Laporan Kasus
Dipresentasikan oleh:
dr. Christiani Simbolon
Pembimbing:
dr. Religius Pinem, Sp. PD-KGEH
Pendamping:
dr. Erna Marpaung
Wahana Internsip:
RSUD Sidikalang
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini
dengan judul “Demam Berdarah Dengue”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
pembimbing dr. Religius Pinem, Sp.PD-KGEH dan juga kepada dr. Erna
Marpaung selaku pendamping yang telah membantu dan membimbing sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan
laporan kasus selanjutnya. Semoga makalah laporan kasus ini bermanfaat, akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................................i
Halaman Pengesahan......................................................................................................ii
Kata Pengantar...............................................................................................................iii
Daftar Isi..........................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
BAB II LAPORAN KASUS............................................................................................3
BAB III TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................13
3.1 Definisi......................................................................................................................13
3.2 Epidemiologi.............................................................................................................13
3.3 Patofisiologi...............................................................................................................14
3.4 Manifestasi Klinis......................................................................................................17
3.5 Diagnosis...................................................................................................................17
3.6 Diagnosis Banding.....................................................................................................21
3.7 Terapi.........................................................................................................................21
3.8 Kriteria Merujuk........................................................................................................29
3.9 Pencegahan dan Edukasi...........................................................................................30
3.10 Prognosis.................................................................................................................31
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 34
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus flavivirus dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
(vektor primer), Aedes albopictus (vektor sekunder), dan Aedes scutellaris (Indonesia
Timur). Vektor primer dan sekunder ini terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia
kecuali di daerah dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.1,2
World Health Organization (WHO) melaporkan sebanyak 2.5 miliar orang
mempunyai resiko terinfeksi dengue, dengan estimasi sebanyak 50 juta kasus infeksi
dengue di seluruh dunia tiap tahun. Dengue ini endemik di lebih dari 100 negara di
Afrika, Amerika, Mediterranean Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat.3
Kasus DBD di Sumatera Utara masih sangat tinggi, Sumatera Utara menduduki
urutan ke 19 dari seluruh provinsi di Indonesia. Pada tahun 2008, kasus DBD di
Sumatera Utara mencapai 4.454 dengan 50 kematian.4
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah kasus DBD yaitu
perubahan iklim dan kelembaban udara, lingkungan fisik dan biologik, dan perilaku
penduduk. Berdasarkan pengamatan terhadap pola penularan DBD di Indonesia,
umumnya musim penularan DBD berlaku pada musim hujan.4
Tempat perindukan nyamuk vektor dilaporkan semakin banyak. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Hasyimi pada tahun 2004, perilaku penduduk yang selalu
menampung air karena takut tidak tersedianya air menyebabkan tempat perindukan
nyamuk Aedes aegypti cenderung menjadi banyak sehingga memperluas peluang
terjadinya transmisi DBD.3
Pengaruh lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap transmisi DBD. Suatu
penelitian pada tahun 2008 menyatakan bahwa penduduk di perumahan yang padat lebih
cenderung terserang DBD. DBD dapat menyebabkan terjadinya gagal hati dan dehidrasi
berat sebagai komplikasi. DBD juga dapat menyebabkan kematian kepada penderitanya,
terutama pada anak jika tidak mendapat rawatan yang baik. Dilaporkan bahwa setiap
tahun, sebanyak 21.000 anak meninggal dunia karena DBD.3
1.2 Tujuan
2
Pada laporan kasus ini disajikan kasus “ Seorang Laki-laki 55 tahun dengan
Demam Berdarah Dengue”. Penyajian kasus ini bertujuan untuk mempelajari lebih
dalam tentang cara mendiagnosis dan mengelola penderita dengan penyakit tersebut di
atas.
1.3 Manfaat
Penulisan portofolio ini diharapkan dapat membantu para dokter dalam
mendiagnosisdan melakukan pengelolaan kasus Demam Bedarah Dengue
3
BAB II
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS PRIBADI
Nama : Tn. F
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku : Batak
Agama : Kristen
Alamat : Tigalingga, Sidikalang
ANAMNESIS
Autoanamnese Alloanamnese
ANAMNESIS PENYAKIT
Keluhan utama : Demam
Deskripsi :
Hal ini dialami pasien sejak empat hari sebelum masuk rumah sakit. Demam
bersifat terus-menerus tidak disertai menggigil. Demam turun dengan obat
penurun panas, tetapi kemudian demam naik lagi. Nyeri sekitar mata dirasakan
tiga hari ini. Pegal-pegal pada seluruh badan dijumpai. Sakit kepala dijumpai.
Mual dirasakan tiga hari ini, muntah tidak dijumpai. Nyeri ulu hati disangkal.
Riwayat mimisan dijumpai, satu kali sebelum masuk rumah sakit. Riwayat gusi
berdarah dan BAB hitam disangkal. Riwayat sulit dan nyeri saat BAK disangkal,
frekuensi BAK 3x sehari, volume kira- kira setengah gelas tiap BAK, berwarna
kuning jernih. BAB normal, warna kuning. Riwayat bepergian ke daerah endemis
malaria disangkal. Pasien mengakui memiliki tetangga dengan penyakit demam
berdarah. Riwayat DM disangkal, riwayat hipertensi disangkal.
RPT :-
RPO : Paracetamol
ANAMNESIS UMUM ORGAN
Angina
:- Palpitasi :-
Pectoris
Lain-lain :-
Saluran Asma,
Batuk-batuk :- :-
Pernapasan bronkitis
Dahak :- Lain-lain :-
Saluran
Nafsu Makan : menurun Penurunan BB :-
Pencernaan
Keluhan Keluhan
:- :-
Menelan Defekasi
Keluhan Perut : + (mual) Lain-lain :-
Saluran Sakit Buang Buang air kecil
:- :-
Urogenital Air Kecil tersendat
Mengandung : Warna urin
:- Keadaan Urin
Batu kuning jernih
Haid :- Lain-lain :-
Sendi dan Keterbatasan
Sakit pinggang :- :-
Tulang Gerak
Keluhan
:+ Lain-lain :-
Persendian
Endokrin Haus/Polidipsi :- Gugup :-
Perubahan
Poliuri :- :-
Suara
Polifagi :- Lain-lain :-
Saraf Pusat Sakit Kepala :+ Hoyong :+
Lain-lain :-
Darah dan
Pucat :- Perdarahan :+
Pembuluh darah
Petechiae :- Purpura :-
Lain-lain :-
Claudicatio
Sirkulasi Perifer :- Lain-lain :-
Intermitten
STATUS PRESENS :
Keadaan Umum Keadaan Penyakit
Sensorium CM Pancaran wajah Lemah
5
Keadaan Gizi :
BW = BB x 100 % = 60/65%
TB-100
BW = 92%
IMT = 22,04 kg/m2 (normoweight)
KEPALA :
Mata : konjunctiva palp. inf. pucat (-/-), sklera ikterik(-/-), edema palpebra(-/-).pupil
ukuran 3 mm isokor, ki=ka, reflex cahaya direk (+)/indirek(+), kesan = Normal
Telinga : dalam batas normal
Hidung : bercak darah bekas mimisan (+)
Mulut : Lidah : dalam batas normal
Gigi geligi : dalam batas normal
Tonsil/faring : dalam batas normal
LEHER :
Struma tidak membesar, pembesaran kelenjar limfa (-)
Posisi trakea : medial, TVJ : R-2 cm H2O
Kaku kuduk (-), lain-lain: (-)
THORAX DEPAN
Inspeksi
Bentuk : Simetris fusiformis
Pergerakan : Simetris, tidak ada ketinggalan bernapas
6
Palpasi
Nyeri tekan :-
Fremitus suara : sf kanan = kiri, kesan normal
Iktus : teraba di ICS V 1 cm medial LMCS
Perkusi
Paru : Sonor
Batas paru-hati R/A :R: ICR V LMCS Dextra/ A: ICR VI LMCS Dextra
Peranjakan : 1 cm
Jantung
Batas Atas Jantung : ICS III LMCS
Batas Kanan Jantung : ICS V Linea Sternalis Dextra
Batas Kiri Jantung : ICR V 1 cm medial LMCS
Auskultasi
Paru
Suara Pernapasan : vesikuler
Suara tambahan :-
Jantung
M1 > M2, T1 > T2, A2 >A1, P2 > P1 desah sistolis (-), desah diastolis (-)
HR : 88x/i, reguler, intensitas cukup
THORAX BELAKANG
Inspeksi : Simetris fusiformis, tidak ada ketinggalan bernapas
Palpasi : sf kanan = kiri,kesan normal
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Suara pernapasan : vesikuler
Suara tambahan :-
ABDOMEN
Inspeksi
7
Bentuk : Simetris
Gerakan lambung/usus : tidak terlihat
Vena kolateral : (-)
Caput medusae : (-)
Hernia Umbilikal : (-)
Palpasi
Dinding Abdomen : soepel, nyeri tekan (-)
HATI
Pembesaran : tidak ada pembesaran
Permukaan : tidak teraba
Pinggir : tidak teraba
Nyeri tekan : (-)
LIMFA
Pembesaran : (-) Schuffner : (-), Haecket : (-)
GINJAL
Ballotement : (-), Kiri/Kanan, lain-lain : (-)
UTERUS/OVARIUM : tdp
TUMOR : (-)
Perkusi
Pekak hati : (+)
Pekak beralih : (-)
Auskultasi
Peristaltik usus : normoperistaltik
PINGGANG
Nyeri ketuk sudut kostovertebra (-) kiri/kanan
8
INGUINAL : tdp
GENITALIA LUAR : tdp
PEMERIKSAAN COLOK DUBUR (RT) : tdp
RESUME
Keluhan Utama : Demam
Telaah : Hal ini dialami pasien 4 hari SMRS.
Demam bersifat terus-menerus, menggigil (-).
Nyeri periorbita (+), pegal-pegal pada seluruh
ANAMNESIS
badan (+), sakit kepala (+). Mual (+), muntah (-).
Nyeri ulu hati (-). Riwayat mimisan (+), 1 kali
SMRS. BAK dan BAB Normal.
Temperatur :38oC
Ekstremitas
Anggota gerak atas : rumpel leed (+)
Darah rutin
Hb : 14,3 g/dL
Leukosit : 4,5 x 103/mm3
LABORATORIUM RUTIN Trombosit: 90 x 103/mm3
Ht : 40,7 %
KGDS : 112 mg/dl
Tgl S O A P
Terapi Diagnostik
13/10 Demam (+) Sens :CM Demam - Tirah Baring - Cek darah
/2017 H-5 TD : 100/60 mmHg Berdarah - IVFD RL 30 gtt/i lengkap
Sakit HR : 84 x/i Dengue - Inj. Ranitidine 50 - Cek Ig G
Kepala (+) RR: 18 x/i mg/12 jam Ig M anti
Nyeri Temp : 37,8 oC - Inj. Transamin 500
Periorbita dengue
mg/12 jam
(+) Cor : dbn - Cek Widal
- Inj. Norages 1
Mimisan (-) Pulmo : vesikuler, amp/8 jam (K/P) test
Mual (+) Rh -/-, Wh -/- - Domperidone tablet
Muntah (-) Abdomen : nyeri
3 x 10 mg
tekan (-)
Hasil Lab
(12/10/2017)
Hb : 14,3 g/dL
Leukosit : 4,5 x
103/mm3
Trombosit: 90 x
103/mm3
Ht : 40,7 %
KGDS : 112 mg/dl
14/10 Demam (+) Sens :CM Demam - Tirah Baring - Cek Darut
/2017 H-6 TD : 110/70 mmHg Berdarah - IVFD RL 30 gtt/i ulang besok
Sakit HR : 80 x/i Dengue - Inj. Ranitidine 50
Kepala (+) RR: 18 x/i mg/12 jam
Nyeri Temp : 37,6oC - Inj. Norages 1
Periorbita(-) amp/8 jam (K/P)
Mimisan (-) Cor : dbn - Domperidone tablet
Mual (+) Pulmo : vesikuler,
3 x 10 mg
Muntah (-) Rh -/-, Wh -/-
Abdomen : nyeri
tekan (-)
Hasil Lab
Hb : 14,1 g/dL
Leukosit : 4,9 x
103/mm3
Trombosit: 114 x
103/mm3
Ht : 40,2 %
Ig G anti Dengue: -
Ig M anti Dengue: -
11
15/10 Demam (-) Sens :CM Demam - Tirah Baring - Cek darut
/2017 H-7 TD : 110/80 mmHg Berdarah - IVFD RL 20 gtt/i ulang besok
Sakit HR : 84 x/i Dengue - Inj. Ranitidine 50
Kepala (+) RR: 20 x/i mg/12 jam
Nyeri Temp : 37oC - Domperidone tablet
Periorbita(-)
3 x 10 mg
Mimisan (-) Cor : dbn
Mual (+) Pulmo : vesikuler, - Paracetamol tablet
Muntah (-) Rh -/-, Wh -/- 3 x 500 mg
Abdomen : nyeri
tekan (-)
Hasil Lab
Hb : 14,5 g/dL
Leukosit : 5,5 x
103/mm3
Trombosit: 133 x
103/mm3
Ht : 41,4 %
Hasil Lab
Hb : 14,5 g/dL
Leukosit : 7,0 x
103/mm3
Trombosit: 168 x
103/mm3
Ht : 42,6 %
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi
DBD merupakan satu penyakit demam akut yang disertai dengan
pendarahan dan dapat menimbulkan syok dan menyebabkan kematian. Penyakit
ini umumnya menyerang anak-anak, namun orang dewasa juga dapat diserang
oleh penyakit ini.1 Tanda-tanda penyakit ini adalah demam mendadak 2 sampai
dengan (s/d) 7 hari tanpa penyebab jelas, lemah, lesu, gelisah, nyeri ulu hati,
pendarahan di kulit (petechiae), lebam (ecchymosis), ruam, mimisan, berak darah
dan kesadaran menurun. Biasanya pada DBD, hanya beberapa simptom yang
disebutkan muncul pada pasien. Kadang-kadang DBD dapat berlanjutan sehingga
menimbulkan syok.2
3.2 Epidemiologi
Istilah hemorrhagic fever di Asia Tenggara pertama kali digunakan di
Filipina pada tahun 1953. Di Indonesia DBD pertama kali dicurigai di Surabaya
pada tahun 1968, tetapi konfirmasi virologis baru diperoleh pada tahun 1970 dan
pada tahun 1993 DBD telah menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia. Dalam 50
tahun terakhir, tercatat insidens kasus demam berdarah dengue telah meningkat 30
kali seiring dengan perkembangan dan pertambahan penduduk dari kota ke desa
dalam dekade terakhir ini. Di seluruh dunia, diperkirakan sedikitnya terdapat 50
juta dari 2,5 milyar penduduk yang tinggal di daerah endemik terinfeksi virus
dengue setiap tahunnya.3
Dengue merupakan penyebab demam kedua tertinggi setelah malaria.
Infeksi dengue ini endemis pada banyak negara Asia Tenggara, Pasifik Barat,
Amerika dan hiperendemis di Thailand. Demam berdarah dengue kebanyakan
terjadi pada anak usia kurang dari 15 tahun.3
Anak golongan usia 10 – 15 merupakan golongan umur tersering
menderita DBD dibandingkan dengan bayi dan orang dewasa, dan sekitar 50%
penderita DBD merupakan golongan umur tersebut. Anak perempuan lebih
beresiko menderita DBD dibandingkan anak laki – laki, namun dalam penelitian
di Indonesia didapati laki – laki lebih tinggi terkena DBD dibandingkan
perempuan dengan perbandingan 1,4:1 dikarenakan nyamuk Aedes aegypti yang
13
aktif menggigit pada siang hari dengan dua puncak aktivitas yaitu pada pukul
08.00 – 12.00 dan 15.00 – 17.00, pada jam tersebut anak-anak biasanya bermain
di luar rumah.3
Beberapa faktor mempengaruhi beratnya penyakit, seperti faktor host,
serotipe virus atau genotype, sekuens infeksi virus, perbedaan antibodi
crossreactive dengue, dan respons sel T. Usia lebih tua sebelumnya dilaporkan
memiliki faktor risiko untuk mortalitas pada demam dengue atau demam berdarah
dengue sebagai komorbiditas yang berhubungan dengan penuaan dan penurunan
imunitas sebagai faktor risiko untuk fatalitas pada pasien tua dengan infeksi aktif.
Walaupun syok dan kebocoran plasma lebih sering terjadi pada usia muda,
frekuensi perdarahan internal dapat terjadi seiring dengan pertambahan usia.
Selain itu komplikasi infeksi dengue pada dewasa, seperti demam dengue dengan
perdarahan dan DBD mengalami peningkatan.2
- Bercak-bercak
- Manifestasi pendarahan yang ringan
- Leukopenia1
3.5 Diagnosis
Kriteria Diagnosis :
Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO tahun
1997 yang terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris. Penggunaan kriteria ini
dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis yang berlebihan (overdiagnosis).
Kriteria Klinis
a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, belangsung terus menerus selama
2-7 hari.
b. Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan:
Uji tourniquet positif
Petekie, ekimosis, purpura
Perdarahan mukosa, epitaksis, perdarahan gusi
Hematemesis dan atau melena
c. Pembesaran hati
d. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi,
kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah.
Kriteria Laboratoris
a. Trombositopenia (100.000/u atau kurang)
b. Hemokonsentrasi, dilihat dari peningkatan hematokrit 20% dari nilai dasar /
menurut standar umur dan jenis kelamin
Laboratorium:
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka demam
dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah
trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif disertai
gambaran limfosit plasma biru.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture) ataupun
deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR, namun karena teknik
yang lebih rumit, saat ini tes serologis yang mendeteksi adanya antibody spesifik
terhadap dengue berupa antibodi total, IgM maupun IgG lebih banyak.
Parameter Laboratorium yang dapat diperiksa antara lain:
Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui
limfositosis relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit
plasma biru (LPB) > 15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok
akan meningkat.
Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari 3-8.
Hematokrit: Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukan peningkatan
hematokrit > 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3
demam.
Hemostasis: dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-dimer, atau
FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan
pembekuan darah.
Protein/albumin: dapat terjadi hipoproteinuria akibat kebocoran plasma.
SGOT/SGPT dapat meningkat.
Ureum, kreatinin: bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.
Elektrolit: sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.
Golongan darah atau cross match: bila akan diberikan transfuse darah atau
komponen darah.
Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue.
19
Pemeriksaan Radiologis:
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi
apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat diumpai pada
kedua hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi
lateral dekubitus kanan. Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan
pemeriksaan USG.
3.7 Terapi
Tata laksana DBD secara umum adalah tirah baring, pemberian cairan,
medikamentosa simptomatik, dan antibiotik hanya apabila terdapat infeksi
sekunder9. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan yang paling
penting dalam penanganan kasus DBD. Asupan cairan pasien harus tetap dijaga,
terutama cairan oral. Jika asupan cairan oral pasien tidak mampu dipertahankan,
20
Gambar 2. Observasi dan pemberian cairan suspek DBD dewasa tanpa syok di
IGD
perifer lengkap (DPL), hemostasis, analisis gas darah, kadar natrium, kalium dan
klorida, serta ureum dan kreatini.
Pada fase awal, cairan elektrolit diguyur sebanyak 10-20 ml/kgBB dan
dievaluasi setelah 15-30 menit. Bila renjatan telah teratasi (ditandai dengan
tekanan darah sistolik 100 mmHg dan tekanan nadi lebih dari 20 mmHg,
frekuensi nadi kurang dari 100 kali per menit dengan volume yang cukup, akral
teraba hangat, dan kulit tidak pucat serta diuresis 0,5-1 ml/kgBB/jam) jumlah
cairan dikurangi menjadi 7 ml/kgBB/jam. Bila dalam waktu 60-120 menit
keadaan tetap stabil pemberian cairan menjadi 5 ml/kgBB/jam. Bila dalam waktu
60-120 menit kemudian keadaan tetap stabil pemberian cairan menjadi 3
ml/kgBB/jam. Bila 24-48 jam setelah renjatan teratasi tanda-tanda vital dan
hematokrit tetap stabil serta diuresis cukup maka pemberian cairan infus harus
dihentikan (karena jika reabsorbsi cairan plasma yang mengalami ekstravasasi
telah terjadi, ditandai dengan turunnya hematokrit, cairan infus terus diberikan
maka keadaan hipervolemi, edema paru atau gagal jantung dapat terjadi).
Pengawasan dini kemungkinan terjadinya renjatan berulang harus
dilakukan terutama dalam waktu 48 jam pertama setelah terjadi renjatan (karena
selain proses patogenesis penyakit masih berlangsung, ternyata cairan kristaloid
hanya sekitar 20 % saja yang menetap dalam pembuluh darah setelah 1 jam saat
pemberian). Oleh karena untuk mengetahui apakah renjatan telah teratasi dengan
baik, diperlukan pemantauan tanda vital yaitu status kesadaran, tekanan darah,
frekuensi nadi, frekuensi jantung dan nafas, pembesaran hati, nyeri tekan daerah
hipokondrium kanan dan epigastrik, serta jumlah diuresis. Diuresis diusahakan 2
ml/kgBB/jam. Pemantauan kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah trombosit
dapat dipergunakan untuk pemantauan perjalanan penyakit. Bila setelah fase awal
pemberian cairan ternyata renjatan belum teratasi, maka pemberian cairan
kristaloid dapat ditingkatkan menjadi 20-30 ml/kgBB, dan kemudian dievaluasi
setelah 20-30 menit. Bila keadaan tetap belum teratasi, maka perhatikan nilai
hematokrit. Bila nilai hematokrit meningkat berarti perembesan plasma masih
berlangsung maka pemberian cairan koloid merupakan pilihan, tetapi bila nilai
hematokrit menurun, berarti terjadi perdarahn (internal bleeding) maka pada
penderita diberikan transfusi darah segar 10 ml/kgBB dan dapat diulang sesuai
kebutuhan.
26
3.10 Prognosis
Prognosis demam dengue dapat beragam, dipengaruhi oleh adanya antibodi yang
didapat secara pasif atau infeksi sebelumnya. Pada DHF, kematian telah terjadi
pada 40-50% pasien dengan syok, tetapi dengan penanganan intensif yang adekuat
kematian dapat ditekan <1% kasus. Keselamatan secara langsung berhubungan
dengan penatalaksanaan awal dan intensif. Pada kasus yang jarang, terdapat
kerusakan otak yang disebabkan syok berkepanjangan atau perdarahan
intrakranial.
29
BAB IV
PEMBAHASAN
TEORI KASUS
Manisfestasi Klinis
Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan Demam selama 4 hari, disertai
kriteria diagnosis menurut WHO tahun 1997 nyeri kepala, nyeri retro
yang terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris. orbita, nyeri sendi
Kriteria Klinis Ditemui adanya manifestasi
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. IDAI, 2012. Infeksi virus dengue. In S.S. Poorwo Soedarmo, H. Garna, S.R.
S. Hadinegoro & H.I. Satari, eds. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. 2nd
ed. Jakarta, Indonesia: Badan Penerbit IDAI. pp.155 - 180.
2. Nimmannitya, S., 2011. Dengue & Dengue Hemorhagic Fever. In: Cook,
G.C., Zumila, A.I., ed., 2011. Manson’s Tropical Disease, 23nd ed. USA:
Elsevier.
3. WHO, 2012. Dengue haemorrhagic fever, Guideline For Diagnosis,
Treatment, Prevention And Control. Geneva, Switzerland: WHO Geneva
Publication.
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2012. Buletin Jendela
Epidemiologi. Demam Berdarah Dengue.
5. Dengue Fever. Centers for Disease Control and Prevention
http://www.cdc.gov/dengue/symptoms/index.html.
6. Sudoyo, W. A., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S., 2009.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. In: Demam Berdarah Dengue.
Interna Publishing, Edisi V.
7. Shepherd, Suzanne Moore. Dengue. Medscape.
http://emedicine.medscape.com/article/215840-overiew.