Referat Aml
Referat Aml
Oleh:
1618012051
Pembimbing:
PENDAHULUAN
irreversibel dari sel induk dari darah. Pertumbuhan dimulai dari sel itu berasal. Sel-sel
tesebut, pada berbagai stadium akan membanjiri aliran darah. Pada kasus Leukemia, sel
darah putih tidak merespon kepada tanda/signal yang diberikan. Akhirnya produksi yang
berlebihan tidak terkontrol (abnormal) akan keluar dari sumsum tulang dan dapat
ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal
ini bila berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya, Seseorang dengan
kondisi seperti ini akan menunjukkan beberapa gejala seperti; mudah terkena penyakit
Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik pada satu
atau banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal akan tertekan pada
waktu sel leukemia bertambah banyak sehingga akan menimbulkan gejala klinis.
Keganasan hematologik ini adalah akibat dari proses neoplastik yang disertai gangguan
diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoetik sehingga terjadi ekspansi
progresif kelompok sel ganas tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia
Acute myeloid leukemia (AML), yaitu leukemia yang terjadi pada seri myeloid,
meliputi (neutrofil, eosinofil, monosit, basofil, megakariosit dan lain - lain). Di negara
maju seperti Amerika Serikat, LMA merupakan 32% dari seluruh kasus leukemia.
Penyakit ini lebih sering ditemukan pada dewasa (85%) dari pada anak (15%).
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi AML
Leukemia myeloid akut atau Acute Myeloblastic Leukemia (AML) sering juga
dikenal dengan istilah Acute Myelogenous Leukemia atau Acute Granulocytic Leukemia
abnormal sel induk hematopoetik yang bersifat sistemik dan secara malignan melakukan
tulang belakang yang normal. Pada kebanyakan kasus AML, tubuh memproduksi terlalu
banyak sel darah putih yang disebut myeloblas yang masih bersifat imatur. Sel-sel darah
yang imatur ini tidak sebaik sel darah putih yang telah matur dalam melawan adanya
infeksi. Pada AML, mielosit (yang dalam keadaan normal berkembang menjadi
granulosit) berubah menjadi ganas dan dengan segera akan menggantikan sel-sel normal
di sumsum tulang.
2. Klasifikasi
AML terbagi atas berbagai macam subtipe. Hal ini berdasarkan morfologi,
diferensiasi dan maturasi sel leukemia yang dominan dalam sumsum tulang, serta
penelitian sitokimia. Mengetahui subtipe AML sangat penting, karena dapat membantu
Klasifikasi AML yang sering digunakan adalah klasifikasi yang dibuat oleh
French American British (FAB) yang mengklasifikasikan leukemia mieloid akut menjadi
3
(French American British) ( % Kasus)
M6 Eritroleukimia (3-5%)
3. Epidemiologi
Kejadian AML berbeda dari satu negara dengan negara lainnya, hal ini berkaitan
dengan cara diagnosis dan pelaporannya. AML mengenai semua kelompok usia, tetapi
kejadiannya meningkat dengan bertambahnya usia. AML merupakan 20% kasus leukemia
4
pada anak. Sekitar 10.000 anak menderita AML setiap tahunnya di seluruh dunia. AML
pada anak berjumlah kira-kira 15% dari leukimia, dengan insidensi yang tetap dari lahir
sampai umur 10 tahun, meningkat sedikit pada masa remaja. Di Amerika setiap tahunnya
sekitar 2,4 per 100.000 penduduk atau sekitar 500 sampai 600 orang berusia kurang dari
21 tahun menderita leukemia mielositik akut dan insiden ini meningkat sejalan dengan
umur, puncaknya 12,6 per 100.000 penduduk dewasa yang berumur 65 tahun atau lebih.
Yayasan Onkologi Anak Indonesia menyatakan, setiap tahun ditemukan 650 kasus
leukemia di seluruh Indonesia, 150 kasus di antaranya terdapat di Jakarta dan sekitar 38%
Sekitar 80% anak di bawah usia 2 tahun dengan AML biasanya menderita AML
subtipe M4 atau M5. Subtipe M7 umumnya diderita anak berusia di bawah 3 tahun,
keabnormalan kromosom pada sel darah di sumsum tulang terdapat lebih dari 70% anak
yang baru didiagnosis LMA. Keabnormalan itu terletak pada t (8;21), t (15;17), inversi
4. Etiologi
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. 14-18 Menurut
hasil penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko timbulnya
Radiasi dosis tinggi: Radiasi dengan dosis sangat tinggi, seperti waktu bom atom di
Jepang pada masa perang dunia ke-2 menyebabkan peningkatan insiden penyakit ini.
Terapi medis yang menggunakan radiasi juga merupakan sumber radiasi dosis tinggi.
Sedangkan radiasi untuk diagnostik (misalnya rontgen), dosisnya jauh lebih rendah
5
Obat – obatan: golongan alkilasi (sitostatika), kloramfenikol, fenilbutazon,
heksaklorosiklokeksan
Kemoterapi: Pasien kanker jenis lain yang mendapat kemoterapi tertentu dapat
Faktor keluarga / genetik: pada kembar identik bila salah satu menderita AML maka
kembarannya berisiko menderita leukemia pula dalam 5 tahun, dan insiden leukemia
pada saudara kandung meningkat 4 kali bila salah satu saudaranya menderita AML.
Sindrom Down: Sindrom Down dan berbagai kelainan genetik lainnya yang
asfiksia post partum, berat badan lahir >4500 gram, dan hipertensi saat hamil dan ibu
cell yang jarang ditemukan. Jenis virus lainnya yang dapat menimbulkan leukemia
pada sumsum tulang. Penyakit ini sering didefinisikan sebagai pre-leukemia. Orang
5. Patofisiologi
sel-sel hematopoetik yang terhambat pada tingkat diferensiasi dan tidak bisa
6
berkembang menjadi bentuk yang lebih matang. Sel darah berasal dari sel induk
induk mieloid (non limfoid) multipoten. Sel induk limfoid akan membentuk sel T dan sel
B, sel induk mieloid akan berdiferensiasi menjadi sel eritrosit, granulosit-monosit dan
megakariosit. Pada setiap stadium diferensiasi dapat terjadi perubahan menjadi suatu
klon leukemik yang belum diketahui penyebabnya. Bila hal ini terjadi maturasi dapat
terganggu, sehingga jumlah sel muda akan meningkat dan menekan pembentukan sel
darah normal dalam sumsum tulang. Sel leukemik tersebut dapat masuk kedalam
berasal dari transformasi sel progenitor hematopoetik. Sifat alami neoplastik sel yang
tetapi defek kritis bersifat intrinsik dan dapat diturunkan melalui progeni sel. Defek
kualitatif dan kuantitatif pada semua garis sel mieloid, yang berproliferasi pada gaya tak
menggantikan sel-sel yang menghasilkan sel darah yang normal. Sel kanker ini
kemudian dilepaskan ke dalam aliran darah dan berpindah ke organ lainnya, dimana
tumor kecil (kloroma) di dalam atau tepat dibawah kulit dan bisa menyebabkan
meningitis, anemia, gagal hati, gagal ginjal dan kerusakan organ lainnya.
sumsum tulang yang cepat dan hebat, akan tetapi dapat pula disebabkan oleh infiltrasi
6. Gejala Klinis
7
Gejala pertama biasanya terjadi karena sumsum tulang gagal menghasilkan sel
darah yang normal dalam jumlah yang memadai. Gejala pasien leukemia bevariasi
tergantung dari jumlah sel abnormal dan tempat berkumpulnya sel abnormal tersebut.
Adapun gejala-gejala umum yang dapat ditemukan pada pasien AML antara lain:
mengeluhkan kelemahan badan dan malaise waktu pertama kali ke dokter. Rata-rata
didapati keluhan ini timbul beberapa bulan sebelum simptom lain atau diagnosis AML
dapat ditegakkan. Gejala ini disebabkan anemia, sehingga beratnya gejala kelemahan
b. Febris
juga didapatkan pada 75 % penderita yang pasti mengidap AML. Umumnya demam ini
timbul karena infeksi bakteri akibat granulositopenia atau netropenia. Pada waktu febris
juga didapatkan gejala keringat malam, pusing, mual dan tanda-tanda infeksi lain.
c. Perdarahan
penderita mengeluh sering mudah gusi berdarah, lebam, petechiae, epitaksis, purpura dan
trombositopenia.
8
Penurunan berat badan didapatkan pada 50 % penderita tetapi penurunan berat
badan ini tidak begitu hebat dan jarang merupakan keluhan utama. Penurunan berat badan
juga sering bersama-sama gejala anoreksia akibat malaise atau kelemahan badan.
e. Nyeri tulang
Nyeri tulang dan sendi didapatkan pada 20 % penderita AML. Rasa nyeri ini
disebabkan oleh infiltrasi sel-sel leukemik dalam jaringan tulang atau sendi yang
Pada pemeriksaan fisik, simptom yang jelas dilihat pada penderita adalah pucat
karena adanya anemia. Pada keadaan anemia yang berat, bisa didapatkan simptom
kaardiorespirasi seperti sesak nafas, takikardia, palpitasi, murmur, sinkope dan angina.
b. Pembesaran organ-organ
atau limfonodi bisa terjadi akibat infiltrasi sel-sel leukemik pada penderita AML.
Deposit sel leukemik pada kulit sering terjadi pada subtipe AML tertentu,
misalnya leukemia monoblastik (FAB M5) dan leukemia mielomonosit (FAB M4).
9
Kelainan kulit yang didapatkan berbentuk lesi kulit, warna ros atau populer ungu,
multiple dan general, dan biasanya dalam jumlah sedikit. Hipertrofi gusi akibat infiltrasi
sel-sel leukemia dan bisa dilihat pada 15 % penderita varian M5b, 50 % M5a dan 50 %
M4. Namun hanya didapatkan sekitar 5 % pada subtipe AML yang lain.
7. Diagnosis
Diagnosis AML dapat ditegakkan melalui pemeriksaan darah rutin, sediaan darah
karyotype, atau dengan Polymerase Chain Reaction (PCR). Aspirasi sumsum tulang
morfologi sel dan pengecatan sitokimia. Seperti sudah disebutkan, sejak sekitar dua
pengecatan sitokimia, gabungan ahli hematologi Amerika, Perancis dan Inggris pada
tahun 1976 menetapkan klasifikasi LMA yang terdiri dari 8 subtipe (M0 sampai dengan
M7). Klasifikasi ini dikenal dengan nama klasifikasi FAB (French American British).
Klasifikasi FAB hingga saat ini masih menjadi diagnosis dasar LMA. Pengecatan
sitokimia yang penting untuk pasien LMA adalah Sudan Black B (SSB) dan
positif pada pasien LMA tipe M1, M2, M3, M4, dan M6.
Pertama, tes darah dilakukan untuk menghitung jumlah setiap jenis sel darah
yang berbeda dan melihat apakah mereka berada dalam batas normal. Dalam AML,
tingkat sel darah merah mungkin rendah, menyebabkan anemia, tingkat-tingkat platelet
10
mungkin rendah, menyebabkan perdarahan dan memar, dan tingkat sel darah putih
Biopsi sumsum tulang atau aspirasi (penyedotan) dari sumsum tulang mungkin
dilakukan jika hasil tes darah abnormal. Selama biopsi sumsum tulang, jarum berongga
dimasukkan ke tulang pinggul untuk mengeluarkan sejumlah kecil dari sumsum dan
tulang untuk pengujian di bawah mikroskop. Pada aspirasi sumsum tulang, sampel kecil
Pungsi lumbal, atau tekan tulang belakang, dapat dilakukan untuk melihat apakah
penyakit ini telah menyebar ke dalam cairan cerebrospinal, yang mengelilingi sistem
saraf pusat atau sistem saraf pusat (SSP) - otak dan sumsum tulang belakang. Tes
diagnostik mungkin termasuk flow cytometry penting lainnya (dimana sel-sel melewati
antara jenis sel kanker), Sitogenetika (untuk menentukan perubahan dalam kromosom
dalam sel), dan studi genetika molekuler (tes DNA dan RNA dari sel-sel kanker).
adalah ; Biopsy, Pemeriksaan darah {complete blood count (CBC)}, CT or CAT scan,
11
Tabel 2. Keabnormalan Genetik pada Berbagai Subtipe AML
8. Terapi
kausatif. Terapi suportif dilakukan untuk menjaga balance cairan melalui infus dan
menaikkan kadar Hb pasien melalu tranfusi. Pada AML, terapi suportif tidak
meringankan gejala klnis yang muncul seperti pemberian penurun panas. Yang paling
penting adalah terapi kausatif, dimana tujuannya adalah menghancurkan sel-sel leukemik
dalam tubuh pasien AML. Terapi kausatif yang dilakukan yaitu kemoterapi.
Penatalaksanaan terapi AML pada anak telah digunakan sejak tahun 1970an.
Angka Five years survival meningkat dari kurang dari 5% pada tahun 1970 menjadi
12
43% sekarang ini. Hal ini merupakan manfaat dari pengobatan intensif, gabungan dari
transplantasi stem sel sebagai terapi primer dan adanya perawatan suportif.
Anak yang menderita AML memerlukan terapi intensif dengan menekan produksi
sumsum tulang dan perawatan di rumah sakit. Terapi yang pertama kali dilakukan adalah
menangani keadaan seperti demam, infeksi, perdarahan, leukositosis dan sindrom tumor
lisis. Kemajuan terapi juga ditentukan oleh penggunaan antibiotik spektrum luas segera
dan transfusi trombosit sebagai profilaksis juga memegang peranan penting dalam upaya
survival.
Berdasarkan terapi yang sesuai protokol, penderita AML pada anak dapat
mengalami angka remisi total sebesar 75-90%. Pada beberapa pasien yang tidak berhasil
separuhnya lagi akan meninggal akibat komplikasi penyakit tersebut atau akibat efek
samping pengobatan itu sendiri. Terapi AML merupakan kombinasi antara cytarabine dan
daunorubicin. Biasanya regimen terapi untuk anak digunakan cytarabine dan anthracyclin
yang dikombinasikan dengan agen lain seperti etoposide dan atau thioguanine.
Anthracycline yang paling banyak digunakan untuk terapi AML pada anak adalah
Daunorubicin, & Etoposide (ADE) lebih memberikan hasil yang memuaskan daripada
13
Tabel 3. Dosis Kemoterapi
14
Tantangan paling besar dalam terapi AML pada anak adalah untuk
tulang. Pada prakteknya, kebanyakan pasien yang diterapi dengan kemoterapi intensif
setelah remisi dicapai karena hanya sebagian subset yang cocok dengan donor keluarga.
konsolidasi jangka pendek telah membuktikan bahwa terapi dosis tinggi dan ASCT
dilakukan pada penderita yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan dan pada
penderita usia muda yang pada awalnya memberikan respon terhadap pengobatan. Pada
Pasien dengan keganasan memiki kondisi dan kelemahan, yang apabila diberikan
kemoterapi dapat terjadi efek samping yang tidak diinginkan (untolerable side effect).
penampilan ≤ 2
2. Jumlah lekosit ≥ 3000/ml
3. Jumlah trombosit ≥120.0000/ul
4. Cadangan sumsum tulang masih adekuat misal Hb > 10
5. Creatinin Clearence diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam)
6. Bilirubin < 2 mg/dl ,SGOT dan SGPT dalam batas normal
7. Elektrolit dalam batas normal.
8. Mengingat toksisitas obat-obat sitostatika sebaiknya tidak diberikan pada usia
diatas 70 tahun.
Kemoterapi pada AML sering menimbulkan efek samping seperti rambut rontok,
mulut kering, luka pada mulut (stomatitis), susah atau sakit menelan (esophagitis), mual,
muntah, diare, konstipasi, kelelahan, pendarahan, lebih mudah terkena infeksi, infertilitas,
hilangnya nafsu makan, dan kerusakan hati. Penderita menjadi lebih sakit karena
15
pengobatan menekan aktivitias sumsum tulang, sehingga jumlah sel darah putih semakin
sedikit (terutama granulosit) dan hal ini menyebabkan penderita mudah mengalami
infeksi.
9. Prognosis
pasien usia < 60 tahun atau > 2 tahun, kelainan kromosomal minimal, infiltrasi sel blas
multiorgan minimal, kadar leukosit < 20.000/mm 3, respon yang baik terhadap
kemoterapi induksi, tidak resisten terhadap multidrug therapy, tidak ditemukan leukemia
ekstramedullar dan leukemia sekunder. Angka harapan hidup 2 tahun kedepan (2 years
Sedangkan kelompok dengan prognosis buruk meliputi pasien usia > 60 tahun
atau < 2 tahun, ditemukan dua atau lebih kelainan kromosomal, infiltrasi sel blas pada
banyak organ, kadar leukosit > 20.000/mm 3, respon yang buruk terhadap kemoterapi
ekstramedullar dan leukemia sekunder. Angka harapan hidup 2 tahun kedepan (2 years
survival rate) bagi kelompok ini adalah 10-20%. 6 Sedangkan kelompok dengan
prognosis menengah adalah peralihan dari baik dan buruk dan mencakup faktor-faktor
lain yang tidak termasuk dalam kelompok prognosis baik maupun buruk dengan angka
16
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Bab II. Tinjauan Pustaka. [online] 2011 [cited 2011 Januari 14] : Available from:
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20969/4/Chapter%20II.pdf
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-Unhas. Standar Pelayanan Medik Kesehatan Anak.
Makassar : SMF Anak RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo. 2009. p.197.
Behrman, Kliegman, Arvin. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Ed. 15. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 1996.
Desen, Wan. Buku Ajar Onkologi Klinis Ed. 2. Balai penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia : Jakarta. 2008
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu
Kesehatan Anak ed.1. Jakarta : Info Medika Jakarta. 1985. p469.
Sudoyo, Aru W., Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, Siti Setiati.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Ed. IV. Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta, 2006.
Supandiman, Iman. Prof. dr. DSPD. H. Hematologi Klinik Ed. 2. Penerbit Alumni :
Bandung. 1997.
17