Anda di halaman 1dari 2

13-6 Within-Firm and Beta Risk

Analisis sensitivitas, analisis skenario, dan simulasi Monte Carlo seperti yang
dideskripsikan dalam sesi perjanjian terdahulu dengan stand-alone risk. Analisis tersebut
memberikan informasi yang berguna mengenai resiko suatu proyek. Tetapi jika suatu proyek
berkorelasi negatif dengan proyek perusahaan lainnya maka hal tersebut memungkinkan untuk
menstabilkan jumlah pendapatan perusahaan dan secara relatif aman. Sama halnya jika suatu
proyek berkorelasi negatif dengan imbalan pada kebanyakan saham, hal itu memungkinkan untuk
menurunkan beta perusahaan dan secara tepat mengevaluasi seberapa rendah WACC.
Meskipun manager mengenali pentingnya within-firm dan resiko beta, secara umum
manager menghadapi resiko ini secara subjektif atau judgementally daripada secara kuantitatif.
Masalah dalam mengukur efek diversifikasi dari resiko adalah dibutuhkannya koefisien korelasi
antara imbalan suatu proyek dan imbalan dari aset lain dalam suatu perusahaan yang membutuhkan
data historis yang tidak tersedia pada proyek yang baru. Manager yang berpengalaman secara
umum “merasakan” untuk bagaimana imbalan suatu proyek akan berhubungan dengan imbalan
pada aset lain dalam perusahaan. Secara umum, korelasi positif adalah yang diharapkan dan jika
korelasinya tinggi maka stand-alone risk akan menjadi wakil yang baik untuk within-risk
perusahaan. Sama halnya ketika manager membuat keputusan yang mengestimasi mengenai
apakah imbalan suatu proyek akan tinggi ketika ekonomi dan pasar saham menguat. Tetapi pada
kebanyakan bagian, estimasi tersebut bersifat subjektif tidak didasari oleh data yang sebenarnya.
Meskipun demikian, terkadang proyek-proyek melibatkan product line terbaru seperti
perusahaan baja menjadi tambang biji besi. Pada beberapa kasus, perusahaan dapat memperoleh
beta untuk “benar-benar bermain” pada perusahaan di area yang baru.
Kesimpulannya berdasarkan resiko analisis:
 Sangat sulit, jika tidak mungkin untuk menghitung secara kuantitatif within-firm dan resiko
beta suatu perusahaan.
 Kebanyakan imbalan proyek-proyek berkorelasi secara positif dengan imbalan aset lain
suatu perusahaan dan imbalan pada pasar saham. Hal ini menjadi kasus karena stand-alone
risk berkorelasi dengan within-firm dan resiko pasa, tidak banyak yang difokuskan hanya
pada stand-alone risk.
 Manager yang memiliki pengalaman membuat asesmen keputusan yang banyak termasuk
di dalamnya yang berkaitan dengan resiko dan mereka mengerjakannya dalam proses
capital budgeting. Mereka ingin membuat keputusan pada dasar perhitungan NPV.
Manager yang berpengalaman mempertimbangkan NPV kuantitatif tetapi mereka juga
memberikan keputusan secara subjektif dalam proses menentukan putusan.
 Jika suatu perusahaan mencoba untuk mengkuantitatifkan segalanya dan membiarkan
komputer yang menentukan putusan, maka hal tersebut akan menyebabkan adanya
masalah. Manager yang baik memahami dan menggunakan teori keuangan, tetapi mereka
mengaplikasikannya dengan keputusan.
13-7 Unequal Project Lives
Jika perusahaan memilih antara dua proyek dan proyek tersebut (1) memiliki riwayat hidup
yang secara signifikan berbeda, (2) mutually exclusive, dan (3) dapat berulang, metode “regular”
NPV mungkin tidak mengindikasikan mana proyek yang lebih baik. Maka untuk membuat
perbandingan yang baik diantara keduanya akan dilakukan penyesuaian.
a. Replacement Chains
Pertama dapat menggunakan pendekatan replacement chain (common life).
Replacement chain adalah suatu metode perbandingan proyek dengan riwayat hidup yang
tidak sama (unequal lives) yang mengasumsikan bahwa setiap proyek dapat berulang
sebanyak-banyaknya sesuai yang diperlukan untuk mencapai common life. NPV terhadap
riwayat hidup (life) kemudian dibandingkan dan proyek yang memiliki NPV common life
yang tinggilah yang akan dipilih.
b. Equivalent Annual Annuities (EAA)
Pendekatan kedua dapat menggunakan Equivalent Annual Annuity. EAA adalah
suatu metode yang menghitung pembayaran tahunan yang akan disediakan oleh suatu
proyek jika proyek tersebut dalam bentuk annuity. Ketika membandingkan proyek-proyek
dengan riwayat hidup yang tidak sama, proyek yang memiliki EAA yang lebih tinggi yang
akan dipilih.
c. Conclusions about Unequal Lives
Metode replacement chain dan EAA selalu memberikan hasil yang sama, jadi tidak
masalah jika hendak memilih salah satu diantaranya. EAA sedikit lebih mudah untuk
digunakan, terutama ketika semakin lama suatu proyek yang tidak memiliki waktu dua kali
lebih cepat dari kehidupan yang lebih pendek dan karenanya lebih dari dua siklus
dibutuhkan untuk mendenda common life. Meskipun demikian, metode replacement chain
terkadang lebih mudah untuk dijelaskan bagi manager yang lebih senior. Juga, metode ini
lebih mudah untuk dimodifikasi menjadi data replacement chain untuk disepakati dengan
antisipasi peningkatan produktivitas dan perubahan harga aset.
Muncul pertanyaan lain: Apakah kita harus mencemaskan mengenai analisis
unequal life untuk semua proyek yang memiliki unequal life? Secara umum, masalah
unequal life tidak pernah muncul untuk proyek yang sifatnya independen, tetapi hal ini
dapat menjadi suatu masalah ketika harus membandingkan proyek-proyek yang bersifat
mutually exclusive dengan riwayat hidup yang berbeda. Meskipun demikian, masalah
tersebut dapat muncul jika dan hanya jika proyek-proyek yang berulang pada akhir masa
berlakunya. Maka, untuk semua proyek-proyek yang sifatnya independen dan proyek-
proyek yang sifatnya mutually exclusive yang tidak akan berulang tidak diperlukan
penyesuaian untuk unequal lives.

Anda mungkin juga menyukai