pada dasar
eritematus. Fase akut lesi warna merah gelap, bentuk polimorf, kulit sekitarnya normal tetapi
kadang-kadang kering. Penyembuhan di tengah dapat berbentuk anular. Plak kronis kering,
berskuama dan likenifikasi. Diskoid eksudatif dan dermatitis likinoid merupakan variasi
dermatitis nummular. Selain anamnesis dan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan
diagnosis dermatitis numularis dapat juga dilakukan pemeriksaan penunjang dengan
menggunakan Patch test ini dilakukan pada kasus rekalsitran kronis untuk menyingkirkan
dermatitis kontak. Di India 50% Patch Test positif dengan colophony, mitrafurozon,

9
neomisin sulfat dan nikel sulfat. Bisa juga pemeriksaan IgE serum dengan hasil normal,
kemudian pemeriksaan Histo PA.

2.8 Diagnosis Banding


Diagnosis banding dari dermatitis numularis antara lain :
1. Dermatitis atopik
Merupakan peradangan kulit yang kronis dan residif, disertai gatal, umumnya terjadi pada
masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum
dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Umumnya pada pasien dengan lesi pada
tangan. Patch test dan prick test dapat membantu jika terdapat riwayat dermatitis atopik.

Gambar 1. Bentuk lesi dermatitis atopik persisten pada daerah telapak tangan dan daerah dada.

2. Dermatofitosis
Merupakan penyakit jamur yang menyerang kulit,yakni pada jaringan
yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis,
rambut, dan kuku yang disebabkan oleh dermatofita. Pada dermatosis
dapat terlihat sebagai tinea dengan pinggir aktif, bagian tengah agak menyembuh,
tetapi secara klinis berbeda dari bentuk lesi tinea. Pada dermatitis numularis bagian tepi
lebih vesikuler dengan batas relatif kurang tegas dibandingkan tinea. Pada tinea, dapat
dicari hifa dari sediaan langsung untuk menegakkan diagnosis.

Gambar 2. Bentuk lesi tinea korporis

10
3. Pitiriasis rosea
Merupakan peradangan yang ringan dengan penyebab yang belum diketahui. Banyak
diderita oleh wanita yang berusia antara 15 dan 40 tahun terutama pada musim semi dan
musim gugur. Gambaran klinisnya bisa menyerupai dermatitis numular. Tetapi
umumnya terdapat sebuah lesi yang besar yang mendahului terjadinya lesi yang lain.
Lesi tambahan cenderung mengikuti garis kulit dengan distribusi pohon cemara dan
biasanya disertai dengan rasa gatal yang ringan. Lesi-lesi tunggal berwarna merah muda
terang dengan skuama halus. Bisa juga lebih eritematus. Pitiriasis rosea berakhir antara
3-8 minggu dengan penyembuhan spontan.

Gambar 3. Bentuk lesi pada pitiriasis rosea dengan lesi awalnya lebih besar dan mengikuti
garis kulit yang berbentuk seperti pohon cemara.

4. Psoriasis

Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif,
ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas, dengan skuama yang
kasar, berlapis, dan transparan. Disertai fenomena tetesan lilin, auspitz, dan koebner.

Gambar 4. Psoriasis

11
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaa pada dermatitis disusahakan menemukan penyebab atau faktor yang
memprovokasi terjadinya dermatitis. Diantaranya:.

1. Melindungi kulit dari trauma.

Karena pada jenis ini biasanya berawal dari trauma kulit minor. Jika ada trauma
pada tangan, gunakan sarung tangan supaya tidak teriritasi.

2. Emollients.

Emollients merupakan pelembab. Digunakan untuk mengurangi kekeringan pada


kulit. Contoh emollients yang sering digunakan antara lain ; aqueous cream,
gliserine dan cetomacrogol cream, wool fat lotions.

Pengobatan topikal:

1. Obat Antiinflamasi.

Diberikan untuk menghilangkan peradangan pada kulit dan mengurangi iritasi


kulit. Misalnya dengan pemberian preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau
pimekrolimus. Kortikosteroid topikal yang diberikan contohnya triamcinolone
0,025-0,1%. Bila lesi masih eksudatif, sebaiknya dilakukan kompres dengan
larutan permanganas 1:10.000.

Pengobatan Sistemik

1. Antibiotik

Untuk mengobati jika terjadi infeksi sekunder.

2. Antihistamin oral.

Digunakan untuk mengurangi gatal. Biasa digunakan antihistamin golongan H1,


misalnya hidroksisin HCl.

12
3. Steroid sistemik.

Digunakan untuk kasus-kasus dermatitis numular yang berat, hanya diberikan


dalam jangka waktu pendek, diberikan prednilson dengan dosis oral 40-60 mg
selam 4 kali per hari dengan dosis yang diturunkan secara perlahan-lahan tapering
off. Hanya berguna dalam beberapa minggu, dermatitis yang belum sembuh
sempurna, dapat ditangani dengan pemberian krim steroid dan emolilients.

2.9 Prognosis
Pasien perlu untuk diberitahukan tentang perkembangan atau perjalanan penyakit
dari dermatitis numular yang cenderung sering berulang. Mencegah atau menghindari dari
faktor-faktor yang memperburuk atau meningkatkan frekuensi untuk cenderung berulang
dengan menggunakan pelembab pada kulit akan sangat membantu mencegah penyakit ini.
Dari data pengamatan, didapatkan 22% sembuh, 25% pernah sembuh beberapa minggu
hingga tahun, dan 53% tidak bebas lesi tanpa pengobatan.

13
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS
Nama : Tn. S
Umur : 73 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Kumudasmoro DIM RT 4 RW 5, Bongsari, Semaang Barat
Pekerjaan :
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 24 Juli 2018

3.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama

 Keluhan Subyektif : Gatal pada kedua tangan dan kaki


 Keluhan Obyektif : Timbul bercak-bercak putih bersisik di kulit kepala yang terasa
gatal sejak 6 bulan yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang

 Lokasi : kedua lengan tangan dan kedua kaki


 Onset : ± 1 tahun yang lalu
 Kronologi : Awalnya gatal yang dirasakan pasien dimulai dari lengan tangan kiri
kemudian meluas ke tangan kanan kemuadian meluas sampai ke kedua kaki. Selain
gatal muncul seperti gelembung kecil-kecilberisi air di lengan bagian dalam tangan
kiri yang kemudian meluas. Gatal ini biasanya dirasakan muncul ketika tangan basah
atau setelah tangan terkena air seperti sehabis berwudhu, gatal dirasakan tidak
tertahankan sehingga apabila gatal muncul pasien akan menggaruk area yang gatal
maka akan muncul seperti luka baru dan keluar seperti cairan. Pasien sudah
melakukan pengobatan sebelumnya dan diberikan obat berupa salep serta obat
minum dan mengalami sedikit perbaikan.

14
 Kualitas : terasa gatal pada lesi yang dikeluhkan dan mengganggu
 Kuantitas : gatal hilang timbul
 Faktor Memperberat : ketika keadaan lembab seperti sehabis berwudhu atau
tangan basah dirasa tambah berat, saat berkeringat juga tambah gatal.
 Faktor Memperingan: jika digaruk keluhan berkurang, diberi salep oleh dokter (
keluhan sempat berkurang, namun kemudian kambuh lagi.
 Gejala penyerta : tidak ada
 Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak mengalami keluhan serupa sebelumnya
 Riwayat Penyakit keluarga/atopi:
 Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti pasien
 Riwayat alergi makanan tidak ada
 Riwayat sesak nafas pada keluarga tidak ada
 Riwayat alergi pada keluarga tidak ada
 Riwayat Kebiasaan:
Pasien sering panas panasan
 Riwayat Alergi obat/ makanan:
Tidak ada riwayat alergi makanan dan obat
 Sosial ekonomi :
 Biaya pegobatan ditanggung oleh BPJS non PBI kesan : ekonomi cukup

3.3 PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : composmentis cooperatif
Suhu : afebris
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Pemeriksaan thorak : diharapkan dalam batas normal
Pemeriksaan abdomen : diharapkan dalam batas normal
Pemeriksaan ekstremitas : diharapkan dalam batas normal
Status Dermatologikus
15
Lokasi : kedua lengan bagian dalam, dan kedua kaki
Distribusi : terlokalisir
Bentuk : bulat atau sedikit oval menyerupai uang logam
Susunan : tidak khas
Batas : tegas
Ukuran : plakat
Effloresensi : plak hiperpigmentasi, skuama halus, kasar dan
berbatas tegas

16
17
18
19
Pemeriksaan penunjang
Tidak ada pemeriksaan penunjang spesifik
Resume

20
Pasien laki-laki berusia 73 tahun datang ke poli kulit RS bhakti wira tamtama
Semarang tanggal 24 juli 2018 dengan keluhan gatal dan bercak yang menebal berwarna
kecoklatan sampai kehitaman kasar sejak ± 1 bulan yang lalu. Awalnya timbul rasa gatal
yang kemudian diikuti muncul gelembung-gelembung kecil berisi air yang pecah saat
digaruk dan berair. Daerah yang pecah ini terasa gatal digaruk dan kemudian meluas sampai
kedua lengan tangan dan kedua kaki. Gatal hilang timbul dan sering muncul saat berkeringat
atau saat lembab dan basah. Keluhan tersebut sangat gatal dan menggaggu.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik . pemeriksaan dermatologi
tampak plak hiperpigmentasi disertai skuama halus dan kasar.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan histopatologi
Diagnosis Kerja
Dermatitis numularis

Diagnosis Banding

 Dermatitis kontak
 Psoriasis

Penatalaksanaan

1. Non-farmaklogi
 Menjelaskan kepada ibu pasien bahwa penyakit ini merupakan penyakit yang
berhubungan dengan peningkatan produksi keringat, bisa disebabkan multifaktor,
seperti stress, kelembaban yang meningkat, faktor fisik.
 Menjaga kulit kepala tetap kering, dengan tidak berpanas-panasan
 Mencuci rambut setiap dua hari sekali,
 Mengurangi konsumsi makanan berlemak
 Kontrol 1 minggu lagi
2. Farmakologi
Sistemik:
R/ CTM tab 10 mg No. Xxx
S2dd tab 1
R/ Naturoksi

Topikal:

21
R/ as. Salisilat 3%
Fusicom
Klorbetasol
Vas. Album
Soft uderm

Prognosis
 Quo ad sanationam : bonam
 Quo ad vitam : bonam
 Quo ad kosmetikum : dubia ad bonam
 Quo ad functionam : bonam

BAB IV
PEMBAHASAN

Dermatitis nummular merupakan suatu peradangan dengan lesi yang menetap


dengan keluhan gatal, yang ditandai dengan lesi berbentuk logam, sirkular atau lesi oval
berbatas tegas, umumnya ditemukan pada daerah tangan dan kaki. Untuk menegakkan
diagnosis pasien di mulai dari anamnesis didapatkan pasien akan mengeluhkan sangat gatal,
berulang dan waktu malam hari, kadang-kadang bervariasi gatalnya. Dermatitis numularis
cenderung hilang- timbul ada pula yang terus menerus kecuali dalam periode pengobatan.
Lesi dapat pula terjadi pada tempat yang mengalami trauma (fenomena kobner). Pada
anamnesis untuk pasien atopi lebih sering pada wanita muda dengan dermatitis numularis
ditangan. Pemeriksaan fisik lihat tanda-tanda yang terdapat pada pasien seperti adanya
gambaran vesikel dan papul dengan predileksi dibagian ekstremitas terutama dibagian
ekstensor, sedangkan pada wanita lebih sering mengenai pada bagian ekstremitas atas
termasuk tangan sisi bawah. Pada pemeriksaan fisik juga dapat dilihat lesi plak seukuran
uang koin kira-kira 1-3 cm, vesikel berdinding tipis pada dasar eritematus. Fase akut lesi
warna merah gelap, bentuk polimorf, kulit sekitarnya normal tetapi kadang-kadang kering.
Penyembuhan di tengah dapat berbentuk anular. Plak kronis kering, berskuama dan
likenifikasi.
Diskoid eksudatif dan dermatitis likinoid merupakan variasi dermatitis nummular.
Selain anamnesis dan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis dermatitis

22
numularis dapat juga dilakukan pemeriksaan penunjang dengan menggunakan patch test ini
dilakukan pada kasus rekalsitran kronis untuk menyingkirkan dermatitis kontak . Dalam
kasus didapatkan adalah pasien dengan keluhan gatal pada bagian tangan, pasien merupakan
pasien perempuan dengan pasien ini umur pasien adalah 55 tahun. Kemudian gatal dirasakan
hilang timbul dan sewaktu-waktu, pasien juga merasakan akan timbul luka dan gelembung
kecil dibagian garukan disertai dengan kemerahan dan munculnya bilateral pada tangan
jumlah lukanya pun lebih dari satu dengan permukaan luka tampak basah apabila gelembung
kecil pasien pecah.
Berdasarkan teori dan kasus, dalam hal ini sudah sesuai antara teori yang
dikemukakan dan kasus yang didapatkan banyak persamaan baik dari segi anamnesis yaitu
usia dan tempat predileksi sesuai dengan teori selain itu didapatkan juga keluhan utama yaitu
gatal, pemeriksaaan fisik juga ditemukan banyak kesamaan yaitu adanya lesi yang berbentuk
seperti koin pada bagian tangan dengan dasar kemerahan, namun disini lesi yang ditemukan
dalam kondisi kering tidak basah (oozing). Sedangkan untuk pemeriksaan penunjang tidak
dapat dilakukan hal ini diakibatkan oleh kurang tersedianya fasilitas laboratorium yang
memadai. Berdasarkan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan menyesuaikan
antara teori dan kasus yang didapatkan sehingga dapat menarik kesimpulan kearah diagnosis
dermatitis numularis serta melakukan diagnosis banding dengan kemungkinan diagnosa
yang lain dengan melihat dari anamnesis dan hasil yang didapatkan berdasarkan dari
pemeriksaan fisik yang ada.
Setelah didapatkan diagnosis dilakukan pengobatan sesuai dengan teori terapi pada
dermatitis numularis, sedapat-dapatnya mencari penyebab atau faktor yang memprovokasi.
Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien. Secara topikal lesi dapat diobati dengan obat
anti-inflamasi, misalnya preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus. Bila
lesi masih eksudatif, sebaiknya dikompres dahulu misalnya dengan larutan permanganas
kalikus 1:10.000. Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara sistemik.
Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan refrakter, dalam jangka
pendek. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, yaitu misalnya hidroksisin
HCl.
Dalam teori sudah disebutkan pengobatan sesuai dengan lesi yang didapatkan baik itu
dengan penggunaan topical maupun dengan sistemik dalam kasus ini pengobatan yang
diberikan kepada pasien adalah sistemik dengan pemberian mebhydroline 50 mg @ 8 jam,
kemudian diberikan juga obat topical golongan kortikosteroid poten inerson cream 2x1.
Pengobatan antara teori dan kasus sudah sesuai ini dibuktikan dengan pemberian

23
antihistamin untuk mengurangi gatal pasien dan pemberian kortikosteroid yaitu inerson
dalam sediaan topikal karena luka pasien tergolong kering. Hal ini sesuai karena pada kasus
lesi pasien tidak basah sehingga tidak diperlukan kompres larutan permanganas kalikus
1:10.000, selain itu pemberian antibiotik juga tidak diperlukan karena pasien tidak terdapat
tanda-tanda infeksi bakteri. KIE juga penting dilakukan oleh setiap dokter untuk membantu
pasien mengurangi faktor-faktor risiko penyebab kekambuhan ataupun sehingga
meminimalkan kejadian kronis atau residif pada pasien. Kesesuaian pengobatan perlu untuk
diperhatikan, selain itu dalam pemilihan pengobatan harus memperhatikan dari jenis lesi
pasien dan sesuai dengan keluhan dari pasien.

24
BAB V
SIMPULAN

Dermatitis nummular merupakan suatu peradangan dengan lesi yang menetap dengan
keluhan gatal, yang ditandai dengan lesi berbentuk logam, sirkular atau lesi oval berbatas
tegas, umumnya ditemukan pada daerah tangan dan kaki dengan penggambaran efloresensi
yang polimorfik. Dalam melakukan pengobatan tentulah didahului oleh diagnosis, ketepatan
diagnosis sangat berpengaruh pada efektifitas pengobatan. Dalam mendiagnosis aspek yang
perlu diperhatikan adalah dari segi anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Dalam kasus yang didapatkan melihat dari segi anamnesis, pemeriksaan fisik
yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami dermatitis numularis walaupun
ada ketidaksesuaian tahap terakhir yaitu pemeriksaan penunjang namun dari segi anamnesis
dan pemeriksaan penunjang sudah mendukung kearah diagnosis tersebut. Dari segi diagnosis
sudah ditentukan, sekarang merujuk ke pengobatan dapat disimpulkan pada kasus ini
pengobatan yang diberikan sudah sesuai dengan prinsip pengobatan dermatitis numularis.
Kesesuaian pengobatan perlu untuk diperhatikan, selain itu dalam pemilihan pengobatan
harus memperhatikan dari jenis lesi pasien dan sesuai dengan keluhan dari pasien.

25
Daftar Pustaka

1. Sularsito SA, Suria D. Dermatitis. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2010. p. 129-53.
2. Burgin S. Nummular eczema and lichen simplex chronicus/prurigo nodularis. In:
Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor.
Fitspatricks’s Dermatology In General Medicine. 7th ed. New York: The McGraw-
Hill Companies, Inc.; 2008. p. 158-62.
3. Mansjoer A. Kapita Selekta Kedokteran. 3th ed. Jakarta: Media Aesculapius; 2000.
p.89.
4. Sennang F, Muhlis, Dewiyanti W, Sungowati NK. Nummular Dermatitis Treated
with Corticosteroid and Antibiotic. Medical Faculty of Hasanuddin University;
2013. Available
from:http://journal.unhas.ac.id/index.php/ijdv/article/download/670/570.
Accessed on Nov 28, 2014
5.
6. Halpern SM, et al. Guidelines for topical PUVA: a report of a workshop of the
British Photodermatology Group. British Journal of Dermatology 2000; 142: 22-31.
7. Meffert J, O’Connor RE. Psoriasis. Medscape; 2013. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1943419-overview#showall. Accessed on
Nov 7, 2014
8. BAD. Psoriasis-an overview. London: British Association of Dermatologists; 2012.
Available from: http://www.bad.org.uk/site/864/default.aspx. accessed on Nov 8,
2014

26

Anda mungkin juga menyukai